PENGELOLAAN ASET/BARANG MILIK DAERAH DI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014-2015

(1)

PENGELOLAAN ASET/BARANG MILIK DAERAH DI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BANTUL

TAHUN 2014-2015

Disusun Oleh: SUFRI NURYAMIN

NIM. 20120520145

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

ii

PENGELOLAAN ASET/BARANG MILIK DAERAH DI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BANTUL

TAHUN 2014-2015

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh: SUFRI NURYAMIN

NIM. 20120520145

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

iii

HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Sufri Nuryamin

NIM : 20120520145 Menyatakan bahwa:

1. Skripsi dengan judul “Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah di Dinas Pekerjaan Umun Kabupaten Bantul Tahun 2014-2015” yang saya buat ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Isi skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan dosen pembimbing.

3. Saya menyetujui penggunaan skripsi ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun dalam bentuk karya ilmiah lainnya oleh dosen pembimbing.

4. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam daftar pustaka.

5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguh-sungguhnya, apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena skripsi ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Yogyakarta, Agustus 2016 Yang Membuat Pernyataan


(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Ayahanda Abdul Ra’uf,S.Pd. dan Ibunda Aniar

Kakak Fitri Jasnaini,S.K.M

Kakek Bahgi dan Nenek Alm. Ami

Sahabat dan teman-teman Urang Gayo di Yogyakarta

Teman-teman IP 2012 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(5)

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah memberikan semangat dan dukungan serta motivasi dalam penulisan skripsi ini:

1. Ayahanda Abdul Ra’uf,S.Pd. yang telah berjuang untuk

membesarkan dan mendidik penulis hingga saat ini, semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Idola!

2. Ibunda tercinta Aniar, wanita tangguh yang berjuang mulai dari melahirkan sampai membesarkan dan merupakan guru pertama dalam kehidupan. Semoga selalu diberi kesehatan oleh Allah SWT. Love you, always!

3. Kak Fitri Jasnaini,S.K.M, dan Suami Bang Ihsan Brampu dan juga Keponakan Cantik Jihan Salsabila Brampu. Semoga menjadi keluarga yang diridhoi Allah SWT.

4.Kakekku Bahgi dan Alm NenekAmi dan juga nenek Item semoga Allah memberikan umur yang panjang.

5. Bodat tercinta Widuri Wulandari Marbun, yang tidak pernah capek dalam menasehati, membimbing dan mengarahkan dan juga memarahi tentunya. InsyaAllah abang tunggu di pelaminan.

6.Bapak Dr. Ulung Pribadi selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan arahan dan masukan untuk kelancaran skripsi ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan Bapak.

7. Whin Cogay Alias Hambali, kawan dari kecil dan seperjuangan sampai sekarang. Semoga kelak kita menjadi orang besar dan sukses dunia akhirat. Amin!

8.My Bro Pecandu Caffein anak pak Bejo M. Ardiansyah Putra, Jang Nas bin Samin, Jang Idir, Julkiply bin Salim, Kaka Miftahuddin Jasri, Big Ded Alias Dedi Setiawan, Syeh Aradi bin Idris, Abdul Gani bin Hasan, Yono Jancuk Alias Matyadi bin Mukmin, Shofwan alias Tuba alias Sipu, Lukman bin Salim. Terima kasih atas warna warni


(6)

vi

kehidupan yang telah diberikan semoga kita dipertemukan di jajaran pejabat Gayo Lues kelak. Amin!

9.Seluruh masyarakat IMAGAYO (Ikatan Mahasiswa Gayo Lues Yogyakarta). Merupakan tempat bernaung dan berkumpul bersama Urang Gayo di perantauan. Sukses buat kita semua.

10. Teman KKN 042, semoga sukses selalu!

11. Teman-teman seperjuangan Ilmu Pemerintahan Angkatan Tahun 2012.

12. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas semuanya semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT.


(7)

vii

MOTTO

Man khoroja fii tholabil

„ilmi fahuwa fii

sabiilillahi hatta yarji‟a”

Barang siapa yang keluar menuntut ilmu maka dia berjalan di jalan Allah sampai dia pulang (Al-Mahfudzat)

“Izaa shodaqol azmu wadhoha assabiil”

Jika ada kemauan pasti ada jalan (Al-Mahfudzat)

VINI, VIDI, VICI


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya. Serta tak lupa sholawat serta salam atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah di Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Bantul Tahun 2014-2015”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammdiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Ali Muhammad, S.IP., M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Dr. Titin Purwaningsih., S.IP., M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Bapak Dr. Ulung Pribadi Sebagai dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi masukan,


(9)

ix

berbagi pengalaman, arahan dan telah banyak memberikan ide-ide dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Erni Zuhriyati,S.IP,.MA. Sebagai dosen penguji skripsi I yang memberikan banyak masukan dalam skripsi ini.

6. Bapak Dr. Suswanta sebagai dosen penguji II yang telah memberikan masukan dan perbaikan dalam skripsi ini.

7. Staff Dinas PU Bantul yang telah bersedia menjadi informan dalam kelancaran skripsi ini.

8. Staff DPPKAD Bantul yang telah memberikan banyak informasi dan data untuk menunjang pembuatan skrispsi ini.

9. Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

10.Seluruh staff dan karyawan Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

11.Semua pihak yang telah banyak membentu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Yogyakarta, Agustus 2016


(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

HALAMAN PERNYATAAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iv

UCAPAN TERIMAKASIH...v

HALAMAN MOTTO...vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

SINOPSIS ...xv

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 LATAR BELAKANG...1

1.2 RUMUSAN MASALAH...8

1.3 TUJUAN PENELITIAN...8

1.4 MANFAAT PENELITIAN...9

1.5 KERANGKA DASAR TEORI...9

1.5.1 Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah...10

1.5.2 Pemerintah Daerah...14

1.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Aset...16

1.6 DEFINISI KONSEPSIONAL...18

1.7 DEFINISI OPERASIONAL...19

1.8 METODE PENELITIAN...20

1.8.1 Jenis Penelitian...20


(11)

xi

1.8.3 Unit Analisis...21

1.8.4 Jenis Data...21

1.9 TEKNIK PENGUMPULAN DATA...21

1.9.1 Observasi...21

1.9.2 Wawancara Mendalam (deepth interview)...22

1.9.3 Dokumentasi...22

1.10 TEKNIK ANALISIS DATA...22

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN...26

2.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Bantul...26

2.1.1 Kondisi Geografis...26

2.1.2 Visi dan Misi Kabupaten Bantul...28

2.2 Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul...29

2.3 Dinas Pendapatan dan Pengeloaan Keuangan dan Aset Daerah...30

BAB III PEMBAHASAN...32

3.1 Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah Kab. Bantul...32

3.1.1 Perencanaa dan Penganggaran...32

3.1.2 Pengadaan Barang Milik Daerah...41

3.1.3 Penerimaan, Penyimpanan dan Penyaluran...46

3.1.4 Penggunaan Barang Milik Daerah...53

3.1.5 Penatausahaan Barang Milik Daerah...57

3.1.6 Pemanfaatan Barang Milik Daerah...63

3.1.7 Pengamanan dan Pemeliharaan Barang Milik Daerah...77

3.1.8 Penilaian Barang Milik Daerah...82

3.1.9 Penghapusan Barang Milik Daerah...85

3.1.10 Pemindahtanganan Barang Milik Daerah...89

3.1.11 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian...92

3.1.12 Pembiayaan Barang Milik Daerah...94

3.1.13 Tuntutan Ganti Rugi...96

3.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengelolaan Barang Milik Daerah...99

3.2.1 Inventarisasi Aset...99

3.2.2 Legal Audit...106

3.2.3 Penilaian Aset...108

3.2.4 Optimalisasi Aset...110


(12)

xii

BAB IV PENUTUP ...114

4.1 Kesimpulan...114

4.2 Saran...119

DAFTAR PUSTAKA...121 LAMPIRAN


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbatasan Wilayah Kab. Bantul...26

