PENDAHULUAN DETERMINAN DARI STATUS PEKERJAAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI LANJUT USIA DI PERDESAAN PROVINSI BALI.

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia” 896 | Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014 kebijakan pembangunan, salah satunya untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk lansia. Menanggapi kondisi tersebut maka diperlukan adanya penanganan yang lebih baik mengenai kesejahteraan lansia, karena lansia merupakan kelompok yang banyak mengalami kemunduran dari segi fi sik, psikologi, sosial, ekonomi, dan kesehatan. Dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup lansia, perlu upaya pemberdayaan guna menunjang derajat kesehatan dan peningkatan mutu kehidupan lansia agar tidak menjadi beban bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Hal yang perlu dicermati adalah adanya pandangan bahwa peningkatan jumlah penduduk lansia akan meningkatkan beban penduduk usia produktif, jika dikaitkan dengan perhitungan rasio ketergantungan penduduk lansia old dependency ratioODR, yang merupakan tingkat ketergantungan penduduk lansia pada penduduk usia produktif. Jika penduduk lansia tersebut semakin meningkat jumlahnya, maka beban penduduk usia produktif akan semakin besar, kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak lansia yang bekerja untuk mencari nafkah. Menurut Affandi 2009, banyaknya lansia yang masih bekerja disebabkan oleh kebutuhan ekonomi yang relatif masih besar, serta secara fi sik dan mental lansia tersebut masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Kebutuhan ekonomi yang relatif besar pada lansia kemungkinan disebabkan tidakbelum adanya jaminan sosial ekonomi yang memadai bagi lansia. Di Indonesia jaminan hari tua, seperti uang pensiun masih sangat terbatas untuk mereka yang bekerja di sektor formal saja, tidak untuk sektor informal. Oleh karena itu, perlu dipikirkan berbagai upaya untuk menjangkau lansia yang tidak punya pensiun atau jaminan hari tua., mengingat jumlah mereka lebih banyak dibanding lansia dari sektor formal. Meningkatnya jumlah penduduk lansia tentu membuat semakin berat pula beban negara. Dampak dari pertambahan penduduk lansia ini masih perlu mendapatkan perhatian, mengingat secara umum kondisi fi sik, mental dan sosial lansia yang sudah banyak mengalami kemunduran, apalagi masih minimnya lansia yang mempunyai jaminan sosial, sehingga masih banyak lansia yang harus bekerja disebabkan oleh kebutuhan ekonomi yang relatif masih besar. Berdasarkan kondisi yang kontradiktif tersebut di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui secara luas latar belakang sosial ekonomi lansia dan determinan dari status pekerjaan berdasarkan karakteristik sosial ekonomi lansia, sehingga dari penelitian ini didapatkan model status pekerjaan. Manfaat penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi pengambil kebijakan maupun peneliti lain, mengenai kondisi nyata lansia di perdesaan Provinsi Bali. Berdasarkan model yang diperoleh yaitu model status pekerjaan lansia, akan diketahui faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian dan perlu ditindaklanjuti oleh pengambil kebijakan dalam rangka perbaikan kebijakan tentang kesejahteraan lansia. Pengertian lanjut usia menurut Undang-undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi “Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 enam puluh tahun ke atas. Hasil Modernisasi berdampak pada peningkatan harapan hidup dan penurunan fertilitas karena teknologi modern membawa serta sarana untuk peningkatan hidup dan mengontrol kelahiran Cowgill Holmes, 1972. Konsekuensi dari modernisasi dan urbanisasi tentu akan memberikan kontribusi pada hilangnya banyak kekuasaan dan prestise dari orang tua dan juga mempengaruhi perawatan lansia Cowgill, 1986. Menurut Chen 2005, penuaan penduduk tentu akan menciptakan tuntutan baru pada pensiun, dan ketika digabungkan dengan fertilitas rendah, hal tersebut akan menghasilkan beban ekonomi yang lebih berat bagi generasi mendatang. Dalam studi oleh Munsur, et al 2010 tentang latar belakang sosio-ekonomi, pengaturan hidup, status kesehatan dan penyalahgunaan abuse wanita berusia 60 tahun dan lebih tua di distrik Naogaon pedesaan Bangladesh. Data dikumpulkan dari tujuh desa, hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas dari lansia yang diteliti tidak memiliki pendidikan dasar, sebagai tenaga kerja tidak dibayar, janda, tidak memiliki penghasilan dan secara ekonomi tergantung pada orang lain. SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia” Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014 | 897

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di daerah perdesaan di 8 kabupaten yang ada di Provinsi Bali. Pemilihan lokasi penelitian yang merupakan wilayah perdesaan di 8 kabupaten di Provinsi Bali mengacu pada klasifi kasi perdesaan dan perkotaan di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik Tahun 2010 Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010. Data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari sumber primer, yaitu diambil secara langsung oleh peneliti menggunakan kuesioner dan angket. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di pedesaan di Provinsi Bali. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode proportional stratifi ed random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei, dimana informasi dikumpulkan dengan menanyai lansia menggunakan kuesioner terstruktur. Survei ini dijalankan dengan menemui responden secara bertatap muka. Dalam hal ini petugas lapang menanyai responden dengan pertanyaan terstruktur yang sudah disiapkan sebelumnya. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Karakteristik sosial ekonomi yang dijabarkan dalam variabel berikut: Umur tahun, Status perkawinan, Tingkat pendidikan, Pendapatan responden, Pendapatan keluarga per-bulan, Kepuasan terhadap kondisi ekonomi, Status ekonomi pada keluarga, Status Kesehatan, Ada tidaknya tunjangan hari tua. 2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah: Status Pekerjaan, dikelompokkan: tidak bekerja; bekerja dengan status berusaha sendiri; bekerja dengan status berusaha dibantu buruh, pekerja tidak dibayar; pekerja bebas; buruhkaryawan. Teknik analisis data dalam penelitian ini, mengikuti langkah-langkah berikut: 1. Melakukan analisis deskriptif untuk mengamati karakteristik sosial ekonomi lansia dengan menentukan persentase variable secara univariat. 2. Melakukan teknik analisis univariat menggunakan analisis Khi Kuadrat untuk mengetahui keterkaitan masing-masing variable karakteristik sosial ekonomi lansia dengan status pekerjaan lansia. 3. Melakukan teknik analisis multivariate menggunakan analisis regresi logistik untuk menentukan faktor-faktor yang memengaruhi status pekerjaan lansia. Analisis regresi logistik menurut Hosmer dan Lemeshow 2000 merupakan metode regresi dengan variabel respon Y merupakan kategorik atau dikotomi, sedangkan variabel bebasnya merupakan variabel kategorik dan atau kontinu. Model regresinya adalah Dengan: = parameter regresi x = variabel bebas Semua data diedit, dikumpulkan, dan dianalisis menggunakan bantuan program statistik SPSS 19.0.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia Perdesaan Provinsi Bali

