Lampiran 1 Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak jarak pagar
A. Kandungan Asam Lemak Bebas ALB SNI 01-2891-1992
Analisis kandungan ALB digunakan untuk mengetahui jumlah asam lemak bebas yang terkandung di dalam minyak.
1. Netralkan etanol 95 dengan menggunakan NaOH ,1 N dan indikator pp.
2. Timbang 2 – 5 gram sampel minyak.
3. Larutkan sampel minyak yang telah ditimbang dengan 50 ml etanol yang telah dinetralkan.
4. Panaskan dengan mengunakan penangas air sampai suhunya 80
o
C sambil diaduk aduk.
5. Setelah selama kurang lebih 10 menit atau setelah larutan homogen, tambahkan 2 tetes indikator pp.
6. Titrasi dengan menggunakan NaOH yang diketahui normalitasnya. 7. Hitung jumlah asam lemak bebas dengan menggunakan rumus sebagai
berikut
Dimana : ALB = Asam Lemak Bebas
M = Bobot molekul asam lemak dominan
V = Volume NaOH yang habis untuk titrasi ml
T = Normalitas NaOH yang digunakan dalam titrasi N
m = Bobot sampel yang dianalisis gram
B. Bilangan Asam SNI 01-2891-1992
1. Netralkan etanol 95 dengan menggunakan NaOH ,1 N dan indikator pp.
2. Timbang 2 – 5 gram sampel minyak.
3. Larutkan sampel minyak yang telah ditimbang dengan 50 ml etanol yang telah dinetralkan.
4. Panaskan dengan mengunakan penangas air sampai suhunya 80
o
C sambil diaduk aduk.
5. Setelah selama kurang lebih 10 menit atau setelah larutan homogen, tambahkan 2 tetes indikator pp.
6. Titrasi dengan menggunakan NaOH yang diketahui normalitasnya. 7. Hitung nilai bilangan asam dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana : V
= Volume NaOH yang habis untuk titrasi ml T
= Normalitas NaOH yang digunakan dalam titrasi N m
= Bobot sampel yang dianalisis gram
C. Densitas Metode Anton Paar
1. Hidupkan alat melalui tombol yang ada di bagian belakang alat 2. Warming up sekitar 15 menit
3. Pilih method yang diinginkan, misalnya: Lubricant, Fuel, Crude Oil, Brix atau yang lain
4. Sambungkan selang pumpa ke adapter dan aktifkan pompa 5. Setelah pompa dimatikan, pastikan nilai density udara pada 20
o
C adalah 0.00120 grcm
3
Faktor koreksi + 0.00005, dalam range 0.00125 sd
0.00115 6. Alat siap digunakan untuk pengukuran
7. Gunakan syringe secara selektif untuk menghindari kontaminasi, dan pisahkan menjadi 4 buah, misalnya untuk air, lubricant, crude oil dan
solvent pelarut. 8. Bila telah didapatkan hasil pengukuran, segera bilas U-tube dengan
solvent yang dapat melarutkan sampel. 9. Lakukan pembilasan minimal 5 kali dengan syringe pada U-tube, bila
kurang, bilas lagi sampai benar-benar bersih 10. Masukan solvent pengering seperti toluene atau acetone 2 atau 3 kali
syringe. 11. Sambungkan selang pumpa ke adapter, lalu aktifkan pumpa, pumpa akan
otomatis berhenti setelah 10 menit, tetapi pumpa dapat dimatikan kapan saja bila diyakini U-tube sudah bersih dan kering.
12. Matikan pumpa, lalu tunggu suhu mencapai 20 C, dan nilai density udara
didapatkan nilai 0.00120 grcm
3
. 13. Alat siap untuk digunakan untuk sampel selanjutnya atau dimatikan.
D. Bilangan Iod AOAC, 1995
1. Timbang 0,5 gram sampel minyak yang telah disaring 2. Masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, lalu larutkan dengan 10 ml
kloroform atau tetraklorida 3. Tambahkan 25 ml pereaksi hanus.
4. Semua bahan diatas dicampur merata dan disimpan di dalam ruangan gelap selama satu jam. Sebagian iodium akan dibebaskan dari larutan.
5. Setelah penyimpanan, ke dalamnya ditambahkan 10 ml larutan KI 15 . Iod yang dibebaskan kemudian dititrasi dengan larutan Na
2
S
2
O
3
0,1 N sampai warna biru larutan tidak terlalu pekat.
6. Selanjutnya ditambahkan larutan kanji satu persen dan titrasi kembali sampai warna biru hilang. Blanko dibuat dengan cara yang sama tanpa
menggunakan minyak
Dimana : B
= Volume Na
2
SO
3
blanko ml S
= Volume Na
2
SO
3
sampel ml N
= Normalitas Na
2
SO
3
yang digunakan dalam titrasi N m
= Bobot sampel yang dianalisis gram
E. Viskositas 30
o
C metode Brookfield
1. Siapkan larutan yang akan diukur viskositasnya sebanyak + 10 ml. 2. Tentukan kisaran perkiraan maksimum nilai viskositas larutan.
3. Masukkan sampel ke dalam tube sebanyak 6,7 ml. 4. Lakukan zeroing sebelum melakukan pengukuran.
5. Pasang spindel SC4-18 pada ulir. 6. Tentukan kecepatan pengukuran yang dikehendaki.
7. Nyalakan viscometer. 8. Lihat nilai torsi yang diperoleh, hasil pengukuran dianggap valid hanya
untuk pengukuran dengan nilai torsi di atas 10.
9.
Catat nilai viskositas yang terukur.
Lampiran 2 Prosedur analisis sifat fisikokimia Coal Dust Suppressant CDS
A. Densitas
1. Hidupkan alat melalui tombol yang ada di bagian belakang alat 2. Warming up sekitar 15 menit
3. Pilih method yang diinginkan, misalnya: Lubricant, Fuel, Crude Oil, Brix atau yang lain
4. Sambungkan selang pumpa ke adapter dan aktifkan pompa 5. Setelah pompa dimatikan, pastikan nilai density udara pada 20
o
C adalah 0.00120 grcm
3
Faktor koreksi + 0.00005, dalam range 0.00125 sd
0.00115 6. Alat siap digunakan untuk pengukuran
7. Gunakan syringe secara selektif untuk menghindari kontaminasi, dan pisahkan menjadi 4 buah, misalnya untuk air, lubricant, crude oil dan
solvent pelarut. 8. Bila telah didapatkan hasil pengukuran, segera bilas U-tube dengan
solvent yang dapat melarutkan sampel. 9. Lakukan pembilasan minimal 5 kali dengan syringe pada U-tube, bila
kurang, bilas lagi sampai benar-benar bersih 10. Masukan solvent pengering seperti toluene atau acetone 2 atau 3 kali
syringe. 11. Sambungkan selang pumpa ke adapter, lalu aktifkan pumpa, pumpa akan
otomatis berhenti setelah 10 menit, tetapi pumpa dapat dimatikan kapan saja bila diyakini U-tube sudah bersih dan kering.
12. Matikan pumpa, lalu tunggu suhu mencapai 20 C, dan nilai density udara
didapatkan nilai 0.00120 grcm
3
. 13. Alat siap untuk digunakan untuk sampel selanjutnya atau dimatikan.
B. Viskositas
1. Siapkan larutan yang akan diukur viskositasnya sebanyak + 10 ml. 2. Tentukan kisaran perkiraan maksimum nilai viskositas larutan.
3. Masukkan sampel ke dalam tube sebanyak 6,7 ml. 4. Lakukan zeroing sebelum melakukan pengukuran.
5. Pasang spindel SC4-18 pada ulir.
6. Tentukan kecepatan pengukuran yang dikehendaki. 7. Nyalakan viscometer.
8. Lihat nilai torsi yang diperoleh, hasil pengukuran dianggap valid hanya untuk pengukuran dengan nilai torsi di atas 10.
9. Catat nilai viskositas yang terukur.
C. pH
1. Siapkan larutan yang akan diukur pH-nya. 2. Nyalakan alat pengukur pH portabel Schott pada mode AR Auto Read
3. Celupkan ujung elektroda pada larutan sampel. 4. Tunggu sampai nilai pH muncul dan indicator AR stabil.
Lampiran 3 Prosedur analisis Evaporation Rate ASTM D 4902-99 1. Timbang 10
– 20 gram sampel debu batubara atau partikel batubara 2. Tambahkan formula CDS pada sampel debu batubara kemudian aduk secara
merata. 3. Simpan dalam oven pada suhu 60
o
C selama 4 jam. 4. Setelah 4 jam, keluarkan sampel dari oven dan dinginkan dalam desikator.
