Pengaruh Cara Pengolahan Tepung Ikan Dari Limbah Industri Pengolahan Ikan Nila Terhadap Energi Metabolisme Ayam Kampung

PENGARUH CARA PENGOLAHAN TEPUNG IKAN DARI LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN NILA TERHADAP ENERGI METABOLISME PADA AYAM KAMPUNG
SKRIPSI Oleh :
JONATHAN A LASE 090306032
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

PENGARUH CARA PENGOLAHAN TEPUNG IKAN DARI LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN NILA TERHADAP ENERGI METABOLISME PADA AYAM KAMPUNG
SKRIPSI Oleh :
JONATHAN A LASE 090306032
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

PENGARUH CARA PENGOLAHAN TEPUNG IKAN DARI LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN NILA TERHADAP ENERGI METABOLISME PADA AYAM KAMPUNG
SKRIPSI Oleh :
JONATHAN A LASE 090306032/PETERNAKAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara


Judul
Nama NIM Program Studi

: Pengaruh Cara Pengolahan Tepung Ikan Dari Limbah Industri Pengolahan Ikan Nila Terhadap Energi Metabolisme Ayam Kampung
: Jonathan Anugerah Lase : 090306032 : Peternakan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si) Ketua

(Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc) Anggota

Mengetahui,
(Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si) Ketua Program Studi Peternakan

Tanggal ACC :

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

JONATHAN ANUGERAH LASE, 2O14 : “Pengaruh Cara Pengolahan Tepung Ikan dari Limbah Industri Pengolahan Ikan Nila Terhadap Energi Metabolisme Pada Ayam Kampung”. Dibimbing oleh MA’RUF TAFSIN dan NURZAINAH GINTING.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh cara pengolahan tepung ikan dari limbah industri pengolahan ikan nila (LIPIN) terhadap energi metabolisme ayam kampung. Penelitian ini dilaksanakan di Compost Centre Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Agustus sampai dengan bulan November 2013 menggunakan 27 ekor ayam kampung umur 12 minggu. Rancangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan.Perlakuan penelitian terdiridari :tepungikankomersial (R0), tepung ikan dipres dengan pengeringan oven (R1)dan matahari (R2),tanpa dipres oven (R3),tanpa pres matahari (R4) dan silase fermentasi (R5).
Pengolahan LIPIN ditinjau dari energi metabolisme, retensi nitrogen dan konversi energi menyatakan bahwa perlakuan tanpa pres dengan pengeringan oven menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan dipres dengan pengeringan matahari, perlakuan silase fermentasi lebih baik dibandingkan dengan perlakuan secara dipres dan tanpa pres baik pengeringan secara oven maupun matahari, serta kualitas tepung ikan komersial lebih baik dibandingkan tepung ikan dari LIPIN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perbedaan pengepresan, pengeringan serta silase fermentasi tepung ikan dari limbah industri pengolahan ikan nila berpengaruh terhadap retensi nitrogen, energi metabolisme dan konversi energi metabolisme dari energi bruto pakanayam kampung. Kata kunci : Cara pengolahan, LIPIN, Energi metabolisme, Ayam Kampung.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
JONATHAN ANUGERAH LASE, 2O14 : “Influence Processing of Tilapia Fish Industry by Product Meal Metabolism Energy onLocal Chicken”. Under supervisied by MA’RUF TAFSIN and NURZAINAH GINTING.
The research aimed to objective the influence of tilapia fish processing industry by product meal (LIPIN)metabolism Energy on local chicken. The research had been conducted in Compost Centre, Agriculture Faculty the Univesity of Sumatera Utara,starter August 2013 to November 2013. The design in this research used completely randomized design with 6 treatments and 4 replications. The treatments research consists of : commercial fish meal (R0), LIPIN meal pressed and drying with oven 40 0C(R1) and sunlight (R2), LIPIN non pressed anddrying with oven 40 0C (R3), non pressed and drying with sunlight (R4) and fermentation silage (R5).
The result showed the best way processing of LIPIN in terms of metabolism energy, nitrogen retention, and energy conversion, stated that treatment no pressedwith drying oven 400C better than treatment pressed with drying sunlight, fermentation silage treatment better than treatment pressed and non pressed sun drying and 400C oven drying, and commercial fish meal quality is better than fish meal from LIPIN. The conclusion of this research is influence ways processing of tilapia fish industry by product meal take effect nitrogen retention, metabolism energy and metabolisc energy conversion off gross energy range local chicken feed. Keywords : Ways of processing, LIPIN, Metabolism Energy, Local Chicken.
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gunungsitoli pada tanggal 14 September 1991 dari Ayah Martinus Lase dan Ibu Merlina Gea. Penulis merupakan putera pertama dari dari 4 bersaudara.
Penulis lulus dari SMAN 3 Gunungsitoli pada tahun 2009 dan pada tahun yang sama masuk ke Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama (UMB).
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET), anggota Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP), dan pernah menjabat sebagai ketua umum periode 2011-2013 dari organisasi Generasi Muda Nias (GEMA NIAS).
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Desa Pardugul Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir dimulai dari bulan Juli sampai dengan September 2012.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Cara Pengolahan Tepung Ikan dari Limbah Industri Pengolahan Ikan Nila Terhadap Energi Metabolisme Pada Ayam Kampung”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis atas doa, semangat dan pengorbanan material maupun moril yang telah diberikan selama ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan ibu Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing, juga kepada bapak Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA dan bapak Usman Budi Spt, M.Si selaku dosen undangan yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis.
Pada kesempatan ini juga, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua civitas akademika Fakultas Pertanian terkhusus Program Studi Peternakan serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ......................................................................................................... i

ABSTRACT ......................................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

DAFTAR TABEL............................................................................................... vii


DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................................................... Tujuan Penelitian ................................................................................................ Hipotesis Penelitian............................................................................................. Kegunaan Penelitian ...........................................................................................

