ANALISIS POLA PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT KOTA DENPASAR DALAM PERSPEKTIF EKONOMI DAN BUDAYA.

(1)

Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2015

LAPORAN PENELITIAN

ANALISIS POLA PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT

KOTA DENPASAR DALAM PERSPEKTIF

EKONOMI DAN BUDAYA

Peneliti:

MADE DWI SETYADHI MUSTIKA, S.E., M.SI.

NIP. 19840625 200801 1 004

Dipresentasikan dalam Format Poster

Dalam rangka Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek)

Denpasar Bali, 2015

PROGRAM STUDI/JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2015


(2)

EKONOMI DAN BUDAYA

Made Dwi Setyadhi Mustika

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Jalan PB Sudirman Denpasar Bali Telp/Fax: (0361) 224133, E-mail : setyadhi.dede@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini menganalisis pola pengeluaran konsumsi masyarakat dari sudut pandang ekonomi dan budaya masyarakat di provinsi Bali, khususnya kota Denpasar. Dipilihnya kota Denpasar dalam penelitian ini, karena kota Denpasar memiliki angka pengeluaran konsumsi rata -rata sebulan yang tertinggi dibandingkan dengan kabupaten lainnya di provinsi Bali. Aspek Ekonomi yang diteliti adalah pendapatan masyarakat yang siap dibelanjakan (disposable income) dan pengeluaran konsumsi makanan. Sedangkan Aspek Budaya yang akan diteliti meliputi frekuensi masyarakat menjalankan ritual keagamaan dalam 1 (satu) bulan, dan rata -rata besarnya pengeluaran ritual keagamaan dalam 1 (satu) bulan.

Alat analisis yang a kan digunakan merupakan perluasan dari analisis regresi linier berganda. Alat analisis yang dimaksud adalah Analisis Jalur atau Path Analysis. Analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) Disposable Income dan Frekwensi Ritual Keagamaan secara langsung tidak berpengaruh terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan; (2) Disposable Income dan Frekwensi Ritual Keagamaan secar a tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan melalui Pengeluaran Konsumsi Makanan; (3) Disposable Income dan Frekwensi Ritual Keagamaan secara parsial berpengaruh terhadap Pengeluaran Konsumsi Makanan, namun tidak berpengaruh secara parsial terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan. Secara serempak, Disposable Income, Frekwensi Ritual Keagamaan, dan Pengeluaran Konsumsi Makanan berpengaruh signifikan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan.

Kata kunci: Konsumsi, Disposable Income, Ritual Keagamaan

Abstract

This research analyzes the patterns of private consumption from the aspects of economy and culture in the province of Bali, especially Denpasar. Denpasar city was chosen in this study because Denpasar has the highest number of average consumption expenditures of a month, compared to other districts in the province of Bali. The Economic Aspects used in this study is the public disposable income and consumption of food. While the Cultural Aspects used include the frequency of religious rituals in a society in one month, and the average amount of expenditures of religious rituals within one month.

The analytical tools used is an extension of multiple linear regression analysis, that is Path Analysis. Path analysis is used to estimate the causal relation between variables which is predetermined based on the theory. The results showed that (1) Disposable Income and Religious Rituals Frequency directly do not affect the expenditure Religious Rituals; (2) Disposable Income and Religious Ritual Frequency has indirectly significant effect on expenditure Religious Rituals through Food Consumption Expenditures; (3) Disposable Income and frequency of Religious Rituals has partial effect on food consumption expenditure, but partialy do not effect on spending Religious Rituals. Simultaneously, Disposable Income, Frequency Religious Rituals, and Food Consumption Expenditures has significant effect on spending Religious Rituals. Keywords: Consumption, Disposable Income, Religious Rituals


(3)

3

1. PENDAHULUAN

Dalam 30 tahun terakhir, pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi di Indonesia telah menghasilkan gejala urbanisasi skala besar. Gejala ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun merupakan fenomena global yang menyebabkan pembangunan ekonomi atau pertumbuhan terus berlanjut (Nuria, 2012). Pada kenyataannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia naik secara positif nyaris mencapai angka pertumbuhan 6 persen dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini pada akhirnya memancing masyarakat di daerah pedesaan akan terus datang ke daerah-daerah perkotaan, yang akan memunculkan aktivitas ekonomi baru, yaitu aktivitas konsumsi.

Pembahasan mengenai pengeluaran untuk konsumsi hingga saat ini tidak ada ujung pangkalnya. Kompleksitas kehidupan manusia memberikan dan terus menambah jumlah kebutuhan untuk dipenuhi. Namun, apabila diamati secara seksama pola konsumsi masyarakat Indonesia telah bergeser (Joko, 2014). Uniknya lagi, pergeseran konsumsi tersebut hampir relevan dengan teori hukum Engel. Menurut Engel (1821–1896) menyatakan bahwa pada saat pendapatan masyarakat seseorang meningkat, maka proporsi pendapatan yang dihabiskan untuk membeli makanan semakin berkurang, bahkan jika pengeluaran aktual untuk makanan itu sendiri meningkat. Maksud dari hukum Engel, proporsi pengeluaran masyarakat untuk produk makanan (dalam persen) meningkat, tetapi lebih kecil daripada peningkatan pendapatan.

