13
BAB II TELAAH PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan pergantian
KAP. Selain itu dalam telaah pustaka juga dibahas hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenis. Oleh karena itu, secara sistematis bab ini mencakup landasan teori,
penelitian terdahulu, kerangka penelitian, dan hipotesis.
1.5. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
Pada bagian landasan teori akan dijelaskan teori-teori yang mendukung dalam perumusan hipotesis penelitian ini, serta membantu dalam menganalisis hasil
penelitian yang didapat dalam penelitian. Sedangkan untuk telaah pustaka yang berasal dari penelitian terdahulu, akan dijelaskan tentang hasil-hasil penelitian yang
didapat oleh peneliti terdahulu yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan pergantian KAP. Berikut ini landasan teori dan
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.
1.5.1. Teori Keagenan
Ang et al. 2000 menunjukkan bahwa perusahaan dengan biaya keagenan nol adalah perusahaan yang manajernya memiliki seluruh saham perusahaan, sehingga
tidak ada pemisahaan kepemilikan. Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling 1976 menyatakan masalah agensi disebabkan oleh adanya perbedaan
kepentingan dan informasi asimetri antara manajemen agent dengan shareholder
principle. Perbedaan tersebut menimbulkan konflik kepentingan: 1 antara shareholders dan manajer, 2 antara shareholders dan debtholders, dan 3 antara
manajer, shareholders, dan debtholders. Ada beberapa mekanisme yang dapat digunakan untuk mengurangi masalah agensi yaitu melalui kebijakan deviden,
kebijakan utang, dan kepemilikan oleh institusi. Jensen dan Meckling 1976 juga berpendapat bahwa konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena
kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan agency cost. konflik tersebut menjadi pemicu
pergantian manjemen. Manajemen pengganti umumnya menerapkan metode akuntansi yang baru sehingga manajemen baru berharap lebih dapat bekerjasama
dengan KAP pengganti dan berharap nantinya mendapatkan opini yang sesuai dengan keinginan manajemen sehingga mendorong manajemen dalam RUPS untuk
mengganti KAP Sinarwati, 2010. Dalam teori agensi ini, auditor independen berperan sebagai penengah kedua
belah pihak agent dan principle yang berbeda kepentingan. audit independen juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku mementingkan
diri sendiri oleh agen manajer. Tingkat biaya tersebut bervariasi pada organisasi, tergantung pada variabel seperti ukuran perusahaan, dan kepemilikan saham
manajemen. Dalam informasi ekonomi, pemilihan auditor yang dapat dipercaya digunakan sebagai sinyal kejujuran manajemen Dopuch dan Simunic, 1980; Dopuch
dan Simunic, 1982 dalam Nasser et al., 2006.
Francis et al. 1988 menguji apakah ada hubungan positif antara biaya agensi perusahaan dan permintaan kualitas audit. Ini menjadi penting ketika pemilik
perusahaan ingin mendapatkan kualitas audit yang baik. DeFond 1992 menyebutkan manajer melihat pergantian auditor dalam mengatasi konflik agensi. Shleifer et al.
1997 menyatakan CG yang baik merupakan salah satu isu penting dalam masalah keagenan.
2.1.2. Perpindahan Auditor dan Kualitas Auditor
Auditor switching merupakan perpindahan auditor KAP yang dilakukan oleh perusahaan klien. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang bisa berasal
dari faktor klien maupun faktor auditor Kadir, 1994. Mardiyah 2002 juga menyatakan dua faktor yang mempengaruhi perusahaan berpindah KAP adalah faktor
klien Client-related Factors, yaitu: kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering IPO dan faktor auditor Auditor-
related Factors, yaitu: fee audit dan kualitas audit. Pada kondisi dimana tidak ada aturan yang mewajibkan pergantian auditor
auditor switching hanya bersifat sukarela, terdapat dua kemungkinan yang akan terjadi ketika klien mengganti auditornya yaitu, auditor mengundurkan diri atau
auditor diberhentikan oleh klien. Apapun kemungkinan yang akan terjadi, perhatian utama tetap pada alasan apa saja yang mendasari terjadinya peristiwa auditor
switching tersebut dan ke mana klien tersebut akan berpindah auditor. Jika alasan tersebut karena ketidaksepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka diekspektasi
klien akan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien.
