Produksi Bahan Organik Rhizophora mucronata dan Sonneratia alba di Kawasan Mangrove Desa Kajhu dan Desa Meunasah Mesjid, Aceh Besar

PRODUKSI BAHAN ORGANIK Rhizophora mucronata DAN
Sonneratia alba DI KAWASAN MANGROVE DESA KAJHU
DAN DESA MEUNASAH MESJID, ACEH BESAR

MAI SURIANI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Produksi Bahan Organik
Rhizophora mucronata dan Sonneratia alba di Kawasan Mangrove Desa Kajhu
dan Desa Meunasah Mesjid, Aceh Besar adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2017
Mai Suriani
NIM C551140141

RINGKASAN
MAI SURIANI. Produksi Bahan Organik Rhizophora mucronata dan Sonneratia
alba di Kawasan Mangrove Desa Kajhu dan Desa Meunasah Mesjid, Aceh Besar.
Dibimbing oleh DIETRIECH GEOFFREY BENGEN dan TRI PRARTONO.
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang unik dengan beragam
fungsi, baik secara ekologi maupun sosial-ekonomi. Ekosistem mangrove
mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang sumberdaya perikanan.
Serasah mangrove merupakan penyumbang terbesar unsur hara yang sangat
penting bagi pertumbuhan kehidupan berbagai biota akuatik di ekosistem laut
maupun ekosistem estuari. Tsunami pada tanggal 24 Desember 2004 telah
menimbulkan kerusakan terhadap ekosistem mangrove yang ada di Provinsi Aceh
seluas 174,590 Ha. Pada tahun 2005 mulai banyak dilakukan kegiatan rehabilitasi
yang bertujuan untuk memulihkan fungsi ekosistem mangrove yang telah rusak.
Penelitian ini bertujuan mengestimasi kontribusi mangrove jenis Rhizophora
mucronata dan Sonneratia alba terhadap produksi bahan organik di kawasan

rehabilitasi mangrove di Desa Kajhu dan Meunasah Mesjid, Aceh Besar.
Penelitian dilaksanakan dari bulan November 2015 hingga Januari 2016. Metode
litter trap digunakan untuk mengukur produktivitas serasah dan metode litter bag
digunakan untuk mengukur laju dekomposisi serasah. Analisis kandungan Corganik, N dan P di serasah daun mangrove dan sedimen dilakukan di
Laboratorium Pelayanan dan Pengkajian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Aceh.
Rata-rata produksi serasah S. alba sebesar 4,38 g/m2/hari dan R. mucronata
sebesar 3,61 g/m2/hari. Daun merupakan komponen serasah paling banyak
tertampung di jaring serasah karena proses pembentukan daun lebih cepat
dibandingkan organ lainnya dan daun cenderung lebih mudah gugur oleh
hembusan angin dan terpaan hujan. Serasah daun S. alba lebih cepat
terdekomposisi dibandingkan dengan serasah daun R. mucronata. Perbedaan ini
berkaitan erat dengan tingkat kekerasan daun dan komposisi penyusun daun
mangrove seperti kandungan N dan ratio C:N. Pelepasan unsur hara N dan P di
tegakan S. alba yaitu sebesar 321,2 kg N/ha/tahun dan 47,45 kg P/ha/tahun dan di
tegakan R. mucronata yaitu sebesar 131,4 kg N/ha/tahun dan 13,14 kg P/ha/tahun.
S. alba mampu menyumbang lebih banyak unsur hara karena serasah daun S. alba
mengandung lebih banyak bahan organik dan tingkat laju dekomposisi yang tinggi.
Kata kunci: dekomposisi, unsur hara, serasah, mangrove, Aceh Besar


SUMMARY
MAI SURIANI. The Production of Organic Matter of Rhizophora mucronata and
Sonneratia alba in The Kajhu and Meunasah Mesjid Villages, Aceh Besar.
Supervised by DIETRIECH GEOFFREY BENGEN and TRI PRARTONO.
Mangrove ecosystem is a unique habitat with a variety of functions, both
ecologically and socio-economically. This coastal ecosystem has a very important
role in supporting the fishery resources, which is the litter seem to be the largest
contributor of essential nutrients for supporting both marine and estuarine biota
life. Tsunami, on December 24, 2004 in Aceh had caused the damage to the
174.590 ha of mangrove ecosystem in the province of Aceh. Since 2005, many
rehabilitation activities have been made to restore the functions of those mangrove
ecosystems.
This study was conducted to estimate the extent to which the mangrove of
Rhizophora mucronata and Sonneratia alba contribute organic matter was
rehabilitated. This study was conducted from November 2015 to January 2016.
Litter-traps were used to collect the litter production and litter-bags to measure
decomposition rates. Analysis of organic carbon, nitrogen and phosphorus
concentration of leaf litter and sediments was conducted at the Laboratory of
Services and Study, Assessment Institute for Agricultural Technology (BPTP)
Aceh.