BPS Provinsi Bali pada tahun 2014 merilis hasil survei yang terkait dengan pengeluaran konsumsi masyarakat Bali, yang dibedakan berdasarkan jenis barang konsumsi. Berdasarkan data BPS Provinsi Bali, pengeluaran rata-rata per kapita sebulan di provinsi Bali tahun 2012 adalah sebesar Rp911.724,- yang terdiri dari pengeluaran makanan sebesar Rp365.936,- dan pengeluaran bukan makanan sebesar Rp545.788,-. Angka ini meningkat pada tahun 2013, yaitu menjadi Rp994.070,- yang terdiri dari Rp422.190,- pengeluaran makanan, dan Rp571.880,- pengeluaran bukan makanan. Hal ini menunjukkan suatu fenomena bahwa aktivitas konsumsi masyarakat di provinsi Bali, menunjukkan tren yang meningkat. BPS Provinsi Bali juga merilis data perbandingan pengeluaran rata-rata per kapita sebulan masyarakat di 9 kabupaten/kota di provinsi Bali. Kota Denpasar menempati urutan teratas terkait dengan besarnya pengeluaran rata-rata masyarakatnya selama sebulan. Tahun 2012, pengeluaran rata-rata per kapita sebulan di kota Denpasar adalah sebesar Rp1.361.905,- yang terdiri dari pengeluaran makanan sebesar Rp432.348,- dan pengeluaran bukan makanan sebesar Rp929.557,-. Angka ini meningkat pada tahun 2013, yaitu menjadi Rp1.474.889,- yang terdiri dari Rp576.065,- pengeluaran makanan, dan Rp898.824,- pengeluaran bukan makanan. Pengeluaran konsumsi masyarakatnya, pada dasarnya terdiri dari 2 (dua) jenis pengeluaran, yaitu pengeluaran konsumsi makanan, dan pengeluaran konsumsi bukan makanan. Menurut Saiful (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat diantaranya (1) besar kecilnya pendapatan, (2) pendapatan yang mungkin diterima di masa akan datang, (3) pendapatan tertinggi yang pernah dicapai pada masa lampau, (4) tingkat bunga, (5) harga barang dan jasa, dan (6) adat istiadat dan kebiasaan masyarakat. Dari sudut pandang ekonomi, faktor pertama sampai di faktor kelima mewakili berbagai faktor yang mempengaruhi aktivitas konsumsi masyarakat. Sedangkan faktor keenam, merupakan faktor yang mempengaruhi aktivitas konsumsi masyarakat dari sudut pandang budaya. Faktor keenam inilah yang akan menjadi salah satu fokus penelitian ini.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, diantaranya (1) untuk mengetahui pengaruh langsung Disposible Income dan Frekwensi Ritual Keagamaan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan masyarakat di Kota Denpasar. (2) untuk mengetahui pengaruh tidak langsung Disposible Income dan Frekwensi Ritual Keagamaan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan masyarakat di Kota Denpasar melalui Pengeluaran Konsumsi Makanan. Dan (3) untuk mengetahui pengaruh Disposible Income, Frekwensi Ritual Keagamaan, dan Pengeluaran Konsumsi Makanan secara serempak dan parsial terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan masyarakat di Kota Denpasar.

Penelitian ini akan menganalisis pola pengeluaran konsumsi masyarakat dari sudut pandang ekonomi dan budaya masyarakat di provinsi Bali, khususnya kota Denpasar. Dipilihnya kota Denpasar dalam penelitian ini, karena kota Denpasar memiliki angka pengeluaran konsumsi


(4)

rata-rata sebulan yang tertinggi dibandingkan dengan kabupaten lainnya di provinsi Bali. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah perluasan dari analisis regresi linier berganda. Alat analisis yang dimaksud adalah Analisis Jalur atau Path Analysis. Menurut Suyana (2009), analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk mengnaksir hubungan kausalitas antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Analisis jalur ini sendiri tidak dapat menentukan hubungan sebab-akibat dan juga tidak dapat digunakan sebagai substitusi bagi peneliti untuk melihat hubungan kausalitas antar variabel. Namun, hubungan kausalitas antar variabel dibentuk dengan model berdasarkan landasan teori.

2. PEMBAHASAN HASIL ANALISIS DATA 2.1 Kondisi Penduduk Kota Denpasar

Berdasarkan data proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, penduduk kota Denpasar tahun 2015 adalah sebanyak 880.600 jiwa. Dengan jumlah penduduk sebesar itu, kepadatan penduduk di kota Denpasar pada tahun 2015 mencapai 6880,8 jiwa per kilometer persegi. Sebagai sebuah kota besar, pertambahan penduduk Denpasar memang tidak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan alami penduduk, namun juga daya tarik sebuah kota besar yang dimiliki Denpasar menyebabkan tingginya arus migrasi ke kota Denpasar. Hal ini menjadi penyebab terus meningkatnya kepadatan penduduk di kota Denpasar.