Menurut Wijayanti 2010, ketika klien mencari auditor baru terjadi ketidaksimetrisan informasi antara auditor dan klien. Hal ini terjadi karena informasi
yang dimiliki klien lebih besar dibandingkan informasi yang dimiliki auditor. Pada saat itu klien pasti mencari auditor yang kemungkinan besar akan sepakat dengan
praktik akuntansi perusahaan, sehingga ada dua kemungkinan yang terjadi jika auditor bersedia menerima klien baru. Kemungkinan pertama adalah auditor telah
memiliki informasi yang cukup lengkap tentang usaha klien. Kemungkinan kedua auditor sebenarnya tidak memiliki informasi yang cukup tentang klien tetapi
menerima klien hanya untuk alasan lain, misalnya alasan finansial. DeFond 1992 dan Francis et al. 1988 menunjukkan pengelompokkan KAP
berdasarkan kualitas. Citron et al. 2001, Herusetya et al. 2008, Jun et al. 2009 dan Ashbaugh et al. 2003, melakukan pengelompokkan KAP dan ditemukan
perusahaan lebih banyak memilih auditor KAP besar. Peneliti sebelumnya mengelompokkan KAP atas dasar kualitas, market share yang dimiliki, dan domisili
operasionalnya. Clatworthy et al. 2009 menyatakan perusahaan Big4 lebih mampu dengan biaya premi daripada non Big 4 mendorong klien lebih didominasi oleh Big 4
daripada non Big 4. Nagy 2005 menyebutkan perusahaan akan mencari KAP yang selaras dengan
kebijakan dan pelaporan keuangan perusahaan. Bewley et al. 2008 mendapatkan perusahaan tidak membuat keputusan cepat untuk mengganti auditor, karena
perusahaan melihat waktu yang tepat untuk mendapatkan sinyal yang baik, terkait dengan kualitas pelaporan keuangan yang tinggi. Lin et al. 2009 dan Romanus et al.
2008 menyebutkan perusahaan yang berganti auditor ke auditor yang memiliki KAP lebih besar bisa memberikan sinyal yang lebih tinggi atas laba.
DeFond 1992 menyebutkan kepemilikan manajemen dan leverage mempengaruhi perubahan kualitas audit. Romanus et al. 2008 menyebutkan
spesialis industri meningkatkan peran auditor dalam memperbaiki kualitas proses pelaporan keuangan. Sedangkan Lin et al. 2009 menemukan kualitas audit dan
pergantian auditor memilliki pengaruh pada ERC. Chen et al. 2010 menemukan klien berdampak pada kualitas keputusan audit diperlihatkan pada auditor secara
individu dan pada tingkat KAP. Abbott et al. 2002 meneliti pergantian Big 6 ke Non Big 6 dan Non Big 6 ke
Big 6, hasil penelitiannya, pergantian Big 6 ke non Big 6 dipengaruhi penerbitan surat-surat berharga, tingkat pertumbuhan, dan perubahan leverage. Pendanaan
digunakan untuk memberikan pengaruh pada pergantian KAP, karena penerbitan surat berharga menunjukkan memiliki prospek baik dimasa depan. Knechel et al.
2007 menyebutkan pergantian auditor spesialis dari Big 4 ke non Big 4, berakibat perusahaan menderita reaksi pasar negatif dan reaksi pasar positif ketika perusahaan
berganti dari non Big 4 ke Big 4 auditor non spesialis.
2.1.3. Peraturan Rotasi Wajib Auditor di Pemerintahan Indonesia
Sekarang ini, isu independensi auditor telah semakin penting dalam hal pemberian jasa audit oleh akuntan publik. Pihak pemerintah sebagai regulator
diharapkan dapat memfasilitasi kepentingan dari semua pihak, baik pihak perusahaan, pihak akuntan, dan pihak eksternal. Bentuk campur tangan pemerintah dalam hal isu
independensi adalah adanya peraturan-peraturan yang mewajibkan adanya rotasi auditor ataupun masa kerja audit audit tenure.
