PENGARUH TAYANGAN PERINGATAN ATURAN PAKAI PADA IKLAN OBAT BEBAS DI TELEVISI TERHADAP SIKAP PEMIRSA DALAM MENGONSUMSI OBAT BEBAS (Studi Pada Warga Perumnas Way Halim)

(1)

ABSTRACT

INFLUENCE OF DISPLAY COMMEMORATION OF USAGE INSTRUCTION AT NONPRESCRIPTION DRUG ADVERTISEMENTS

ON TELEVISION TO VIEWERS ATTITUDE IN CONSUMING NONPRESCRIPTION DRUGS

( Study At Residents Of Perumnas Way Halim) By

YULI YABESY N

Drugs have special position in public because it’s needed to heal and increases public health. However, wrong usage, irrational and imprecise can be endanger public.

To protect public from possibility the wrong usage drugs, irrational and imprecise of promotion influence effect through advertisements, the government executes control and observation to distribution of drugs information, including drugs advertisements.

In drug advertisements, problem faced is relative complex because aspect considered not only concerning ethical criteria of advertising, but also concerning its risk-benefit to health and safety of wide public.

Therefore, content, structure and also advertising message format of drugs need to be designed correctly agate doesn't generate perception and interpretation which is wrong by public. Advertisement of nonprescription drugs on television must mention commemoration the order usage found on advertisement end of nonprescription drug with visualization of article “ BACA ATURAN PAKAI , JIKA SAKIT BERLANJUT HUBUNGI DOKTER” with brief duration. Purpose of commemoration displaying of order usage at advertisement of nonprescription drugs on television is that viewers obey order to use as described at packaging of the drugs, and contact doctors if pain suffered after consuming the drug continues. Respondents in this research are residents of Perumnas Way Halim. Purpose of this research is know whether there is or not influence from displaying commemoration of order usage nonprescription drugs at advertisement of nonprescription drugs on television to viewers attitude in Kelurahan Perumnas Way Halim in consuming nonprescription drugs after seeing displays commemoration of order usage nonprescription drug in advertisements of nonprescription drug in television.


(2)

program.

Based on result seems that: ( 1) Member Of Perumnas Way Halim has separate position in consuming nonprescription drug. This is visible from value intercept constantan 27,566. Mean otherwise there are displays commemoration of order usage drug at advertisement of nonprescription drugs in television hence viewers attitude consisted of by cognate aspect, affective and conative in consuming nonprescription drugs is 27,566.

(2). There is weak influence of displaying commemoration of order usage at advertisement of nonprescription drugs on television to the viewers attitude in consuming nonprescription drug 5,3 %. Visible from number R square obtained that is 0,053. While 94,7% must be explained by other factors of which are not examined in this research.


(3)

ABSTRAK

PENGARUH TAYANGAN PERINGATAN ATURAN PAKAI PADA IKLAN OBAT BEBAS DI TELEVISI TERHADAP SIKAP PEMIRSA

DALAM MENGONSUMSI OBAT BEBAS (Studi Pada Warga Perumnas Way Halim)

Oleh

YULI YABESY N

Obat mempunyai kedudukan yang khusus dalam masyarakat karena merupakan produk yang diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Namun demikian, penggunaan yang salah, tidak tepat dan tidak rasional dapat membahayakan masyarakat. Untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan penggunaan obat yang salah, tidak tepat dan tidak rasional akibat pengaruh promosi melalui iklan, pemerintah melaksanakan pengendalian dan pengawasan terhadap penyebaran informasi obat, termasuk periklanan obat. Dalam periklanan obat, masalah yang dihadapi relatif kompleks karena aspek yang dipertimbangkan tidak hanya menyangkut kriteria etis periklanan, tetapi juga menyangkut manfaat-resikonya terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat luas. Oleh karena itu isi, struktur maupun format pesan iklan obat perlu dirancang dengan tepat agat tidak menimbulkan persepsi dan interprestasi yang salah oleh masyarakat luas. Iklan obat bebas di televisi harus mencantumkan peringatan aturan pakai yang terdapat pada akhir iklan obat bebas dengan visualisasi tulisan BACA ATURAN PAKAI , JIKA SAKIT BERLANJUT HUBUNGI DOKTER” dengan durasi yang singkat. Tujuan penayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi adalah agar pemirsa mematuhi aturan pakai yang tertera pada kemasan obat tersebut, dan untuk menghubungi dokter jika sakit yang diderita setelah mengonsumsi obat tersebut berlanjut.

Masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah warga Perumnas Way Halim. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari tayangan peringatan aturan pakai obat bebas pada iklan obat bebas di televisi terhadap sikap masyarakat di Kelurahan Perumnas Way Halim dalam mengonsumsi obat bebas setelah melihat tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi.


(4)

menggunakan regresi linear sederhana dengan bantuan program SPSS 13.0.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa: (1) Warga Perumnas Way Halim memiliki sikap tersendiri dalam mengonsumsi obat bebas. Hal ini dapat dilihat dari nilai constanta intercept sebesar 27,566. Artinya jika tidak ada tayangan peringatan aturan pakai obat pada iklan obat bebas di televisi maka sikap pemirsa yang terdiri dari aspek kognitif, afektif dan konatif dalam mengonsumsi obat bebas adalah sebesar 27,566.

(2). Terdapat pengaruh yang lemah dari tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi terhadap sikap pemirsa dalam mengonsumsi obat bebas sebesar 5,3 %. yang dapat dilihat dari angka Rsquare yang diperoleh yaitu sebesar 0,053. Sedangkan 94,7% harus dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(5)

I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu karakteristik manusia adalah bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah salah satu kegiatan manusia yang terpenting dan dapat di lakukan di mana saja (di sekolah, di rumah, kantor,dan lain-lain ), oleh karena itu komunikasi hampir menyentuh semua aspek kehidupan manusia. Manusia tidak hanya memiliki kemampuan untuk mengirim dan

menerima pesan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menciptakan,

menganalisa dan mengubah pola-pola dalam berkomunikasi. Sebagian dari proses komunikasi dilaksanakan melalui suatu media komunikasi dan salah satu dari media komunikasi tersebut berupa televisi. Televisi merupakan media massa yang bersifat umum, menimbulkan keserempakan, serta komunikannya heterogen dan anonim ( Effendi,1990:22-25 ). Media audio-visual yang paling mampu

menampilkan pesan yang paling menarik.Televisi adalah salah satu media yang dianggap paling berpengaruh dalam mempersuasi khalayak, selain itu

jangkauannnya ( coverage ) paling luas serta mayoritas masyarakat sudah memilikinya ( Kuswandi W,1996:V).

Iklan merupakan bentuk komunikasi yang di sajikan melalui televisi, dan iklan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran (Jefkins,1998:15).


(6)

Situasi periklanan di Indonesia saat ini makin berkembang pesat, hal ini di dukung dengan makin banyaknya stasiun televisi swasta di Indonesia. Selain TVRI

dewasa ini telah banyak bermunculan televisi swasta, di antaranya adalah : Indosiar, RCTI, TPI, SCTV, Trans TV, Trans 7, MetroTv dan masih banyak lainnya.

Iklan-iklan yang telah di tayangkan oleh berbagai media tersebut tertuju pada suatu sasaran atau target market dari suatu objek yang diiklankan, dan target market dari iklan yang telah ditayangkan adalah masyarakat yang nantinya di harapkan dapat menjadi konsumen produk yang di iklankan.

Iklan adalah salah satu bentuk komunikasi yang menggunakan bermacam-macam sarana tanda dengan maksud mempengaruhi masyarakatnya ( audience ), dan agar tujuan utama dibuatnya suatu iklan dapat tercapai, misalnya agar penjualan dari produk yang diiklankan dapat meningkat (Jefkins,2000;15). Salah satu iklan yang dapat kita lihat ditelevisi adalah iklan obat bebas seperti obat flu, obat batuk, obat nyeri kepala dan demam. Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk

mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Obat ada yang bersifat tradisional seperti jamu, obat herbal dan ada yang telah melalui proses kimiawi atau fisika tertentu serta telah di uji khasiatnya. Yang terakhir inilah yang lazim dikenal sebagai obat. Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau khasiatnya bisa kita dapatkan (www.litbang.depkes.go.id, 2008)

Menurut pengertian umum,obat dapat didefinisikan sebagai bahan yang menyebabkan perubahan dalam fungsi biologis melalui proses kimia.


(7)

Sedangkan definisi yang lengkap, obat adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan (1) pengobatan, peredaan, pencegahan atau diagnosa suatu penyakit, kelainan fisik atau gejala-gejalanya pada manusia atau hewan; atau (2) dalam pemulihan, perbaikan atau pengubahan fungsi organik pada manusia atau hewan. Obat dapat merupakan bahan yang disintesis di dalam tubuh (misalnya : hormon, vitamin D) atau merupakan merupakan bahan-bahan kimia yang tidak disintesis di dalam tubuh (www.ptphapros.co.id, 2008)

Obat mempunyai kedudukan yang khusus dalam masyarakat karena merupakan produk yang diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

masyarakat. Namun demikian, penggunaan yang salah, tidak tepat dan tidak rasional dapat membahayakan masyarakat. Untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan penggunaan obat yang salah, tidak tepat dan tidak rasional akibat pengaruh promosi melalui iklan, pemerintah melaksanakan pengendalian dan pengawasan terhadap penyebaran informasi obat, termasuk periklanan obat. Dalam periklanan obat, masalah yang dihadapi relatif kompleks karena aspek yang dipertimbangkan tidak hanya menyangkut kriteria etis periklanan, tetapi juga menyangkut manfaat-resikonya terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat luas. Oleh karena itu isi, struktur maupun format pesan iklan obat perlu dirancang dengan tepat agat tidak menimbulkan persepsi dan interprestasi yang salah oleh masyarakat luas. Penulis memilih iklan obat bebas yang ada di televisi karena obat bebas saat ini di konsumsi oleh hampir seluruh lapisan masyarakat sebagai

pertolongan pertama ketika terserang penyakit dengan gejala ringan, seperti flu, nyeri,demam, dan batuk.


(8)

Secara umum iklan obat harus mengacu pada "Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia", tetapi khusus untuk hal-hal yang bersifat teknis medis, maka penerapannya harus didasarkan pada pedoman berikut ini.

1) Obat yang dapat diiklankan kepada masyarakat adalah obat yang sesuai peraturan perundang-undangnan yang berlaku tergolong dalam obat bebas atau obat bebas terbatas, kecuali dinyatakan lain.