Tabel 2.2 Luas Wilayah dan Kecamatan di Kab. Bantul...27

Tabel 3.1 Wewenang tugas dan Fungsi SKPD ... 36

Tabel 3.2 Rencana Pemeliharaan Barang Milik Daerah (RKPBMD)... 40

Tabel 3.3 KIB A: Tanah...103


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagan Alur Proses Perencanaan dan Penganggaran BMD...35

Gambar 3.2 Penerimaan, Penyiimpanan dan Penyaluran...49

Gambar 3.3 Bentuk-Bentuk Pemanfaatan Barang Milik Daerah...66

Gambar 3.4 Proses Penyewaan Barang Milik Daerah...70

Gambar 3.5 Proses Pinjam Pakai Barang Milik Daerah...72

Gambar 3.6 Prosedur BGS dan BSG...76


(15)

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

PENGELOLAAN ASET/BARANG MILIK DAERAH DI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014-2015

Disusun oleh: SUFRI NURYAMIN

20120520145

Telah dipertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pada

Hari/Tanggal : Jum’at, 26 Agustus 2016 Pukul : 11.00-11.45

Tempat : Ruang IGOV Lama 1 SUSUNAN TIM PENGUJI

Ketua

Dr. Ulung Pribadi,M.Si.

Penguji I Penguji II

Erni Zuhriyati, S.S., S.IP.,MA. Drs. Suswanta, M.Si. Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan UMY


(16)

ii

SINOPSIS

Aset daerah merupakan sesuatu yang harus dikelola dengan baik, karena merupakan sumber potensial dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun, banyak sekali permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaanya. Seperti yang terjadi di Dinas Pekerjaan Umum (DPU). Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif untuk mendapatkan fakta-fakta mengenai permasalahan aset di DPU selaku unit analisis dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk melengkapi data dalam penelitian ini.

Proses pengelolaan barang milik daerah di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul meliputi: perencanaan dan penganggaran yang disusun dalam RKBMD, RKPBMD yang selanjutnya menjadi RKA. Pengadaan dilakukan melalui ULP (Unit Layanan Pengadaan) yang ada di Pemda yang bersifat permanen. Sejauh ini proses pengadaan sudah berjalan dengan baik. Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran aset daerah di DPU sudah berjalan dengan optimal, permasalahan yang dihadapi hanya pada penyimpanan yang dikarenakan besarnya jumlah barang maka membutuhkan gudang penyimpanan dan petugas yang banyak juga. Penggunaan dilakukan setelah penetapan status penggunaan oleh Bupati dan setelahnya DPU wajib melakukan penatausahaan terhadap aset tersebut. Rentang kendali yang luas merupakan kesulitan yang dihadapi dalam proses penggunaan. Penatausahaan merupakan kendala utama yang dihadapi DPU khususnya inventarisasi aset. Pemanfaatan aset di DPU sudah berjalan optimal dalam menunjang tupoksi DPU. Pengamanan dan pemeliharaan aset masih bermasalah terutama dalam pengamanan administrasi. Penilaian dilakukan oleh tim penilai yang ditetapkan oleh Bupati Bantul. Penghapusan dilaksanakan melalui usulan daftar penghapusan barang oleh DPU ke DPPKAD Bantul. Pemindahtanganan dilaksanakan oleh DPPKAD setelah ada usulan dari SKPD, namun sejauh ini DPU belum melakukan pemindahtanganan aset. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian tidak berjalan optimal, masih banyak kesalahan yang dilakukan DPU dalam pengelolaan aset. Pembiayaan dibebankan kepada APBD Bantul dan tidak ada kendala yang dihadapi dalam proses ini. Tuntutan ganti rugi dilakukan apabila ada kesalahan dalam pengelolaan aset yang merugikan daerah, namun sejauh ini belum pernah terjadi di DPU. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan aset di DPU yaitu: inventarisasi aset berpengaruh terhadap penyajian laporan keuangan dan aset daerah. Inventarisasi aset bermasalah di DPU, sehingga berpengaruh terhadap kesalahan dalam penatausahaan aset. Legal audit berpengaruh terhadap pengamanan hukum aset yang sejauh ini sudah berjalan optimal di DPU. Penilaian aset berpengaruh terhadap kewajaran penyajian aset yang sudah berjalan dengan baik di DPU. Optimalisasi aset berpengaruh terhadap pemanfaatan aset dalam menunjang tupoksi DPU yang tidak mengalami masalah. Pengawasan dan pengendalian (pengembangan SIMA) berpengaruh dalam mendapatkan data aset secara cepat dan akurat dan sudah berjalan di Pemkab Bantul dalam bentuk SIMDA.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Lahirnya prinsif Good Governance, menuntut bahwa pemerintah, baik pemeritah pusat maupun pemerintah daerah harus membuat laporan keuangan yang transparan dan akuntabel. Tujuan utamanya adalah agar semua yang dilaporkan baik itu Barang Milik Negara (BMN) maupun Barang Milik Daerah (BMD) bisa dipertanggungjawabkan kepada masyarakat secara keseluruhan dan tepat sesuai tujuan. Namun, pengelolaan aset/barang milik negara atau daerah tidak semudah yang dibayangkan, banyak sekali faktor yang menjadi kendala, antara lain, masih banyak instansi yang belum dapat menyajikan data secara pasti, berapa sesungguhnya nilai aset tersebut.

Pencatatan yang ada pada instansi pemakai barang masih banyak yang tidak up to date dan sudah ketinggalan zaman karena nilai yang tercatat pada umumnya didasarkan atas nilai perolehan yang tentu tidak mencerminkan nilai sesungguhnya. Belum lagi permasalahan-permasalahan lain di bidang pengelolaan aset daerah seperti tidak jelasnya status hukum aset, pemanfaatan aset oleh pihak lain yang tidak mengikuti prosedur, tukar-menukar aset daerah yang cenderung merugikan daerah, pencatatan aset yang tidak tertib dan konflik kepentingan dalam pemanfaatan aset daerah.1 Faktor lainnya adalah terbatasnya tenaga SDM yang menyajikan laporan keuangan, kebijakan untuk pengelolaan aset yang belum mengakomodir semua hal yang diperlukan, penguasaan dan pemeliharaan aset agar tidak hilang, rusak, atau dicuri, dan sebagainya. Permasalahan mengenai pengelolaan aset daerah ini harus segera diselesaikan. Walaupun belum sempurna namun harus ada pembenahan dalam penataannya karena aset daerah merupakan kekayaan yang harus

1

Sumini dan Oktavia Ester Pangaribuan. 2010. Penggunaan, Pengamanan dan Pemeliharaan BMD. Pusdiklat Kekayaan Negara dan Perimbangan Keuangan. Hlm 13


(18)

dipelihara, diamankan, dan dimanfaatkan sebaik mungkin sebagai amanah yang harus diemban untuk masyarakat.

Untuk menjawab tantangan diatas maka lahirlah Peraturan Pemerintah Nomor. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang merupakan peraturan turunan Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Hal tersebut merupakan perubahan paradigma baru dalam pengelolaan barang milik negara/daerah dan memunculkan optimisme baru dalam penataan dan pengelolaan barang/aset negara/daerah yang lebih tertib, akuntabel dan transparan. Pengelolaan aset negara dalam pengertian yang dimaksud dalam Pasal1 Ayat (1) dan Ayat (2) Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2006 adalah tidak sekedar administratif semata, tetapi lebih maju berfikir dalam menangani aset negara/daerah, dengan bagaimana meningkatkan efisiensi, efektifitas dan menciptakan nilai tambah dalam mengelola aset.