5. Timbang kembali sampel debu batubara yang telah di oven. 6. Dapatkan nilai evaporasi blanko dengan cara menghitung penguapan pada
sampel debu batubara tanpa penambahan formula CDS. 7. Hitung nilai Evaporation Rate sebagai banyaknya penguapan per banyaknya
sampel menggunakan rumus perhitungan.
Dimana : Es
= Bobot sampel setelah evaporasi gram Eb
= Evaporasi blanko B0
= Bobot awal sampel gram b
= Bobot sampel yang dianalisis gram
Lampiran 4 Prosedur analisis Dustiness Index ASTM D547-41 1. Siapkan tabung pendebuan yang memiliki penampung debu pada bagian atas,
tengah dan bawah. 2. Simpan sejumlah sampel di penampung debu bagian atas.
3. Secara tiba-tiba kemudian buka penampung atas, sehingga debu jatuh ke dalam tabung.
4. Diamkan tabung selama 15 detik kemudian tutup bagian atas dan tengah tabung.
5. Selama 5 menit debu yang jatuh ditampung pada penampung tengah dan ditimbang.
6. Nilai Dustiness Index kemudian dihitung sebagai persentase banyaknya debu yang tertampung dibagi banyaknya sampel debu batubara yang digunakan
dalam analisis.
Lampiran 5 Data hasil analisis densitas CDS gcm
3
dan analisis ragamnya menggunakan software Microsoft Excell 2007.
Tabel data hasil pengukuran nilai densitas formula CDS gcm
3
5 10
15 1
1,01039 1,01088
1,01101
2
1,01245 1,01286
1,01341
Total 2,02284
2,02374 2,02442
6,07100
Rataan F 1,01142
1,01187 1,01221
1,01183
Simpangan baku S : 0,00145
0,00140 0,00170
Ulangan Konsentrasi Gliserol
Total
Penyapuan
5 10
15 1
-0,00103 -0,00099
-0,00120
2
0,00103 0,00099
0,00120
Penyapuan Rataan -0,0004
3,75E-05 0,00038
Ulangan Konsentrasi Gliserol
Setelah dilakukan penyapuan, diperoleh nilai :
JK perlakuan 3,16137E-07
JK sisaan 6,95171E-06
Dengan menggunakan nilai-nilai jumlah kuadrat di atas, maka tabel analisis ragamnya adalah sebagai berikut
Analisis Ragam
Jumlah kuadrat DB
Kuadrat tengah F hitung
F tabel
3,16137E-07 2
1,58069E-07 0,068214307
9,55 6,95171E-06
3 2,31724E-06
Sumber keragaman
Perlakuan Galat
Karena nilai F hitung = 0,068214 lebih kecil daripada F tabel
α
= 0,05, db1:db2 = 2:3
: 9,55, maka efek perlakuan penambahan gliserol terhadap nilai densitas formula
CDS tidak bersifat nyata.
Lampiran 6 Data hasil analisis pH CDS dan analisis ragamnya menggunakan software
Microsoft Excell 2007.
Tabel data hasil pengukuran pH formula CDS
5 10
15 1
5,54 5,43
5,19
2
6,91 6,73
6,82
Total 12,44
12,16 12,01
36,61
Rataan 6,22
6,08 6,01
6,10 Simpangan
baku S : 0,97
0,92 1,15
Ulangan Konsentrasi Gliserol
Total
Penyapuan
5 10
15 1
-0,69 -0,65
-0,82
2 0,69
0,65 0,82
Penyapuan Rata
0,12 -0,02
-0,10
Ulangan Konsentrasi Gliserol
Setelah dilakukan penyapuan, diperoleh nilai :
JK perlakuan 0,0239292
JK sisaan 3,1184125
Dengan menggunakan nilai-nilai jumlah kuadrat di atas, maka tabel analisis ragamnya adalah sebagai berikut
Analisis Ragam
Sumber keragaman Jumlah kuadrat
DB Kuadrat tengah
F hitung F tabel
0,023929167 2
0,011964583 0,011510264
9,55 3,1184125
3 1,039470833
Perlakuan Galat
Karena nilai F hitung = 0,01151 lebih kecil daripada F tabel
α
= 0,05, db1:db2 = 2:3
: 9,55, maka efek perlakuan penambahan gliserol terhadap nilai pH formula CDS
tidak bersifat nyata.
Lampiran 7 Data hasil analisis nilai viskositas formula CDS cP dan analisis ragamnya menggunakan software Microsoft Excell 2007.
Tabel data hasil pengukuran nilai viskositas formula CDS cP
5 10
15 1
66,65 63,40
62,95
2
84,25 84,00
81,95
Total 150,90
147,40 144,90
443,20
Rataan F 75,45
73,70 72,45
73,87 Simpangan
baku S : 12,45
14,57 13,44
Ulangan Konsentrasi Gliserol
Total
Penyapuan
5 10
15 1
-8,80 -10,30
-9,50
2 8,80
10,30 9,50
Penyapuan Rataan
1,58 -0,17
-1,42
Ulangan Konsentrasi Gliserol
Setelah dilakukan penyapuan, diperoleh nilai :
JK perlakuan 4,54
JK sisaan 547,56
Dengan menggunakan nilai-nilai jumlah kuadrat di atas, maka tabel analisis ragamnya adalah sebagai berikut
Analisis Ragam
Sumber keragaman Jumlah kuadrat DB
Kuadrat tengah F hitung F tabel
4,541666667 2
2,270833333 0,01244156
9,55 547,56
3 182,52
Galat Perlakuan
Karena nilai F hitung = 0,01244 lebih kecil daripada F tabel
α
= 0,05, db1:db2 = 2:3
: 9,55, maka efek perlakuan penambahan gliserol terhadap nilai viskositas formula
CDS tidak bersifat nyata.
Lampiran 8 Data hasil analisis nilai Evaporation Rate formula CDS g evg debu dan analisis ragamnya menggunakan software Microsoft
Excell 2007.
Tabel data hasil pengukuran nilai Evaporation Rate g evg debu
5 10
15 50 kali
0,407749 0,448235 0,337406 0,39780
0,578675 0,521634 0,52380
0,54137
100 kali 0,580904 0,535819 0,527464 0,548062
0,537877 0,528406 0,507919 0,524734
150 kali
0,750527 0,649417 0,542576 0,647507 0,540668 0,541559 0,546851 0,543026
Rataan F 0,566067 0,537512
0,49767 0,533749
Pengenceran Konsentrasi Gliserol
Rataan P
Rataan Pengenceran - Konsentrasi Gliserol
5 10
15 50 kali
0,46958
100 kali
0,53640
150 kali
0,59527 Rataan
0,56607 0,53751
0,49767 Rataan
Pengenceran Konsentrasi Gliserol
0,49321 0,48493
0,43060 0,55939
0,53211 0,51769
0,64560 0,59549
0,54471
Efek Interaksi Data
5 10
15 50 kali
-0,00869 0,011589 -0,0029
-0,064166
100 kali -0,00932
-0,00805 0,017373 0,0026489
150 kali
0,018014 -0,00354
-0,01447 0,0615171
Sisaan 0,032317 0,003762
-0,03608
Pengenceran Konsentrasi Gliserol
Sisaan
Nilai Sisaan
Pengenceran 5
10 15
50 kali -0,08546
-0,03670 -0,09320
0,085463 0,03670
0,09320
100 kali 0,021513 0,003706 0,009773
-0,02151 -0,00371
-0,00977
150 kali 0,104929 0,053929
-0,00214 -0,10493
-0,05393 0,002137
Konsentrasi Gliserol
Kuadrat Sisaan
Pengenceran 5
10 15
50 kali
0,007303921 0,001347 0,008685946
0,007303921 0,001347 0,008685946
100 kali
0,000462823 1,37E-05
9,55037E-05 0,000462823
1,37E-05 9,55037E-05
150 kali
0,011010178 0,002908 4,56881E-06
0,011010178 0,002908 4,56881E-06
Konsentrasi Gliserol
Jumlah kuadrat Pengenceran 0,047452
Jumlah kuadrat kons. Gliserol 0,014162
Jumlah kuadrat interaksi 0,002436
Jumlah kuadrat galat 0,063664
Analisis Ragam
Sumber keragaman Jumlah kuadrat
DB Kuadrat tengah
F hitung F tabel
Efek Pengenceran 0,047452
2 0,023725938 3,354083
4,26 Efek Konsentrasi
0,014162 2
0,007080839 1,001002 4,26
Efek Interaksi 0,002436
4 0,000609115 0,086109
3,63 Galat
0,063664 9
0,007073749
Karena nilai F hitung pengenceran, formula dan interaksi lebih kecil daripada F tabel
α
= 0,05
, maka efek perlakuan penambahan gliserol terhadap nilai Evaporation Rate
formula CDS tidak bersifat nyata.
