20
5. TAHAP 5 : VERIFIKASI DIAGRAM ALIR DI TEMPAT
Agar diagram alir proses yang dibuat lebih lengkap dan sesuai dengan pelaksanaan di lapangan, maka tim HACCP harus meninjau operasinya untuk menguji
dan membuktikan ketepatan serta kesempurnaan diagram alir proses tersebut. Bila ternyata diagram alir proses tersebut tidak tepat atau kurang sempurna, maka harus
dilakukan modifikasi. Diagram alir proses yang telah dibuat dan diverifikasi harus didokumentasikan.
Tim HACCP harus mengkonfirmasikan operasi pengolahan berdasarkan GAP Good Agricultural Practices, GHP Good Handling Practices, GMP Good Manufacturing
Practices, GDP Good Distribution Practices dan atau GCP Good Catering Practices serta prinsip-prinsip sanitasi dengan diagram alir selama semua tahapan dan jam operasi
serta merubah digram alir dimana yang tepat. Diagram alir proses yang harus divwrfikasi ditemp;at, dengan cara :
• Mengamati aliran proses • Kegiatan penambilan sampel
• Wawancara • Operasi rutinnon-rutin
21
6. TAHAP 6PRINSIP 1: ANALISA BAHAYA
Bahaya adalah suatu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen secara negatif yang meliputi bahan biologis, kimia atau fisik di dalam, atau kondisi dari,
makanan dengan potensi untuk menyebabkan dampak merugikan kesehatan. Langkah ke
enam ini merupakan penjabaran dari prinsip pertama dari HACCP, yang mencakup
identifikasi semua potensi bahaya, analisa bahaya, dan pengembangan tindakan pencegahan.
a. Identifikasi bahaya
Tim HACCP dalam melakukan identifikasi HACCP harus mendaftar semua bahaya potensial yang terkait dengan setiap tahap dan sedapat mungkin mengindentifikasi tindakan
pencegahannya. Terdapat beberapa jenis bahaya dalam bisnis pangan yang dapat mempengaruhi secara negatif atau membahayakan konsumen, yaitu bahaya biologis, bahaya
kimia dan bahaya fisik.
b. Analisa bahaya
Tim HACCP berikutnya mendefinisikan dan menganalisa setiap bahaya. Untuk pencantuman didalam daftar, bahaya harus bersifat jelas sehingga untuk menghilangkan atau
menguranginya sampai pada tingkat yang dapat diterima adalah penting dalam produksi pangan yang aman.
Dalam analisa bahaya seharusnya mencakup: Kemungkinan terjadinya bahaya dan tingkat pengaruhnya terhadap kesehatan,
Evaluasi kualitatif dan atau kuantitatif dari bahaya, Ketahanan hidup atau perkembangan bahaya potensial mikroorganisme,
Produksi atau keberadaan toksin, bahan kimia atau fisik dalam makanan, Kondisi yang mempunyai tendensi menuju terjadinya bahaya.
Tahap analisa selanjutnya adalah menetapkan signifikansi bahaya dimana merupakan hasil analisa antara tingkat peluang atau peluang kejadian dengan tingkat
keakutan severity dari bahaya keamanan pangan.