Oleh karena itu, lingkup pengelolaan aset Negara mencakup perencanaan kebutuhan dan penganggaran; pengadaan; penggunaan; pemanfaatan; pengamanan dan pemeliharaan; penilaian; penghapusan; pemindahtanganan; penatausahaan; pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Proses tersebut merupakan siklus logistik yang lebih terinci yang didasarkan pada pertimbangan perlunya penyesuaian terhadap siklus perbendaharaan dalam konteks yang lebih luas (keuangan negara).2

Aset daerah harus dijaga, dikelola, diamankan dan dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, selain sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat selaku stakeholder, aset daerah juga merupakan sumber potensial penerimaan daerah serta dapat membantu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Oleh karena itu, pemerintah daerah harus pandai dan terampil dalam mengelola aset atau barang milik daerah dan dituntut

2

Hasfi, Nyemas, Martoyo dan Dwi Haryono. Pengelolaan Barang Milik Daerah di DPKAD Kab. Sintang Tahun 2013. Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN-2013. Hlm 2


(19)

untuk membenahi sistem pengelolaan aset daerah dengan berpedoman pada regulasi dan undang-undang yang berlaku.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah merupakan acuan utama pemerintah dalam pengelolaan aset daerah, yang juga sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pedoman Penilaian Barang Daerah, serta dipertegas dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Aset daerah merupakan suatu potensi ekonomi dan sumber daya yang bersifat mutlak bagi setiap pemerintah daerah. Pengelolaan aset yang baik akan berkontribusi besar bagi pemerintah daerah, sebaliknya jika pengelolaannya buruk maka akan berdampak buruk pula pada pemerintah daerah tersebut.

Aset atau barang milik daerah itu sendiri dikelola oleh unit organisasi yang memiliki hak dan tanggung jawab atas aset tersebut. Pengelola barang/aset daerah tersebut adalah pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan barang milik negara/daerah.3 Pengelolaan aset atau barang milik daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu secara profesional dan mandiri mengelola asetnya melalui kemampuan manajemen aset yang terbagi dalam lima tahapan kerja, yaitu: inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi pemanfaatan aset serta pengawasan dan pengendalian dengan pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA).4

Menghadapi persoalan pengelolaan aset daerah perlu proses yang cukup panjang, pemerintah daerah dituntut untuk bekerja keras dalam pelaksanaannya sehingga tujuan tersebut bisa tercapai. Untuk mencapai hal tersebut tentunya bukan perkara yang mudah,

3

Peraturan pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

4

Homer, Yonas, and Wahyu Widayat. Inventarisasi Dan Legalisasi Aset Tetap Tanah Dan Bangunan Milik Pemerintah Daerah Provinsi Papua Di Kota Jayapura Tahun 2012. Diss. Universitas Gadjah Mada, 2014. Hlm 2


(20)

pasalnya banyak hal yang harus diperbaharui dan diperbaiki. Struktur pemerintahan merupakan elemen utama yang harus diperbaiki dan diperbaharui, karena dengan struktur yang baik akan menghasilkan pekerjaan yang baik, begitu pula sebaliknya. Semuanya harus dilihat dari tupoksinya dan harus disesuaikan dengan pejabat yang diperlukan, sehingga tidak terjadi pemerintahan yang kaya struktur tapi miskin fungsi, dan tidak juga terjadi sebaliknya kaya fungsi tapi miskin struktur, harus seimbang antara keduanya. Peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan aset daerah juga harus dipertegas, selama ini peraturan yang ada hanyalah mengenai teknis pengelolaan dan tidak ada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hukuman atau punishment kepada pemerintah yang melalaikan tupoksinya.

Persoalan asetpun muncul dari sorotan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan DIY. Seperti yang kita ketahui ada 5 kabupaten/kota yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo dan Gunung Kidul. Jika dilihat secara sekilas tidak ada permasalahan terkait pengelolaan aset daerah. Kabupaten Sleman misalnya, menurut data yang dilangsir dalam berita koran lokal berau post bahwa tidak ada permasalahan terkait pengelolaan aset daerah di Kabupaten Sleman, Pemda Sleman memastikan aset-aset diadakan pendataan lapangan kemudian diinventarisasi aset/barang yang ada data ataupun buktinya, dan barang/aset yang tidak ada bukti kepemilikannya tidak dimasukan ke daftar inventaris barang milik daerah, namun barang tersebut diusahakan statusnya harus jelas dan bekerjasama dengan SKPD atau instansi terkait.5 Bahkan, belum lama ini beberapa pejabat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bulungan melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Sleman guna belajar tata cara terkait pengelolaan aset daerah.6 Hal tersebut menegaskan bahwa tidak ada permasalahan terkait pengelolaan aset daerah di Kabupaten Sleman.

5

Berau Post, edisi kamis, 12 november 2015. Diakses tanggal 19 april 2015 pukul 01.00 WIB

6


(21)

Tidak jauh berbeda dengan kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo juga tidak mengalami permasalahan yang serius terkait pengelolaan aset daerah, bahkan ketiga Kabupaten/kota Tersebut akan mudah mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) karena tidak ada kasus yang terjadi dalam pengelolaan aset daerah. Wajar Tanpa Pengecualian merupakan suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).7

Berbeda dengan Kabupaten/Kota sebelumnya, persoalan pengelolaan aset pun terjadi pada Kabupaten Bantul. Berdasarkan catatan berita sub bagian hukum BPK perwakilan DIY, bahwasanya pada tahun 2015 ada beberapa aset yang bermasalah. Pemkab Bantul menelusuri asal-usul aset daerah senilai Rp10,2 miliar karena mendapat sorotan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait aset tersebut. Aset-aset tersebut sampai saat ini masih belum jelas asal-usul dan administrasinya. Tahun 2014, hal serupa juga terjadi di pemkab Bantul, aset senilai Rp 35 miliar masih menjadi catatan merah dari BPK, dan pada tahun 2015 masih ada aset senilai Rp 10,2 miliar dari total aset sebesar Rp 3,2 triliun yang harus segera diselesaikan persoalan administrasinya.8

Menurut catatan berita dari sub bagian hukum Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan DIY, bahwasanya permasalahan aset yang ditelusuri asal-usulnya tersebut hampir terdapat di seluruh SKPD yang ada di Pemkab Bantul, baik kantor, badan maupun dinas. Namun, nilai yang paling besar ada di Dinas Pekerjaan Umum (DPU) yang mencapai Rp 1,4 triliun, karena masih banyak gedung yang belum ternilai asetnya. Permasalahan pada aset-aset tersebut terjadi dari banyak sisi yang semuanya sudah dijelaskan dalam UU, Perda maupun Perbup tentang pengelolaan aset daerah, dan seharusnya tidak terjadi dalam

7

Buletin Teknis (Bultek) 01 tentang Pelaporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah paragraf 13.

8


(22)

prakteknya. Kesalahan tersebut antara lain, tidak adanya nomor rekening atau kode barang, tidak adanya tahun perolehan, tidak diketahui asal usul barang apakah dari hasil jual beli atau hibah, dan tidak adanya harga satuan pada aset-aset tersebut. Sedangkan, dalam ketentuan dan peraturan yang sudah ditetapkan harus dicantumkan semuanya, agar aset-aset tersebut jelas asal-usulnya, dan agar aset-aset daerah yang ada di pemkab Bantul khususnya di Dinas Pekerjaan Umum (DPU) benar-benar sah dan bisa dipertanggungjawabkan baik kepada BPK sendiri maupun kepada masyarakat secara keseluruhan.