2) Obat dimaksud dalam butir (1) dapat diiklankan apabila telah mendapat nomor persetujuan pendaftatan dari Departemen Kesehatan RI

3) Iklan obat dapat dimuat di media periklanan setelah rancangan iklan tersebut disetujui oleh Departemen Kesehatan RI.

Nama obat yang dapat diiklankan adalah nama yang disetujui dalam pendaftaran.

4) Iklan obat hendaknya dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk pemilihan penggunaan obat bebas secara rasional.

5) Iklan obat tidak boleh mendorong penggunaan berlebihan dan penggunaan terus menerus.

6) Informasi mengenai produk obat dalam iklan harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam pasal 41 ayat (2) Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan sebagai berikut:

a. Obyektif: harus memberikan informasi sesuai dengan kenyataan yang ada dan tidak boleh menyimpang dari sifat kemanfaatan dan keamanan obat yang telah disetujui.

b. Lengkap: harus mencantumkan tidak hanya informasi tentang khasiat obat, tetapi juga memberikan informasi tentang hal-hal yang harus diperhatikan,


(9)

misalnya adanya kontra indikasi dan efek samping.

c. Tidak menyesatkan: informasi obat harus jujur, akurat, bertanggung jawab serta tidak boleh memanfaatkan kekuatiran masyarakat akan suatu masalah kesehatan. Disamping itu, cara penyajian informasi harus berselera baik dan pantas serta tidak boleh menimbulkan persepsi khusus di masyarakat yang mengakibatkan penggunaan obat berlebihan atau tidak berdasarkan pada kebutuhan.

d. Iklan obat tidak boleh ditujukan untuk khalayak anak-anak atau

menampilkan anak-anak tanpa adanya supervisi orang dewasa atau memakai narasi suara anak-anak yang menganjurkan penggunaan obat.

e. Iklan obat tidak boleh menggambarkan bahwa keputusan penggunaan obat diambil oleh anak-anak.

f. Iklan obat tidak boleh diperankan oleh tenaga profesi kesehatan atau aktor yang berperan sebagai profesi kesehatan dan atau menggunakan "setting" yang beratribut profesi kesehatan dan laboratorium. Iklan obat tidak boleh

memberikan pernyataan superlatif, komparatif tentang indikasi, kegunaan/manfaat obat.

7) Iklan obat tidak boleh

a. Memberikan anjuran dengan mengacu pada pernyataan profesi kesehatan mengenai khasiat, keamanan dan mutu obat (misalnya, "Dokter saya

merekomendasi…)

b. Memberikan anjuran mengenai khasiat, keamanan dan mutu obat yang dilakukan dengan berlebihan.


(10)

8) Iklan obat harus memuat anjuran untuk mencari informasi yang tepat kepada profesi kesehatan mengenai kondisi kesehatan tertentu.

9) Iklan obat tidak boleh menunjukkan efek/kerja obat segera sesudah penggunaan obat.

10) Iklan obat tidak menawarkan hadiah ataupun memberikan pernyataan garansi tentang indikasi, kegunaan/manfaat obat

Iklan Obat harus mencantumkan spot peringatan perhatian sebagai berikut: - BACA ATURAN PAKAI

JIKA SAKIT BERLANJUT, HUBUNGI DOKTER

Kecuali untuk iklan vitamin spot peringatan perhatian sebagai berikut: BACA ATURAN PAKAI

11) Ketentuan minimal yang harus dipenuhi oleh spot peringatan perhatian dalam butir (15) adalah sebagai berikut:

a. Untuk Media Televisi : Spot iklan harus dicantumkan dengan tulisan yang jelas terbaca pada satu screen/gambar terakhir dengan ukuran minimal 30% dari screen dan ditayangkan minimal 3 detik.

b. Untuk Media Radio: Spot iklan harus dibacakan pada akhir iklan dengan jelas dan dengan nada suara tegas.

c. Untuk Media Cetak: Spot dicantumkan dengan ketentuan sebagai berikut: BACA ATURAN PAKAI

JIKA SAKIT BERLANJUT, HUBUNGI DOKTER


(11)

Jenis Huruf (font) : Helvetika, Medium Ukuran Huruf : 18 pts

Jarak Baris (leading) : 18 (100%) Profesional Jarak Kata (letter spacing) : Normal (100%) Jarak Huruf (work spacing) : Normal (0%) (www.pppi.or.id, 2008)

Pada setiap iklan obat bebas di televisi terdapat tayangan peringatan aturan pakai. Tayangan tersebut terdapat pada akhir iklan dengan durasi 1-3 detik, dengan kontras warna pola latar putih dan tulisan hitam.

Tayangan berupa visualisasi tulisan :

Gambar 1. Tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi.

Variabel yang dijadikan penelitian adalah sikap. Sikap adalah kecenderungan memberikan tanggapan pada suatu objek baik disenangi atu tidak disenangi secara konsisten. Sikap merupakan satu bentuk efek proses komunikasi di mana pesan diterima melalui sensasi, persepsi, evaluasi dan bagaimana tindakan yang di lakukan setelah menerima pesan dan terbentuk dari pengetahuan tentang tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi. Sikap yang terbentuk setelah menerima pesan terbagi menjadi tiga komponen yaitu kognitif, afektif dan konatif.

BACA ATURAN PAKAI


(12)

Pada penelitian ini penulis membatasi iklan yang diteliti adalah iklan obat bebas berupa obat flu, obat demam, nyeri kepala, dan batuk . Hal ini di karenakan jenis obat tersebut paling sering dikonsumsi masyarakat ketika menderita penyakit dengan gejala-gejala ringan sesuai dengan ketegori obat tersebut. Selain itu, penyakit tersebut adalah penyakit yang paling umum di derita masyarakat. Penulis juga membatasi stasiun televisi yang menayangkan iklan obat bebas yang diteliti adalah Trans tv dan Trans 7. Hal ini dikarenakan kedua stasiun televisi tersebut yang paling sering menayangkan iklan obat bebas yaitu sekitar 6-10 kali dalam satu hari. Selain itu, hal ini mempermudah penulis dalam melakukan penelitian karena kedua stasiun televisi tersebut berada pada satu grup kepemilikan.

Penelitian ini dilakukan pada masyarakat yang berdomisili di kelurahan Perumnas Way Halim. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan di daerah ini hanya terdapat dua apotik ( prariset tahun 2009), sedangkan jumlah penduduk Perumnas Way Halim 12.225 orang (monografi Kelurahan Perumnas Way Halim tahun 2008). Dengan jumlah apotik yang hanya ada dua, kemungkinan

masyarakat untuk mengonsumsi obat bebas yang dapat dengan mudah di peroleh di warung tentunya cukup tinggi. Selain itu, berdasarkan prariset yang telah penulis lakukan, belum pernah di lakukan penelitian dengan kajian yang sama pada masyarakat Kelurahan Perumnas Way Halim.


(13)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

“Apakah Tayangan Peringatan Aturan Pakai Pada Obat Bebas Dapat Mempengaruhi Sikap Masyarakat Dalam Mengonsumsi Obat Bebas?”

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan :

Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi terhadap sikap masyarakat di kelurahan Perumnas Way Halim dalam mengonsumsi obat bebas

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penulisan ini yaitu :

1. Secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

pengembangan konsep pengaruh tayangan iklan televisi terhadap sikap masyarakat sebagai pemirsa iklan dalam konteks Ilmu Komunikasi. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan dalam upaya pembinaan dan pengawasan industri farmasi berkaitan dengan keterangan yang wajib tercantum pada kemasan obat bebas dan penayangan iklan obat bebas.


(14)

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Pengaruh

Pengaruh menurut Stuart(dalam Mcquail D.1996:41), mengatakan bahwa pengaruh adalah perbedaan apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan

sebelum dan sesudah menerima pesan. Hal senada juga diungkapkan oleh Schram dan Robert bahwa perubahan perilaku manusia yang terjadi setelah diterpa media massa (dalam Rakhmat J.,2001:218), kemudian Steven (dalam Rakhmat

J.,2001:219 ), mengatakan bahwa perubahan yang terjadi dalam diri khalayak komunikasi massa-penerimaan informasi, perubahan perasaan atau sikap dan perubahan perilaku.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:849) pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak,

kepercayaan, atau perbuatan seseorang.

De Fleur dalam Hafied Cangara (1998:26) mendefinisikan pengaruh sebagai perbedaan antara yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini biasanya terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang.


(15)

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud pengaruh dalam penelitian ini adalah kekuatan atau daya dari sesuatu (orang atau benda) yang dapat merubah apa yang ada sebelum dan sesudah menerima pesan. Jika mengacu pada judul maka pengaruh yang di maksud adalah pengaruh yang berasal dari tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi sebagai media massa yang menstimuli pesan kepada masyarakat sebagai pemirsa iklan obat bebas terhadap sikap pemirsa dalam mengonsumsi obat bebas.

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

Komunikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:585) adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami ; hubungan ; kontak.

Komunikasi adalah proses kegiatan manusia yang diungkapkan melalui bahasa lisan dan tulisan, gambar-gambar, isyarat, bunyi-bunyian dan bentuk kode lain yang mengandung arti dan dimengerti oleh orang lain(Gunadi,Y.S, 1998:69).

Komunikasi setiap hari dilakukan oleh manusia baik dengan Sang Pencipta, sesama manusia, bahkan dengan dirinya sendiri. Komunikasi dapat mempererat hubungan bila dilakukan dengan harmonis, namun dapat menimbulkan konflik bila komunikasi yang terjadi tidak harmonis.

Komunikasi memiliki banyak bentuk, yaitu : komunikasi intrapersonal,

komunikasi interpersonal, komunikasi massa, komunikasi organisasi, komunikasi kelompok, dan sebagainya.


(16)

Dalam komunikasi ada 4 teknik, yaitu : komunikasi informatif, komunikasi persuasif, komunikasi instruktif/koersif, dan hubungan manusiawi (Effendy,2002: 8). Dalam penelitian ini, komunikasi yang dilakukan melakukan teknik

komunikasi persuasif karena dalam proses komunikasinya terdapat banyak informasi yang besifat himbauan, dari komunikator terhadap komunikan.

2.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa

Komunikasi massa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:585) adalah penyebaran informasi yang dilakukan oleh suatu kelompok sosial tertentu kepada pendengar atau khalayak yang heterogen serta tersebar di mana-mana.

Menurut Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986), sesuatu bisa didefinisikan sebagai komunikasi massa jika mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk

menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar.

2. komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi yang lain. 3. pesan adalah milik publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan

diterima oleh banyak orang.

4. sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak


(17)

berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan, bukan organisasi sukarela atau nirlaba.

5. komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penapis informasi). Artinya pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda ( Nurudin, 2007:8-9).

Maletzke ( dalam Rakhmat, 2005:188) menghimpun banyak definisi komunikasi, diantaranya :

1. Komunikasi massa kita artikan setiap bentuk komunikasi yang

menyampaikan pernyataan secara terbuka melaui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar.

2. komunikasi massa dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa bagian khusus individu atau sebagian khusus populasi. Komuniksai massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar supaya komunikasi itu dapat mencapai saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat. 3. Bentuk baru komunikasi dapat di bedakan dari corak-corak yang lama

karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut: diarahkan kepada khalayak yang relatif besar, heterogen, dan anonim; pesan di sampaikan secara terbuka, sering kali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas; komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar.


(18)

Berdasarkan uraian di atas, komunikasi massa dapat di artikan sebagai jenis komunikasi yang di tujukan kepada khalayak luas, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga khalayak menerima pesan secara serentak.

2.3.1 Media Massa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(2005:726), media massa adalah sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas.

Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen (KBBI

2005:726). Bentuk media massa antara lain televisi, radio, surat kabar, majalah, tabloid, buku, internet, dan lain-lain.

Dalam bukunya Effendy(1991:62) mendefinisikan media massa sebagai media komunikasi yang mampu menjangkau khalayak dalam jumlah besar, heterogen, anonim, terpencar-pencar, serta bagi komunikator yang menyebarkan pesannya bersifat abstrak.

Media Massa memiliki banyak fungsi. Saat kita membicarakan fungsi media massa, maka itu artinya kita membicarakan fungsi komunikasi massa karena media massa dan komunikasi massa berjalan seiring dan merupakan satu paket. Alexis S. Tan dalam Nurudin memperjelas fungsi-fungsi komunikasi massa/fungsi media massa dalam tabel :


(19)

Tabel 1 : Fungsi-Fungsi Media Massa No. Tujuan Komunikator

(Penjaga Sistem)

Tujuan Komunikan

(Menyesuaikan diri pada sistem : pemuas kebutuhan)

1 Pemberi informasi Mempelajari ancaman dan peluang, memahami lingkungan, menguji kenyataan, meraih keputusan.

2 Mendidik Memperoleh pengetahuan dan

keterampilan yang berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya, mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.

3 Mempersuasi Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.

4 Menyenangkan, memuaskan kebutuhan komunikan

Menggembirakan, mengendorkan urat saraf, menghibur, dan mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi.

(Nurudin, 2007:8-9)

Media massa merupakan salah satu media yang memiliki efek persuasif paling tinggi(Davison,1976:172). Pemikiran terpenting mengenai efek media massa adalah bahwa masyarakat modern, audience, menjadi tergantung pada media massa sebagai sumber informasi bagi pengetahuan tentang dan orientasi kepada apa yang terjadi dalam masyarakatnya. Kajian mengenai efek media massa di rumuskan sebagai berikut:

 Cognitive; menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pemebentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan atu penjelasan nilai-nilai.


(20)

 Afective; menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.

 Behavioural; mengaktifkan, menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya (Bungin,2006).

2.3.2 Media Televisi

Televisi adalah sebuah pesawat elektronis yang merupakan gabungan antara audio (broadcast) dan film (visual/moving picture) yang dapat menerima pesan yang dipancarkan oleh stasiun pemancar televisi. Televisi lahir setelah adanya penemuan teknologi; telepon, telegraf, fotografi, dan rekaman suara (McQuail D.,1996:15).

Media televisi merupakan media komunikasi yang terpopuler dan di gemari khalayak. Benda berbentuk kotak dengan kemampuan audio-visual ini sejak tahun 1980 (terutama di perkotaan) telah menggeser popularitas radio yang sebelumnya amat digemari. Media televisi tidak hanya sebuah benda mati, tetapi sebuah

showbiz yang penuh dengan kreasi yang mampu mengangkat dirinya dan menghipnotis publik (Bungin B.,2001:64).

Berdasarkan uraian di atas, media televisi adalah alat atau media komunikasi yang berfungsi sebagai penerima (receiver) pesan berupa audio-visual untuk


(21)

2.4 Tinjauan Tentang Iklan

Menurut Bovee (dalam Bungin B.,2001:123), iklan adalah sebuah proses

komunikasi yang terdapat orang sebagai sumber ide iklan, media sebagai medium, dan audiens, kemudian menurut John Rossiter dan Larry Percy mengatakan bahwa iklan adalah proses persuasi tidak langsung di mana iklan didasari oleh informasi tentang keuntungan produk atau jasa yang didesain untuk menciptakan kesan yang menyenangkan sehingga dapat merubah pikiran khalayak.

Iklan merupakan terjemahan dari kata re-clamare yang berasal dari bahasa Perancis yaitu meneriakkan berulang-ulang (Sutisna S.,2000:86).

Senada dengan definisi yang di utarakan oleh Uyung Sulaksana (2003:90), bahwa iklan adalah semua bentuk presentasi non-personal yang mempromosikan

gagasan, barang, atau jasa yang dibiayai pihak tertentu.

Lalu, menurut Freddy Rangkuti (1997:137) agar menghasilkan iklan yang baik, hal yang perlu diperhatikan, yaitu: Perhatian (attention), minat (interest), kebutuhan dan keinginan (desire) dan tindakan (action).

Mengacu pada uraian di atas, iklan adalah salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran, dimana pesan yang di sampaikan bersifat persuasif dan di tujukan kepada khalayak luas, heterogen, anonim secara serempak.

2.4.1 Jenis-Jenis Iklan

Secara garis besar, iklan dapat di golongkan menjadi tujuh kategori pokok, yaitu : 1. Iklan konsumen

Iklan-iklan yang termasuk dalam iklan konsumen adalah (a) iklan barang-barang konsumen seperti bahan makanan, shampo, sabun, dan sebagainya,


(22)

(b) iklan barang-barang tahan lama seperti bangunan, mobil, perhiasan dan sebagainya, bersama dengan (c) iklan jasa konsumen.

2. Iklan bisnis ke bisnis (iklan antar bisnis)

Kegunaan dari iklan antar bisnis adalah mempromosikan barang dan jasa non konsumen. Artinya, baik pemasang atau sasaran iklan sama-sama perusahaan. Produk yang diiklankan adalah barang yang antara harus diolah atau menjadi undur produksi. Contohnya adalah pengiklan bahan-bahan mentah, komponen, suku cadang, fasilitas pabrik, dan lain-lain. 3. Iklan perdagangan

Iklan perdagangan secara khusus ditujukan kepeda distributor, pedagang-pedagang kuakan besar, para agen, eksportir/importir, dan para pedagang-pedagang besar dan kecil. Barang-barang diiklankan adalah barang-barang untuk di jual kembali.

4. Iklan eceran

Iklan eceran adalah jenis iklan unik yang karakteristiknya berada di antara iklan perdagangan dan iklan barang konsumen. Salah satu contohnya adalah iklan-iklan yang di lancarkan oleh pasar swalayan atau toko-toko serba ada berukuran besar. Iklan ini dibuat dan disebarluaskan oleh pihak pemasok atau perusahaan/pabrik pembuat produk, dan iklan itu biasanya ditempatkan di semua lokasi yang menjual produk tadi kepada konsumen. 5. Iklan keuangan

Secara umum bisa di katakan bahwa iklan keuangan meliputi iklan-iklan untuk bank, jasa tabungan asuransi, dan investasi.


(23)

7. Iklan lowongan kerja

Iklan jenis ini bertujuan untuk merekrut calon pegawai, seperti anggota polisi, angkatan bersenjata, perusahaan swasta, dan badan-badan umum lainnya(Jefkins,1997:39).

Menurut Burhan Bungin (2001:126), terdapat dua kategori iklan secara umum, yaitu:

1. Iklan komersial : iklan yang semata-mata di tujukan untuk kegiatan komersial dengan harapan apabila iklan di tayangkan maka produsen akan memperoleh keuntungan.

2. Iklan Layanan Masyarakat : iklan yang semata-mat5a ditujukan untuk kepentingan umum ( non-komersial), seperti penerangan umum atau himbauan.

Lebih lanjut, Bovee ( dalam Bungin 2001:25) mengklasifikasikan iklan menjadi : 1. Target audiens : sasaran yang ingin di capai ( pemakai/konsumen, industri,

perdagangan, profesional dan agraris).

2. Wilayah geografis : cakupan iklan ( internasional, nasional atau lokal) 3. Penggunaan media : televisi, radio, koran billboard dan media lainnya. 4. Tujuan : komersil, non-komersil.

2.4.2 Periklanan sebagai komunikasi persuasif

Iklan sebagai sarana komunikas antara produsen dan konsumen merupakan komunikasi yang bersifat persuasif. Artinya bahwa iklan bertujuan untuk membujuk atau merayu target audience dengan cara dan maksud yang baik. Situasi dalam iklan tercermin upaya untuk mengubah tingkah laku orang lain


(24)

melalui penyampaian beberapa pesan, dan iklan ini dapat di katakan telah memiliki sifat persuasif.

Persuasif adalah seni dan ilmu tentang penggunaan himbauan yang ekstra logis untuk menjamin keputusan(Uchjana,1981:87).

Dalam komunikasi persuasif banyak ahli mengemukakan pendekatan (approach) terhadap kegiatan komunikasi persuasif mempunyai kecenderungan yang sama,

yaitu mengenai tahapan yang di sebut “A-A Procedure” atau From attention to action Procedure”(Sanyoto, 1996:12-13).

