Pemanfaatan Tepung Ikan Pora-Pora Dan Limbah Industri Pengolahan Ikan Nila Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Kampung Umur 0-12 Minggu

PEMANFAATAN TEPUNG IKAN PORA-PORA DAN LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN NILA
DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM KAMPUNG UMUR 0-12 MINGGU
RICARDO HAPOSAN SIHALOHO 090306038
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN TEPUNG IKAN PORA-PORA DAN LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN NILA
DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM KAMPUNG UMUR 0-12 MINGGU
SKRIPSI Oleh:
RICARDO HAPOSAN SIHALOHO 090306038
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN TEPUNG IKAN PORA-PORA DAN LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN NILA
DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM KAMPUNG UMUR 0-12 MINGGU
SKRIPSI
Oleh: RICARDO HAPOSAN SIHALOHO
090306038/PETERNAKAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi
Nama NIM Program Studi

: Pemanfaatan Tepung Ikan Pora-Pora dan Limbah Industri Pengolahan Ikan Nila dalam Ransum terhadap Performans Ayam Kampung Umur 0-12 Minggu
: Ricardo Haposan Sihaloho : 090306038 : Peternakan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc Ketua

Ir. R. Edhy Mirwandhono M.Si Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan


Tanggal ACC: Maret 2013

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
RICARDO HAPOSAN SIHALOHO, 2014 : “Pemanfaatan Tepung Ikan PoraPora dan Limbah Industri Pengolahan Ikan Nila dalam Ransum terhadap Performans Ayam Kampung Umur 0-12 Minggu”. Dibimbing oleh NURZAINAH GINTING dan R. EDHY MIRWANDHONO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan tepung ikan porapora dan limbah industri pengolahan ikan nila (LIPIN) terhadap performans ayam kampung umur 0-12 minggu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Agustus sampai dengan Nopember 2013 menggunakan 100 ekor DOC ayam kampung dengan kisaran bobot badan 30,33 + 2(2,12) . Rancangan yang dipakai dalam penelitian adalah rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan selanjutnya dianalisis dengan pembanding linear kontras ortogonal. Perlakuan terdiri dari P0: ransum komersial lokal, P1: ransum dengan tepung ikan pabrikan lokal, P2: ransum dengan tepung ikan pora-pora, P3: ransum dengan tepung ikan LIPIN dan P4: ransum dengan tepung ikan imbangan pora-pora dan LIPIN. Parameter yang diteliti adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum.
Hasil penelitian menunjukkan rataan konsumsi ransum (g/ekor/hari) P0:43,71, P1:43,21, P2:43,86, P3:41,42 dan P4:42,68. Rataan pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) P0:13,73, P1:12,15, P2:13,99, P3:12,4 dan P4:13,67. Rataan konversi ransum P0:3,14, P1:3,6, P2:3,31, P3:3,3 dan P4:3,1. Hasil analisis statistik menunjukkan pemanfaatan tepung ikan pora-pora dan LIPIN dalam ransum berpengaruh nyata menaikkan konsumsi, pertambahan bobot badan dan menurunkan konversi ransum. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemanfaatan tepung ikan pora-pora dan LIPIN dapat mengimbangi kualitas tepung ikan pabrikan lokal dalam ransum. Kata kunci: Performans, Pora-pora, LIPIN, Ayam kampung.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
RICARDO HAPOSAN SIHALOHO, 2014 : The Utilization of Pora-pora and Tilapia Fish Processing Industry by Product meal in Complete Feed on Performance of 12th weeks Local Chicken. Under supervisied by NURZAINAH GINTING and R. EDHY MIRWANDHONO.
The research aimed to objective the utilization of pora-pora and tilapia fish processing industry by product (LIPIN) meal in complete feed on performance of 12th weeks local chicken. The research had been conducted in the Laboratory of Animal Biology Livestock Studies Program in the University of North Sumatra from August 2013 until November 2013 used 100 day old chickens of local chicken with a range of body weight 30,33 + 2(2,12). The design in this research used completely randomized design with 5 treatments and 4 replications. Linear contrasts ortogonal used for amous treatments. Treatments were consisted of P0: local commercial complete feed, P1: complete feed with local manufacturer fish meal, P2: complete feed with pora-pora meal, P3: complete feed with LIPIN and P4: complete feed with proportion of pora-pora and LIPIN meal. The parameters studied were feed consumption, body weight gain and feed convertion.
The result showed the average feed consumption (g/head/day) (P0:43,71, P1:43,21, P2:43,86, P3:41,42 and P4:42,68, respectively). Average body weight gain (g/head/day) (P0:13,73, P1:12,15, P2:13,99, P3:12,4 and P4:13,67, respectively). Average feed convertion (P0:3,14, P1:3,6, P2:3,31, P3:3,3 and P4: 3,1, respectively). The result of the statistical analysis showed the utilization of pora-pora and LIPIN meal in complete feed was significant increase feed consumption , body weight gain and lower feed convertion. The conclusion of this research is utilization of of pora-pora and LIPIN meal can counterbalance the quality of local manufacturer fish meal in complete feed. Keywords: Performance, Pora-pora, LIPIN, Local Chicken
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Merek pada tanggal 16 Juli 1991 dari Ayah Jakob Sihaloho dan Ibu Dumasari br Tarigan. Penulis merupakan putera keempat dari empat bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Katolik van Duynhoven Saribudolok dan pada tahun yang sama masuk ke Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama (UMB).
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET), anggota Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP), anggota Ikatan Mahasiswa Katolik (IMK) St.Fransiskus Xaverius Fakultas Pertanian, dan anggota Paduan Suara GLORIA UKM Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) St.Albertus Magnus USU. Penulis juga aktif sebagai asisten di Laboratorium Anatomi dan Fisiologi Ternak, Laboratorium Ilmu Pemuliaan Ternak, Laboratorium Mikrobiologi Nutrisi, Laboratorium Ilmu Perikanan, Laboratorium Penyuluhan dan Komunikasi Peternakan, Laboratorium Tataniaga Ternak dan Laboratorium Manajemen Ternak Perah.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) bersama Komando Daerah Militer 0205 Tanah Karo di Sipiso-piso Desa Situnggaling, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo bulan Juli sampai Agustus 2012.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Tepung Ikan Pora-Pora dan Limbah Industri Pengolahan Ikan Nila dalam Ransum terhadap Performans Ayam Kampung Umur 0-12 Minggu”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua penulis yaitu Bapak J. Sihaloho dan Ibu D. br Tarigan yang telah mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan terimakasih kepada Ibu Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc dan Bapak Ir. R. Edhy Mirwandhono, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Ibu Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan berbagai masukan kepada penulis.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua civitas akademika Fakultas Pertanian khususnya di Program Studi Peternakan serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK.................................................................................................
ABSTRACT................................................................................................
RIWAYAT HIDUP...................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................
DAFTAR TABEL......................................................................................
DAFTAR GAMBAR................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................
PENDAHULUAN Latar Belakang........................................................................................... Tujuan Penelitian........................................................................................ Kegunaan Penelitian................................................................................... Hipotesis Penelitian....................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Ayam Kampung................................................................... Sistem Pencernaan Ayam Kampung.......................................................... Ransum Ayam Kampung........................................................................... Potensi Ikan Pora-pora............................................................................... Potensi Limbah Industri Ikan Nila............................................................. Tepung Ikan............................................................................................... Tepung Jagung............................................................................................ Bungkil Kedelai.......................................................................................... Dedak.......................................................................................................... Bungkil Kelapa............................................................................................ Pembuatan Tepung Ikan

