untuk mendapatkan Surat Keputusan SK Bupati agar mempunyai kepastian hukum. Dengan adanya kekuatan hukum peruntukan lahan menjadi jelas dan
diharapkan dapat menghentikan kegiatan perladangan liar serta mengembalikan fungsi lar tersebut sebagai tempat penggembalaan umum.
Permasalahan serupa terjadi pula di lar Gili Rakit. Meskipun telah mempunyai kekuatan hukum sebagai lahan yang dikhususkan untuk padang
penggembalaan umum sesuai Surat Keputusan Bupati Sumbawa Nomor 1520a Tahun 2001, tetapi dalam dua tahun terakhir timbul kekhawatiran
peternak karena adanya pembukaan ladang. Lokasi perladangan tersebut berada di sekitar sumber air sehingga peternak merasa hal tersebut akan
mengganggu persediaan air untuk kebutuhan ternak selama berada di lar.
4.5.5. Dampak Alih Fungsi Kawasan Lar
Adanya alih fungsi lahan lar dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial masyarakat. Dampak langsung dari alih fungsi lahan lar
menyebabkan hilangnya tempat untuk menggembalakan ternak. Dengan demikian peternak terpaksa harus mencari lahan penggembalaan lain, bisa
dengan memindahkan ke wilayah lar lain atau ke tempat daerah potensi padangan lainnya tegalan, lahan kering. Meskipun peternak dapat
menggembalakan ternaknya melewati batas wilayah desa atau kecamatan, tetapi untuk memindahkan ternak ke wilayah lar lain mungkin saja
menimbulkan sengketa dengan peternak yang sudah menempati lar tersebut sebelumnya bila daya dukungnya terbatas.
Dampak sosial lain dengan hilangnya suatu lar karena beralih fungsi adalah hilang pula komunitas masyarakat yang terbentuk dari aktivitas sosial di
lar tersebut. Hal ini dapat menghilangkan nilai-nilai tradisi dan kearifan lingkungan yang seharusnya perlu dilestarikan. Perubahan alih fungsi lar
dapat juga mengubah mata pencaharian sebagian masyarakat peternak.
Misalnya bekerja sebagai buruh pada perusahaan tambak atau pertambangan yang tentu saja memerlukan penyesuaian. Demikian juga bisa terjadi
perubahan cara berternak, yang dahulu secara ekstensif menjadi semi intensif. Dengan makin meningkatnya pembangunan di daerah dimana
diperlukan pembangunan infrastruktur untuk menunjang perkembangan berbagai sektor pembangunan mungkin saja keberadaan lar ke depan semakin
terdesak. Bila hal ini terjadi pemerintah daerah harus mengambil langkah- langkah kebijakan yang dapat melindungi keberadaan lar tetapi juga tidak
mengabaikan kepentingan pembangunan sektor lain. Sementara ini koordinasi antar dinasinstansi terkait belum efektif dan Perda yang ada baru sebatas
pengaturan lar sebagai tempat penggembalaan ternak yaitu Perda Nomor 12 Tahun 1992 tentang Pemeliharaan Ternak. Di dalamnya tidak termuat tentang
perlindungan atau pelestarian lar sebagai tempat khusus pengembangan peternakan di Kabupaten Sumbawa. Mengingat pentingnya keberadaan lar
bagi peternak tradisional Sumbawa maupun untuk perkembangan peternakan perlu kiranya pemerintah daerah ke depan menetapkan lar sebagai wilayah
yang perlu dilindungi dan dilestarikan, misalnya dengan memasukkan dalam rencana penataan kawasan.
4.6. Kebijakan Pemerintah Daerah Mengenai Lar