Lampiran 9 Data hasil analisis nilai Dustiness Index CDS dan analisis ragamnya menggunakan Microsoft Excell 2007.
Tabel data hasil analisis nilai Dustiness Index DI CDS
Tabel Data
5 10
15 50 kali
0,120575 0,100543 0,070249 0,097122 0,106508 0,098271 0,078692
0,09449
100 kali 0,220392 0,138112 0,151142 0,169882
0,163915 0,16510 0,100035 0,143017
150 kali 0,280713 0,206508
0,21400 0,23374
0,149463 0,184776 0,149322 0,161187
Rataan F 0,173594 0,148885
0,12724 0,149906
Pengenceran Konsentrasi Gliserol
Rataan P
5 10
15 50 kali
100 kali 150 kali
Pengenceran Konsentrasi Gliserol
0,11354 0,09941
0,07447 0,19215
0,15161 0,12559
0,21509 0,19564
0,18166
Efek Interaksi Data
5 10
15 50 kali
-0,00869 0,011589 -0,0029
-0,064166
100 kali
-0,00932 -0,00805 0,017373
0,0026489
150 kali 0,018014
-0,00354 -0,01447
0,0615171
Sisaan
0,032317 0,003762 -0,03608
Pengenceran Konsentrasi Gliserol
Sisaan
Nilai Sisaan
Pengenceran 5
10 15
50 kali 0,007033 0,001136
-0,00422 -0,00703
-0,00114 0,004221
100 kali 0,028238
-0,01349 0,025553 -0,02824 0,013494
-0,02555
150 kali 0,065625 0,010866 0,032339
-0,06563 -0,01087
-0,03234
Konsentrasi Gliserol
Kuadrat Sisaan
Pengenceran 5
10 15
50 kali 4,94638E-05
1,29E-06 1,78E-05
4,94638E-05 1,29E-06
1,78E-05
100 kali 0,000797407 0,000182
0,000653 0,000797407 0,000182
0,000653
150 kali 0,004306673 0,000118
0,001046 0,004306673 0,000118
0,001046
Konsentrasi Gliserol
Jumlah kuadrat Pengenceran 0,031388
Jumlah kuadrat Formula 0,006456
Jumlah kuadrat interaksi 0,000738
Jumlah kuadrat galat 0,014343
Analisis Ragam
Sumber keragaman Jumlah kuadrat
DB Kuadrat tengah
F hitung F tabel
Efek Pengenceran 0,031388
2 0,015693965 9,847608
4,26 Efek Konsentrasi
0,006456 2
0,003227762 2,025347 4,26
Efek Interaksi 0,000738
4 0,00018462 0,115845
3,63 Galat
0,014343 9
0,001593683
Karena nilai F hitung pengenceran 9,85 lebih besar daripada F tabel
α
= 0,05
4,26, maka efek perlakuan penambahan gliserol terhadap nilai Dustiness Index formula CDS bersifat nyata.
Untuk mengetahui pada taraf pengenceran berapa yang bersifat nyata, maka dilakukan uji pembandingan Uji Beda Nyata Fisher Beda Nyata Terkecil Uji
BNT.
Simpangan Baku √Ragam
Pengenceran Total
5 10
15 50 kali
0,017523
100 kali
0,095156
150 kali
0,153909
Total
0,142689 0,036057 0,0878415
Konsentrasi Gliserol
0,009946 0,001607 0,0059698 0,039935 0,019083 0,0361379
0,092808 0,015367 0,0457338
S2g A = 0,010307
Sg A = 0,101524
S2g B = 0,000603
Sg B = 0,024554
S2g C = 0,003433
Sg C = 0,058593
Nilai BNT = t
α
2,db galat
. Sg . , t
0,052, 3
= 3,182 Nilai BNT = 3,182 . Sg .
= 3,182 . Sg. Untuk formula A konsentrasi penambahan gliserol : 5
t Sg √ 22 =
0,323049 A
50 - 100 =
-0,078612 50 - 150
= -0,101546
100 - 150 = -0,022934
Untuk formula B konsentrasi penambahan gliserol : 10
t Sg √ 22 =
0,078131 B
50 - 100 =
-0,052199 50 - 150
=
-0,096
100 - 150 = -0,044036
Untuk formula C konsentrasi penambahan gliserol : 15
t Sg √ 22 =
0,186444 C
50 - 100 =
-0,051118 50 - 150
= -0,10719
100 - 150 = -0,056073
Dari ketiga formulasi tersebut di atas terlihat bahwa pengaruh pengenceran terlihat nyata pada formula B antara selang pengenceran 50 dengan 150 kali.
Selain selang pengenceran tersebut, pengenceran tidak berpengaruh nyata terhadap nilai Dustiness Index formula CDS
Lampiran 10 Diagram alir proses produksi CDS
30 menit, 300 rpm
Gliserol Kasar Unit Pemurnian Gliserol
Asam Fosfat Teknis Pengadukan
Pemisahan Garam Kalium Fosfat
Penyaring Vakum
Fraksi Cair Asam Lemak
Settling Tank
Gliserol 80 Surfaktan SLS
Polimer PVA Konsentrat
Air konsentrat
CDS
Unit Formulasi CDS Air Produk
Pengadukan Produk
30 - 60 menit, 300-400 rpm
Produk Akhir
Lampiran 11 Perhitungan neraca massa produksi CDS Kapasitas produksi CDS
= 5.000 kg tahun = 166,7 kghari
Waktu operasi = 300 haritahun
Basis perhitungan = 1 hari operasi
1. REAKTOR PEMURNIAN GLISEROL KASAR HASIL SAMPING
PRODUKSI BIODIESEL JARAK PAGAR
Komposisi gliserol kasar hasil samping produksi biodiesel jarak pagar terdiri dari 50 gliserol dan sisanya adalah pengotor sabun dan sisa katalis basa
Produksi CDS = 33,33 kgkg gliserol
Konversi gliserol kasar G50 menjadi gliserol teknis G80 = 40 Bahan baku gliserol kasar yang dibutuhkan per hari :
= = 11,91 kg
Reaktor Pemurnian Gliserol kasar
Asam Fosfat Campuran
Asam fosfat yang digunakan = 5 massa gliserol kasar
= 0,05 x 16,67 = 0,8335 kg. Campuran = Gliserol kasar + Asam fosfat
= 11,91kg + 0,59kg = 12,50kg
2. PENYARINGAN
Filter K
3
PO
4
Fraksi Cair Campuran
Garam K
3
PO
4
yang dihasilkan = 20 campuran = 0,2 x 12,5 kg
= 2,5kg Fraksi Cair
= 80 campuran = 0,8 x 12,5
= 10kg
3. TANGKI PENGENDAPAN
Tangki Pengendapan Asam Lemak
Gliserol Fraksi Cair
Fraksi Cair = 10kg
Asam Lemak = 50 Fraksi Cair = 0,5 x 10 kg = 5kg
Gliserol = 50 Fraksi Cair = 0,5 x 10kg = 5kg
4. REAKTOR FORMULASI
Reaktor Formulasi CDS
Gliserol Polimer PVA
Surfaktan SLS Air
Gliserol = 5kg Polimer PVA = 2,67 x gliserol = 2,67 x 5kg = 13,336kg
Surfaktan SLS = 2,67 x gliserol = 2,67 x 5kg = 13,336kg Air = 27 x gliserol = 27 x 5kg = 135,03kg
Produk CDS = Gliserol + Polimer PVA + Surfaktan SLS + Air
= 5kg + 13,336kg + 13,336kg + 135,03kg = 166,7kg.