Pengukusan............................................................................................ Pengepresan............................................................................................ Pengeringan............................................................................................ Penggilingan........................................................................................... Parameter Penelitian Konsumsi Pakan..................................................................................... Pertambahan Bobot Badan..................................................................... Konversi Pakan.......................................................................................
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................... Bahan dan Alat Penelitian
Bahan...................................................................................................... Alat......................................................................................................... Metode Penelitian........................................................................................ Peubah yang Diamati

Hal. i
ii iii
iv vii
viii ix
1 4 4 5
6 4 6 8 9 12 14 15 16 16
17 17 18 18
19 19 20
21
21 21 22

Universitas Sumatera Utara

Konsumsi Pakan...................................................................................... Pertambahan Bobot Badan..................................................................... Konversi Pakan......................................................................................... Pelaksanaan Penelitian................................................................................. Skema Pembuatan Tepung Ikan..................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum.......................................................................................... Pertambahan Bobot Badan............................................................................. Konversi Ransum........................................................................................... Rekapitulasi Hasil Penelitian.........................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan..................................................................................................... Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
LAMPIRAN………………………………………………………………..

24 24 24 25 26
30 34 39 43
44 44
45
49

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Kebutuhan gizi ayam kampung.........................................................

8

2. Kebutuhan pakan ayam kampung...……..........................................


8

3. Kandungan nutrisi tepung ikan..........................................................

10

4. Kandungan nutrisi ikan pora-pora.....................................................

11

5. Produksi ikan pora-pora tahun 2012 Kabupaten Karo......................

12

6. Produksi ikan pora-pora Kabupaten Samosir....................................

12

7. Kandungan nutrisi limbah industri ikan nila.....................................


14

8. Kandungan nutrisi tepung jagung.....................................................

15

9. Kandungan nutrisi bungkil kedelai...................................................

15

10. Kandungan nutrisi dedak..................................................................

16

11. Kandungan nutrisi bungkil kelapa....................................................

16

12. Kandungan nutrisi bahan pakan yang digunakan dalam ransum.....


26

13. Susunan dan komposisi ransum fase starter pada perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4....................................................................................
14. Susunan dan komposisi ransum fase finisher pada perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4......................................................................................
15. Uji ortogonal kontras terhadap konsumsi ransum..............................

27
27 31

16. Uji ortogonal kontras terhadap pertambahan bobot badan................

36

17. Uji ortogonal kontras terhadap konversi ransum................................ 41

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR


No. 1. Skema pembuatan tepung ikan......................................................... 2. Histogram nilai rata-rata konsumsi ransum (gram/ekor/hari)........... 3. Histogram nilai rata-rata pertambahan bobot badan (gram/ekor/hari) 4. Histogram nilai rata-rata konversi ransum ....................................... 5. Histogram rekapitulasi hasil penelitian.............................................

Hal. 28 30 34 39 42

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No. 1. Rataaan konsumsi ransum selama penelitian (gram/ekor/hari).......... 2. Rataan pertambahan bobot badan selama penelitian (gram/ekor/hari) 3. Rataan konversi ransum selama penelitian........................................ 4. Analisis ragam konsumsi pakan selama penelitian............................ 5. Pembandingan ortogonal kontras terhadap konsumsi ransum........... 6. Analisis ragam pertambahan bobot badan selama penelitian............ 7. Pembandingan ortogonal kontras terhadap pertambahan bobot
badan.................................................................................................. 8. Analisis ragam konversi ransum selama penelitian........................... 9. Pembandingan ortogonal kontras terhadap konversi ransum.............

