PERBANDINGAN APLIKASI PRODUK GADAI EMAS DI BANK SYARIAH MANDIRI CABANG KALIURANG DAN PEGADAIAN SYARIAH UNIT MUNGGUR CABANG KUSUMANEGARA YOGYAKARTA

PERBANDINGAN APLIKASI PRODUK GADAI EMAS DI BANK SYARIAH
MANDIRI CABANG KALIURANG DAN PEGADAIAN SYARIAH UNIT
MUNGGUR CABANG KUSUMANEGARA YOGYAKARTA
(Studi Fatwa DSN No. 25/DSN/MUI/III/2002 & No. 26/DSN/MUI/III/2002)

SKRIPSI
Oleh:
Caesar Sidiq Purnama
NPM: 20110730085

FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI MUAMALAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

PERBANDINGAN APLIKASI PRODUK GADAI EMAS DI BANK SYARIAH
MANDIRI CABANG KALIURANG DAN PEGADAIAN SYARIAH UNIT
MUNGGUR CABANG KUSUMANEGARA YOGYAKARTA
(Studi Fatwa DSN No. 25/DSN/MUI/III/2002 & No. 26/DSN/MUI/III/2002)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI) strata Satu
pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
Caesar Sidiq Purnama
NPM: 20110730085
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI MUAMALAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
i

ii

iii

MOTTO
“Jika kita mendapatkan kesulitan, alangkah baiknya jika kita justru memberi
kemudahan bagi orang lain, siapa tahu itu dapat membuka jalan kemudahan pula bagi

kita.” (Caesar Sidiq Purnama)
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama
kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S. Al-Insyirah : 5-6)
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah : 216)

iv

PERSEMBAHAN
Saya persembahkan skripsi ini kepada orang-orang yang telah hadir dan mengiringi
kehidupanku, yang selalu mendukung dan mendoakanku. Khususnya kepada :
1. Bapak dan Mamah yang tanpa kenal lelah dan penuh kesabaran telah
merawatku dari kecil hingga saat ini. Kalian adalah motivasi utamaku dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga kalian selalu diberi kesehatan agar ananda
memiliki kesempatan untuk membahagiakan dan membanggakan kalian.
2. Kakak ku Intan Nur Cahya Mukti, yang selalu memberi motivasi dan contoh
agar tidak

mudah menyerah dalam menjalani hidup ini. Masih tidak


menyangka bahwa secepat ini engkau meninggalkan kami semua. Semoga
penyakitmu selama di dunia ini dapat mengugugurkan segala dosamu dan
semoga mendapat tempat yang terbaik disisi ALLAH SWT. Amin.
3. Kakak ku Indah Suryani Dwi Bhakti, yang selalu memberi dukungan dan
semangat dalam menjalani hidup ini. Semoga engkau selalu diberi kesehatan
dan segera diberi jodoh. Amin.
4. Muhammad Sofian Darmawan, terimakasih telah dengan sabar merawat
kakak ku Intan Nur Cahya Mukti selama di dunia ini. Semoga engkau diberi
ketabahan dan diberi kelancaran serta kemudahan dalam menjalani hidup ini.
Amin.

v

5. Farah

Salsabila,

yang


telah

memberi dukungan

dan semangat,

serta

menemaniku selama ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik
untuk kita. Amin.
6. Teman-teman seperjuangan EPI 2011, semoga kalian diberi kemudahan dalam
menjalani kehidupan yang sebenarnya setelah lulus.
7. Sahabat-Sahabat generasi 90an yang telah mendukung dan menemani harihari ku walaupun sekarang kita telah memiliki kehidupan masing-masing.
Semoga kita masih diberi kesempatan untuk bisa berkumpul lagi.
8. Koperasi “KOPMA UMY”, yang telah memberikan pengalaman yang luar
biasa pada saya hingga menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

vi

Kata Pengantar

Assalamualaikum, Wr. Wb
Dengan

Rahmat

Allah

SWT,

Alahmadulillah

penulis

telah

dapat

menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Perbandingan Aplikasi Produk
Gadai Emas Di Bank Syariah Mandiri Cabang Kaliurang Dan Pegadaian
Syariah Unit Munggur Cabang Kusumanegara Yogyakarta(Studi Fatwa Dewan

Syariah Nasional No. 25/DSN/MUI/III/2002 & No. 26/DSN/MUI/III/2002)”,
sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana S-1 pada Program Studi Ekonomi
Perbankan Islam (Muamalat) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Selama proses penulisan skripsi ini, mulai dari penyusunan rancangan
penelitian,

studi kepustakaan,

pencarian dan pengumpulan data di lapangan,

pengolahan data penelitian hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini, penulis telah
banyak mendapat bantuan baik berupa sumbangan pemikiran maupun tenaga yang
tidak ternilai harganya dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini
perkenankanlah penulis dengan kerendahan hati dan rasa ikhlas yang tulus untuk
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Mahli Zainudin, M. Si. selaku Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

vii


2. Bapak Syarif As’ad, S. Ei., M.Si selaku Ketua Prodi Muamalat Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Bapak Mukhlis Rahmanto Lc., MA selaku dosen pembimbing yang telah
sabar dan meluangkan waktu untuk dapat memberi arahan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini.
4. Bapak Sukiyo, S.E selaku Pimpinan Pegadaian Syariah Unit Munggur Cabang
Kusumanegara Yogyakarta.
5. Bapak Arif Triyono Supriyadi selaku Branch Operation Manager PT Bank
Syariah Mandiri Cabang Kaliurang.
6. Seluruh staff pengajar dan pegawai tata usaha program studi Muamalat yang
telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat yang telah memberi ide, doa, tenaga, semangat, dan
dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Semoga skripsi yang sederhana ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 14 Dovember 2016

Caesar Sidiq Purnama

viii

DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………………………i
Nota Dinas …………………………………………………………………………..ii
Pengesahan ………………………………………………………………………….iii
Pernyataan …………………………………………………………………………..iv
Motto ………………………………………………………………………………..v
Persembahan ………………………………………………………………………..vi
Kata Pengantar …………….……………………………………………………….viii
Daftar Isi …………………………………………………………………………….x
Abstrak .……………..…….………………………...……………………………...xiii
Abstract .……………..…….………………………...……………………………...xiv
Transliterasi .……………..…….………………………...…………………………xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .……………………………………...………………………1
B. Rumusan Masalah …………………………………...………………………5
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………..5
ix


D. Batasan Masalah……………………………………………………………...6
E. Kegunaan Penelitian………………………………………………………….6
F. Sistematika Penulisan………………………………………………………...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka…………………………………………………………… ..9
B. Kerangka Teori ……………………………………………………………. .19
1. Bank Syariah ………………………………………………………….. .19
2. Pegadaian Syariah .…………………………………………………….. .25
3. Gadai Emas …………………………………………………………… .26
4. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia …………… .37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian ………………………………………………….. .41
B. Lokasi dan Subyek Penelitian ……………………………………………... .41
C. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………….42
D. Teknik Analisis Data ………………………………………………………..43

x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Bank Syariah Mandiri Cabang Kaliurang …………………………………. .46

B. Pegadaian Syariah Unit Munggur Cabang Kusumanegara ………………....52
C. Perbandingan Aplikasi Produk Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang
Kaliurang dan Pegadaian Syariah Unit Munggur Cabang Kusumanegara ... .60
D. Kesesuaian Produk Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang
Kaliurang dan Pegadaian Syariah Unit Munggur Cabang
Kusumanegara dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional
No. 25/DSN/MUI/III/2002 dan No. 26/DSN/MUI/III/2002 ………………62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………... 65
B. Saran ………………………………………………………………………. 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
I. Konsonan Tunggal
No

Arab


Latin

No

1

‫ا‬

a

16

Th

2

‫ب‬

b

17

Zh

3

t

18

..’..

