BAB VI KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PENGEMBANGAN
DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA SANGSIT, JAGARAGA DAN SAWAN
Sesuai dengan teori permintaan dan penawaran yang disampaikan oleh Richardson dan Fluker 2004 dalam Pitana at al., 2005 motivasi wisatawan
untuk melakukan perjalanan ditentukan oleh faktor pendorong push factors dan faktor penarik pull factors. Faktor-faktor pendorong berasal dari diri wisatawan
dan faktor penarik berasal dari daerah tujuan wisata. Faktor-faktor penarik baik produk tangible maupun jasa intangible
Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan memiliki beberapa kelemahan sehingga mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung. Analisa terhadap faktor-faktor
kelemahan perlu dilakukan guna mendapatkan strategi pengembangan yang tepat. Berikut adalah analisa terhadap kelemahan-kelemahan atau kendala-kendala yang
dihadapi dalam pengembangan daya tarik wisata budaya di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan sesuai dengan konsep 4 A Attraction, Accessibility,
Amenities dan Ancillary Services.
6.1 Attraction Atraksi
Sesuai pernyataan Perbekel Desa Jagaraga, Made Sumendra Nurjaya, wisatawan yang berkunjung ke Pura Dalem Segara Madu hanya sebatas melihat-
lihat relief pura dan setelah itu mereka pergi ke tempat lain Hasil wawancara tanggal 15 Februari 2010.
109
110
Hal yang sama juga disampaikan oleh staf penjaga Pura Beji Sangsit, Nyoman Mustika, bahwa wisatawan hanya melihat-lihat dan memfoto ukiran Pura
Beji, dan setelah itu pergi ke Lovina atau Denpasar Hasil wawancara tanggal 10 April 2010.
Berdasarkan dua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa atraksi wisata Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan masih terbatas karena hanya
mengandalkan Pura Beji Sangsit dan Pura Dalem Segara Madu Jagaraga sebagai daya tarik wisata. Padahal masih banyak potensi budaya yang lain sesuai Bab V
yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata budaya sehingga jumlah dan lama tinggal wisatawan bisa lebih ditingkatkan. Selain itu, kurangnya penjelasan
interpretasi yang diberikan pramuwisata terhadap daya tarik wisata yang terdapat di tiga desa tersebut juga sebagai penyebab rendahnya jumlah dan
kunjungan wisatawan.
6.2 Aksesibilitas Accessibility
Prasarana jalan di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan telah menggunakan jalan aspal. Desa Sangsit berada pada jalur jalan provinsi dengan lebar 8 meter,
jalan menuju Desa Jagaraga dan Sawan dengan lebar jalan 4,5 meter dengan kondisi baik. Aksesebilitas menuju Desa Jagaraga dan Sawan dilihat dari kondisi
jalan raya dan moda angkutannya, tergolong memadai, kecuali jalur alternatif dari Desa Pegayaman melalui Desa Lemukih-Sekumpul dalam keadaan rusak Gambar
6.1. Seorang warga Desa Sawan yang tinggal di Denpasar, Made Sudirma,
mengatakan sebagai berikut.
111
”Jalur Desa Sawan-Bebetin-Lemukih-Desa Pegayaman dalam kondisi rusak dan sudah berlangsung selama kurang lebih tiga tahun. Padahal
kalau jalan tersebut dalam kondisi bagus akan dapat menghemat waktu terutama bagi masyarakat dan wisatawan yang ingin berkunjung ke Desa
Lemukih, Galungan, Sekumpul, Bebetin, Sawan, Menyali dan Jagaraga. Kalau menuju Desa Sawan melalui Kota Singaraja jaraknya kurang lebih
45 Km, sedangkan kalau melalui Desa Lemukih-Sekumpul-Bebetin jaraknya hanya 22 Km. Selain jarak yang lebih dekat, wisatawan juga
dapat menikmati pemandangan alam berupa hutan dan perkebunan kopi, cengkeh, dan persawahan yang sangat indah dengan hawa yang sejuk
sepanjang jalur tersebut” Hasil wawancara tanggal 12 Juni 2010.