A-A Procedure adalah proses pentahapan komunikasi persuasif mulai dari usaha membangkitkan perhatian (attention) kemudian berusaha menggerakkan

seseorang atau banyak orang agar melakukan kegiatan (action) seperti yang di harapkan. A-A procedure ini kemudian di rumuskan dengan rumusan klasik AIDA yang penjabarannya adalah :

A = Attention = perhatian

I = Interest = ketertarikan atau minat D = Desire = keinginan atau hasrat A = Action = tindakan atau perbuatan

Sedangkan penjelasan tentang penerapan rumus AIDA dalam iklan :

1. Attention di bebankan pada judul (headline) dan visualisasi ilustrasi yang merupakan bentuk verbal-visual ( kata /perkataan, dan gambar yang menggambarkan kata)

2. Interest di bebankan pada terpelihara attention agar dapat memaksa target


(25)

3. Desire di bebankan pada body copy, di mana body copy ini harus di susun sedemikian rupa sehingga dapat menggugah hasrat atau keinginan orang. 4. Action di bebankan pada teks body copy penutup, misalnya dengan kalimat

penutup, atau bentuk kalimat lain yang dapat menggerakkan orang untuk

bertindak. Dalam hal ini yaitu teks “ BACA ATURAN PAKAI , JIKA SAKIT BERLANJUT HUBUNGI DOKTER” (Sanyoto,1996:12-13). Periklanan sebagai sarana komunikasi antara produsen dan konsumen harus bersifat persuasif, artinya bahwa periklanan bertujuan untuk membujuk atau merayu target (audience) dengan maksud yang baik. Dengan kata lain periklanan bertujuan untuk mempengaruhi orang dan mengubah sikap perilaku seseorang berkaitan dengan pesan-pesan yang dilihatnya dalam sebuah iklan.

Dari berbagai definisi di atas dapat di ambil suatu pengertian bahwa iklan diharapkan dapat memperoleh tanggapan positif masyarakat, dikarenakan pesan yang disampaikan dalam sebuah iklan tidak semata-mata untuk menjual produk tapi juga diciptakan untuk memotivasi dan pembentukan akan sikap dan

selanjutnya diharapkan peniruan yang dilakukan konsumen.

2.5 Tinjauan Tentang Obat

Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,

peningkatan kesehatan dan kontrasepsi (Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992).


(26)

Obat adalah semua zat, baik kimia maupun tumbuh-tumbuhan yang dalam dosis yang layak mampu mempengaruhi organ-organ tubuh agar berfungsi normal (Widjajanti,1989;25).

Dari definisi di atas, jelaslah apabila kita menggunakan obat dalam dosis yang berlebihan akan menjadi racun yang tidak kita inginkan atau setidak-tidaknya dapat menimbulkan gejala keracunan yang tidak kita kehendaki. Sebaliknya apabila kita menggunakan obat dalam dosis yang terlalu kecil (kurang dari dosisi terapi) dapat menimbulkan bahaya resistensi(kekebalan) dari penyakit tersebut. Dengan demikian, jelaslah bahwa mengonsumsi obat tidak boleh semaunya saja, melainkan harus menurut petunjuk dari dokter atau menurut aturan pakai yang tercantum pada etiket obat tersebut.

Hampir semua obat mempunyai lebih dari satu macam khasiat, dan di samping itu hampir semua macam obat mempunyai kerja ikutan yang tidak kita inginkan. Dalam dosis pengobatan, boleh dikatakan bahwa kerja ikutan itu tidak membahayakan. Akan tetapi apabila pemakaiannya melebihi dosis pengobatan dan dalam waktu yang cukup lama akan timbul gejala yang tidak kita inginkan.

2.5.1 Penggolongan Obat

Obat terdiri dari dua jenis, yaitu obat dalam dan obat luar. Yang di maksud dengan obat dalam secara umum adalah obat-obatan yang pemakaiannya melalui mulut(peroral/perenteral). Cara ini merupakan cara pemberian obat yang lebih praktis, mudah dan aman bila dibandingkan dengan pemberian obat melalui injeksi. Tetapi tidak semua obat bisa diberikan secara oral/melalui mulut.


(27)

Sedangkan yang di maksud dengan obat luar secara umum adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut, kerongkongan dan kearah lambung.

Pada pemberian obat melalui mulut, dari mulut obat akan turun menyusuri saluran pencernaan(lambung, usus halus dan usus besar). Di dalam saluran pencernaan ini obat akan larut oleh enzym-enzym yang ada di saluran pencernaan dan akan di serap oleh bagian-bagian tubuh(di absorpsi). Bentuk-bentuk obat pada umumnya berupa :

1. Tablet. Adalah sediaan Farmasi yang padat, berbentuk bundar pipih atau cembung rangkap. Bentuk ini paling banyak beredar di pasaran bila di bandingkan dengan bentuk-bentuk obat lainnya. Ini di sebabkan karena bentuk tablet ini adalah bentuk obat yang praktis dan ekonomis dalam produksi, penyimpanan dan pemakaiannya. Untuk pembuatan tablet ini selain diperlukan bahan obat,juga diperlukan zat tambahan/zat pembantu, misalnya: talk,amylum,magnesium,stearat, dan sebagainya.

2. Serbuk. Di dalam masyarakat dikenal dengan bentuk puyer. Sampai sekarang masih banyak resep dokter yang berbentuk puyer terutama untuk anak-anak. Ini disebabkan karena puyer merupakan bentuk obat kering yang paling mudah diberikan kepada anak-anak, mudah di telan dan juga memberikan efek terapi (efek pengobatan) yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan bentuk obat kering lainnya, misalnya bentuk tablet,pil dan kapsul.

3. Drasi (dragee) dan kaplet. Ini adalah bentuk tablet yang dibungkus dengan lapisan gula dan biasanya diberi zat warna yang menarik. Bentuk dragee


(28)

ini selain supaya bentuk lebih menarik juga untuk melindungi obat dari pengaruh kelembapan udara atau melindungi obat dari keasaman lambung. 4. Kapsul. Obat yang dimasukkan dalam suatu wadah yang di sebut cangkang. Cangkang ini mudah larut dalam sasluran pencernaan dan umumnya terbuat dari gelatin. Ukuran cangkang ini bemacam-macam dan dinyatakan dengan nomor kode. Yang paling besar berukuran 000. Yang paling kecil berukuran 5. Yang biasa dipakai dalam Industri Farmasi adalah kapsul yang berukuran 1 dan 2.

Keuntungan bentuk kapsul antara lain: a. Bentuknya lebih praktis dan menarik

b. Rasa pahit dan bau yang tidak enak dari obat dapat dihindarkan.

c. Bahan obat cepat hnacur dan larut di dalam perut sehingga dapat segera di absorpsi.

5. Obat cair atau minum. Bentuk obat ini bnayak digunakan terutama untuk anak-anak yang belum dapat menelan obat yang berbentuk padat (tablet,kapsul, dan sebagainya) dan bentuk obat ini juga lebih mudah diserap dalam saluran pencernaan. Bentuk cair ini yang paling banyak beredar di pasaran adalah berupa sirup, sebab rasanya manis. Kadang-kadang di beri essence yang rasanya seperti jeruk, apel, dan sebagainya sehingga di sukai oleh anak-anak.

6. Aerosol dan inhaler. Adalah bentuk obat yang di semprotkan/diisap masuk ke dalam saluran pernapasan dan paru-paru. Bentuk ini terutama digunakan untuk pengobatan sakit batuk, pilek dan asma (Widjajanti, 1989).


(29)

Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan menurut tingkat keamanannya yaitu : a. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter.

Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Parasetamol

b. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM

b. Obat Keras dan Psikotropika

K

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.

Contoh : Asam Mefenamat

Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Contoh : Diazepam, Phenobarbital


(30)

d. Obat Narkotika

Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin

Sebelum menggunakan obat, termasuk obat bebas dan bebas terbatas harus diketahui sifat dan cara pemakaiannya agar penggunaannya tepat dan aman. Informasi tersebut dapat diperbolehkan dari etiket atau brosur pada kemasan obat bebas dan bebas terbatas.

2.5.2 Informasi Kemasan, Etiket dan Brosur

Sebelum menggun akan obat, bacalah sifat dan cara pemakaiannya pada etiket, brosur atau kemasan obat agar penggunaannya tepat dan aman. Pada setiap brosur atau kemasan obat selalu dicantumkan:

• Nama obat • Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas)

• Komposisi • Perhatian

• Indikasi • Nama produsen

• Informasi cara kerja obat • Nomor batch/lot

• Aturan pakai • Nomor registrasi • Tanggal kadaluarsa

Nomor registrasi dicantumkan sebagai tanda ijin edar absah yang diberikan oleh pemerintah pada setiap kemasan obat.


(31)

2.5.3 Tanda peringatan

Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang

5 (lima) centimeter, lebar 2 (dua) centimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :

D.2.5. Cara Pemilihan Obat

Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan : a) Gejala atau keluhan penyakit

b) Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes mellitus dan lain lain.

c) Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu. d) Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat.

e) Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat dengan obat yang sedang diminum.P no. 1

f) Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan kepada Apoteker.

P no. 1 Awas! Obat Keras Bacalah aturan memakainya

P no. 4 Awas! Obat Keras Hanya untuk dibakar

P no. 5 Awas! Obat Keras Tidak boleh ditelan P no. 2

Awas! Obat Keras Hanya untuk dikumur, jangan

ditelan

P no. 6 Awas! Obat Keras Obat wasir, jangan ditelan P no. 3

Awas! Obat Keras Hanya untuk bagian luar


(32)

2.5.4 Cara Penggunaan Obat

a) Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.

b) Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur. c) Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, hentikan penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan dokter.

d) Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama. e) Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap, tanyakan kepada Apoteker.

Cara Pemakaian Obat Yang Tepat

Obat digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan, pada saat yang tepat dan dalam jangka waktu terapi sesuai dengan anjuran.

2.5.5 Iklan obat bebas

Obat mempunyai kedudukan yang khusus dalam masyarakat karena merupakan produk yang diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

masyarakat. Namun demikian, penggunaan yang salah, tidak tepat dan tidak rasional dapat membahayakan masyarakat. Iklan obat bebas di televisi adalah iklan komersial yang di tayangkan dengan cara produsen atau perusahaan farmasi membeli ruang iklan yang ada di televisi dengan proses administrasi tertentu dan bertujuan untuk mendapatkan atau meningkatkan penjualan produk.

Untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan penggunaan obat yang salah, tidak tepat dan tidak rasional akibat pengaruh promosi melalui iklan, pemerintah melaksanakan pengendalian dan pengawasan terhadap penyebaran informasi obat,


(33)

termasuk periklanan obat. Dalam periklanan obat, masalah yang dihadapi relatif kompleks karena aspek yang dipertimbangkan tidak hanya menyangkut kriteria etis periklanan, tetapi juga menyangkut manfaat-resikonya terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat luas. Oleh karena itu isi, struktur maupun format pesan iklan obat perlu dirancang dengan tepat agat tidak menimbulkan persepsi dan interprestasi yang salah oleh masyarakat luas.

Secara umum iklan obat harus mengacu pada "Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia", tetapi khusus untuk hal-hal yang bersifat teknis medis, maka penerapannya harus didasarkan pada pedoman ini.