1 3 3 3

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung ................................................................................................. 4 Ransum Ayam Kampung .................................................................................... 5 Saluran Pencernaan Ayam ................................................................................ 6 Pencernaan Ransum ........................................................................................... 8 Tepung Ikan ........................................................................................................ 9 Teknologi Pengolahan Tepung Ikan .................................................................. 10 Pembuatan Tepung Ikan...................................................................................... 11 Silase Tepung Ikan.............................................................................................. 13 Energi Bruto ........................................................................................................ 14 Energi Metabolisme ........................................................................................... 15 Retensi Nitrogen ................................................................................................. 18

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................. 20 Bahan dan Alat Penelitian................................................................................... 20
Bahan .......................................................................................................... 20 Alat .............................................................................................................. 20 Metode Penelitian ............................................................................................... 21 Peubah yang diamati .......................................................................................... 24 Retensi Nitrogen ......................................................................................... 24 Energi Metabolisme ................................................................................... . 24

Universitas Sumatera Utara

Konversi EMSn/EB ..................................................................................... 25 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................................ 25
Persiapan Kandang dan Peralatannya ............................................................. 25 Persiapan Bahan ……………………………………………………………. .... 26
Limbah Industri Pengolahan Ikan Nila (LIPIN)...………………………...... 26 Silase Fermentasi…………………………………………………………… 26 Metode Pemberian Perlakuan Secara Paksa ................................................... 27 Prosedur Pengambilan/Pengolahan Dara ........................................................... 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Retensi Nitrogen ................................................................................................. 30 Energi Metabolisme ........................................................................................... 33 Konversi EMSn/EB............................................................................................. 39 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ......................................................................................................... 44 Saran ................................................................................................................... 44 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL
No. Hal. 1. Kebutuhan Gizi Ayam Kampung.......................................................... 5 2. Kebutuhan Pakan Ayam Kampung Pedaging ....................................... 6 3. Kandungan Nutrisi Tepung Ikan............................................................ 10 4. Rataan Retensi Nitrogen Ayam Kampung …….……………............... 30 5. Uji Ortogonal Kontras Terhadap Retensi Nitrogen ............................... 31 6. Rataan Energi Metabolisme Ayam Kampung…………………............ 34 7. Uji Ortogonal Kontras Terhadap Energi Metabolisme Semu dan
Murni.............................................................................................. ...... 35 8. Rataan Energi Metabolisme Terkoreksi Nitrogen Ayam Kampung...... 37 9. Uji ortogonal kontras terhadap energi metabolisme semu terkoreksi
Nitrogen dan murni terkoreksi nitrogen............................................... 38 10. Nilai konversi EMSn terhadap energi bruto tepung ikan ...................... 39 11. Uji ortogonal kontras terhadap konversi EMSn/EB .............................. 40
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No. ....................................................................................................................... Hal. 1. Proses Pembuatan Ikan Secara Biologi.................................................................... 14 2. Alur Pengukuran Energi Metabolis.......................................................................... 28
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal. 1. Rataan Retensi Nitrogen ....................................................................... 49 2. Uji Ortogonal Kontras Retensi Nitrogen............................................... 50 3. Rataan Energi Metabolisme Semu........................................................ 51 4. Uji Ortogonal Kontras Energi Metabolisme Semu ....…….………..... 52 5. Rataan Energi Metabolisme Murni...................... ................................ 53 6. Uji Ortogonal Kontras Energi Metabolisme Murni ………………..... 54 7. Rataan Energi Metabolisme Semu Terkoreksi Nitrogen............... . ...... 55 8. Uji Ortogonal Kontras EMSn...... ............................................. ............ 56 9. Rataan Energi Metabolisme Murni Terkoreksi Nitrogen................... .. 57 10. Uji Ortogonal Kontras EMMn....................................... ...................... 58 11. Rataan Konversi EMSn/EB................................... .............................. 59 12. Uji Ortogonal Kontras Konversi EMSn/EB......................................... 60
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
JONATHAN ANUGERAH LASE, 2O14 : “Pengaruh Cara Pengolahan Tepung Ikan dari Limbah Industri Pengolahan Ikan Nila Terhadap Energi Metabolisme Pada Ayam Kampung”. Dibimbing oleh MA’RUF TAFSIN dan NURZAINAH GINTING.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh cara pengolahan tepung ikan dari limbah industri pengolahan ikan nila (LIPIN) terhadap energi metabolisme ayam kampung. Penelitian ini dilaksanakan di Compost Centre Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Agustus sampai dengan bulan November 2013 menggunakan 27 ekor ayam kampung umur 12 minggu. Rancangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan.Perlakuan penelitian terdiridari :tepungikankomersial (R0), tepung ikan dipres dengan pengeringan oven (R1)dan matahari (R2),tanpa dipres oven (R3),tanpa pres matahari (R4) dan silase fermentasi (R5).
Pengolahan LIPIN ditinjau dari energi metabolisme, retensi nitrogen dan konversi energi menyatakan bahwa perlakuan tanpa pres dengan pengeringan oven menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan dipres dengan pengeringan matahari, perlakuan silase fermentasi lebih baik dibandingkan dengan perlakuan secara dipres dan tanpa pres baik pengeringan secara oven maupun matahari, serta kualitas tepung ikan komersial lebih baik dibandingkan tepung ikan dari LIPIN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perbedaan pengepresan, pengeringan serta silase fermentasi tepung ikan dari limbah industri pengolahan ikan nila berpengaruh terhadap retensi nitrogen, energi metabolisme dan konversi energi metabolisme dari energi bruto pakanayam kampung. Kata kunci : Cara pengolahan, LIPIN, Energi metabolisme, Ayam Kampung.
Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
JONATHAN ANUGERAH LASE, 2O14 : “Influence Processing of Tilapia Fish Industry by Product Meal Metabolism Energy onLocal Chicken”. Under supervisied by MA’RUF TAFSIN and NURZAINAH GINTING.
The research aimed to objective the influence of tilapia fish processing industry by product meal (LIPIN)metabolism Energy on local chicken. The research had been conducted in Compost Centre, Agriculture Faculty the Univesity of Sumatera Utara,starter August 2013 to November 2013. The design in this research used completely randomized design with 6 treatments and 4 replications. The treatments research consists of : commercial fish meal (R0), LIPIN meal pressed and drying with oven 40 0C(R1) and sunlight (R2), LIPIN non pressed anddrying with oven 40 0C (R3), non pressed and drying with sunlight (R4) and fermentation silage (R5).
The result showed the best way processing of LIPIN in terms of metabolism energy, nitrogen retention, and energy conversion, stated that treatment no pressedwith drying oven 400C better than treatment pressed with drying sunlight, fermentation silage treatment better than treatment pressed and non pressed sun drying and 400C oven drying, and commercial fish meal quality is better than fish meal from LIPIN. The conclusion of this research is influence ways processing of tilapia fish industry by product meal take effect nitrogen retention, metabolism energy and metabolisc energy conversion off gross energy range local chicken feed. Keywords : Ways of processing, LIPIN, Metabolism Energy, Local Chicken.
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Usaha ternak unggas khususnya peternakan ayam kampung merupakan
salah satu sektor usaha yang memiliki peranan penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein hewani. Ayam kampung merupakan sumber penghasilan yang cukup menjanjikan. Tak heran jika makin hari makin banyak orang yang tertarik memeliharanya.
Di dalam menyusun pakan ternak ayam kampung selalu berpatokan dalam imbangan protein dan energi. Menurut sumbernya protein dalam pakan ayam kampung dibedakan menjadi dua, yaitu : protein hewani dan protein nabati (protein dari tanaman atau sisa tanaman). Secara umum sumber protein hewani dalam pakan ayam kampung dipenuhi dengan penambahan tepung ikan di dalam formula ransum.
Tepung ikan merupakan bahan makanan ternak yang berkadar protein tinggi, mudah dicerna dan kaya akan asam amino essensial terutama lisin dan metionin sehingga dapat digunakan sebagai penutup kekurangan yang terdapat pada bii-bijian. Disamping itu tepung ikan kaya akan vitamin B, mineral dan kandungan lemak yang cukup juga merupakan sumbangan dalam memenuhi kebutuhan ternak akan energi (metabolis) dan juga vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A dan D.
Permintaan masyarakat terhadap pakan tepung ikan yang cenderung semakin tinggi berpengaruh terhadap produksi pakan yang berasal dari tepung ikan, namun permintaan ini masih bertumpu pada produksi pakan tepung ikan komersial. Penurunan produksi tepung ikan dan meningkatnya permintaan akan
Universitas Sumatera Utara