The average of litter production for S. alba and R. mucronata was 4.38
g/m2/day and 3.61 g/m2/day, respectively. Leaf litter was the most component that
founded at litter-traps, because of the faster regeneration of leaves was faster than
that of the other organs and the leaves also tended to be easily broken by the wind
and the rain. S. alba leaf decomposed faster than that of R. mucronata. This
differenc was closely related to the level of sclerophylly and the composition of
the leaves constituent of the mangrove such as N content and C:N ratio. Nutrients
element (N and P) released were 321.2 kg N/ha/years and 47.45 kg P/ha/years for
S. alba; and 131.4 kg N/ha/years and 13.14 kg P/ha/years for R. mucronata.
Mangrove species of S. alba provided much nutrients were possibly related to the
fact that leaf of S. alba contained more decomposable organic matter and higher
of decomposition rate than those of R. mucronata.
Keywords: decomposition, litterfall, nutrients, mangroves, Aceh Besar

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PRODUKSI BAHAN ORGANIK Rhizophora mucronata DAN
Sonneratia alba DI KAWASAN MANGROVE DESA KAJHU
DAN DESA MEUNASAH MESJID, ACEH BESAR

MAI SURIANI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Dedi Soedharma, DEA

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan judul penelitian
“Produksi Bahan Organik Rhizophora mucronata dan Sonneratia alba di
Kawasan Mangrove Desa Kajhu dan Desa Meunasah Mesjid, Aceh Besar”.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Dietriech Geoffrey
Bengen, DEA dan Bapak Dr Ir Tri Prartono, MSc selaku dosen pembimbing
sekaligus dosen yang telah dengan penuh kesabaran dan ketulusan memberikan
bimbingan dan senantiasa membuka wawasan berfikir kritis penulis dalam
menyelesaikan studi dan penulisan tesis ini. Terimakasih juga disampaikan
kepada Pemerintah Aceh melalui Beasiswa Lembaga Peningkatan Sumberdaya
Manusia (LPSDM Aceh) No.102/S2.DN/LPSDMA/VIII/2014 yang telah
mendanai penelitian ini hingga selesai.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga
tercinta serta keluarga besar Pak Ngoh yang senantiasa mencurahkan kasih
sayang, doa, semangat dan dukungannya hingga Ananda dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini. Penghargaan penulis sampaikan kepada Om Muhammad AlHusnie dan Tante Hanna Marcellina beserta keluarga yang telah menjadi orang

tua dan keluarga penulis selama di Bogor. Terimakasih juga disampaikan kepada
Bahrul Ikhsan Skel, Irmansyah Skel, Muhsinah SPd, Said Al-Mukhsin Skel,
Syawal Syah Fitra Skel, Suliama dan adik ku Risma Yanti yang telah banyak
membantu selama proses pengambilan data dilapangan juga kepada Andri
Purnama Putra Skel dan Khajar Imaniar SKel yang telah banyak membantu dalam
pembuatan peta. Salam hangat tak lupa penulis sampaikan kepada sahabat penulis
Mutia ramadhaniaty SKel dan rekan-rekan angkatan 2014 Pascasarjana S2 IPB
yang telah memberi semangat dan dukungan selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2017
Mai Suriani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
2
3
3

2 METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian

Alat dan Bahan
Prosedur penelitian
Analisis Data

4
4
5
5
8

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Serasah Mangrove
Laju Dekomposisi Serasah Daun
Kandungan Unsur Hara Serasah Daun Selama Proses Dekomposisi
Pelepasan Unsur Hara
Perbedaan Sebaran Bahan Organik Berdasarkan Jenis Mangrove

9
9
12

14
16
18

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

20
20
20

DAFTAR PUSTAKA

21

LAMPIRAN

25


RIWAYAT HIDUP

36

DAFTAR TABEL
1 Produksi serasah mangrove di beberapa lokasi penelitian
2 Hasil analisis diskriminan terhadap kerapatan mangrove, tekstur dan
kandungan N-total, C-Organik dan P di sedimen mangrove di lokasi
penelitian
3 Hasil analisis kerapatan mangrove, tekstur dan kandungan N-total, COrganik dan P di sedimen mangrove di lokasi penelitian