4

ts

19

Gh

5

j

20

F

6

h

21

Q

7

kh

22

K

8

d

23

L

9

dz

24

M

10

r

25

N

11

z

26

W

12

s

27

H

13

sy

28

‫ﻋ‬

..’..

14

sh

29

‫ي‬

Y

15

dh

xii

Arab

Latin

II.

III.

Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap

‫متع دة‬

Ditulis

Muta’addidah

‫عة‬

Ditulis

„iddah

Ta’ Marbūṭah di akhir kata
a.

Bila dimatikan tulis h

‫ح‬

Ditulis

ḥikmah

‫ج ي‬

Ditulis

Jizyah

(Ketentuan ini tidak diperlukan, bila kata-kata arab yang sudah terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, salat dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya)
b.

Bila ta’ marbuṭah diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu
terpisah, maka ditulis dengan h

‫ك م أو ي ء‬

c.

Ditulis

Kar mah al-auliy ’

Bila ta’ marbuṭah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah
ditulis t

‫ك ة فط‬

Ditulis

xiii

Zak t al-fịtr

IV.

V.

Vokal Pendek
‫ــــــــــــــــ‬

faṭhạh

Ditulis

A

‫ــــــــــــــــ‬

Kasrah

Ditulis

I

‫ــــــــــــــــ‬

.dammah

Ditulis

U

Vokal Panjang
1.

2.

Faṭhạh +alif

Ditulis

‫ج هي‬

ditulis

Faṭhạh + ya’ mati

Ditulis

‫تس‬
3.

4.

VI.

J hiliyah

ditulis

Tans

Kasrah + ya’ mati

Ditulis

Ī

‫ك يم‬

ditulis

Karīm

ḍammah + wawu mati

Ditulis

‫ف وض‬

ditulis

Fur d

Faṭhạh + ya’ mati

Ditulis

Ai

‫بي م‬

ditulis

Bainakum

Faṭhạh + wawu mati

Ditulis

Au

Vokal Rangkap
1.

2.

xiv

‫ق‬

Qaul

ditulis

VII. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan
Apostrof

‫أأ تم‬
‫أع‬
‫ش تم‬

Ditulis

a’antum

Ditulis

u’iddat

Ditulis

la’in syakartum

VIII. Kata Sandang Alif + Lam
a.

b.

Bila diikuti huruf Qamariyyah

Bila

‫ق آ‬

Ditulis

al –Qur’ n

‫قي‬

Ditulis

al-Qiy s

diikuti

huruf

Syamsiyyah

ditulis

dengan

menggunakan

Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)-nya

‫س ء‬

Ditulis

as –Sam ’

‫ش‬

Ditulis

asy- Syams

xv

huruf

IX.

Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya.

‫ف وض‬
‫س‬

‫و‬
‫أه‬

xvi

Ditulis

Zawi al-furūḍ

Ditulis

Ahl as-Sunnah

PENGESAHAN
Judul Skripsi
PERBAI\IDINGAII APLIKASI PRODT]K GADAI EMAS DI BAI\K SYARHII
MANDIRI CABAI\IG KALITTRANG DAI\I PEGADAIAN SYARIAH UNTT
MUNGGT'R CABAI\TGKUST]MAIYEGARA YOGYAKARTA
(Studi Fatwa Dewen Syariah Nasional No. 25IIISN/IUUUIII/2O02dan
No. 26IDSN/1U[II/III/2002)
Yang dipersiapkandan disusunoleh:
Nama
NPM

: Caesar Sidiq Punnama
: 20110730085

Telah di munaqasyahkan
di depanSidangMunaqasyahProdi Ekonomi dan
PerbankanIslam padatanggal22 Desember2016 dandinyatakanmemenuhisyarat
untuk diterima
Sidang l)ewan Seminar Proposal Skripsi
KetuaSidang : Sr$risno,S.E.I.,M.S.I
Pembimbing : Mulfilis Rahmanto,Lc., M.A
Penguji

: Dr. Maesyaroh,M.A
Yogyakarta26 Desember2016
akultasAgamaIslam
Yogyalrarta

*1"W"Krt

i(#..*^^}
(*hffi
7
a
t

F
v

M. Si)

u1

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan praktik produk gadai emas
yang ada di Bank Syariah Mandiri Cabang Kaliurang dan Pegadaian Syariah Unit
Munggur Cabang Kusumanegara dengan studi pada Fatwa Dewan Syariah
Nasional No. 25/DSN/MUI/III/2002 dan No. 26/DSN/MUI/III/2002. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur di Bank Syariah Mandiri
Cabang Kaliurang dan Pegadaian Syariah Unit Munggur tidak berbeda jauh. Di
awali dengan pengajuan persyaratan yaitu kartu identitas dan jaminan, setelah di
lakukan pengecekan terhadap persyaratan oleh petugas, maka petugas akan
memberi informasi kepada nasabah mengenai fasilitas dan resiko yang akan di
kenakan setelah transaksi gadai emas tersebut. Setelah nasabah setuju, petugas
akan melakukan proses gadai emas. Sedangkan perbedaan yang ada di Bank
Syariah Mandiri Cabang Kaliurang dan Pegadaian Syariah Unit Munggur Cabang
Kusumanegara, dari segi biaya administrasi, Pegadaian Syariah Unit Munggur
Cabang Kusumanegara menetapkan biaya mulai dari Rp. 2.000,- s/d Rp. 100.000,dan Bank Syariah Mandiri Cabang Kaliurang menetapkan biaya Rp. 18.000,- s/d
Rp. 125.000,-. Untuk biaya ujroh Bank Syariah Mandiri Cabang Kaliurang
menetapkan per 15 hari dan Pegadaian Syariah Unit Munggur Cabang
Kusumanegara per 10 hari. Dalam pelaksanaan praktik gadai emas di dua lembaga
tersebut belum sesuai dengan Fatwa MUI No.25/DSN/MUI/III/2002 pada point 4
yang menyatakan bahwa tidak boleh menetapkan biaya berdasarkan jumlah
pinjaman. Namun selama tidak ada unsur keterpaksaan dan tidak ada hal yang
merugikan kedua belah pihak, maka pelaksanaan gadai emas di dua lembaga
tersebut tetap dapat di lakukan.
Kata Kunci : Gadai, Gadai Emas, Perbankan Syariah, dan Pegadaian
Syariah