tepung ikan menyebabkan terjadinya peningkatan harga tepung ikan secara signifikan. Kita ketahui bahwa tepung ikan komersial di pasaran berada pada kisaran harga yang cukup tinggi. Tepung ikan ini terus meningkat harganya. Pasalnya di Indonesia tepung ikan merupakan bahan yang diimpor dari luar negeri seperti Thailand, Brasil dan Chili. Untuk menyiasati masalah ini sangat perlu tentunya pemanfaatan limbah, misalnya pemanfaatan tepung ikan dari limbah industri pengolahan ikan nila (LIPIN) yang selama ini di Indonesia tidak begitu diperhatikan padahal sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Tepung ikan yang berasal dari limbah industri pengolahan ikan nila (LIPIN) sangat potensial dan efektif dijadikan pakan dengan berbagai perlakuan atau metode pengolahan untuk ayam kampung. Tepung ikan jenis ini tidak susah untuk mendapatkannya, bisa juga didapatkan dari limbah-limbah atau sisa dari industri keluarga. Kelebihan pakan dari tepung ikan sudah jelas berkadar protein tinggi, mudah dicerna dan kaya akan asam amino essensial terutama lisin dan metionin sehingga dapat digunakan sebagai penutup kekurangan yang terdapat pada bii-bijian.
Tepung ikan bukan berarti ikan utuh dikeringkan lalu digiling. Sebagaimana dikemukakan bahwa bagian yang utama untuk konsumsi manusia dan untuk ternak diambil sisa dari industri pengolahan ikan atau kelebihan hasil tangkapan. Oleh karena itu tepung ikan ini berasal dari berbagai ragam jenis varietas ikan sehingga beragam pula kandungan nutrisinya. Selain itu cara pengolahan tepung ikan juga memberikan pengaruh terhadap nutrisi tepung ikan.
Berdasarkan uraian diatas, timbul pemikiran untuk melakukan penelitian pemanfaatan tepung ikan dari limbah industri pengolahan ikan nila (LIPIN)
Universitas Sumatera Utara


dengan berbagai metode terhadap energi metabolisme pada ternak ayam kampung. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari perbedaan pengolahan tepung ikan dari limbah industri pengolahan ikan nila (LIPIN) terhadap retensi nitrogen, energi metabolisme dan konversi energi metabolisme dari energi bruto pakan ayam kampung. Hipotesis Penelitian
Perbedaan pengepresan, pengeringan serta silase fermentasi tepung ikan dari LIPIN berpengaruh terhadap retensi nitrogen, energi metabolisme dan konversi energi metabolisme dari energi bruto pakan ayam kampung. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada peternak ayam kampung tentang pemanfaatan LIPIN sebagai pakan ayam kampung dimana untuk menghemat biaya dalam pengadaan pakan serta memberikan informasi tentang pengaruh pengolahan tepung ikan dengan cara dipres, kering matahari, kering oven serta dengan pemberian pakan dalam bentuk silase tepung ikan terhadap retensi nitrogen, energi metabolisme dan konversi energi metabolisme dari energi bruto pakan ayam kampung.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Kampung Secara zoologis klasifikasi ayam kampung adalah Filum : Chordata,
Sub Filum :Vertebrata, Kelas: Aves, Ordo: Galliformes, Famili: Phasianidae, Genus: Gallus-gallus, Species: Gallus-gallus domesticus. Ayam kampung adalah ayam yang jinak yang telah terbiasa hidup di tengah-tengah masyarakat yang padat penduduknya. Daya adaptasinya tinggi karena ayam ini mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi lingkungan dan iklim yang ada (Sarwono, 1997). Menurut Murtidjo (1994) di Indonesia ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak yang telah tersebar luas di seluruh pelosok nusantara dan mempunyai peranan besar dalam mendukung perekonomian pedesaan. Jika dibandingkan dengan ternak lain ayam kampung memiliki kelebihan karena mempunyai kecepatan adaptasi terhadap lingkungan dan daya tahan terhadap penyakit juga relatif tinggi.
Hampir semua ayam kampung yang terdapat di Indonesia memiliki bentuk badan yang kompak dan baik sekali susunan otot-ototnya. Bentuk jari kakinya begitu panjang, tetapi kuat dan ramping, kukunya tajam, tinggi paha dan betisnya sedang tetapi kokoh. Semakin pesatnya perkembangan usaha ternak ayam ras sama sekali tidak menurunkan pamor produk ayam kampung di mata masyarakat sebagai konsumen (Rasyaf, 1992).
Ransum Ayam Kampung Ransum adalah makanan yang terdiri dari satu atau lebih bahan makanan
yang diberikan kepada ayam untuk kebutuhan sehari semalam. Suatu ransum
Universitas Sumatera Utara