Hal. 49 50 51 52 52 52
53 54 54

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Implementation of Organizational Restructuring Policy in Toba Samosir Regency (Study Implementation of Government Regulation Number 41 of
2007 about Local Government Organizations)


Name Departement Faculty Advisor

: Benny Sianturi (090903041) : Public Administration Sciences : Social and Political Science (University of Sumatera Utara) : Drs. Ridwan Rangkuti, M.S

Local government regulation are changeable and embodied according to the condition of government and political system at the time. At this Reformation era Local Government Regulation is set by UU No. 32 of 2004, which was change from previous regulation UU No. 22 of 1999. Based on local government regulation in this reformation era, the starting point of governance enforcement changed to decentralized system. Local Government especially regency/city becomes the focus of decentralization or regional autonomy. Therefore, local government is prosecuted to do its authority mostly. One substance that must be implemented by the local government is the organization autonomy, which is requirement to organize and manage the local government organization. Nowadays, Institutional or organizational is set by Government Regulation (PP) No. 41 of 2007.
The implementation of PP No. 41 of 2007 is not without problems. Many local government are not ready to implement this rule, so in this implementation, there are many problems become expenses for the local government. How its effectiveness of implementation of PP No. 41 of 2007? What are the factors that affect the implementation in this PP No. 41 of 2007? Become the purpose or the focus of the researcher in this study to be described more.
In this study, to answer the questions based on purpose of this research will be conducted by descriptive analytical approach. The purpose of the study will be answered by giving the describe more detailed based on the data or information has been presented and analyzed, which were be collected from interviews, questionnaires, and the secondary data (existing data). The problem in the implementation of PP No. 41 of 2007 will be explained by using variables which are synthesized from several models of public policy implementation. The variables used in this research are content of policy/ operationalization of the regulation (ability of statue to structure implementation), bureaucratic structure, Communication and coordination, and resources. Restructuring side of institution policies expanded separately in three points, namely: leadership, organizational transformation direction and so the resistances of organization change.
The answer of the purpose then becomes the conclusion in this study. Performance of the implementation of PP No. 41 of 2007 has not been optimal. The goal of this government regulation is defined by the informant with “forming the organization is rich in function but it is poor in structure” has not been reached. Local government institution not been fully established in accordance with the

Universitas Sumatera Utara

provisions contained in PP No. 41 of 2007. Explanatory direction has not been made at the local level until now. Bureaucrat comprehension which is very little in regulation shows socialization is limited. Also with the resources (human and another resources) competencies, staffing, budget, and facilities there are still many deficiency. Keywords: Implementation of Public Policy, variables of synthesis, PP Number 41 of 2007 (Local Government Organization), Toba Samosir Regency.
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Penyediaan pangan asal hewani bagi masyarakat dalam jumlah yang
mencukupi dengan mutu yang baik merupakan salah satu tujuan pembangunan bidang peternakan dalam meningkatkan nilai gizi konsumsi masyarakat. Sasaran tersebut dapat dicapai dengan peranan ayam kampung sebagai salah satu sumber protein hewani yang dapat diandalkan. Ayam kampung merupakan tipe ayam yang kecil dengan pertumbuhan yang lambat dan daya alih (konversi) makanan menjadi produk esensial yang rendah. Semua kekurangan tersebut dapat diatasi dengan menyediakan pakan yang berkualitas.
Tepung ikan merupakan bahan makanan sumber protein hewani yang sangat baik bagi ayam. Secara umum bahan ini memiliki kandungan protein yang tinggi antara 50-70%. Selain protein tepung ikan juga merupakan sumber kalsium dan fosfor yang baik. Bahan-bahan yang terkandung dalam tepung ikan ini sangat diperlukan oleh ayam kampung dalam masa pertumbuhan.
Tepung ikan merupakan salah satu produk perikanan yang diperlukan dalam jumlah yang tinggi di Indonesia, terutama untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak, ikan dan udang. Tepung ikan mengandung senyawasenyawa esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan oleh ternak. Senyawasenyawa tersebut diantaranya adalah protein, asam lemak omega 3, vitamin dan mineral.

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh para nelayan terhadap sumber daya perikanan adaah sifatnya yang musiman dan sifat ikan yang cepat mengalami kemunduran mutu. Meskipun telah disarankan bahwa hasil tangkapan hendaknya
Universitas Sumatera Utara

digunakan langsung untuk konsumsi manusia, tetapi pada saat tertentu hal ini tidak dapat dilaksanakan. Pada puncak musim panen ikan, jumlah tangkapan meningkat sedemikian rupa, sehingga usaha pengolahan untuk makanan manusia tidak dapat menyerap semuanya (terjadi surplus). Salah satu alternatif pemanfaatan surplus ini adalah pembuatan tepung ikan.
Pengembangan industri pengolahan ikan menjadi tepung ikan akan memberikan beberapa keuntungan yaitu pemanfaatan kelebihan produksi pada saat melimpah, memanfaatkan ikan-ikan yang tidak terjual, meningkatkan nilai ekonomis spesies yang tidak disukai serta memanfaatkan bagian ikan yang tidak dikonsumsi oleh manusia seperti kepala, sirip, tulang dan bagian lainnya yang biasanya merupakan limbah industri pengolahan.
Ikan pora-pora merupakan ikan endemik di Danau Toba yang memiliki nilai produksi tinggi selama dekade terakhir ini. Hasil tangkapan nelayan di sekitar pesisir Danau Toba tersebut seringkali mengalami over produksi sehingga harga menjadi sangat rendah tidak sesuai dengan usaha nelayan tradisional untuk usaha penangkapan dan menimbulkan kerugian bagi nelayan tradisional. Selain itu, hasil produksi ikan pora-pora mengalami sortiran oleh pihak nelayan yaitu pemisahan produksi ikan berdasarkan bobot ikan. Ikan yang kecil tidak dimasukkan dalam tujuan distribusi ke luar daerah. Hasil sortiran ini biasanya diberikan kepada ternak babi oleh nelayan tanpa proses pengolahan bahkan banyak yang dibuang kembali ke danau menjadi limbah bagi air Danau Toba.
Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Permintaan akan fillet daging nila sangat tinggi. Tercatat ekspor fillet ikan nila dalam bentuk beku Indonesia di pasar Amerika
Universitas Sumatera Utara