Permasalahan tersebut tentu akan berimbas kepada kinerja seluruh SKPD yang ada di Pemkab Bantul, pasalnya jika permasalahan aset itu tidak terselesaikan dan mendapat sorotan dari BPK, maka bisa dipastikan Bantul tidak akan mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Lampu merah dari BPK tersebut merupakan peringatan terhadap Pemkab Bantul khususnya Dinas Pekerjaan Umum (DPU) terkait pengelolaan aset daerah yang tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Selain mendapat sorotan dari BPK, permasalahan aset tersebut tentunya akan berimbas juga terhadap kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah kabupaten Bantul, jika permasalahan tersebut terus menerus terjadi dan tidak segera diselesaikan tentunya akan mempersulit dalam pelaporan, dan hal tersebut tentunya akan menimbulkan berbagai persfektif di masyarakat mengenai kinerja pemerintah daerah Kabupaten Bantul, dan akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerahnya. Berdasarakan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk menganalisa lebih jauh tentang “Pengelolaan Aset Daerah di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul Tahun 2014-2015”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


(23)

1. Bagaimana proses pengelolaan aset daerah di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul tahun 2014-2015?

2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan aset daerah di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses pengelolaan barang/aset daerah di Dinas Pekerjaan Umum Kab. Bantul.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan barang/aset daerah di Dinas Pekerjaan Umum Kab. Bantul.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Secara teoritis, manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Menambah pengetahuan tentang proses pengelolaan barang/aset daerah, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan aset daerah tersebut.

b. Sebagai bahan kajian studi banding dalam rangka penelitian lebih lanjut. 2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi masukan:

a. Bagi peneliti

Manfaat dari penelitian ini bagi peneliti sendiri adalah dapat mengetahui dan menambah wawasan tentang pengelolaan aset daerah, dan dapat mengaplikasikan teori-teori yang di dapat di bangku kuliah ke lapangan. b. Bagi pemerintah


(24)

Sebagai bahan acuan dan perbaikan dalam kinerja pejabat pemerintah khususnya dalam pengelolaan aset.

1.5 KERANGKA DASAR TEORI

Teori adalah serangkaian konsep-konsep menjadi suatu penjelasan yang menunjukan bagaimana konsep-konsep itusecara logis berhubungan atau menentukan suatu hipotesa.9 Teori juga merupakan sistem yang bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena dengan cara merinci konstruk-konstruk (yang membentuk fenomena itu), beserta hukum atau aturan yang mengatur keterkaitan antara satu konstruk dengan lainnya.10

Teori juga adalah serangkaian asumsi, konsep, kontrak proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistimatis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep.11 Jadi, adapun kerangka teori dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah

Kata pengelolaan dapat disamakan dengan manajemen, yang berarti pula pengaturan atau pengurusan. Banyak orang yang mengartikan manajemen sebagai pengaturan, pengeloaan, dan pengadministrasian, dan memang itulah pengertian yang populer saat ini. Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu.

Pengelolaan Barang Milik Daerah adalah rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap barang daerah yang meliputi perencanaan, penentuan, kebutuhan, penganggaran, standarisasi barang dan harga, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, inventarisasi, pengendalian, pemeliharaan, pengamanan, pemanfaatan, perubahan status hukum serta penatausahaannya.12 Pengelolaan barang milik negara/daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian

9Muchtar Mas‟ud.

Disiplin dan Metodologi. Jakarta, LP3ES, 1989, hal. 216.

10

Cecep Winata. 2012. Kerangka Pemikiran Teoritik. Modul 4 UMBY-FE: Jakarta. Hlm 1

11

Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi.1989. Metode Penelitian Survey, Lp3ES: Jakarta. Hal 37

12


(25)

hukum, tansparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.Barang milik daerah meliputi barang yang dibeli atau diperoleh lainnya yang sah.13

1.5.1.1 Manajemen

Manajemen berasal dari bahasa inggris yaitu to manage, yang artinya mengurus, mengatur, melaksanakan dan mengelola.14 Menurut Ensiklopedi Administrasi Indonesia, manajemen adalah: segenap kekuatan menggerakkan sekelompok orang yang mengerahkan fasilitas dalam satu usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Maka dari itu manajemen dapat berlangsung:

1. Dalam bidang kerja administrasi seperti; kepegawaian, perbekalan, keuangan, tata usaha, dan hubungan masyarakat.

2. Dapat dilaksanakan dalam bidang kerja substansi seperti; produksi, penjualan, pengajaran, industrialisasi, agrarian, pertahanan keamanan, dan sebagainya.15

Pengertian manajemen menurut Luther Hasley Guliek mengemukakan teori tentang aktivitas manajemen yang mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Planning atau Perencanaan. 2. Organizing atau Pengorganisasian. 3. Staffing atau Penyusunan Staf. 4. Directing atau Pembimbingan. 5. Coordinating atau Pengkoordinasian. 6. Budgetting atau Penganggaran.16 1.5.1.2 Manajemen Aset

13

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

14

Faustino Cardoso Gomes. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Andi Offset hlm.1

15

Eselon IV Lembaga Administrasi Negara. Diktat Teknis. 2007. Manajemen Aset Daerah (Asset Management Pyscal). Hlm. 2

16


(26)

Pengertian aset secara umum adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimilki oleh badan usaha, instansi atau individu (perorangan). Aset adalah barang yang dalam pengertian hukum disebut benda yangterdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak. Barang yang dimaksud meliputi barang yang tidak bergerak (tanah dan atau bangunan) dan barang bergerak, baik yang berwujud (tangible) maupun tidak terwujud (intangible), yang tercakup dalam aktiva/kekayaan atau harta kekayaan dari suatu perusahaan, badan usaha, institusi atau individu perorangan.17Aset atau barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.18

Manajemen aset tidak bisa terlepas dari siklus pengelolaan barang yang dimulai dari perencanaannya sampai penghapusan barang tersebut, yang kalau diurut adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan (planning), meliputi penentuan kebutuhan dan penganggarannya.

2. Pengadaan (Procurement), meliputi cara pelaksanaannya, standard barang dan harga atau penyusunan spesifikasi dan sebagainya.

3. Penyimpanan dan penyaluran (storage and distribution). 4. Pengendalian (Controlling).

5. Pemeliharaan (Maintainance). 6. Pengamanan (Safety).

7. Pemanfaatan penggunaan (Utilities). 8. Penghapusan (Disposal).

17

Siregar, D.Doli.2004. Manajemen Aset. Jakarta : PT Grahatama Pustaka Utama. Hlm 178

18


(27)

9. Inventarisasi (Inventarization)19 1.5.1.3 Manajemen Aset Daerah

Pemerintah daerah dituntut untuk menertibkan administrasi terkait pengelolaan aset atau barang milik daerah, maka dari itu telah dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang pedoman teknis pengelolaan barang milik daerah, dengan tujuan untuk menjadi pedoman pemerintah daerah dalam pengelolaan barang milik daerah. Dalam pasal 4 ayat 2 pada peraturan tersebut dijelaskan bahwa Pengelolaan barang daerah adalah rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap barang daerah yang meliputi, perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penerimaan penyimpanan dan penyaluran, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindah-tanganan, pembinaan pengawasan dan pengendalian, pembiayaan dan, tuntutan ganti rugi. Selanjutnya dalam ayat sebelumnya yaitu ayat 1 pada pasal yang sama dijelaskan bahwa Pengelolaan barang daerah tersebut dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastiannilai.

Pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan azas:

1. Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah di bidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang dan Kepala Daerah sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing.

2. Azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan.

3. Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar.

19


(28)

4. Azas efisiensi,yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar barang milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal.

5. Azas akuntabilitas,yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.

6. Azas kepastian nilai,yaitu pengelolaan barang milik daerah harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah serta penyusunan neraca Pemerintah Daerah.20

1.5.2 Pemerintah Daerah

Pemerintah dan pemerintahan merupakan dua istilah yang sering kali disamakan, namun jika diteliti lebih jauh, antara pemerintahdan pemerintahan memiliki pengertian yang

berbeda. Pemerintah berarti „organ atau perlengkapan‟. Pemerintah dalam arti luas berarti

semua organ, badan atau lembaga, alat perlengkapan negara yang menjalankan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan negara. Singkatnya, Pemerintah dalam arti luas adalah semua lembaga negara yang terdiri dari lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Sebaliknya, pemerintah dalam arti sempit adalah hanyalah lembaga eksekutif.21 Sedangkan pemerintahan

menunjukkan kepada „bidang-bidang tugas atau fungsi‟. Pengertian pemeritahan dalam arti

luas adalah segala kegiatan yang terorganisir yang bersumber pada kedaulatan dan kemerdekaan berlandaskan pada dasar negara, rakyat, atau penduduk dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara.22Jadi, pemerintah daerah berarti semua organ, badan atau

20

Ibid, hlm 8

21

Jimung, Martin. 2005. Politik Lokal dan Pemerintah Daerah dalam Prespektif Otonomi Daerah. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.

