EVALUASI KEPATUHAN PELAKSANAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN INFUS PADA ANAK DI RS PKU MUHAMMADIYAH UNIT II YOGYAKARTA

(1)

EVALUASI KEPATUHAN PELAKSANAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN INFUS PADA ANAK

DI RS PKU MUHAMMADIYAH UNIT II YOGYAKARTA

TESIS

ARUTALA ENY PURBO ARIMBI 20141030046

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RUMAH SAKIT PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

EVALUASI KEPATUHAN PELAKSANAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN INFUS PADA ANAK

DI RS PKU MUHAMMADIYAH UNIT II YOGYAKARTA

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2

Program Studi Manajemen Rumah Sakit

ARUTALA ENY PURBO ARIMBI 20141030046

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

(5)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini bukan merupakan hasil plagiat karya orang lain, melainkan hasil karya saya sendiri dan belumpernah diterbitkan oleh pihak manapun. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari ada yang mengklaim bahwa karya ini adalah milik orang lain dan dibenarkan secara hukum, maka saya bersedia dituntut berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.

Yogyakarta, 20 Desember 2016 Yang Membuat Pernyataan,

ARUTALA ENY PURBO ARIMBI 20141030046


(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmatNya, peneliti dapat menyelesaikan tesis dengan judul “ Evaluasi Kepatuhan Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional Pemasangan Infus pada Anak di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta”. Dalam penyusunan tesis ini, penulis mendapat bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari tanpa adanya bimbingan dan dukungan maka kurang sempurna penyelesaian tesis ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. dr. Arlina Dewi, M.Kes., AAK selaku ketua program pendidikan Magister Management Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Dr. Elsye Maria Rosya, M.Kep, selaku pembimbing dalam penelitian tesis ini.

3. dr. Iman Permana, M.Kes., Ph. D selaku penguji 1 dalam tesis ini. 4. dr. Mahendro Prasetyo Kusumo, MMR selaku penguji 2 dalam tesis

ini.

5. Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian. 6. Drs. Suwito dan Amanatin,SH, selaku orang tua yang telah

memberikan doa, dukungan dan perhatian penuh kepada penulis untuk menyelesaikan tesis.

7. Drs. Wiyono,Mpd dan ibu Supartini, yang telah memberikan doa agar tesis ini segera selesai.

8. drg. Zaki Wijaya, suami yang telah memberikan cinta, dukungan, dan doanya secara penuh untuk selesainya tesis ini.


(7)

vi

9. Adik Normalita dan Sri Kartiko yang telah mendukung dengan doa kepada penulis.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalaha, untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.

Yogyakarta, 20 Desember 2016 Penulis


(8)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...iii

PERNYATAAN ...iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... ix

INTISARI ... xi

ABSTRACT ...xiii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II ... 8

TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Telaah Pustaka ... 8

1. Standar Prosedur Operasional (SPO) ... 8

2. Standar Prosedur Opersasional Pemasangan Infus ... 9

3. Kepatuhan ... 18

B. Penelitian ... 21

C. Landasan ... 24

D. Kerangka Teori ... 25

F. Pertanyaan ... 26

BAB III ... 28

METODE PENELITIAN ... 28

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 28

B. Subyek dan Obyek Penelitian... 28

C. Responden ... 28

D. Metode Pengumpulan Data ... 29

E. Variabel Penelitian ... 31

F. Definisi Operasional ... 32

G. Instrumen Penelitian ... 35

H. Analisis Data ... 36


(9)

viii

BAB IV ... 39

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Hasil Penelitian... 39

B. Pembahasan ... 58

BAB V ... 67

KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 69

C. Keterbatasan ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Sub Variabel ... 33 Tabel 4.1 Karakteristik Responden Penelitian di RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta Unit II... ... 41 Tabel 4.2 Deskripsi Perawat Berdasarkan Kepatuhan dalam Melaksanakan

SPO Pemasangan Infus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II (N=30)... ... 42 Tabel 4.3 Data Penilaian Responden dalam Pelaksanaan Fase Persiapan

Pemasangan Infus Berdasarkan SPO di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II... ... 42 Tabel 4.4 Data Penilaian Responden dalam Pelaksanaan Fase

Prainteraksi dan Fase Orientasi Pemasangan Infus Berdasarkan SPO di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II ... 43 Tabel 4.5 Data Penilaian Responden dalam Pelaksanaan Fase Kerja

Pemasangan Infus Berdasarkan SPO di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II... ... 43 Tabel 4.6 Data Penilaian Responden dalam Pelaksanaan Fase Terminasi,

Fase Dokumentasi dan Sikap Pemasangan Infus Berdasarkan SPO di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II ... 43 Tabel 4.7 Rekomendasi dan Rencana T indakan... ... 57


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1a. Kerangka Teori ... 25 Gambar 2.1b. SPO Pemasangan Infus RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta………... 25

Gambar 2.2. Kerangka Konsep... 26 Gambar 3.1 Grafik penilaian responden daplam melaksanakan SPO

pemasangan infus pada anak... 44 Gambar 4.1. Bagan Hasil Wawancara ... 55 Gambar 4.2. RCA ... 64


(12)

xi

KOMITMEN DAN PERINGATAN KEPATUHAN PERAWAT PADA PELAKSANAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PEMASANGAN INFUS PADA ANAK DI RUMAH SAKIT YOGYAKARTA

COMMITMENT AND REMINDER OF NURSE COMPLIANCE IN INSERTING IV LINE IN CHILDREN BASED ON STANDARD OPERATING PROCEDURE AT THE HOSPITAL OF YOGYAKARTA

Arutala Eny Purbo Arimbi, Elsye Maria Rosa

Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183 Email : dokter_tala@yahoo.com

INTISARI

Pemasangan infus merupakan prosedur invasive dan merupakan tindakan yang sering dilakukan di Rumah Sakit. Namun hal ini memiliki resiko tinggi terjadinya infeksi Nosokomial atau disebut juga Hospital Acquired Infection (HAIs) yang akan menambah tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Infeksi Nosokomial tersebut dapat diturunkan dengan menerapkan Standar prosedur operasional (SPO) dalam setiap tindakan perawat terutama perawat IGD. Tindakan perawat IGD yang sesuai Standar Prosedur Operasional dalam pemasangan Infus pada anak di Rumah Sakit Yogyakarta belum terdokumentasi dengan baik, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang kepatuhan pelaksanaan standar prosedur operasional pemasangan infus pada anak di rumah sakit Yogyakarta .

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Responden pada penelitian ini adalah seluruh perawat di IGD yang bertugas melakukan pemasangan infus pada anak. Peneliti mengetahui tingkat kepatuhan perawat dalam penarapan Standar Prosedur Operasional menggunakan checklist sedangkan hasil wawancara menggunakan analisis data dengan pengkodean.

Kepatuhan Perawat dalam melaksanakan Standar Prosedur Operasional pemasangan infus pada anak: tahap persiapan : 45, 45%, tahap interaksi pasien: 43,5%, tahap dokumentasi: 71,4%. Kesalahan terbanyak pada tahap kerja saat pemasangan alat pelindung diri. Perawat akan saling mengingatkan dan mengoreksi diri sendiri jika terdapat pemasangan infus tidak sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO).


(13)

xii

Tingkat kepatuhan perawat dalam melaksanakan Standar Prosedur Operasional pemasangan infus pada anak masih rendah, namun keyakinan perawat serta evaluasi perawat akan akibat dari perilaku yang dilakukan sudah cukup baik. Perlunya meningkatkan komitmen internal pada diri perawat sendiri terkait kepatuhan penerapan Standar Prosedur Operasional pemasangan infus pada anak sebagai upaya pencegahan infeksi.

Kata Kunci: Kepatuhan, Standar Prosedur Operasional, Pemasangan infus.


(14)

xiii

ABSTRACT

IV line insertion is an invasive procedure which is often done in a hospital. However this is has a high risk of nosocomial infection or also known as Hospital Acquired Infection (Hais) which will effect to the high cost of care and the treatment time. Nosocomial infections can be derived by applying standard operating procedures (SOPs) in every action of nurses, especially nurses emergency room. Emergency room nurse action that based on Standard Operating Procedure of inserting IV line in children at the hospital of Yogyakarta has not been well documented, so it is necessary to do research on the nurse compliance in insering IV line in children based of Standard Operating Procedure at the hospital of Yogyakarta.

This is a qualitative research with case study. Respondents in this research are all emergency room nurses that doing iv line insertion in the children. Researchers determine the compliance level of nurses in Standard Operating Procedure using the checklist while data analysis of the interview using encoding method.

Nurse compliance in implementing the Standard Operating Procedure in IV line insertion: preparation phase: 45, 45%, patient interactions phase: 43.5%, documentation phase: 71.4%. Most errors are in the work phase while using personal protective equipment. Nurses will remind each other and correct themselves if they have not do IV line insertion based on Standard Operating Procedure.

Compliance level of nurses in implementing the Standard Operating Procedure of iv line insertion in children is still low, but the confidence of nurses and nurse evaluation of the effect from current behavior is good enough. It is necessary to improve internal commitment in the nurse's own self interlaced with the compliance of using Standard Operating Procedure in inserting IV line for prevention of infection.