dikatakan berkualitas apabila ransum ini mengandung semua zat gizi yang

diperlukan oleh ayam. Untuk kelompok ayam yang umurnya tertentu diternakkan

dengan tujuan tertentu akan membutuhkan ransum yang berbeda kandungan


gizinya dengan ransum yang dibutuhkan pada sekelompok umur yang lain dengan

tujuan yang lain pula (Aisyah dan Rahmat, 1989).

Ransum dimakan oleh ayam dalam bentuk tepung lengkap, butiran pecah

dan dikunyah di dalam tubuhnya dan diubah dengan enzim-enzim pencernaan

menjadi unsur gizi yang dibutuhkannya yaitu protein dan asam-asam amino,

energi, vitamin dan mineral. Unsur-unsur gizi itulah yang kelak akan digunakan

oleh ayam untuk kehidupan pokoknya dan untuk produksi. Oleh karena itu jelas

bahwa baik atau buruknya produksinya sangat bergantung pada ransum yang

dimakan ayam tersebut (Rasyaf, 1991). Kebutuhan gizi ayam kampung dapat

dilihat pada Tabel 1 berikut.


Tabel 1. Kebutuhan Gizi Ayam Kampung

Minggu

0-12

Energi (%)

2600

Protein (%)

15-17

Kalsium (%)

0,9

Phospor (%)


0,45

Methionin (%)

0,37

Lisin(%)

0,87

Sumber : Nawawi dan Norrohmah (1997)

12-22 2400 14 1,00 0,45 0,21 0,45

22 keatas 2400-2600
14 3,4 0,34 0,22-0,30 0,68

Konsumsi pakan dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas ransum serta

faktor-faktor lainnya seperti umur, palatabilitas, aktivitas ternak, tingkat produksi


dan pengelolaannya. Konsumsi ternak ayam kampung dapat dilihat dari Tabel 2

berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Kebutuhan Pakan Ayam Kampung Pedaging

Umur (Minggu)

Konsumsi (g/ekor/hari)

19

2 18

3 27

4 34

5 41

6 45

7 46

8 47

9 41-44

10 44-47

11 48-52

12 51-55

Sumber a. Sudaryani dan Santosa (1995)

b. Murtidjo (1994)

Berat Badan (g) 45 65 95 130 180 240 310 360 660 720 770 830

Protein berguna untuk membentuk jaringan tubuh, memperbaiki jaringan

yang rusak untuk keperluan berproduksi dan kelebihannya akan dibuah menjadi

energi (Aisyah dan Rahmat, 1989). Menurut Nawawi dan Nurromah (1997) ayam

kampung umur 0-4 minggu atau fase starter membutuhkan protein sekitar 19-20

%, umur 4-8 minggu atau fase grower I membutuhkan protein sekitar 18-19 %,

umur 8-12 minggu atau fase grower II membutuhkan protein sekitar 16-18 %,

umur 12-18 minggu membutuhkan protein sekitar 16-17 % dan umur 18-24

minggu membutuhkan protein sekitar 16-17 %.

Saluran Pencernaan Ayam Pada ayam kemampuan adaptasi saluran pencernaan berdasarkan atas
fungsi fisiologis tergantung pada pasokan nutrisi yang diberikan pada periode perkembangan awal setelah menetas. Menurut Zhou et al. (1990), status nutrisi dan pola pemberian ransum dapat memodifikasi fungsi saluran pencernaan.
Ayam tidak mengeluarkan urine cair. Urine pada unggas mengalir ke dalam kloaka dan dikeluarkan bersama – sama feses. Warna putih yang terdapat

Universitas Sumatera Utara

dalam ekskreta ayam sebagian besar adalah asam urat, sedangkan nitrogen urine mamalia kebanyakan adalah urea. Saluran pencernaan yang relatif pendek pada unggas digambarkan pada proses pencernaan cepat (lebih kurang empat jam) (Anggorodi, 1985).
Kapasitas saluran pencernaan pada ayam periode awal dalam memanfaatkan nutrisi (asam amino dan gula) telah dilaporkan oleh Rovira et al. (1994). Pemberian protein atau asam amino dalam jumlah banyak dapat meningkatkan daya serap usus atau berakibat sebaliknya dengan pembatasan ransum. Kemampuan usus dalam memanfaatkan nutrisi ditentukan oleh perkembangan saluran percernaan secara fisiologis yang dilihat dari segi aktivitas enzim.
Meskipun aktivitas enzim pencernaan pada umumnya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : Genetis, komposisi ransum dan intake (Nitsan et al., 1991). Intake lebih berpengaruh terhadap produksi dan aktivitas enzim pencernaan.
Pencernaan adalah penguraian makanan ke dalam zat - zat makanan dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh jaringan-jaringan tubuh (Anggorodi, 1985). Ayam merupakan ternak non ruminansia yang artinya ternak yang mempunyai lambung sederhana atau monogastrik. Pada umumnya bagian - bagian penting dari alat penceernaan adalah mulut, farinks, esofagus, lambung, usus halus dan usus besar. Makanan yang bergerak dari mulut sepanjang saluran pencernaan oleh gerakan peristaltik yang disebabkan karena adanya kontraksi otot di sekeliling saluran (Tillman et al., 1991).
Universitas Sumatera Utara