A. UMUM

1. Obat yang dapat diiklankan kepada masyarakat adalah obat yang sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku tergolong dalam obat bebas atau obat bebas terbatas, kecuali dinyatakan lain.

2. Obat dimaksud dalam butir (1) dapat diiklankan apabila telah mendapat nomor persetujuan pendaftatan dari Departemen Kesehatan RI.

3. Iklan obat dapat dimuat di media periklanan setelah rancangan iklan tersebut disetujui oleh Departemen Kesehatan RI.

Nama obat yang dapat diiklankan adalah nama yang disetujui dalam pendaftaran. 4. Iklan obat hendaknya dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk pemilihan penggunaan obat bebas secara rasional.

5. Iklan obat tidak boleh mendorong penggunaan berlebihan dan penggunaan terus menerus.

6. Informasi mengenai produk obat dalam iklan harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam pasal 41 ayat (2) Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang


(34)

Kesehatan sebagai berikut:

a. Obyektif: harus memberikan informasi sesuai dengan kenyataan yang ada dan tidak boleh menyimpang dari sifat kemanfaatan dan keamanan obat yang telah disetujui.

b. Lengkap: harus mencantumkan tidak hanya informasi tentang khasiat obat, tetapi juga memberikan informasi tentang hal-hal yang harus diperhatikan, misalnya adanya kontra indikasi dan efek samping.

c. Tidak menyesatkan: informasi obat harus jujur, akurat, bertanggung jawab serta tidak boleh memanfaatkan kekuatiran masyarakat akan suatu masalah kesehatan. Disamping itu, cara penyajian informasi harus berselera baik dan pantas serta tidak boleh menimbulkan persepsi khusus di masyarakat yang mengakibatkan penggunaan obat berlebihan atau tidak berdasarkan pada kebutuhan.

d. Iklan obat tidak boleh ditujukan untuk khalayak anak-anak atau menampilkan anak tanpa adanya supervisi orang dewasa atau memakai narasi suara anak-anak yang menganjurkan penggunaan obat.

e. Iklan obat tidak boleh menggambarkan bahwa keputusan penggunaan obat diambil oleh anak-anak.

f. Iklan obat tidak boleh diperankan oleh tenaga profesi kesehatan atau aktor yang berperan sebagai profesi kesehatan dan atau menggunakan "setting" yang

beratribut profesi kesehatan dan laboratorium. Iklan obat tidak boleh memberikan pernyataan superlatif, komparatif tentang indikasi, kegunaan/manfaat obat. 7. Iklan obat tidak boleh :

a. Memberikan anjuran dengan mengacu pada pernyataan profesi kesehatan mengenai khasiat, keamanan dan mutu obat (misalnya, "Dokter saya


(35)

merekomendasi …..").

b. Memberikan anjuran mengenai khasiat, keamanan dan mutu obat yang dilakukan dengan berlebihan.

8. Iklan obat harus memuat anjuran untuk mencari informasi yang tepat kepada profesi kesehatan mengenai kondisi kesehatan tertentu.

9. Iklan obat tidak boleh menunjukkan efek/kerja obat segera sesudah penggunaan obat.

10. Iklan obat tidak menawarkan hadiah ataupun memberikan pernyataan garansi tentang indikasi, kegunaan/manfaat obat.

11. Iklan Obat harus mencantumkan spot peringatan perhatian sebagai berikut: - BACA ATURAN PAKAI

- JIKA SAKIT BERLANJUT, HUBUNGI DOKTER

Kecuali untuk iklan vitamin spot peringatan perhatian sebagai berikut: - BACA ATURAN PAKAI

12. Ketentuan minimal yang harus dipenuhi oleh spot peringatan perhatian dalam butir (15) adalah sebagai berikut:

a. Untuk Media Televisi : Spot iklan harus dicantumkan dengan tulisan yang jelas terbaca pada satu screen/gambar terakhir dengan ukuran minimal 30% dari screen dan ditayangkan minimal 3 detik.

b. Untuk Media Radio: Spot iklan harus dibacakan pada akhir iklan dengan jelas dan dengan nada suara tegas.


(36)

1. OBAT

BACA ATURAN PAKAI, JIKA SAKIT BERLANJUT HUBUNGI DOKTER

Jenis Huruf (font) : Helvetika, Medium Ukuran Huruf : 18 pts

Jarak Baris (leading) : 18 (100%) Profesional Jarak Kata (letter spacing) : Normal (100%) Jarak Huruf (work spacing) : Normal (0%) 2. VITAMIN

BACA ATURAN PAKAI

Jenis Huruf (font) : Helvetika, Medium Ukuran Huruf : 18 pts

Jarak Baris (leading) : 18 (100%) Profesional Jarak Kata (letter spacing) : Normal (100%) Jarak Huruf (work spacing): Normal (0%)

Ukuran kotak spot tersebut harus dibuat proporsional (antara spot dan halaman iklan) sehingga spot tersebut terlihat mencolok.

13. Iklan obat harus mencantumkan informasi mengenai:

a. Komposisi zat aktif obat dengan nama INN (khusus media cetak); untuk media lain, apabila ingin menyebutkan komposisi zat aktif, harus dengan nama INN. b. Indikasi utama obat dan informasi mengenai keamanan obat.

c. Nama dagang obat. d. Nama industri farmasi.


(37)

B. KHUSUS

1. OBAT PEREDA SAKIT DAN PENURUN PANAS

a. Iklan hanya boleh diindikasikan untuk meringankan rasa sakit misalnya: sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot; dan atau menurunkan panas.

b. Mencantumkan spot peringatan perhatian seperti pada ketentuan umum. 2. OBAT FLU

a. Iklan hanya boleh diindikasikan untuk meredakan gejala flu seperti demam, sakit kepada, hidung tersumbat dan pilek.

b. Mencantumkan informasi bahwa penggunaan obat flu yang mengandung antihistamin dapat menyebabkan ngantuk.

c. Mencantumkan spot peringatan perhatian seperti pada ketentuan umum. 3. OBAT BATUK

a. ANTITUSIF

1. Iklan hanya boleh diindikasikan untuk meredakan batuk yang tidak berdahak.

2. Mencantumkan spot peringatan perhatian seperti pada ketentuan umum. b. EKSPEKTORAN

1. Iklan hanya boleh diindikasikan untuk meredakan batuk yang berdahak. 2. Mencantumkan spot peringatan perhatian seperti pada ketentuan umum. c. ANTITUSIF+EKSPEKTORAN + ANTIHISTAMIN

1. Iklan hanya boleh diindikasikan untuk meredakan batuk berdahak yang disertai pilek.

2. Mencantumkan informasi bahwa penggunaan obat yang mengandung antihistamin dapat menyebabkan ngantuk.


(38)

3. Mencantumkan spot peringatan perhatian seperti pada ketentuan umum (www.pppi.or.id, 2008).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di simpulkan bahwa setiap iklan obat bebas, baik di media cetak, maupun elektronik harus mencantumkan peringatan aturan pakai, baik melalui iklan yang berupa gambar, audio, maupun yang di tayangkan.

2.5.5.1 Karakteristik Penyajian Iklan Obat Bebas

Bentuk penyajian iklan obat bebas pada setiap media bebeda sesuai dengan jenis media yang di gunakan. Pada media cetak dan media luar ruang (billboard) memiliki kesamaan yaitu penyajian iklan obat bebas berupa gambar mati (printed) dan tulisan. Gambar bintang iklan atau kemasan obat bebas yang menawarkan mengonsumsi produk. Dan terdapat peringatan aturan pakai yang dapat dilihat berulang-ulang (timeless).

Pada media elektronik audio (radio) iklan obat bebas di sajikan dalam bentuk

jingle, yaitu musik beserta lirik lagu yang berkenaan dengan merek atau nama obat bebas yang menawarkan, menyarankan atau mempengaruhi khalayak untuk mengonsumsi obat bebas, serta pengucapan aturan pakai “BACA ATURAN

PAKAI, JIKA SAKIT BERLANJUT HUBUNGI DOKTER”. Setelah jingle iklan selesai, tentunya tidak dapat di ulang. Khalayak dapat menikmati iklan tersebut dalam bentuk audio.

Sedangkan dalam media televisi, bentuk penyajian iklan obat bebas ( iklan obat flu, demam, batuk, nyeri kepala) yang disuguhkan adalah berupa audio-visual.


(39)

Masyarakat dapat menggunakan salah satu inderanya atau keduanya (mata dan telinga) untuk menikmati sajian iklan obat bebas. Gambar hidup atau film beserta suara yang di tampilkan dalam iklan obat bebas di televisi lebih menarik di bandingkan dengan dengan penyajian iklan obat bebas di media cetak atau radio, namun tidak dapat di ulang (timebond).

2.5.5.2 Tinjauan Tentang Tayangan Peringatan Aturan Pakai Pada Iklan Obat Bebas di Televisi.

Tayangan adalah yang di tayangkan, yang di pertunjukkan berupa gambar dan suara (KBBI, 1990 :909). Dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang

berkaitan dengan apa yang di komunikasikan oleh komunikator dari media massa khususnya media televisi dan apa yang di terima komunikan (pirsawan) melalui pesawat televisinya.

Menurut Oetama (dalam Kuswandi W,1996:53) tayangan merupakan segala sesuatu yang dapat di lihat di pesawat televisi. Tayangan dapat berupa film, iklan , berita dan acara-acara lainnya. Setiap iklan obat bebas di televisi selalu terdapat tayangan peringatan aturan pakai yang terdapat pada akhir iklan obat bebas.

Tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi secara garis besar berupa visualisasi tulisan :

Gambar 2. Tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi

BACA ATURAN PAKAI


(40)

Tulisan tersebut selalu terdapat pada akhir iklan obat bebas. Menurut peraturan yang di keluarkan oleh Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) tahun 1994, tulisan tersebut di tayangkan dengan format tulisan harus jelas terbaca pada satu screen/gambar terakhir dengan ukuran minimal 30% dari screen dan

ditayangkan minimal 3 detik.

Untuk penayangan iklan obat bebas di televisi, frekuensi penyangannya tidak terlalu sering. Sekitar 5-10 kali setiap harinya kecuali hari Sabtu dan Minggu. Pada hari Senin sampai Jumat, penayangan iklan obat bebas sekitar satu jam satu kali pada pagi hari ( antara pukul 06.00 WIB sampai 11.00 WIB). Sedangkan pada siang hari, frekuensi penayangan iklan obat bebas hanya sekitar 1-2 kali ( antar pukul 12.00 WIB – 16.00 WIB ). Dan yang paling sering adalah antara pukul 17.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB dengan frekuensi penayangan 2-3 kali selama satu jam.