(15)

(16)

xi

KOMITMEN DAN PERINGATAN KEPATUHAN PERAWAT PADA PELAKSANAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PEMASANGAN INFUS PADA ANAK DI RUMAH SAKIT YOGYAKARTA

COMMITMENT AND REMINDER OF NURSE COMPLIANCE IN INSERTING IV LINE IN CHILDREN BASED ON STANDARD OPERATING PROCEDURE AT THE HOSPITAL OF YOGYAKARTA

Arutala Eny Purbo Arimbi, Elsye Maria Rosa

Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183 Email : dokter_tala@yahoo.com

INTISARI

Pemasangan infus merupakan prosedur invasive dan merupakan tindakan yang sering dilakukan di Rumah Sakit. Namun hal ini memiliki resiko tinggi terjadinya infeksi Nosokomial atau disebut juga Hospital Acquired Infection (HAIs) yang akan menambah tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Infeksi Nosokomial tersebut dapat diturunkan dengan menerapkan Standar prosedur operasional (SPO) dalam setiap tindakan perawat terutama perawat IGD. Tindakan perawat IGD yang sesuai Standar Prosedur Operasional dalam pemasangan Infus pada anak di Rumah Sakit Yogyakarta belum terdokumentasi dengan baik, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang kepatuhan pelaksanaan standar prosedur operasional pemasangan infus pada anak di rumah sakit Yogyakarta .

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Responden pada penelitian ini adalah seluruh perawat di IGD yang bertugas melakukan pemasangan infus pada anak. Peneliti mengetahui tingkat kepatuhan perawat dalam penarapan Standar Prosedur Operasional menggunakan checklist sedangkan hasil wawancara menggunakan analisis data dengan pengkodean.

Kepatuhan Perawat dalam melaksanakan Standar Prosedur Operasional pemasangan infus pada anak: tahap persiapan : 45, 45%, tahap interaksi pasien: 43,5%, tahap dokumentasi: 71,4%. Kesalahan terbanyak pada tahap kerja saat pemasangan alat pelindung diri. Perawat akan saling mengingatkan dan mengoreksi diri sendiri jika terdapat pemasangan infus tidak sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO).


(17)

xii

Tingkat kepatuhan perawat dalam melaksanakan Standar Prosedur Operasional pemasangan infus pada anak masih rendah, namun keyakinan perawat serta evaluasi perawat akan akibat dari perilaku yang dilakukan sudah cukup baik. Perlunya meningkatkan komitmen internal pada diri perawat sendiri terkait kepatuhan penerapan Standar Prosedur Operasional pemasangan infus pada anak sebagai upaya pencegahan infeksi.

Kata Kunci: Kepatuhan, Standar Prosedur Operasional, Pemasangan infus.


(18)

xiii

ABSTRACT

IV line insertion is an invasive procedure which is often done in a hospital. However this is has a high risk of nosocomial infection or also known as Hospital Acquired Infection (Hais) which will effect to the high cost of care and the treatment time. Nosocomial infections can be derived by applying standard operating procedures (SOPs) in every action of nurses, especially nurses emergency room. Emergency room nurse action that based on Standard Operating Procedure of inserting IV line in children at the hospital of Yogyakarta has not been well documented, so it is necessary to do research on the nurse compliance in insering IV line in children based of Standard Operating Procedure at the hospital of Yogyakarta.

This is a qualitative research with case study. Respondents in this research are all emergency room nurses that doing iv line insertion in the children. Researchers determine the compliance level of nurses in Standard Operating Procedure using the checklist while data analysis of the interview using encoding method.

Nurse compliance in implementing the Standard Operating Procedure in IV line insertion: preparation phase: 45, 45%, patient interactions phase: 43.5%, documentation phase: 71.4%. Most errors are in the work phase while using personal protective equipment. Nurses will remind each other and correct themselves if they have not do IV line insertion based on Standard Operating Procedure.

Compliance level of nurses in implementing the Standard Operating Procedure of iv line insertion in children is still low, but the confidence of nurses and nurse evaluation of the effect from current behavior is good enough. It is necessary to improve internal commitment in the nurse's own self interlaced with the compliance of using Standard Operating Procedure in inserting IV line for prevention of infection.


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Rumah sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010). Rumah sakit juga dituntut mampu melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi terkait dengan PerMenKes No. 012 tahun 2012 tentang akreditasi rumah sakit yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit . Menurut Depkes RI 2006, fungsi Rumah Sakit adalah sebagai tempat penyelenggaraan pelayanan medis, penunjang medis, administrasi dan menejemen, dan juga dapat digunakan sebagai tempat pendidikan/ pelatihan dan pengembangan. Penyelenggaraan pelayanan rumah sakit yang lengkap dapat meningkatkan mutu sebuah rumah sakit. Berdasarkan PerMenKes No. 1691 tahun 2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit, dijelaskan bahwa sasaran keselamatan pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien dengan cara menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam


(20)

2

pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi.

Salah satu cara meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit yaitu dengan memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku anatara lain standar prosedur operasional, standar pelayanan medis, dan standar asuhan keperawatan. Meningkatkan keselamatan pasien salah satumya dengan cara melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit tersebut. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga keselamatan pasien, salah satunya dengan menerapkan Standar prosedur operasional (SPO) dalam setiap tindakan perawat (Pusdiknakes,2004). Standar prosedur operasional (SPO) merupakan suatu perangkat instruksi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu yang bertujuan untuk mengarahkan kegiatan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku (Rostika, 2009). SPO merupakan perangkat yang wajib dimiliki rumah sakit agar mutu pelayanan terhadap pasien tetap terjaga.

Rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II merupakan rumah sakit pendidikan dengan 19 pelayanan.Persyaratan rumah sakit yang bermutu tidak lepas dari ketersediaan fasilitas rumah sakit yang mencakup alat dan instrumen, obat-obatan dan ketersediaan


(21)

sumber daya manusia dengan jumlah dan kompetensi yang memadai.Pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan sesuai standar prosedur operasional (Depkes RI, 2007). Rumah sakit ini telah memiliki komite Pencegah dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan telah menerapkan serta mengembangkan budaya patient safety. Pemasangan infus merupakan prosedur invasive dan merupakan tindakan yang sering dilakukan di Rumah Sakit. Namun hal ini resiko tinggi terjadinya infeksi Nosokomial atau disebut juga Hospital Acquired Infection (HAIs) yang akan menambah tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Laporan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang berhubungan dengan pemasangan Infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah flebitis sebesar 11,9% kejadian pada bulan Januari hingga Juni 2016. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II sudah memiliki Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk tindakan keperawatan dan di ruangan perawatan termasuk IGD sudah diterapkan SPO pemasangan Infus pada pasien anak (Profil RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, 2013). Selain tersedianya SPO, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II sangat memperhatikan pengelolaan Sumber Daya Manusia guna menjamin mutu pelayanan yang berkualitas.


(22)

4

Jumlah SDM di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II sebanyak 317 orang terdiri dari staf medis, paramedic, non medis. Paramedis yang dimaksud antara lain adalah perawat. Perawat merupakan petugas rumah sakit yang paling sering melakukan tindakan medis termasuk pemasangan Infus.

Infeksi Nosokomial tersebut dapat diturunkan dengan menerapkan Standar prosedur operasional (SPO) dalam setiap tindakan perawat terutama perawat IGD. Tindakan perawat IGD yang sesuai SPO dalam pemasangan Infus pada anak belum terdokumentasi dengan baik, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang kepatuhan pelaksanaan standar prosedur operasional pemasangan Infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah kepatuhan pelaksanakan standar prosedur operasional pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II?”.


(23)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional pemasangan Infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. 2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan perawat terhadap SPO pemasangan infusintravena pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

b. Untuk menganalisis peran keyakinan terhadap perilaku yang dilakukan pada tahap pra - interaksi terkait kepatuhan perawat dalam melaksanakan SPO pemasangan Infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

c. Untuk menganalisis peran keyakinan terhadap perilaku yang dilakukan pada tahap orientasi terkait kepatuhan perawat dalam melaksanakan SPO pemasangan Infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

d. Untuk menganalisis peran evaluasi terhadap perilaku yang dilakukan pada tahap pra - interaksi terkait kepatuhan perawat dalam melaksanakan SPO pemasangan Infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.


(24)

6

e. Untuk menganalisis peran evaluasi terhadap perilaku yang dilakukan pada tahap orientasi terkait kepatuhan perawat dalam melaksanakan SPO pemasangan Infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang peneliti tulis adalah sebagai berikut: 1. Bagi Rumah Sakit

a. Memberikan informasi untuk merumuskan kebijakan dan peningkatan mutu pelayanan keperawatan bagi rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

b. Sebagai masukan dalam menentukan kebijakan operasional yang berkaitan dengan pemasangan Infus pada anak sesuai dengan standar asuhan keperawatan.

c. Sebagai evaluasi yang dapat digunakan dalam melaksanakan pembinaan terhadap perawat pelaksana khususnya mengenaj teknis pemasangan Infus pada anak.

2. Bagi Institusi Pendidikan

a. Sebagai bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar. b. Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi

mahasiswa kesehatan mengenai teknik pemasangan Infus yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan dalam mengevaluasi


(25)

tindakan pencegahan terhadap infeksi pada anak yang terpasang Infus.

3. Bagi Profesi

Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam melaksanakan tindakan pemasangan Infus pada anak yang sesuai standar prosedur operasional.

4. Bagi Peneliti

Penalitian ini merupakan sarana untuk menambah pengetahuan penulis dalam melaksanakan tindakan pemasangan Infus pada anak yang sesuai dengan standar prosedur operasional.


(26)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Standar Prosedur Operasional (SPO)

SPO adalah suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Standar prosedur operasional merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (Perry dan Potter, 2005). SPO infus adalah tindakan memasukkan Intavena catheter ke dalam pembuluh darah vena untuk keperluan memberikan obat dan atau cairan parenteral (SPO Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong, 2010).

Tujuan umum SPO adalah agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan efisien, efektif, konsisten dan aman dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku.