Seperti kita ketahui bahwa ayam tidak mempunyai gigi geligi untuk mengunyah ransum sebagaimana ternak lainnya, namun punya paruh yang dapat melumatkan makanan. Oleh karena itu, daya cerna ayam terhadap ransumnya lebih rendah 10% dari pada ternak lain (Kartadisastra, 1994).
Pencernaan secara mekanik tidak terjadi di dalam mulut melainkan di gizzard (empedal) dengan menggunakan batu - batu kecil atau grid yang sengaja dimakan, lalu masuk ke dalam usus halus. Disini terjadi proses penyerapan pencernaan dengan menggunakan enzim - enzim pencernaan yang disekresikan oleh usus halus seperti cairan duodenum, empedu, pankreas dan usus. Di dalam usus besar terjadi proses pencernaan yang dilakukan oleh jasad renik yang berfungsi sebagai penghancur protein yang tidak dapat diserap oleh usus halus (proteolitik) (Tillman et al., 1991).
Didalam empedal bahan - bahan makanan mendapat proses pencernaan secara mekanis. Partikel - partikel yang besar secara mekanik akan diperkecil dengan tujuan memudahkan proses pencernaan enzimatis di dalam saluran pencernaan berikutnya. Untuk memudahkan proses pencernaan mekanis maupun enzimatis dalam mempersiapkan pakan banyak dilakukan dengan menggiling bahan - bahan pakan tersebut (Parakkasi, 1985).
Pencernaan Ransum Daya cerna juga merupakan presentasi nutrien yang diserap dalam saluran
pencernaan yang hasilnya akan diketahui dengan melihat selisih antara jumlah nutrisi yang dimakan dan jumlah nutrien yang dikeluarkan dalam feses. Nutrisi yang tidak terdapat dalam feses inilah yang diansumsikan sebagai nilai yang dicerna dan diserap. Anggorodi (1979) menyatakan bahwa pengukuran kecernaan
Universitas Sumatera Utara

atau nilai cerna suatu ransum adalah usaha menentukan jumlah nutrisi dari suatu ransum yang didegradasi dan diserp dalam saluran pencernaan.
Penentuan kecernaan/daya cerna dari suatu ransum dapat diketahui dimana harus dipahami terlebih dahulu dua hal penting yaitu : jumlah nutrien yang terdapat dalam ransum dan jumlah nutrien yang dapat dicerna da dapat diketahui bila ransum telah mengalami proses pencernaan (Tilman et al., 1991).
Tepung Ikan Tepung ikan merupakan salah satu bahan baku sumber protein hewani
dan mineral yang dibutuhkan dalam komposisi makanan ternak. Tepung ikan adalah produk berkadar air rendah yang diperoleh dari penggilingan ikan. Kandungan proteinnya relatif tinggi tersusun oleh asam-asam amino esensial yang kompleks (methionin dan lysin) dan mineral (Ca dan P,serta vitamin B12). Bahan yang digunakan yaitu ikan, dan biasanya berbagai jenis ikan laut dapat diolah menjadi tepung ikan, akan tetapi yang paling ekonomis adalah ikan-ikan kecil (rucah) yang kurang disukai untuk dikonsumsi dan harganya relatif murah (Boniran, 1999).
Tepung ikan merupakan bahan makanan ternak yang berkadar protein tinggi, mudah dicerna dan kaya akan asam amino essensial terutama lisin dan metionin sehingga dapat digunakan sebagai penutup kekurangan yang terdapat pada bii-bijian. Disamping itu tepung ikan kaya akan vitamin B, mineral dan kandungan lemak yang cukup juga merupakan sumbangan dalam memenuhi kebutuhan ternak akan energi (metabolis) dan juga vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A dan D (Sarwono, 1997).
Universitas Sumatera Utara

Adapun penggunaan tepung ikan ini terdiri dari berbagai jenis yang

beredar di pasaran. Tepung ikan yang beredar dipasaran disebut sebagai tepung

ikan pabrik (komersil) yang telah mengalami pengolahan dan pencampuran

dengan bahan lain. Namun ternyata tepung ikan tidak hanya bisa didapat dari

pabrik, tepung ikan juga dapat diproduksi sendiri yang murni berasal dari limbah-

limbah ikan (sempengan) yang tidak dipergunakan oleh manusia lagi dan bahkan

kandungan proteinnya sendiri masih utuh dibanding tepung ikan produksi parbrik

(Sunarya, 1998).

Kandungan nutrisi tepung ikan tertera pada tabel 3 berikut :

Tabel. 3 Kandungan nutrisi tepung ikan

Uraian Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) Kalsium (%) Posfor (%) Energi Metabolisme (kkal/kg)
Sumber : NRC (1994).

Kandungan Nutrisi
526a 22a 48b 665b 359b 2810b

Teknologi Pengolahan Tepung Ikan Tepung ikan adalah suatu produk padat yang diperoleh dengan
mengeluarkan sebagian air atau seluruh lemak dari ikan atau limbah (Martosubroto, 1985). Pengolahan tepung ikan pada prinsipnya adalah perubahan bentuk dari ikan utuh atau limbahnya menjadi bentuk tepung ikan. Sedangkan metode yang digunakan dapat dilakukan secara konvensional maupun sederhana (Erlina et al., 1985; Ilyas et al., 1985).
Teknologi Pengolahan tepung ikan yang dipilih dapat ditentukan berdasarkan ketersediaan bahan mentah yang akan diolah. Jika bahan mentah yang akan diolah dalam jumlah besar dan teratur pengadaannya, maka dapat