22


(29)

lembaga, alat perlengkapan daerah yang menjalankan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang ada di daerah.

Sedangkan dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2004 dijelaskan bahwa, pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah adalah adalah penyelenggaraan urusan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.23

1.5.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengelolaan Aset

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan aset menurut Doli D. Siregar adalah inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset dan pengembangan SIMA (sistem informasi manajemen aset). Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Inventarisasi Aset

Inventarisasi aset terdiri atas dua aspek, yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan dan lain-lain. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan, kodifikasi/labelling, pengelompokan dan pembukuan/administrasi sesuai dengan tujuan manajemen aset.

2. Legal Audit

Legal audit merupakan satu lingkup kerja manajemen aset yang berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal, dan strategi untuk

23


(30)

memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan ataupun pengalihan aset. Permasalahan legal yang sering ditemui antara lain status hak penguasaan yang lemah, aset dikuasai pihak lain, pemidahtanganan aset yang tidak termonitor, dan lain-lain.

3. Penilaian Aset

Penilaian aset merupakan satu proses kerja untuk melakukan penilaian atas aset yang dikuasai. Biasanya ini dikerjakan oleh konsultan penilaian yang independen. Hasil dari nilai tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi untuk penetapan harga bagi aset yang ingin dijual.

4. Optimalisasi Aset

Optimalisasi aset merupakan proses kerja dalam manajemen aset yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah atau volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut. Dalam tahapan ini aset-aset yang dikuasai pemda diidentifikasikan dan dikelompokan atas aset yang memiliki potensi dan tidak memiliki potensi. Aset yang memiliki potensi dapat dikelompokan berdasarkan sektor-sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam strategi pengembangan ekonomi nasional, baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Tentunya kriteria untuk menentukan hal tersebut harus terukur dan transparan. Sedangkan aset yang tidak dapat dioptimalkan harus dicari faktor penyebabnya. Apakah faktor permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi yang rendah, ataupun faktor lainnya. Hasil akhir dari tahapan ini adalah rekomendasi yang berupa sasaran, strategi dan program untuk mengoptimalkan aset yang dikuasasi.

5. Pengawasan dan Pengendalian

Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan dan pengalihan aset merupakan satu permasalahan yang sering menjadi hujatan kepada pemda saat ini. Satu sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja aspek ini adalah pengembangan SIMA. Melalui SIMA, transparansi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu


(31)

adanya kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang lemah. Dalam SIMA ini keempat aspek itu diakomodasi dalam sistem dengan menambahkan aspek pengawasan dan pengendalian. Sehingga setiam penanganan terhadap satu aset, termonitor jelas, mulai dari lingkup penanganan hingga siapa yang bertanggungjawab menanganinya. Hal ini yang diharapkan akan meminimalkan KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme) dalam tubuh Pemda.24

1.6 DEFINISI KONSEPSIONAL

Definisi konsepsional merupakan suatu usaha untuk menjelaskan batasan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya agar tidak terjadi kerancuan atau kesalahpahaman. Definisi konsepsional juga merupakan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara tepat suatu fenomena yang akan diteliti. Definisi konsepsional ini juga digunakan untuk menggambarkan secara abstrak tentang kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian dalam ilmu sosial.25 Adapun definisi konsepsional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam mengatur, menata dan memanajemen dalam rengka penertiban administrasi barang milik daerah yang merupakan barang yang diperoleh dari APBD atau diperoleh dari hasil lainnya yang sah.

2. Pemerintah Daerah, yaitu suatu organisasi atau instansi yang berada di daerah dan diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus segala urusan yang berada di daerah tersebut.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi aset daerah, yaitu inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset dan pengembangan SIMA (sistem informasi

24

Op. Cit, hlm 518-519

25


(32)

manajemen aset). Kelima faktor dan tahapan tersebut saling berhubungan dan terintegrasi antara satu sama lain.

1.7 DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang didefinisikan yang dapat diamati. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada bagaimana mengukur suatu variabel.26

Adapun indikator dalam penelitian ini yaitu: 1. Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah

a. Perencanaan dan pengagaran; b. Pengadaan;

c. Penerimaan, Penyimpanan dan Penyaluran; d. Penggunaan;

e. Penatausahaan; f. Pemanfaatan;

g. Pengamanan dan pemeliharaan; h. Penilaian;

i. Pengahapusan; j. Pemindahtanganan;

k. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian; l. Pembiayaan; dan

m. Tuntutan ganti rugi.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan aset/barang milik daerah a. Inventarisasi Aset

26


(33)

b. Legal Audit c. Penilaian Aset d. Optimalisasi Aset

e. Pengawasan dan Pengendalian (Pengembangan SIMA). 1.8 METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Adapun pengertian dari penelitian kualitatif yaitu mengangkat secara ideografis berbagai fenomena dan realitas sosial. Pembangunan dan pengembangan teori sosial khususnya sosiologi dapat dibentuk dari empiri melalui berbagai fenomena atau kasus yang diteliti.27 Penelitian kualitatif yang digunakan peneliti untuk mendapatkan fakta-fakta yang ada dalam proses pengelolaan barang milik daerah.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Bantul. Lokasi ini dipilih karena pada tahun 2014 dan 2015 ditemukan persoalan terkait dengan pengelolaan aset.

3. Unit Analisis

Sesuai dengan permasalahan yang ada pada pembahasan penelitian ini, maka unit analisis dari penelitian ini adalah Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Bantul serta Dinas Pendapatan, Pengelolaan dan Keuangan Aset Daerah Bantul. 4. Jenis Data

Adapun sumber data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu menggunakan : a. Data Primer

27

Somantri Rusliwa Gumilar. 2005. Memahami Metode Kualitatif. Jurnal Makara, Sosial Humaniora. Vol 9 No 2. Hal 64


(34)

Data primer merupakan data yang didapatkan langsung dari informan atau unit analisa melalui wawancara.

b. Data Sekunder

Data sekunder yang merupakan data penunjang dalam menganalisa masalah-masalah yang ada pada penelitian ini. Adapun sumber data pada penelitian ini berupa peraturan perundang-undagan, buku-buku, internet, dokumen resmi dari pemerintah terkait dan literatur lain yang berkaitan dengan penelitian.

1.9 TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1.9.1 Observasi

Obeservasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan pendekatan dan pengamatan secara langsung ke objek penelitian sehingga diperoleh data-data yang diperlukan. Observasi juga merupakan pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis, mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan.28

1.9.2 Wawancara mendalam (deepth interview)

Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung dengan informan atau responden yaitu staff dari SKPD yang terkait masalah pengelolaan aset dan juga staff dari DPPKAD Bantul selaku penanggung jawab pengelolaan aset daerah di Kabupaten Bantul.

1.9.3 Dokumentasi

Dokumentasi ini merupakan pelengkap dari observasi dan wawancara, sebuah penelitian tentunya akan lebih dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan jika adanya dokumentasi, baik berupa laporan maupun gambar-gambar. Menurut Herdiansyah, studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif


(35)

dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.29

1.10 TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori dan saluran uraian dasar yang membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan hubungan dan mencari hubungan antara dimensi dimensi uraian.30

Ada beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dalam menganalisa penelitian kualitatif, diantaranya:

1. Mengorganisasikan data

Data yang telah diperoleh dari obyek penelitian melalu wawancara mendalam (deepth interview) dituliskan dengan lengkap, dibaca dan dipelajari berulang-ulang agar peneliti dapat memahami dengan benar hasil penelitian yang telah didapatkan.

2. Pengelompokan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban

Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.

29

Dian Eka Rahmawati. 2011. “Diktat Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial”. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

30


(36)

Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap penagalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada subjek.

3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data

Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktor-faktor yang ada.

4. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data

Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatau alternative penjelasan lain tetnag kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternative penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdpat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternative lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.