Tujuan khusus SPO adalah : (1) Untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi tertentu dan keamanan petugas dan lingkungan dalam melaksanakan suatu tugas/


(27)

pekerjaan tertentu, (2) Sebagai acuan (checklist) dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesame pekerja, supervisor, surveyor, (3) Untuk menghindari kegagalan/kesalahan (dengan demikian menghindari/mengurangi konflik), keraguan dan duplikasi serta pemborosan dalam pelaksanaan kegiatan, (4) Merupakan parameter untuk menilai mutu pelayanan, (5) Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara efisien dan efektif, (6) Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas yang terkait, (7) Sebagai dokumentasi yang akan menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses kerja bila terjadi suatu kesalahan administrative lainnya, sehingga sifatnya melindungi rumah sakit dan petugas, (8) Sebagai dokumentasi yang digunakan untuk pelatihan, (9) Sebagai dokumentasi sejarah bila telah dibuay revisi SPO yang baru (Lumenta, 2001).

2. Standar Prosedur Opersasional Pemasangan Infus

a. Pengertian Pemasangan Infus

Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set (Perry & Potter, 2005).


(28)

10

Terapi intravena adalah memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena (pembuluh balik) untuk dilewati cairan infus/ pengobatan, dengan tujuan agar sejumlah cairan atau obat dapat masuk ke dalam tubuh melalui vena dalam jangka waktu tertentu. Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa.

b. Tujuan

Menurut Darmawan (2008), tujuan utama terapi intravena adalah mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral, mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit, memperbaiki keseimbangan asam basa, memberikan transfuse darah, menyediakan medium untuk pemberian obat intravena, dan membantu pemberian nutrisi parenteral.

c. Memasang Infus SPO Pemasangan Infus


(29)

siapkan cairan infus dan infus set 1. buka kemasan steril dengan menggunakan aseptic

R = mencegah kontaminasi pada objek steril

2) periksa menggunaan “lima tepat” : tepat klien, tepat obat (tanggal kadaluarsa), waktu, dosis (tetesan infus yang di butuhkan), rute (jalan yang diberikan melalui IV)

3) Yakinkan tambahan resep (misal kalium dan vitamin, oxsitosin) telah di tambahkan. Observasi kebocoran kantung cairan. R = larutan IV adalah obat dan harus dengan hati-hati diperiksa mengurangi resiko kesalahan. Larutan yang berubah warna , mengandung partikel, atau kadaluarsa tidak gunakan. Kebocoran menunjukkan kesempatan kontaminasi dan tidak boleh digunakan.

4) buka penutup botol dan buka set infus dengan mempertahankan sterilitas dari kedua ujung.

R = mencegah bakteri masuk peralatan infus dan aliran darah.

5) tempatkan klem rol kurang lebih 2-5 cm di bawah ruang drip dan gerakkan klem rol pada posisi “off”

R = kedekatan klem rol pada ruang drip memungkinkan pengaturan lebih akurat tentang kecepatan. Gerakkan klem


(30)

12

pada “off” mencegah penetesan cairan pada klien, perawat, tempat tidur, atau lantai.

6) lepaskan pembungkus lubang selang IV kantung larutan IV plastic. Tusukkan set infusdalam kantung cairan atau botol. R = memberi akses untuk insersi selanginfus ke dalam larutan

NB = jangan menyentuh jarum penusuk botol infus karena bagian steril. jika misal jarum jatuh kelantai, buang selang IV tersebut dengan yang baru.

7) aliran larutan IV pada selanginfus. Tekan ruang dan lepaskan, memungkinkan pengisian 1/3 sampai ½ penuh. R = menjamin selang bersih dari udara sebelum penyambungan, mencegah udara masuk ke selang.

8) pelindung jarum tidak lepas dan lepaskan klem rol untuk memungkinkan cairan mengalir dari ruang drip melalui selangadapter jarum. Kembalikan klem rol ke posisi setelah selang terisi.

R = pengisian lambat menurunkan turbelens terbentuknya gelembung. Keluarkan udara dari selang dan biarkan selang terisi larutan. Penutupan mencegah kehilangan cairantidak sengaja.


(31)

9) Yakinkan selang bersih dari udara dan gelembung udara. R = gelembung udara besar bertindak sebagai emboli 10)Pasang perlak 2. Jika ada rambut, cukur daerah tersebut ± 2

inchi / 5cm

R = Mengurangi resiko kontaminasi dari bakteri pada rambut.

11)Apabila memungkinkan, letakkan ekstermitas pada posisi dependen ( dalam keadaan ditompang sesuatu).

R = Memungkinkan dilatasi sehingga vena dapat dilihat. 12)Siapkan alat2 yang tidak steril:

a) Pasang perlak dibawah tangan/area yang akan di infus b) Siapkan plester ukuran 1.25 panjang ± 9cm c) Siapkan kasa steril d) Buka insersi bevel R = untuk mempermudah Melakukan Tindakan

b) pasang tourniquet ± 5-7 inchi / 10-15 cm di atas / di daerah yang akan ditusuk

R = tourniquet menekan aliran balik vena tetapi tidak menyumbat aliran arteri.

13)Kenakan sarung tangan (tangan kanan steril tangan kiri bersih)


(32)

14

R = mengurangi pemaparan organisme HIV , hepatitis, organismme yang di tularkan melalui darah.

14)Bersihkan daerah penusukan dengan kapas alcohol arah melingkar

R = agar terhindar mikroorganisme /terkontaminasi

15)Lakukan fungsi vena dg meregangkan berlawanan dg arah insersi 5-7 cm dari arah distal ke tempat fungsi vena

a) ONC = insersi bevel (bagian ujung jarum yang miring) dg membentuk sudut 20-30 derajat searah dg aliran balik darah vena distal terhadap tempat fungsi vena yang sebenarnya. R = memungkinkan menempatkan jarum menjadi pararel dg vena sehingga saat difungsi,resiko menusuk vena sampai tembus keluarr berkurang

16)Lihat aliran balik melalui srelang jarum aliran balik darahONC,yang mengindikasikan bahwa jarum telah memasuki vena. Jika sudah terasamasuk ke vena insersi bevel di landaikan dan di masukkan sampai penuh

R = penggunaan jari yang mempengaruhi terjadinya sensitifitas terhadap kajian yang lebih tentang kondisi vena.Rendahkan jarum sampai hamper menyentuih kulit.


(33)

Masukkan lagi kateter sekitar seperempat inci ke dalam vena dan kemudian longgarkan stylet(bagian pangkal jarum yang di masukkan ke vena)

17)Stabilkan kateter dg salah satu tangan ,lepaskan tourniquet dan lepaskan stylet dari ONC, tekan ujung area penusukan. R = Mengurangi aliran balik darah

18)Hubungkan adapter jarum infus ke hub ONC atau jarum. Jangan sentuh titik masuk adapter jarum atau bagian dalam hub ONC .

R = dengan menghubungkan set infus dengan tepat,kepatenan vena dicapai. Mempertahankan sterilisasi. 19)Lepaskan klem penggeser untuk memulai aliran infus

kecepatan tertentu mempertahankan kepetenan selang intra vena.

R= Memungkinkan aliran vena, mencegah obstruksi aliran larutan IV.

20)Fiksasi kateter IV atau jarum: 21)Lepaskan sarungsebelah kiri

R = agar plester tidak menempel pada sarung tangan. 22)Tempelkan plester kecil(1-25 cm) di bawah hub kateter dg


(34)

16

R : Mencegah kateter lepas darivena tanpa sengaja.

23)Berikan sedikit larutan atau salep yodium-povidin pada tempat pungsi. Biarkan larutan mengering sesuai dengan kebijakan lembaga.

R : Larutan atau salep yodium-povidin merupakan antiseptic topical mengurangi bakteri pada kulit, mengurangi resiko infeksi local atau sistemik. Apabila menggunakan balutan trasparan, larutan povidin direkomendasikan.

24)Tempelkan plester yang kedua, langsung silangkan ke hub kateter.

R : Mencegah terlepasnya infus IV secara tidak sengaja tempatkan kasa yang berukuran 4 cm di atas fungsi vena dan hub kateter. Jangan menutupi hubungan antara selang intravena dan hub kateter. Tempelkan lembar plaster mengikuti panjang kasa sepanjang 9 cm.

R = mengurangi penularan mikroorganisme

25)Tulis tanggal ,waktu pemasangan selang IV ,ukuran jarum, tanda tangan serta perawat pada plaster.

R = Memberikan data tentang tanggal insersi IV dan dapat di ketahui penggatian selanjutnya


(35)

26)Atur kecepatan aliran, mengoreksi tetesan per menit

R = R memoertahankan kecepatan aliran larutan IV yang benar

27)Observasi klien setiap jam untuk menentukan responnya terhadap terapi cairan: 1. Jumlah larutan benar dan sesuai dangan program yang ditetapkan 2. Kecepatan aliran(tetesan per menit ) 3. Kepatenan intra vena 4. Tidak terdapat infiltrasi, flebitis atau inflamasi.

R = memberikan evaluasi type dan jumlah cairan yang di berikan kepada klien secara berkesinambungan. inspeksi per jam mencegah terjadinya beban cairan berlebih tanpa sengaja atau hidrasi yang tidak adekuat

28)Evaluasi

Setelah di lakukan pemasangan infus pada klien, tidak terlihat atau terdapat tanda-tanda peradangan.

29)Dokumentasi

(Poter, Perry. 2005. Hal 1647-1655) Contoh dokumentasi : Tgl Implementasi/tindakan keperawatan 08/11/ Memasang infus 2012 (tipe cairan), Jam, Tempat insersi, 09.30, (melalui IV), Kecepatan aliran (tetesan/menit), Respon klien setelah dilakukan tindakan pemasangan infus.


(36)

18

Catatan: R= Rasionalisasi

3. Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) tahun 2008, patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin.Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk pada ajaran dan aturan. Kepatuhan merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang taat pada aturan, perintah yang telah ditetapkan, prosedur dan disiplin yang harus dijalankan. Green dan Kreuter(2000) mengatakan kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh faktor perilaku yang merupakan hasil daripada segala macam pengalaman maupun interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Kepatuhan (complying) merupakan salah satu bentuk perilaku yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Smeth (2004) mengatakan bahwa kepatuhan adalah ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Cialdini dan Martin (2004) terdapat enam prinsip dasar dalam hal kepatuhan.Hal-hal tersebut yakni komitmen, hubungan sosial, kelangkaan, reprositas, validasi sosial, dan otoritas. Dalam prinsip komitmen dan konsistensi, ketika kita telah


(37)

mengikatkan diri pada suatu posisi atau tindakan, kita akan lebih mudah memenuhi permintaan akan suatu hal yang konsisten dengan posisi atau tindakan sebelumnya.

