13
BAB II TELAAH PUSTAKA
Pada  bab  ini  akan  dijelaskan  mengenai  landasan  teori  yang  digunakan  untuk menganalisis  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  perusahaan  melakukan  pergantian
KAP. Selain itu  dalam telaah pustaka juga dibahas hasil-hasil penelitian sebelumnya yang  sejenis.  Oleh  karena  itu,  secara  sistematis  bab  ini  mencakup  landasan  teori,
penelitian terdahulu, kerangka penelitian, dan hipotesis.
1.5. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
Pada  bagian  landasan  teori  akan  dijelaskan  teori-teori  yang  mendukung  dalam perumusan  hipotesis  penelitian  ini,  serta  membantu  dalam  menganalisis  hasil
penelitian  yang  didapat  dalam  penelitian.  Sedangkan  untuk  telaah  pustaka  yang berasal  dari  penelitian  terdahulu,  akan  dijelaskan  tentang  hasil-hasil  penelitian  yang
didapat  oleh  peneliti  terdahulu  yang  berkaitan  dengan  faktor-faktor  yang mempengaruhi perusahaan melakukan pergantian KAP. Berikut ini landasan teori dan
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.
1.5.1. Teori Keagenan
Ang  et  al.  2000 menunjukkan bahwa perusahaan dengan biaya keagenan nol adalah  perusahaan  yang  manajernya  memiliki  seluruh  saham  perusahaan,  sehingga
tidak ada pemisahaan kepemilikan. Teori keagenan  yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling 1976 menyatakan masalah agensi disebabkan oleh adanya perbedaan
kepentingan  dan  informasi  asimetri  antara  manajemen  agent  dengan  shareholder
principle.  Perbedaan  tersebut  menimbulkan  konflik  kepentingan:  1  antara shareholders  dan  manajer,  2  antara  shareholders  dan  debtholders,  dan  3  antara
manajer,  shareholders,  dan  debtholders.  Ada  beberapa  mekanisme  yang  dapat digunakan  untuk  mengurangi  masalah  agensi  yaitu  melalui  kebijakan  deviden,
kebijakan  utang,  dan  kepemilikan  oleh  institusi.  Jensen  dan  Meckling  1976  juga berpendapat  bahwa  konflik  kepentingan  antara  pemilik  dan  agen  terjadi  karena
kemungkinan  agen  tidak  selalu  berbuat  sesuai  dengan  kepentingan  principal, sehingga  memicu  biaya  keagenan  agency  cost.  konflik  tersebut  menjadi  pemicu
pergantian  manjemen.  Manajemen  pengganti  umumnya  menerapkan  metode akuntansi  yang  baru  sehingga  manajemen  baru  berharap  lebih  dapat  bekerjasama
dengan KAP pengganti dan berharap nantinya mendapatkan opini yang sesuai dengan keinginan  manajemen  sehingga  mendorong  manajemen  dalam  RUPS  untuk
mengganti KAP Sinarwati, 2010. Dalam  teori  agensi  ini,  auditor  independen  berperan  sebagai  penengah  kedua
belah pihak agent dan principle  yang berbeda kepentingan.  audit independen juga berfungsi  untuk  mengurangi  biaya  agensi  yang  timbul  dari  perilaku  mementingkan
diri  sendiri  oleh  agen  manajer.  Tingkat  biaya  tersebut  bervariasi  pada  organisasi, tergantung  pada  variabel  seperti  ukuran  perusahaan,  dan  kepemilikan  saham
manajemen.  Dalam  informasi  ekonomi,  pemilihan  auditor  yang  dapat  dipercaya digunakan sebagai sinyal kejujuran manajemen Dopuch dan Simunic, 1980; Dopuch
dan Simunic, 1982 dalam Nasser et al., 2006.
Francis  et  al. 1988 menguji apakah ada hubungan positif antara biaya  agensi perusahaan  dan  permintaan  kualitas  audit.  Ini  menjadi  penting  ketika  pemilik
perusahaan ingin mendapatkan kualitas audit yang baik. DeFond 1992 menyebutkan manajer  melihat  pergantian  auditor  dalam  mengatasi  konflik  agensi.  Shleifer  et  al.