Secara umum, penduduk laki-laki di Denpasar relatif lebih banyak dibanding penduduk perempuan, dengan sex ratio sebesar 104, ini berarti pada tahun 2015 dari setiap 100 orang perempuan di Denpasar terdapat 104 orang laki-laki. Sebagai kecamatan dengan wilayah terluas, Denpasar Selatan memiliki jumlah penduduk terbesar dibanding kecamatan lainnya dengan jumlah penduduk tahun 2013 sebanyak 266.420 jiwa. Pada peringkat kedua terdapat kecamatan Denpasar Barat dengan jumlah penduduk sebanyak 245.580 jiwa. Bila dibandingkan dengan luas wilayah,

Denpasar Barat memiliki luas wilayah yang lebih sempit dibandingkan Denpasar Selatan. Dengan luas wilayah 24,06 km2, menjadikan Denpasar Barat sebagai kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi di kota Denpasar yaitu 10.206 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan ini jauh berada diatas tingkat kepadatan penduduk rata-rata di Denpasar yang hanya sebesar 6.880 jiwa per kilometer persegi.

2.2 Karakteristik Responden

Masyarakat kota Denpasar yang dijadikan responden dalam penelitian ini berjumlah 120 orang, yang diambil secara proporsional dari 4 (empat) kecamatan yang ada di kota Denpasar, yaitu Denpasar Selatan, Denpasar Barat, Denpasar Utara, dan Denpasar Timur. Responden termuda berusia 19 tahun, responden tertua berusia 62 tahun, dengan rata-rata umur responden 38,82 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah responden pria sebanyak 65 orang atau 54,17 persen, sedangkan jumlah responden wanita sebanyak 55 orang atau 45,83 persen. Dari sisi status perkawinan, sebesar 25,83 persen responden belum menikah, sisanya sebesar 74,17 persen responden sudah memiliki status menikah. Pendapatan rata-rata per bulan responden, menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen responden memiliki pendapatan rata-rata per bulan di atas 3 juta rupiah, tepatnya sebanyak 59,5 persen responden. Rata-rata pendapatan responden dalam penelitian ini adalah sebesar Rp.3.637.704,- (tiga juta enam ratus tiga puluh tujuh ribu tujuh ratus empat rupiah). Hal ini menunjukkan, tingkat kesejahteraan masyarakat kota Denpasar yang diukur dari rata-rata pendapatan per bulan, sudah menunjukkan tingkat kesejahteraan yang sangat baik.

2.3 Hasil Analisis Data

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka dapat digambarkan desain penelitian sebagai berikut:


(5)

5

Gambar 1. Model Analisis Jalur

Anak panah e1 menunjukkan jumlah variansi variabel Pengeluaran Konsumsi Makanan (Y1) yang tidak dapat dijelaskan oleh Disposable Income (X1) dan Frekwensi Ritual Keagamaan

(X2). Anak panah e2 menunjukkan jumlah variansi variabel Pengeluaran Ritual Keagamaan (Y2)

yang tidak dapat dijelaskan oleh Disposable Income (X1), Frekwensi Ritual Keagamaan (X2) dan

Pengeluaran Konsumsi Makanan (Y1). Nilai kekeliruan taksiran standar (standard error of

estimate), yaitu: ei =

2

) ...(1)

Berdasarkan Gambar 1 dapat dibuat persamaan struktural yang menunjukan hubungan antar variabel yang dihipotesiskan sebagai berikut:

Standardize koefisien pada persamaan (1) akan memberikan nilai b1 dan b2, sedangkan standardize koefisien pada persamaan (2) akan memberikan nilai b3, b4 dan b5. Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan:

= 1 – e1 2

e2 2

…..ep 2

...(4)

Dalam hal ini interpretasi terhadap sama dengan interpretasi koefisien determinasi (R2) pada analisis regresi.

Hasil olahan data dengan menggunakan metode regresi, memperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Output Regresi Persamaan 1

Model Summary

,513a ,264 ,251 730291,504

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Est imat e Predictors: (Constant), Frekuensi Rit ual Keagamaan, Disposable Income

a.

b 3 Disposable Income

( X 1 )

Pengeluaran Ritual Keagamaan

( Y 2 ) Pengeluaran Konsumsi

Makanan ( Y 1 )

Frekwensi Ritual Keagamaan

( X 2 )

e 1

e 2 b 5

b 4 b 2


(6)

Coeffici entsa

1377243 112462,5 12,246 ,000

,249 ,039 ,636 6,403 ,000

-125183 26323,466 -,472 -4,756 ,000

(Constant)

Disposable Income Frekuensi Rit ual Keagamaan Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coef f icients

Beta Standardized Coef f icients

t Sig.