Lampiran 12 Diagram instrumen dan pemipaan Piping and Instrumentations Diagram serta tata letak ruang produksi, ruang penyimpanan dan kantor industri CDS
Tangki Gliserol Kasar Tangki
Asam Fosfat
Reaktor Pemurnian Gliserol Kasar
T Termometer
Heater Motor 0,5 HP
Pompa Vakum
Garam Kalium Fosfat Settling Tank
Tangki Asam Lemak Tangki Gliserol
Hasil Pemurnian Kontainer Polimer
Tangki Formulasi CDS Surfaktan SLS
Tangki Air
Tangki Penyimpanan Produk CDS
Diagram instrumen dan pemipaan
Tangki Gliserol
Kasar Reaktor
Pemurnian Gliserol Kasar
Tangki Asam
Fosfat
Filter Press
Unit Pemurnian K
3
PO
4
Tangki Pengendapa
n
Unit Pemurnian K
3
PO
4
Tangki Gliserol
Tangki Surfaktan
Kontainer Polimer
Tangki Air
Reaktor Formulasi
Gudang Produk
Kantor
Laboratorium
Tata letak ruang produksi, ruang penyimpanan dan kantor industri CDS
Lampiran 13 Rincian dana investasi dan modal kerja pembangunan industri CDS A. Bangunan dan Peralatan Proses
No. Uraian
Jumlah Satuan Hargasatuan Rp
Biaya Rp
Unit Purifikasi 1. Tangki Stainless Steel,
100 L 2
unit 1.000.000 2.000.000
2. Tangki Stainless Steel, 50 L
2 unit
500.000 1.000.000
3. Motor Pengaduk 1 HP 1 unit
830.000 830.000
4. Pemasangan pipa 1
Paket 3.000.000 3.000.000
Unit Formulasi CDS 5. Tangki Stainless Steel
200 L 2
unit 2.000.000 2.000.000
6. Tangki Stainless Steel, 100 L
1 unit
1.000.000 1.000.000
Jumlah 9.830.000 B. Kendaraan
No. Uraian
Jumlah Satuan Hargasatuan Rp
Biaya Rp
1. Mobil Pick Up 1
unit 83.500.000 83.500.000
2. Sepeda Motor 1
unit 13.200.000 13.200.000
Jumlah 96.700.000 C. Biaya Perizinan
No. Uraian
Jumlah Satuan Hargasatuan Rp
Biaya Rp
1. Izin Mendirikan
Bangunan 1
lot 3.500.000
3.500.000
2. UKL UPL 1
lot 5.000.000
5.000.000 3. Izin pertanahan
1 lot
2.000.000 2.000.000
Jumlah 10.000.000
D. DED dan pengawasan pemeliharaan peralatan selama konstruksi Gambar keteknikan detail Detailed Engineering Design DED dihitung
berdasarkan persentase 0,5 dari jumlah total investasi. Dengan demikian, diperoleh nilai DED dan pengawasanpemeliharaan peralatan selama konstruksi