1997  menyatakan  CG  yang  baik  merupakan  salah  satu  isu  penting  dalam  masalah keagenan.
2.1.2. Perpindahan Auditor dan Kualitas Auditor
Auditor  switching  merupakan  perpindahan  auditor  KAP  yang  dilakukan  oleh perusahaan  klien.  Hal  ini  dapat  disebabkan  oleh  beberapa  faktor  yang  bisa  berasal
dari  faktor  klien  maupun  faktor  auditor  Kadir,  1994.  Mardiyah  2002  juga menyatakan dua faktor yang mempengaruhi perusahaan berpindah KAP adalah faktor
klien  Client-related  Factors,  yaitu:  kesulitan  keuangan,  manajemen  yang  gagal, perubahan  ownership,  Initial  Public  Offering  IPO  dan  faktor  auditor  Auditor-
related Factors, yaitu: fee audit dan kualitas audit. Pada  kondisi  dimana  tidak  ada  aturan  yang  mewajibkan  pergantian  auditor
auditor  switching  hanya  bersifat  sukarela,  terdapat  dua  kemungkinan  yang  akan terjadi  ketika  klien  mengganti  auditornya  yaitu,  auditor  mengundurkan  diri  atau
auditor  diberhentikan  oleh  klien.  Apapun  kemungkinan  yang  akan  terjadi,  perhatian utama  tetap  pada  alasan  apa  saja  yang  mendasari  terjadinya  peristiwa  auditor
switching  tersebut  dan  ke  mana  klien  tersebut  akan  berpindah  auditor.  Jika  alasan tersebut  karena  ketidaksepakatan  atas  praktik  akuntansi  tertentu,  maka  diekspektasi
klien akan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien.
Menurut  Wijayanti  2010,  ketika  klien  mencari  auditor  baru  terjadi ketidaksimetrisan informasi antara auditor dan klien. Hal ini terjadi karena informasi
yang  dimiliki  klien  lebih  besar  dibandingkan  informasi  yang  dimiliki  auditor.  Pada saat  itu  klien  pasti  mencari  auditor  yang  kemungkinan  besar  akan  sepakat  dengan
praktik  akuntansi  perusahaan,  sehingga  ada  dua  kemungkinan  yang  terjadi  jika auditor  bersedia  menerima  klien  baru.  Kemungkinan  pertama  adalah  auditor  telah
memiliki  informasi  yang  cukup  lengkap  tentang  usaha  klien.  Kemungkinan  kedua auditor  sebenarnya  tidak  memiliki  informasi  yang  cukup  tentang  klien  tetapi
menerima klien hanya untuk alasan lain, misalnya alasan finansial. DeFond  1992  dan  Francis  et  al.  1988  menunjukkan  pengelompokkan  KAP
berdasarkan  kualitas.  Citron  et  al.  2001,  Herusetya  et  al.  2008,  Jun  et  al.  2009 dan  Ashbaugh  et  al.  2003,  melakukan  pengelompokkan  KAP  dan  ditemukan
perusahaan  lebih  banyak  memilih  auditor  KAP  besar.  Peneliti  sebelumnya mengelompokkan KAP atas dasar kualitas, market share yang dimiliki, dan domisili
operasionalnya. Clatworthy  et  al. 2009 menyatakan perusahaan  Big4  lebih mampu dengan biaya premi daripada non Big 4 mendorong klien lebih didominasi oleh Big 4
daripada non Big 4. Nagy 2005 menyebutkan perusahaan akan mencari KAP yang selaras dengan
kebijakan  dan  pelaporan  keuangan  perusahaan.  Bewley  et  al.  2008  mendapatkan perusahaan  tidak  membuat  keputusan  cepat  untuk  mengganti  auditor,  karena
perusahaan  melihat  waktu  yang  tepat  untuk  mendapatkan  sinyal  yang  baik,  terkait dengan kualitas pelaporan keuangan yang tinggi. Lin et al. 2009 dan Romanus et al.