Dalam prinsip hubungan sosial atau rasa suka, kita cenderung lebih mudah memenuhi permintaan teman atau orang yang kita suka daripada permintaan orang yang tidak kita kenal, atau kita benci.Dalam prinsip kelangkaan, kita lebih menghargai dan mencoba mengamankan objek yang langka atauberkurang ketersediaannya.Dalam prinsip timbale balik, kita lebih mudah memenuhi permintaan dari seseorang yang sebelumnya telah memberikan bantuan kepada kita. Dalam prinsip validasi sosial, kita lebih mudah memenuhi permintaan untuk melakukan suatu tindakan jika konsisten dengan apa yang kita percaya, orang lain akan melakukannya juga. Dalam prinsip otoritas, kita lebih mudah memenuhi permintaan orang lain yang memiliki otoritas yang diakui, atau setidaknya tampak memiliki otoritas.

Menurut Fishben dan Ajzen (1980), terdapat dua aspek pokok dalam hubungan antara sikap dengan perilaku, yaitu:

a. Aspek keyakinan terhadap perilaku.

Keyakinan terhadap perilaku merupakan keyakinan individu bahwa menampilkan atau tidak menampilkan perilaku


(38)

20

tertentu akan menghasilkan akibat-akibat atau hasil-hasil tertentu. Aspek ini merupakan aspek pengetahuan individu tentang objek sikap.Pengetahuan individu tentang objek sikap dapatpula berupa opini individu tentang hal yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu objeksikap, maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap objek sikap tersebut, demikian pula sebaliknya.

b. Aspek evaluasi akan akibat perilaku.

Evaluasi akan akibat perilaku merupakan penilaian yang diberikan olehindividu terhadap tiap akibat atau hasil yang dapat diperoleh apabila menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu. Evaluasi atau penilaianini dapat bersifat menguntungkan dapat juga merugikan, berharga atau tidak berharga, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Semakin positif evaluasi individu akan akibat dari suatu objek sikap, maka akan semakin positif pulasikap terhadap objek tersebut, demikian pula sebaliknya. Pada tahap ini individu juga memperhitungkan pendapat orang lain atas apa dilakukannya. Semakin baik penilaian orang terhadap perilaku yang


(39)

dilakukannya, akan meningkatkan keyakinan bahwa yang dilakukannya adalah benar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan tenaga keperawatan menurut Widyaningtyas (2010) adalah faktor tenaga, faktor lingkungan dan organisasi.Faktor tenaga, diantaranya urusan tugas perawat, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja.Faktor lingkungan, diantaranya tipe dan lokasi rumah sakit, fasilitas dan jenis pelayanan, kelengkapan peralatan medis, pelayanan penunjang dan macam kegiatan yang dilaksanakan seperti penyuluhan dan kunjungan rumah.Faktor organisasi diantaranya mutu pelayanan yang ditetapkan dan kebijakan pembinaan dan pengembangan. 43

B. Penelitian Terdahulu

1. Pasaribu, M (2008) dengan judul “ Analisis Pelaksanaan Standar prosedur operasional Pemasangan Infus Terhadap Kejadian Plebitis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan”. Variabel yang diteliti adalah SPO Pemasangan infus dan kejadian flebitis. Jenis penelitian survey analitik observasional (non eksperimen). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara perawat yang melaksanakan infus sesuai SPO dengan kejadian flebitis pada pasien, hal ini terlihat dari p value 0,008. Dari 100 orang sample


(40)

22

yang diobservasi terdapat kejadian flebitis sebanyak 52 orang dan yang tidak flebitis 48 orang dan penilaian pelaksanaan pemasangan infus yang sesuai Standar prosedur operasional dalam kategori baik 27%, sedang 40%, dan buruk 33%.

2. Syarif, Aminudin Muh (2012) dengan judul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Perawat dalam Melaksanakan Standar prosedur operasional Pemasangan Infus di Ruang Merak RSUP Dr Kariadi Semarang.” Variabel yang diteliti yakni pengetahuan, sikap, dan motivasi. Jenis penelitian yakni deskriptif korelasi dengan rancangan penelitian cross sectional. Sebanyak 36 (73,5%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Sikap responden sebagian besar baik. Sikap responden sebagian besar baik sebanyak 28 responden (57,1%). Motivasi responden sebagian besar motivasi tinggi sebanyak 25 responden (51,0%). Kepatuhan responden sebagian patuh sebanyak 29 responden (59,2%). Hasil uji statistic menggunakan korelasi rank spearman didapatkan ada hubungan pengetahuan, sikap, dan motivasi dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional pemasangan infus di Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang. 3. Widyaningtyas, KS (2010) dengan judul“ Analisis Faktor-Faktor


(41)

Asuhan Keperawatan”. Variabel yang diteliti yakni kepatuhan pelaksanaan pendokumentasian proses keperawatan sebagai variable terikat dan variable bebas yang meliputi unsur masukan, lingkungan, dan proses. Jenis penelitian yaitu deskriptif dengan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara unsur tenaga (p value=0,003), pelatihan (p value= 0,001), sarana (p value=0,006), supervise (p value= 0,0017), reward (p value= 0,0017), punishment (p value=0,002), waktu (p value=0,037), waktu (p value=0,037), kegunaan (p value=0,0013) dan motivasi (p value= 0,002) dengan pelaksanaan pendokumentasian proses keperawatan (p,0,005), dengan uji regresi logistic didapatkan faktor yang dominan yaitu unsur tenaga (sig:0,004) dan motivasi (sig: 0,011). Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara unsur, tenaga, pelatihan, sarana, supervise, reward, punishment, waktu, kegunaan dan motivasi dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu Kudus.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terdiri dari populasi, sampel, jenis penelitian dan variable.Populasi dan sampel penelitian ini adalah perawat bangsal anak dan IGD RS


(42)

24

PKU Muhammadiyah Jogjakarta Unit II.Jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan rancangan penelitian studi kasus.Variabel dalam penelitian ini adalah kepatuhan perawat dalam melaksanakan Standar Prosedur Operasional pemasangan infus pada anak.

C. LandasanTeori

Kepatuhan berasal dari kata patuh. Patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin (KBBI,2008). Menurut Fishben & Ajzen, 1980, terdapatdua prinsip dasar dalam hal kepatuhan. Hal-hal tersebut yakni keyakinan terhadap perilaku yang dilakukan dan evaluasi akan akibat dari perilaku yang dilakukan.

Menurut Lumenta (2001), Standar Prosedur Operasional adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu. Uraian SPO memberikan langkah-langkah yang benar dan terbaik untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsinya merupakan konsesus bersama untuk jalan yang terbaik untuk memberikan pelayanan.SPO membantu mengurangi kesalahan dan pelayanan di bawah standar (substandard) dengan memberikan langkah-langkah yang sudah diuji dan disetujui dalam melaksanakan berbagai kegiatan.SPO Pemasangan


(43)

infus merujuk kepada SPO Pemasangan Infus pada Anak Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unit II Jogjakarta.

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1a. Kerangka Teori (Fishben & Ajzen, 1980)

Gambar 2.1b SPO Pemasangan Infus RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Aspek keyakinan terhadap perilaku.

Aspek evaluasiakan akibat dari perilaku

Motif/ niat Perubahan perilaku

Persiapan: 1. Peralatan

2. Tahap Prainteraksi

Interaksi Pasien: 1. Tahap Orientasi 2. Tahap Kerja 3. Terminasi

Dokumentasi Sikap


(44)

26

E. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

F. PertanyaanPenelitian

1. Bagaimanakah tingkat kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

2. Bagaimanakah keyakinan perawat terhadap perilaku pada tahap pra - interaksi terkait kepatuhan dalam melaksanakan standar prosedur operasional pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

3. Bagaimanakah keyakinan perawat terhadap perilaku pada tahap orientasi terkait kepatuhan dalam melaksanakan standar prosedur Aspek keyakinan

terhadap perilaku: 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Opini

Motif/niat untuk melakukan sesuatu: 1. Tahap Pra - interaksi

2. Tahap Orientasi Aspek evaluasi akibat

dari perilaku: 1. Akibat akan

sikap

2. Pendapat orang lain

Perubahan perilaku: 1. Tahap Terminasi 2. Dokumentasi 3. Sikap


(45)

operasional pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

4. Bagaimana evaluasi akan akibat dari perilaku perawat pada tahap pra - interaksi terkait kepatuhan dalam melaksanakan standar prosedur operasional pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

5. Bagaimana evaluasi akan akibat dari perilaku perawat pada tahap orientasi terkait kepatuhan dalam melaksanakan standar prosedur operasional pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II


(46)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang- orang di tempat penelitian (McMillan & Schumacker, 2003). Fokus utama dalam penelitian ini adalah kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional pemasangan infus pada anak.

B. Subyek dan Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Sedangkan subyek penelitian ini adalah perawat yang ada di IGD Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan (3 shift jaga).

C. Responden

Responden adalah seluruh perawat yang bekerja di RS PKU Muhammadiyah Unit II yang sedang melakukan pemasangan infus pada anak.