Serikat menduduki peringkat ke dua setelah Cina. Tahun 2004 ekspor fillet nila mencapai 4.250 ton atau meningkat sebanyak 18,6 % dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 3.583 ton. Disamping permintaan yang cenderung meningkat, budidaya ikan nila di Indonesia juga dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada tahun 2006 jumlah produksi perikanan budidaya nila sebesar 169.390 ton, sedangkan pada tahun 2007 jumlah produksinya sebesar 195.000 ton meningkat sebesar 15,12 %. Menurut perkiraan Departemen Kelautan dan Perikanan, pada tahun 2008 jumlah produksi ikan nila mencapai 233.000 ton dan pada tahun 2009 akan mencapai 337.000 ton (Ferinaldy, 2008).
Sampai sekarang ada beberapa perusahaan yang menggarap pasar ekspor ikan nila seperti PT Aquafarm Nusantara, PT Dharma Samudra Fishing Industries, PT Kelola Mina Laut, dan PT Bumi Agro Bahari Nusantara. Namun perusahaan yang mampu mengekspor nila secara kontinu dengan volume besar hanya PT Aquafarm. Untuk menghasilkan fillet siap ekspor, setiap hari Aquafarm mengolah 73 ton nila yang masih hidup (Dadang, 2007). Tingginya jumlah ikan nila yang diekspor akan menyebabkan limbah industri yang dihasilkan juga tinggi. Pemerintah dan masyarakat di pesisir Danau Toba telah menyikapi ancaman antara populasi ikan pora-pora yang over product dengan pengolahan menjadi pakan ternak ayam dan babi oleh masyarakat dengan teknologi yang masih sederhana.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung ikan pora-pora dan ikan nila dalam pakan ayam kampung umur 0-12 minggu.
Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian tepung
ikan pora-pora dan limbah industri pengolahan ikan nila dalam ransum ayam kampung terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi ransum dan konversi ransum ayam kampung umur 0-12 minggu. Kegunaan Penelitian
Bahan informasi bagi masyarakat peternak ayam kampung pada khususnya, instansi pemerintah (Dinas Perikanan, Dinas Peternakan, Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan dan Dinas Perindustrian) serta kalangan akademik (mahasiswa, dosen dan para peneliti) mengenai pemanfaatan ikan pora-pora dan limbah ikan nila menjadi tepung ikan di dalam ransum terhadap produksi ternak ayaam kampung. Kegunaan dari penelitian ini juga sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Hipotesis Penelitian
Pemberian tepung ikan pora-pora dan limbah industri pengolahan ikan nila dalam ransum dapat mengimbangi kualitas tepung ikan pabrikan dan ransum komersial melalui performans (konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum) ayam kampung umur 0-12 minggu.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Ayam Kampung Klasifikasi ayam kampung secara zoologis adalah Filum: Chordata, Sub
Filum: Vertebrata, Kelas: Aves, Ordo: Galliformes, Famili: Phasianidae, Genus: Gallus-gallus, Spesies: Gallus-gallus domesticus. Dibandingkan dengan ayam ras, ayam kampung juga jauh lebih lincah dan aktif bergerak. Jika dipelihara secara umbaran, terbiasa hinggap atau istirahat di dahan pohon yang cukup tinggi. Selain itu, ukuran tubuhnya juga lebih kecil dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1996).
Hampir semua ayam kampung yang terdapat di Indonesia memiliki bentuk badan yang kompak dan baik sekali susunan otot-ototnya. Bentuk jari kakinya begitu panjang, tetapi kuat dan ramping, kukunya tajam, tinggi paha dan betisnya sedang tetapi kokoh. Semakin pesatnya perkembangan usaha ternak ayam ras samasekali tidak menurunkan pamor produk ayam kampung dimata masyarakat sebagai konsumen (Rasyaf, 1992).
Kesulitan dalam memenuhi permintaan akan produk dari ayam kampung disebabkan oleh produktivitas dari ayam kampung yang masih rendah dibandingkan dengan ayam ras. Menurut Kingston (1979) rendahnya produktivitas dari ayam kampung ini disebabkan karena kebanyakan dari petani dalam mengusahakan ayam kampung masih secara tradisional. Menurut Cahyono (1998) sifat genetik ayam kampung merupakan tipe ayam yang kecil dengan pertumbuhan yang lambat dan daya alih (konversi) makanan menjadi produk protein esensial yang juga rendah. Semua kekurangan tersebut tentu perlu diatasi agar diperoleh hasil yang memuaskan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
Universitas Sumatera Utara

adalah dengan memperbaiki kualitas pakan yang diberikan kepada ayam kampung.
Sistem Pencernaan Ayam Kampung Sistem digesti adalah suatu lintasan organ yang menghubungkan antara
lingkungan dengan proses metabolisme alamiah pada hewan (Nesheim et al., 1979). Pencernaan diartikan sebagai pengelolaan pakan sejak masuk dalam mulut sehingga diabsorbsi. Secara garis besar fungsi saluran pencernaan adalah sebagai tempat pakan ditampung, tempat pakan dicerna, tempat pakan diabsorbsi dan tempat pakan sisa yang dikeluarkan (Kamal, 1994). Sistem pencernaan meliputi saluran pencernaan (paruh, mulut, tenggorok, lambung kelenjar, empedal, usus halus, usus buntu, usus besar, kloaka, anus) dan alat tambahan (hati, pankreas, lien). Unggas mengalami proses pencernaan yang berbeda dengan hewan lain, meskipun mempunyai kesamaan pada prosesnya. Sebagaimana hewan lain proses pada saluran pencernaan unggas menggunakan tiga prinsip: a. Secara mekanik, pencernaan secara mekanik pada unggas berlangsung pada empedal, pakan di dalam empedal dengan adanya kontraksi otot empedal dengan bantuan grit akan diubah menjadi pasta; b. Secara khemis/enzimatis, pencernaan secara enzimatis terutama dibantu dengan adanya senyawa kimia dan kerja dari enzim yang dihasilkan oleh alat-alat pencernaan; c. Secara mikrobiologik, pencernaan secara mikrobiologik terjadi dengan adanya mikrobia yang ikut berperan dalam proses pencernaan. Pada ayam pencernaan secara mikrobiologik tidak berperan besar seperti pada ternak yang lain, hanya
Universitas Sumatera Utara