Universitas Sumatera Utara

digunakan cara konvensional yang lazim digunakan dalam industri tepung ikan. Sebaliknya jika bahan mentah tersedia dalam jumlah kecil dan tidak teratur pengadaannya maka dapat diolah menggunakan metode sederhana. Selain pemilihan teknologi pengolahan juga harus disesuaikan dengan jenis ikan yang akan diolah, karena ikan yang berkadar lemak tinggi lebih sulit mengolahnya daripada ikan yang berkadar lemak rendah. Pada pengolahan tepung ikan selain dihasilkan tepung ikan, juga didapat minyak ikan yang mempunyai nilai ekonomis cukup baik (Ilyas et al., 1985).
Pembuatan Tepung Ikan Tepung ikan di pasaran berasal dari hasil olahan industri pabrik tepung
ikan dan industri kecil yang keduanya berbeda baik secara pengolahan, peralatan maupun mutu produk. Pada industri kecil/rumah tepung ikan diolah dengan cara dan peralatan yang sederhana (Sunarya, 1998). Adapun prinsip dasar pengolahan tepung ikan adalah pengukusan, pengepresan, pengeringan dan penggilingan. a. Pengukusan
Bahan baku dikukus terlebih dahulu agar protein terkoagulasi sehingga air dan minyak dikeluarkan. Pengukusan merupakan tahap menetukan dalam pengolahan tepung ikan. Tingkat pengukusan harus tepat, sehingga seluruh bahan mentah akan menggumpal (terkoagulasi). Jika tidak terjadi penggumpalan total maka akan dihasilkan press cake dengan kadar air dan lemak yang masih tinggi. Akibatnya pemisahan menyak dari cairan juga sukar. Tujuan pengukusan agar terjadi proses denaturasi protein daging dan pemecahan sel-sel daging ikan sehingga air dan minyak mudah diperas keluar. Selain itu pengukusan
Universitas Sumatera Utara

dimaksudkan untuk menghambat kegiatan enzim dan pertumbuhan mikroba penyebab pembusukan (Departemen Pertanian, 1987). b. Pengepresan
Pengepresan dilakukan untuk memisahkan antara padatan dan cairan (air dan minyak). Pada pengepresan diperkirakan akan menurunkan kadar air menjadi 50 % dan kadar minyak 4-5%. Pada industri kecil/rumah tangga pengepresan dilakukan dengan cara dinjak-injak. Hal tersebut dapat mengakibatkan tepung ikan menjadi kotor dan pengeluaran air menjadi tidak sempurna serta mudah diserang serangga, jamur karena kadar air dan lemak masih tinggi. warna dan bau akan cepat berubah sehingga mutu tepung ikan cepat turun (Saleh, 1990). c. Pengeringan
Pengeringan bahan padatan yang didapat kemudian dikeringkan. Pada industri tepung ikan skala besar pengeringan dilakukan dengan dua cara yaitu pengeringan secara langsung dan tidak langsung. Pengeringan langsung dilakukan dengan cara preess cake kedalam ruangan yang dialiri udara panas 5000C. Keuntungan cara ini adalah cepat, namun panas yang berlebihan akan merusak kandungan nutrisi bila tidak dikontrol dengan baik. Cara pengeringan tidak langsung dengan memanaskan bahan yang dipres (pada conveyor) dalam silinder yang diselimuti uap panas, pengeringan dilakukan sampai kadar air mencapai 6-9%. sedangakan pada industri kecil, pengeringan dilakukan dengan sinar matahari (Sunarya, 1988).
Universitas Sumatera Utara

d. Penggilingan Penggilingan dan penepungan bahan yang telah dikeringkan selanjutnya
digiling dan ditepungkan dengan alat penepung dan dilakukan pengepakan ke dalam kantung plastik. Selama penggudangan dan distribusi mungkin terjadi proses oksidasi minyak (lemak) yang dapat berakibat terjadi ketengikan dan perubahan warna. Untuk mencegahnya dapat ditambahkan antioksidan misalnya ethoxyginin antara 200-1000 mg/kg tepung ikan (Saleh, 1990).
Silase Tepung Ikan Silase ikan adalah ikan utuh atau sisa-sisa ikan yang diawetkan dalam
kondisi asam dengan penambahan asam (silase kimia) atau dengan fermentasi (silase biologi), silase ikan ini dihasilkan dalam bentuk cair karena protein ikan dan jaringan struktur lainnya didegradasi menjadi unit larutan yang lebih kecil oleh enzim yang ada pada ikan (Kompiang, 1990).
Prinsip pembuatan silase adalah dengan menurunkan nilai pH (derajat keasaman) bahan yang diawetkan sedemikian rupa sehingga pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan perusak dapat dihambat/dimatikan (Windsor, 1974). Penurunan nilai pH tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara kimiawi dengan penambahan asam dan secara biologi dengan proses fermentasi dengan penambahan karbohidrat (Kompiang, 1985).
Pada hakekatnya prinsip pembuatan silase biologi sama dengan silase kimiawi, hanya saja asam yang digunakan sebagai bahan pengawet dihasilkan dalam proses fermentasi. Pada proses fermentasi tersebut diperlukan suatu bahan yang kaya akan karbohidrat sebagai sumber energi bagi pertumbuhan bakteri. Pada pembuatan silase secara biologi bakteri-bakteri akan memfermentasikan gula
Universitas Sumatera Utara

sehingga terbentuk asam laktat yang dapat menurunkan nilai pH dan berfungsi sebagai bahan pengawet silase ikan tersebut (Kompiang, 1980).
Ikan dicincang
Digiling
Penambahan biokult plain (as.laktat), tetes tebu/dedak padi
Diaduk
Dimasukkan kedalam kantong plastik (anaerob)
Disimpan/difermentasi
Gambar 1. Proses pembuatan silase ikan secara biologi Energi Bruto
Ternak umumnya memperoleh energi dari pakan yang dikonsumsi. Akan tetapi tidak semua energi pakan tersebut dapat digunakan oleh tubuh ternak. Penggunaan energi pakan untuk tubuh unggas sangat penting untuk diketahui terutama untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan tujuan pemeliharaan. Hal ini lebih penting lagi karena tidak semua bahan pakan yang mempunyai energi bruto yang sama mempunyai daya guna yang sama (Wahju, 1985).
Universitas Sumatera Utara