22
c. Analisa resiko
Istilah resiko dalam HACCP yang digunakan dalam hal ini adalah sebagai peluang kemungkinan suatu bahaya akan terjadi. Menurut MD, 1996, dalam sistem
keamanan pangan biasa ditetapkan berdasarkan kategori resiko, yang secara sederhana dibagi dalam kelompok resiko tinggi, resiko sedang atau resiko rendah. Pengkategorian
ini kemudian dengan kombinasi dengan tingkat keakutan dapat menjadi dasar menentukan signifikansi dari bahaya. Secara sederhana tingkat resiko dapat dikategorikan
seperti pada tabel 5. Pengkategorian ini berdasarkan pertimbangan: • Apakah produk pangan mungkin mengandung dan atau mendukung pertumbuhan
patogen potensial ?, • Apakah produk akan mengalami proses pemanasan tambahan ?,
• Apakah kondisi penyimpanan yang akan datang akan memberi peluang untuk pertumbuhan patogen atau kontaminasi lebih lanjut ?,
• Apakah populasi yang mengkonsumsi makanan khususnya kelompok yang peka? Tabel 2. Daftar kategori resiko produk pangan
Produk-produk kategori I Resiko Tinggi
I Produk-produk yang mengandung ikan, telur, sayur, serelia danatau
berkomposisi susu yang perlu direfrigrasi Ii
Daging segar, ikan mentah dan produk-produk olahan susu Iii
Produk-produk dengan nilai pH 4,6 atau lebih yang disterilisasi dalam wadah yang ditutup secara hermetis
Produk-produk kategori II resiko sedang
I Produk-produk kering atau beku yang mengandung ikan, daging, telur,
sayuran atau serelia atau yang berkomposisipenggantinya dan produk lain yang tidak termasuk dalam regulasi hygiene pangan.
Ii Sandwich dan kue pie daging untuk konsumsi segar.
Iii Produk-produk berbasis lemak misalnya coklat, margarin, spreads,
mayones dan dressing.
Produk-produk kategori III resiko rendah
I Produk asam nilai pH 4,6 seperti acar, buah-buahan, konsentrat buah,
sari buah dan minuman asam. Ii
Sayuran mentah yang tidak diolah dan tidak dikemas. Iii
Selai, marinade, dan conserves. Iv
Produk-produk konfeksionari berbasis gula V
Minyak dan lemak makan.
23 Beberapa sumber resiko yang mungkin terjadi untuk menetapkan peluang
kejadian yang juga perlu mendapat perhatian: Sejarah produk, keluhan konsumen, laporan morbiditas dan mortalitas, regulasi, model pendugaan, hasil riset dan literatur.
Sedangkan pengkategorian selanjutnya adalah tingkat beratnyakeakutan bahaya yang dapat menyebabkan masalah keamanan pangan yang dikelompokkan dalam bahaya
tinggi, sedang dan rendah seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Daftar tingkat keakutan bahaya dari bakteri patogen yang dapat menyebabkan keracunan atau wabah penyakit.
Keakutan tinggi Keakutan sedang
Keakutan rendah
Salmonella enteritidis Listeria monocytogenes
Bacillus cereus • Eschericia coli …
• Salmonella spp, Shigella spp
• Taenia saginata • Salmonella typhi:
paratyphi A, B
• Campylobacter jejuni • Clostridium
perfringens • Trichinella spiralis
• Enterovirulen Escherichia coli
EEC • Stapphylococcus
aureus • Brucella melitensis, B.
suis • Streptococcus pyogenes
• Vibrio cholerae 01 • Rotavirus. Norwalk virus
group, SRV • Vibrio vulnificus
• Yersinia enterocolitica • Taenia solium
• Entamoeba histolytica • Clostridium botulinum
tipe A, B, E dan F • Diphyllobothrium latum
• Shigella dysenteriae • Ascaris lumbricoides
• Cryptosporidium parvum • Hepatitis A dan E.
Aeromonas spp. • Brucella abortus. Giardia
lamblia • Plesiomonas shigelloides
• Vibrio parahaemolyticus Catatan: Pengelompokan tingkat bahaya tersebut dalam beberapa kelompok populasi
sensitif mungkin tidak dapat diterapkan.
24 Pengelompokan lain yang perlu dipertimbagkan adalah terhadap bahaya kimia
dan fisik. Secara sederhana penentuan tingkat bahaya kimia dan fisik dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Tingkat keakutan bahaya tinggi: Bahaya yang mengancam jiwa manusia. Tingkat keakutan bahaya sedang: bahaya yang mempunyai potensi mengancam
jiwa manusia.