sedikit ditemukan mikrobia pada tembolok dan usus besarnya. Pada tembolok ditemukan beberapa bakteri aktif yang menghasilkan asam organik seperti asam asetat dan asam laktat dan juga pada ceca terjadi sedikit pencernaan hemiselulosa oleh bakteri (Kamal, 1994).
Ransum Ayam Kampung Bahan baku makanan yang digunakan untuk menyusun ransum ternak
unggas adalah bahan baku yang mengandung zat-zat makanan yang bisa memenuhi kebutuhan ternak unggas yang mengkonsumsinya dan sifat fisis, kimiawi dan biologisnya. Setiap bahan baku makanan ternak unggas secara umum harus bisa diperoleh zat-zat makanan yang diklasifikasikan menjadi 6 golongan yakni air, hidrat, arang, protein, lemak, vitamin dan mineral.
Berdasarkan kegunaannya bahan baku pakan ternak unggas terbagi menjadi 5 golongan yaitu bahan baku sumber protein, bahan baku sumber energi, bahan baku sumber vitamin, bahan baku sumber mineral serta feed suplement yang berfungsi untuk menjaga kesehatan tubuh, aktivitas tubuh dan pertumbuhan tubuh (Murtidjo, 1994). Ransum adalah makanan yang terdiri dari satu atau lebih bahan makanan yang diberikan kepada ayam untuk kebutuhan sehari semalam. Suatu ransum dikatakan berkualitas apabila ransum ini mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh ayam. Untuk kelompok ayam yang umurnya tertentu diternakkan dengan tujuan tertentu akan membutuhkan ransum yang berbeda kandungan gizinya dengan ransum yang dibutuhkan pada sekelompok umur yang lain dengan tujuan yang lain pula.
Ransum dimakan oleh ayam dalam bentuk tepung lengkap, butiran pecah dan dikunyah di dalam tubuhnya dan diubah dengan enzim-enzim pencernaan
Universitas Sumatera Utara

menjadi unsur gizi yang dibutuhkannya yaitu protein dan asam-asam amino,

energi, vitamin dan mineral. Unsur-unsur gizi itulah yang kelak akan digunakan

oleh ayam untuk kehidupan pokoknya dan untuk produksi. Oleh karena itu jelas

bahwa baik atau buruknya produksinya sangat bergantung pada ransum yang

dimakan ayam tersebut (Rasyaf, 1991). Kebutuhan gizi ayam kampung dapat

dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Kebutuhan gizi ayam Kampung

Minggu

0-12

Energi (%)

2600

Protein (%)

17-20

Kalsium (%)

0,9

Phospor (%)

0,45

Methionin (%)

0,37

Lisin(%)

0,87

Sumber : Nawawi dan Norrohmah (2002)

12-22 2400 14 1,00 0,45 0,21 0,45

22 keatas 2400-2600
14 3,4 0,34 0,22-0,30 0,68

Konsumsi pakan dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas ransum serta

faktor-faktor lainnya seperti umur, palatabilitas, aktivitas ternak, tingkat produksi

dan pengelolaannya. Konsumsi ternak ayam kampung dapat dilihat dari Tabel 2

berikut ini.

Tabel 2. Kebutuhan pakan ayam Kampung

Umur (Minggu)

Konsumsi (g/ekor/hari)

1 9a

2 18 a 3 27 a
4 34 a 5 41 a
6 45 a 7 46 a

8 47 a 9 41-44 b

10 44-47 b 11 48-52 b
12 51-55 b

Sumber a. Sudaryani dan Santosa (1995)

b. Murtidjo (1994)

Berat Badan (g)
45 a
65 a 95 a
130 a 180 a
240 a 310 a
360 a 660 b
720 b 770 b
830 b

Universitas Sumatera Utara

Protein berguna untuk membentuk jaringan tubuh, memperbaiki jaringan yang rusak untuk keperluan berproduksi dan kelebihannya akan dibuah menjadi energi. Menurut Willamson dan Payne (1993) untuk pemeliharaan ayam kampung jantan pada fase starter adalah 0-8 minggu, kemudian fase finisher 9-12 minggu Namun untuk fase starter biasanya berbeda batasnya karena digunakan berat jual.
Tepung ikan Tepung ikan merupakan bahan makanan ternak yang berkadar protein
tinggi, mudah dicerna dan kaya akan asam amino essensial terutama lisin dan metionin sehingga dapat digunakan sebagai penutup kekurangan yang terdapat pada bii-bijian. Disamping itu tepung ikan kaya akan vitamin B, mineral dan kandungan lemak yang cukup juga merupakan sumbangan dalam memenuhi kebutuhan ternak akan energi (metabolis) dan juga vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A dan D (Sarwono, 1996).
Selain sebagai sumber protein, tepung ikan juga dapat digunakan sebagai sumber kalsium. Kandungan protein atau asam amino tepung ikan dipengaruhi oleh bahan ikan yang digunakan serta proses pembuatannya. Pemanasan yang berlebihan akan menghasilkan tepung ikan yang berwarna cokelat dan kadar protein atau asam aminonya cenderung menurun atau menjadi rusak (Boniran, 1999).
Adapun penggunaan tepung ikan ini terdiri dari berbagai jenis yang beredar di pasaran yang disebut sebagai tepung ikan pabrik (komersial) yang telah mengalami pengolahan dan pencampuran dengan bahan lain. Namun ternyata tepung ikan tidak hanya bisa didapat dari pabrik, tepung ikan juga dapat diproduksi sendiri yang murni berasal dari limbah-limbah ikan (sempengan) yang
Universitas Sumatera Utara

tidak dipergunakan oleh manusia lagi dan bahkan kandungan proteinnya sendiri

masih utuh dibanding tepung ikan produksi parbrik (Sunarya, 1998). Kandungan

nutirisi tepung ikan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Kandungan nutrisi tepung ikan
Uraian Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) Kalsium (%) Posfor (%) Energi Metabolisme (kkal/kg)
Sumber : a. Hartadi et al (1997) b. NRC (1998)