12

18
19

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran Penelitian
2 Stasiun penelitian di (a) Desa Kajhu dan (b) Desa Meunasah Mesjid
Kabupaten Aceh Besar
3 Sketsa plot sampling dari pinggir pantai menuju arah darat
4 Skema pelaksanaan penelitian kontribusi mangrove R. mucronata dan S.
alba terhadap produksi bahan organik
5 Desain dan ilustrasi pemasangan perangkap serasah selama penelitian
6 Proporsi komponen serasah mangrove di lokasi penelitian
7 Rata-rata produksi serasah mangrove dari setiap stasiun pengamatan
8 Laju dekomposisi serasah daun mangrove di lokasi penelitian. (a) R.
mucronata: (b) S. alba
9 Kandungan unsur hara pada serasah daun R. mucronata dan S. alba
selama proses dekomposisi, (a) kandungan C-organik; (b) kandungan
N ; dan (c) kandungan P
10 Rata-rata pelepasan unsur hara N dan P di lokasi penelitian: (a) R.
mucronata; (b) S. alba

3
4
5
6
7
10
11
13

15
17

DAFTAR LAMPIRAN
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Jumlah tegakan mangrove dalam luasan 10 m x 10 m
Produksi serasah selama pengamatan
Bobot kering serasah selama pengamatan
Uji T terhadap laju dekomposisi
Tabel kandungan unsur hara serasah daun selama proses dekomposisi
Hasil analisis regresi linear berganda
Total pelepasan unsur hara pada setiap stasiun pengamatan
Uji T terhadap pelepasan unsur hara
Tabel kandungan bahan organik di sedimen mangrove
Hasil analisis diskriminan sebaran bahan organik sedimen
Dokumentasi penelitian

25
26
27
28
29
29
32
32
33
34
35

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem unik dengan beragam fungsi,
baik secara ekologi maupun sosial-ekonomi. Secara ekologis, ekosistem
mangrove mempunyai peran sangat penting dalam menunjang sumberdaya
perikanan, yaitu sebagai daerah asuhan dan pembesaran (nursery ground), daerah
pemijahan (spawning ground) dan perlindungan bagi aneka biota perairan
(Kawaroe 2001; Alongi 2002; Bengen 2004; Kumar et al, 2011). Hal ini dapat
dilihat dari beberapa hasil penelitian yang menunjukkan tingginya jumlah spesies
ikan yang terdapat di ekosistem ini, yaitu sekitar 70 hingga 100 spesies lebih
(Kawaroe 2001; Kathiresan dan Rajendran 2002; Wei-dong et al, 2003; Sukardjo
2004). Selain itu, Mahmudi (2010) menyatakan bahwa satu hektar mangrove
mampu menyumbang produksi ikan sebesar 672 kg/th.
Produksi serasah yang tinggi merupakan faktor penting dalam fungsi
ekologis mangrove dimana serasah yang berasal dari tumbuhan mangrove (daun,
batang, buah, ranting dan sebagainya) merupakan komponen dasar rantai makanan
dalam jaring-jaring makanan dan sumber bahan organik di ekosistem mangrove
(Bengen 2004). Serasah mangrove langsung dikonsumsi oleh mikroorganisme dan
organisme pengurai sehingga memperkaya nutrisi yang kemudian memasuki
sistem energi (Odum et al, 1982; Aida et al, 2014).
Akumulasi bahan organik dari serasah mangrove ditentukan oleh proses
produksi dan dekomposisi (Swift et al, 1979; Triadiati et al, 2011). Produksi
serasah di setiap kawasan ekosistem mangrove menunjukkan hasil yang berbedabeda, yang dipengaruhi oleh jenis tumbuhan, umur tumbuhan, iklim dan
karakteristik lingkungan (Zamroni dan Rohyani 2008; Salim dan Budiadi 2014;
Andrianto et al, 2015). Banyaknya jenis mangrove dalam komunitas akan
menghasilkan serasah dalam jumlah besar dibandingkan dengan komunitas yang
mempunyai jenis mangrove sedikit.
Dekomposisi merupakan gabungan dari proses fragmentasi, perubahan
stuktur fisik dan kegiatan enzim yang menghasilkan senyawa anorganik dilakukan
oleh agen biologi maupun fisika. Laju dekomposisi serasah tergantung pada
jumlah dan jenis serasah, kondisi lingkungan, aktivitas bakteri, fungi dan
penghancuran serasah oleh makro invertebrata (Crawford dan Rosenberg 1984;
Twilley et al, 1997). Keberadaan bakteri dan fungi dalam perairan mangrove
mampu mengubah senyawa karbon dalam serasah daun menjadi nutrisi secara
enzimatik (Pascoal dan Cassio 2004).
Penelitian mengenai kontribusi mangrove terhadap produksi bahan organik
penting karena serasah mangrove merupakan penyumbang terbesar unsur hara
bagi pertumbuhan mangrove itu sendiri dan bagi ekosistem laut dan estuari dalam
menyongkong kehidupan berbagai biota akuatik. Untuk itu, penelitian ini dapat
memberikan informasi mengenai kontribusi mangrove untuk produktivitas
perairan di kawasan rehabilitasi mangrove Aceh Besar.

