Kemiskinan Struktural Kemiskinan Kultural

10 pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki.

2.7 Kemiskinan Menurut Penyebabnya

Dilihat dari segi penyebabnya kemiskinan dapat dibagi menjadi :

2.7.1 Kemiskinan Struktural

Kemiskinan struktural adalah kondisi dimana sekelompok orang berada didalam wilayah kemiskinan dan tidak ada peluang untuk keluar dari kemiskinan. Dikatakan tidak menguntungkan karena tatanan itu tidak hanya menerbitkan akan tetapi juga melanggengkan kemiskinan di masyarakat.

2.7.2 Kemiskinan Kultural

Kemiskinan kultural adalah budaya yang membuat orang miskin, seperti masyarakat yang pasrah dengan keadaannya dan menganggap bahwa mereka miskin karaena turunan atau karena dulu orang tuanya atau nenek moyangnya juga miskin, sehingga usahanya untuk maju berkurang. Menurut Oscar Lewis, kemiskinan kultural terdiri dari nilai-nilai, sikap- sikap dan pola-pola kelakuan yang adaptif terhadap lingkungan hidup yang serba kekurangan yang menghasilkan adanya diskriminasi, ketakutan, kecurigaan, dan apatis. Pada lingkungan masyarakat miskin seringkali muncul sikap pemberontakan tersembunyi di masyarakat, tetapi dilain pihak juga terdapat sikap- sikap masa bodoh dan pasrah kepada nasib nya sendiri dan pasrah serta tunduk kepada mereka yang mempunyai kekuasaan ekonomi dan sosial. Begitu mudah 11 mereka mengikuti petunjuk tetapi dengan mudah melupakannya, apalagi jika dirasakan sebagai beban hidup atau tidak menguntungkan mereka. Karakteristik kebudayaan kemiskinan antara lain i rendahnya semangat dan dorongan untuk meraih kemajuan, ii lemahnya daya juang fighting spirit untuk mengubah kehidupan, iii rendahnya motivasi bekerja keras, iv tingginya tingkat kepasrahan pada nasib-nrimo ing pandum, v respons yang pasif dalam menghadapi kesulitan ekonomi, vi lemahnya aspirasi untuk membangun kehidupan yang lebih baik, vii cenderung mencari kepuasan sesaat immediate gratification dan berorientasi masa sekarang present-time orientation, dan viii tidak berminat pada pendidikan formal yang berdimensi masa depan. Karakteristik kebudayaan kemiskinan ini bertolak belakang dengan ciri- ciri manusia modern menurut gambaran Alex Inkeles dan David Smith dalam Becoming Modern 1974, yang mengutamakan kerja keras, dorongan untuk maju, pencapaian prestasi, dan berorientasi masa depan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa faktor internal yakni mentalitas orang miskin turut memberi sumbangan pada problem kemiskinan, dan bukan semata faktor eksternal atau masalah struktural. Kebudayaan merupakan hasil cipta rasa dan karsa manusia dimana didalamnya terkandung nilai yang diSepakati dan dijalankan dalam suatu lingkungan tertentu. Budaya adalah suatu pedoman atau pegangan operasional yang dimiliki oleh warga masyarakat dalam menghadapi lingkungan tertentu untuk mereka tetap dapat melangsungkan kehidupan dan untuk dapat hidup lebih baik lagi. 12 Berkaitan dengan kemiskinan, kebudayaan merupakan adaptasi atau penyesuaian dan sekaligus juga merupakan reaksi kaum miskin terhadap kedudukan marginal mereka didalam masyarakat yang berstrata kelas, sangat individualistik, dan berciri kapitalis. Teori kemiskinan kebudayaan merupakan : 1. Penolakan terhadap kapitalisme; Budaya kemiskinan sebagai bentuk ketidakberdayaan menghadapi kekuatan ekonomi kapitalisme yang telah mengeksploitasi kehidupan sekelompok orang. 2. Sebagai proses adaptasi; Kemiskinan sebagai proses adaptasi keluarga miskin karena perubahan sistem ekonomi dari tradisional kepada kapitalisme dalam memenuhi kebutuhannya. 