adalah 0,5 x Rp117.030.000,- = Rp585.000,-
Lampiran 14 Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industri CDS
CDS FINANCIAL ANALYSIS
III. MODAL KERJA x Rp 1000,-
Year 1 Year 2
Year 3 Year 4
Year 5
days
1
Account Receivable 30
product 62.687
78.985 91.941
96.538 101.365
2
Inventory 10
product+raw mat. 25.075
31.594 36.776
38.615 40.546
3
Account Payable 30
raw mat. -
- -
- -
Working Capital 87.762
110.580 128.717
135.153 141.911
Loan for Working Capital 87.762
IV. DEPRESIASI x Rp 1000,-
Year 1 Year 2
Year 3 Year 4
Year 5
1 Mesin dan Peralatan
20 tahun
3.000 150
150 150
150 150
2 Bangunan Perumahan
20 tahun
- -
- -
- -
3 Kendaraan 5
tahun 96.700
19.340 19.340
19.340 19.340
19.340 99.700
19.490 19.490
19.490 19.490
19.490
V. PRODUCTION COST x Rp 1000,-
Year 1 Year 2
Year 3 Year 4
Year 5
1
Variable Cost AVERAGE PRODUCTION CAPACITY
75 90
100 100
100 -
Raw Material Pemakaian Gliserol kasar per tahun
4 Ton
3 3
4 4
4 Sub Total Raw Material
- IDRx1000ton
- -
- -
- -
Bahan Kimia Qty
Unit Harga IDRx1000ton
a. Gliserol ton
20.000 2.813
3.544 4.125
4.331 4.548
b. Polimer PVA 4
ton 80.000
240.000 302.400
352.000 369.600
388.080
Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS lanjutan
Year 6 Year 7
Year 8 Year 9
Year 10 Year 11
Year 12 Year 13
Year 14 Year 15
106.433 106.433
106.433 106.433
106.433 106.433
106.433 106.433
106.433 106.433
42.573 42.573
42.573 42.573
42.573 42.573
42.573 42.573
42.573 42.573
- -
- -
- -
- -
- -
149.006 149.006
149.006 149.006
149.006 149.006
149.006 149.006
149.006 149.006
Year 6 Year 7
Year 8 Year 9
Year 10 Year 11
Year 12 Year 13
Year 14 Year 15
150 150
150 150
150 150
150 150
150 150
- -
- -
- -
- -
- -
19.340 19.340
19.340 19.340
19.340 19.340
19.340 19.340
19.340 19.340
19.490 19.490
19.490 19.490
19.490 19.490
19.490 19.490
19.490 19.490
Year 6 Year 7
Year 8 Year 9
Year 10 Year 11
Year 12 Year 13
Year 14 Year 15
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
- -
- -
- -
- -
- -
4.775 4.775
4.775 4.775
4.775 4.775
4.775 4.775
4.775 4.775
407.484 407.484
407.484 407.484
407.484 407.484
407.484 407.484
407.484 407.484
Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS lanjutan
c. Surfaktan SLS 4
ton 20.000
60.000 75.600
88.000 92.400
97.020 d. Akuades
91 ton
- -
- -
- -
Sub Total Bahan Kimia 302.813
381.544 444.125
466.331 489.648
-
Utilities Cost 13.500
17.010 19.800
20.790 21.830
-
Tenga Kerja : Langsung a. Operator
2 orang
57.600 115.200
120.960 127.008
133.358 140.026
b. Maintenance -
orang 32.000
- -
- -
- 89.600
115.200 120.960
127.008 133.358
140.026 Total Variable Cost
431.513 519.514
590.933 620.480
651.504
BIAYA PRODUKSI LANGSUNG x Rp 1000,-
431.513 519.514
590.933 620.480
651.504
HARGA POKOK PENJUALAN PER TON PRODUK x Rp 1000,-
11.507 11.545
11.819 12.410
13.030
2 Fixe d Cos t
Tenaga Kerja : Tidak Langsung a. Kepala Pabrik
1 orang
154.704 154.704
162.439 170.561
179.089 188.044
b. Manajer -
orang 132.544
- -
- -
- c. Staf
- orang
57.600 -
- -
- -
d. Administrasi -
orang 32.000
- -
- -
- e. Satpam
- orang
32.000 -
- -
- -
154.704 162.439
170.561 179.089
188.044 Repair Maintenance
5,0 Equip costTahun 5.327
5.593 5.872
6.166 6.474
Overhead Adm 5,0 Biaya TK
13.495 14.170
14.878 15.622
16.403 Biaya Asuransi
3,0 Equip costTahun 3.196
3.196 3.196
3.196 3.196
Biaya Pemasaran 2,5 Penjualan
18.806 23.696
27.582 28.961
30.409 Depresiasi
19.490 19.490
19.490 19.490
19.490 Interest for Invest.
10 8.226
6.415 4.604
2.792 981
Interest for Work. Cap. 12
6.765 2.377
- -
- Total Fixed Cost
384.713 399.815
416.745 434.407
453.042
TOTAL PRODUCTION COST x Rp 1000,- 816.225
919.328 1.007.678
1.054.886 1.104.545
Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS lanjutan
101.871 101.871
101.871 101.871
101.871 101.871
101.871 101.871
101.871 101.871
- -
- -
- -
- -
- -
514.130 514.130
514.130 514.130
514.130 514.130
514.130 514.130
514.130 514.130
22.921 22.921
22.921 22.921
22.921 22.921
22.921 22.921
22.921 22.921
140.026 140.026
140.026 140.026
140.026 140.026
140.026 140.026
140.026 140.026
- -
- -
- -
- -
- -
140.026 140.026
140.026 140.026
140.026 140.026
140.026 140.026
140.026 140.026
677.077 677.077
677.077 677.077
677.077 677.077
677.077 677.077
677.077 677.077
677.077 677.077
677.077 677.077
677.077 677.077
677.077 677.077
677.077 677.077
13.542 13.542
13.542 13.542
13.542 13.542
13.542 13.542
13.542 13.542
197.446 197.446
197.446 197.446
197.446 197.446
197.446 197.446
197.446 197.446
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
197.446 197.446
197.446 197.446
197.446 197.446
197.446 197.446
197.446 197.446
6.798 6.798
6.798 6.798
6.798 6.798
6.798 6.798
6.798 6.798
16.874 16.874
16.874 16.874
16.874 16.874
16.874 16.874
16.874 16.874
3.196 3.196
3.196 3.196
3.196 3.196
3.196 3.196
3.196 3.196
31.930 31.930
31.930 31.930
31.930 31.930
31.930 31.930
31.930 31.930
19.490 19.490
19.490 19.490
19.490 19.490
19.490 19.490
19.490 19.490
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
473.179 473.179
473.179 473.179
473.179 473.179
473.179 473.179
473.179 473.179
1.150.257 1.150.257
1.150.257 1.150.257
1.150.257 1.150.257
1.150.257 1.150.257
1.150.257 1.150.257
Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS lanjutan
VI. INCOME x Rp 1000,-
Year 1 Year 2
Year 3 Year 4
Year 5
-
CDS Production 50 Tontahun
38 45
50 50
50 Losses
0,001 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
Total CDS Production 37
45 50
50 50
-
Produksi FFA 2 Tontahun
1 1
2 2
2
-
Produksi K3PO4 1 Tontahun
1 1
1 1
1
-
Revenue Harga Jual
CDS 20.000 IDRx1000ton
749.993 944.991
1.099.989 1.154.988
1.212.738 FFA
1.000 IDRx1000ton 1.125
1.418 1.650
1.733 1.819
K3PO4 2.000 IDRx1000ton
1.125 1.418
1.650 1.733
1.819
TOTAL REVENUE x Rp 1000,- 752.243
947.826 1.103.289
1.158.453 1.216.376
VII. NET INCOME STATEMENT x Rp 1000,-
Year 1 Year 2
Year 3 Year 4
Year 5
- Total Sales Revenue 752.243
947.826 1.103.289
1.158.453 1.216.376
- Production Cost 816.225
919.328 1.007.678
1.054.886 1.104.545
-
Profit Before Tax 63.983
28.497 95.611
103.567 111.831
Tax 30
19.195 8.549
28.683 31.070
33.549
-
Profit After Tax 44.788
19.948 66.928
72.497 78.282
-
Retained Earning 44.788
24.840 42.088
114.585 192.866
-
Operating Margin BEP Rupiah
902.308 884.763
897.404 935.435
975.564 Average BEP
977.725
Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS lanjutan
Year 6 Year 7
Year 8 Year 9
Year 10 Year 11
Year 12 Year 13
Year 14 Year 15
50 50
50 50
50 50
50 50
50 50
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
50 50
50 50
50 50
50 50
50 50
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1.273.375 1.273.375
1.273.375 1.273.375
1.273.375 1.273.375
1.273.375 1.273.375
1.273.375 1.273.375
1.910 1.910
1.910 1.910
1.910 1.910
1.910 1.910
1.910 1.910
1.910 1.910
1.910 1.910
1.910 1.910
1.910 1.910
1.910 1.910
1.277.195 1.277.195
1.277.195 1.277.195
1.277.195 1.277.195
1.277.195 1.277.195
1.277.195 1.277.195
Year 6 Year 7
Year 8 Year 9
Year 10 Year 11
Year 12 Year 13
Year 14 Year 15
1.277.195 1.277.195
1.277.195 1.277.195
1.277.195 1.277.195
1.277.195 1.277.195
1.277.195 1.277.195
1.150.257 1.150.257
1.150.257 1.150.257
1.150.257 1.150.257
1.150.257 1.150.257
1.150.257 1.150.257
126.938 126.938
126.938 126.938
126.938 126.938
126.938 126.938
126.938 126.938
38.081 38.081
38.081 38.081
38.081 38.081
38.081 38.081
38.081 38.081
88.857 88.857
88.857 88.857
88.857 88.857
88.857 88.857
88.857 88.857
281.723 370.580
459.437 548.293
637.150 726.007
814.864 903.720
992.577 1.081.434
1.007.040 1.007.040
1.007.040 1.007.040
1.007.040 1.007.040
1.007.040 1.007.040
1.007.040 1.007.040
Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS lanjutan
VIII. FINANCIAL RETURN x Rp 1000,-
- 1
2 3
4 5
Year -1 Year 1
Year 2 Year 3
Year 4 Year 5
Penerimaan Bersih
- Years Net Profit 44.788
19.948 66.928
72.497 78.282
- Depreciation 19.490
19.490 19.490
19.490 19.490
25.298 39.438
86.418 91.987
97.772
Pengeluaran bersih
- Investasi + IDC 125.848
- -
- -
- - Modal Kerja
- 87.762
- -
- -
- Long Term Loan Repayment 18.113
18.113 18.113
18.113 18.113
- Short Term Loan Repayment 30.717
30.717 -
- -
125.848 136.591
48.829 18.113
18.113 18.113
ANNUAL CASH FLOW 125.848
161.889 9.391
68.305 73.874
79.659 1,000
0,909 0,826
0,751 0,683
0,621 125.848
147.172 7.761
51.319 50.457
49.462 125.848
273.020 280.781
229.463 179.006
129.544 ACC. CASH FLOW
125.848 287.737
297.128 228.823
154.949 75.290
Internal Rate of Return IRR =
21,49 15 years Net Present Value NPV
= 283.831
15 years Pay Back Periode PBP
= 7,23
years Net Benefit Cost NetBC
= 2,04
Return on Investment ROI -35,59
15,85 53,18
57,61 62,20
Return on Equity ROE -72,69
32,38 108,63
117,67 127,05
Average ROI 57,29
Average ROE 117,01
Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS lanjutan
6 7
8 9
10 11
12 13
14 15
Year 6 Year 7
Year 8 Year 9
Year 10 Year 11
Year 12 Year 13
Year 14 Year 15
88.857 88.857
88.857 88.857
88.857 88.857
88.857 88.857
88.857 88.857
19.490 19.490
19.490 19.490
19.490 19.490
19.490 19.490
19.490 19.490
108.347 108.347
108.347 108.347
108.347 108.347
108.347 108.347
108.347 108.347