Tingkat keakutan bahaya rendah: bahaya yang mengakibatkan pangan tidak layak
konsumsi. Dengan mengkombinasikan resiko dengan tingkat keakutan dengan matrik dapat
kita tentukan tingkat signifikan dari bahaya, seperti pada Gambar 2. Satuan angka untuk memberikan gambaran tingkat signifikansi. Tingkat kategori resiko dan keakutan bahaya
diberi angka 10 untuk rendah, 100 untuk sedang dan 1000 untuk tinggi. Sedang tingkat signifikasi merupakan hasil perkalian antara tingkat resiko dan keakutan yang
menghasilkan angka 100-1.000.000, dengan kelompok signifikasi rendah 100-1.000, sigifikansi sedang, 10.000, dan signifikasi tinggi untuk angka 100.000-1.000.000. Untuk
nilai signifikansi 100.000-1.000.000 dapat langsung digunakankan untuk penerapannya pada penetapan CCP pada diagram pohon keputusan titik kritis.
Gambar 2. Matrik Analisa Signifikansi Bahaya Resiko tinggi 1.000
Keakutan rendah 10
RK = 10.000 Resiko tinggi 1.000
Keakutan sedang 100 RK = 100.000
Resiko tinggi 1.000 Keakutan tinggi 1.000
RK = 1.000.000
Resiko Sedang 100 Keakutan rendah
10 RK = 1.000
Resiko Sedang 100 Keakutan sedang 100
RK = 10.000 Resiko Sedang 100
Keakutan tinggi 1.000 RK = 100.000
Resiko Rendah 10 Keakutan rendah
10 RK = 100
Resiko Rendah 10 Keakutan sedang 100
RK = 1.000 Resiko Rendah 10
Keakutan tinggi 1.000 RK = 10.000
Tingkat Resiko
bahaya
Tingkat Keakutan bahaya
25
d. Pengembangan tindakan pencegahan
Tahap selanjutnya setelah menganalisa bahaya adalah mengidentifikasi tindakan pencegahan yang mungkin dapat mengendalikan setiap bahaya. Tim kemudian harus
mempertimbangkan apakah tindakan pencegahan, jika ada, yang dapat diterapkan untuk setiap bahaya. Tindakan pencegahan adalah semua kegiatan dan aktivitas yang dibutuhkan
untuk menghilangkan bahaya atau memperkecil pengaruhnya atau keberadaan pada tingkat yang dapat diterima. Lebih dari satu tindakan pencegahan yang mungkin dibutuhkan untuk
pengendalian bahaya-bahaya yang spesifik dan lebih dari satu bahaya yang mungkin dikendalikan oleh tindakan pencegahan yang spesifik.
Tindakan pencegahan dapat berupa tindakanbahan kimia, fisik atau lainnyayang dapat mengendalikan bahaya keamanan pangan. Tindakan pencegahan dalam mengatasi
bahaya dapat lebih dari satu bila dibutuhkan. Tahap ini merupakan tahap penting setelah analisa bahayahazard. Tindakan
pencegahan didefinisikan sebagai setiap tindakan yang dapat menghambat timbulnya bahayahazard ke dalam produk dan mengacu pada prosedur operasi dimana pada setiap
tahap para pekerja dipekerjakan. Karena konsep HACCP adalah mempunyai sifat pencegahan, maka dalam mendesain HACCP tindakan pencegahan harus selalu menjadi
perhatian. Berikut beberapa contoh tindakan pencegahan : Pemisahan bahan baku dengan produk akhir dalam penyimpanan
Menggunakan sumber air yang sudah bersertifikat Kalibrasi timbangan dan temperatur
Menggunakan truck yang mempunyai kemampuan mengatur suhu, dll
26 Alternatif lain dalam analisis bahaya dengan mengelompokkan bahaya menjadi
enam kategori bahaya, yaitu bahaya A sampai F seperti terlihat dalam Tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik Bahaya
Kelompok Bahaya
Karakteristik Bahaya
Bahaya A Produk-produk pangan yang tidak steril dan dibuat untuk
konsumsi kelompok beresiko lansia, bayi, immunocompromised Bahaya B
Produk mengandung ingridient sensitif terhadap bahaya biologi, kimia atau fisik
Bahaya C Proses tidak memiliki tahap pengolahan yang terkendali yang
secara efektif membunuh mikroba berbahaya atau menghilangkan bahaya kimia atau fisik