3. Sebagai sub budaya sendiri; Kemiskinan yag diakibatkan oleh faktor dari dalam diri individu sendiri dan kelompok miskin, misalnya ; malas, fatalisme, rendah diri, ketergantungan dan lainnya. Dari ketiga bentuk teori kemiskinan diatas, dapat dilihat dengan adanya partisipasi yang rendah dari komunitasnya, pada tingkat lokal terlihat kumuh, padat dan tidak terorganisir secara formal, anak-anak yang lebih cepat dewasa dan kurang mendapat pengasihan orang tua, serta tidak berdaya, tergantung dan rendah diri. Dalam beberapa kasus, kemiskinan budaya merupakan kemiskinan yang diturunkan dari generasi ke generasi dalam lingkaran kemiskinan. Kemiskinan yang diturunkan disini merupakan kemiskinan yang diakibatkan ketidakmampuan orang tua dalam memberikan pendidikan yang layak akibat kemiskinannya. Sehingga anak-anak tersebut tidak memiliki kemampuan dan keterampilan dalam 13 bekerja dan dihargai oleh pasar kerja dengan upah yang rendah, kemudian menikah dan memiliki keluarga baru dengan kemiskinan generasi baru pula. 1. Kurang efektifnya partisipasi dan integrasi kaum miskin ke dalam lembaga- lembaga utama masyarakat. Mereka berpenghasilan rendah namun mengakui nilai-nilai yang ada pada kelas menengah ada pada diri mereka. Mereka sangat sensitif terhadap perbedaan-perbedaan status namun tidak memiliki kesadaran kelas. 2. Di tingkat komunitas, dapat ditemui rumah-rumah bobrok, penuh sesak, bergeerombol dan rendahnya tingkat organisasi di luar keluarga inti dan luas 3. Di tingkat keluarga, ditandai oleh masa kanak-kanak yang singkat dan kurang pengasuhan oleh orang tua, cepat dewasa, hidup bersamakawin bersyarat, tingginya jumlah perpisahan antara ibu dan anaknya, cenderung matrilineal dan otoritarianisme, kurangnya hak-hak pribadi, solidaritas semu. 4. Di tingkat individu, ditandai dengan kuatnya perasaan tak berharga, tak berdaya, ketergantungan dan rendah diri fatalisme. Sebenarnya budaya kemiskinan menurut beberapa ahli bukanlah faktor utama adanya kemiskinan, melainkan diakibatkan oleh sistem sosial. Mereka miskin karena sifat malas dan enggan menabung mungkin hanya dimiliki oleh sebagian kecil saja dari orang miskin, mereka seperti itu karena keterbatasan mereka dan karena mereka memang miskin dan tidak mampu. Pandangan terhadap orang miskin dalam teori budaya kemiskinan merupakan sebagai psikososialpatologi, masyarakat miskin dipandang sebagai bentuk penyimpangan psikologis yang mendarah daging dalam kehidupannya. Selain itu ada pandangan 14 sebagai sesuatu yang warisan, dan merupakan stereotip orang miskin yang memberikan ciri pada kelompok miskin tersebut. Oscar Lewis, memaknai kemiskinan sebagai ketidaksanggupan seseorang atau sekelompok orang untuk dapat memenuhi dan memuaskan keperluan- keperluan dasar materialnya.Dalam konteks pengertian Lewis itu, kemiskinan adalah ketidakcukupan seseorang untuk bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan primernya, seperti pangan, sandang, dan papan untuk kelangsungan hidup dan meningkatkan posisi sosial-ekonominya. Sumber-sumber daya material yang dimiliki atau dikuasainya betul-betul sangat terbatas, sekadar mampu digunakan untuk mempertahankan kehidupan fisiknya, tidak memungkinkan bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Kemiskinan di masyarakat diakibatkan oleh adanya budaya gadai menggadai dan hutang menghutang untuk dapat hidup serta tidak adanya kesetiaan terhadap satu jenis pekerjaan. Pola hidup pada masyarakat ketika panen raya, adat istiadat yang konsumtif seperti berbagai pesta rakyat atau upacara perkawinan, kelahiran dan bahkan kematian yang dibiayai diluar kemampuan dikarenakan prestise dan keharusan budaya juga turut melanggengkan kemiskinan di masyarakat. Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Suparlan 1988 mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial, kebudayaan pembangunan juga mempunyai kaitan yang fungsional. Manusia harus dapat beradaptasi dalam menghadapi lingkungan tertentu fisikalami, sosial dan 15 kebudayaan. Kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat agar mereka dapat tetap melangsungkan kehidupannya yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan untuk dapat hidup secara lebih baik lagi. Beraneka ragamnya kebutuhan manusia yang harus dipenuhi baik secara terpisah maupun secara bersama sama sebagai suatu satuan kegiatan telah menyebabkan terwujudnya beraneka ragam model pengetahuan yang menjadi pedoman hidup yang berguna untuk usaha memenuhi kebutuhan manusia. Sehingga peranan kebudayaan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia terdiri atas unsur unsur sebagai berikut : a. Bahasa dan komunikasi b. Ilmu pengetahuan c. Teknologi d. Ekonomi e. Organisasi sosial f. Agama g. Kesenian

2.8 Orientasi Nilai Budaya