2
Perumusan Masalah
Tumbuhan mangrove merupakan sumber makanan potensial dalam berbagai
bentuk bagi semua biota yang hidup di ekosistem mangrove. Komponen dasar
dalam rantai makanan di ekosistem mangrove berupa serasah yang berasal dari
tumbuhan mangrove (Bengen 2004). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Metcalfe (2011) menunjukkan bahwa produksi serasah mangrove jenis R.
mucronata yaitu sebesar 1,65 g/m2/hari dan S. alba sebesar 1,82 g/m2/hari.
Boonruang (1984) menyatakan bahwa produktivitas mangrove merupakan sumber
produktivitas perikanan di estuaria serta penyumbang nutrien baik bagi ekosistem
mangrove itu sendiri maupun ekosistem sekitarnya.
Mangrove melalui produksi dan dekomposisi serasahnya menyediakan
berbagai bahan organik yang sangat penting bagi produktivitas perairan. Pada
dasarnya. serasah yang dihasilkan mangrove mengandung unsur hara C, N dan P.
Mahmudi (2010) melaporkan bahwa ekosistem mangrove di kawasan reboisasi di
Pasuruan menyumbang nitrogen sebesar 129,58–184,69 kg/ha/th sedangkan fosfor
sebesar 6,57–9,13 kg/ha/th. Bahan organik yang berasal dari serasah mangrove ini
merupakan salah satu sumber masukan bahan organik bagi perairan sekitarnya.
Tsunami pada tanggal 24 Desember 2004 telah menimbulkan kerusakan
terhadap ekosistem mangrove yang ada di Provinsi Aceh seluas 174,590 Ha (BRR
NAD-Nias 2005). Oleh sebab itu, pada tahun 2005 mulai banyak dilakukan
kegiatan rehabilitasi yang bertujuan untuk memulihkan fungsi ekosistem
mangrove yang telah rusak. Kegiatan rehabilitasi tersebut dilakukan oleh berbagai
lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah seperti LSM dan NGO asing di
beberapa daerah di Aceh, termasuk Kabupaten Aceh Besar yaitu di Desa Kajhu
dan Desa Meunasah Mesjid. Jenis mangrove yang ditanami di Desa Kajhu yaitu
R. mucronata, R. apiculata, S. alba, A. marina, Excoecaria agallocha, R. stylosa
dan Bruguiera gymnorrhiza (Muhammad 2009). Di Desa Meunasah masjid, jenis
mangrove didominasi oleh S. alba.
Kegiatan rehabilitasi dapat mengembalikan fungsi ekosistem mangrove
yang telah rusak. Penelitian ini untuk mengungkapkan apakah R. mucronata dan S.
alba mampu mendukung kesuburan dan produktivitas perairan di sekitar kawasan
rehabilitasi. Kontribusi ini dapat diestimasi dari laju produksi dan dekomposisi
serasah, pelepasan unsur hara dari serasah daun dan analisis kandungan bahan
organik pada sedimen. Secara rinci kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat
pada Gambar 1.

3
Potensi Mangrove di Kawasan
Rehabilitasi Mangrove Aceh Besar

Dimanfaatkan sebagai:
 Penyedia sumberdaya ikan,
kepiting, kerang dan udang
 Pelindung pemukiman, dan
 Pelindung pantai

Peran ekologis

Serasah

Terdekomposisi

Bahan organik

Kesuburan dan produktivitas
ekosistem mangrove dan ekosistem
di sekitarnya

Sumber unsur hara

Sumber makanan
biota akuatik
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi kontribusi mangrove jenis
Rhizophora mucronata dan Sonneratia alba terhadap produksi bahan organik di

kawasan rehabilitasi mangrove Aceh Besar dengan cara:
a. Menghitung produktivitas serasah dan laju dekomposisi serasah mangrove R.
mucronata dan S. alba,
b. Menghitung pelepasan unsur hara nitrogen (N) dan fosfor (P) dari serasah
daun mangrove R. mucronata dan S. alba, dan
c. Menghitung kandungan bahan organik sedimen pada tegakan mangrove R.
mucronata dan S. alba.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kontribusi
mangrove, khususnya jenis R. mucronata dan S. alba dalam menghasilkan bahan
organik yang berperan bagi kesuburan tanah dan produktivitas perairan di sekitar
kawasan rehabilitasi mangrove Aceh Besar. Selanjutnya, seluruh informasi
tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam pengelolaan
ekosistem mangrove di Kabupaten Aceh Besar.

4
2

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 hingga Januari 2016
di kawasan rehabilitasi mangrove di Desa Kajhu Kecamatan Baitussalam dan
Desa Meunasah Mesjid Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Aceh
(Gambar 2). Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Pelayanan dan
Pengkajian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh.

