Perhatian Terhadap Kondisi Kejiwaan Ibu Hamil

2. Perhatian Terhadap Kondisi Kejiwaan Ibu Hamil

Kondisi kejiwaan ibu hamil harus diusahakan agar selalu stabil, tenteram, dan bahagia. Upaya untuk menciptakan kondisi demikian antara lain dengan menyediakan rumah yang luas baginya, mencukupi kebutuhan pokoknya, dan bersikap baik terhadapnya.

a. Rumah yang Luas

Imam Ja’far Shadiq a.s. berkata, لﺯـﻨﻤﻟﺍ ﺔﻌﺴ ﺓﺩﺎﻌﺴﻟﺍ ﻥﻤ

Artinya :Rumah yang luas adalah bagian dari sebuah kebahagiaan [37] . Dalam riwayat yang lain beliau mengatakan,

ل ﺯـﻨﻤﻟﺍ ﺔﻌﺴ ﻲﻓ ﺔﺤﺍﺭ ﻥﻤﺅﻤﻠﻟ Artinya :Mukmin akan merasa tenang berada di rumah yang luas [38] . Pengaruh rumah yang luas terhadap kebahagiaan pribadi dan keluarga sudah dibuktikan

oleh para ahli dan Islam juga menekankan hal tesebut. Dalam sebuah masyarakat Islami yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama samawi ini dalam kehidupan sehari-hari, pastilah mereka akan saling bahu membahu dalam memenuhi kebutuhan akan rumah yang luas bagi seluruh anggotanya ,juga kebutuhan-kebutuhan yang lain .

Bila seorang suami tidak mampu untuk membeli atau menyewa sebuah rumah yang luas, hendaknya ia meyakinkan isterinya bahwa ia akan giat bekerja agar bisa mendapatkan rumah idaman tersebut. Atau jika tidak, ia dapat menyuruh isteri untuk bersabar atas kondisi ekonomi mereka karena Allah pasti akan memberikan pahala dan kebaikan-Nya kepada mereka jika bersabar hidup dalam kemiskinan. Dengan demikian isteri akan merasa tenang dan senang hati meski hidup di dalam rumah yang kecil dan sempit.

b. Memenuhi Kebutuhan Pokok Isteri

Abdullah bin Atha ‘berkata, “Suatu hari aku datang ke rumah Imam Abu Ja’far a.s. Di dalam rumah beliau itu aku melihat ada kasur, bantal, kain seprai, dan sandaran. Akupun bertanya, ‘Untuk apakah semua ini?’ Beliau menjawab, ‘Ini adalah barang yang diperlukan oleh wanita [39] “ ‘.

Segala sesuatu yang dibutuhkan oleh seorang wanita untuk rumahnya seperti bantal, sandaran, dan kasur, juga pakaian-pakaian yang bagus dan perabot rumah tangga, adalah kebutuhan yang harus dipenuhi. Semua itu akan membuat hati dan perasaannya tenang dan berbahagia. Karena itu, tugas yang dipikul oleh suami adalah memenuhi seluruh kebutuhan tadi, tentunya disesuaikan dengan kemampuannya .

Jika suami tidak mampu untuk memenuhinya, atau hanya dapat memenuhi sebahagiannya, ia dapat menyadarkan sang isteri dan menyuruhnya untuk menerima kehendak Tuhan ini ,karena Dia juga telah menjanjikan pahala yang besar bagi mereka yang bersabar .Selain itu, ia juga harus berjanji padanya akan lebih giat bekerja agar dapat mengangkat kondisi ekonomi mereka dan memenuhi semua kebutuhan keluarga khususnya isteri.

c. Bersikap Baik Terhadap Isteri

Sikap baik tehadap isteri ,khususnya isteri yang sedang mengandung, akan membuat kehidupannya bahagia .Isteri akan merasakan ketenangan dan ketenteraman batin. Dengan demikian, tidak akan ada lagi tempat untuk kerisauan dan ketegangan di hati dan batinnya.

Imam Ali Zainal Abidin a.s. mengatakan, ّلﻜ ﻙﻟﺫﻜﻭ , ﺔﻴﻗﺍﻭ ﻭ ﺎﺴﻨﺃ ﻭ ﺎﺤﺍﺭﺘﺴﻤ ﻭ ﺎﻨﻜﺴ ﺎﻬﻠﻌﺠ ﷲﺍ ﻥﺃ ﻡﻠﻌﺘ ﻥﺄﻓ , ﺡﺎﻜﻨﻟﺍ ﻙﻠﻤﺒ ﻙﺘﻴﻋﺭ ﻕﺤ ﺎﻤﺃﻭ

Artinya :Hak wanita yang engkau nikahi adalah ,engkau harus tahu bahwa Allah telah menjadikannya sebagai sumber ketenangan dan ketentraman bagimu serta sebagai penjaga harta dan kehormatanmu. Kalian berdua haruslah memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah atas anugerah yang Dia berikan berupa pasangan kalian. Engkau harus tahu bahwa itu semua adalah nikmat Allah atasmu. Karena itu, suami harus memperlakukan isterinya dengan baik ,menghormatinya, dan berlemah-lembut terhadapnya, meskipun hak-haknya atas sang isteri lebih besar .