Bahaya D Produk mungkin mengalami rekontaminasi setelah pengolahan
sebelum pengemasan Bahaya E
Ada potensi terjadinya kesalahan penanganan selama distribusi atau oleh konsumen yang menyebabkan produk berbahaya
Bahaya F Tidak ada tahap pemanasan akhir setelah pengemasan atau di
tangan kosumen atau tidak ada pemanasan akhir atau tahap pemusnahan mikroba setelah pengemasan sebelum memasuki
pabrik untuk bahan baku atau tidak ada cara apapun bagi konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan atau menghancurkan
bahaya kimia atau fisik
Kemudian untuk menentukan resiko atau peluang tentang terjadinya suatu bahaya, maka dapat dilakukan penetapan kategori resiko. Dari beberapa banyak bahaya yang
dimiliki oleh suatu bahan baku, maka dapat diterapkan kategori resiko I sampai VI
Tabel 5. Selain itu, bahaya yang ada dapat juga dikelompokkan berdasarkan signifikansinya Tabel 6. Signifikansi bahaya dapat diputuskan oleh tim dengan
mempertimbangkan peluang terjadinya reasonably likely to occur dan keparahan severity suatu bahaya.
27
Tabel 5. Penetapan Kategori resiko
Karakteristik Bahaya
Kategori Resiko
Jenis Bahaya
Tidak mengandung bahaya A sampai F +
I Mengandung satu bahaya B sampai F
++ II
Mengandung dua bahaya B sampai F + + +
III Mengandung tiga bahaya B sampai F
+ + + + IV
Mengandung empat bahaya B sampai F + + + + +
V Mengandung lima bahaya B sampai F
A+ kategori khusus dengan atau tanpa
bahaya B-F VI
Kategori resiko paling tinggi semua produk yang mempunyai bahaya A
Tabel 6. Signifikansi Bahaya Tingkat Keparahan
Severity L M H
Ll Ml
Hl Lm
Mm Hm
PeluangTerjadi l Reasonably likely to occur m
h
Lh Mh
Hh
• Umumnya dianggap signifikan dan akan diteruskandipertimbangkan dalam penetapan CCP
• Keterangan : L=l= low, M=m= medium, H=h=high
28
7. TAHAP 7PRINSIP 2 : CCP DAN PENGENDALIAN BAHAYANYA
Pada bagian kedua dari pengembangan HACCP adalah pengembanganpenentuan Critical Control Point CCP. Tahap ini merupakan kunci dalam menurunkan atau
mengeliminasi bahaya-bahaya hazards yang sudah diidentifikasi. CCP atau titik-titik kritis pengawasan didefinisikan sebagai setiap tahap di dalam
proses dimana apabila tidak terawasi dengan baik, kemungkinan dapat menimbulkan tidak amannya pangan, kerusakan dan resiko kerugian ekonomi. CCP ini
dideterminasikan setelah tata alir proses yang sudah teridentifikasi potensi hazard pada setiap tahap produksi dan tindakan pencegahannya.
CCP dapat diidentifikasi dengan menggunakan pengetahuan tentang proses produksi dan semua potensi bahaya dan signifikasi bahaya dari analisa bahaya serta
tindakan pencegahan yang ditetapkan. Namun demikian penetapan lokasi CCP hanya dengan keputusan dari analisa signifikansi bahaya dapat menghasilkan CCP yang lebih
banyak dari yang seharusnya diperlukan. Sebaliknya juga sering terjadi negoisasi deviasi yang menyebabkan terlalu sedikitnya CCP yang justru dapat membahayakan keamanan
pangan. Untuk membantu menemukan dimana seharusnya CCP yang benar, Codex
Alimentarius Commission GL32 1998, telah memberikan pedoman berupa Diagram Pohon Keputusan CCP CCP Decision Tree, seperti tergambar pada Gambar 3. Diagram
pohon keputusan adalah seri pertanyaan logis yang menanyakan setiap bahaya. Jawaban dari setiap pertanyaan akan memfasilitasi dan membawa Tim HACCP secara logis
memutuskan apakah CCP atau bukan. Dengan menggunakan Diagram ini membawa pola pikir analisa yang terstrukur dan memberikan jaminan pendekatan yang konsisten pada
setiap tahap dan setiap bahaya yang teridentifikasi.