Di Indonesia sendiri, peraturan yang mengatur tentang audit tenure adalah Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359KMK.062003 pasal 2
tentang “Jasa Akuntan Publik”. Peraturan tersebut merupakan perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423KMK.062002, yang mengatur bahwa
pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 lima tahun buku berturut-turut dan oleh seorang
akuntan publik paling lama untuk 3 tiga tahun buku berturut-turut. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17PMK.012008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang pemberian jasa audit umum
atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 enam tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk
3 tiga tahun buku berturut-turut. Akuntan publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit
kepada klien yang di atas. Karena setting penelitian ini adalah tahun 2009-2012, maka penelitian ini menggunakan dasar Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 17PMK.012008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3. Seharusnya ini tidak mengganggu penelitian, karena jangka waktu masa kerja audit,
tetap tidak boleh melebihi dari yang ditetapkan, jika seandainya pada tahun 2009 mulai terjadi pergantian KAP yang KAP tersebut mulai bekerja pada tahun 2004,
artinya pergantian tersebut tidak masuk kedalam sampel penelitian, karena pergantian tersebut masih sesuai dengan regulasi. Yaitu 6 tahun, sesuai peraturan yang berlaku di
tahun 2009.
2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian KAP
2.1.4.1. Kepemilikan Saham Manajemen
Ang et al. 2000 menunjukkan bahwa perusahaan dengan biaya keagenan nol adalah perusahaan yang manajernya memiliki seluruh saham perusahaan, sehingga
tidak ada pemisahaan kepemilikan. Ini berarti semakin tinggi kepemilikan saham manajemen disuatu perusahaan maka semakin rendahnya biaya agensi yang ada pada
perusahaan tersebut. Atau dengan kata lain kepemilikan saham manajemen berbanding terbalik dengan biaya agensi.
Kepemilikan manajemen atas sebuah perusahaan dapat menunjukkan besar kecilnya kepemilikan yang dimiliki oleh pihak manajer dengan besar kecilnya
kepemilikan perusahaan oleh pihak luar. Apabila perusahaan memiliki kepemilikan publik yang tinggi maka masyarakat umum dapat mempengaruhi perusahaan melalui
media masa dalam hal kebijakan yang akan diambil perusahaan. Hal ini dapat mengakibatkan berubahnya sistem pengelolaan perusahaan yang awalnya berjalan
sesuai keinginannya menjadi terbatas Hilmidan Ali, 2008. Carey et al. 2000 menyatakan proporsi kepemilikan saham non keluarga
meningkat, maka timbul permintaan monitoring dan audit berkualitas. Guedhami et
al. 2009 menemukan kepemilikan saham menyebar mempunyai pengaruh penting untuk memperoleh laporan keuangan yang berkualitas tinggi yang diwujudkan dalam
pemilihan auditor dari KAP. Kepemilikkan saham oleh masyarakat akan mendorong
perusahaan untuk berganti auditor ke KAP yang berkualitas. 2.1.4.2.
Kebijakan Deviden
Prihantoro, 2003 mengungkapkan para pemegang saham mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu mengharapkan pengembalian
dalam bentuk deviden maupun capital gain. Di lain pihak, perusahaan juga
mengharapkan adanya pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Dari sisi investor, deviden merupakan salah satu penyebab timbulnya motivasi investor menanamkan dananya di pasar modal. Dan karena informasi yang dimiliki
investor di pasar modal sangat terbatas, maka perubahan devidenlah yang akan
dijadikan sebagai sinyal untuk mengetahui performance perusahaan. Naik turunnya dan ada tidak adanya pembagian deviden tersebut dapat
menimbulkan pertanyaan. Menurut Riyanto 2001 faktor-faktor yang mempengaruhi deviden ada 4 buah, yaitu:
Posisi likuiditas perusahaan Kebutuhan untuk membayar utang
Tingkat pertumbuhan perusahaan
Pengawasan terhadap perusahaan
Jika deviden dibagikan secara teratur pemegang saham tidak akan mempermasalahkannya, tetapi jika pembagian deviden tidak dilakukan secara teratur
akan menimbulkan pertanyaan untuk para pemegang saham, sehingga mendorong pemegang saham meminta kualitas audit yang lebih tinggi dan pengawasan yang
lebih tinggi, salah satunya adalah mengganti KAP yang lebih berkualitas. 2.1.4.3.
Financial Distress
Financial distress merupakan kondisi perusahaan yang sedang dalam keadaan kesulitan keuangan. Financial distress kesulitan keuangan sebenarnya mempunyai
berbagai definisi, tergantung pada cara pengukurannya. Baldwin dan Scott 1983 , menyatakan bahwa suatu perusahaan mengalami financial distress apabila
perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Financial distress bermula ketika suatu perusahaan tidak mampu memenuhi
jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas menunjukkan bahwa dalam waktu dekat pembayaran itu tidak akan dapat dipenuhi Brigham dan Daves, 2004.