xiii

ABSTRACT
This research aims at comparing the practice of gold pawning product at
Bank Syariah Mandiri Branch Kaliurang and Sharia Pawnshop Munggur Unit
Branch Kusumanegara with a study on the Fatwa of National Islamic Council
Number 25/DSN/MUI/III/2002 and Number 26/DSN/MUI/III/2002. The method
used in this research is descriptive method.
The research result shows that the procedure at Bank Syariah Mandiri
Branch Kaliurang and Sharia Pawnshop Munggur Unit Branch Kusumanegara are
quite similar. It is initiated by filing requirements which are identity card and
guarantee. After checking the requirements, the employees will inform the
customers about the facilities and risks applied after the gold pawning transaction.
After the customers agree, the employees will start the gold pawning process.
Meanwhile, the difference between Bank Syariah Mandiri Branch Kaliurang and
Sharia Pawnshop Munggur Unit Branch Kusumanegara is the admistrative cost.
Sharia Pawnshop Munggur Unit Branch Kusumanegara charges the cost starting
from Rp. 2.000,00 to Rp. 100.000,00 and Bank Syariah Mandiri Branch Kaliurang
charges the cost starting from Rp. 18.000,00 to Rp. 125.000,00. For the ujroh fee,
Bank Syariah Mandiri Branch Kaliurang applies the cost per 15 days while Sharia
Pawnshop Munggur Unit Branch Kusumanegara applies the cost for 10 days. In
the practice, these two institutions have not been in accordance with the Fatwa of
National Islamic Council Number 25/DSN/MUI/III/2002 on point 4 stating that an
institution cannot charge the cost based on the loan amount. However, as long as
there is no force and financial loss for both parties, the gold pawning transaction
can still be conducted.

Keywords: Pawning, Gold Pawning, Sharia Banking, and Sharia Pawnshop

xiv

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam telah mengajarkan kepada seluruh umat manusia untuk dapat hidup
saling tolong menolong (ta’awun) dengan berdasar pada rasa tanggung jawab
bersama,

jamin

menjamin,

dan

tanggung

menanggung

dalam

hidup

bermasyarakat. Islam juga mengajarkan agar dalam hidup bermasyarakat dapat di
tegakkan nilai-nilai keadilan dan di hindarkan praktik-praktik penindasan dan
pemerasan (Hadi, 2003:49).
Dalam membantu sesama umat yang membutuhkan, islam membolehkan
adanya pinjam meminjam dengan berdasarkan rasa tolong menolong dan adanya
rasa tanggungjawab bersama dan menghindari praktik pemerasan yang dapat
memberatkan salah satu pihak.
Pada saat ini pelaksanaan pinjam meminjam tidak hanya di lakukan oleh
antar individu, namun juga telah melibatkan lembaga keuangan (bank dan non
bank). Pihak yang sedang membutuhkan dapat mengajukan pinjaman kepada
lembaga keuangan, tentunya dengan mematuhi syarat yang di ajukan oleh
lembaga keuangan tersebut. Ada beberapa transaksi muamalah yang dapat di
laksanakan, salah satunya adalah gadai (rahn).
Gadai merupakan salah satu kategori dari perjanjian utang piutang.
Menurut Pasal 1150 KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Perdata), gadai adalah
suatu hak yang di peroleh seseorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang
di serahkan kepadanya oleh seseorang yang berhutang atau oleh orang lain atas

2

namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk
mengambil pelunasan dari barang tersebut secara di dahulukan dari pada orangorang yang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang barang
tersebut dan biaya-biaya mana harus di dahulukan.
Pelaksanaan gadai sendiri yaitu di mana untuk suatu kepercayaan dari
orang yang berpiutang, maka orang yang berhutang harus menjaminkan barang
yang ia miliki untuk menjadi jaminan atas hutangnya. Barang jaminan di kuasai
oleh penerima gadai namun barang tersebut tetap milik orang yang berhutang.
Praktik ini telah ada sejak zaman Rasulullah SAW, dan juga Rasulullah sendiri
pun telah melakukan hal ini (Hadi, 2003: 3)
Dalam pelaksanaannya, gadai terdapat pada lembaga keuangan yakni
Perbankan dan juga Perum Pegadaian. Pada awalnya masyarakat menggunakan
Perum pegadaian karena di nilai merupakan salah satu alternatif pendanaan yang
sangat efektif karena tidak memerlukan proses dan persyaratan yang rumit.
Namun dalam kenyataannya, Perum Pegadaian menunjukkan adanya beberapa hal
yang di anggap memberatkan dan dapat mengarahkan kepada suatu persoalan
riba. Oleh karena itu, Perum Pegadaian mengembangkan gadai dengan sistem
syariah. Hal ini di karenakan adanya peluang yang sangat potensial karena
mayoritas masyarakat Indonesia yang memanfaatkan jasa Perum Pegadaian
adalah Muslim.
Dalam perkembangannya, Perum Pegadaian saat ini tidak sendirian dalam
menawarkan jasa gadai. Perbankan pun sudah mulai menawarkan kepada
nasabahnya mengenai produk gadai. salah satu yang di tawarkan adalah produk

3

gadai emas. Produk ini diyakini akan berpotensi berkembang sangat pesat. Hal ini
dikarenakan emas merupakan salah satu alat investasi jangka panjang yang mulai
banyak diminati oleh masyarakat di Indonesia. Harga emas sendiri cenderung
stabil, bahkan dapat naik nilainya dalam jangka panjang. Bentuknya pun variatif,
dari mulai emas berbentuk batangan, koin, maupun berbentu perhiasan yang bisa
dipakai sewaktu-waktu oleh pemiliknya. Hingga tahun 2016, ada 4 Bank Syariah
yang menawarkan produk gadai emas, yaitu BNI Syariah, BRI Syariah, Bank
Syariah Mandiri dan Bank Muamalat.
Nama Perbankan

Jumlah Cabang di Yogyakarta

BNI Syariah

4

BRI Syariah

3

Bank Syariah Mandiri

13

Bank Muamalat

8

Data di olah (dari website masing-masing Bank)
Walaupun sama-sama menawarkan jasa gadai syariah, Perbankan dan
Perum Pegadaian memiliki resiko bisnis yang berbeda. hal ini dikarenakan adanya
undang-undang yang mengatur masing-masing lembaga dan juga segmen pasar
mereka yang berbeda pula. Jika dalam UU Pegadaian boleh melakukan lelang,
sementara di Perbankan Syariah karena berhubungan kontrak dengan nasabah,
maka tidak bisa serta merta melakukan lelang karena memiliki dasar hukum yang
berbeda

(www.republika.co.id).

menggunakan
kebutuhan

jasa

yang

Perum

mendesak

Segmen

Pegadaian
dengan

pasar

biasanya
waktu

sendiri,
akan

masyarakat

yang

menggunakan

untuk

yang relatif cepat.