2008 menyebutkan perusahaan yang berganti auditor ke auditor yang memiliki KAP lebih besar bisa memberikan sinyal yang lebih tinggi atas laba.
DeFond  1992  menyebutkan  kepemilikan  manajemen  dan  leverage mempengaruhi  perubahan  kualitas  audit.  Romanus  et  al.  2008  menyebutkan
spesialis  industri  meningkatkan  peran  auditor  dalam  memperbaiki  kualitas  proses pelaporan  keuangan.  Sedangkan  Lin  et  al.  2009  menemukan  kualitas  audit  dan
pergantian  auditor  memilliki  pengaruh  pada  ERC.  Chen  et  al.  2010  menemukan klien  berdampak  pada  kualitas  keputusan  audit  diperlihatkan  pada  auditor  secara
individu dan pada tingkat KAP. Abbott et al. 2002 meneliti pergantian Big 6 ke Non Big 6 dan Non Big 6 ke
Big  6,  hasil  penelitiannya,  pergantian  Big  6  ke  non  Big  6  dipengaruhi  penerbitan surat-surat  berharga,  tingkat  pertumbuhan,  dan  perubahan  leverage.  Pendanaan
digunakan  untuk  memberikan  pengaruh  pada  pergantian  KAP,  karena  penerbitan surat  berharga  menunjukkan  memiliki  prospek  baik  dimasa  depan.  Knechel  et  al.
2007  menyebutkan  pergantian  auditor  spesialis  dari  Big  4  ke  non  Big  4,  berakibat perusahaan menderita reaksi pasar negatif dan reaksi pasar positif ketika perusahaan
berganti dari non Big 4 ke Big 4 auditor non spesialis.
2.1.3. Peraturan Rotasi Wajib Auditor di Pemerintahan Indonesia
Sekarang  ini,  isu  independensi  auditor  telah  semakin  penting  dalam  hal pemberian  jasa  audit  oleh  akuntan  publik.  Pihak  pemerintah  sebagai  regulator
diharapkan dapat memfasilitasi kepentingan dari semua pihak, baik pihak perusahaan, pihak akuntan, dan pihak eksternal. Bentuk campur tangan pemerintah dalam hal isu
independensi  adalah  adanya  peraturan-peraturan  yang  mewajibkan  adanya  rotasi auditor ataupun masa kerja audit audit tenure.
Di  Indonesia  sendiri,  peraturan  yang  mengatur  tentang  audit  tenure  adalah Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359KMK.062003 pasal 2
tentang  “Jasa  Akuntan  Publik”.  Peraturan  tersebut  merupakan  perubahan  atas Keputusan  Menteri  Keuangan  Nomor  423KMK.062002,  yang  mengatur  bahwa
pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh  KAP  paling  lama  untuk  5  lima  tahun  buku  berturut-turut  dan  oleh  seorang
akuntan publik paling lama untuk 3 tiga tahun buku berturut-turut. Peraturan  tersebut  kemudian  diperbaharui  dengan  dikeluarkannya  Peraturan
Menteri  Keuangan  Republik  Indonesia  Nomor  17PMK.012008  tentang  “Jasa Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang pemberian jasa audit umum
atas  laporan  keuangan  dari  suatu  entitas  dilakukan  oleh  KAP  paling  lama  untuk  6 enam tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk
3  tiga  tahun  buku  berturut-turut.  Akuntan  publik  dan  kantor  akuntan  boleh menerima  kembali  penugasan  setelah  satu  tahun  buku  tidak  memberikan  jasa  audit
kepada  klien  yang  di  atas.  Karena  setting  penelitian  ini  adalah  tahun  2009-2012, maka  penelitian  ini  menggunakan  dasar  Peraturan  Menteri  Keuangan  Republik
Indonesia  Nomor  17PMK.012008  tentang  “Jasa  Akuntan  Publik”  pasal  3. Seharusnya ini tidak mengganggu penelitian, karena jangka waktu  masa  kerja audit,
tetap  tidak  boleh  melebihi  dari  yang  ditetapkan,  jika  seandainya  pada  tahun  2009 mulai  terjadi  pergantian  KAP  yang  KAP  tersebut  mulai  bekerja  pada  tahun  2004,
artinya pergantian tersebut tidak masuk kedalam sampel penelitian, karena pergantian tersebut masih sesuai dengan regulasi. Yaitu 6 tahun, sesuai peraturan yang berlaku di
tahun 2009.