Dependent Variable: Pengeluaran Konsumsi Makanan a.

Berdasarkan hasil olahan data pada Tabel 1, maka dapat dibuat persamaan regresi yang menggunakan standardized coefficients beta sebagai berikut:

Y1 = b1X1 + b2X2 + e1 Y1 = 0,636 X1 – 0,47X2

= 0,858

Disposable Income (X1) memiliki nilai Sig. sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha (tingkat kesalahan) 0,05 yang menunjukkan bahwa Disposable Income secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap Pengeluaran Konsumsi Makanan (Y1). Variabel Frekwensi Ritual Keagamaan (X2) memiliki Sig. sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha (tingkat kesalahan) 0,05 yang menunjukkan bahwa Frekwensi Ritual Keagamaan secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap Pengeluaran Konsumsi Makanan (Y1).

Tabel 2. Output Regresi Persamaan 2

Model Summary

,260a ,068 ,044 357752,657

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Est imat e Predictors: (Constant), Pengeluaran Konsumsi

Makanan, Frekuensi Ritual Keagamaan, Disposable Income

a.

ANOVAb

1E+012 3 3,615E+011 2,824 ,042a

1E+013 117 1,280E+011

2E+013 120

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Pengeluaran Konsumsi Makanan, Frekuensi Ritual Keagamaan, Disposable Income

a.

Dependent Variable: Pengeluaran Ritual Keagamaan b.


(7)

7

Coeffi ci entsa

292447,4 83022,702 3,522 ,001

,013 ,022 ,075 ,577 ,565

-962,185 14076,833 -,008 -,068 ,946

,097 ,045 ,225 2,159 ,033

(Constant)

Disposable Income Frekuensi Ritual Keagamaan Pengeluaran Konsumsi Makanan Model

1

B St d. Error Unstandardized

Coef f icients

Beta St andardized Coef f icients

t Sig.

Dependent Variable: Pengeluaran Rit ual Keagamaan a.

Berdasarkan hasil olahan data pada Tabel 2, maka dapat dibuat persamaan regresi yang menggunakan standardized coefficients beta sebagai berikut:

Y2 = b3X1 + b4X2 + b5X3 + e2 Y2 = 0,075 X1 – 0,008 X2 + 0,225 Y1

= 0,965

Disposable Income (X1) memiliki nilai Sig. sebesar 0,565 lebih besar dari alpha (tingkat kesalahan) 0,05 yang menunjukkan bahwa Disposable Income secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan (Y2). Variabel Frekwensi Ritual Keagamaan (X2) memiliki Sig. sebesar 0,946 lebih besar dari alpha (tingkat kesalahan) 0,05 yang menunjukkan bahwa Frekwensi Ritual Keagamaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan (Y2). Variabel Pengeluaran Konsumsi Makanan (Y1) memiliki Sig. sebesar 0,033 lebih kecil dari alpha (tingkat kesalahan) 0,05 yang menunjukkan bahwa Pengeluaran Konsumsi Makanan secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan (Y2).

Tabel ANOVA menunjukkan nilai F sebesar 2,824 dengan Sig. sebesar 0,042 lebih kecil dari alpha (tingkat kesalahan) 0,05 yang berarti bahwa Disposable Income (X1), Frekwensi Ritual Keagamaan (X2), dan Pengeluaran Konsumsi Makanan (Y1) secara serempak berpengaruh signifikan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan (Y2).

Untuk memeriksa validitas model, terdapat indikator untuk melakukan pemeriksaan, yaitu koefisien determinasi total, yang hasilnya sebagai berikut :

R2m = 1 – (Pe1) 2

(Pe2) 2

= 1 – (0,858)2 (0,965)2 = 0,341

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi total, maka diperoleh bahwa keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model adalah sebesar 34,1 persen atau dengan kata lain informasi yang terkandung dalam data sebesar 34,1 persen dapat dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya yaitu 65,9 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model.

Olahan data pada persamaan 1 dan persamaan 2 dirangkum menjadi satu, dan menghasilkan gambaran hasil analisis jalur seperti pada Gambar 2 berikut ini:


(8)

Gambar 2. Hasil Analisis Jalur

Gambar 2 menunjukkan koefisien jalur yang menggambarkan hal-hal sebagai berikut:

a. Disposable Income (X1) secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan (Y2) melalui Pengeluaran Konsumsi Makanan (Y1), dengan total pengaruh sebesar 0,636 x 0,225 = 0,1431

b. Frekwensi Ritual Keagamaan (X2) secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan (Y2) melalui Pengeluaran Konsumsi Makanan (Y1), dengan total pengaruh sebesar |-0,472| x 0,225 = 0,1062 (nilai absolut)

c. Disposable Income (X1) dan Frekwensi Ritual Keagamaan (X2) secara langsung tidak berpengaruh terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan (Y2)

2.4 Analisis Ekonomi

Disposable Income atau pendapatan yang siap dibelanjakan, secara teori berpengaruh terhadap pola konsumsi seseorang, baik konsumsi makanan maupun konsumsi non makanan. Pada penelitian ini, diperoleh hasil bahwa disposable income secara parsial secara langsung berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran konsumsi makanan, namun tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengeluaran ritual keagamaan yang termasuk kategori konsumsi non makanan. Secara tidak langsung, disposable income berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran ritual keagamaan melalui pengeluaran konsumsi makanan. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat yang digunakan untuk membiayai pengeluaran ritual keagamaan dipengaruhi oleh besarnya pengeluaran konsumsi makanan.

