a. Inikah HIV? Buku pegangan praktis bagi petugas kesehatan

43 PETUNJUK KLINIS KOINFEKSI HIV DAN VHB sirosis dan hipersplenisme. 11 Namun, berdasarkan studi terbaru menunjukkan ƟĚĂŬ ada data yang kuat bahwa VHB memiliki pengaruh dalam respons HIV terhadap ARV, perkembangan HIV menjadi AIDS dan menurunkan CD4. 5 7, 12 Rangkuman Sebanyak 70 pasien HIV terbuk Ɵ mengalami infeksi hepaƟƟƐ B akut maupun kronik Infeksi VHB menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pasien HIV di dunia Pasien HIV dengan infeksi VHB akut memiliki risiko 10 kali lipat lebih Ɵnggi untuk mengalami infeksi kronik dibandingkan dengan pasien dengan monoinfeksi VHB Kesamaan cara penyebaran infeksi HIV dengan virus hepa ƟƟs B VHB menyebabkan ƟŶgginya angka kejadian koinfeksi HIV VHB Moda transmisi infeksi VHB pada pasien HIV adalah melalui kontak darah kontak seksual dan injeksi jarum sun Ɵk dan transmisi verƟkal Koinfeksi HIV VHB ditemukan lebih banyak pada populasi LSL di Indonesia HIV memiliki peran bermakna dalam perjalanan alamiah virus ŚĞƉĂƟƟs B. Pasien koinfeksi HIV VHB memiliki DNA VHB yang lebih ƟŶggi dan kemungkinan bersihan spontan VHB yang lebih rendah serta meningkatkan risiko terjadinya sirosis ha Ɵ dan karsinoma hepatoselular. Peran hepa ƟƟƐ B dalam perjalanan alamiah HIV masih kontroversial 44 PETUNJUK KLINIS KOINFEKSI HIV DAN VHB Dia Pe Da Koinfeks Sk dilakuka infeksi la C hingga Pe Se dilakuka transam untuk m dengan menilai mengala interpret fase pad Fase Fase ALT Fase Pad nila Fase Fase hat gnosis enilaian Risik apat dilihat p si lain krining an Ɵb n pada se Ɵa ama maka d a saat ini belu enilaian Risik emua pasien n pemeriksa inase, waktu menilai kondi HBsAg nega ada atau Ɵd ami reak Ɵfas Pemahaman tasi hasil pe da infeksi VH e imunotole e ini ditanda T yang norm e imunoklire da fase ini te i ALT dan DN e pengidap i e ini ditanda i minimal, DI ko HIV dan D pada bab seb bodi virus he ap pasien de apat diberik um ditemuka ko VHB dan dengan HIV aan HBeAg, h u protrombin isi ha Ɵ sebe a Ɵf dianjurk dak adanya i i, khususnya Gambar 2 n yang jela meriksaan s B kronik, yai ran ai dengan k mal, ens erjadi perlaw NA VHB, nak Ɵf Low r ai dengan DN AGNOSIS Diagnosis HIV belumnya. epa ƟƟƐ C V engan koinf an vaksin vir an. Diagnosis H V dilakukan p hitung jumla n Prothromb elum terapi d kan dilakuka nfeksi di ma a pada keada

2.1. Fase fas

s mengena serologis VHB tu: adar DNA V wanan terha replica Ɵve NA VHB yang

BAB II DAN TAT

V AIDS pada VHC dan he eksi HIV dan rus he ƉĂƟƟs epa ƟƟƐ B pa pemeriksaan h virus DNA bin Ɵme PT dan juga me n pemeriksa asa lampau. aan imunosu se infeksi vir i perjalanan B diperlukan VHB yang Ɵn adap virus o rendah 2x TALAKSAN a Pasien deng epa ƟƟs A I n hepa ƟƟs B s A VHA. Va ada Pasien y n HBsAg. Pas VHB, pemer , dan tromb enentukan w aan an Ɵbod Pasien deng presi. us hepa ƟƟs n alamiah n sebelum m nggi dengan leh sistem i x10 3 IUmL, NA gan VHB gG an Ɵbodi B. Bila ƟĚĂk aksinasi terh ang Terinfek sien dengan riksaan fungs bosit. Pemeri waktu dimula i HBc dan a gan ĂŶƟďodi B kronik infeksi VHB memulai tera kadar alani mun, sehing nilai ALT no ŚĞƉĂƟƟs A ditemukan adap virus h ksi HIV HBsAg posit si ha Ɵ sepert iksaan ini dig ainya terapi. an Ɵbodi HBs HBc memili B kronik da api. Terdapat in aminotran gga terjadi f ormal dan ke A harus adanya hepa ƟƟs tif harus ti enzim gunakan . Pasien s untuk ki risiko an hasil t empat nsferase fluktuasi rusakan II.1. II.1.a. II.1.b. 45 PETUNJUK KLINIS KOINFEKSI HIV DAN VHB Fase reak fasi Pasien pada fase pengidap inak f dapat mengalami fase reak fasi, dimana DNA VHB kembali