2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian KAP
2.1.4.1. Kepemilikan Saham Manajemen
Ang  et  al.  2000  menunjukkan  bahwa  perusahaan  dengan  biaya  keagenan  nol adalah  perusahaan  yang  manajernya  memiliki  seluruh  saham  perusahaan,  sehingga
tidak  ada  pemisahaan  kepemilikan.  Ini  berarti  semakin  tinggi  kepemilikan  saham manajemen disuatu perusahaan maka semakin rendahnya biaya agensi yang ada pada
perusahaan  tersebut.  Atau  dengan  kata  lain  kepemilikan  saham  manajemen berbanding terbalik dengan biaya agensi.
Kepemilikan  manajemen  atas  sebuah  perusahaan  dapat  menunjukkan  besar kecilnya  kepemilikan  yang  dimiliki  oleh  pihak  manajer  dengan  besar  kecilnya
kepemilikan  perusahaan  oleh  pihak  luar.  Apabila  perusahaan  memiliki  kepemilikan publik yang tinggi maka masyarakat umum dapat mempengaruhi perusahaan melalui
media  masa  dalam  hal  kebijakan  yang  akan  diambil  perusahaan.  Hal  ini  dapat mengakibatkan  berubahnya  sistem  pengelolaan  perusahaan  yang  awalnya  berjalan
sesuai keinginannya menjadi terbatas Hilmidan Ali, 2008. Carey  et  al.  2000  menyatakan  proporsi  kepemilikan  saham  non  keluarga
meningkat,  maka  timbul  permintaan  monitoring  dan  audit  berkualitas.  Guedhami  et
al.  2009  menemukan  kepemilikan  saham  menyebar  mempunyai  pengaruh  penting untuk memperoleh laporan keuangan yang berkualitas tinggi yang diwujudkan dalam
pemilihan auditor dari KAP. Kepemilikkan saham oleh masyarakat akan mendorong
perusahaan untuk berganti auditor ke KAP yang berkualitas. 2.1.4.2.
Kebijakan Deviden
Prihantoro,  2003  mengungkapkan  para  pemegang  saham  mempunyai  tujuan utama  untuk  meningkatkan  kesejahteraannya  yaitu  mengharapkan  pengembalian
dalam  bentuk  deviden  maupun  capital  gain.  Di  lain  pihak,  perusahaan  juga
mengharapkan  adanya  pertumbuhan  secara  terus  menerus  untuk  mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Dari sisi  investor, deviden merupakan salah satu penyebab timbulnya motivasi investor  menanamkan  dananya  di  pasar  modal.  Dan  karena  informasi  yang  dimiliki
investor  di  pasar  modal  sangat  terbatas,  maka  perubahan  devidenlah  yang  akan
dijadikan sebagai sinyal untuk mengetahui performance perusahaan. Naik  turunnya  dan  ada  tidak  adanya  pembagian  deviden  tersebut  dapat
menimbulkan pertanyaan. Menurut Riyanto 2001 faktor-faktor yang mempengaruhi deviden ada 4 buah, yaitu:
  Posisi likuiditas perusahaan   Kebutuhan untuk membayar utang
  Tingkat pertumbuhan perusahaan
  Pengawasan terhadap perusahaan
Jika  deviden  dibagikan  secara  teratur  pemegang  saham  tidak  akan mempermasalahkannya, tetapi jika pembagian deviden tidak dilakukan secara teratur
akan  menimbulkan  pertanyaan  untuk  para  pemegang  saham,  sehingga  mendorong pemegang  saham  meminta  kualitas  audit  yang  lebih  tinggi  dan  pengawasan  yang
lebih tinggi, salah satunya adalah mengganti KAP yang lebih berkualitas. 2.1.4.3.