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
108.347 108.347
108.347 108.347
108.347 108.347
108.347 108.347
108.347 108.347
0,564 0,513
0,467 0,424
0,386 0,350
0,319 0,290
0,263 0,239
61.159 55.599
50.545 45.950
41.772 37.975
34.523 31.384
28.531 25.937
68.385 12.786
37.759 83.708
125.481 163.456
197.978 229.362
257.894 283.831
33.057 141.403
249.750 358.097
466.444 574.790
683.137 791.484
899.831 1.008.177
70,61 70,61
70,61 70,61
70,61 70,61
70,61 70,61
70,61 70,61
144,22 144,22
144,22 144,22
144,22 144,22
144,22 144,22
144,22 144,22
Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS lanjutan
IX. FUND FLOW STATEMENT x Rp 1000,-
Construction Year
Year -1 Year 1
Year 2 Year 3
Year 4 Year 5
CASH INFLOW
Sales Revenue 689.556
868.840 1.011.348
1.061.916 1.115.011
Account Receivable 62.687
78.985 91.941
96.538 Equity
61.613 Investment Debt
82.331 Working Capital Debt
61.433 Total Cash Inflow
205.377 689.556
931.527 1.090.334
1.153.856 1.211.549
CASH OUTFLOW
Capital Expenditure 117.615
Cash Expenses excl. interest, depreciation 781.744
891.046 983.584
1.032.604 1.084.074
Account Payable -
- -
- - Investmen Debt
18.113 18.113
18.113 18.113
18.113 - Working Capital Debt
30.717 30.717
Interest Charge 14.991
8.792 4.604
2.792 981
Taxes 19.195
8.549 28.683
31.070 33.549
Inc. Inventory 25.075
6.519 5.182
1.839 1.931
Total Cash Inflow 117.615
851.445 963.736
1.040.166 1.086.418
1.138.648
NET CASH OUTFLOW x Rp 1000,- 87.762
161.889 32.209
50.168 67.439
72.901
Beginning Cash Balance -
87.762 74.127
106.337 56.169
11.270 Ending Cash Balance
87.762 74.127
106.337 56.169
11.270 84.171
Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS lanjutan
Year 6 Year 7
Year 8 Year 9
Year 10 Year 11
Year 12 Year 13
Year 14 Year 15
1.170.762 1.170.762
1.170.762 1.170.762
1.170.762 1.170.762
1.170.762 1.170.762
1.170.762 1.170.762
101.365 106.433
106.433 106.433
106.433 106.433
106.433 106.433
106.433 106.433
1.272.127 1.277.195
1.277.195 1.277.195
1.277.195 1.277.195
1.277.195 1.277.195
1.277.195 1.277.195
1.130.767 1.130.767
1.130.767 1.130.767
1.130.767 1.130.767
1.130.767 1.130.767
1.130.767 1.130.767
- -
- -
- -
- -
- -
38.081 38.081
38.081 38.081
38.081 38.081
38.081 38.081
38.081 38.081
2.027 -
- -
- -
- -
- -
1.170.875 1.168.848
1.168.848 1.168.848
1.168.848 1.168.848
1.168.848 1.168.848
1.168.848 1.168.848
101.251 108.347
108.347 108.347
108.347 108.347
108.347 108.347
108.347 108.347
84.171 185.422
293.769 402.115
510.462 618.809
727.156 835.502
943.849 1.052.196
185.422 293.769
402.115 510.462
618.809 727.156
835.502 943.849
1.052.196 1.160.543
Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS lanjutan
X. BALANCE SHEET
Construction Year
Year -1 Year 1
Year 2 Year 3
Year 4 Year 5
ASSETS
Current Assets - Ending Cash Balance
87.762 74.127
106.337 56.169
11.270 84.171
- Account Receivable 62.687
78.985 91.941
96.538 101.365
- Inventory 25.075
31.594 36.776
38.615 40.546
Total Current Assets 87.762
13.634 4.243
72.548 146.422
226.081 Fixed Investment
125.848 125.848
125.848 125.848
125.848 125.848
Less Accum Depreciation 19.490
38.980 58.470
77.960 97.450
Net Fixed Assets 125.848
106.358 86.868
67.378 47.888
28.398
TOTAL ASSETS x Rp 1000,- 213.610
119.993 91.111
139.926 194.311
254.480 LIABILITIES AND EQUITY
Liabilities - Account Payable
- -
- -
- -
- Long Term Loan Balance 90.564
72.451 54.338
36.225 18.113
- - Short Term Loan Balance
61.433 30.717
- -
- Total Liabilities
151.997 103.168
54.338 36.225
18.113 -
Equity - Share Capital
61.613 61.613
61.613 61.613
61.613 61.613
- Retairned Earnings -
44.788 24.840
42.088 114.585
192.866 Total Equity
61.613 16.825
36.773 103.701
176.198 254.480
TOTAL LIABILITIES AND EQUITY x Rp 1000,- 213.610
119.993 91.111
139.926 194.311
254.480
Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS lanjutan
Year 6 Year 7
Year 8 Year 9
Year 10 Year 11
Year 12 Year 13
Year 14 Year 15
185.422 293.769
402.115 510.462
618.809 727.156
835.502 943.849
1.052.196 1.160.543
106.433 106.433
106.433 106.433
106.433 106.433
106.433 106.433
106.433 106.433
42.573 42.573
42.573 42.573
42.573 42.573
42.573 42.573
42.573 42.573
334.428 442.775
551.122 659.468
767.815 876.162
984.509 1.092.855
1.201.202 1.309.549
125.848 125.848
125.848 125.848
125.848 125.848
125.848 125.848
125.848 125.848
116.940 136.430
155.920 175.410
194.900 214.390
233.880 253.370
272.860 292.350
8.908 10.582
30.072 49.562
69.052 88.542
108.032 127.522
147.012 166.502
343.336 432.193
521.050 609.906
698.763 787.620
876.477 965.333
1.054.190 1.143.047
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
61.613 61.613
61.613 61.613
61.613 61.613
61.613 61.613
61.613 61.613
281.723 370.580
459.437 548.293
637.150 726.007
814.864 903.720
992.577 1.081.434
343.336 432.193
521.050 609.906
698.763 787.620
876.477 965.333
1.054.190 1.143.047
343.336 432.193
521.050 609.906
698.763 787.620
876.477 965.333
1.054.190 1.143.047
ABSTRACT
Anas Bunyamin. Utilization of Glycerol By Product of Jatropha Biodiesel Production as Coal Dust Suppressant Component
. Under supervision of Erliza Hambali and Ani Suryani.
Jatropha curcass L oil based biodiesel industry development was not
longer established due to its low added value, especially, after the world oil price stabilized. One of the possible efforts to increase the added value of Jatropha
biodiesel industry products is the utilization of glycerol by product of Jatropha biodiesel production as high valued economic products. Glycerol can be
developed as a component of Coal Dust Suppressant CDS formula which is necessary to prevent coal dust air pollution. Coal dust is an aggregate that caused
serious health and environmental problems. In general, this study aimed to obtain alternative utilization of glycerol byproduct of biodiesel production production as
a valuable and high valued economic product. Specifically, this research was designed to obtain the concentration of glycerol by product of jatropha biodiesel
industry in CDS formula, to determine the durability performance of CDS formula to the increased dilution, and also to obtain financial feasibility analysis of CDS
based industry.
The result shows that as the glycerol addition increased, the density of the formula increased, while the value of pH and viscosity is decreased. Even
though, using 95 level of confidence, statistical analysis stated that those effects of glycerol addition on whole of analyzed properties were not significant.
Evaporation Rate ER and Dustiness Index DI analysis show that the best formula was the one with 15 of glycerol. Resulted CDS formula has a fairly
good durability performance in 50
– 100 times dilution. Statistical analysis at 95 confidence level indicates that the increase in dilution did not significantly affect
the performance of CDS formula. Compared with commercial CDS formula, the resulted CDS formula has better performance with ER value of 0.43 g ev g dust
and DI value of 0.07 while the ER value of commercial CDS formula was 0.48 g ev g dust and the DI value of 0.09.
Financial analyses indicate that the CDS industry with the capacity of 50 ton per year was feasible to be develop. Parameters that being the investment
feasibility indicator were positive NPV Net Present Value IDR 283,831,000,-, IRR Internal Rate of Return higher than 10 21.49, Pay Back Period PBP
on the year of 7.2, Net BC higher than 1 2.04, average of Return on Investment ROI 57.29 and Return on Equity ROE 117.01.
Keywords : Coal Dust Suppressant, Glycerol, Jatropha curcass L.
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman jarak pagar Jatropha curcass Linn. dalam beberapa tahun belakangan ini dikembangkan sebagai salah satu tanaman alternatif penghasil
bioenergi. Tanaman jarak pagar telah mulai dikembangkan di beberapa negara, seperti Cina yang mengembangkan lahan seluas 1 juta ha hingga tahun 2010,
India seluas 400.000 ha hingga tahun 2009, Kamboja seluas 1 juta ha dalam waktu 3 tahun, Vietnam, Thailand, dan beberapa negara lainnya.
Perkembangan industri biodiesel dari minyak jarak pagar tidak berlangsung lama karena masih rendahnya nilai tambah biodiesel dan produk lainnya, sehingga
industri biodiesel jarak pagar mengalami kesulitan untuk bertahan, apalagi setelah harga minyak bumi kembali stabil, sehingga fokus pengembangan bahan bakar
alternatif kembali berkurang. Untuk mempertahankan pengembangan bahan bakar nabati berbasis tanaman jarak pagar, maka upaya peningkatan nilai tambah
produk-produk turunan tanaman jarak pagar mutlak harus dilakukan. Salah satu upaya peningkatan nilai tambah produk industri biodiesel jarak pagar yang dapat
dilakukan adalah pemanfaatan gliserol hasil samping produksi biodiesel menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Gliserol pada proses produksi biodiesel dari minyak jarak pagar merupakan hasil samping yang diperoleh dari pemotongan rantai trigliserida pada reaksi
transesterifikasi. Jumlah gliserol yang dihasilkan pada proses produksi biodiesel rata-rata mencapai 10,5 dengan kemurnian hanya sekitar 50 Knothe et al.