(a)

(b)
Gambar 2 Stasiun penelitian di (a) Desa Kajhu dan (b) Desa Meunasah Mesjid
Kabupaten Aceh Besar

5
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah serasah dan substrat mangrove R. mucronata
dan S. alba dari kawasan rehabilitasi mangrove Aceh Besar. Peralatan yang
digunakan adalah: kantong serasah (litter-bag) berukuran 30 cm x 30 cm dengan
mata jaring berukuran 1 mm, jaring penampung (litter-trap) berukuran 1 m x 1 m,
timbangan, oven dan kantong sampah.

Prosedur Penelitian
Penentuan Stasiun Pengamatan
Penelitian ini menggunakan metode purposive random sampling untuk
menentukan stasiun pengamatan (Sulistiyarto et al, 2007). Dua stasiun
pengamatan dipilih, yaitu: Stasiun I terletak di Desa Kajhu dimana lokasi ini
didominasi oleh vegetasi mangrove jenis R. mucronata dengan luas area 25 ha dan
Stasiun 2 terletak di Desa Meunasah Mesjid dimana lokasi ini didominasi oleh
vegetasi mangrove jenis S. alba dengan luas area 15 ha. Penetapan lokasi
penelitian berdasarkan perbedaaan jenis vegetasi yang dimaksudkan agar dapat
membandingkan perbedaan produksi dan laju dekomposisi serta perbedaan
kandungan bahan organik yang terkandung pada kedua jenis vegetasi mangrove
tersebut.
Pengambilan dan pengukuran vegetasi mangrove menggunakan metode
transek plot yang diletakkan pada transek garis, dimana penarikan transek garis
dilakukan dari arah laut menuju ke arah darat (Bengen 2000). Pada masingmasing stasiun pengamatan terdapat 3 (tiga) transek garis (substasiun
pengamatan), yaitu di sisi kiri, tengah dan sisi kanan area rehabilitasi. Tiap-tiap
transek garis terdapat 3 (tiga) plot sampling dengan ukuran plot 10 m x 10 m.
Penentuan titik plot sampling didasarkan atas pendekatan zonasi, yaitu zona
pinggir pantai, zona tengah dan zona daratan dengan jarak antar plot sampling
bergantung pada ketebalan mangrove pada tiap-tiap stasiun pengamatan (Gambar
3).

10 m

10 m

Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Gambar 3 Sketsa plot sampling dari pinggir pantai ke arah daratan

6
Penelitian dimulai dengan studi lokasi kemudian pemilihan stasiun sampling
berdasarkan jenis mangrove, penentuan titik sampling, pengambilan sampel
serasah dan sedimen dan analisis di laboratorium. Gambar 4 menunjukkan skema
pelaksanaan penelitian yang dilakukan.
Kawasan Rehabilitasi Mangrove
Desa Kajhu dan Desa Meunasah Mesjid

Pemilihan stasiun sampling
berdasarkan jenis mangrove

Penentuan titik sampling dan
Pengambilan sampel

Serasah

Produksi
serasah

Laju
dekomposi
si

sedimen

Analisis
unsur hara

Analisis lapangan
dan laboratorium

Tekstur
fraksi

Analisis
bahan
organik

Analisis laboratorium

Analisa Data

Hasil
Gambar 4 Skema tahapan pelaksanaan penelitian kontribusi mangrove R.
mucronata dan S. alba terhadap produksi bahan organik

7
Pengukuran Produksi Serasah
Metode yang umum digunakan untuk pengumpulan serasah mangrove
adalah metode litter-trap (jaring penampung serasah) (Brown 1984). Pengambilan
contoh serasah mangrove (daun, ranting, dan buah/bunga) dilakukan
menggunakan jaring yang berukuran 1x1 m2. Jaring penampung dipasang masingmasing 1 (satu) pohon per plot pengamatan dan diletakkan di bawah kanopi pohon
mangrove sekitar 1-1,5 m di atas akar tongkat untuk menghindari air pasang
(Gambar 5).

Gambar 5 Desain dan ilustrasi pemasangan jaring penampung serasah selama
penelitian (Aida et al, 2014)
Pengukuran produksi serasah dilakukan selama 3 (tiga) kali dengan selang
waktu pengambilan selama 7 hari. Serasah yang tertampung di jaring penampung
dari tiap-tiap pohon diambil dan dipisahkan menurut bagian daun, ranting dan
buah/bunga. Serasah tersebut ditimbang berat basahnya dan dimasukkan ke dalam
plastik klip serta diberi label untuk selanjutnya dibawa ke laboratorium. Di
laboratorium, sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C hingga beratnya
konstan (Ashton et al, 1999) dan ditimbang. Serasah yang sudah dikeringkan
kemudian dilakukan pengukuran kandungan unsur hara C-organik, N dan P
Analisis kandungan C-organik diukur dengan menggunakan metode WalkeyBlack, analisis kandungan N menggunakan metode destilasi dan analisis P
menggunakan metode pengabuan basah.
Pengukuran Laju Dekomposisi Serasah
Pengukuran laju dekomposisi dilakukan dengan meletakkan serasah daun
yang telah dikeringkan sebanyak 10 g berat kering ke dalam kantong serasah yang