(37)

Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis unntuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan subjek dan significant other. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek dan significant other, dibaca berulang kali sehinggga penulis mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.31

31


(38)

BAB II

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Bantul

2.1.1 Kondisi Geografis

Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, adapun batasan wilayah Kabupaten Bantul sebagai beriku :

Tabel 2.1

Perbatasan Wilayah Kabupaten Bantul

Utara Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman

Selatan Samudra Indonesia

Timur Kabupaten Gunung kidul

Barat Kabupaten Kulon Progo

Sumber: http://www.bantul.go.id

Luas wilayah Kabupaten Bantul 506,85 KM2 (15,90 % dari luas wilayah DIY) dengan topografi sebagai dataran rendah 140% dan lebih dari separuhnya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur. Secara garis besar terdiri dari : Bagian Barat adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 Km2 (17,73 % dari seluruh wilayah). Bagian Tengah adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas 210.94 Km2 (41,62 %). Bagian Timur adalah daerah yang lantai, miring dan terjal yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 Km2 (40,65 %). Bagian Selatan adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikit berlagun, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek.1

1


(39)

Total penduduk yang ada di Kabupaten Bantul sebanyak 919.440 Jiwa. Yang terdiri dari 299.722 Kepala Keluarga. Secara Administratif atau pemerintahan, Kabupaten Bantul terdiri dari 17 Kecamatan, 75 Desa, 933 Dusun. Adapun luas wilayah dari setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul dan banyaknya desa sebagai berikut:

Tabel 2.2

Luas Wilayah dan Desa Kecamatan di Kabupaten Bantul 2015

NO. Kecamatan District Luas Area (Ha) Persentase Luas Percentage (%) Banyaknya Desa Number of Villages

1 Srandakan 1.832 3,61 2

2 Sanden 2.316 4,57 4

3 Kretek 2.677 5,28 5

4 Pundong 2.368 4,67 3

5 Bambanglipuro 2.269 4,48 3

6 Pandak 2.43 4,79 4

7 Bantul 2.196 4,33 5

8 Jetis 2.447 4,83 4

9 Imogiri 5.449 10,75 8

10 Dlingo 5.587 11,02 6

11 Pleret 2.297 4,53 5

12 Piyungan 3.254 6,42 3

13 Banguntapan 2.848 5,62 8

14 Sewon 2.716 5,36 4

15 Kasihan 3.238 6,39 4

16 Pajangan 3.325 6,56 3

17 Sedayu 3.436 6,78 4

Jumlah/ Total 50.685 100,00 75

Sumber: BPS Bantul 2015

2.1.2 Visi dan Misi Kabupaten Bantul

Kabupaten Bantul untuk mewujudkan tujuan pembangunan Kabupaten Bantul

ditetapkan visi daerah, yaitu : “Bantul Projotamansari Sejarah, Demokrasi, dan Agamis.”

Adapun visi tersebut mengandung pengertian bahwa kondisi Kabupaten Bantul yang ingin diwujudkan dimasa yang akan datang adalah Bantul yang produktif profesional, ijo royo-royo, tertib, aman, sehat dan asri, sejahtera, dan demokratis, yang semuanya itu akan diwujudkan melalui misi.


(40)

Misi merupakan tentang tujuan operasional organisasi (Pemerintah) yang diwujudkan dalam produk dan pelayanan, sehingga dapat mengikuti irama perubahan zaman bagi pihak-pihak yang berkepentingan bagi masa mendatang. Sebagai penjabaran dari Visi yang ditetapkan diatas, pernyataan misi mencerminkan tentang segala sesuatu yang akan dilaksankan untuk pencapain Visi tersebut. Dengan adanya pernyataan Misi organisasi, maka akan dapat dijelaskan menagapa organisasi ekesis dan apa maknanya pada masa yang akan datang. Adapun Misi Kabupaten Bantul sesuai RPJMD Tahun 2011-2015 adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah menuju tata kelola pemerintah yang empatik

2. Meningkatkan kualitas hidup rakyat menuju masyarakat Bantul yang sehat, cerdas, berakhlak mulia dan berkepribadian Indonesia dengan memperhatikan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

3. Meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi, pemeratan pendapatan berbasis pengembangan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat yang responsif gender

4. Meningkatkan kewaspadaan terhadap resiko bencana dengan memperhatikan penataan ruang dan pelestarian lingkungan.2

2.2 Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul

Regulasi yang mengatur pembentukan dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul dibentuk berdasarkan :

1. Peraturan Daerah 53 Tahun 2000 Tentang Pembentukan dan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul

2


(41)

2. Keputusan Bupati Bantul Nomor 158 Tahun 2001 Tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul

Untuk mendukung visi pemerintah Kabupaten Bantul “Bantul Projotamansari,

Sejahtera, Demokratis, dan Agamis”, maka Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul merupakan visi sebagai berikut : “Mewujudkan Peningkatan Pelayanan Masyarakat Melalui

Pelaksanaan Pembangunan Prasarana dan Sarana Bidang Jalan dan Cipta Karya di Kabupaten

Bantul”. Visi tersebut mengandung pengertian bahwa dengan mewujudkan peningkatan

pelayanan kepada masyarakat Bantul. Dinas Pekerjaan Umum harus melaksanakan program pembangunan Prasarana dan Sarana di Bidang Jalan dan Cipta Karya secara berkesinambungan sesuai dengan Perencanaan Strategis selama 5 tahun.

Untuk mewujudkan visi Dins Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul tersebut disusu misi organisasi sebagai berikut :

1. Meningkatkan pelayanan di sektor transportasi, sub sektor Prasarana Jalan di Kabupaten Bantul

2. Meningkatkan pelayanan di sektor Perumahan dan Permukiman serta pengembangan wilayah secara terpadu di Kabupaten Bantul

3. Mendukung peningkatan pelayanan masyarakat pada sektor Kesehatan, Pendidikan, Perdagangan dan Peningkatan Kinerja Aparatur Pemerintah di Kabupaten Bantul 4. Melaksanakan penyusunan pemanfaatan, pengendalian dan pengawasan tata ruang

dan bangunan

5. Memberikan pelayanan yang optimal dalam hal peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan sampah, tinja, taman, dan pemakaman.3

2.3 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

3


(42)

Dasar Pembentukan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yaitu berdasarkan oleh

1. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2011 Perubahan Ketiga atas Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul

2. Peraturan Bupati Bantul Nomor 80 Tahun 2011 Tentang Rincian Tugas Pokok Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah merupakan unsur pelaksanaan Pemerintah Daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset dipimpin oleh Kepala Dinas dan berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Tugas dari DPPKAD Bantul yaitu melaksanakan urusan rumah tangga Pemerintah Daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah.

Visi DPPKAD yaitu terpercaya dan handal dalam tata kelola keuangan dan kekayaan daerah, terbaik se Indonesia. Misi DPPKAD itu sendiri yaitu :

1. Mengembangkan kebijakan dan tata kelola fisikal daerah yang sehat dan lebih responsif

2. Mewujudkan manajemen keuangan dan aset daerah yang semakin berkualitas 3. Pemantapan organisasi berbasis manusia yang unggul dalam moral, trampil

dan memahami medan kerja.4

4


(43)

1 BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah Kab. Bantul 3.1.1 Perencanaan dan Penganggaran

Perencanaan merupakan langkah awal dari suatu program ataupun kegiatan, perencanaan juga merupakan suatu unsur yang penting dalam menyusun suatu program ataupun kegiatan, tanpa adanya perencanaan maka seseorang ataupun sekelompok orang tidak bisa memulai suatu kegiatan dengan baik. Maka, tidaklah salah jika perencanaan merupakan tolak ukur baik buruknya suatu kegiatan kedepannya, jika rencananya baik maka kegiatan juga akan baik, begitu juga sebaliknya. Perencanaan juga merupakan salah satu langkah manajemen dalam kerangka mencapai strategi suatu organisasi yang ingin di capai dengan memperhatikan ekonomis, efektifitas, dan efisiensi, demikian juga dengan organisasi pemerintah, dalam kerangka mencapai proses pengadaan Barang Milik Daerah yang ekonomi, efisien dan efektif diperlukan suatu perencanaan yang bagus dan akuntabel.