2005. Walaupun gliserol sangat banyak diaplikasikan dalam bidang pangan, obat- obatan dan bidang lainnya, namun karena kemurnian gliserol hasil samping
produksi biodiesel jarak pagar sangat rendah, maka nilai ekonomisnya pun tidak begitu tinggi Pachauri dan He 2006. Salah satu peluang pemanfaatan gliserol
hasil samping produksi biodiesel jarak pagar adalah sebagai komponen formula CDS.
Gliserol dapat digunakan sebagai komponen formula CDS karena karakteristiknya yang dapat mengikat kandungan air pada udara. Semakin tinggi
kelembaban debu batubara, maka kemampuannya untuk terbang menjadi semakin
rendah. Tingginya titik didih gliserol juga menjadi faktor pendukung digunakannya gliserol sebagai komponen formula CDS.
Industri pertambangan seperti tambang timah, batubara, dan semen merupakan salah satu kelompok industri yang menggunakan energi dalam jumlah
yang sangat besar. Saat ini, sebagian besar pemenuhan kebutuhan energi tersebut diperoleh dari sumber energi yang berupa batubara. Batubara digunakan sebagai
sumber energi dalam generator listrik, mesin boiler dan lain-lain. Batubara digunakan sebagai bahan bakar pada sistem pembangkit listrik karena harganya
yang relatif murah dibandingkan dengan listrik dari PLN. Walaupun demikian, penggunaan batubara tidak serta merta menjadi solusi yang terbaik. Hal ini
dikarenakan adanya masalah yang ditimbulkan selama penggunaan batubara, yaitu pencemaran udara oleh debu batubara.
Pencemaran debu batubara terjadi di lokasi aktivitas yang terkait batubara seperti lokasi penimbunan, lokasi pembakaran, serta jalanan sepanjang
lokasi penimbunan sampai lokasi pembakaran. Aktivitas truk pengangkut batubara di sekitar lokasi penyimpanan stock pile menimbulkan pencemaran udara karena
jalanan di sekitar lokasi sudah tertutupi oleh batubara. Pencemaran debu batubara yang tidak ditangani dengan serius dapat
menimbulkan gangguan kesehatan terutama gangguan pernapasan. Beberapa penelitian melaporkan adanya dugaan pengaruh debu batubara terhadap
penurunan kualitas tanaman. Dengan melihat begitu banyaknya efek negatif dari pencemaran debu batubara, maka penanggulangan debu batubara sangat mutlak
dilakukan dengan baik agar aktifitas pembakaran dan transportasi batubara tidak mencemari lingkungan udara di sekitar industri.
Salah satu upaya untuk menanggulangi pencemaran udara yang diakibatkan oleh debu batubara adalah dengan menggunakan senyawa kimia yang biasa
disebut sebagai CDS. CDS memiliki kemampuan untuk mengikat debu batubara yang berada di udara, sehingga menjadi partikel yang lebih besar dan lebih mudah
jatuh. Untuk menangani pencemaran debu batubara di jalanan, dalam industri secara lebih khusus disebut sebagai Road Dust Suppressant RDS yang biasa
digunakan untuk menekan pembentukan debu dari jalanan tersebut. Pada prinsipnya kandungan dan fungsi RDS tidak berbeda dengan CDS. Hal yang
membedakan RDS dengan CDS adalah tata cara penggunaannya dimana RDS disiramkan pada jalan batubara yang akan dilalui, sedangkan CDS biasa
digunakan dengan disemprotkan pada debu batubara yang terdapat di udara dan juga pada tumpukan batubara.
Gliserol hasil samping produksi biodiesel jarak pagar merupakan gliserol kasar yang masih mengandung bahan-bahan lainnya. Kandungan bahan-bahan
tersebut yang membedakan gliserol hasil samping produksi biodiesel jarak pagar dengan gliserol komersial yang ada di pasaran. Oleh karena itu, diperlukan
penelitian mengenai pengaruh penambahan gliserol hasil samping produksi biodiesel jarak pagar terhadap kinerja formula CDS yang dihasilkan dan
penggunaanya. Selain itu, perlu juga diteliti mengenai analisis finansial formula CDS yang mengandung komponen gliserol hasil samping produksi biodiesel jarak
pagar.
1.2 Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan alternatif pemanfaatan gliserol hasil samping proses produksi biodiesel jarak pagar menjadi
suatu produk yang memiliki manfaat dan nilai ekonomis. Adapun beberapa tujuan khusus dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mendapatkan konsentrasi gliserol hasil samping produksi biodiesel jarak pagar pada formula Coal Dust Suppressant.
b. Memperoleh informasi ketahanan kinerja formula Coal Dust Suppressant
yang dihasilkan terhadap peningkatan pengenceran. c. Mendapatkan informasi kelayakan pendirian unit industri Coal Dust
Suppressant sebagai bagian dari industri biodiesel.
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini menghasilkan formula Coal Dust Suppressant CDS yang menggunakan gliserol hasil samping proses produksi biodiesel jarak pagar.
Formula CDS yang dihasilkan dapat digunakan baik sebagai Coal Dust Suppressant
CDS maupun sebagai Road Dust Suppressant RDS. Aplikasi gliserol hasil samping proses produksi biodiesel diharapkan akan mampu menjadi
alternatif pemanfaatan gliserol dengan kemurnian rendah, sehingga memiliki nilai ekonomis yang relatif tinggi.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi hanya terbatas pada ruang lingkup berikut ini. a. Proses produksi biodiesel dari minyak jarak pagar.
b. Pemisahan gliserol dari hasil samping lain yang masih terkandung dalam gliserol kasar hasil samping produksi biodiesel jarak pagar.
c. Pengembangan formula CDS yang mengandung gliserol hasil samping produksi biodiesel jarak pagar.
d. Analisis sifat fisikokimia dan kinerja formula CDS. e. Analisis kelayakan finansial pendirian industri CDS.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Jarak Pagar
Minyak jarak pagar dihasilkan dari bagian daging biji tanaman jarak pagar. Kandungan rata-rata minyak yang terdapat dalam biji berkisar antara 20 sampai
35 dari berat kering biji. Beberapa faktor yang menentukan rendemen minyak jarak pagar adalah varietas, kualitas benih, agroklimat, tingkat kesuburan tanah
dan metode pemeliharaan yang dilakukan. Minyak jarak pagar termasuk minyak nabati yang tersusun atas molekul trigliserida yang merupakan hasil persenyawaan
gliserol dengan asam lemak Hambali et al. 2006 Sifat fisikokimia minyak jarak pagar dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Sifat fisikokimia minyak jarak pagar
Sifat fisikokimia Satuan
Nilai
Titik nyala
o
C 236
Densitas 15
o
C gcm
3
0,9177 Viskositas 30
o
C nm
2
s 49,15
Residu karbon mm
0,34 Kandungan debu sulfat
mm 0,007
Titik tuang
o
C -2,5
Kadar air ppm
935,00 Kandungan belerang
ppm 1,00
Bilangan asam mg KOHg
4,75 Bilangan iod
g Iod 100 g minyak 96,50
Bilangan Penyabunan mg KOH g lemak
195,00 Komponen asam lemak
Palmitat Stearat
Oleat Linoleat
Lainnya 14,20
6,90 43,10
34,30 1,40
Sumber: Hambali et al. 2006
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa komposisi terbesar penyusun minyak jarak pagar adalah asam oleat 43,1, kemudian asam linoleat 34,3 dan asam
palmitat 14,2. Asam oleat merupakan asam lemak yang terdiri dari rantai C16 dengan satu ikatan rangkap. Menurut Ketaren 1996, banyaknya jumlah atom C
dan ikatan rangkap dalam asam lemak menentukan sifat fisikokimia dari asam lemak tersebut. Minyak jarak pagar memiliki keunggulan dibandingkan minyak
nabati lainnya sebagai bahan baku pembuatan biodiesel karena sifat racun yang dimilikinya menjadikan penggunaan minyak jarak pagar tidak bersinggungan
dengan kepentingan pangan. Biswas et al. 2009 menyebutkan beberapa keunggulan penggunaan
minyak jarak pagar sebagai bahan baku pembuatan biodiesel adalah periode panennya yang relatif singkat karena jarak pagar merupakan tanaman perdu,
pengumpulan biji yang tidak dipengaruhi oleh musim tanam pertanian, tahan terhadap hama dan tidak dimakan oleh binatang ternak, hasil samping produksi
biodiesel yang masih memiliki kegunaan seperti pupuk bio dan gliserol serta kemampuannya untuk tetap bertahan hidup bahkan di lingkungan yang minim
nutrisi sekalipun.
