1. PENDAHULUAN
Dalam 30 tahun terakhir, pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi di Indonesia telah menghasilkan gejala urbanisasi skala besar. Gejala ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun
merupakan fenomena global yang menyebabkan pembangunan ekonomi atau pertumbuhan terus berlanjut Nuria, 2012. Pada kenyataannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia naik secara positif
nyaris mencapai angka pertumbuhan 6 persen dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini pada akhirnya memancing masyarakat di daerah pedesaan akan terus datang ke daerah-daerah perkotaan, yang
akan memunculkan aktivitas ekonomi baru, yaitu aktivitas konsumsi.
Pembahasan mengenai pengeluaran untuk konsumsi hingga saat ini tidak ada ujung pangkalnya. Kompleksitas kehidupan manusia memberikan dan terus menambah jumlah kebutuhan untuk
dipenuhi. Namun, apabila diamati secara seksama pola konsumsi masyarakat Indonesia telah bergeser Joko, 2014. Uniknya lagi, pergeseran konsumsi tersebut hampir relevan dengan teori
hukum Engel. Menurut Engel 1821
–1896 menyatakan bahwa pada saat pendapatan masyarakat seseorang meningkat, maka proporsi pendapatan yang dihabiskan untuk membeli makanan semakin
berkurang, bahkan jika pengeluaran aktual untuk makanan itu sendiri meningkat. Maksud dari hukum Engel, proporsi pengeluaran masyarakat untuk produk makanan dalam persen meningkat,
tetapi lebih kecil daripada peningkatan pendapatan.
BPS Provinsi Bali pada tahun 2014 merilis hasil survei yang terkait dengan pengeluaran konsumsi masyarakat Bali, yang dibedakan berdasarkan jenis barang konsumsi. Berdasarkan data BPS
Provinsi Bali, pengeluaran rata-rata per kapita sebulan di provinsi Bali tahun 2012 adalah sebesar Rp911.724,- yang terdiri dari pengeluaran makanan sebesar Rp365.936,- dan pengeluaran bukan
makanan sebesar Rp545.788,-. Angka ini meningkat pada tahun 2013, yaitu menjadi Rp994.070,- yang terdiri dari Rp422.190,- pengeluaran makanan, dan Rp571.880,- pengeluaran bukan makanan.
Hal ini menunjukkan suatu fenomena bahwa aktivitas konsumsi masyarakat di provinsi Bali, menunjukkan tren yang meningkat. BPS Provinsi Bali juga merilis data perbandingan pengeluaran
rata-rata per kapita sebulan masyarakat di 9 kabupatenkota di provinsi Bali. Kota Denpasar menempati urutan teratas terkait dengan besarnya pengeluaran rata-rata masyarakatnya selama
sebulan. Tahun 2012, pengeluaran rata-rata per kapita sebulan di kota Denpasar adalah sebesar Rp1.361.905,- yang terdiri dari pengeluaran makanan sebesar Rp432.348,- dan pengeluaran bukan
makanan sebesar Rp929.557,-. Angka ini meningkat pada tahun 2013, yaitu menjadi Rp1.474.889,- yang terdiri dari Rp576.065,- pengeluaran makanan, dan Rp898.824,- pengeluaran bukan makanan.
Pengeluaran konsumsi masyarakatnya, pada dasarnya terdiri dari 2 dua jenis pengeluaran, yaitu pengeluaran konsumsi makanan, dan pengeluaran konsumsi bukan makanan. Menurut Saiful
2011, faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat diantaranya 1 besar kecilnya pendapatan, 2 pendapatan yang mungkin diterima di masa akan datang, 3 pendapatan tertinggi
yang pernah dicapai pada masa lampau, 4 tingkat bunga, 5 harga barang dan jasa, dan 6 adat istiadat dan kebiasaan masyarakat. Dari sudut pandang ekonomi, faktor pertama sampai di faktor
kelima mewakili berbagai faktor yang mempengaruhi aktivitas konsumsi masyarakat. Sedangkan faktor keenam, merupakan faktor yang mempengaruhi aktivitas konsumsi masyarakat dari sudut
pandang budaya. Faktor keenam inilah yang akan menjadi salah satu fokus penelitian ini.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, diantaranya 1 untuk mengetahui pengaruh langsung
Disposible Income
dan Frekwensi Ritual Keagamaan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan masyarakat di Kota Denpasar. 2 untuk mengetahui pengaruh tidak langsung
Disposible Income
dan Frekwensi Ritual Keagamaan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan masyarakat di Kota Denpasar melalui Pengeluaran Konsumsi Makanan. Dan 3 untuk mengetahui
pengaruh
Disposible Income
, Frekwensi Ritual Keagamaan, dan Pengeluaran Konsumsi Makanan secara serempak dan parsial terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan masyarakat di Kota
Denpasar. Penelitian ini akan menganalisis pola pengeluaran konsumsi masyarakat dari sudut pandang
ekonomi dan budaya masyarakat di provinsi Bali, khususnya kota Denpasar. Dipilihnya kota Denpasar dalam penelitian ini, karena kota Denpasar memiliki angka pengeluaran konsumsi rata-
rata sebulan yang tertinggi dibandingkan dengan kabupaten lainnya di provinsi Bali. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah perluasan dari analisis regresi linier berganda. Alat
analisis yang dimaksud adalah Analisis Jalur atau
Path
Analysis. Menurut Suyana 2009, analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk mengnaksir hubungan kausalitas antar variabel yang
telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Analisis jalur ini sendiri tidak dapat menentukan hubungan sebab-akibat dan juga tidak dapat digunakan sebagai substitusi bagi peneliti untuk
melihat hubungan kausalitas antar variabel. Namun, hubungan kausalitas antar variabel dibentuk dengan model berdasarkan landasan teori.
2. PEMBAHASAN HASIL ANALISIS DATA