Energi dibutuhkan oleh semua ternak hampir dalam semua proses kehidupan, didalam proses metabolisme antara lain mengatur tekanan darah, tekanan jantung, penyerapan dan ekskresi serta sintesis komponen tubuh (Parakkasi, 1983). Nilai energi pakan dapat dinyatakan dalam bentuk energi bruto, energi dapat dicerna, energi metabolis, dan energi netto (NRC, 1994). Energi bruto adalah jumlah panas yang dilepaskan jika suatu zat mengalami suatu oksidasi sempurna menjadi CO2 dan air. Menurut Blakely dan Bade (1991), energi bruto merupakan kandungan seluruh energi yang terdapat dalam bahan pakan atau ransum yang tidak seluruhnya dipergunakan oleh tubuh.
Energi Metabolisme Energi berasal dari dua kata Yunani yaitu : En yang berarti dalam, dan
Ergon yang berarti kerja. Energi yang terdapat dalam bahan makanan tidak seluruhnya digunakan oleh tubuh. Untuk setiap bahan makanan minimal ada 4 nilai energi yaitu energi bruto (gross energy atau combustible energi), energi dapat dicerna, energi metabolisme dan energi neto (Wahju, 1997). Metabolisme merupakan keseluruhan proses perubahan kimiawi yang dikendalikan oleh enzim yang terjadi dalam sel, organ atau organisme yang bertujuan mensintesis makro molekul dalam bahan makanan untuk melaksanakan suatu fungsi tertentu dalam sel (Rifai et al., 1990), untuk produksi energi, kemudian sebagian disimpan dan sisanya dibuang sebagai limbah kotoran (Stauffer, 1989).
Energi metabolisme adalah perbedaan antara kandungan energi bruto pakan suatu ransum dengan dengan energi bruto yang dikeluarkan melalui ekskreta (Sibbald, 1980). Energi metabolis adalah energi yang dapat dimanfaatkan oleh unggas (Blakely dan Bade 1991). Nilai energi metabolis antara lain
Universitas Sumatera Utara

dipengaruhi oleh kandungan energi bruto dalam pakan atau ransum, jumlah ransum yang dikonsumsi, dan jenis ternak (Storey dan Allen, 1982). Energi metabolis juga dipengaruhi oleh kemampuan ternak untuk memetabolis ransum atau bahan pakan didalam tubuhnya (Sibbald, 1980). Energi neto adalah energi yang dapat dimanfaatkan untuk fungsi-fungsi tubuh (Blakely dan Bade, 1991).
Proses pencernaan dan metabolisme di dalam tubuh ternak akan mengolah sebagian senyawa kimia yang masuk menembus dinding usus menjadi energi yang tersedia, yang kemudian akan digunakan untuk berbagai keperluan baik untuk hidup pokok, aktivitas maupun untuk menghasilkan produk (Amrullah, 2003). Gas yang dihasilkan oleh ternak unggas biasanya diabaikan sehingga energi metabolisme merupakan energi bruto bahan pakan atau ransum dikurangi dengan energi bruto feses dan urin (NRC, 1994). Banyaknya feses tergantung pada kuantitas bahan yang tidak tercerna seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin (Anggorodi, 1985).
Penentuan kandungan energi metabolisme bahan makanan secara biologis dilakukan pertama kali oleh Hill et al. (1960). Metode Hill pada dasarnya mengukur konsumsi energi dengan energi ekskreta. Metode ini menggunakan Cr2O3 sebagai indikator. Selain itu, metode ini menampilkan prinsip penentuan energi metabolisme melalui substitusi glukosa dalam ransum basal yang diketahui energi metabolismenya dengan bahan yang akan diuji dalam proporsi tertentu. Sibbald dan Slinger (1963); Valdes dan Leeson (1992) mengembangkan metode substitusi dengan suatu rumus turunan untuk menghitung energi metabolisme bahan pakan dalam ransum perlakuan. Sibbald (1976) mengembangkan metode baru dalam menentukan energi bruto bahan pakan dengan mengukur energi bruto
Universitas Sumatera Utara

feses dan energi bruto endogenous. Metode ini dapat mengetahui nilai energi metabolisme murni (EMM), yaitu energi metabolisme yang sudah dikoreksi dengan energi endogenous. Akan tetapi metode ini mengandung unsur pemberian makanan secara paksa.
Parsons et al. (1984) menyatakan bahwa metode Sibbald mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya beberapa bahan pakan/ransum mungkin sulit dimasukkan secara paksa. McNab (2000) menambahkan bahwa metode ini dapat menimbulkan stres pada ternak. Akan tetapi, kelebihan dari metode Sibbald diantaranya adalah jumlah bahan makanan uji yang dibutuhkan sedikit, melibatkan sedikit analisis kimia, waktu singkat dan biaya yang murah (Farrel, 1978). Metode Farrell lebih memperhatikan kesejahteraan hewan karena tidak ada unsur pemaksaan. Ayam yang digunakan juga tidak memerlukan pemulihan kondisi. Melatih ayam untuk makan terus menerus dalam waktu satu jam dan pembuatan pellet dalam jumlah besar merupakan pembatas metode Farrell. Pelleting ransum juga akan mempengaruhi nilai energi metabolisme ransum tersebut (McNab, 2000).
Jumlah energi yang dapat dimanfaatkan sewaktu ransum masuk ke tubuh unggas bergantung pada komposisi bahan makanan dan zat makanan dalam ransum, spesies, faktor genetis, umur unggas, juga kondisi lingkungan (Amrullah, 2003).
Daya cerna suatu bahan pakan dipengaruhi oleh kandungan serat kasar, keseimbangan zat - zat makanan dan faktor ternak (bobot badan) yang selanjutnya akan mempengaruhi nilai energi metabolisme suatu bahan pakan. Hal ini didukung oleh pernyataan Mc. Donald et al, (1994) bahwa rendahnya daya cerna
Universitas Sumatera Utara