2.2 Proses Produksi Biodiesel Jarak Pagar
Biodiesel atau metil ester merupakan salah satu jenis bahan bakar yang bersifat terbarukan karena bersumberkan dari sumber daya hayati, seperti minyak
nabati. Minyak nabati memiliki potensi sebagai sumber bahan bakar yang terbarukan, sekaligus sebagai alternatif bahan bakar minyak yang berbasis
petroleum atau minyak bumi Korus et al. 2000. Pemilihan bahan baku minyak nabati dan lemak hewani sangat tergantung pada kondisi geografis dan potensi
bahan baku yang dimiliki oleh suatu daerah Knothe 2005. Selain menggunakan minyak yang diperoleh dari proses ekstraksi, biodiesel juga dapat diproduksi
menggunakan minyak yang sudah digunakan seperti minyak goreng bekas seperti yang telah dilakukan oleh Hasibuan et al. 2009.
Biodiesel memiliki beberapa kelebihan dibanding bahan bakar diesel petroleum Haryanto 2007
. Kelebihan tersebut antara lain 1 merupakan bahan
bakar yang tidak beracun dan dapat dibiodegradasi, 2 mempunyai bilangan setana yang tinggi, 3 mengurangi emisi karbon monoksida, hidrokarbon dan
NOx dan 4 terdapat dalam fase cair. Ramesh et al. 2007 menambahkan bahwa penggunaan biodiesel memiliki keuntungan antara lain emisi biodiesel bebas
sulfur, meningkatkan pendapatan petani, mengurangi beban impor akan bahan bakar, serta karakteristik biodiesel tidak berbeda jauh dengan solar.
Biodiesel dapat diproduksi melalui proses esterifikasi dan transesterifikasi tergantung pada bahan baku yang digunakan. Reaksi esterifikasi dilakukan untuk
menghasilkan ester dari asam lemak dengan menggunakan pereaksi alkohol dalam suasana asam, sedangkan reaksi transesterifikasi dilakukan untuk mengkonversi
trigliserida menjadi alkil ester dengan pereaksi alkohol dalam suasana basa. Pada penggunaan minyak nabati sebagai bahan baku pembuatan biodiesel, jumlah
kandungan asam lemak bebas minyak nabati yang digunakan akan menentukan tahapan proses pembuatan biodiesel. Knothe et al. 2005 menyatakan bahwa
minyak nabati dengan jumlah asam lemak bebas dibawah 5 masih memungkinkan untuk ditransesterifikasi dengan menggunakan katalis basa. Akan
tetapi untuk minyak nabati dengan kandungan asam lemak bebas lebih dari 5, maka sabun yang terbentuk sebagai hasil reaksi antara asam lemak dan basa akan
menghambat reaksi transesterifikasi, sehingga biodiesel tidak terbentuk dengan baik. Walaupun demikian, Nakpong dan Wootthikanokkhan 2010 menyatakan
bahwa sebagian peneliti membatasi proses produksi biodiesel yang memungkinkan hanya dengan reaksi transesterifikasi adalah minyak nabati yang
kandungan asam lemak bebasnya dibawah 1. Proses produksi biodiesel yang hanya melibatkan proses transesterifikasi saja biasa disebut sebagai proses
produksi biodiesel satu tahap. Diagram alir proses produksi biodiesel satu tahap dapat dilihat pada Gambar 1.
MinyakJarak Pencampuran
Etanol 30 + KOH 3 bb
Reaktor Transesterifikasi Suhu 65
o
C, pengadukan 50 – 100 rpm
Tangki Pengendapan 2
– 3,5 jam Biodiesel Kasar
Gliserol
Air basa Tangki Pencucian
Pengeringan 110
o
C, 15 menit Biodiesel
Gambar 1 Diagram alir proses produksi biodiesel jarak pagar satu tahap Belewu et al.
2010.
Minyak jarak pagar merupakan minyak yang kadar asam lemak bebasnya dapat meningkat dengan cepat dalam waktu yang relatif singkat, sehingga proses
pembuatan biodiesel dari minyak jarak pagar biasanya dilakukan melalui dua tahap proses yaitu esterifikasi dan transesterifikasi. Proses produksi biodiesel dari
minyak jarak pagar secara dua tahap menurut Berchmans dan Hirata 2007 dapat dilihat pada Gambar 2.
FAME + MinyakJarak Pencampuran
Etanol 30 + NaOH 3 bb
Reaktor Transesterifikasi Suhu 65
o
C, pengadukan 400 rpm, 2 jam Tangki Pengendapan
2 – 12 jam
Metil Ester Kasar Gliserol
Air basa Tangki Pencucian
Pengeringan 110
o
C, 15 menit Biodiesel Metil Ester
FFA + MinyakJarak Pemanasan
Reaktor Esterifikasi Suhu 50
o
C Tangki Pengendapan
2 – 3,5 jam
Fatty Acid Methyl Esters FAME + Minyak Jarak
Sisa alkohol Metanol 225 FFA +
H
2
SO
4
1 bb
Gambar 2 Proses produksi biodiesel dua tahap Reaksi esterifikasi dan transesterifikasi ini tidak lain adalah reaksi yang
hampir sama dengan reaksi hidrolisis tetapi menggunakan alkohol. Reaksi ini
bersifat reversibel dan menghasilkan alkil ester dan gliserol. Alkohol berlebih digunakan untuk memicu reaksi pembentukan produk Khan 2002.
Transesterifikasi bertujuan untuk menurunkan viskositas minyak jarak dan meningkatkan daya pembakaran, sehingga dapat digunakan sesuai standar minyak
diesel untuk kendaraan bermotor. Sumber alkohol yang digunakan dapat bermacam-macam. Apabila
direaksikan dengan metanol, maka akan didapat metil ester, apabila direaksikan dengan etanol akan didapat etil ester. Metanol lebih banyak digunakan sebagai
sumber alkohol karena rantainya lebih pendek, lebih polar, dan harganya lebih murah dibandingkan dengan alkohol lainnya Ma dan Hanna 2001. Selain
metanol, jenis alkohol lain yang dapat digunakan adalah etanol dan butanol. Walaupun demikian, penelitian yang dilakukan oleh Hossain et al. 2010
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada level α 5 antara penggunaan metanol, etanol dan butanol. Metanol mampu menghasilkan
rendemen biodiesel tertinggi yaitu 49,5, sedangkan etanol dan butanol berturut- turut menghasilkan 23,5 dan 19,5.
Katalis basa merupakan katalis yang paling sering digunakan dalam produksi biodiesel karena beberapa hal, yaitu dapat bekerja pada suhu dan tekanan
relatif rendah 60
o
C, 20 Psi, menghasilkan derajat konversi yang tinggi 98 serta berlangsungnya konversi menjadi metil ester tanpa menjadi senyawa
intermediet terlebih dahulu Ejikeme et al. 2010. Setelah dilakukan reaksi esterifikasi dan transesterifikasi, fraksi gliserol kemudian dipisahkan dari metil
ester berdasarkan perbedaan kelarutan. Gliserol bersifat polar dan memiliki berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan metil ester atau biodiesel, sehingga
ketika diendapkan gliserol akan berada di bawah metil ester. Metil ester tidak dapat langsung digunakan, karena harus dimurnikan terlebih dahulu untuk
menghilangkan sisa gliserol, air, sisa metanol, katalis, dan bahan pengotor lainnya. Proses pemurnian dapat dilakukan dengan water washing dan dry
washing . Water washing merupakan pemurnian yang dilakukan dengan
menggunakan air untuk melarutkan sisa katalis, sisa gliserol serta pengotor lainnnya, sedangkan dry washing memisahkan pengotor biodiesel dengan cara
menyerap dan menahannya pada saringan yang biasanya terbuat dari resin.