(47)

D. Metode Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini didapatkan dari hasil observasi perilaku perawat dalam pemasangan infus dan wawancara mendalam dengan responden.Instrumen observasi digunakan untuk mengumpulkan data dan menilai pelaksanaan kegiatan pemasangan infus pada anak yang sedang dilakukan oleh perawat. Kegiatan tersebut dilakukan baik oleh peneliti sendiri maupun observer yaitu dokter magang yang sedang bertugas di RS PKU Muhammadiyah Unit II atau kepala ruangan dan observe adalah perawat yang sedang dinilai dalam kegiatan keperawatan. Penilaian atau observasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil observasi yang ditemukan dengan standar prosedur operasional (SPO) RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Observasi dilakukan pada perawat yang menangani pemasangan infus pada anak usia 1-5 tahun, dilakukan dalam 1 bulan. Aspek yang dinilai dalam instrumen observasi adalah persiapan dan pelaksanaan tiap kegiatan keperawatan.Pengisian instrumen dilakukan oleh

a. Peneliti sendiri


(48)

30

1) Dokter magang atau kepala ruangan yang sedang bertugas di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

2) Dokter magang atau kepala ruangan yang telah memahami penggunaan instrumen observasi tersebut.

c. Observee harus memenuhi criteria, yaitu perawat yang sedang bertugas di ruangan yang sedang dilakukan penilaian atau observasi.

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu. Pada penelitian ini menggunakan jenis wawancara terstruktur, yaitu peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan tertulis.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lingkungan penelitian.Data sekunder dalam penelitian ini adalah tentang jumlah dan karakteristik tenaga kesehatan khususnya perawat RS PKU Muhammadiyah Unit II yang diperoleh melalui studi dokumentasi.Alasan digunakannya data dokumentasi karena mempunyai sifat obyektif.


(49)

E. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari satu variable yaitu kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional pemasangan infus pada anak. Adapun subvariabel dari kepatuhan perawat dalam pemasangan infus yaitu

1. Tingkat kepatuhan perawat dalam melaksanakan SPO pemasangan infus pada anak.

2. Keyakinan perawat terhadap perilaku pada tahap pra - interaksi terkait kepatuhan dalam melaksanakan SPO pemasangan infus pada anak.

3. Keyakinan perawat terhadap perilaku pada tahap orientasi terkait kepatuhan dalam melaksanakan SPO pemasangan infus pada anak. 4. Evaluasi perawat akan akibat dari perilaku yang dilakukan pada

tahap pra - interaksi terkait kepatuhan dalam melaksanakan SPO pemasangan infus pada anak.

5. Evaluasi perawat akan akibat dari perilaku yang dilakukan pada tahap orientasi terkait kepatuhan dalam melaksanakan SPO pemasangan infus pada anak.


(50)

32

F. Definisi Operasional

Kepatuhan dalam melaksanakan SPO pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II adalah tingkat konsistensi perawat tentang tata aturan kerja rutin/SPO pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II yang dinilai berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap responden menggunakan lembar observasi dan wawancara.


(51)

33

Sub variable Definisi Operasional Cara ukur Hasil Ukur

Tingkat kepatuhan Sikap perawat terhadap pasien sesuai dengan SPO pemasangan infus pada anak yang berlaku.

Observasi dan Wawancara

Informasi berupa tingkat kepatuhan responden terhadap tindakan pemasangan infus.

Keyakinan terhadap perilaku pada tahap pra – interaksi. Indikator: 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Opini

Sikap yang diyakini perawat pada tahap prainteraksi yang akan mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam pemasangan infus pada anak.

Indikator:

1. Pengetahuan adalah dasar kebenaran atau fakta yang harus diketahui dan diterapkan dalam pekerjaan.

2. Sikap adalah kesedian untuk bereaksi secara positif maupun negative terhadap obyek-obyek tertentu.

3. Opini adalah suatu respon aktif terhadap suatu stimulus, suatu respons yang dikonstruksikan melalui intepretasi pribadi yang berkembang dan menyumbang pada image.

Wawancara Informasi berupa keyakinan responden terhadap perilaku pada tahap pra - interaksi.

Keyakinan terhadap perilaku pada tahap orientasi.

Indikator: 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Opini

Sikap yang diyakini perawat pada tahap orientasi yang akan mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam pemasangan infus pada anak.

Indikator:

1. Pengetahuan adalah dasar kebenaran atau fakta yang harus diketahui dan diterapkan dalam pekerjaan.

2. Sikap adalah kesedian untuk bereaksi secara positif maupun negative terhadap obyek-obyek tertentu. 3. Opini adalah suatu respon aktif terhadap suatu

stimulus, suatu respons yang dikonstruksikan melalui intepretasi pribadi yang berkembang dan menyumbang pada image.

Wawancara Informasi berupa keyakinan responden terhadap perilaku pada tahap orientasi.


(52)

34 Evaluasi akan akibat

yang ditimbulkan pada tahap pra – interaksi. Indikator:

1. Akibat akan sikap. 2.Pendapat orang

lain.

Evaluasi akan perilaku yang dilakukan pada tahap pra - interaksi akan mempengaruhi tingkat kepatuhan perawat dalam pemasangan infus pada anak.

Indikator:

1. Akibat akan sikap adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negative.

2. Pendapat orang lain adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada oang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat ataupun perilaku baik langsung maupun tidak langsung.

Wawancara Informasi berupa peran evaluasi terhadap perilaku yang dilakukan pada tahap pra - interaksi yang mempengaruhi tingkat kepatuhan

pemasangan infus pada anak.

Evaluasi akan akibat yang ditimbulkan pada tahap orientasi Indikator:

1. Akibat akan sikap. 2. Pendapat orang

lain.

Evaluasi akan perilaku yang dilakukan pada tahap orientasi akan mempengaruhi tingkat kepatuhan perawat dalam pemasangan infus pada anak.

Indikator:

1. Akibat akan sikap adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negative.

2. Pendapat orang lain adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada oang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat ataupun perilaku baik langsung maupun tidak langsung.

Wawancara Informasi berupa peran evaluasi terhadap perilaku yang dilakukan pada tahap orientasi yang mempengaruhi tingkat kepatuhan

pemasangan infus pada anak.


(53)

G. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi (checklist) dan wawancara dengan rincian sebagai berikut:

1. Checklist

Checklist digunakan untuk mengetahui tingkat kepatuhan perawat dalam menerapkan SPO pemasangan infus dengan 38 pernyataan. Alternatif jawaban “ya” untuk aktivitas yang sesuai dengan Checklist, “tidak” untuk aktivitas yang seharusnya dilakukan tetapi tidak dilakukan. Penilaian kepatuhan perawat dalam menerapkan SPO pemasangan infus dibagi menjadi 2 kategori (patuh dan tidak patuh) yaitu patuh bila skor 100% dan tidak patuh bila skor <100%.

2. Wawancara

Pada tahap ini data dikumpulkan dengan cara peneliti melakukan wawancara pada kepala ruang bagian keperawatan IGD dan bangsal anak RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Wawancara dilakukan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya. Hasil dari wawancara akan digunakan untuk melengkapi hasil yang didapat dari penilaian menggunakan


(54)

36

checklist berupa alasan tidak dilakukannya beberapa SPO yang berlaku.

H. Analisis Data

1. Pengolahan data melalaui tahapan dengan mengumpulkan semua data yang diperoleh, kemudian mengelompokkan data. Data kualitatif diolah dengan Microsoft word, yang sebelumnya dilakukan coding sebagai upaya untuk mereduksi data yang diperlukan dalam proses analisis. Data hasil observasi diolah dengan menggunakan Microsoft excel.

2. Analisis data dilakukan dengan menganalisis data-data yang sudah terkumpul dan dikelompokkan terlebih dahulu tanpa harus menunggu semua data terkumpul. Data-data hasil observasi disajikan dalam bentuk tabel kemudian dideskripsikan agar mudah dianalisis. Data hasil wawancar mendalam disajikan dalam bentuk naratif selanjutnya dideskriptifkan, kemudian hasil analisis dan intepretasi dilanjutkan dengan membandingkan hasil penelitian sebelumnya atau dengan teori-teori yang ada di literature.

I. Etika Penelitian

Masalah etika dalam penelitian merupakan masalah yang sangat penting mengingat penelitian akan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etik penelitian harus diperhatikan karena manusia


(55)

memiliki hak azasi. Peneliti mengajukan permohonan ijin kepada Direktur RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II terlebih dahulu, kemudian setelah mendapat persetujuan selanjutnya peneliti melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi:

1. Informed Concent

Setiap responden yang terdaftar dalam penelitian ini diberikan lembar persetujuan agar responden dapat mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama proses penelitian. Jika responden bersedia dalam penelitian ini maka harus menandatangani lembar persetujuan ini dan jika tidak bersedia maka haknya tetap dihormati.

2. Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

3. Validitas dan Reabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Sedangkan reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat


(56)

38

pengukur dapat dipercaya dan diandalkan. Penelitian ini telah melalui uji validitas dan reabilitas yang akurat sebelumnya.


(57)

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit (RS) PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Unit II yang merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta Daerah yang berlokasi di Jln. Wates Km. 5,5, Gamping, Kec.Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II merupakan rumah sakit pendidikan dengan 19 pelayanan. Persyaratan rumah sakit yang bermutu tidak lepas dari ketersediaan fasilitas rumah sakit yang mencakup alat dan instrument, obat-obatan dan ketersediaan sumber daya manusia dengan jumlah dan kompetensi yang memadai. Pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan sesuai standar prosedur operasional (Depkes RI, 2007). Pelayanan kesehatan yang berkualitas didukung dengan tersedianya SDM yang berkualitas.

Jumlah SDM di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II sebanyak 317 orang terdiri dari staf medis, paramedic, non medis. Paramedis yang dimaksud antara lain adalah perawat. Perawat


(58)

40

merupakan petugas rumah sakit yang paling serig melakukan tindakan medis termasuk pemasangan infus intravena.