29
Bagaimana menggunakan Diagram Pohon Keputusan CCP? P1.
P2.
P3.
P4.
Gamba 3. Diagram pohon keputusan penentuan CCP Adakah tindakan pencegahan ?
Lakukan modifikasi tahapan dalam proses atau produk ?
Apakah pencegah pada tahap ini perlu untuk keamanan pangan ?
Apakah tahapan dirancang specifik untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya yang
mungkin terjadi sampai level yang dapat diterima ?
Dapatkah kontaminasi dengan bahaya yang diidentifikasi terjadi melebihi tingkatan yang dapat
diterima atau dapatkah ini meningkat sampai tingkatan yang tidak dapat diterima ?
Akankah tahapan berikutnya menghilangkan atau mengurangi bahaya yang teridentifikasi sampai level
yang dapat diterima ?
Ya Tidak
Ya
Tidak
Tidak Ya
Ya Tidak
Ya Tidak
Bukan CCP Berhenti
Berhenti Bukan CCP
Berhenti Bukan CCP
C C
C C
P P
30 Disamping system Codex yang hanya menggunakan satu jenis diagram
kepurtusan, terdapat pula format lain yang menggunakan 3 jenis diagram keputusan
Gambar 4, 5, 6 untuk menentukan CCP. Decision tree ini berisi urutan pertanyaan
mengenai bahaya yang mungkin muncul dalam suatu langkah proses, dan dapat juga diaplikasikan pada bahan baku untuk mengidentifikasi bahan baku yang sensitif terhadap
bahaya atau untuk menghindari kontaminasi silang. Suatu CCP dapat digunakan untuk mengendalikan satu atau beberapa bahaya, misalnya suatu CCP secara bersama-sama
dapat dikendalikan untuk mengurangi bahaya fisik dan mikrobiologi.
Gambar 4. Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Bahan Baku
Gambar 5 . Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada FormulasiKomposisi
P1. Apakah terdapat bahaya dalam bahan baku
ini?
YA TIDAK
P2. Apakah proses atau konsumen akan menghilangkan bahaya tersebut?
YA TIDAK
P3. Apakah ada risiko kontaminasi silang lerhadap fasilitas alau produk lain yang tidak dapat dikendalikan ?
TIDAK
YA
Bukan CCP
CCP
Bukan CCP
CCP
P1. Apakah formulasi atau komposisi adonan atau campuran penting unluk mencegah terjadinya peningkatan bahaya ?
YA TIDAK
CCP
Bukan CCP
31
Gambar 6. Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Tahapan Proses
P1. Apakah terdapat bahaya pada tahaplproses ini?
YA TIDAK
P2. Apakah ada tindakan pencegahan untuk mengendalikan bahaya tsb?
YA TIDAK
Modifikasi prosesProduk Apakah pengendalian
YA
diperlukan untuk
TIDAK
meningkatkan keamanan? P3. Apakah proses ini dirancang khusus untuk menghilangkan mengurangi bahaya sampai aman?
TIDAK YA
P4. Apakah bahaya dapat meningkat sampai batas tidak aman?
YA TIDAK
P5. Apakah proses selanjutnya dapat menghilangkanlmengurangi bahaya?
YA TIDAK
Bukan CCP
Bukan CCP
CCP
Bukan CCP
Bukan CCP
CCP
32
8. TAHAP 8PRINSIP 3 : PENETAPAN BATAS KRITIS CRITICAL LIMIT