8
berukuran 30 cm x 30 cm dengan mata jaring berukuran 1 mm (Pribadi 1998;
Ashton et al, 1999). Pada tiap plot sampling ditempatkan kantong serasah
sebanyak 3 kantong. Kantong serasah diletakkan di atas permukaan tanah dan
diikatkan pada akar mangrove agar tidak terbawa air pasang.
Kantong serasah diambil dari masing-masing plot sampling per 10 hari
selama 30 hari, yaitu pada hari pengamatan ke-10, 20 dan 30. Sampel serasah
daun yang sudah diambil dibersihkan dari lumpur selanjutnya dikeringkan pada
temperatur 105 °C hingga beratnya konstan (Ashton et al, 1999), kemudian
ditimbang berat keringnya.
Sampel yang sudah dikeringkan selanjutnya
dilakukan pengukuran kandungan C-organik, N dan P guna mengetahui
kandungan unsur hara pada serasah daun mangrove selama proses
pendekomposian.
Pengambilan Sampel Substrat
Sampel substrat diambil dengan menggunakan pipa paralon yang
dimasukkan ke dalam tanah pada kedalaman 30 cm. Sampel sedimen dianalisis di
Laboratorium Pelayanan dan Pengkajian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Aceh untuk mengetahui kandungan C-organik, N-total dan P-tersedia
serta fraksi sedimen. Analisis kandungan C-organik diukur dengan menggunakan
metode Walkey-Black, analisis kandungan N-total menggunakan metode Kjehdal
dan analisis P-tersedia menggunakan metode metode Bray I.

Analisa Data
Perhitungan Produktivitas Serasah
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan pada masing-masing stasiun
diolah dalam bentuk tabulasi. Data yang dianalisis adalah rata-rata serasah yang
dihasilkan g/m2/ hari.
Perhitungan Laju Dekomposisi Serasah
Pendugaan nilai konstanta laju dekomposisi serasah menggunakan rumus
(Ashton et al, 1999):

Xt = X0 e-kt..........................................(1)
dimana:
Xt
X0
e
k
t

= berat kering serasah setelah waktu pengamatan ke-t (g)
= berat kering serasah awal (g)
= bilangan logaritma (2,72)
= konstanta laju dekomposisi serasah (hari)
= waktu pengamatan (hari)

Waktu paruh (t50) dari dekomposisi serasah daun mangrove dihitung
menggunakan rumus (Ashton et al, 1999):

9
t50 = ln 2/k……………………. (2)
dimana:
t50 = waktu yang dibutuhkan untuk mendekomposisi separuh dari
material serasah (hari)
k = konstanta laju dekomposisi serasah

Pelepasan Unsur Hara
Kandungan unsur hara yang dianalisis yaitu nitrogen dan fosfor. Pelepasan
unsur hara dihitung berdasarkan rumus (Nga et al, 2004):

dimana:

Nt = (� x N0) – (� x N1) ....................................... (3)

Nt


N0
N1
t

= Kandungan unsur hara terlepas (g/minggu)
= Berat kering serasah awal (g)
= Berat kering sisa serasah setelah pengamatan ke- t (g)
= Kandungan unsur hara awal
= Kandungan unsur hara sisa setelah pengamatan ke-t
= waktu inkubasi (minggu)

Analisa Sebaran Bahan Organik Sedimen Berdasarkan Jenis Mangrove
Untuk mendeterminasi perbedaan sebaran bahan organik sedimen
berdasarkan jenis mangrove, digunakan suatu teknis analisis yaitu Analisis
Faktorial Diskriminan (AFD). Metode ini digunakan untuk melihat apakah
terdapat perbedaan nyata antar beberapa group yang ditentukan oleh sejumlah
variabel kuantitatif dan mendeterminasi variabel-variabel yang paling
mengkarakteristikkan perbedaan tersebut (Bengen 2000). Data kerapatan
mangrove, tekstur substrat, kandungan C-Organik, kandungan N dan kandungan P
di sedimen ditempatkan sebagai variabel kuantitatif. Analisis faktorial diskriminan
ini diolah dengan menggunakan software SPSS versi 22.