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II sudah memiliki Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk tindakan keperawatan dan di ruangan perawatan termasuk IGD sudah diterapkan SPO pemasangan infus intravena pada pasien anak (Profil RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, 2013). Pemasangan Infus Intravena yang tidak tepat dapat menyebabkan infeksi Nosokomial. Rumah sakit ini telah memiliki komite Pencegah dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan telah menerapkan serta mengembangkan budaya patient safety. Laporan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang berhubungan dengan pemasangan infuse intravena pada bayi di ruang perinatology telah dilaporkan adalah phlebitis ( Profil RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, 2013).

2. Karakteristik Subyek Penelitian

Responden perawat yang bekerja di IGD sebanyak 19 orang. Berikut adalah karakteristik responden penelitian berdasarkanjenis kelamin dan tingkat pendidikan. Data penelitian didapat dengan menggunakan metode wawancara dan observasi. Karakteristik responden dapat dilihat.


(59)

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Penelitian di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

Karakteristik Frekuensi Prosentase

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total 9 10 19 47 53 100 Pendidikan DIII Keperawatan S1 Keperawatan Ners Total 12 1 6 19 63 5 32 100

Menurut karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan pada tabel diatas diketahui dari 19 orang perawat IGD RS PKU Muhammadiyah Unit II yang diteliti, terdapat jumlah yang berbeda antara laki-laki dan perempuan yakni laki-laki 9 orang (47%) dan perempuan 10 (53%). Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar perawat berada pada tingkat pendidikan DIII Keperawatan yakni 12 orang (63%), kemudian 6 orang (32%) berada pada tingkat pendidikan Ners dan sisanya 1 orang (5%) berada pada tingkat pendidikan S1.

3. Hasil Penelitian

Deskripsi variabel pada penelitian ini yaitu kepatuhan perawat IGD dalam melaksanakan SPO pemasangan infus pada


(60)

42

anak, SPO terdiri dari 68 poin dengan 2 jawaban, yaitu dilakukan dan tidak dilakukan.

a. Kepatuhan perawat IGD terhadap SPO Pemasangan Infus pada Anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

Kepatuhan perawat IGD terhadap SPO pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II diperoleh 19 orang dengan 1 orang perawat dapat melakukan 2x pemasangan infus (tidak semua perawat melakukan 2x pemasangan infus), sehingga diperoleh 30 kasus katagori tidak patuh atau sebanyak 100% dari semua responden. Adapun deskripsinya sebagai berikut:

Tabel 4.2 Deskripsi Perawat Berdasarkan Kepatuhan dalam Melaksanakan SPO Pemasangan Infus di RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta Unit II (N=30)

No. Kepatuahn Perawat

terhadap SPO

Rentang Skor

Total N

Total %

1. Patuh 100% 0 0

2. Tidak patuh <100% 30 100

Jumlah 30 100

Tabel 4.3 Data Penilaian Responden dalam Pelaksanaan Fase Persiapan Pemasangan Infus Berdasarkan SPO di IGD RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta Unit II

Fase Persiapan Keterangan

Patuh 38%


(61)

Tabel 4.4 Data Penilaian Responden dalam Pelaksanaan Fase Prainteraksi dan Fase Orientasi Pemasangan Infus Berdasarkan SPO di IGD RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

Fase Keterangan

Prainteraksi

Patuh 75%

Tidak Patuh 25%

Tahap Orientasi

Patuh 33%

Tidak Patuh 67%

Tabel 4.5 Data Penilaian Responden dalam Pelaksanaan Fase Kerja Pemasangan

Infus Berdasarkan SPO di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

Fase Kerja Keterangan

Patuh 68%

Tidak Patuh 32%

Tabel 4.6 Data Penilaian Responden dalam Pelaksanaan Fase Terminasi, Fase Dokumentasi dan Sikap Pemasangan Infus Berdasarkan SPO

di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

Fase Keterangan

Tahap Terminasi

Patuh 33%

Tidak Patuh 67%

Tahap Dokumentasi

Patuh 71%

Tidak Patuh 29%

Tahap Sikap

Patuh 50%


(62)

44

Deskripsi perawat IGD berdasarkan kepatuhan dalam menerapkan SPO pemasangan infus pada anak secara visual dapat digambarkan pada grafik berikut:

Grafik kepatuhan perawat dalam menerapkan SPO pemasangan infus pada anak menunjukkan bahwa ketidakpatuhan perawat terutama berada pada fase persiapan: 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,14, prainteraksi: 4, orientasi: 2, 3, 4, 6, kerja: 2, 6, 7, 9b, 9d, 11, 13, 14, 15, 17, 18, tahap terminasi: 1, 3, 4, 5, dokumentasi: 2, 7, dan sikap: 2, 3, 4

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 P1 P7 P1 3 Pi 1 Po 3

K3 K4f K9a

K1 1 K1 3 K1 9

T4 D4 S3

Grafik Ketaatan Perawat terhadap

SPO Pemasangan Infus

Grafik Ketaatan Perawat terhadap SPO Pemasangan Infus

Gambar 3.1 Grafik penilaian responden daplam melaksanakan SPO pemasangan infus pada anak


(63)

b. Hasil Wawancara (Interview) CODING PERTANYAAN

KEYAKINAN

CODING

AXIAL CODING THEMA

a.Pengetahuan

- Tahap Kerja saat pemakaian APD - Waktu yang kurang dan harus

cepat

– Ada pelatihan dari RS sebulan sekali

- Pelatihan tidka spesifik untuk anak - Sering mengikuti seminar diluar – Evaluasi saat operan jaga dan saat

meeting

-Meembaca ulang protap dan sering berlatih

-Menerima feedback kemudian mengoreksi diri sendiri

- Kesadaran dan pengalaman diri sendiri

- Evaluasi dari rumah sakit

- Menimbulkan rasa nyaman bagi perawat dan pasien

- Agar mutu pelayanan meningkat. -Kesempatan luas

- Flexible

- Tidak ada yng mengganggu.

- Kesalahan terbanyak terdapat pada tahap kerja disaat pemakaian APD. - Untuk mengurangi

kesalahan pemasangan infus, perawat melakukan evaluasi internal maupun eksternal.

- Terdapat kesempatan yang luas di rumah sakit untuk melakukan tindakan pemasangan infus sesuai prosedur.

b. Sikap

PERTANYAAN KEYAKINAN

CODING

AXIAL CODING THEMA

- Saling mengingatkan dan evaluasi personal

- Saling membantu memperbaiki diri

Perawat malakukan evaluasi personal serta saling mengingatkan dan memperbaiki diri bila ada temsn sejawat yang melakukan tidak sesuai SOP.


(64)

46

c. Opini PERTANYAAN

KEYAKINAN

CODING

AXIAL CODING THEMA

- Tindakan yang dilakukan belum tepat dan harus diperbaiki

- Waktu adalah faktor kendala utama.

- Individu membiasakan diri dan sering melakukan evaluasi internal

- Sering mengikuti evaluasi eksternal dari rumah sakit maupun pelatihan diluar rumah sakit.

- SPO dibuat mudah dibaca dan sering dibaca

- Sudah ideal

- Masalah terbesar ada didiri sendiri sehingga perlu memperbaiki diri.

- Hambatan dari stok barang yang terbatas.

- Tindakan pemasagan infus yang dilakukan harus diperbaiki terutama permasalahan waktu. - Untuk meningkatkan

tingkat kepatuhan pemasangan infus, individu sering melakukan evaluasi internal external. - SPO yang ada selama ini

sudah ideal.

EVALUASI

a. Akibat akan sikap yang dilakukan PERTANYAAN

KEYAKINAN

CODING

AXIAL CODING THEMA

- Sering, setiap saat terutama saat ada KTD

- Setiap saat sering berlatih, buka buku dan saling memotivasi antar teman. - Keduanya sangat berguna

dan saling mendukung - Sangat baik sebagai bahan

pembaruan diri.

- Perawat sering melakukan evaluasi internal dan eksternal karena keduanya sangat penting dan mendukung..

- Jika rumah sakit mengadakan evaluasi berkala terhadap seluruh perawat akan ketaatan penggunaan SOP, hal ini sangat baik sebagai bahan pembaharuan diri.


(65)

b. Pendapat orang lain PERTANYAAN

KEYAKINAN

CODING

AXIAL CODING THEMA

- Sangat mempermudah sehingga sering dilakukan koreksi antar pribadi. - Tahap kerja karena harus

cepat.

- Sebagian perawat salah dibagian yang sama. - Sering sekali karena ada

budaya saling mengingatkan

- Tidak pernah ada yang tersinggung.

- Koreksi dari teman sejawat sangat mempermudah perawat saat melakukukan koreksi pada diri sendiri.

- Tahap saat perawat sering melakukan kesalahan adalah tahap kerja.

- Perawat sering sekali memperingatkan teman sejawat sebagai bahan evaluasi diri.

Wawancara (interview) dilakukan oleh peneliti terhadap kepala perawat IGD yang mewakili perawat pelaksana keseluruhan untuk mengetahui lebih dalam tentang kepatuhan perawat IGD dalam melaksanakan pemasangan infus pada anak berdasarkan SPO di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Jumlah responden sebanyak 19 orang dengan beberapa perawat dinilai lebih dari 1x pemasangan infus namun wawancara hanya dilakukan pada kepala ruang yang mewakili perawat secara keseluruhan. Berikut adalah hasil wawancara mendalam dengan kepala perawat.

1) Pengetahuan perawat terhadap kepatuhan pelaksanaan pemasangan infus sesuai SPO.