Financial Distress
Financial  distress  merupakan  kondisi  perusahaan  yang  sedang  dalam  keadaan kesulitan  keuangan.  Financial  distress  kesulitan  keuangan  sebenarnya  mempunyai
berbagai  definisi,  tergantung  pada  cara  pengukurannya.  Baldwin  dan  Scott  1983  , menyatakan  bahwa  suatu  perusahaan  mengalami  financial  distress  apabila
perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Financial  distress  bermula  ketika  suatu  perusahaan  tidak  mampu  memenuhi
jadwal  pembayaran atau ketika proyeksi  arus kas menunjukkan bahwa dalam waktu dekat  pembayaran  itu  tidak  akan  dapat  dipenuhi  Brigham  dan  Daves,  2004.
Ancaman  terjadinya  financial  distress  juga  merupakan  biaya  karena  manajemen cenderung menghabiskan waktu untuk menghindari kebangkrutan daripada membuat
keputusan  perusahaan  dengan  baik.  Pada  umunya  kemungkinan  financial  distress semakin  meningkat  dengan  adanya  penggunaan  hutang.  Logikanya,  semakin  besar
penggunaan  hutang,  semakin  besar  pula  beban  biaya  bunga,  semakin  besar
probabilitas  bahwa  penurunan  penghasilan  akan  menyebabkan  financial  distress
Sembiring, 2008. 2.1.4.4.
Jumlah anggota dewan komisaris
Dewan  Komisaris  adalah  sebuah  dewan  yang  bertugas  untuk  melakukan pengawasan  dan  memberikan  nasihat  kepada  direktur  Perseroan  terbatas  PT.  Di
Indonesia Dewan  Komisaris  ditunjuk  oleh
RUPS dan  di  dalam  UU  No.  40  Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas dijabarkan fungsi, wewenang, dan tanggung jawab dari dewan komisaris.
Tally  2009  menggunakan  pengukur  CG  yang  baik  adalah  dewan  komisaris, pemisahaan CEO dengan dewan direksi, dan investor institusional. Proksi CG banyak
peneliti yang melakukan proksi yang berbeda. Jensen 1993 menyebutkan kapasitas dewan komisaris untuk  melakukan  monitoring  lebih  efektif seiring dengan besarnya
dewan  komisaris,  yang  mengakibatkan  meningkatnya  kualitas  laporan  keuangan. Dewan komisaris berkewenangan mengangkat KAP melalui komite audit.
Dewan  komisaris  memiliki  sistem  pemantauan  yang  efektif  terhadap  proses penyusunan  laporan  keuangan  agar  dapat  diyakinkan  bahwa  laporan  keuangan  yang
disajikan  memenuhi  semua  persyaratan  baik  yang  berkaitan  dengan  aturan-aturan akuntansi  bagi  laporan  keuangan  yang  ditujukan  bagi  berbagai  kepentingan  diluar
perusahaan. Semakin banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dipercaya semakin banyak  yang  memikirkan  dan  memantau  resiko-resiko  yang  dihadapi  perusahaan,
sehingga semakin besar kemungkinan perusahaan dapat mengatasi ancaman yang ada
pada perusahaan. 2.1.4.5.
Pergantian Manajemen Dewan Direksi
Jansen  dan  Meckling  1976,  menyatakan  hubungan  keagenan  adalah  suatu kontrak di mana satu atau lebih orang principle melibatkan orang lain agent untuk
melakukan  beberapa  layanan  atas  nama  mereka  dan  kemudian  mendelegasikan sebagian  kewenangan  pengambilan  keputusan  kepada  agen  tersebut.  Berdasarkan
argumen  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  kontrak  antara  principle  pemegang saham  dan  agent  manajemen  merupakan  kesepakatan  dimana  pemilik  atau
pemegang saham perusahaan menunjuk manajemen untuk mengelola perusahaan. Auditor  switching  dapat  disebabkan  adanya  pergantian  manajemen  yang  baru.