3

HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Serasah Mangrove

Produksi total serasah mangrove selama 3 minggu terdiri dari beberapa
bagian yaitu serasah daun, ranting dan bunga/buah. Jatuhan serasah yang paling
banyak yaitu serasah daun, baik pada tegakan R. mucronata maupun pada tegakan
S. alba. Nilai persentase serasah daun pada kedua spesies tidak jauh berbeda
masing-masing sebesar 76% dan 73%. Serasah ranting dan bunga/buah memiliki
persentase yang lebih kecil dibandingkan nilai persentase serasah daun (Gambar
6). Ulqodry (2008) juga melaporkan bahwa komponen serasah daun merupakan

10
komponen terbesar berkisar 66,10 – 82,23% kemudian diikuti ranting dan
bunga/buah.

bunga/
buah
22%

bunga/
buah
14%

daun
76%

ranting
2%

daun
73%

ranting
13%

R. mucronata

S. alba

Gambar 6 Proporsi komponen serasah mangrove di lokasi penelitian
Perbedaan persentase antara serasah daun, ranting dan bunga/buah diduga
karena karakteristik dari tiap komponen serasah, seperti sifat fisik dan jumlah
masing-masing komponen yang dihasilkan. Secara fisik, daun mempunyai bentuk
yang lebar dan tipis sehingga cenderung lebih mudah digugurkan oleh hembusan
angin dan terpaan hujan (Zamroni dan Rohyani 2008). Secara biologis, proses
pembentukan daun lebih cepat dibandingkan ranting dan organ reproduktif.
Terdapat perbedaan persentase serasah ranting dan bunga/buah pada kedua
spesies mangrove. Pada tegakan R. mucronata, serasah bunga/buah memiliki
persentase yang lebih besar dari serasah ranting dengan nilai 22%, sedangkan
serasah ranting sebesar 2%. Lain hal nya pada tegakan S. alba, serasah ranting dan
bunga/buah memiliki nilai persentase yang tidak jauh berbeda masing-masing
13% dan 14%. Kondisi ini disebabkan oleh faktor biologis yaitu ukuran dan sifat
fisik dari ranting kedua jenis mangrove, dimana ukuran ranting yang lebih besar
cenderung menempel kuat pada batang utama sehingga sulit untuk jatuh
(Wahyuni dan Taqwa 2014). S. alba mempunyai ukuran ranting yang lebih kecil
jika dibandingkan dengan R. mucronata, sehingga memungkinkan ranting mudah
patah jika diterpa hujan dan angin. Selain itu, gangguan seperti adanya primata
juga mempengaruhi perbedaan tersebut. Pada tegakan S. alba ditemukan primata
yang bermain dengan cara melompat dari satu pohon ke pohon lainnya dan
mencari makan berupa daun-daun muda, bunga dan buah dari S. alba tersebut,
sehingga banyak terdapat ranting, bunga dan buah yang tertampung di jaring
serasah.
Setiap jenis mangrove mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam
menghasilkan jatuhan serasah. Jenis S. alba menghasilkan serasah terbanyak jika
dibandingkan dengan R. mucronata (Gambar 7). Hasil penelitian Susan et al,
(2013) di Lalombi, Donggala juga menunjukkan bahwa produksi serasah terbesar
diperoleh dari jenis S. alba diikuti oleh jenis R. mucronata, B. gymnorrhiza dan R.
apiculata. Perbedaan produksi serasah ini diduga karena perbedaan morfologi dari
komponen serasahnya. S. alba mempunyai ukuran organ buah yang lebih besar

11
jika dibandingkan dengan R. mucronata. Selain itu, besarnya diameter atau ukuran
pohon mangrove dan ketipisan tajuk juga mempengaruhi produksi serasah
(Kusmana et al, 2000). S. alba yang ditemukan di lokasi penelitian memiliki
ukuran individu (tinggi pohon) yang lebih besar dan pertajukan yang lebih lebat
bila dibandingkan dengan jenis R. mucronata karena kondisi lingkungan yang
cocok memungkinkan S. alba tumbuh dengan baik.
8
produksi serasah (g/m2/hari)

7
6

5

R. mucronata

4

S. alba

3
2
1
0
Stasiun 1

Stasiun 2
Stasiun

Stasiun 3

Gambar 7 Rata-rata produksi serasah mangrove dari setiap stasiun pengamatan
Tabel 1 menunjukkan perbedaan produksi serasah di beberapa kawasan
ekosistem mangrove. Kawasan rehabilitasi mangrove Aceh Besar yang terletak di
Desa Kajhu dan Desa Meunasah Mesjid menghasilkan rata-rata total serasah
sebesar 3,99 g/m2/hari. Hasil penelitian ini masih lebih tinggi bila dibandingkan
hasil penelitian Soenarjo (1999) di ekosistem mangrove hasil reboisasi di Kaliuntu,
Jawa Tengah, bahwa rata-rata produksi serasah pada tegakan R. apiculata, R.
mucronata dan A. marina yaitu sebesar 2,08 g/m2/hari. Hasil penelitian Mahmudi
(2010) di kawasan reboisasi mangrove di Pasuruan yaitu sebesar 2,18 g/m2/hari.
Akan tetapi, bila dibandingkan dengan beberapa hasil penelitian di ekosistem
mangrove alami, hasil penelitian ini mendekati dari beberapa hasil penelitian
lainnya, antara lain: hasil penelitian Soemodihardjo (1992) di Taman Nasional
Ujung Kulon pada tegakan R. apiculata dan S. alba sebesar 3,43 g/m2/hari; dan
Aida et al, (2014) di Tangerang, Banten pada tegakan A. marina, A. alba, R.
mucronata dan S. caseolaris sebesar 3,45 g/m2/hari. Perbedaan hasil produksi
serasah setiap daerah dapat dipengaruhi oleh perbedaan kondisi geografis, kondisi
vegetasi dan struktur penyusun hutan serta tinggi rendahnya tingkat kerapatan
hutan (Sa’ban et al, 2013).