(66)

48

Tingkat kepatuhan pemasangan infus pada anak di PKU Muhammadiyah Unit II belum sempurna, terutama pada tahap kerja. Hal ini terlihat dari pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dan penggunaan desinfektan yang masih sering belum sesuai aturan. Hal ini didukung dengan kalimat hasil wawancara yang didapatkan dari responden berikut: “ Masih sering salah mbak, menurut saya pada tahap kerja mbak, seperti pemakaian APD misalnya sarung tangan, oh juga pada saat pemberian desinfektan itu sering tidak dipakai. Karena biasanya tergesa-gesa, atau kesadaran diri juga mbak. Padahal sudah ditempel SPO diman-mana.”“ Seringnya bagian kerja mbak. Karena pada tahap itu kita harus berpacu dengan waktu. Jadi tidak bisa terlalu sempurna. Pasti ada yang tidak sempurna disalah satu bagian namun masih dalam lingkup aman sih mbak.”

Walaupun sudah dipasang SPO pada beberapa meja periksa dan dinding-dinding ruang IGD Rumah Sakit, namun pelaksanaan pemasangan infus pada anak masih sering tidak sesuai urutan yang sudah ditetapkan di SPO. Hal ini sudah mendapatkan perhatian dari pihak Rumah Sakit.

Salah satu perhatian yang ditunjukkan pihak Rumah Sakit adalah mengadakan pelatihan berkala untuk seluruh perawat IGD.


(67)

Hal ini ditujukan untuk mengurangi tingkat kesalahan saat pemasangan infus sesuai SPO. Disamping itu, perawat secara mandiri selalu berusaha memperbaiki diri sendiri agar patuh terhadap SPO. Sesama perawat saling mengingatkan dan mengevaluasi jika ada yang bertindak tidak sesuai SPO. Semua dilakukan agar penerapan SPO semakin mendekati kesempurnaan. Hal tersebut didukung dengan kalimat : “ Iya mbak, biasanya sebulan sekali ada pelatihan buat perawat tapi kalau itu tidak diimbangi dengan kemauan diri sendiri ya sama sajambak. Yang penting dari dalam diri perawat sendiri berusaha keras untuk taat kepada SPO. Begitu sih mbak.”

“ Ya itu mbak, terus mempebaiki diri sendiri agar lebih baik. Terus saling mengingatkan antar teman. Ya evaluasi gitu mbak antar individu saja.”

Hal yang mendasari beberapa perawat untuk melaksanakan pemasangan infus sesuai SPO adalah pengalaman yang selama ini terjadi serta saran dan kritik yang diperoleh baik dari bangsal maupun antar kepala ruangan. Hal itu memotivasi para perawat untuk lebih meningkatkan kepatuhan dalam pelaksanaan SPO pemasangan infus pada anak. Hal ini terlihat dari kalimat: ” Pengalaman mbak. Pengalaman yang tidak baik selama ini bisa


(68)

50

jadi bahan belajar biar bisa lebih baik. Misal seperti phlebitis gitu. Trus juga kritik dan saran dari temen bangsal lain ataupun bangsal sendiri itu sangat membangun mbak.”

Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada pemasangan infus selama ini bukan karena pihak eksternal Rumah Sakit, tetapi karena individu sendiri. Beberapa kesalahan terjadi karena sudah menjadi kebiasaan sejak dulu yang sulit untuk dirubah meskipun sudah diberikan SPO di IGD. Hal ini terutama terjadi pada saat situasi dan waktu yang tidak banyak saat pemasangan infus. Instalasi Gawat Darurat dituntut untuk memasang infus secara cepat terutama dalam kondisi darurat. Hal ini terlihat dari kalimat :

“ Waktu yang harus cepat itu kadang menuntut kita tidak bisa sempurna sesuai SPO. Pasien-pasiennya kan emergency mbak. Jadi kalau melakukan apapun harus cepat. Nah, kadang ada yang terlewat SPO nya.”

2) Sikap perawat terhadap kesalahan yang terjadi pada saat pelaksanaan pemasangan infus sesuai SPO.

Pemasangan infus yang tidak sesuai prosedur dapat menyebabkan terjadinya Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD). Untuk mencegah hal tersebut, maka antar perawat akan selalu mengevaluasi dan mengingatkan jika terdapat kesalahan yang


(69)

diperbuat. Hal ini sudah menjadi kebiasaan para perawat di RS PKU Muhammadiyah Unit II. Kebiasaan yang baik ini, diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan perawat terhadap pelaksanaan pemasangan infus pada anak. Hal tersebut di dukung dengan kalimat : “ Ya dibantu saja mbak, sering-sering diingatkan sampai infus dapat terpasang dengan benar sesuai protap.”

3) Pendapat perawat terhadap pelaksanaan pemasangan infus pada anak yang selama ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah unit II.

Tindakan pemasangan infus sesuai prosedur di PKU Muhammadiyah Unit II masih belum sempurna. Terdapat beberapa butir SPO yang belum sempurna dilakukan, namun sudah cukup banyak butir SPO yang dilakukan secara sempurna. Hal ini menandakan penerapan SPO pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Unit ii sudah cukup baik. Diperlukan rencana kedepan untuk terus memperbaiki diri agar tindakan pemasangan infus sesuai SPO semakin dekat dengan kesempurnaan. Hal tersebut didukung dengan kalimat jawaban responden : “ Ya beberapa sudah tepat tapi juga ada yang belum sesuai. Belum sempurna lah mbak, kan susah kalau harus sama banget seperti SPO. Ya waktu itu tadi salah satu hambatannya


(70)

52

mbak”

Rencana yang sudah dilakukan untuk memperbaiki tindakan pemasangan infus agar sesuai SPO adalah melakukan rapat rutin berkala satu kali dalam satu bulan untuk mngevaluasi tindakan yang dilakukan selama ini. Selain itu, setiap hari dilakukan kegiatan evaluasi antar perawat pada saat operan jaga. Pihak rumah sakit sudah menyediakan SPO yang mudah dibaca dan terlihat setiap saat, dengan cara ditempel di dinding. Hal ini dilakukan agar tingkat kepatuhan pemasangan infus sesuai SPO di Rumah Sakit meningkat. Dibutuhkan pula bentuk SPO yang mudah dipahami oleh para perawat sehingga mudah diterapkan dalam tindakan sehari-hari. SPO yang terdapat di rumah sakit saat ini masih harus direvisi agar lebih mudah diterapkan.Hal tersebut didukung dengan kalimat jawaban responden: “ Biasanya kalau dari rumah sakit sudah ada rapat rutin berkala 1 kali sebulan mbak. Isinya salah satunya ya evaluasi tindakan kita sudah sesuai SPO atau belum. Pas operan, antar perawat jugadibahas kok yang kurang apa. Selain itu SPO nya dibuat mudah dilihat mbak misalnya ditempel didinding. Sudah diterapkan sih mbak metode seperti itu tapi tetap saja susah untuk sempurna.”


(71)

4) Tingkat kesadaran perawat terhadap akibat akan sikap yang dilakukan saat pelaksanaan pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah unit II.

Akibat akan sikap yang dilakukan saat melakukan tindakan pemasangan infuse secara tidak benar dapat diketahui saat perawat melakukan evaluasi, baik antar sesama perawat maupun internal pada diri perawat sendiri. Tindakan evaluasi internal dalam diri perawat sendiri dilakukan setiap hari setiap saat dan akan dibahas saat operan jaga. Evaluasi antar perawat (eksternal) merupakan metode yang lebih evektif dibandingkan evaluasi internal, karena perawat yang salah akan mendapat evaluasi secara langsung dari teman sejawatnya, selain itu perawat lain yang tidak terlibat dapat menjadikan hal tersebut sebagai pengalaman berharga agar kedepannya dapat lebih baik.Hal ini cukup evektif untuk mengetahui kesalahan-kesalahan saat pemasangan infus karena diskusi dan evaluasi dilakukan pada kelompok kecil dan secara rutin. Evaluasi berkala dan rutin terhadap tingkat kepatuhan perawat terhadap SPO pemasangan infus pada anak diharapkan dapat terus berjalan dan mendapatkan hasil akhir yang sangat diharapkan. Hal ini terlihat dari kalimat jawaban responden: “ Sering banget mbak. Setiap saat malah. Terlebih saat ada kejadian


(72)

54

yang tidak diharapkan misalnya. Kita langsung koreksi diri sendiri. Kalau pas lupa, sewaktu operan juga dibahas kok jadi Insya Allah inget terus untuk koreksi diri.”

5) Pengaruh pendapat orang lain pada tahap evaluasi bagi perawat saat pelaksanaan pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah unit II.

Koreksi dari teman sejawat sering dilakukan oleh perawat RS. PKU Muhammadiyah Unit II. Hal ini dapat mempermudah perawat dalam melakukan koreksi internal dan melakukan perbaikan pada saat pemasangan infus di kemudian hari. Koreksi yang dilakukan tidak hanya dalam skala kecil saat operan jaga namun juga dilakukan dalam skala besar antar kepala perawat satu rumah sakit di aula. Hal ini sangat efektif untuk memperbaiki kinerja perawat agar semakin patuh terhadap SPO saat memasang infus pada anak di RS.PKU Muhammadiyah Unit II. Hal ini terlihat dari kalimat : “Ya mbak, sangat mempermudah. Jadi sering disadarkan akan kekurangan kita. Jadi pas salah langsung inget. Ini ga boleh, itu ga boleh.”


(73)

Berikut adalah Bagan Hasil Keseluruhan Wawancara Mendalam yang telah dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II:

Gambar 4.1. Bagan Hasil Wawancara

Kepatuhan Perawat dalam melaksanakan SPO

Pemasangan Infus pada Anak (Fishben & Ajzen):

- Tahap persiapan : 45, 45%

- Tahap interaksi pasien: 43,5%

- Tahap dokumentasi: 71,4% Pengetahuan

- Kesalahan terbanyak pada tahap kerja saat pemasangan APD.

- Untuk mengurangi hal tersebut perawat melakukan evaluasi internal dan eksternal.

- Kesempatan perawat di RS untuk melakukan pemasangan infus sesuai SPO sangat luas.

Sikap

- Perawat akan saling mengingatkan dan mengoreksi diri sendiri jika terdapat pemasangan infus tidak sesuai SOP.