Sedangkan

4

masyarakat yang menggunakan jasa Perbankan Syariah biasanya menggunakan
untuk kebutuhan yang tidak mendesak seperti untuk investasi pengembangan
usaha dan membutuhkan waktu relatif lama (jangka panjang).
Dalam pelaksanaannya, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
telah mengeluarkan Fatwa agar dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan gadai
khususnya gadai emas yang terdapat pada Fatwa no. 25/DSN/MUI/III/2002
tentang rahn dan no. 26/DSN/MUI/III/2002 tentang rahn emas. Diharapkan
lembaga yang melaksanakan gadai khususnya gadai emas dapat melaksanakan
transaksi sesuai dengan pedoman yang telah diputuskan oleh Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia agar tidak menyimpang dari ajaran Islam
khususnya dari segi muamalah.
Pada tahun 2012, terdapat sengketa yang terjadi di BRI Syariah mengenai
gadai emas, di mana nasabah gadai emas syariah merasa di rugikan karena bank
menjual emas tanpa persetujuan para nasabah tersebut. Sengketa ini terjadi pada
nasabah BRI Syariah Semarang dan Yogyakarta, salah satu nasabah yang
bersengketa dengan BRI Syariah adalah seniman Butet Kertaredjasa. Butet juga
menjelaskan bahwa klaim dari BRI mengenai nasabah yang tidak membayar biaya
sewa (ujrah) tidak berdasar karena dana itu sudah ada di bank. Kasus sengketa ini
akhirnya

melibatkan

Bank

Indonesia

yang

melakukan

mediasi

untuk

menyelesaikan masalah antara Butet serta 7 nasabah lainnya dengan PT Bank
Rakyat Indonesia Syariah (bisnis.news.viva.co.id).
Dari penjelasan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
“Perbandingan Aplikasi Produk Gadai Emas Di Bank Syariah Mandiri Cabang

5

Kaliurang

dan

Pegadaian

Syariah

Unit

Munggur

Cabang

Kusumanegara

Yogyakarta.”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana praktik produk gadai emas di Bank Syariah Mandiri Cabang
Kaliurang?
2. Bagaimana praktik

produk gadai emas di Pegadaian Syariah Unit

Munggur Cabang Kusumanegara Yogyakarta?
3. Bagaimana perbandingan praktik gadai emas antara Bank Syariah Mandiri
Cabang

Kaliurang

dan

Pegadaian

Syariah

Unit

Munggur

Cabang

Kusumanegara Yogyakarta?
4. Bagaimana kesesuaian praktik gadai emas di Bank Syariah Mandiri
Cabang

Kaliurang

Kusumanegara

dan

Pegadaian

Yogyakarta

Syariah

dengan

Unit

Munggur

Cabang

Fatwa

DSN

No.

25/DSN/MUI/III/2002 dan No. 26/DSN/MUI/III/2002?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan praktik produk gadai emas di
Bank Syariah Mandiri Cabang Kaliurang.
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan praktik produk gadai emas di
Pegadaian Syariah Unit Munggur Cabang Kusumanegara Yogyakarta.
3. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan praktik gadai emas antara
Bank Syariah Mandiri Cabang Kaliurang dan Pegadaian Syariah Unit
Munggur Cabang Kusumanegara Yogyakarta.

6

4. Untuk mengetahui kesesuaian praktik gadai emas di Bank Syariah Mandiri
Cabang

Kaliurang

Kusumanegara

dan

Pegadaian

Yogyakarta

Syariah

dengan

Unit

Munggur

Cabang

Fatwa

DSN

No.

25/DSN/MUI/III/2002 dan No. 26/DSN/MUI/III/2002.

D. Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, maka penulis
memfokuskan dan membatasi pembahasan hanya dalam hal prosedur gadai
emas, cara penetapan biaya-biaya dan prosedur pelelangan barang gadai yang
terdapat pada Bank Syariah Mandiri Cabang kaliurang dan Pegadaian Syariah
Unit Munggur Cabang Kusumanegara Yogyakakarta.
E. Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis
Memperdalam ilmu pengetahuan mengenai produk gadai emas yang
terdapat pada Perbankan Syariah dan Pegadaian Syariah.
2. Bagi pihak bank
Diharapkan dapat memberikan masukan bagi Perbankan Syariah dan
Pegadaian Syariah di Indonesia mengenai pelaksanaan gadai emas.
3. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dan referensi bagi
masyarakat untuk melakukan transaksi gadai emas di Perbankan Syariah
maupun di Pegadaian Syariah.

7

F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari lima bab yang masing-masing berkaitan dengan
satu sama lain. Berikut ini adalah uraian sistematika penulisan:
Bab I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari kerangka pemikiran yang berisi latar belakang masalah,
rumusan

masalah,

tujuan

penelitian,

manfaat

penelitian

dan

pembahasan

sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
Bab ini menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian sebagai
dasar dan acuan. Bab ini akan berisi tentang telaah pustaka dari penelitianpenelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan,
serta penjelasan mengenai Perbankan Syariah, Pegadaian Syariah dan Fatwa
Dewan

Syariah

Nasional

No.

25/DSN/MUI/III/2002

dan

No.

26/DSN/MUI/III/2002.
Bab III Metodologi Penelitian
Bab

ini

menguraikan

tentang-tentang

jenis-jenis

penelitian,

subjek

penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen yang digunakan dalam penelitian,
dan teknik-teknik menganalisa data.
Bab IV Pembahasan
Bab ini akan menguraikan dan menganalisis hasil penelitian yang diuji
dengan berbagai metode. Selain itu, bab ini akan menjawab semua pertanyaan
yang ada pada rumusan masalah.

8

Bab V Penutup
Bab

ini membahasa kesimpulan dari hasil penelitian dan menjelaskan

keterbatasan dari penelitian ini serta memberikan saran-saran bagi peneliti
selanjutnya.
Daftar Pustaka

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelusuran yang peneliti lakukan terhadap beberapa karya ilmiah yang sesuai dengan penelitian ini,
peneliti menemukan beberapa hal penting yang bisa dicermati dan dijadikan acuan penelitian ini.
No.

Penulis

Tahun

Jurnal/

Judul

Metode

Kesimpulan

Skripsi
1

Nadhifatul Kholifah

2012

Jurnal

Analisis

Sistem Metode
Prosedur Deskriptif

Kesimpulan

dari

penelitian

ini

adalah

, Topowijono dan

dan

terdapat lima sistem dan prosedur yang

Devi Farah Azizah

Gadai

Emas

dilakukan di PT. Bank Mega Syariah dan

Syariah

(Studi

PT. Bank BNI Syariah, yaitu prosedur

pada PT. Bank

pemberian

Mega

pelunasan seluruh pembiayaan, prosedur

Syariah

pembiayaan,

prosedur

9

dan PT.