Pada hari Sabtu dan Minggu, frekuensi penayangan iklan obat bebas di televisi hanya sekitar 3-4 kali selama satu hari. Hal ini di sebabkan pada hari Sabtu dan Minggu iklan-iklan yang di tayangkan di televisi lebih banyak berupa sponsor dari program acara yang di tayangkan. (sumber:hasil pengamatan peneliti selama dua minggu dari tanggal 10 s/d 24 Agustus 2009 ). Iklan obat bebas yang paling sering ditayangkan adalah pada stasiun Trans TV dan Trans7 yaitu sekitar 6-10 kali perhari.


(41)

2.6 Tinjauan tentang sikap

Allport (dalam Sutisna2001:99) mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan memberikan tanggapan pada suatu objek atau kelompok objek baik disenangi atau tidak di senangi secara konsisten. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2005:839), sikap adalah perbuatan yang di dasarkan pada pendirian (pendapat atau keyakinan).

Ciri-ciri sikap dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Sikap selalu menggambarkan hubungan antara subyek dan obyek. Tidak ada sikap tanpa obyek. Obyek bisa berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai sosial, lembaga masyarakat.

2) Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi “dipelajari” dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan.

3) Karena sikap dapat “dipelajari” maka sikap dapat berubah-ubah, meskipun relatif sulit untuk berubah.

4) Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi. Misalnya : seseorang yang menyukai makan bakso, akan tetap menyukai bakso meskipun ia telah kenyang makan bakso.

5) Sikap tidak hanya satu macam, melainkan sangat beragam sesuai dengan obyek yang menjadi pusat perhatiannya.

Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan perasaan. Hal inilah yang membedakannya dari pengetahuan.


(42)

1. Komponen kognitif : kepercayaan terhadap apa yang di terima 2. Komponen afektif : evaluasi terhadap pesan

3. Komponen konatif : tindakan ( Sutisna,2001: 99).

Sementara menurut Rajecki (dalam Ruslan R.,1998:55) menjelaskan ABCs of attitide, penjelasannya sebagai berikut :

1. Affect ( perasaan atau emosi )

Berkaitan dengan rasa senang, suka, takut, sayang, benci, sedih dan kebanggaan hingga muak atau bosan terhadap sesuatu sebagai akibat setelah merasakannya atau timbul setelah melihat dan mendengarkannya. Komponen afektif merupakan evaluasi berdasarkan perasaan atau emosi untuk menghasilkan penilaian, yaitu baik atau buruk.

2. Behaviour (tingkah laku )

Komponen yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu secara aktif (action element)

3. Cognition (pengertian atau nalar )

Penilaian sesorang untuk menilai suatu informasi, pesan fakta dan pengertian yang berkaitan dengan pendiriannya.

Untuk melihat pada level manakah sikap seseorang dapat dikatagorikan terhadap obyek sikap, maka berikut disertakan hierarki sikap yang merupakan turunan dari ABC model :


(43)

Pertama, seseorang membentuk kepercayaan terhadap suatu obyek dengan mengumpulkan pengetahuan (kepercayaan) yang relevan mengenai

kelengkapannya. Berikutnya, orang tersebut akan mengevaluasi kepercayaan dan membangun perasaan tentang obyek tersebut (pengaruh). Akhirnya, berdasarkan pada evaluasi ini, orang tersebut tergabung dalam suatu perilaku yang relevan terhadap obyek.

 Rendahnya Keterlibatan Hierarki

Dalam urutan ini, biasanya seseorang tidak memiliki pilihan

kuat/perbandingan terhadap suatu obyek, tetapi bertindak atas dasar pengetahuan yang terbatas dan kemudian mengevaluasi obyek. Sikap ini timbul melalui pembelajaran tingkah laku, dimana sikap seseorang diperkuat oleh pengalaman baik dan buruk terhadap obyek.

 Pengalaman Hierarki

Para konsumen bertindak atas dasar reaksi emosional mereka. Perspektif ini membahas bahwa sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh kelengkapan obyek. Dalam hierarki ini, sikap dipandang dapat dipengaruhi oleh motivasi seseorang yang cenderung hedonis (keduniawian), seperti bagaimana obyek

Cognitif Behavior Sikap didasarkan pada proses informasi kognitif Affect

Cognitif Behavior Affect

Sikap yang didasarkan pada

proses belajar berperilaku


(44)

sikap dipandang dapat membuat mereka merasakan atau menyediakan kesenangan bagi pengunanya.

Perdebatan penting mengenai pengalaman hierarki berhubungan dengan kebebasan dari pengamatan dan pengaruh.

(Sarital,Maya 2007:17)

Terdapat empat fungsi sikap yaitu :

 Fungsi utilitarian : berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar imbalan dan hukuman. Jika informasi yang di terima memberikan keuntungan maka akan terbentuk sikap positif dan sebaliknya.

 Fungsi ekspresi nilai : berhubungan dengan nilai hedonis atau gengsi

 Fungsi mempertahankan ego : berhubungan dengan pembelaan diri dan atau penolakan defensif terhadap ancaman dari luar.

 Fungsi pengetahuan : pemilihan informasi dan mencari yang relevan, mengurangi ketidakpastian dan kebingungan ( Sutisna,2001:99).

Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan melainkan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap manusia.

Affect Behavior Cognitif

Sikap didasarkan pada kesenangan terhadap

obyek/perilaku mengonsumsian


(45)

 Pengalaman pribadi

Penghayatan kita terhadap stimulus sosial dipengaruhi dan dibentuk oleh apa yang telah kita alami. Tanggapan bisa menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Pengalaman pribadi harus meninggalakan kesan yang kuat supaya bisa menjadi dasar pembentukan sikap. Jadi, sikap lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

 Orang lain yang di anggap penting

Seseorang yang kita anggap penting, yang kita harapkan persetujuannya, yang tidak ingin kita kecewakan atau orang tersebut mempunyai arti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuatu.

 Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan sikap seseorang. Tanpa di sadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap seseorang terhadap berbagai masalah.

 Media massa

Selain menyampaikan informasi, media massa membawa pesan-pesan berisi sugesti yang dapat mempengaruhi opini dan kepercayaan seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Apabila pesan sugestif yang dibawa cukup kuat, maka akan memberikan dasar afektif dalam menilai segala sesuatuyang dapat menciptakan sikap tertentu (Azwar,2000:30-37).


(46)

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa sikap adalah salah satu bentuk efek proses komunikasi dimana pesan di terima melalui sensasi, persepsi, evaluasi dan bagaimana tindakan yang di lakukan setelah menerima pesan. Dalam penelitian ini, sikap di kategorikan menjadi tiga komponen yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif..

2.7 Tinjauan tentang pemirsa

Komunikan sebagai penerima pesan dari komunikator dapat di bedakan menjadi : 1. Khalayak : untuk komunikan dari media massa cetak

2. Audiens : untuk komunikan dari media massa audio (radio)

3. Pemirsa : untuk komunikan dari media massa audio-visual ( televisi dan film)(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005, Bungin , 2001:55).

Jadi, warga Perumnas Way Halim yang menikmati (mendengar dan mendengar) siaran televisi adalah pemirsa (komunikan media massa audio-visual).

Warga Perumnas Way Halim yang menjadi pemirsa iklan obat bebas di televisi otomatis menjadi pemirsa tayangan aturan pakai obat bebas di televisi. Dua karakteristik utama yang menentukan persepsi konsumen atas stimuli adalah kemampuan membedakan stimuli dan kemampuan menggeneralisasi dari satu stimulus kepada lainnya. Apakah konsumen mampu membedakan bermacam-macam stimuli seperti harga, rasa, perabaan atau bentuk kemasan? Kemudian kemampuan menggeneralisasi satu stimulus yang di terimanya dan mengolahnya dengan kerangka memorinya (Sulaksana U.,2003:50).


(47)

2.8 Kerangka Pikir dan Pengajuan Hipotesis 2.8.1 Kerangka Pikir

Tayangan peringatan aturan pakai yang selalu terdapat pada iklan obat bebas di televisi adalah bagian dari iklan komersial obat bebas. Pada iklan obat bebas di televisi, pada akhir iklan selalu terdapat tayangan peringatan aturan pakai obat bebas. Tayangan tersebut berupa visualisasi tulisan “BACA ATURAN PAKAI,

JIKA SAKIT BERLANJUT HUBUNGI DOKTER”. Tulisan tersebut di tayangkan dengan format tulisan harus jelas terbaca pada satu screen/gambar terakhir dengan ukuran minimal 30% dari screen dan ditayangkan minimal 3 detik. Pemirsa diharapkan mampu memperhatikan, mengerti dan menerima isi tayangan tersebut.

Dalam penelitian ini subjek yang akan di bahas adalah tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas ( obat flu, batuk, demam dan nyeri kepala) di televisi. Sedangkan objeknya adalah sikap pemirsa setelah melihat tayangan peringatan aturan pakai ketika melihat iklan obat bebas di televisi.

Model yang di gunakan adalah Stimulus-Organisme-Respon ( S-O-R), di mana S adalah tayangan aturan pakai obat bebas di televisi, O adalah masyarakat, sedangkan R adalah sikap masyarakat dalam mengonsumsi obat bebas, yang terdiri dari tiga komponen yaitu komponen kognitif (pengetahuan pemirsa tentang tayangan peringatan aturan pakai obat bebas pada iklan obat bebas di televisi), komponen afektif ( perasaan & persepsi pemirsa setelah menyaksikan tayangan peringatan aturan pakai obat pada iklan obat bebas di televisi)


(48)

dan komponen konatif( tindakan pemirsa setelah melakukan sensasi & persepsi terhadap tayangan aturan pakai obat pada iklan obat bebas di televisi).

Responden dalam penelitian ini adalah Warga Kelurahan Perumnas Way Halim yang menjadi pemirsa iklan obat bebas di televisi. Tayangan peringatan aturan pakai obat bebas di televisi diharapkan mampu untuk mempersuasi masyarakat untuk membaca aturan pakai ketika mengonsumsi obat bebas yang diiklankan dan menghubungi dokter jika sakit yang diderita setelah mengonsumsi obat tersebut berlanjut.