Opini

- Tindakan yang dilakukan selama ini belum tepat.

- Perawat rajin melakukan evaluasi internal dan eksternal untuk meningkatkan mutu.

- SPO yang ada selama ini sudah ideal.

Akibat akan sikap yang dilakukan

- Perawat sering melakukan evaluasi keperawatan.

- Evaluasi eksterna dan interna sangat berguna.

- Evaluasi berkala dari rumah sakit sangat dibutuhkan.

Pendapat

- Koreksi dari teman sejawat sangat dibutuhkan.

- Tahap sering ditemukan kesalahan adalah tahap kerja.

- Ada budaya saling


(74)

56

Berikut ini adalah rekomendasi dan rencana tindakan yang sebaiknya dilakukan di RS PKU Muhammadiyah unit II untuk menyelesaikan masalah yang ada khususnya terkait masalah dan hambatan pada pelaksanaan SPO pemasangan infus pada anak.


(75)

57 Akar masalah Tindakan Tingkat rekomen

dasi (Individu, Tim, Direktorat, RS)

Penang gung jawab

Waktu Sumber daya yang dibutuhkan

Bukti penyelesaian

Kebiasaan perawat yang sukar diubah

Evaluasi rutin dan terus menerus

Individu dan Tim Manajer Kepera watan

- Seluruh perawat RS PKU Muhamma diyah Yogyakarta unit II

Kebiasaan perawat yang kurang tepat mulai menghilang Prosedur yang

dilaksanakan belum maksimal

Terus mengevalu asi sebab penerapan SPO yang belum maksimal

Tim Manajer

Kepera watan

- Seluruh perawat RS PKU Muhamma diyah unit II

Peningkatan jumlah kepatuhan

pemasangan infus pada saat evaluasi selanjutnya.


(76)

58

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden a. JenisKelamin

Dari jumlah responden penelitian,jumlah responden perempuan lebih banyak dari responden laki-laki yakni perempuan 10 orang (53%) dan laki-laki 9 orang (47%). Pada abad ke 21 setelah perang dunia kedua, keperawatan mulai dikembangkan berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan, dan diikuti oleh perempuan dan perkembangannya. Oleh karena itu jumlah perawat laki-laki dan perempuan setara (Taylor, Lilis dan Lemone, 2005).

b. Tingkat Pendidikan

Dari hasil penelitian terlihat bahwa 63% perawat memiliki tingkat pendidikan DIII Keperawatan, 32% perawat memiliki tingkat pendidikan S1 Keperawatan sedangkan sisanya 5% memiliki tingkat pendidikan Ners. Perawat pemula mempunyai tingkat pendidikan minimal D III Keperawatan (Widyaningtyas, 2010).


(1)

Tarik Mandrin sedikit, lalu dorong jarum masuk kedalam vena

e. Lepaskan tourniquet, lepaskan mandarin dari IV line laluhubungkan selang infus dengan IV line yang telah di pasang, tidak boleh ada udara pada selang, kemudian alirkan cairan infuse dengan membuka klem pada selang infus

13. Berikan povidon iodine 10% pada kulit tempat insersi

14. Fiksasi IV kateter sedemikian rupa menggunakan transparan dressing, fiksasi selang infus dengan menggunakan plester non alergik 15. Atur tetesan infus dengan

menggunakan penunjuk detik sesuai dengan program terapi

16. Lepas sarung tangan

17. Pasang label, tulis nama klien, tanggal pemasangan, jam pemasangan, tetesan per menit, obat tambahan, nama pemasang, tandatangan pemasang; dipasang dibawah chamber


(2)

18. Beritahu klien bagaimana naik dan turun tempat tidur tanpa mengubah posisi kateter IV (bila klien memungkinkan).

19. Bereskan alat –alat dan kembalikan pada tempatnya

20. Lepaskan masker. 21. Cuci tangan

Tahap terminasi :

1. Ucapkan terimakasih atas kerjasama dengan pasien

2. Evaluasi respon klien 3. Simpulkan hasil kegiatan

4. Pemberian pesan: setelah 1 – 2 jam akan dilakukan observasi: jumlah larutan infus, kecepatan tetesan, kepatenan kateter

5. Kontrak waktu kegiatan selanjutnya 6. Atur posisi klien senyaman mungkin Dokumentasikan:

1. Nama klien

2. Tanggal dan jam pemasangan infuse 3. Jenis cairan

4. Jumlah tetesan dalam satu menit 5. Botol keberapa.

6. Respon klien


(3)

infuse Sikap : 1. Teliti 2. Hati-Hati 3. Empati 4. Peduli 5. Sabar 6. Sopan Unit Terkait -


(4)

KOMITMEN DAN PERINGATAN KEPATUHAN PERAWAT PADA PELAKSANAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN INFUS PADA ANAK DI

RUMAH SAKIT YOGYAKARTA

COMMITMENT AND REMINDER OF NURSE COMPLIANCE IN INSERTING IV LINE IN CHILDREN BASED ON STANDARD OPERATING PROCEDURE AT THE

HOSPITAL OF YOGYAKARTA

Arutala Eny Purbo Arimbi, Elsye Maria Rosa

Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183

Email : dokter_tala@yahoo.com

ABSTRAK

Pemasangan infus merupakan prosedur invasive dan merupakan tindakan yang sering dilakukan di Rumah Sakit. Namun hal ini memiliki resiko tinggi terjadinya infeksi Nosokomial atau disebut juga Hospital Acquired Infection (HAIs) yang akan menambah tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Infeksi Nosokomial tersebut dapat diturunkan dengan menerapkan Standar prosedur operasional (SPO) dalam setiap tindakan perawat terutama perawat IGD. Tindakan perawat IGD yang sesuai Standar Prosedur Operasional dalam pemasangan Infus pada anak di Rumah Sakit Yogyakarta belum terdokumentasi dengan baik, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang kepatuhan pelaksanaan standar prosedur operasional pemasangan infus pada anak di rumah sakit Yogyakarta .

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Responden pada penelitian ini adalah seluruh perawat di IGD yang bertugas melakukan pemasangan infus pada anak. Peneliti mengetahui tingkat kepatuhan perawat dalam penarapan Standar Prosedur Operasional menggunakan checklist sedangkan hasil wawancara menggunakan analisis data dengan pengkodean.


(5)

Kepatuhan Perawat dalam melaksanakan Standar Prosedur Operasional pemasangan infus pada anak: tahap persiapan : 45, 45%, tahap interaksi pasien: 43,5%, tahap dokumentasi: 71,4%. Kesalahan terbanyak pada tahap kerja saat pemasangan alat pelindung diri. Perawat akan saling mengingatkan dan mengoreksi diri sendiri jika terdapat pemasangan infus tidak sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO).

Tingkat kepatuhan perawat dalam melaksanakan Standar Prosedur Operasional pemasangan infus pada anak masih rendah, namun keyakinan perawat serta evaluasi perawat akan akibat dari perilaku yang dilakukan sudah cukup baik. Perlunya meningkatkan komitmen internal pada diri perawat sendiri terkait kepatuhan penerapan Standar Prosedur Operasional pemasangan infus pada anak sebagai upaya pencegahan infeksi.

Kata Kunci: Kepatuhan, Standar Prosedur Operasional, Pemasangan infus.

ABSTRACT

IV line insertion is an invasive procedure which is often done in a hospital. However this is has a high risk of nosocomial infection or also known as Hospital Acquired Infection (Hais) which will effect to the high cost of care and the treatment time. Nosocomial infections can be derived by applying standard operating procedures (SOPs) in every action of nurses, especially nurses emergency room. Emergency room nurse action that based on Standard Operating Procedure of inserting IV line in children at the hospital of Yogyakarta has not been well documented, so it is necessary to do research on the nurse compliance in insering IV line in children based of Standard Operating Procedure at the hospital of Yogyakarta. This is a qualitative research with case study. Respondents in this research are all emergency room nurses that doing iv line insertion in the children. Researchers determine the compliance level of nurses in Standard Operating Procedure using the checklist while data analysis of the interview using encoding method.

Nurse compliance in implementing the Standard Operating Procedure in IV line insertion: preparation phase: 45, 45%, patient interactions phase: 43.5%, documentation phase: 71.4%. Most errors are in the work phase while using personal


(6)

protective equipment. Nurses will remind each other and correct themselves if they have not do IV line insertion based on Standard Operating Procedure.

Compliance level of nurses in implementing the Standard Operating Procedure of iv line insertion in children is still low, but the confidence of nurses and nurse evaluation of the effect from current behavior is good enough. It is necessary to improve internal commitment in the nurse's own self interlaced with the compliance of using Standard Operating Procedure in inserting IV line for prevention of infection.


Dokumen yang terkait

ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN VENTILATOR DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

0 14 10

Evaluasi Pelaksanaan Penandaan Operasi di Ruang OperasI RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta

0 4 17

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPATUHAN PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN KATETER DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II

3 10 20

EVALUASI PASCA HUNI RUANG PERAWATAN INTENSIF RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II

4 12 118

EVALUASI PASCAHUNI PERFORMANSI FISIK INSTALASI GAWAT DARURAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II

15 54 142

PENGARUH KEPATUHAN PERAWAT PADA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN INFUS TERHADAP ANGKA KEJADIAN PHLEBITIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II

2 16 109

PENGARUH STRESS KERJA DAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMASANGAN INFUS DI UNIT GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

5 38 98

TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DI UNIT ANAK RS PKU MUHAMMADIYAH BATUL, RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT I DAN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAARTA UNIT II

0 4 76

Kepatuhan Perawat dalam Melaksanakan Standar Prosedur Operasional Pemasangan Infus di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong | Jeli | Jurnal Mutiara Medika 2471 6734 1 SM

0 3 12

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPATUHAN PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN KATETER DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II | Ulfa | JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit) 832 6

0 0 7