Sementara itu, Frekwensi Ritual Keagamaan yang menggambarkan rata-rata ritual keagamaan yang dijalani oleh masyarakat setiap bulannya, menunjukkan pengaruh langsung yang signifikan terhadap pengeluaran konsumsi makanan, namun tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengeluaran ritual keagamaan. Secara tidak langsung, frekwensi ritual keagamaan berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran ritual keagamaan melalui pengeluaran konsumsi makanan. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran ritual keagamaan yang dikaitkan dengan frekwensi ritual keagamaan masyarakat, terlebih dahulu memperhatikan besarnya pengeluaran konsumsi makanan, sebelum nantinya digunakan untuk membiayai pengeluaran ritual keagamaan.

3. SIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

a. Disposable Income dan Frekwensi Ritual Keagamaan secara langsung tidak berpengaruh terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan

0,075 (Tidak Signifikan) Disposable Income

( X 1 )

Pengeluaran Ritual Keagamaan

( Y 2 ) Pengeluaran Konsumsi

Makanan ( Y 1 )

Frekwensi Ritual Keagamaan

( X 2 )

0,858

0,965 0,225

(Signifikan)

-0,008

(Tidak Signifikan) -0,472

(Signifikan) 0,636 (Signifikan)


(9)

9

b. Disposable Income dan Frekwensi Ritual Keagamaan secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan melalui Pengeluaran Konsumsi Makanan

c. Disposable Income dan Frekwensi Ritual Keagamaan secara parsial berpengaruh terhadap Pengeluaran Konsumsi Makanan, namun tidak berpengaruh secara parsial terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan. Secara serempak, Disposable Income, Frekwensi Ritual Keagamaan, dan Pengeluaran Konsumsi Makanan berpengaruh signifikan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan.

Ucapan Terimakasih

Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan anugerahNYA, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Terimakasih peneliti juga haturkan kepada Ketua LPPM Universitas Udayana beserta seluruh jajaran, atas kesempatan yang diberikan kepada peneliti untuk dapat menjalankan penelitian ini. Tidak lupa, terimakasih kepada Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Udayana beserta jajaran staf pimpinan Fakultas, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali atas dukungan data yang diberikan, para responden yang telah meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peneliti, dan juga para surveyor yang membantu peneliti dalam proses pengumpulan data. Pada akhirnya, terlepas dari berbagai kekurangannya, semoga penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui tentang pola konsumsi masyarakat dari aspek ekonomi dan budaya.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Provinsi Bali. 2014. Bali dalam Angka 2014. http://bali.bps.go.id

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/10/29/tanda-tanda-pergeseran-pola-konsumsi-masyarakat-indonesia-699200.html

http://www.fajarbali.com/index.php/utama/2422-upacara-dan-adat-semestinya-membahagiakan-bukan-memberatkan.html?device=desktop

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Jakarta: Erlangga.

Nata Wirawan. 2003. Statistik Ekonomi Lanjutan. Denpasar: Keraras Mas.

Nuria Sukma. 2012. Pengeluaran Konsumsi Masyarakat dan Pendapatan Pemerintah Daerah. http://nuriasukma93.blogspot.com/ 2012/06/pengeluaran-konsumsi-masyarakat-dan.html Sahdan, Gregorius. 2005. Menanggulangi Kemiskinan Desa. Artikel Ekonomi Rakyat dan

Kemiskinan. Yogyakarta. www.antara.co.id

Saiful Arif. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi.

http://wartailmu.blogspot.com/2011/08/faktor-faktor-yang- mempengaruhi.html

Suyana Utama, Made. 2008. Aplikasi Analisis Kuantitatif. Buku Ajar FE Unud. Denpasar : Sastra Utama


(1)

rata sebulan yang tertinggi dibandingkan dengan kabupaten lainnya di provinsi Bali. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah perluasan dari analisis regresi linier berganda. Alat analisis yang dimaksud adalah Analisis Jalur atau Path Analysis. Menurut Suyana (2009), analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk mengnaksir hubungan kausalitas antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Analisis jalur ini sendiri tidak dapat menentukan hubungan sebab-akibat dan juga tidak dapat digunakan sebagai substitusi bagi peneliti untuk melihat hubungan kausalitas antar variabel. Namun, hubungan kausalitas antar variabel dibentuk dengan model berdasarkan landasan teori.