Bank

pelunasan

sebagian

pembiayaan,

BNI

Syariah

perpanjangan pembiayaan, dan prosedur

Kantor

Cabang

pelelangan atau penjualan barang jaminan.

Malang)

Terdapat perbedaan tugas dan wewenang
dalam melayani gadai di PT. Bank Mega
Syariah dan PT. Bank BNI Syariah kantor
cabang

Malang.

Pelaksanaan

transaksi

gadai emas syariah di PT. Bank Mega
Syariah dan PT. Bank BNI Syariah kantor
cabang

Malang

mengacu

pada

Surat

Edaran Bank Indonesia No. 14/7/DPbS
tanggal 29 Februari 2012 perihal produk
qardh beragun emas.

10

2

Arrum
Mahmudahningtyas

2015

Jurnal

Analisis

Metode

Terjadi penggabungan akad rahn dan akad

Kesyariahan

Deskriptif

ijarah dalam satu transaksi rahn emas,

Transaksi

Rahn (Content

penggolongan tarif ijarah didasarkan pada

Emas

(Studi Analisys)

besarnya pinjaman, besarnya tarif ijarah

Pada

Pegadaian

dinyatakan

dalam

bentuk

Cabang

penetapan

biaya

administrasi

Syariah

persentase,
tidak

Landungsari

didasarkan pada biaya apa saja yang

Malang)

nyata-nyata

diperlukan

dalam transaksi

rahn emas, dan sistem pelelangan sudah
sesuai

dengan

Fatwa

Dewan Syariah

Nasional Majelis Ulama Indonesia No.
25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn.

11

3

Rakhmasari
Rosalifa Jihad

2013

Jurnal

Implementasi
Gadai
Secara

Penelitian

Emas normative
Syariah dan

Dari penelitian ini dapat ditarik beberapa
kesimpulan.
antara

Pertama,

Bank

Syariah

hubungan hukum
Mandiri dengan

Di Bank Syariah penelitian

nasabah pengguna dana adalah hubungan

Dalam

empiris,

antara lembaga keuangan penyalur dana

Perspektif

dengan

dengan pihak yang membutuhkan bantuan

Peraturan

Bank pendekatan

dana.

Dari

hubungan

hukum tersebut

Indonesia

statute

timbul hak dan kewajiban masing-masing

Nomor

approach,

pihak.

10/17/Pbi/2008

conseptual

hubungan ini adalah prinsip kepercayaan

Prinsip

yang diterapkan dalam

Tentang Produk Approach,

dan

Bank

perlindungan hukum yang diberikan untuk

Syariah dan

Dan Unit Usaha sociological
Syariah

(Studi approach.

kehati-hatian.

Kedua,

bentuk

nasabah gadai emas secara syariah di
Bank Syariah Mandiri Cabang Mataram

12

Di Bank Syariah

apabila

terjadi kerusakan atas barang

Mandiri Cabang

jaminan yang disebabkan oleh kelalaian

Mataram)

bank

adalah

kerusakan

berupa
atau

ganti

rugi

kehilangan

atas

barang

tersebut. Ketiga, penerapan gadai emas
secara syariah di Bank Syariah didasarkan
atas beberapa peraturan, yaitu:
a. Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
yang mengatur tentang Rahn.
b. Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang
Rahn

dan

Fatwa

Dewan

Syariah

Nasional tentang Rahn Emas.
c.

Peraturan

Bank

Indonesia

Nomor

10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank

13

Syariah dan Unit Usaha Syariah
Keempat,

gadai

emas

perjanjian

hutang-piutang

syariah adalah
antara

Bank

Syariah dengan nasabah yang didasarkan
atas akad Qardh dalam rangka rahn yang
diikat

dengan

akad

ijarah

untuk

penyimpanan dan penitipan emas sebagai
jaminan atas hutang.

4

Tri Pudji Susilowati

2008

Skripsi

Pelaksanaan

Metode

Pegadaian

Syariah

memiliki

perbedaan

Gadai

Dengan deskriptif

mendasar dengan pegadaian konvensional

Sistem

Syariah analitis

dalam

di
Pegadaian

Perum

pengenaan

konvensional

biaya.

memungut

Pegadaian

biaya

dalam

bentuk bunga yang bersifat akumulatif dan

14

Semarang

berlipat ganda, lain halnya dengan biaya di
Pegadaian Syariah yang tidak berbentuk
bunga,

tetapi

berupa

biaya

penitipan,

pemeliharaan, penjagaan, dan penaksiran.
Biaya gadai syariah lebih kecil dan hanya
sekali saja. Selanjutnya apabila ditinjau
dari aspek legalitas, PP No. 103 tahun
2000, dan fatwa-fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) Majelis Ulama (MUI)
yang

dapat

dijadikan

acuan

dalam

menjalankan pratek gadai sesuai syariah,
yakni Fatwa No. 25/DSN/MUI/III/2002
tentang Rahn (Gadai), yang disahkan pada
tanggal 26 Juni 2002, dan Fatwa No. 26

15

DSN/MUI/III/2002 tentang Rahn Emas
(Gadai).

Memberikan

kepada

Perum

Pegadaian legalitas yang cukup kuat untuk
melakukan gadai dengan sistem syariah,
walaupun
dalam

gadai
suatu

syariah

belum

peraturan

diatur

perundangan-

undangan secara khusus di Indonesia.
Dalam pelelangan, sebagai upaya eksekusi
terhadap barang jaminan juga dilakukan di
Pegadaian

Syariah.

Lelang

merupakan

upaya terakhir yang dilakukan oleh Kantor
Cabang Pegadaian Syariah apabila ada
nasabahnya

yang

wanprestasi.

Lelang

akan dilaksanakan apabila sampai batas

16

waktu yang telah ditetapkan penerima
gadai (rahin) masih tidak dapat melunasi
uang pinjamannya (marhun bih). Lelang
dilakukan setiap bulannya, lelang yang
dilakukan

oleh

Pegadaian

Syariah

Semarang khususnya, dilakukan dengan
cara penawaran amplop tertutup.

5

Azis Ariyanto

2011

Skripsi

Studi Komparasi Metode

Produk gadai emas memberikan fasilitas

Aplikasi

Gadai Deskriftif

pinjaman kepada nasabah dengan syarat

Emas

Serta (Content

nasabah

Strategi
Pengembangan

Analisys)

menjaminkan barang bergerak

berupa emas serta membebankan biayabiaya

(administrasi,

perawatan,

serta

17

Pada
Syariah

Bank

sewa)

dan

diawal

kepada

nasabah untuk dibayar

transaksi
pencairan

guna
dana

menyelesaikan

Perum

proses

pinjaman.