terhadap suatu bahan pakan mengakibatkan banyaknya energi yang hilang dalam bentuk ekskreta sehingga nilai energi metabolisme menjadi rendah.
Menurut Sibbald (1979), energi metabolisme semu (EMS) merupakan perbedaan antara energi ransum dengan energi feses dan urin, dimana pada unggas feses dan urin bercampur menjadi satu dan disebut ekskreta. Energi metabolisme semu terkoreksi nitrogen (EMSn) biasanya paling banyak digunakan untuk memperkirakan nilai energi metabolisme. EMSn berbeda dengan EMS karena EMSn telah dikoreksi oleh retensi nitrogen (RN) dimana RN bisa bernilai positif atau negatif. Energi metabolisme murni (EMM) merupakan EM yang dikoreksi dengan energi endogenous. Energi metabolisme murni terkoreksi nitrogen (EMMn) memiliki hubungan yang sama dengan EMM seperti halnya EMSn terhadap EMS. Menurut Sibbald dan Wolynetz (1985) energi metabolisme dapat dinyatakan dengan empat peubah, yaitu EMS, EMSn, EMM dan EMMn.
Retensi Nitogen Retensi nitrogen adalah sejumlah nitrogen dalam protein ransum yang
masuk ke dalam tubuh kemudian diserap dan digunakan oleh ternak (Sibbald dan Wolynetz, 1985). Retensi nitrogen itu sendiri merupakan hasil konsumsi nitrogen yang dikurangi ekskresi nitrogen dan nitrogen endogenous.
Sibbald (1980) menyatakan bahwa nitrogen endogenous ialah nitrogen yang terkandung dalam ekskreta yang berasal dari selain bahan pakan yang terdiri dari peluruhan sel mukosa usus, empedu dan peluruhan sel saluran pencernaan. Genetik, umur dan bahan pakan merupakan faktor yang mempengaruhi retensi nitrogen karena tidak semua protein yang masuk kedalam tubuh dapat diretensi (Wahju, 1997).
Universitas Sumatera Utara

Selain itu menurut NRC (1994), nilai retensi nitrogen berbeda untuk setiap jenis ternak, umur dan faktor genetik. Banyaknya nitrogen yang diretensi dalam tubuh ternak akan mengakibatkan ekskreta mengandung sedikit nitrogen urin dan energi dibandingkan dengan ternak yang tidak meretensi nitrogen.
Pengukuran retensi nitrogen ransum bertujuan untuk mengetahui nilai kecernaan protein ransum. Retensi nitrogen dapat bernilai positif atau negatif tergantung pada konsumsi nitrogen. Ewing (1963) menyatakan bahwa retensi nitrogen yang menurun dengan meningkatnya protein ransum mungkin disebabkan sebagian kecil digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi. Hal ini menunjukkan pentingnya energi yang cukup dalam ransum jika ayam digunakan untuk mengevaluasi kualitas protein berdasarkan keseimbangan protein. Retensi nitrogen akan negatif apabila nitrogen yang dikeluarkan melebihi konsumsi nitrogen, sebaliknya retensi nitrogen akan positif apabila nitrogen yang dikonsumsi melebihi nitrogen yang dikeluarkan melalui ekskreta (Parakkasi, 1985).
Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Compost Centre Program Studi Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Dr. A. Sofyan No.3 Medan. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dimulai Juli 2013 sampai dengan Oktober 2013, dimana lama penelitian ini dihitung dari mulai persiapan kandang sampai pengambilan sampel untuk dianalisis di laboratorium.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan Ayam kampung umur 12 minggu sebanyak 27 ekor sebagai objek
penelitian, limbah industri pengolahan ikan nila (LIPIN) sebagai perlakuan dimana limbah diperoleh dari PT. Aqua Farm. Bahan fermentasi berupa bakteri asam laktat dari biokul plain dan juga dedak dalam pembuatan perlakuan silase tepung ikan.
Alat Kandang biologis ayam kampung yang mempunyai ukuran p x l x t = 52 x
25 x 45 cm sebanyak 27 petak, masing-masing kandang terdiri dari 1 ekor ayam kampung. Tempat air minum serta plastik penampung ekskreta, rodalon untuk mencuci tempat air minum, timbangan digital ohause dengan skala 2 kg dengan ketelitian 2 g, oven 400 C, label penanda kandang, sendok dan kantong plastik. Alat penerangan berupa lampu pijar sebanyak 25 buah. Termometer untuk
Universitas Sumatera Utara

mengetahui suhu, terpal dengan ukuran ± 3 x 6 m sebanyak 4 buah sebagai penutup dinding ruangan (kandang) dan peralatan kebersihan kandang.

Metode Penelitian

Rancangan acak lengkap (RAL) merupakan rancangan yang digunakan

dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan 6 perlakuan dan 4 ulangan.

Perbedaan dari masing – masing perlakuan terletak pada cara pengeringan dan

pengepresan tepung ikan serta dengan perlakuan silase tepung ikan fermentasi.

Perlakuan yang diteliti :

R0 = R1 =

tepung ikan komersil tepung ikan (dipres) dengan pengeringan oven 400 C

R2 = R3 =

tepung ikan (dipres) dengan pengeringan matahari tepung ikan (tanpa dipres) dengan pengeringan oven 400 C

R4 = tepung ikan (tanpa dipres) dengan pengeringan matahari

R5 = tepung ikan dengan silase fermentasi

Model matematik untuk rancangan acak lengkap yang digunakan dalam

penelitian ini adalah

Yij = µ + Ti + εij

Keterangan :
i = 1, 2, 3,…i (perlakuan) j = 1, 2, 3,…j (ulangan) Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah umum γi = pengaruh perlakuan ke-i εij = efek j galat pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j (Sastrosupadi, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Adapun susunan atau denah kandang penelitiannya seperti dibawah ini :

K1 K2 K3 K4 K5 K6 R21 R41 R11 R51 R01 R31

K7 K8 K9 K10 K11 K12 R42 R52 R12 R22 R32 R02
K13 K14 K15 K16 K17 K18 R33 R43 R53 R03 R23 R13

K19 R54
Keterangan : K R Jumlah ayam

K20 K21 R34 R44
= Kandang biologis = Perlakuan = 1 ekor/kandang

K22 R24

K23 K24 R04 R14

Analisis Data

Data yang diperoleh selama penelitian dari setiap perlakuan dianalisis

dengan setiap pembandingan linier ortogonal kontras sehingga diperoleh

informasi perlakuan yang terbaik. Dari 6 perlakuan dapat disusun 5

pembandingan linier ortogonal kontras sebagai berikut :

Perlakuan R0 VS R12345 R12 VS R34
R13 VS R24
R1234 VS R5
R0 VS R5

Keterangan Tepung ikan komersial dibandingkan dengan tepung ikan dari limbah pengolahan ikan nila dengan berbagai metode pengolahan dan silase fermentasi Tepung ikan dari limbah ikan nila dengan metode pengepresan kering oven dan kering matahari dibandingkan dengan tepung ikan dari limbah ikan nila metode tanpa pres kering oven dan kering matahari Tepung ikan dari