2. PEMBAHASAN HASIL ANALISIS DATA 2.1 Kondisi Penduduk Kota Denpasar

Berdasarkan data proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, penduduk kota Denpasar tahun 2015 adalah sebanyak 880.600 jiwa. Dengan jumlah penduduk sebesar itu, kepadatan penduduk di kota Denpasar pada tahun 2015 mencapai 6880,8 jiwa per kilometer persegi. Sebagai sebuah kota besar, pertambahan penduduk Denpasar memang tidak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan alami penduduk, namun juga daya tarik sebuah kota besar yang dimiliki Denpasar menyebabkan tingginya arus migrasi ke kota Denpasar. Hal ini menjadi penyebab terus meningkatnya kepadatan penduduk di kota Denpasar.

Secara umum, penduduk laki-laki di Denpasar relatif lebih banyak dibanding penduduk perempuan, dengan sex ratio sebesar 104, ini berarti pada tahun 2015 dari setiap 100 orang perempuan di Denpasar terdapat 104 orang laki-laki. Sebagai kecamatan dengan wilayah terluas, Denpasar Selatan memiliki jumlah penduduk terbesar dibanding kecamatan lainnya dengan jumlah penduduk tahun 2013 sebanyak 266.420 jiwa. Pada peringkat kedua terdapat kecamatan Denpasar Barat dengan jumlah penduduk sebanyak 245.580 jiwa. Bila dibandingkan dengan luas wilayah,

Denpasar Barat memiliki luas wilayah yang lebih sempit dibandingkan Denpasar Selatan. Dengan luas wilayah 24,06 km2, menjadikan Denpasar Barat sebagai kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi di kota Denpasar yaitu 10.206 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan ini jauh berada diatas tingkat kepadatan penduduk rata-rata di Denpasar yang hanya sebesar 6.880 jiwa per kilometer persegi.

2.2 Karakteristik Responden

Masyarakat kota Denpasar yang dijadikan responden dalam penelitian ini berjumlah 120 orang, yang diambil secara proporsional dari 4 (empat) kecamatan yang ada di kota Denpasar, yaitu Denpasar Selatan, Denpasar Barat, Denpasar Utara, dan Denpasar Timur. Responden termuda berusia 19 tahun, responden tertua berusia 62 tahun, dengan rata-rata umur responden 38,82 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah responden pria sebanyak 65 orang atau 54,17 persen, sedangkan jumlah responden wanita sebanyak 55 orang atau 45,83 persen. Dari sisi status perkawinan, sebesar 25,83 persen responden belum menikah, sisanya sebesar 74,17 persen responden sudah memiliki status menikah. Pendapatan rata-rata per bulan responden, menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen responden memiliki pendapatan rata-rata per bulan di atas 3 juta rupiah, tepatnya sebanyak 59,5 persen responden. Rata-rata pendapatan responden dalam penelitian ini adalah sebesar Rp.3.637.704,- (tiga juta enam ratus tiga puluh tujuh ribu tujuh ratus empat rupiah). Hal ini menunjukkan, tingkat kesejahteraan masyarakat kota Denpasar yang diukur dari rata-rata pendapatan per bulan, sudah menunjukkan tingkat kesejahteraan yang sangat baik.

2.3 Hasil Analisis Data

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka dapat digambarkan desain penelitian sebagai berikut:


(2)

Gambar 1. Model Analisis Jalur

Anak panah e1 menunjukkan jumlah variansi variabel Pengeluaran Konsumsi Makanan (Y1) yang tidak dapat dijelaskan oleh Disposable Income (X1) dan Frekwensi Ritual Keagamaan (X2). Anak panah e2 menunjukkan jumlah variansi variabel Pengeluaran Ritual Keagamaan (Y2) yang tidak dapat dijelaskan oleh Disposable Income (X1), Frekwensi Ritual Keagamaan (X2) dan Pengeluaran Konsumsi Makanan (Y1). Nilai kekeliruan taksiran standar (standard error of estimate), yaitu:

ei = 2) ...(1)

Berdasarkan Gambar 1 dapat dibuat persamaan struktural yang menunjukan hubungan antar variabel yang dihipotesiskan sebagai berikut:

Standardize koefisien pada persamaan (1) akan memberikan nilai b1 dan b2, sedangkan standardize koefisien pada persamaan (2) akan memberikan nilai b3, b4 dan b5. Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan:

= 1 – e12 e22…..ep 2

...(4)

Dalam hal ini interpretasi terhadap sama dengan interpretasi koefisien determinasi (R2) pada analisis regresi.