Pegadaian

Keunggulan produk gadai emas syariah

Syariah

antara lain anti krisis dan anti inflasi,
selain itu biaya gadai hanya dikenakan
satu kali sesuai dengan kebijakan masingmasing lembaga. sedangkan kendala yang
ada antara lain adalah masyarakat masih
kurang mengenal tentang produk gadai
emas syariah.

18

19

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah

adanya

perbandingan antara dua lembaga yang memiliki produk gadai emas dalam
kegiatan

usahanya.

Obyek

penelitian

yang

diteliti tentunya juga berbeda

dibanding penelitian yang disebutkan diatas, dan juga di luar Bank Umum Syariah
yaitu Pegadaian Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Selain adanya
perbandingan antara dua lembaga, setelah diketahui bagaimana aplikasi produk
gadai emas di dua lembaga tersebut selanjutnya akan dianalisis kesesuaiannya
dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) agar diketahui apakah aplikasi
yang dilaksanakan di dua lembaga tersebut khususnya dalam produk gadai emas
sesuai atau tidak dengan fatwa yang telah ditetapkan oleh Dewan Syariah
Nasional.
B. Kerangka Teori
1. Bank Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Berdasarkan Pasal 1 UU No 21 Tahun 2008 yang dimaksud dengan
Bank

Syariah

adalah

Bank

yang

menjalankan

kegiatan

usahanya

berdasrakan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Sedangkan menurut
ensiklopedi Islam, Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsipprinsip Syariat Islam.

20

b. Fungsi dan Peran Bank Syariah
Peran dan fungsi bank syariah diantaranya tercantum dalam
pembukaan standar akuntansi yang dikleuarkan oleh AAOIFI (Accounting
and Auditing Organization for Islamic Financial Institution), seperti yang
dikemukakan Sudarsono (2008: 39) sebagai berikut:
1) Manajer investasi,

bank syariah dapat mengelola investasi dana

nasabah.
2) Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya
maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat
melakukan

kegiatan-kegiatan

jasa-jasa

layanan

perbankan

sebagaimana lazimnya.
4) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas
keuangan

syariah,

mengeluarkan

dan

bank

Islam

mengelola

juga

memiliki kewajiban

(menghimpun,

untuk

mengadministrasikan,

mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.
c. Tujuan Bank Syariah
Menurut Sumitro (1996 : 17) Bank syariah mempunyai beberapa
tujuan di antaranya sebagai berikut:
1) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara
Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan,
agar

terhindar

dari

praktek-praktek

riba

atau

jenis-jenis

usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan),

21

di mana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga
telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi
rakyat.
2) Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak
yang membutuhkan dana.
3) Untuk menciptakan kualitas hidup umat dengan jalan membuka
peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin,
yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju
terciptanya kemandirian usaha.
4) Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya
merupakan program utama dari Negara-negara yang sedang
berkembang.

Upaya

bank

syariah

di dalam menegentaskan

kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol
sifat kebersamaan dan siklus usaha yang lengkap seperti program
pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan
program pengembangan usaha bersama.
5) Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas
bank syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi di
akibatkan adanya inflasi, menghindari persaingan yang tidak sehat
antara lembaga keuangan.

22

6) Untuk menyelamatkan ketergantungan ummat Islam terhadap bank
non-syariah.
d. Ciri-Ciri Bank Syariah
Bank

syariah

mempunyai

ciri-ciri

berbeda

dengan

bank

konvensional, adapun ciri-ciri bank syariah yang dijelaskan oleh Sumitro
(1996: 18) sebagai berikut:
1) Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian
diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak
kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar-menawar
dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan sampai
batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak.
2) Penggunaan presentase dalam hal kewajiban untuk melakukan
pembayaran selalu dihindari, karena presentase bersifat melekat
pada sisa hutang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir.
3) Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak
menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang
ditetapkan di muka, karena pada hakikatnya yang mengetahui
tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah Allah
semata.
4) Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh
penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi
bank

dianggap

sebagai

titipan

yang

diamanatkan

sebagai

penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang

23

beroperasi

sesuai

dengan

prinsip

syariah

sehingga

pada

penyimpanan tidak dijanjikan imbalan yang pasti.
5) Bank Syariah tidak menerapkan jual-beli atau sewa –menyewa
uang dari mata uang yang sama, misalnya rupiah dengan rupiah
atau

dollar

dengan

dollar

yang

dari

transaksi

itu

dapat

menghasilkan keuntungan.
6) Adanya pos pendapatan berupa “Rekening Pendapatan Non Halal”
sebagai hasil dari transaksi dengan bank konvensional yang
tentunya menerapkan sistem bunga. Pos ini biasanya digunakan
untuk menyantuni masyarakat miskin yang terkena musibah dan
untuk kepentingan kaum muslimin yang bersifat sosial (Karnaen
Perwaatmadja, 1983 : 41-44 dalam (Sumitro, 1996 : 21)).
7) Dewan Pengawas Syariah (DPS), bertugas untuk mengawasi
operasionalisasi bank dari sudut syariahnya. Selain itu manajer dan
pimpinan bank Islam harus menguasai dasar-dasar muamalah
Islam.
8) Produk-produk Bank Syariah selalu menggunakan sebutan-sebutan
yang berasal dari istilah arab,

misalnya

al-Murabahah,

al-

mudharabah, dan lain-lain.
9) Adanya produk khusus yang tidak terdapat di dalam bank
konvensional, yaitu kredit tanpa beban yang murni bersifat sosial,
dimana nasabah tidak ada kewajiban untuk mengembalikannya.

24

10) Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara
pihak pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga
mempunyai

fungsi

khusus

yaitu

fungsi

amanah,

artinya

berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana
yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila dana siambil
pemiliknya.
e. Produk Bank Syariah
Menurut Karim (2004 : 87) pada dasarnya produk yang ditawarkan
oleh Bank

Syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu

penghimpunan dana, penyaluran dana dan jasa layanan perbankan.
1) Produk penghimpunan dana
Sumber dana bank syariah terdiri dari titipan (Wadiah), dan investasi
(Mudharabah).
2) Produk penyaluran dana
Penyaluran dana bank syariah terdiri dari jual beli (Bai’ al-Murabahah),
bagi

hasil

(al-Musyarakah

dan

al-Mudharabah),

pembiayaan,

pinjaman, dan investasi khusus.
3) Jasa layanan perbankan
Jasa layanan perbankan yaitu adalah Sharf (jual beli valuta asing)
dan Ijarah (sewa).

