Sifat Mampu-las Besi Cor
C. Sifat Mampu-las Besi Cor
Sifat mampu-las besi cor bila dibandingkan dengan sifat mampu-las dari besi dan baja lainnya termasuk yang rendah. Hal ini disebabkan karena alasan-alasan sebagai berikut :
1) Bila terjadi pendinginan terlalu cepat pada waktu pembekuan, akan terbentuk besi cor putih yang keras, getas dan mudah patah. Besi cor putih ini juga mudah terbentuk bila kadar S dan O di dalamnya terlalu tinggi.
2) Persewaan C dari besi cornya sendiri dengan O2 dari atmosfir las akan membentuk gas CO yang menyebabkan terjadinya lubang halus.
3) Tegangan sisa yang terjadi pada sudut, rusuk dan tempat perubahan tebal menyebabkan retak mudah terjadi pada besi cor.
4) Bila dipanaskan terlalu lama grafit yang ada di dalam besi cor menjadi kasar dan di samping itu besi cor banyak berisi pasir dan rongga. Hal-hal ini menyebabkan elektroda tidak mudah sesuai dengan logam induknya sehingga terjadi lubang- lubang halus.
Hal-hal yang disebabkan di atas menyebabkan bahwa dalam pengelasan besi cor tidak dapat dihindari untuk mempelajari dan mengerti sifat-sifatnya secara mendalam lebih dahulu sebelum pengelasan dimulai.
1. Cara Pengelasan Besi Cor
Cara pengelasan yang banyak digunakan untuk besi cor dicantumkan dalam Tabel
2.8. Di antara cara ini yang paling sering dipakai adalah pengelasan busur lindung yang masih dibagi lagi dalam tiga cara. Cara yang pertama adalah pengelasan panas, dimana sebelum pengelasan yang sebenarnya dilakukan pemanasan mula sampai 500 atau 600ºC, dan pengelasannya sendiri harus menggunakan elektroda jenis besi cor. Cara yang kedua adalah pengelasan sedang di mana suhu pemanasan mula tidak terlalu tinggi dan digunakan elektroda jenis campuran nikel tinggi atau jenis baja lunak. Sedangkan cara yang ketiga adalah pengelasan dingin di mana tidak dilakukan pemanasan mula pada logam induk.
Tujuan dari pemanasan mula di sini adalah agar tidak terjadi pendinginan cepat sehingga logam las cair dapat menyesuaian keadaannya dengan logam induk.
2. Pengelasan Lapis Banyak (Multi layer welding)
Pada pengelasan yang lurus atau reparasi yang dangkal yang dapat dilas dengan satu atau 2 lapisan saja, biasanya digunakan las gerakan maju-lurus atau langkah maju-mundur. Bila garis lasannya panjang dan dikhawatirkan akan terjadi deformasi, maka dapat dipergunakan langkah simetri atau langkah loncat seperti yang terlihat dalam gambar 3.3. Dalam hal las berlapis banyak (multi layer), pelapisan sisi kampuh seperti yang ditunjukkan dalam gambar 3.3 dapat membantu. Untuk menghilangkan tegangan sisa karena penyusutan dapat dilakukan dengan menempa gelombang manik las dengan pahat tumpul sehingga rata, segera setelah selesai pengelasan.
Gambar 2.19 Urutan atau langkah Pengelasan Reparasi untuk Alur Dangkal
Gambar 2.20 Urutan Pengelasan Reparasi untuk Alur Dalam
Gambar 2.3 Langkah-langkah pengelasan dan pengelasan berlapis banyak
(sumber: Wiryosumarto, dkk, 2000)
Gambar 2.2 Teknik-teknik pengelasan Sumber: (Wiryosumarto Okumura, 2000)
3. Pergerakan Elektroda Dan Pengelasan Busur Listrik
Pergerakan elektroda (Harsono Wiryosumarto, 1979) cara pergerakan elektroda banyak sekali, tapi tujuannya adalah sama yaitu mendapatkan defosit logam las dengan permukaan yang rata dan halus dan menghindari terjadinya takikan dan pencampuran terak.
2.3 berikut ini:
Gambar 2.3. Dasar-dasar gerakan elektroda (Wiryosumarto, dkk, 2000)
Dalam hal ini yang penting adalah menjaga agar sudut elektroda dan kecepatan gerakan elektroda tidak berubah. Dalam las tumpul besarnya sudut antara elektroda dan posisi pengelasan, seperti di tunjukan dalam Gambar 2.3. Sedangkan sudut antara elektroda dengan plat induk pada arah melintang terhadap garis las harus lurus 90° seperti terlihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Sudut elektroda pada las lurus (Wiryosumarto,dkk,2000)
Dalam las sudut, sudut arah las garis sama dengan las tumpul tetapi sudut terhadap plat induk pada arah melintang garis las berbeda. Untuk posisi pengelasan datar dan tegak besarnya harus 45° dan untuk posisi atas kepala besarnya sudut adalah 30°. Ujung elektroda biasanya harus digerakan sehingga terjadi berbagai macam ayaman atau lipatan manik las. Dalam hal ini lebar gerakan sebaiknya tidak melebihi tiga kali besarnya garis tengah elektroda seperti ditunjukan dalam Gambar 2.5 disamping itu jarak lipatan atau ayaman harus diusahakan tetap.
Gambar 2.5. Gerakan ayunan elektroda (Wiryosumarto,dkk,2000)