Hasil olahan data dengan menggunakan metode regresi, memperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Output Regresi Persamaan 1 Model Summary

,513a ,264 ,251 730291,504

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Est imat e

Predictors: (Constant), Frekuensi Rit ual Keagamaan, Disposable Income

a.

b 3 Disposable Income

( X 1 )

Pengeluaran Ritual Keagamaan

( Y 2 ) Pengeluaran Konsumsi

Makanan ( Y 1 )

Frekwensi Ritual Keagamaan

( X 2 )

e 1

e 2 b 5

b 4 b 2


(3)

Coeffici entsa

1377243 112462,5 12,246 ,000

,249 ,039 ,636 6,403 ,000

-125183 26323,466 -,472 -4,756 ,000

(Constant)

Disposable Income Frekuensi Rit ual Keagamaan Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coef f icients

Beta Standardized Coef f icients

t Sig.

Dependent Variable: Pengeluaran Konsumsi Makanan a.

Berdasarkan hasil olahan data pada Tabel 1, maka dapat dibuat persamaan regresi yang menggunakan standardized coefficients beta sebagai berikut:

Y1 = b1X1 + b2X2 + e1 Y1 = 0,636 X1 – 0,47X2

= 0,858

Disposable Income (X1) memiliki nilai Sig. sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha (tingkat kesalahan) 0,05 yang menunjukkan bahwa Disposable Income secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap Pengeluaran Konsumsi Makanan (Y1). Variabel Frekwensi Ritual Keagamaan (X2) memiliki Sig. sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha (tingkat kesalahan) 0,05 yang menunjukkan bahwa Frekwensi Ritual Keagamaan secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap Pengeluaran Konsumsi Makanan (Y1).

Tabel 2. Output Regresi Persamaan 2

Model Summary

,260a ,068 ,044 357752,657

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Est imat e Predictors: (Constant), Pengeluaran Konsumsi

Makanan, Frekuensi Ritual Keagamaan, Disposable Income

a.

ANOVAb

1E+012 3 3,615E+011 2,824 ,042a

1E+013 117 1,280E+011

2E+013 120

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Pengeluaran Konsumsi Makanan, Frekuensi Ritual Keagamaan, Disposable Income

a.

Dependent Variable: Pengeluaran Ritual Keagamaan b.


(4)

Coeffi ci entsa

292447,4 83022,702 3,522 ,001

,013 ,022 ,075 ,577 ,565

-962,185 14076,833 -,008 -,068 ,946

,097 ,045 ,225 2,159 ,033

(Constant)

Disposable Income Frekuensi Ritual Keagamaan Pengeluaran Konsumsi Makanan Model

1

B St d. Error Unstandardized

Coef f icients

Beta St andardized Coef f icients

t Sig.

Dependent Variable: Pengeluaran Rit ual Keagamaan a.

Berdasarkan hasil olahan data pada Tabel 2, maka dapat dibuat persamaan regresi yang menggunakan standardized coefficients beta sebagai berikut:

Y2 = b3X1 + b4X2 + b5X3 + e2 Y2 = 0,075 X1 – 0,008 X2 + 0,225 Y1

= 0,965

Disposable Income (X1) memiliki nilai Sig. sebesar 0,565 lebih besar dari alpha (tingkat kesalahan) 0,05 yang menunjukkan bahwa Disposable Income secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan (Y2). Variabel Frekwensi Ritual Keagamaan (X2) memiliki Sig. sebesar 0,946 lebih besar dari alpha (tingkat kesalahan) 0,05 yang menunjukkan bahwa Frekwensi Ritual Keagamaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan (Y2). Variabel Pengeluaran Konsumsi Makanan (Y1) memiliki Sig. sebesar 0,033 lebih kecil dari alpha (tingkat kesalahan) 0,05 yang menunjukkan bahwa Pengeluaran Konsumsi Makanan secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan (Y2).

Tabel ANOVA menunjukkan nilai F sebesar 2,824 dengan Sig. sebesar 0,042 lebih kecil dari alpha (tingkat kesalahan) 0,05 yang berarti bahwa Disposable Income (X1), Frekwensi Ritual Keagamaan (X2), dan Pengeluaran Konsumsi Makanan (Y1) secara serempak berpengaruh signifikan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan (Y2).

Untuk memeriksa validitas model, terdapat indikator untuk melakukan pemeriksaan, yaitu koefisien determinasi total, yang hasilnya sebagai berikut :

R2m = 1 – (Pe1) 2

(Pe2)2 = 1 – (0,858)2 (0,965)2 = 0,341

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi total, maka diperoleh bahwa keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model adalah sebesar 34,1 persen atau dengan kata lain informasi yang terkandung dalam data sebesar 34,1 persen dapat dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya yaitu 65,9 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model.