Data yang diambil merupakan hasil jawaban responden lansia terhadap kuisioner yang disebar di delapan kabupaten di Provinsi Bali, dengan data yang terkumpul sebanyak 358. Hasil analisis deskriptif karakteristik sosial ekonomi lansia pedesaan Provinsi Bali dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia mempunyai status bekerja, yaitu sebanyak 65,6 dan 34,5 tidak bekerja. Banyak alasan lansia masih bekerja, antara lain secara fi sik dan mental lansia p x p x x x x x g β β β β π π + + + + = » ¼ º « ¬ ª − = K 2 2 1 1 1 ln SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia” 898 | Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014 masih mampu dan kuat bekerja, desakan ekonomi, dan aktualisasi diriemosi, seperti yang dikemukakan oleh Wirakartakusumah 1996. Alasan ekonomi yang menjadi sebab lansia bekerja juga dikemukakan oleh Sigit 1988, dengan masih bekerjanya lansia berarti mereka masih dapat menghidupi dirinya sendiri. Bahkan tidak sedikit lansia yang masih menghidupi keluarga anaknya yang tinggal bersamanya, karena mereka hidup dalam keluarga yang tidak mampu. Tabel 1. Karakteristik Social Ekonomi Lansia Pedesaan Provinsi Bali Variabel N Variabel N Status Bekerja 1. Tidak Bekerja 2. Bekerja 123 235 34.5 65.6 Ada tidak Tanggungan 1. Tidak ada 2. Ada 239 119 66.8 33.2 Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Wanita 175 183 48.9 51.1 Status Kesehatan 1. Tidak sehat 2. Sehat 134 224 37.4 62.6 Status Kawin 1. Belum Kawin 2. Kawin 3. Cerai Hidup 4. Cerai Mati 10 280 6 62 2.8 78.2 1.7 17.3 Tunjangan Hari Tua 1. Tidak ada 2. Ada 300 58 83.8 16.2 Tingkat Pndidik 1. Tidak sekolah 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. PT 158 147 23 19 11 44.1 41.1 6.4 5.3 3.1 Pendapatan 1. Tidak ada 2. Rp.500.000 3. 500.000-1 juta 4. 1 Juta 124 98 81 55 34.6 27.4 22.6 15.4 Status dlm RT 1. Anggota RT 2. Kepala RT 223 135 62.3 37.7 Pendapatan Keluarga 1. 1 juta 2. 1.000.001 – 2 juta 3. 2 juta 129 160 69 36.0 44.7 19.3 Kepuasan Ekonomi 1. Tidak Puas 2. Puas 180 178 50.3 49.7 Ketergantung ekonomi 1. Tidak 2. Ya 157 201 43.9 56.1 Deskripsi responden menurut adatidaknya tunjangan hari tua, diperoleh sebagian besar lansia 83.8 tidak mempunyai tunjangan hari tua, dan sisanya mempunyai tunjangan hari tua, seperti tunjangan pensiun, asuransi hari tua, Jaminan sosial lanjut usia JSLU, maupun tunjangan lainnya. Status kesehatan lansia, menunjukkan sebagian besar responden 62,6 dari 358 total lansia mempunyai status sehat, sedangkan sisanya 37,4 menyatakan tidak sehat. Karakteristik lansia yang lain, hasil penelitian menunjukkan bahwa 51,1 responden adalah lansia wanita dan 48,9 lansia laki-laki. Status kawin lansia menunjukkan bahwa 78,2 dengan status kawin, 17,3 status cerai mati, dan sisanya terdiri dari status belum kawin dan cerai hidup. Responden menurut statusnya dalam rumah tangga, menunjukkan 62,3 anggota rumah tangga dan 37,3 merupakan kepala rumah tangga. Karakteristik responden menurut ada tidaknya tanggungan dalam rumah tangga, diperoleh sebagian besar lansia, yaitu 66,8 tidak mempunyai tanggungan, sedangkan sisanya menyatakan mempunyai tanggungan. Variabel tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa sebagian besar lansia mempunyai tingkat pendidikan Tidak Sekolah sebesar 44,1, SD 41,1, sisanya 14,8 dengan status SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Secara keseluruhan, tingkat pendidikan lansia umumnya rendah, seperti halnya kondisi pendidikan penduduk Indonesia pada umumnya. Kondisi demikian sangat dimaklumi mengingat kebanyakan lansia pada waktu mereka berada pada saat usia sekolah, mereka hidup dalam jaman penjajahan atau jaman perang, dan besar kemungkinan bahwa hanya sedikit dari mereka harus bersekolah, selain itu