Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan tahunan perusahaan merupakan bentuk akuntabilitas pertanggungjawaban dari pihak yang diberi wewenang menjalankan operasi perusahaan atau mengelola sumber daya perusahaan pihak manajemen terhadap pemilik perusahaan pemegang saham. Laporan tahunan juga sebagai jalur informasi luar yang dimanfaatkan oleh stakeholders untuk mengetahui kondisi perusahaan, sehingga dapat memonitor dan memutuskan tindakan yang tepat terhadapnya. Pengungkapan informasi tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua bentuk yaitu pengungkapan wajib mandatory disclosure dan pengungkapan sukarela voluntary disclosure. Pengungkapan wajib adalah pengungkapan minimal yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, sedangkan pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang tidak harus dipublikasikan.Pengungkapan merupakan transparasi mengenai kondisi dan hasil operasi perusahaan kepada publik guna mengurangi asimetri informasi. Manajer perusahaan yang bukan pemilik sepenuhnya dalam perusahaan, tidak dapat diharapkan berkinerja baik sesuai tujuan pemilik lainnya Smith, 1776 dalam Hadiprajitno, 2013. Manajer atau pemegang saham pengendali cenderung memiliki keunggulan informasi dibandingkan dengan para pemangku kepentingan lainnya, sehingga menyebabkan terjadinya asimetri informasi Healy dan Palepu, 2001 dalam Darmadi dan Sodikin, 2013. Asimetri dapat ditekan melalui berbagai cara, termasuk pengungkapan informasi dalam laporan yang diterbitkan dan dapat diakses oleh mereka yang membutuhkan Narayanan et al., 2000 dalam Darmadi dan Sodikin, 2013. Untuk itu salah satu mekanisme untuk mengurangi asimetri informasi yaitu dengan pengungkapan yang lebih luas dengan tidak hanya mengungkapkan analisis keuangan saja, namun juga analisis non-keuangan seperti pengungkapan risiko perusahaan. Tujuannya agar informasi tersebut menjadi transparan dan relevan digunakan oleh stakeholders. Kegagalan perusahaan telah menarik pemegang saham dan para pemangku kepentingan untuk memperhatikan pentingnya informasi terkait dengan risikoLinsley et al., 2008; Solomon et al., 2000 dalam Mokhtar dan Mellett, 2013 sehingga perusahaan didorong untuk melaporkan tidak hanya aktivitas mereka, tetapi juga risiko di sekitarnya dan kemampuan mereka untuk mengelola risiko ini Eccles et al., 2001; Institute of Chartered Accountants di England dan Wales, 1999 dalam Mokhtar dan Mellett, 2013 serta tekanan untuk meningkatkan pelaporan risiko telah muncul dalam aturan PSAK 60 revisi 2010 yang sebelumnya tidak diatur dalam PSAK 50 revisi 2006. Salah satu carapihak manajemen dalam mengelola risiko perusahaannya yaitu dengan mengungkapkannya pada laporan tahunan perusahaan. Keterbukaan informasi tersebutakan meningkatkan kepercayaan dari stakeholder. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi, calon investor perlu melakukan analisis investasi untuk melihat prospeknya dan memantau kondisi perusahaan yang menerbitkan. Tujuannya adalah untuk menentukan tingkat resiko yangakan dihadapi investor. Kesenjangan pengungkapan risiko menyebabkan investor tidak dapat mengidentifikasi profil risiko atau hasil perusahaan dengan memadai, sehingga mereka gagal untuk mempertimbangkan skala dan kategori risiko dalam keputusan investasi mereka Linsley et al., 2008 dalam Mokhtar dan Mellett, 2013. Informasi yang relevan, dapat dipercaya, lengkap, dan tepat waktu harus tersedia di pasar modal agar investor dapat mengambil keputusan dengan tepat. Kurangnya informasi pengungkapan risiko yang memadai dalam laporan keuangan merupakan elemen kunci yang mengancam relevansi laporan keuangan Cabedo dan Tirado, 2004 dalam Mokhtar dan Mellett, 2013. Di luar negeri, penelitian yang membahas mengenai pengungkapan risiko dihubungkan dengan karakeristik perusahaan dan mekanisme corporate governance telah dilakukan oleh Amran et al. 2009; Oliveira et al. 2011; ElzahardanHussainey 2012, dan Mokhtar dan Mellett 2013. Pada penelitian- penelitian tersebut ditemukan ketidak konsistenan hasil research gap. Pada penelitian karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan risiko antara lain menegaskan bahwa ukuran perusahaan Amran et al., 2009; Oliveria et al., 2011, Elzahar dan Hussainey, 2012, jenis industri Abraham dan Cox, 2007; Elzahar dan Hussainey, 2012, dan tipe auditor