Kandungan Nutrisi
52,6a 2,2a 4,8b 6,65b 3,59b 2810b

Potensi Ikan Pora-pora Klasifikasi ikan pora-pora secara zoologis adalah: Kingdom : Animalia,
Kelas : Actinopterygii, Ordo : Cypriniformes, Famili : Cyprinidae, Sub Famili : Cyprininae, Genus : Mystacoleucus, Species : Mystacoleucus padangensis. Ikan pora-pora atau dalam bahasa ilmiah disebut Mystacoleucus padangensis Bleeker adalah ikan endemik yang hidup di Danau Singkarak, Sumatera Barat dikenal dengan nama ikan bilih (Kartamihardja dan Sarnita, 2008).
Ikan pora-pora (Mystacoleucus padangensis) merupakan ikan endemik di wilayah pesisir Danau Toba. Ikan ini ditabur oleh mantan presiden Republik Indonesia Megawati Soekarno Putri pada 6 Juni 2004 di Parapat yang berasal dari Danau Singkarak, Sumatera Barat. Danau Toba yang mempunyai luas permukaan lebih kurang 1.100 Km2, dengan total volume air sekitar 1.258 Km3 sekaligus sebagai danau paling luas di Indonesia menghasilkan 20-40 ton ikan pora-pora per hari. Menurut Kartamihardja (2009), ada beberapa alasan mengapa ikan pora-pora hidup, tumbuh dan berkembang pesat di Danau Toba, yaitu karena :

Universitas Sumatera Utara

1. Di danau toba tersedia makanan ikan bilih yang berupa plankton, detritus dan

sisa pakan dari budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) yang cukup melimpah dan

belum dimanfaatkan secara optimal oleh ikan lain,

2. Ikan pora-pora termasuk ikan benthopelogis, yaitu jenis ikan yang dapat

memanfaatkan jenis makanan yang berada di dasar perairan (benthic) maupun di

lapisan tengah dan permukaan air (pelagic),

3. Ikan pora-pora tidak berkompetisi makanan dan ruang dengan ikan lain didanau

Toba seperti ikan mujair, mas, nila dan lainnya,

4. Tempat hidup ikan pora-pora di Danau Toba 10 kali lebih luas dibanding di

Danau Singkarak,

5. Tempat pemijahan ikan pora-pora yang berupa sungai yang masuk ke

DanauToba (191 sungai) 30 kali lebih banyak dari sungai yang masuk ke Danau

Singkarak (6 sungai).

Menurut Purnomo (2009), ikan bilih pada umumnya ditangkap di daerah

sekitar muara-muara sungai, misalnya: sungai Sipiso-piso (Tongging), sungai

Naborsahan (Ajibata), sungai Sisodang (Tomok), sungai Simangira dan sungai

Silang (Bakara), sungai di Hatinggian (Balige) dan sungai di daerah Silalahi II.

Kandungan nutrisi ikan pora-pora dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Kandungan nutrisi ikan Pora-pora

Uraian

Kandungan Nutrisi

Protein Kasar (%)

50,94

Serat Kasar (%)

0,37

Lemak Kasar (%)

13,24

Kadar Air (%)

4,59

Kadar Abu (%)

11,29

Kalsium (%)

4,70

Posfor (%)

2,68

Gross Energi (kcal/gr)

5.268

Sumber : Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih (2013)

Universitas Sumatera Utara

Ikan pora-pora telah menjadi ikan dalam populasi yang banyak sekitar

danau Toba, ikan ini ditangkap melalui jaring insang tetap, jaring angkat dan jala

tebar. Produksi ikan pora-pora tahun 2012 di wilayah kerja Kabupaten Karo dapat

dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Produksi ikan pora-pora tahun 2012 Kabupaten Karo

Jenis Alat

Produksi Ikan Pora-pora(ton)

Penangkapan

Triwulan I

Triwulan II

Triwulan III

Jaring insang tetap

4,50

3,60

2,88

Jaring angkat

28,80

25,20

19,20

Jala tebar

0,45 0,50 0,43

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karo, 2013

Pembibitan ikan pora-pora terdapat di daerah Kabupaten Samosir dengan

program sesuai dengan pembenihan ikan telah menghasilkan produksi ikan pora-

pora yang telah didistribusikan ke luar wilayah dan mengalami proses sortiran

untuk pengepakan dan seleksi ikan pora-pora. Produksi ikan Pora-pora Kabupaten

Samosir dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Data produksi ikan pora-pora Kabupaten Samosir

No Tahun Produksi

Jumlah Produksi (ton)

1 2008

6.914,8

2 2009

10.478,5

3 2010

13.510,8

4 2011

11.816,7

5 2012

9.350

Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Samosir, 2013.

Potensi Limbah Industri Pengolahan Ikan Nila (LIPIN) Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang diintroduksi
dari luar negeri. Bibit ini didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Klasifikasi ikan nila (Trewavas 1982 diacu dalam Suyanto 1994) adalah sebagai

Universitas Sumatera Utara

berikut: Filum : Chordata, Sub-filum: Vertebrata, Kelas: Osteichtyes, Sub-kelas: Acanthopterigii, Ordo : Perchomorphi, Famili : Cichlidae, Genus : Oreochromis, Spesies : Oreochromis niloticus.
Limbah merupakan suatu hasil samping yang kurang berharga bahkan merupakan suatu masalah di dalam industri. Menurut Moelijanto (1979) limbah perikanan adalah yang terbuang, tercecer dan sisa olahan yang pada suatu tempat tertentu belum dapat dimanfaatkan secara ekonomis. Jenis limbah dan hasil samping dapat dikelompokkan secara umum menjadi 4 kelompok yaitu: 1. Hasil samping penangkapan suatu spesies atau sumber daya misalnya ikan rucah pada penangkapan udang dan ikan cucut pada penangkapan tuna, 2. Sisa pengolahan seperti bagian kepala, tulang, sisik, sirip, isi perut dan daging merah, 3. Surplus dari tangkapan (glut), 4. Sisa distribusi.
Sampai sekarang, baru ada beberapa perusahaan yang menggarap pasar ekspor ikan Nila, seperti PT Aquafarm Nusantara, PT Dharma Samudra Fishing Industries, PT Kelola Mina Laut, dan PT Bumi Agro Bahari Nusantara. Namun perusahaan yang mampu mengekspor Nila secara kontinu dengan volume besar baru Aquafarm. Untuk menghasilkan fillet siap ekspor, setiap hari Aquafarm mengolah 73 ton Nila yang masih hidup dan segar. Nila yang rata-rata berbobot 2 kg itu merupakan hasil budidaya di Danau Toba, setelah dipelihara selama 7,5 bulan. Selain daging, Aquafarm juga mengekspor kulit, sisik, dan dada. Kulit Nila dikirim ke Prancis dan Italia. Dua tahun silam sudah diekspor sebanyak 560 ton. Kulit dimanfaatkan sebagai bahan gelatin bermutu tinggi. Demikian juga dengan
Universitas Sumatera Utara