Isteri harus menaati suaminya jika ia memerintahkan sesuatu, selama tidak berupa maksiat kepada Allah. Isteri berhak untuk mendapatkan kasih sayang dan kelemahlembutan karena dialah yang memberikan ketenangan hati bagi suami .Isterilah yang dapat memuaskan kebutuhan biologis suami yang memang harus disalurkan, dan hal itu adalah sesuatu yang agung [40] ....

Sikap baik suami terhadap isterinya dapat diwujudkan dalam bentuk pergaulan yang baik, lemah lembut terhadapnya ,kata-kata yang manis, menghormati dan mendudukkannya di tempat yang layak ,memenuhi kebutuhan lahir dan batinnya, memperlakukan isteri layaknya seorang manusia yang dimuliakan oleh Islam, menciptakan suasana rumah yang dipenuhi dengan keceriaan, kegembiraan, cinta dan kasih sayang, menyenangkan hatinya , dan menjaga semua rahasianya .

Selanjutnya, suami sebaiknya membantu istri dalam menyelesaikan pekerjaan rumah yang tidak mampu ia lakukan, memaafkan kesalahannya sejauh tidak keluar dari batas- batas agama, bersikap penuh pengertian dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi sehingga tidak menyinggung perasaannya, menghindari semua hal yang dapat mengganggu ketenangan jiwanya, seperti rasa cemburu yang tidak pada tempatnya, atau bermuka masam terhadapnya, atau bahkan sampai memukul, pisah ranjang dan tidak memenuhi hak-haknya [41] .

Jika perlakuan suami terhadap isteri baik, kondisi psikis isteri menjadi baik pula, dan itu akan memberikan pengaruh yang positif kepada janin yang dikandungnya.

[ Dr Fakhir Aqil, ‘Ilm Al-Nafs Al-Tarbawi:45-57 1 ] [ Al-Kafi 5:332 2 ] [ Faidh Kasyani, Al-Mahajjah Al-Baidhla 3: 93 3 ] [ Makarim Al-Akhlaq:304 4 ] [ Ibid : 305 5 ] [ Wasail Al-Syi’ah 20:85, hadis ke-1 bab ke-34 6 ] [ Al-Kafi 5:354, hadis ke-1 7 ] [ Ibid:332 8 ] [ Ibid:333, hadis ke-3 9 ]

[ 10 ] Ibid :347, hadis ke-1 [ 11 ] Ibid:348, hadis ke-1 [ 12 ] Ibid:347, hadis ke-2 [ 13 ] Makarim Al-Akhlaq:305 [ 14 ] Wasail Al-Syi’ah 20: 79, Al-Kafi 5:347, hadis ke-1 [ 15 ] Majma’ Al-Zawaid 9:206 [ 16 ] Ibid:204, Al-Mu’jam Al-Kabir 22:408, Al-Shawaiq Al -

Muhriqah

[ 17 ] Al-Kafi 5:342, hadis ke-1 [ 18 ] Q.S. Al-Rum : 21 [ 19 ] Makarim Al-Akhlaq:208. [ 20 ] Ibid : 209 [ 21 ] Ibid.

[ 22 ] Al-Kafi 5:498 hadis ke-1, Makarim Al-Akhlaq:208-209 [ 23 ] Makarim Al-Akhlaq:209 [ 24 ] Ibid.

[ 25 ] Ibid:210. [ 26 ] Ibid:211. [ 27 ] Ibid. [ 28 ] Ibid hal: 212. [ 29 ] Dr. Fakhir Aqil, ‘Ilm Al-Nafs Al-Tarbawi hal: 46-47. [ 30 ] Muhammad Taqi Falsafi, Al-Thifl baina Al-Wiratsah wa Al -

Tarbiyah 1:106.

[ 31 ] Masyakil Al-Abaa’ fi Tarbiyah Al-Abnaa’ :263. [ 32 ] Majlisi, Bihar Al-Anwar 3:44 [ 33 ] Makarim Al-Akhlaq:172. [ 34 ] Ibid hal:194. [ 35 ] Ibid. [ 36 ] Ibid:169 [ 37 ] Makarim Al-Akhlaq:125 [ 38 ] Ibid:131 [ 39 ] Ibid. [ 40 ] Harrani, Tuhaf Al-‘Uqul:188. [ 41 ] Irsyad Al-Qulub:175, Makarim Al-Akhlaq:245, Al-Kafi 5:511,

Al-Mahajjah Al-Baidha’ 3:19.