Oliveria et al., 2011 dan Mokhtar dan Mellett, 2013 merupakan penentu utama dari pelaporan risiko. Namun hasil yang berbeda pada penelitian Mokhtar dan Mellett 2013 bahwa ukuran perusahaan dan jenis industri tidak signifikan terhadap pelaporan risiko. Kemudian penelitian Elzahar dan Hussainey 2012; Mokhtar dan Mellet 2013 dengan hasil yang tidak signifikan antara likuiditas dan pelaporan risiko. Pada penelitian mekanisme corporate governance terhadap pengungkapan risiko antara lain menegaskan bahwa ukuran dewan Mokhtar dan Mellet, 2013, komisaris independen Oliveria et al., 2011, konsentrasi kepemilikan Mokhtar dan Mellet, 2013 merupakan penentu utama dari pelaporan risiko. Hasil yang berbeda oleh Elzahar dan Hussainey 2012 bahwa ukuran dewan komisaris dan komisaris independen tidak mempengaruhi pengungkapan risiko, serta konsentrasi kepemilikan Elzahar dan Hussainey, 2012; Oliveria et al., 2011 tidak mempengaruhi pengungkapan risiko. Kemudian variabel baru yang digunakan oleh Mokhtar dan Mellett 2013 yaitu competition mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan pelaporan risiko sukarela. Di Indonesia, penelitian mengenai pengungkapan risiko telah dilakukan oleh Wardhana 2013 yang mereplikasi dari penelitian Oliviera et al. 2011, menemukan bahwa ukuran perusahaan dan kualitas auditor eksternal berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengungkapan risiko, sedangkan komposisi dewan komisaris, struktur kepemilikan, komite audit independen, leverage dan jenis industri tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan risiko. Mubarok 2013 mereplikasi dari penelitian Elzahar dan Hussainey 2012, menemukan bahwa ukuran dewan komisaris dan cross-listing berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan risiko, sedangkan kepemilikan institusional, komposisi dewan komisaris, jenis industri, ukuran perusahaan, profitabilitas, gearing, dan likuiditas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan risiko. Pengungkapan risiko merupakan salah satu bentuk dalam penerapan tata kelola perusahan yang baik. Namun peningkatan tata kelola perusahaan di Indonesia dianggap tertinggal dari beberapa negara lain yang terkena krisis keuangan tahun 1997, seperti Malaysia dan Korea Selatan Claessens et al., 2000 dan Rosser, 2005 dalam Darmadi dan Sodikin, 2013. Kurangnya pengungkapan risiko perusahaan yang memadai sehingga dibutuhkan faktor-faktor penentu yang mendorong pengungkapan risiko dalam laporan tahunan perusahaan. Penelitian ini mengacu penelitian serupa yang dilakukan oleh Mokhtar dan Mellet 2013 mengenai pengungkapan risiko tahunan perusahaan yang dipengaruhi oleh peran kompetisi, corporate governance dan struktur kepemilikan pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Egypt Exchange EGX tahun 2007. Penelitian tersebut menggunakan analisis isi-pendekatan kalimat untuk mengukur tingkat pelaporan risiko sukarela. Perbedaan pada penelitian ini antara lain: lokasi penelitian yang dilakukan pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI; tahun penelitian yang berbeda yaitu tahun 2012; penghapusan variabel ceo duality; dan penambahan variabel komposisi dewan komisaris independen. Alasan menambah variabel komposisi dewan komisaris independen karena melihat research gap antara penelitian Wardhana 2013 dan Mubarok 2013. Kemudian alasan menghapus variabel ceo duality karena di Indonesia tidak terdapat rangkap jabatan dewan komisaris dan direksi, seperti yang telah dijelaskan dalam passal 110 ayat 1 b UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bahwa untuk menjadi anggota direksi bukanlah berasal dari orang yang sudah menjadi anggota dewan komisaris dalam satu perusahaan, begitu pula sebaliknya. Penelitian ini merespon penelitian-penelitian sebelumnya untuk mempelajari pelaporan risiko di negara-negara dengan undang-undang pelaporan risiko yang lemah dan memeriksa faktor-faktor penentu pada pelaporan risiko . Sejumlah penelitian menunjukkan beberapa ketidakkonsistenan hasil. Kontribusi yang berbeda terhadap penelitian pengungkapan risiko ini adalah penggunaan variabel kompetisi barriers to entry yang mengadopsi dari penelitian Mokhtar dan Mellett 2013. Media pelaporan yang digunakan dalam menentukan kelengkapan pengungkapan risiko adalah pelaporan dari annual report yang diambil pada tahun 2012.

1.2 Rumusan Masalah