3
2. Bentuk Kebijakan Deregulasi:
a. Mengurangi Peraturan Deregulasi:
Merasionalisasi peraturan dengan menghilangkan duplikasiredundansiirrelevant regulations.
Melakukan keselarasan antar peraturan.
Melakukan konsistensi peraturan.
b. Mempermudah Pelayanan Birokrasi Debirokratisasi:
Simplifikasi perizinan seperti satu identitas pelaku usahaprofile sharing, sedikit persyaratan
perizinan, dan sebagainya.
Adanya SOP dan SLA yang jelas dan tegas dalam mekanisme dan prosedur perizinan serta penyediaan help desk dan pengawasan internal yang berkelanjutan.
Menganut sistem pelimpahan kewenangan kepada PTSP tempat, bentuk, waktu, biaya.
Penerapan Risk Management yang selaras dalam proses perizinan.
Pelayanan perizinan dan non perizinan melalui sistem elektronik.
c. Meningkatkan Penegakan Hukum dan Kepastian Usaha:
Adanya saluran penyelesaian permasalahan regulasi dan birokrasi damage control channel.
Pengawasan, pengamanan dan kenyamanan, serta pemberantasan pemerasan dan pungli.
Membangun ketentuan sanksi yang tegas dan tuntas dalam setiap peraturan.
3. Cakupan Kegiatan Industri yang Direlaksasi
:
a. Perluasan Investasi;
b. Pengembangan Industri;
c. Perdagangan dan Logistik;
d. Pengadaan Bahan Baku, terutama untuk sektor pertanian kelautan dan perikanan, hasil hutan, dan
barang tambang.
4
1. KELANCARAN EKSPOR
a. Menghilangkan rekomendasi dari Kementerian teknisLembaga sebagai syarat untuk menjadi eksportir terdaftar produk minerba
b. Penghapusan kewajiban verifikasi surveyor LS pada ekspor kayu, beras, precursor non farmasi, migas dan bahan bakar lain
c. Penghilangan pemeriksaan ganda CPO, produk pertambangan hasil pengolahan dan pemurnian.
2. KEMUDAHAN IMPOR BAHAN BAKU INDUSTRI
a. Menghilangkan kewajiban adanya pertimbangan teknis terhadap importasi barang sejenis yang memang sebenarnya tidak terkena kewajiban memenuhi standar SNI, yaitu Ban; Kaca Pengaman Kendaraan Bermotor; Kaca Lembaran; Cermin
Kaca; Keramik Tableware; Kloset Duduk; Plastik - Tangki Air Silinder – Polieltilena; Karet Perapat Rubber Sea Pada Katup Tabung LPG; Produk Melamin - Perlengkapan Makan dan Minum; Helm Pengendara Kendaraan Bermotor Roda Dua;
Semen; Kaca Untuk Bangunan - Blok Kaca; Selang Kompor LPG
b. Surat Pendaftaran Barang SPB SNI yang diwajibkan dalam setiap pengimporan, diganti dengan pengawasan post audit di pasar dalam negeri.
c. Penghapusan kewajiban verifikasi surveyor LS pada impor besibaja, BPO, d. Penghapusan rekomendasi produk kehutanan, gula, TPT, STPP, besibaja, barang berbasis sistem pendingin, beras,
hortikultura, TPT batik dan motif batik, barang modal bukan baru, mesin multifungsi berwarna, garam industri e. Penyederhanaan persyaratan TPT, cengkeh, mutiara, penghilangan HS tertentu produk kehutanan,
f. Kemudahan pengadaan bahan baku limbah non B3 g. Penundaan pembatalanpenghapusanpencabutan ban, produk SNI wajibSPB, label, cakram optik, revisi peraturan API,
toko modern, dan h. Penghapusan IT hortikultura, produk tertentu.
i. Pengawasan Surat post audit di pasar dalam negeri sebagai pengganti Keterangan Pencantuman Label dalam Bahasa Indonesia SKPLBI yang diwajibkan dalam setiap pengimporan.
5
3. EFISIENSI DISTRIBUSI DALAM NEGERI