Damayanti  dan  Sudarma  2008  menyatakan  bahwa  pergantian  manajemen merupakan  pergantian  direksi  perusahaan  yang  dapat  disebabkan  karena  keputusan
rapat umum pemegang saham atau direksi berhenti karena kemauan sendiri. Adanya manajemen  yang baru mungkin juga diikuti oleh perubahan kebijakan dalam bidang
akuntansi,  keuangan,  dan  pemilihan  KAP.  Joher  et  al.,  2000,  menyatakan  bahwa manajemen  memerlukan  auditor  yang  lebih  berkualitas  dan  mampu  memenuhi
tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat.
Pergantian manajemen perusahaan dapat diikuti oleh perubahan kebijakan dalam bidang akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP.
Perusahaan  akan  mencari  KAP  yang  selaras  dengan  kebijakan  dan  pelaporan akuntansinya Nagy, 2005
2.1.4.6. Opini Going Concern
Opini  audit  didefinisikan  sebagai  pernyataan  pendapat  yang  diberikan  oleh auditor  dalam  menilai  kewajaran  perjanjian  laporan  keuangan  perusahaan  yang
diauditnya.  Dalam  Standar  Profesional  Akuntan  Publik  2001  dijelaskan  bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan
pendapat  tentang  kewajaran  mengenai  semua  hal  yang  material,  posisi  keuangan, hasil  usaha,  perubahan  ekuitas,  dan  arus  kas  sesuai  dengan  akuntansi  yang  berlaku
umum di Indonesia. Menurut Mulyadi 2002 ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh
auditor, yaitu : 1.  Laporan  yang  berisi  pendapat  wajar  tanpa  pengecualian  unqualified  opinion
report  Pendapat  wajar  tanpa  pengecualian  diberikan  oleh  auditor  jika  tidak  terjadi pembatasan  dalam  lingkup  audit  dan  tidak  terdapat  pengecualian  yang  signifikan
mengenai  kewajaran  dan  penerapan  prinsip  akuntansi  berterima  umum  dalam penyusunan  laporan  keuangan,  konsistensi  penerapan  prinsip  akuntansi  berterima
umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. 2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan
unqualified  opinion  report  with  explanatory  language  Keadaan  tertentu  mungkin mengharuskan  auditor  menambahkan  suatu  paragraf  penjelasan  atau  bahasa
penjelasan  lain  dalam  laporan  audit,  namun  laporan  keuangan  tetap  menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien.
3.  Laporan  yang  berisi  pendapat  wajar  dengan  pengecualian  qualified  opinion report  Auditor  akan  memberikan  pendapat  wajar  dengan  pengecualian  dalam
laporan audit jika menjumpai kondisi-kondisi berikut ini : a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b.  Auditor  tidak  dapat  melaksanakan  prosedur  audit  penting  atau  tidak  dapat memperoleh  informasi  penting  karena  kondisi  yang  berada  di  luar  kekuasaan
klien maupun auditor. c.  Laporan  keuangan  tidak  disusun  sesuai  dengan  prinsip  akuntansi  berterima
umum. d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan tidak diterapkan secara konsisten. 4.  laporan  yang  berisi  pendapat  tidak  wajar  adverse  opinion  report  Akuntan
memberikan  pendapat  tidak  wajar  jika  laporan  keuangan  klien  tidak  disusun berdasarkan  prinsip  akuntansi  berterima  umum  sehingga  tidak  menyajikan  secara
wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Auditor  memberikan  pendapat  tidak  wajar  jika  ia  tidak  dibatasi  lingkup  auditnya,
sehingga  ia  dapat  mengumpulkan  bukti  kompeten  yang  cukup  untuk  mendukung pendapatnya.
5.  Laporan  yang  di  dalamnya  auditor  tidak  menyatakan  pendapat  disclaimer  of opinion  report  Jika  auditor  tidak  menyatakan  pendapat  atas  laporan  keuangan
auditan, maka laporan audit ini disebut laporan tandap pendapat no opinion report. Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah:
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien. 2.1.4.7.