(49)

ORGANISME Pemirsa BAGAN KERANGKA PIKIR

STIMULI ( Variabel X )

( Tayangan Peringatan Aturan Pakai di bagian akhir iklan obat bebas (obat flu,batuk,demam dan nyeri kepala) di televisi )

1. Format :

 Visualisasi :  Ukuran  Posisi  kontras

 Durasi

2. Isi pesan/ kualitas

RESPON ( Variabel Y)

(Sikap Masyarakat dalam mengonsumsi obat bebas ) 1. Kognisi ( pengetahuan pemirsa tentang tayangan peringatan

aturan pakai obat bebas pada iklan obat bebas di televisi) 2. Afeksi ( perasaan & persepsi pemirsa setelah menyaksikan

tayangan peringatan aturan pakai obat pada iklan obat bebas di televisi)

3. Konasi ( tindakan pemirsa setelah melakukan sensasi & persepsi terhadap tayangan aturan pakai obat pada iklan obat bebas di televisi)


(50)

2.8.2 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir tersebut, maka diambil kesimpulan yang merupakan jawaban sementara penelitian. Kesimpulan ini disebut juga sebagai perumusan hipotesis. Perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah :

hipotesis penelitian (Hi) :

Ada pengaruh tayangan Peringatan Aturan Pakai Pada Obat Bebas terhadap SikapPemirsa Dalam Mengonsumsi Obat Bebas.

hipotesis nol (Ho) :

Tidak ada pengaruh tayangan Peringatan Aturan Pakai Pada Obat Bebas terhadap Sikap Pemirsa Dalam Mengonsumsi Obat Bebas.


(51)

III.METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah kuantitatif dengan format eksplanasi. Format eksplanasi dimaksudkan untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasinya atau menjelaskan hubungan, perbedaan, atau pengaruh satu variabel dengan variabel lain (Bungin,2006:38).

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian ini yaitu metode survei. Metode survei yaitu mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun,1995:3).

3.3 Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan istilah yang khusus untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang diteliti. Konsep ini digunakan untuk menggambarkan secara abstrak : kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun,1995:33).

Definisi konsep ini dilakukan agar ada batasan terhadap masalah variabel yang diteliti dan menyederhanakan pemikiran sehingga tujuan dan arah penelitian jelas dan tidak menyimpang.


(52)

Definisi Konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Pengaruh dalam penelitian ini adalah kekuatan atau daya dari sesuatu (orang atau benda) yang dapat merubah apa yang ada sebelum dan sesudah menerima pesan. Jika mengacu pada judul maka pengaruh yang di maksud adalah pengaruh yang berasal dari tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi sebagai media massa yang menstimuli pesan kepada masyarakat sebagai pemirsa iklan obat bebas.

2. Tayangan peringatan aturan pakai obat bebas adalah tayangan peringatan aturan pakai yang berupa visualisasi tulisan “ BACA ATURAN PAKAI,

JIKA SAKIT BERLANJUT HUBUNGI DOKTER”. Tayangan ini selalu

terdapat pada akhir iklan obat bebas di televisi dengan tulisan yang jelas terbaca pada satu screen/gambar terakhir dengan ukuran minimal 30% dari screen dan ditayangkan minimal 3 detik, dan frekuensi pada setiap iklan obat bebas di televisi pasti terdapat tayangan tersebut.

3. Sikap adalah kecenderungan memberikan tanggapan pada suatu objek atau kelompok objek baik disenangi atau tidak di senangi secara konsisten. Juga sebagai efek proses komunikasi dimana pesan di terima melalui sensasi, persepsi, evaluasi dan bagaimana kecenderungan tanggapan setelah menerima pesan. Sikap pemirsa setelah melihat tayangan

peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi terbagi dalam tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif.

4. Pemirsa yang di maksud dalam penelitian ini adalah warga kelurahan Perumnas Way Halim, kecamatan Kedaton, Bandar Lampung.


(53)

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1995:46).

Untuk melihat pengaruh tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi terhadap sikap pemirsa dalam mengonsumsi obat bebas, maka dapat dilihat melalui indikator-indikator sebagai berikut:

3.4.1 Tayangan Peringatan Aturan Pakai Obat Bebas pada iklan obat bebas di Televisi ( Variabel X ), indikatornya :

3.4.1.1 Format (visualisasi tulisan yang jelas terbaca pada satu screen/gambar terakhir dengan ukuran minimal 30% dari screen dan ditayangkan minimal 3 detik )

a. Bagaimana Visualisasi (menarik/tidaknya tayangan tersebut, kejelasan tulisan tayangan tersebut)

b. Apakah pemirsa dapat menangkap & memahami isi pesan dengan durasi yang singkat ?

3.4.1.2 Isi Pesan/kualitas (himbauan emosional)

a. Apakah tayangan tersebut mendapat perhatian, dapat di mengerti dan dipahami pemirsa sebagai tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas?


(54)

3.4.2 Sikap PemirsaDalam Mengonsumsi Obat Bebas (variabel Y) indikatornya adalah :

3.4.2.1 Aspek kognitif ( pengetahuan pemirsa tentang tayangan peringatan aturan pakai obat bebas pada iklan obat bebas di televisi)

Pemirsa memperhatikan variabel x, kesadaran adanya tayangan tersebut mengetahui dan memahami maksud dan tujuan adanya tayangan

peringatan aturan pakai obat pada iklan obat bebas di televisi, dan tergugah dengan adanya tayangan tersebut

3.4.2.2 Aspek afektif ( perasaan pemirsa setelah menyaksikan tayangan peringatan aturan pakai obat pada iklan obat bebas di televisi)

a. Kesukaan & ketertarikan responden untuk mengikuti maksud isi tayangan peringatan aturan pakai obat pada iklan obat bebas di televisi

b. kesetujuan mengenai makna tayangan adalah untuk mengikuti aturan pakai obat

c. kepercayaan responden mengenai kesalahan dalam mengonsumsi obat yang tidak mengikuti aturan pakai dapat menyebabkan penyakit lain bahkan kematian

d. kesetujuan responden terhadap isi dan makna dari tayangan peringatan aturan pakai obat pada iklan obat bebas di televisi e. tanggapan responden mengenai kegunaan tayangan peringatan


(55)

3.4.2.3 Aspek konatif ( tindakan pemirsa setelah melalui tahap kognisi dan afeksi terhadap tayangan peringatan aturan pakai obat pada iklan obat bebas di televisi)

a. tanggapan responden tentang kemampuan tayangan peringatan aturan pakai obat pada iklan obat bebas di televisi untuk membuat pemirsa mengikuti aturan pakai yang tertera pada kemasan obat b. tindakan responden untuk mengikuti isi tayangan

Indikator di atas diukur menggunakan skala ordinal karena data yang didapat dalam penelitian akan di bedakan menjadi beberapa kategori dengan

memperhatikan urutan tertentu serta pemberian angka pada masing-masing kategori dapat membedakan gambaran tentang urutan masing-masing kategori (Sulaiman W.,2003:5).

3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan objek penelitian (Rakhmat J.,2005:78) sedangkan menurut Burhan Bungin (2006:99) populasi merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah warga Kelurahan Perumnas Way Halim, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung, yang berjumlah 2.346 orang. Adapun karakteristik populasi ini adalah berusia 17-45 tahun, tidak buta huruf, memiliki televisi, pernah menonton iklan obat bebas di


(56)

televisi dan pernah mengonsumsi obat bebas( kategori obat flu,demam,nyeri kepala dan batuk) dalam jangka waktu 2 bulan terakhir sewaktu penulis

melakukan penelitian. Alasan pemilihan karakteristik popoulasi ini adalah dengan asumsi bahwa seseorang yang berusia 17 tahun ke atas sudah dapat mengambil keputusan untuk menggunakan obat bebas ketika dirinya terserang penyakit dengan gejala ringan ( seperti flu,batuk,demam,dan nyeri kepala).

(sumber : monografi Kelurahan Way Halim Kecamatan Kedaton Bandar Lampung tahun 2008)

3.5.2 Sampel

Sampel adalah wakil semua unit strata dan sebagainya yang ada di dalam populasi (Bungin 2006:102) .Sedangkan menurut Winarno Surakhmad (1987:115), sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat utama dari suatu populasi. Sampel harus dapat mewakili populasi dengan baik agar dapat

dipertanggungjawabkan saat dilakukan generalisasi

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel acak sederhana dengan ciri setiap unsur dari keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih.

Berikut ini rumus untuk menentukan besarnya sampel: n 

1 2  Nd N = 1 10 , 0 . 2346 2346 2  = 1 46 , 23 2346  = 46 , 24 2346


(57)

Keterangan:

n : banyaknya unit sampel N : banyaknya populasi (2.346) d : taraf nyata (0,10)

1 : bilangan konstanta (Rakhmat J., 2005:82)

Berdasarkan rumus tersebut maka jumlah sampel adalah: n = di bulatkan menjadi menjadi 96 orang

3.6 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi :

1. Data primer, adalah data yang di peroleh secara langsung di lapangan. 2. Data sekunder, adalah data tambahan yang di peroleh yaitu data tambahan

yang diperoleh dari berbagai referensi yaitu berupa buku-buku atau literatur yang berhubungan dengan penelitian.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik-teknik sebagai berikut: 1. Kuesioner

Pengumpulan data primer dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden. Teknik pengumpulan data kuesioner dilakukan dengan

memberikan daftar pertanyaan atau angket secara tertulis dengan menyertakan dengan alternatif jawaban pilihan ganda dengan maksud untuk mempermudah dalam melakukan analisis, juga untuk menghindari adanya bias jawaban. 2. Observasi

Yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ke lokasi objek penelitian di Kelurahan Perumnas Way Halim, Kecamatan Kedaton Bandar Lampung.


(58)

3. Wawancara

Yaitu mewawancarai sumber data, beberapa warga Kelurahan Perumnas Way Halim.Metode wawancara dalam penelitian ini hanya merupakan pelengkap bila responden dalam menjawab pertanyaan tidak jelas, maka perlu diminta informasi untuk kelengkapan kuesioner. Hal ini juga dapat memperkuat data kuesioner.

4. Studi pustaka

Pengumpulan data dari berbagai literatur pendukung seperti buku, jurnal penelitian atau laporan penelitian, dan internet, yang berkaitan dengan objek yang diteliti..

3.8 Teknik Pengolahan Data

Setelah mengumpulkan data dari lapangan, maka tahap selanjutnya adalah mengadakan pengolahan data dengan teknik-teknik sebagai berikut:

1 Editing

Editing adalah proses pemeriksaan dan penyelesaian kembali data yang telah diisi atau dijawab oleh responden/ penelitian ulang data-data yang diperoleh mengenai kelengkapan jawaban, kejelasan tulisan, serta kesesuaian antara jawaban yang satu dengan jawaban yang lain.