sisik. Setelah dibersihkan dan dikeringkan, diekspor ke Korea Selatan untuk

bahan kosmetika (Dadang, 2007). Menurut Sianturi (2012) Aquafarm

menyumbangkan 35.000 ton per tahunnya. Tingginya jumlah ikan Nila yang

diekspor akan menyebabkan limbah industri pengolahan ikan nila yang dihasilkan

juga tinggi.

Pengolahan ikan-ikan yang terbuang dan limbah industri pengolahan hasil

perikanan menjadi tepung ikan merupakan salah satu solusi mengurangi impor

tepung ikan, karena menurut Badan Pusat Statistik Indonesia kenaikan rata-rata

impor tepung ikan tahun 2007-2011 sekitar 4,47% dan pada tahun 2010-2011

sekitar 15,25%. Kandungan nutrisi limbah industri ikan nila dapat dilihat pada

Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Kandungan nutrisi limbah industri pengolahan ikan nila

Uraian

Kandungan Nutrisi

Protein Kasar (%)

40,50

Serat Kasar (%)

0,92

Lemak Kasar (%)

13,94

Kadar Air (%)

4,29

Kadar Abu (%)

26,36

Kalsium (%)

9,41

Posfor (%)

4,88

Gross Energi(kkal/kg)

4.127

Sumber : Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih (2013)

Tepung Jagung Jagung dimanfaatkan sebagai sumber energi yang utama dalam
penyusunan ransum ayam kampung. Ada tiga jenis jagung yaitu jagung kuning, jagung putih dan jagung merah. Di Indonesia tepung jagung yang populer untuk ransum ayam kampung adalah jagung kuning. Dalam susunan ransum ayam kampung, para ahli nutrisi ternak menyarankan agar jagung digunakan dengan

Universitas Sumatera Utara

kisaran 40-45 % (Nawawi dan Nurrohmah, 2002). Kandungan nutrisi tepung

jagung tertera pada Tabel 8.

Tabel 8. Kandungan nutrisi tepung jagung Uraian Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) Kalsium (%) Posfor (%) Energi Metabolisme (kkal/kg)
Sumber : a. NRC (1998) b. Hartadi et al (1997)

Kandungan Nutrisi
8,3a 2,2b 3,9a 0,03a 0,28a 3420a

Bungkil Kedelai

Bungkil kedelai adalah kedelai yang sudah diambil minyaknya. Bungkil

kedelai merupakan sumber protein yang sangat bagus sebab keseimbangan asam

amino yang terkandung didalamnya cukup lengkap dan tinggi. Bungkil kedelai

dibuat melalui beberapa tahapan seperti pengambilan lemak, pemanasan dan

penggilingan (Boniran, 1999). Bungkil kedelai yang baik mengandung air tidak

lebih dari 12 % (Hutagalung, 1990). Kandungan nutrisi bungkil kedelai tertera

pada Tabel 9 .

Tabel 9. Kandungan nutrisi bungkil kedelai
Uraian Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) Kalsium (%) Posfor (%)
Sumber : a. NRC (1998) b. Hartadi et al (1997)

Kandungan Nutrisi
43,8a 4,4b 1,5a 0,32a 0,65a

Dedak

Padi (Oryza sativa) merupakan sumber bahan makanan yang

menghasilkan beras sebagai bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

Universitas Sumatera Utara

Indonesia. Dalam proses pengadaan beras dari padi dihasilkan dedak padi sebagai

hasil sampingan. Dedak padi adalah hasil ikutan pengolahan padi menjadi beras

terutama terdiri dari lapisan ari. Kandungan nutrisi dedak tertera pada Tabel 10

berikut.

Tabel 10. Kandungan nutrisi dedak

Uraian Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) Kalsium (%) Posfor (%) Energi Metabolisme (kkal/kg)

Kandungan Nutrisi
13,3a 13,5b 7,2c 0,07a 1,61a 2850a

Sumber : a. NRC (1998)

b. Hartadi et al (1997)

c. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak, FP USU, (2000)

Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa adalah bahan pakan tenak yang berasal dari sisa

pembuatan minyak kelapa. Bahan pakan ini mengandung protein nabati dan

sangat potensial untuk pertumbuhan ternak meningkatkan kualitas karkas

(Parakkasi, 1995). Kandungan nilai gizi bungkil kelapa dapat dilihat pada Tabel

11 berikut.

