korosi. Ada kalanya, inhibitor tertentu dapat ditambahkan ke dalam elektrolit. Cara c dan d merupakan dasar pengendalian korosi melalui proteksi katodik dan anodik.
2.5. Jenis-Jenis korosi
Berdasarkan bentuk dan tempat terjadinya, korosi terbagi dalam beberapa jenis antara lain; korosi merata uniform corrosion, korosi sumuran, korosi antar butir, korosi
erosi, korosi galvanik dan korosi celah dan masih banyak lainnya. Berikut ini merupakan penjelasannya;
2.5.1 Korosi Merata Korosi merata atau general corrosion merupakan bentuk korosi yang paling lazim
terjadi. Korosi yang muncul terlihat merata pada seluruh permukaan logam dengan intensitas yang sama. Salah satu contohnya adalah effek dari korosi atmosfer pada permukaan logam.
Korosi merata terjadi apabila seluruh bagian logam memiliki komposisi yang sama. Korosi merata terjadi karena proses anodik dan katodik yang berlangsung pada
permukaan logam terdistribusi secara merata. Ini terjadi karena adanya pengaruh dari lingkungan sehingga kontak yang berlangsun mengakibatkan seluruh permukaan terkorosi.
Korosi seperti ini umumnya dapat kita temukan pada baja diatmosfer dan pada logam atau paduan yang aktif terkorosi potensial korosinya berada pada daerah kestabilan oin nya dalam
diagram potensial pH. Kerusakan material yang diakibatkan oleh korosi merata umumnya dinyatakan dengan
laju penetrasi yang ditujukan pada table sebagai berikut : Ketahanan
Relatif Korosi mpy
mmyr mmyr
mmh
Outstanding 1
0,02 25
2 Excellent
1 – 5 0,02 – 0,1 25 - 100
2 - 10 Good
5 – 20 0,1 – 0,5
100 – 500 10 - 50
Fair 20 - 50
0,5 – 1 500 - 1000
50 - 150 Poor
50 – 200 1 – 5
1000 - 5000 150 - 500
Unexceptable 200 +
5 + 5000 +
500 +
Keterangan : - mpy mils penetration per year dimana I mpy = 0,0254 mmyr Sumber : dikutip dari Corrosion Engineering, 3 ed, Mars G. Fontana
Secara teknik korosi merata tidak berbahaya karena laju korosinya dapat diketahui dan diukur dengan ketelitian tinggi. Kegagalan materi akibat serangan korosi ini dapat
dihindari dengan pemeriksaan dan monitoring secara teratur. Korosi pada logam terjadi karena adanya reaksi redoks antara logam dengan lingkungannya. Korosi merata berlangsung
secara lambat dan korosi ini dipicu oleh korosi yang mula-mula terjadi pada sebagian permukaan logam sehingga dengan bertambahnya waktu akan menyebar keseluruh
permukaan logam. Korosi yang tejadi pada logam besi prosesnya bisa dilihat dibawah ini :
Reaksi yang terjadi adalah :
Fe s Fe
2+
+ 2e reaksi oksidasi O
2
+ 2H
2
O + 4 e 4
-
OH reaksi reduksi 2 Fe + O
2
+ 2H
2
O 2 Fe OH
2
redoks Laju korosi dapat diturunkan dengan perlindungan melalui penambahan inhibitor pada
larutan. Teknik-teknik perlindungan seperti proteksi katoda dan anoda, pelapisan, inhibitor dan pemilihan material sering digunakan sebagai cara perlindungan korosi paling efektif.
Pengetahuan mengenai karateristik korosi dan laju korosi pada logam dan paduan logam sebagaimana ditunjukkan dalam literature atau yang diukur melalu teknik elektrokimia
ataupun melalui pengurangan berat logam memungkinkan dilakukannya pemilihan material yang baik. Cara terbaik untuk menhindari terjadinya korosi merata adalah dengan melakukan
penanganan langsung pada bagian logam yang terkorosi sebelum korosi ini menyebar kesemua permukaan logam.
Gambar 3. Korosi Merata
2.5.2 Korosi Sumuran Korosi sumuran merupakan korosi yang muncul dan terkonsentrasi pada daerah
tertentu. Bentuk korosi ini biasanya disebabkan oleh klorida. Mekanisme terbentuknya korosi sumuran sama dengan korosi celah. Hanya saja korosi sumuran ukurannya lebih kecil jika
dibandingkan dengan korosi celah. Karena jaraknya yang saling berdekatan satu sama lain, korosi sumuran akan mengakibatkan permukaan logam menjadi kasar. Korosi sumuran
terjadi karena komposisi material yang tidak homogen, rusaknya lapisan pelindung, adanya endapan dipermukaan material, serta adanya bagian yang cacat pada material.