25

2. Pegadaian Syariah
a. Pengetian Pegadaian
Pegadaian adalah suatu badan usaha di Indonesia yang
secara resmi mempunyai ijin untuk melaksanakan kegiatan
lembaga

keuangan

berupa

pembiayaan

dalam

bentuk

penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai.
Sedangkan Perusahaan Umum Pegadaian adalah Badan Usaha
Milik

Negara

(BUMN)

yang

berfungsi

memberikan

pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana kredit kepada
masyarakat atas dasar hukum gadai (Hadi, 2003 : 17).
b. Tujuan Pegadaian
Sifat usaha pegadaian pada prinsipnya menyediakan
pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk
keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan. Oleh karena itu,
pegadaian pada dasarnya mempunyai tujuan-tujuan pokok
sebagai berikut:
1) Turut

melaksanakan

bidang

ekonomi dan

pada

umumnya

program pemerintah
pembangunan

melalui

penyaluran

pinjaman atas dasar hukum gadai.

di

nasional
uang

26

2) Mencegah

praktek

pegadaian

gelap

dan

pinjaman tidak wajar (Hadi, 2003 : 20).
c. Fungsi Pegadaian
Fungsi pokok pegadaian adalah sebagai berikut:
1. Mengelola penyaluran uang pinjaman atas dasar
hukum gadai dengan cara mudah, cepat, aman dan
hemat.
2. Menciptakan dan mengembangkan usaha-usaha lain
yang

menguntungkan

bagi

pegadaian

maupun

masyarakat.
3. Mengelola keuangan, perlengkapan, kepegawaian,
pendidikan dan pelatihan.
4. Mengelola organisasi, tata kerja dan tata laksana
pegadaian.
5. Melakukan

penelitian

dan

pengembangan

serta

mengawasi pengelolaan pegadaian.
3. Gadai dan Gadai Emas
a. Pengertian Gadai
Gadai dalam istilah bahasa arab sering disebut rahn.
Pengertian gadai atau rahn

menurut Imam Ibnu Qudhamah dalam

27

kitab al-Mughni adalah sesuatu benda yang dijadikan kepercayaan
dari suatu hutang untuk dipenuhi dari harganya, apabila berhutang
tidak sanggup membayarnya dari orang yang berpiutang (Anshori,
2006: 88). Sedangkan Imam Abu Zakaria al-Anshary dalam
kitabnya Fathul Wahab mendefinisikan rahn adalah menjadikan
benda yang bersifat harta benda sebagai kepercayaan dari suatu
yang dapat dibayarkan dari harta benda itu bila utang tidak dibayar
(Sudarsono, 2003: 157).
b. Dasar Hukum Gadai
Transaksi gadai atau rahn diatur dalam Al-Qur‟an, AsSunnah dan Ijtihad Ulama.
a. Al-Qur‟an
Ayat Al-Qur‟an yang dapat dijadikan dasar hukum
gadai adalah QS. Al-Baqarah ayat 283:

‫لم تجد ا كات ا ف ها َمق ض ف أم‬
‫أما ته ليتَق ّ بَه ا تكت ا‬
٣٨٢ ‫عليم‬

‫اؤت‬

‫ك تم عل سف‬

َ ‫بعضكم بعضا فلي ِد ال‬

‫الشَ اد م يكت ا ف َه آثم قل ه ّ ب ا تع ل‬

artinya “Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kau tidak
memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan
tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(hutangnya)…”

28

b. As-Sunnah

‫هه‬

‫ّ إل أجل‬

ْ ‫اما م‬
ً ‫طع‬

ّ ّ ‫أ ّ ال ّب ّ صل‬
‫ّ عل ْه سلّم اشْت‬
‫ْ عًا م ْ ح‬

“Sesungguhnya, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam membeli
bahan makanan dari seorang yahudi dengan cara berutang,
dan beliau menggadaikan baju besinya.” (Hr. Al-Bukhari dan
Muslim)

ّ ّ ‫ّ ع ْه أ ّه مش إل ال ّب ّ صل‬
ّ ‫ﻋ ْ أس ض‬
‫ّ عل ْه سلّم‬
‫ة‬

ْ‫ّ بال‬

ْ ‫ْ عًا له ع‬

‫إهالة س ة لق ْ ه‬

‫ب بْز شع‬

‫أخ م ْه شع ً ا ِهْله‬

“Anas Ibn Malik suatu saat mendatangi Rasulullah dengan
membawa roti gandum dan sungguh Rasulullah SAW telah
menangguhkan baju besi kepada orang Yahudi di Madinah
ketika beliau

mengambil (meminjam) gandum dari orang

Yahudi tersebut untuk keluarga Nabi.

c. Ijtihad

29

Pada dasarnya para ulama‟ telah bersepakat bahwa
gadai itu boleh. Para ulama‟ tidak pernah mempertentangkan
kebolehannya demikian pula landasan hukumnya. Jumhur
ulama‟ berpendapat bahwa gadai disyari‟atkan pada waktu
tidak bepergian maupun pada waktu bepergian.

c. Rukun dan Syarat Sah Gadai
1) Rukun Gadai
Rukun gadai meliputi orang yang menggadaikan
(Rahin), barang yang digadaikan (Marhun), orang yang
menerima

gadai

(Murtahin),

sesuatu

yang

karenanya

diadakan gadai, yakni harga, dan sifat akad gadai (Rusyd,
1995: 351 dalam (Hadi, 2003: 53)).
2) Syarat Sah Gadai
Disyaratkan

untuk

sahnya

akad

gadai sebagai

berikut: berakal, baligh (dewasa), wujudnya marhun, marhun
dipegang oleh murtahin (Hadi, 2003: 53). Asy Syafi‟I
mengatakan bahwa syarat sah gadai adalah harus ada jaminan
yang berkriteria jelas dalam serah terima. Sedangkan Maliki
mensyaratkan bahwa gadai wajib dengan akad dan setelah
akad, orang yang menggadaikan wajib menyerahkan barang
jaminan kepada yang menerima gadai (Sabiq,1996: 141
dalam (Hadi, 2003: 53)).

30

d. Gadai Emas
1) Ketentuan Umum Gadai Emas
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.
26/DSN/MUI/III/2002

gadai emas syariah harus memenuhi

ketentuan umum sebagai berikut:
a) Rahn

emas

dibolehkan

berdasarkn

prinsip rahn.
b) Ongkos dan biaya penyimpanan barang
(marhun)

ditanggung

oleh

penggadai

(rahin)
c) Ongkos

penyimpanan

besarnya

didasarkan pada pengeluaran yang nyatanyata diperlukan.
d) Biaya

penyimpanan

barang

(marhun)

dilakukan berdasarkan akad ijarah.
2) Persyaratan Umum Nasabah Gadai Emas Syariah
Bagi calon nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan
gadai emas syariah di lembaga-lembaga keuangan seperti Bank
Syariah, BPRS maupun Pegadaian Syariah dapat melengkapi
persyaratan umum sebagai berikut:
a) Identitas
berlaku.
b) WNI.

diri

KTP/SIM

yang

masih

31

c) Cakap secara hukum.
d) Mempunyai rekening giro atau tabungan
(bila di Bank Syariah).
e) Menyampaikan
pembiayaan

NPWP
tertentu

sesuai

(untuk
dengan

aturan yang berlaku).
f) Adanya barang jaminan berupa emas.
Bentuk
perhiasan

dapat
atau

emas
emas

batangan,
koin

emas
dengan

kemurnian minimal 18 karat atau kadar
emas 75%. Sedangkan jenisnya adalah
emas merah dan kuning.
g) Memberikan keterangan yang diperlukan
dengan benar mengenai alamat, data
penghasilan atau data lainnya (Soemitra,
2009 : 402-403).