2 Koding

Koding merupakan tahap dimana jawaban responden diklasifikasikan menurut jenis pertanyaan dengan jalan memberi tanda pada tiap-tiap data termasuk dalam kategori yang sama.


(59)

3 Tabulasi

Tabulasi adalah mengelompokkan jawaban-jawaban yang serupa secara teratur dan sistematis untuk kemudian dihitung berapa banyak yang masuk ke dalam suatu kategori yaitu membuat tabel tunggal.

4 Interpretasi

Interpretasi merupakan memberikan penafsiran dari data-data yang ada pada tabel untuk diberi makna yang lebih luas.

3.9 Teknik Pemberian Skor

Setiap pertanyaan dalam kuesioner akan diberi lima alternatif jawaban yaitu a, b, c, d, dan e berdasarkan skala Likert. Skala Likert sering digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden terhadap suatu objek (Usman dan Akbar, 2004:69). Penentuan skor untuk masing-masing alternatif jawaban adalah sebagai berikut :

1. Alternatif jawaban a diberi skor 5, yang menunjukkan interval sangat tinggi. 2. Alternatif jawaban b diberi skor 4, yang menunjukkan interval tinggi. 3. Alternatif jawaban c diberi skor 3, yang menunjukkan interval sedang. 4. Alternatif jawaban d diberi skor 2, yang menunjukkan interval rendah. 5. Alternatif jawaban e diberi skor 1, yang menunjukkan interval sangat rendah Setelah data diperoleh dari masing-masing responden selanjutnya data akan diadakan penggolongan yang kemudian disajikan dengan presentasi dari masing-masing variabel.


(60)

Adapun cara penggolongan data tersebut dengan menggunakan rumus interval : I = K NR NT  Keterangan :

I : interval nilai NT : nilai tertinggi

NR : nilai terendah K : kategori

3.10 Teknik Pengujian Instrumen

Untuk mendapatkan data yang benar, maka instrumen harus memenuhi

persyaratan tertentu. Instrumen yang baik dalam penelitian harus memenuhi dua persyaratan yaitu valid dan reliabel. Maka, instrumen harus melalui tahap uji validitas dan reliabilitas sebagai berikut:

1. Uji Validitas Kuesioner

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 1998:160). Sedangkan menurut

Singarimbun (1995:122), validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Untuk mengukur tingkat validitas instrumen, penulis menggunakan rumus product moment sebagai berikut:

r =

 

2 2

2

 

2

   Y Y N X X N Y X XY N


(1)

tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi. Pada unsur konasi yaitu berupa tindakan untuk membaca aturan pakai obat sebelum

mengonsumsi obat tersebut, tanggapan responden tentang pernah atau tidaknya terserang kontra indikasi karena kesalahan aturan pakai obat, tanggapan

responden tentang kemampuan tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi untuk membuat pemirsa mengikuti aturan pakai yang tertera pada kemasan obat, dan tindakan responden untuk menghubungi dokter jika sakit yang di derita setelah mengonsumsi obat bebas tersebut berlanjut.

Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi menimbulkan pengaruh yang positif, yaitu dapat mempengaruhi sikap pemirsa dalam mengonsumsi obat bebas, walaupun

pengaruh tersebut tergolong rendah. Hal ini sesuai dengan landasan teori dalam penelitian ini, yaitu teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon). Di mana dalam teori ini merupakan suatu teori tentang perubahan persepsi dimana efek

merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu, sehingga seseorang dapat

mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan persepsi adalah aspek “how” bukan “what” dan “ why”, jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change atau bagaimana mengubah persepsi komunikan. Berdasarkan teori S-O-R ini dapat di jelaskan bahwa stimuli dalam penelitian ini adalah tayangan

peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi, organismenya adalah pemirsa yaitu warga perumnas Way Halim, dan responnya adalah sikap pemirsa dalam mengonsumsi obat bebas, apakah menuruti aturan pakai yang tertera dalam kemasan obat, dan menghubungi dokter jika sakit yang di derita berlanjut.


(2)

110

Hasil penelitian ini juga menunjukkan korelasi yang positif di antara kedua variabel, yaitu dengan angka 0,231. Angka ini menunjukkan hubungan yang sangat lemah dan positif di antara kedua variabel tersebut. Artinya meskipun korelasinya lemah, semakin sering pemirsa menonton tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi, maka sikap pemirsa dalam mengonsumsi obat bebas akan semakin meningkat.

Kemudian, besarnya pengaruh tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi terhadap sikap pemirsa dalam mengonsumsi obat bebas sebesar 5,3% , yang artinya angka tersebut menunjukkan bahwa pengaruh tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi terhadap sikap pemirsa dalam mengonsumsi obat bebas lemah namun ada pengaruhnya, lalu adapun sisanya sebesar 94,7 % (100%-5,3%) harus dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab lainnya yang dapat mempengaruhi sikap pemirsa dalam mengonsumsi obat bebas yang tidak di bahas dalam penelitian ini.

Pada penelitian ini pengaruh tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi terhadap sikap pemirsa dalam mengonsumsi obat bebas sangat lemah, hanya sekitar 5,3%. Hal ini disebabkan karena tayangan peringatan aturan pakai yang di tayangkan pada akhir iklan obat bebas di televisi bukan merupakan tujuan utama penayangan iklan obat bebas tersebut. Tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas merupakan ketentuan yang harus dipenuhi dalam penayangan iklan obat bebas berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI). Tujuan utama penayangan iklan obat bebas tentunya adalah mempromosikan produk tersebut karena iklan ini


(3)

adalah iklan komersial yang semata-mata ditujukan untuk kegiatan komersial dengan harapan apabila iklan ditayangkan maka produsen akan memperoleh keuntungan ( Bungin 2001:126).

Selain itu,warga Kelurahan Perumnas Way Halim telah memiliki sikap tersendiri dalam mengonsumsi obat bebas tanpa dipengaruhi oleh tayangan peringatan aturan pakai yang ditayangkan pada akhir iklan obat bebas di televisi. Warga Kelurahan Perumnas Way Halim memiliki pengetahuan dan kesadaran tersendiri bahwa obat bebas, meskipun ditujukan untuk pengobatan penyakit yang ringan seperti flu, batuk, demam, dan nyeri kepala namun dalam jumlah kecildapat mempengaruhi kondisi fisik tubuh. Sehingga tanpa adanya tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi, warga Kelurahan Perumnas Way Halim membaca aturan pakai yang tertera pada kemasan obat ketika

mengonsumsi obat bebas. Selain itu ada faktor lain yang mempengaruhi terbentuknya sikap sesorang, diluar persuasi media massa, diantaranya

pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, dan pengaruh kebudayaan ( Azwar, 2000: 30-37). Sikap seseorang dalam mengonsumsi obat bebas bisa terbentuk karena adanya pengalaman pribadi orang tersebut. Pengalaman pribadi dapat terbentuk mulai ketika seseorang masih usia anak-anak, dimana dalam mengonsumsi obat bebas masih dipengaruhi oleh orang tua, dan hal ini tentunya membentuk sikap dan opini sesorang ketika dirinya dewasa dan membuat keputusan sendiri ketika mengonsumsi obat bebas. Orang lain yang dianggap penting juga mempengaruhi terbentuknya sikap seseorang ketika mengonsumsi obat bebas, misalnya orang tua ataupun teman sebaya dengan profesi di bidang medis.


(4)

112

Dengan demikian, lewat penelitian ini bahwa media massa televisi mampu menjadi media sosialisasi informasi dan persuasi untuk mempengaruhi

pemirsanya telah terbukti. Walaupun hanya memberikan kontribusi yang kecil yaitu sebesar 5,3 %. Hal ini sesuai dengan tujuan awal penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi.


(5)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang telah dilakukan pada penelitian yang dilakukan terhadap masyarakat perumnas Way Halim sebagai pemirsa iklan obat bebas mengenai pengaruh tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi terhadap sikap pemirsa dalam mengonsumsi obat bebas, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh tayangan aturan pakai obat pada iklan obat bebas di televisi terhadap sikap pemirsa dalam mengonsumsi obat bebas. Hipotesis yang

diajukan diterima, hal ini terbukti dengan t hitung 2,301 pada taraf nyata 0,05 sedangkan nilai t tabel 1,9855. hal ini menyatakan bahwa tayangan peringatan aturan pakai obat pada iklan obat bebas di televisi mempengaruhi sikap pemirsa dalam mengonsumsi obat bebas.

2. Pengaruh tayangan aturan pakai obat pada iklan obat bebas di televisi terhadap sikap pemirsa dalam mengonsumsi obat bebas sebesar 5,3 %. Angka tersebut menunjukkan bahwa pengaruh tayangan peringatan aturan pakai obat pada iklan obat bebas di televisi terhadap sikap pemirsa dalam mengonsumsi obat bebas sangat lemah. Adapun sisanya sebesar 94,7% (100%-5,3%) harus dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(6)

114

114 6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis perhitungan yang telah dilakukan

peneliti mengenai pengaruh tayangan peringatan aturan pakai obat pada iklan obat bebas di televisi terhadap sikap pemirsa dalam mengonsumsi obat bebas, maka peneliti menyarankan beberapa hal berikut ini:

1. Durasi tayangan peringatan aturan pakai obat pada iklan obat bebas di televisi yang singkat/sekilas menyebabkan pemirsa hanya cukup untuk sekedar melihat isi tayangan saja. Hendaknya produsen obat atau

perusahaan farmasi sebagai komunikator dalam hal ini dapat menambah durasi tayangan tersebut atau membuat tampilan yang lebih menarik sehingga dapat menimbulkan kesan bagi pemirsa. Mengingat bahawa kesalahan dalam penggunaan obat dapat menimbulkan komplikasi bagi tubuh pengonsumsi obat.

2. Hendaknya Departemen Kesehatan juga mencermati masalah aturan pakai dan penggunaan obat bebas di masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan penyuluhan dan sosialisasi penggunaan obat bebas karena jika hanya mengacu pada tayangan peringatan aturan pakai obat pada iklan obat bebas di televisi kurang efektif. Hal ini terbukti dalam penelitian ini bahwa untuk masyarakat Kelurahan PerumnasWay Halim, pengaruh tayangan peringatan aturan pakai pada iklan obat bebas di televisi hanya 5,3% saja.