Olahan data pada persamaan 1 dan persamaan 2 dirangkum menjadi satu, dan menghasilkan gambaran hasil analisis jalur seperti pada Gambar 2 berikut ini:


(5)

Gambar 2. Hasil Analisis Jalur

Gambar 2 menunjukkan koefisien jalur yang menggambarkan hal-hal sebagai berikut:

a. Disposable Income (X1) secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan (Y2) melalui Pengeluaran Konsumsi Makanan (Y1), dengan total pengaruh sebesar 0,636 x 0,225 = 0,1431

b. Frekwensi Ritual Keagamaan (X2) secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan (Y2) melalui Pengeluaran Konsumsi Makanan (Y1), dengan total pengaruh sebesar |-0,472| x 0,225 = 0,1062 (nilai absolut)

c. Disposable Income (X1) dan Frekwensi Ritual Keagamaan (X2) secara langsung tidak berpengaruh terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan (Y2)

2.4 Analisis Ekonomi

Disposable Income atau pendapatan yang siap dibelanjakan, secara teori berpengaruh terhadap pola konsumsi seseorang, baik konsumsi makanan maupun konsumsi non makanan. Pada penelitian ini, diperoleh hasil bahwa disposable income secara parsial secara langsung berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran konsumsi makanan, namun tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengeluaran ritual keagamaan yang termasuk kategori konsumsi non makanan. Secara tidak langsung, disposable income berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran ritual keagamaan melalui pengeluaran konsumsi makanan. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat yang digunakan untuk membiayai pengeluaran ritual keagamaan dipengaruhi oleh besarnya pengeluaran konsumsi makanan.

Sementara itu, Frekwensi Ritual Keagamaan yang menggambarkan rata-rata ritual keagamaan yang dijalani oleh masyarakat setiap bulannya, menunjukkan pengaruh langsung yang signifikan terhadap pengeluaran konsumsi makanan, namun tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengeluaran ritual keagamaan. Secara tidak langsung, frekwensi ritual keagamaan berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran ritual keagamaan melalui pengeluaran konsumsi makanan. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran ritual keagamaan yang dikaitkan dengan frekwensi ritual keagamaan masyarakat, terlebih dahulu memperhatikan besarnya pengeluaran konsumsi makanan, sebelum nantinya digunakan untuk membiayai pengeluaran ritual keagamaan.

3. SIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

a. Disposable Income dan Frekwensi Ritual Keagamaan secara langsung tidak berpengaruh terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan

0,075 (Tidak Signifikan) Disposable Income

( X 1 )

Pengeluaran Ritual Keagamaan

( Y 2 ) Pengeluaran Konsumsi

Makanan ( Y 1 )

Frekwensi Ritual Keagamaan

( X 2 )

0,858

0,965 0,225

(Signifikan)

-0,008

(Tidak Signifikan) -0,472

(Signifikan) 0,636 (Signifikan)


(6)

b. Disposable Income dan Frekwensi Ritual Keagamaan secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan melalui Pengeluaran Konsumsi Makanan

c. Disposable Income dan Frekwensi Ritual Keagamaan secara parsial berpengaruh terhadap Pengeluaran Konsumsi Makanan, namun tidak berpengaruh secara parsial terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan. Secara serempak, Disposable Income, Frekwensi Ritual Keagamaan, dan Pengeluaran Konsumsi Makanan berpengaruh signifikan terhadap Pengeluaran Ritual Keagamaan.

Ucapan Terimakasih

Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan anugerahNYA, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Terimakasih peneliti juga haturkan kepada Ketua LPPM Universitas Udayana beserta seluruh jajaran, atas kesempatan yang diberikan kepada peneliti untuk dapat menjalankan penelitian ini. Tidak lupa, terimakasih kepada Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Udayana beserta jajaran staf pimpinan Fakultas, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali atas dukungan data yang diberikan, para responden yang telah meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peneliti, dan juga para surveyor yang membantu peneliti dalam proses pengumpulan data. Pada akhirnya, terlepas dari berbagai kekurangannya, semoga penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui tentang pola konsumsi masyarakat dari aspek ekonomi dan budaya.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Provinsi Bali. 2014. Bali dalam Angka 2014. http://bali.bps.go.id

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/10/29/tanda-tanda-pergeseran-pola-konsumsi-masyarakat-indonesia-699200.html

http://www.fajarbali.com/index.php/utama/2422-upacara-dan-adat-semestinya-membahagiakan-bukan-memberatkan.html?device=desktop

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Jakarta: Erlangga.

Nata Wirawan. 2003. Statistik Ekonomi Lanjutan. Denpasar: Keraras Mas.

Nuria Sukma. 2012. Pengeluaran Konsumsi Masyarakat dan Pendapatan Pemerintah Daerah. http://nuriasukma93.blogspot.com/ 2012/06/pengeluaran-konsumsi-masyarakat-dan.html Sahdan, Gregorius. 2005. Menanggulangi Kemiskinan Desa. Artikel Ekonomi Rakyat dan

Kemiskinan. Yogyakarta. www.antara.co.id

Saiful Arif. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi.

http://wartailmu.blogspot.com/2011/08/faktor-faktor-yang- mempengaruhi.html

Suyana Utama, Made. 2008. Aplikasi Analisis Kuantitatif. Buku Ajar FE Unud. Denpasar : Sastra Utama