3) Penentuan Biaya Administrasi
Biaya administrasi dalam gadai syariah didasarkan pada:

32

a) Biaya real yang dikeluarkan,

seperti

ATK, perlengkapan dan biaya tenaga
kerja.
b) Besarnya ditetapkan berdasarkan surat
edaran tersendiri.
c) Dipungut dimuka pada saat pinjaman
dicairkan.
Besarnya nilai taksiran dan besarnya biaya administrasi
yang dibebankan kepada setiap golongan adalah sebagai berikut:
Golongan

Besarnya Taksiran (Rp)

Biaya Administrasi
(Rp)

A

100.000,-

s.d

5.000,-

s.d

6.000,-

s.d

7.500,-

s.d

10.000,-

500.000,B

510.000,1.000.000,-

C

1.050.000,5.000.000,-

D

5.050.000,10.000.000,-

E

10.050.000,-

15.000,-

33

Barang

gadai ditafsirkan atas beberapa pertimbangan,

seperti jenis barang,

nilai barang,

usia barang, dan lain

sebagainya (Sudarsono, 2008 : 188-189).

4) Penentuan Jasa Simpanan
Penentuan jasa simpanan pada gadai syariah didasarkan
pada:
a) Nilai taksiran barang yang digadaikan.
b) Jangka waktu gadai ditetapkan 90 hari.
Perhitungan tariff jasa simpanan dengan
kelipatan

5

hari,

dimana

satu

hari

dihitung 5 hari.
c) Tarif jasa simpan 5 hari.
d) Dipungut dibelakan pada saat nasabah
melunasi utangnya.
e) Tarif ditetapkan sebesar Rp 45,- (empat
puluh

lima

kelipatan

rupiah)

nilai taksiran

untuk

setiap

barang

gadai

emas Rp 10.000,- (Sudarsono, 2008 :
189-190).

34

Rumus

perhitungan

jasa

simpanan

barang

jaminan

emas/berlian sebagai berikut:
NT x T x W
Kx5
Keterangan:
NT

= Nilai taksiran

T

= Tarif jasa simpanan

W

= Jangka Waktu kredit

K

= Konstanta; 10 ribu, 50 ribu, 100 ribu, 500 ribu, 1
juta

Jasa simpanan dalam jangka waktu 15 hari dapat dihitung
sebagai berikut:
Taksiran

Dibulatkan

Konstanta

Tarif

Jangk

Jasa

Jasa

a

Simpa

Simpa

Wakt

n

n

u

205.400,-

210.000,-

10.000,-

45

15:5

2.835

724.800,-

700.000,-

50.000,-

225

15:5

9.450

2.465.000, 2.500.000,-

100.000,-

450

15:5

33.750

500.000,-

2.250

15:5

87.750

6.502.900, 6.500.000,-

35

15.525.000 16.000.000
,-

Perbandingan

1.000.000

,-

4.500

15:5

316.00

,-

0

perhitungan gadai syariah dengan gadai

konvensional dapat digambarkan sebagai berikut:
Gadai Syariah
Tafsiran barang = Rp 5.550.000,-

Gadai Konvensional
Taksiran

barang

=

Rp

5.550.000,Uang pinjaman yang diterima

Uang pinjaman yang diterima

= 90% x Rp 5.550.000,-

= 88% x Rp 5.550.000,-

= Rp 5.000.000,- (pembulatan)

= Rp 4.880.000,- (pembulatan)

Biaya administrasi barang golongan C

Biaya

= Rp 7.500,-

golongan C

administrasi

barang

= 0,5% x Rp 4.880.000,= Rp 25.000,Jasa titipan 5 hari

Sewa modal 5 hari

= Rp 5.550.000,- x Rp 45,- = Rp 25.000,-

= 1,625% x Rp 4.880.000

Rp 10.000,-

= Rp 79.300,- (pembulatan)

Masa periode waktu 3 bulan.

Masa periode waktu 3 bulan.

= Rp 5.550.000,- x Rp 810,- = 449.600,-

= 9,75%% x Rp 4.880.000

Rp 10.000,-

= Rp 475.800,- (pembulatan)

36

5) Penjualan Barang Gadai
Penjualan barang jaminan adalah upaya pengembalian uang
pinjaman beserta jasa simpan yang tidak dilunasi sampai batas
waktu yang telah ditentukan (Sudarsono, 2008 : 191). Penjualan
barang jaminan ini dilakukan setelah melakukan pemberitahuan
kepada nasabah paling lambat 5 hari sebelum penjualan, melalui
surat pemberitahuan ke alamat nasabah, dihubungi melalui
telepon dan dicantumkan di papan penguman yang ada di kantor
cabang, informasi di kantor kelurahan/kecamatan untuk cabang
di daerah.
Setelah melakukan pemberitahuan, maka barang jaminan
akan dijual dibawah tangan dengn ketentuan:
a) Nasabah tidak dapat melunasi pinjaman
sejak tanggal jatuh tempo pinjaman dan
tidak diperbaharui.
b) Diupayakan sepengetahuan nasabah dan
kepada nasabah diberikan kesempatan
untuk mencari calon pemilik. Apabila
tidak

dapat

dilakukan,

maka

bank

menjual berdasarkan harga tertinggi dan
wajar

(karyawan

diperkenankan

bank

memiliki

tersebut) (Soemitra, 2009 : 404)

tidak
agunan

37

c) Apabila terdapat uang kelebihan hasil
penjualan

akan

dikembalikan

kepada

nasabah, begitu juga sebaliknya apabila
uang hasil penjualan belum menutupi
kewajiban nasabah, maka nasabah wajib
membayar kekurangannya.
d) Bila dalam 1 tahun tidak diambil maka
uang

tersebut

akan

disalurkan

ke

lembaga ZIS.

4. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan Fatwa mengenai rahn
yakni no. 25/DSN/MUI/III/2002 dan no. 26/DSN/MUI/III/2002 tentang
rahn emas. Dalam Fatwa ini telah dijelaskan peraturan-peraturan mengenai
gadai

dan

gadai

emas.

Keputusan-keputusan

dalam

Fatwa

no.

25/DSN/MUI/III/2002 tentang rahn adalah:
Pertama : Hukum
Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan
utang dalam bentuk Rahn dibolehkan dengan ketentuan sebagai
berikut.

38

Kedua : Ketentuan Umum
1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan
Marhun
(barang) sampai semua utang Rahin (yang menyerahkan
barang) dilunasi.
2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada
prinsipnya,
Marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh Mur