Gambar 6.1 Jalan Desa Sawan-Lemukih-Desa Pegayaman yang rusak Sumber: Budiarta, 2010
Commercial Analysis Bali Hai Cruise, Gede Buda Nataran, 42 tahun mengatakan sebagai berikut.
“Faktor utama yang menyebabkan Kecamatan Sawan, termasuk Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan kurang berkembang secara maksimal karena
kurangnya prasarana transportasi seperti airport dan pelabuhan laut, serta letak geografis yang cukup jauh 2-3 jam perjalanan. Ditambah lagi
dengan medan yang berliku-liku dapat mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung ke desa-desa tersebut. Walaupun Kabupaten Buleleng sudah
memiliki airport perintis Letkol Wisnu, namun airport tersebut hanya mampu menampung jenis pesawat kecil dengan kapasitas 2 - 4 penumpang
112
sehingga harga tiket akan menjadi sangat mahal” Hasil wawancara tanggal 2 Juni 2010
Hal yang senada juga disampaikan oleh bagian penjualan Pacto Tours and Travel di airport , Aswina. Dalam wawancara dikatakan sebagai berikut.
“Rute tour ke Bali Utara biasanya waktunya panjang. Bagi wisatawan yang tinggal di wilayah Denpasar mereka harus menempuh waktu 9-10
jam. Bahkan bagi wisatawan yang harus melihat Tanah Lot dalam Singaraja Tour bisa balik sekitar jam 7 malam yang berarti waktu
perjalanan 12 jam. Kalau rute tour di Bali Selatan waktunya pendek, cukup 3-4 jam sudah selesai. Juga jarak antara destinasi di Bali Utara
jaraknya cukup jauh. Misalnya dari Pura Beji menuju air panas Banjar memakan waktu 1 jam lebih. Selain itu, tour ke Bali Utara cukup
melelahkan. Berbeda dengan tour di Bali Selatan, jarak destinasi satu dengan yang lainnya pendek sehingga tidak perlu waktu yang lama” Hasil
wawancara tgl 16 Juni 2010.
Pemilik hotel Berdikari and Restaurant di Desa Sangsit Dangin Yeh, Made Pasek Sudarsana, menyatakan sebagai berikut:
”............. jarak bandara Wisnu yang sangat jauh dari kota Singaraja menjadikan bandara ini sulit untuk berkembang. Para penumpang dari
Buleleng akan lebih efektif dan efesien apabila mereka berangkat dari Denpasar daripada dari bandara Letkol. Wisnu di Desa Pemuteran yang
sangat jauh dari Kota Singaraja. Selain itu posisi bandara Wisnu yang terletak diantara laut dan gunung sangat sulit untuk dikembangkan.
Kendatipun landasan pacunya dikembangkan ke tengah laut agar pesawat yang lebih besar bisa mendarat, namun hal ini akan mengganggu
keramba-kerambatempat pemeliharaan ikan kerapu di Desa Pegametan” Hasil wawancara tanggal 22 April 2010.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat diketahui bahwa unsur aksesibilitas Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan kurang. Jarak yang jauh dari airport Ngurah
Rai dan dari sentral-sentral pariwisata di Bali Selatan seperti Kuta, Sanur, Nusa Dua dan Kabupaten Gianyar. Selain jarak yang jauh dan medan yang berliku-liku
juga rusaknya jalur alternatif lewat Desa Lemukih, jarak antara daya tarik wisata yang satu dengan yang lain berjauhan misalnya antara Pura Beji ke Air Panas
113
Banjar bisa memakan waktu sampai 1 jam lebih dapat mengurangi minat wisatawan ke Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan.
6.3 Fasilitas Amenities