Gambar 4. Mekanisme Korosi Sumuranar gambar 5. Korosi Sumuran
2.5.3 Korosi Erosi Korosi erosi merupakan gabungan dari kerusakan elekrokimia dan kecepatan fluida
yang tinggi pada permukaan logam. Korosi erosi dapat pula terjadi karena adanya aliran fluida yang sangat tinggi melewati benda yang diam atau statis. Atau bisa juga terjadi karena
sebuah objek bergerak cepat di dalam fluida yang diam, misalnya baling-baling kapal laut.
Gambar 6. Korosi Erosi Bagian permukaan logam yang terkena korosi biasanya relatif lebih bersih jika
dibandingkan dengan permukaan logam yang terkena korosi jenis lain. Erosi korosi dapat
dikendalikan dengan menggunakan material yang terbuat dari logam yang keras, merubah kecepatan alir fluida atau merubah arah aliran fluida.
2.5.4 Korosi Galvanik
Korosi galvanik terjadi apabila dua buah logam yang jenisnya berbeda di pasangkan dan direndam dalam cairan yang sifatnya korosif. Logam yang rebih aktif atau anoda akan
terkorosi, sementara logam yang lebih noble atau katoda tidak akan terkorosi. Pada tabel galvanisasi, aluminium dan seng lebih aktif jika dibandingkan dengan baja.
Gambar 7. Mekanisme korosi galvani Gambar 8. Korosi Galvanik
Korosi galvanik ini banyak terjadi pada benda yang menggunakan lebih dari satu macam logam sebagai komponennya, misalnya pada automotif. Jika aluminium terhubung
langsung dengan baja, maka aluminium akan terkorosi. Untuk mengatasi hal ini, maka di antara aluminium dan baja harus ditempatkan sebuah benda non logam atau isolator untuk
memisahkan kontak listrik di antara keduanya. Mekanisme korosi galvanik biasanya
digunakan untuk sistem proteksi pada komponen baja, misalnya proteksi pada lambung kapal, tiang penyangga dermaga, pipa baja, tiang penyangga jembatan dan lain sebagainya.
2.5.5 Korosi Celah Korosi celah merupakan korosi yang terkonsentrasi pada daerah tertentu. Korosi celah
terjadi karena adanya larutan atau elektrolit yang terperangkap di dalam celah atau lubang, misalnya pada sambungan dua permukaan logam yang sejenis, permukaan logam yang retak,
baut dan tapal. Elektrolit yang terperangkap pada lubang akan menimbulkan beda konsentrasi oksigen, sehingga terbentuk sel korosi. Daerah dengan konsentrasi oksigen tinggi berperan
sebagai katoda dan daerah konsentrasi oksigen rendah berperan sebagai anoda.
Gambar 9. Mekanisme korosi celah Gambar 10. Korosi Celah
2.5.6 Korosi Lubang Pitting Corrosion
Korosi lubang terjadi karena adanya ion CI dilingkungan logam yang permukaannya membentuk lapisan pasif. Lubang yang terbentuk mempunyai diameter
permukaan lebih besar dibandingkan diameter yang didalam
Gambar 11. Korosi Lubang
Korosi lobang sangat merusak logam atau logam paduan, karena kecepatan penetrasi penembusan yang tinggi. Pelarutan yang cepat akan terjadi didalam lubang, reaksi reduksi O
terjadi pada tepi lubang. Kelebihan muatan positif dari ion logam di dalam lubang akan diimbangi oleh migrasi ion CI . Dengan demikian kosentrasi garam MCI didalam lubang
meningkat, kemudian garam MCI terhidrolisasi membentuk endapan hidroksida dan asam khlorida. Kondisi tersebut menyebabkan keasaman didalam lubang meningkat pH, korosi
logam semakin parah dengan arah pembentukan lubang mengikuti arah gravitasi.
2.5.7 Korosi Tegangan Stress Corrosion Korosi tegangan tejadi akibat adanya kombinasi antara tegangan tarik yang diderita
logam dan serangan local dari medium korosif. Korosi tegangan pada logam paduan atau logam umumnya jarang terjadi.
Gambar 12. Korosi Tegangan
2.5.8 Korosi Selektif Selective Leaching Corrosion Korosi selektif terjadi akibat elemen pemadu secara selektif meninggalkan logam
paduannya.
Gambar 13. Korosi Selektif
2.6. Perlindungan Terhadap Korosi