Ancaman terjadinya financial distress juga merupakan biaya karena manajemen cenderung menghabiskan waktu untuk menghindari kebangkrutan daripada membuat
keputusan perusahaan dengan baik. Pada umunya kemungkinan financial distress semakin meningkat dengan adanya penggunaan hutang. Logikanya, semakin besar
penggunaan hutang, semakin besar pula beban biaya bunga, semakin besar
probabilitas bahwa penurunan penghasilan akan menyebabkan financial distress
Sembiring, 2008. 2.1.4.4.
Jumlah anggota dewan komisaris
Dewan Komisaris adalah sebuah dewan yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direktur Perseroan terbatas PT. Di
Indonesia Dewan Komisaris ditunjuk oleh
RUPS dan di dalam UU No. 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas dijabarkan fungsi, wewenang, dan tanggung jawab dari dewan komisaris.
Tally 2009 menggunakan pengukur CG yang baik adalah dewan komisaris, pemisahaan CEO dengan dewan direksi, dan investor institusional. Proksi CG banyak
peneliti yang melakukan proksi yang berbeda. Jensen 1993 menyebutkan kapasitas dewan komisaris untuk melakukan monitoring lebih efektif seiring dengan besarnya
dewan komisaris, yang mengakibatkan meningkatnya kualitas laporan keuangan. Dewan komisaris berkewenangan mengangkat KAP melalui komite audit.
Dewan komisaris memiliki sistem pemantauan yang efektif terhadap proses penyusunan laporan keuangan agar dapat diyakinkan bahwa laporan keuangan yang
disajikan memenuhi semua persyaratan baik yang berkaitan dengan aturan-aturan akuntansi bagi laporan keuangan yang ditujukan bagi berbagai kepentingan diluar
perusahaan. Semakin banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dipercaya semakin banyak yang memikirkan dan memantau resiko-resiko yang dihadapi perusahaan,
sehingga semakin besar kemungkinan perusahaan dapat mengatasi ancaman yang ada
pada perusahaan. 2.1.4.5.
Pergantian Manajemen Dewan Direksi
Jansen dan Meckling 1976, menyatakan hubungan keagenan adalah suatu kontrak di mana satu atau lebih orang principle melibatkan orang lain agent untuk
melakukan beberapa layanan atas nama mereka dan kemudian mendelegasikan sebagian kewenangan pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Berdasarkan
argumen di atas dapat disimpulkan bahwa kontrak antara principle pemegang saham dan agent manajemen merupakan kesepakatan dimana pemilik atau
pemegang saham perusahaan menunjuk manajemen untuk mengelola perusahaan. Auditor switching dapat disebabkan adanya pergantian manajemen yang baru.
Damayanti dan Sudarma 2008 menyatakan bahwa pergantian manajemen merupakan pergantian direksi perusahaan yang dapat disebabkan karena keputusan
rapat umum pemegang saham atau direksi berhenti karena kemauan sendiri. Adanya manajemen yang baru mungkin juga diikuti oleh perubahan kebijakan dalam bidang
akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP. Joher et al., 2000, menyatakan bahwa manajemen memerlukan auditor yang lebih berkualitas dan mampu memenuhi
tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat.
Pergantian manajemen perusahaan dapat diikuti oleh perubahan kebijakan dalam bidang akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP.
Perusahaan akan mencari KAP yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan akuntansinya Nagy, 2005
2.1.4.6. Opini Going Concern
Opini audit didefinisikan sebagai pernyataan pendapat yang diberikan oleh auditor dalam menilai kewajaran perjanjian laporan keuangan perusahaan yang
diauditnya. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik 2001 dijelaskan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan
pendapat tentang kewajaran mengenai semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Menurut Mulyadi 2002 ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh
auditor, yaitu : 1. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian unqualified opinion
report Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan
mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima
umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. 2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan
unqualified opinion report with explanatory language Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan atau bahasa
penjelasan lain dalam laporan audit, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien.
3. Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian qualified opinion report Auditor akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam
laporan audit jika menjumpai kondisi-kondisi berikut ini : a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi yang berada di luar kekuasaan
klien maupun auditor. c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum. d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan tidak diterapkan secara konsisten. 4. laporan yang berisi pendapat tidak wajar adverse opinion report Akuntan
memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara
wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya,
sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya.
5. Laporan yang di dalamnya auditor tidak menyatakan pendapat disclaimer of opinion report Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan, maka laporan audit ini disebut laporan tandap pendapat no opinion report. Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah:
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien. 2.1.4.7.