12
Tabel 1 Produksi serasah mangrove di beberapa lokasi penelitian
Produksi
Serasah (g
Lokasi
Jenis Mangrove
bk/m2/hari)
R. apiculata; R.
Kaliuntu, Rembang
2,08
mucronata; A. marina
Nguling, Pasuruan
Padang Cermin
Kabupaten
Pesawaran
Pantai teluk Sepi,
Lombok Barat
Pulau Panjang,
Banten
Tangerang, Banten
Taman
Nasional
Ujung Kulon
Teluk
Bintuni,
Papua
Teluk Moramo,
Sulawesi Tenggara
Kajhu dan
Meunasah Mesjid,
Aceh Besar

Sumber
Soenardjo
(1999)
Mahmudi et al,
(2008)

R. mucronata

2,39

Rhizophora spp.

0,56

Andrianto et al,
(2015)

2,71

Zamroni dan
Rohyani (2008)

0,35

Lestarina
(2011)

R. mucronata dan A.
lanata
S. alba; R. apiculata. R.
stylosa; B. gymnorhiza;
A. alba; L. racemosa; A.
floridum
A. marina; A. alba;R.
mucronata; S. caseolaris
R. apiculata dan S. alba
Rhizophora spp. dan
Brugaira spp.
S. alba; R. apiculata;
Avicennia sp. dan
Bruguiera sp.
R. mucronata dan S.
alba

3,45
3,43

Aida et al,
(2014)
Soemodihardjo
(1992)

3,04

Pribadi (1998)

1,21- 2,25

Sa'ban et al,
(2013)

3,99

Penelitian ini

Laju Dekomposisi Serasah Daun
Laju dekomposisi serasah ditandai dengan adanya penyusutan bobot
serasah pada tiap periode pegamatan. Laju dekomposisi rata-rata serasah daun S.
alba dan R. mucronata yang tertinggi terjadi pada tahap awal pendekomposisian
yaitu pada hari pengamatan ke-10 selanjutnya menurun seiring waktu pengamatan
(Gambar 8). Hal ini menunjukkan bahwa lamanya periode pengamatan dapat
mempengaruhi nilai laju dekomposisi yang ditandai dengan semakin menurunnya
nilai laju dekomposisi hingga akhir periode pengamatan. Hal ini disebabkan oleh
menurunnya bahan-bahan organik dan kandungan nitrogen yang terdapat dalam
sisa daun seiring dengan bertambahnya waktu.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Farooqi et al, (2014)
bahwa laju dekomposisi A. marina dan R. mucronata menunjukkan penurunan
bobot yang sangat cepat pada awal penelitian dan selanjutnya laju dekomposisi
mengalami penurunan hingga sisa periode penelitian. Hubungan tersebut juga
ditunjukkan oleh koefisien diterminasi R2 0,79 untuk R. mucronata dan 0,82

13
untuk S. alba. Artinya, sebesar 79% dan 82 % dapat dijelaskan pengaruh waktu
terhadap laju dekomposisi serasah mangrove.

Berat kering sersah (g)

12
Laju dekomposisi
pengamatan di ST1

10
8

Laju dekomposisi
pengamatan di ST2

6
4

Laju dekomposisi
pengamatan di ST3

2
0
0

5

10 15 20 25 30 35
Waktu (hari)

Laju dekomposisi
hitung

(a)

Berat kering sersah (g)

12
Laju dekomposisi
pengamatan di ST1

10
8

Laju dekomposisi
pengamatan di
ST2
Laju dekomposisi
pengamatan di
ST3
Laju dekomposisi
hitung

6
4
2
0

0

5

10

15 20 25 30
Waktu (hari)
(b)

35

Gambar 8 Laju dekomposisi serasah daun mangrove di lokasi penelitian. (a) R.
mucronata: (b) S. alba
Laju dekomposisi serasah daun S. alba lebih tinggi dibandingkan serasah
daun R. mucronata (p