Tabel 11. Kandungan nutrisi bungkil kelapa

Kandungan Zat

Kadar Zat

Bahan kering (%) Protein kasar (%) TDN (%) Serat kasar (%) Lemak kasar (%)

84.40 a
21.00 a 81.30 b 15.00 a
1.80 a

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008)

b. NRC (1995)

Universitas Sumatera Utara

Pembuatan Tepung Ikan Menurut Rasidi (1997) tepung ikan dibuat dengan proses langkah
sederhana. Pertama, ikan dipilih yang mengandung sedikit lemak atau yang tidak berlemak. Ikan dapat juga diperoleh dari sisa hasil olahan, selanjutnya dibersihkan dari kotoran yang masih ikut tercampur, dicuci kemudian direbus kurang lebih 30 menit. Kedua, dipres ikan yang telah masak pada saat masih panas untuk mengeluarkan lemak dan air. Lemak dan air ditampung kemudian diendapkan. Hasil endapan berupa daging yang hancur dicampurkan kembali dengan ampas daging yang telah dipres. Lemak yang masih tercampur dengan air dapat diolah menjadi minyak ikan. Ketiga, dicincang bahan baku yang berukuran besar sehingga mempercepat proses pengeringan. Giling cincangan ikan yang telah kering kemudian diayak agar diperoleh hasil tepung ikan yang halus.
Tepung ikan di pasaran berasal dari hasil olahan industri pabrik tepung ikan dan industri kecil yang keduanya berbeda baik secara pengolahan, peralatan maupun mutu produk. Pada industri kecil/rumah tepung ikan diolah dengan cara dan peralatan yang sederhana (Sunarya, 1998). Adapun prinsip dasar pengolahan tepung ikan adalah pengukusan, pengepresan, pengeringan dan penggilingan. Pengukusan
Bahan baku dikukus terlebih dahulu agar protein terkoagulasi sehingga air dan minyak dikeluarkan. Pengukusan merupakan tahap menentukan dalam pengolahan tepung ikan. Tingkat pengukusan harus tepat, sehingga seluruh bahan mentah akan menggumpal (terkoagulasi). Jika tidak terjadi penggumpalan total maka akan dihasilkan press cake dengan kadar air dan lemak yang masih tinggi. Akibatnya pemisahan minyak dari cairan juga sukar. Tujuan pengukusan agar
Universitas Sumatera Utara

terjadi proses denaturasi protein daging dan pemecahan sel-sel daging ikan sehingga air dan minyak mudah diperas keluar. Selain itu pengukusan dimaksudkan untuk menghambat kegiatan enzim dan pertumbuhan mikroba penyebab pembusukan (Departemen Pertanian, 1987). Pengepresan
Pengepresan dilakukan untuk memisahkan antara padatan dan cairan (air dan minyak). Pada pengepresan diperkirakan akan menurunkan kadar air menjadi 50 % dan kadar minyak 4-5%. Pada industri kecil/rumah tangga pengepresan dilakukan dengan cara dinjak-injak. Hal tersebut dapat mengakibatkan tepung ikan menjadi kotor dan pengeluaran air menjadi tidak sempurna serta mudah diserang serangga, jamur karena kadar air dan lemak masih tinggi, warna dan bau akan cepat berubah sehingga mutu tepung ikan cepat turun (Saleh, 1990). Pengeringan
Pengeringan bahan padatan yang didapat kemudian dikeringkan. Pada industri tepung ikan skala besar pengeringan dilakukan dengan dua cara yaitu pengeringan secara langsung dan tidak langsung. Pengeringan langsung dilakukan dengan cara preess cake kedalam ruangan yang dialiri udara panas 5000C. Keuntungan cara ini adalah cepat, namun panas yang berlebihan akan merusak kandungan nutrisi bila tidak dikontrol dengan baik. Cara pengeringan tidak langsung dengan memanaskan bahan yang dipress (pada conveyor) dalam silinder yang diselimuti uap panas, pengeringan dilakukan sampai kadar air mencapai 69%. sedangkan pada industri kecil, pengeringan dilakukan dengan sinar matahari (Sunarya, 1988).
Universitas Sumatera Utara

Penggilingan Penggilingan dan penepungan bahan yang telah dikeringkan selanjutnya
digiling dan ditepungkan dengan alat penepung dan dilakukan pengepakan ke dalam kantung plastik. Selama penggudangan dan distribusi mungkin terjadi proses oksidasi minyak (lemak) yang dapat berakibat terjadi ketengikan dan perubahan warna. Untuk mencegahnya dapat ditambahkan antioksidan misalnya ethoxyginin anatar 200-1000 mg/kg tepung ikan (Saleh, 1990).
Konsumsi Ransum Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan
apabila bahan pakan tersebut diberikan secara ad libitum. Jumlah konsumsi pakan merupakan faktor penentu paling penting dalam menentukan jumlah nutrien yang didapat oleh ternak dan pengaruh terhadap tingkat produksi (Parakkasi, 1999).
Konsumsi pakan yang rendah akan menyebabkan kekurangan zat makanan yang dibutuhkan ternak dan akibatnya akan menghambat pertumbuhan lemak dan daging. Apabila kebutuhan untuk hidup pokok sudah terpenuhi, kelebihan gizi yang dikonsumsi akan ditimbun sebagai jaringan lemak dan daging (Anggorodi, 1994).
Menurut Piliang (2000) yang menyatakan bahwa konsumsi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah palatabilitas ransum, bentuk fisik ransum, bobot badan, jenis kelamin, temperatur lingkungan, keseimbangan hormonal dan fase pertumbuhan.
Suhu yang tinggi juga dapat menyebabkan nafsu makan menurun dan meningkatnya konsumsi air minum. Hal ini mengakibatkan otot-otot daging lambat membesar sehingga daya tahannya juga menurun (Tillman et al., 1993).
Universitas Sumatera Utara

Pertambahan Bobot Badan Menurut Tillman et al., (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-
lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid. Willamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa rataan ayam kampung di daerah tropis sekitar 0,9 kg sampai 1,8 kg.
Tillman et al., (1991) menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas ransum yang diberikan menyangkut dengan tinggi rendahnya produksi dan kecepatan pertumbuhan yang sedang tumbuh. Kualitas ransum erat hubunganya dengan pemilihan bahan-bahan ransum makanan penguat. Laju pertumbuhan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik dimana berat tubuh awal fase penggemukaan berhubungan dengan berat dewasa (Tomaszewska et al., 1988). Kebutuhan asam amino dan protein pada ayam kampung dibutuhkan dalam meningkatkan pertambahan bobot badan, untuk hidup pokok dan pertumbuhan jaringan dan bulu (Wahju, 2004).
Konversi Ransum Konversi pakan merupakan pembagian antara konsumsi ransum dengan
pertambahan bobot badan yang dicapa