Ketentuan mengenai perencanaan kebutuhan barang milik daerah telah tertuang dalam peraturan pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang pengelolan barang milik daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, yang menjelaskan bahwa perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan merumuskan rincian kebutuhan Barang Milik Daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang


(44)

2

telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan yang akan datang. Perencanaan kebutuhan harus bisa dan mampu menghubungkan antara ketersediaan barang sebagai hasil dari pengadaan yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar tindakan yang akan datang dalam rangka pencapaian efisiensi dan efektivitas pengelolaan barang milik daerah. Perencanaan kebutuhan disusun dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dengan memperhatikan ketersediaan barang milik daerah yang sudah ada.

Perencanaan Pengelolaan Barang Milik Daerah ini harus berpedoman pada standarisasi barang dan standarisasi kebutuhan barang/sarana prasarana perkantoran. Berdasarkan rencana kebutuhan Barang Milik Daerah, pemerintah daerah kemudian mengusulkan anggaran pengadaannya. Dalam hal ini, masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) perlu melakukan pengawasan (monitoring) mengenai apakah Barang Milik Daerah yang direncanakan untuk dimiliki daerah tersebut benar-benar dibutuhkan daerah.1 Hal inilah yang sering kali menjadi permasalahan dalam aplikasi dan prakteknya di lapangan, dimana Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tidak melakukan pengawasan dengan benar terhadap barang milik daerah yang direncanakan untuk dimiliki suatu daerah, sehingga barang atau aset yang direncanakan oleh pemerintah daerah sesuai formalitas saja dan tidak melihat sesuai kebutuhan, sehingga banyak aset/barang milik daerah yang terbengkalai dan tidak jelas penggunaannya, dan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan.

1

Handbook Materi Pelatihan. 2013. Pengelolaan Barang Milik Daerah. Kemenkeu Republik Indonesia Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. Hlm 18


(45)

3

Maka, dari itu pengawasan dari masyarakat terkhususnya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selaku perwakilan dari masyarakat sangat diperlukan dan harus dilakukan dengan sebaik mungkin, sehingga tidak terjadi penyalahgunaan barang milik daerah kedepannya.

Setelah melakukan perencanaan Barang Milik Daerah, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penganggaran. Penganggaran dalam perencanaan kebutuhan Barang Milik Daerah merupakan kegiatan atau tindakan untuk merumuskan penentuan kebutuhan Barang Daerah dengan memperhatikan alokasi anggaran ataupun pagu masing-masing SKPD sesuai dengan RKPD.2 Kegiatan perencanaan kebutuhan dan penganggaran harus terkoordinasi dengan baik, dan tidak bisa dipisahkan dari proses pengelolaan barang milik daerah, karena pelaksanaan kegiatan perancanaan dan penganggaran bukan merupakan kegiatan yang berdiri sendiri. Selain itu, kegiatan perencanaan dan penganggaran harus sesuai dengan standarisasi yang telah ditetapkan, dan harus disesuiakan dengan kondisi daerah masing-masing, guna menghindari permasalahan untuk proses kegiatan pengelolaan barang milik daerah kedepannya.

Untuk memperjelas proses kegiatan perencanaan dan penganggaran, bisa kita lihat gambar dibawah ini.

2


(46)

4 Gambar 3.1

Bagan alur proses perencanaan dan penganggaran BMD

Sumber: Modul pokok-pokok pengelolaan Barang Milik Daerah

Gambar bagan diatas menjelaskan proses perencanaan dan penganggaran, mulai dari unit terkecil yaitu Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) sampai ke Kepala Daerah. Bagan tersebut juga menjelaskan dokumen-dokumen apa saja


(47)

5

yang terkait dalam proses perencanan dan penganggaran kebutuhan barang milik daerah. Berdasarkan bagan di atas tersebut juga Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul melakukan proses perencanaan dan penganggaran BMD.

Proses perencanaan kebutuhan dan penganggaran Barang Milik Daerah membutuhkan pemahaman dari seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah terhadap tahapan kegiatan pengelolaan Barang Milik Daerah, sehingga koordinasi dan sinkronisasi dalam kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan baik. Berkaitan dengan hal tersebut, seluruh SKPD perlu memahami wewenang tugas dan fungsi masing-masing, untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1

Wewenang tugas dan Fungsi SKPD

Jabatan Tugas/wewenang

Kepala Daerah

-Pemegang kekuasaan Barang Milik Daerah;

-Mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran BMD;

-Bertanggungjawab untuk melaksanakan pembinaan dan pengelolaan BMD.

Sekretaris Daerah

-Asisten yang membidangi membantu Kepala daerah dalam pelaksanaan, pembinaan dan pengelolaan BMD;

-Bertanggungjawab atas terselenggaranya koordinasi dan

sinkronisasi antara pembina, pengelola dan pengguna barang/kuasa barang;

-Mengambil tindakan pengamanan sementara;

Asisten yang membidangi

-Pembantu pengelola bertanggungjawab atas terlaksanakannya tertib pemenuhan standarisasi sarana dan prasarana Pemerintah Daerah, standarisasi harga dan;

-Bertanggungjawab atas penyelenggaraan pengelolaan Barang Milik Daerah

Kepala Satuan Kerja

Perangkat Daerah

-Sebagai pengguna, bertugas dan bertanggungjawab atas perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penggunaan, penatausahaan, pemeliharaan/perbaikan, pengamatan dan pengawasan barang dalam lingkungan wewenangnya.

Sumber: Handbook Materi Pelatihan, Kementerian Republik Indonesia Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan.


(48)

6

Berdasarkan tabel di atas, bahwa Kepala SKPD yang merupakan pengguna dari BMD memiliki banyak tanggungjawab terkait dengan pengelolaan BMD. Dimulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penggunaan, penatausahaan, pemeliharaan, pengamatan dan pengawasan menjadi tanggungjawab dari setiap SKPD. Melalui pembagian tugas, wewenang dan fungsi tersebut diharapkan adanya koordinasi dan sinkroniasasi dari seluruh SKPD yang terlibat, sehingga kegiatan perencanaan kebutuhan dan penganggaran Barang Milik Daerah bisa berjalan sesuai tujuan dan tepat sasaran.

Suatu kegiatan atau program dilaksanakan didasarkan atas beberapa pertimbangan, atau mempunyai tujuan terhadap suatu organisasi yang melakukan kegiatan atau program tersebut. Perencanaan kebutuhan barang juga dilaksanakan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjalankan atau melaksanakan fungsi dan tugas masing-masing Unit/Satuan Kerja;

2. Untuk mengisi kebutuhan barang pada masing-masing Unit/Satuan Kerja sesuai besaran organisasi/jumlah pegawai/luas wilayah dalam satu organisasi;

3. Untuk mengganti barang-barang yang rusak, dihapus, dijual, hilang, mati atau sebab lain yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga memerlukan penggantian;

4. Adanya peruntukan barang yang didasarkan pada peruntukan standar perorangan, jika terjadi mutasi bertambah personil sehingga mempengaruhi kebutuhan barang;


(49)

7

5. Untuk menjaga tingkat persediaan Barang Milik Daerah dalam jumlah yang tepat agar agar efisien dan efektif; dan

6. Pertimbangan perkembangan teknologi.3

Fungsi perencanaan penganggaran merupakan rangkaian kegiatan dalam pemenuhan kebutuhan dengan memperhatikan kemampuan/ketersediaan keuangan daerah. Perencanaan penganggaran untuk pemenuhan kebutuhan barang harus terinci dengan memuat banyaknya barang, nama barang, waktu dan jumlah biaya yang diperlukan. Perencanaan kebutuhan Barang Milik Daerah disusun oleh masing-masing unit sesuai Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) dengan memperhatikan standarisasi sarana dan prasarana kerja pemerintahan daerah dan standarisasi harga yang telah ditetapkan oleh Kepala Daerah.

Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Bantul dalam melakukan kegiatan perencanaan dan penganggaran berpedoman pada regulasi Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 dan juga Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 30 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah, dimana perencanaan kebutuhan barang milik daerah disusun dalam rencana kerja dan anggaran SKPD (RKA-SKPD) setelah memperhatikan ketersediaan barang milik daerah dengan berpedoman pada standar barang dan harga yang kemudian dituangkan dalam Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD). Hal tersebut sesuai dengan yang dipaparkan oleh staff yang mengurus aset di DPU yang mengatakan bahwa:

3


(50)

8

Rencana disusun dalam rencana kerja dan anggaran SKPD setelah memperhatikan ketersediaan barang milik daerah dengan berpedoman pada standar barang dan harga yang dituangkan dalam Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah. Kegiatan perencanaan dilakukan oleh semua bidang, yang dikoordinir oleh kepala SKPD yang selanjutnya dikompilasikan ke dalam dokumen rencana kerja anggaran SKPD. Perencanaan biasanya dilaksanakan 1 (satu) tahun sebelum pelaksanaan anggaran.4

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa kegiatan perencanaan dan penganggaran di DPU telah sesuai dengan aturan yang ditetapkan, dan tidak ada permasalahan dalam proses perencanaan maupun penganggaran di Tahun 2014 dan 2015. Kebutuhan yang diperlukan juga disesuaikan dengan anggaran yang ada di Dinas Pekerjaan Umum Bantul.

Tahun 2015, Dinas Pekerjaan Umum sudah membuat Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD) yang dimana rencana tersebut masuk ke dalam tahun anggaran 2016. RKBMD disusun serinci mungkin, seperti merk type ukuran, kondisi barang, satuan, harga satuan, jumlah biaya serta kode barang. Selain RKBMD, setiap SKPD juga harus mempunyai Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (RKPBMD) yang dimana rencana ini juga masuk di tahun anggaran 2016. Pada RKPBMD ini, di list mana saja barang yang membutuhkan pemeliharaan. Contoh RKPBMD dari Dins Pekerjaan Umum sebagai berikut :

4

Hasil wawancara dengan Bapak Sarjono selaku staff pengurus aset DPU (dilakukan di Kantor DPU tanggal 24 mei 2016 jam 11.00)


(51)

9 Tabel 3.2

Rencana Pemeliharaan Barang Milik Daerah (RKPBMD) No. Nama

Barang

Uraian

Pemeliharaan

Alamat Kode

Lokasi Barang Reg

1 3 4 5 6 7

1 Kendaraan roda dua

Service dan Suku Cadang

Bantul 12.12.01.01.05.01 02.03.01.05.01 0001-0015

2 Kendaraan roda tiga

Service dan Suku Cadang

Bantul 12.12.01.01.05.01 02.03.01.05.01 0001-0002

3 Kendaraan roda empat

Service dan Suku Cadang

Bantul 12.12.01.01.05.01 02.03.01.02.02 0001-0005

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Bantul

Selain Informasi yang ada di tabel tersebut, ada beberapa informasi yang dituangkan dalam RKPBMD, seperti jumlah barang, harga satuan, jumlah biaya, kode rekening, serta keterangan. Untuk itu sebelum pergantian tahun, maka seluruh SKPD yang ada diharuskan membuat RKPBMD dan juga RKBMD yang secara terperinci dibuat setiap SKPD yang juga berisikan anggaran untuk setiap BMD. Di tahun 2014, RKBMD yang diajukan Dinas Pekerjaan Umum untuk tahun anggaran 2015 sendiri berjumlah sekitar Rp. 143.831.230.00,-. Dan biaya RKBMD tersebut mulai dari Tanah yaitu adanya ganti rugi tanah; Peralatan dan


(52)

10

Mesin: Truk Sampah, kendaraan roda 4, dan peralatan kantor; Gedung dan Bangunan: Rehabilitas gedung kantor dan terakhir yang banyak ada di Jalan, irigasi dan jaringan.

Perencanaan dan penganggaran Dinas Pekerjaan Umum semuanya telah dimasukkan dalam RKBMD dan juga RKPBMD yang kemudian menjadi RKA. Selanjutnya mengikuti proses perencanaan dan penganggaran yang nantinya dari tangan DPPKAD Bantul sampai kepada Bupati Bantul.

Berdasarkan uraian diatas, baik dari penjelasan pihak DPU maupun dokumentasi berupa data-data dokumen bahwa Dinas Pekerjaan Umum telah mengikuti proses perencanaan dan penganggaran yang telah ditetapkan, dan sejauh ini proses perencanaan dan penganggaran barang milik daerah di DPU berjalan dengan baik.

3.1.2 Pengadaan Aset/Barang Milik Daerah

Pengadaan barang milik daerah tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dimana didalamnya dijelaskan bahwa pengadaan barang milik daerah adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa. Selanjutnya dijelaskan juga bahwa pengadaan barang milik daerah harus didasarkan atas beberapa prinsip pengadaan, yaitu:


(53)

11 1. Efisien.

Berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggung jawabkan.

2. Efektif.

Berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.

3. Transparan dan terbuka.

Berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tatacara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya.

4. Bersaing.

Berarti pengadaan Barang Milik Daerah harus diadakan secara kompetitif agar tercapai spesifikasi pengadaan yang berkompeten. Penyedia barang/jasa harus memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan.


(54)

12

Berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun.

6. Akuntabel.

Berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.

Setiap SKPD yang akan melakukan pengadaan barang milik daerah harus memperhatikan prinsip-prinsip tersebut, karena itu merupakan peraturan dan ketetapan yang telah diatur dan ditetapkan oleh perundang-undangan yang berlaku dalam proses pengadaan barang milik daerah, sebagaimana yang dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang pengelolaan barang milik daerah bawah proses pengadaan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Untuk mendukung prinsip-prinsip yang telah dijelaskan sebelumnya, maka seluruh SKPD yang terlibat dalam pengadaan barang milik daerah harus benar-benar memahami isi dan kandungan dari prinsip-prinsip tersebut, dalam hal ini Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa pemerintah telah mengamanatkan bahwa dalam melakukan semua langkahnya harus berdasarkan pada Etika Pengadaan. Seluruh SKPD yang terlibat dalam pengadaan barang milik daerah harus mematuhi etika pengadaan sebagai berikut:


(1)

UNIT : DINAS PEKERJAAN UMUM

KAB. : BANTUL

PROP. : DIY

1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

I Tanah - - -

-1 Ganti rugi tanah - - - ls - - 1 5.000.000.000 5.000.000.000

II Peralatan dan Mesin

1 Truk Sampah unit 1 350.000.000 350.000.000

2 Kendaraan roda 4 unit 1 200.000.000 200.000.000

3 Peralatan kantor ls 1 55.000.000 55.000.000

III Gedung dan Bangunan

1 Rehabilitasi gedung kantor - - - ls 1 14.050.000.000 650.000.000 14.700.000.000

IV Jalan, Irigasi dan Jaringan

1 Pembangunan saluran drainase ls 1 4.000.000.000 100.000.000 4.100.000.000

2 Pembangunan saluran air limbah ls 1 9.070.000.000 350.000.000 9.420.000.000

3 Penggantian Jembatan ls 1 3.100.000.000 205.000.000 3.305.000.000

4 Peningkatan Jalan ls 1 38.115.230.000 655.000.000 38.770.230.000

5 Rehabilitasi / Pemeliharaan Sarana dan Air Minum ls 1 2.925.000.000 286.000.000 3.211.000.000

6 Pembangunan jalan dan jembatan pedesaan ls 1 48.600.000.000 500.000.000 49.100.000.000

7 Rehab pasar pedesaan ls 1 11.325.000.000 295.000.000 11.620.000.000

8 Pembangunan TPU Imogiri ls 1 1.000.000.000 - 1.000.000.000

9 Pembangunan Sarana dan prasarana olahraga ls 1 3.000.000.000 - 3.000.000.000 V Aset Tetap Lainnya

- - -

-143.831.230.000

Bantul, Mei 2014 Kepala Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Bantul

Ir. HERU SUHADI, MT NIP. 19581229 199303 1 002 2

Merk Type Ukuran

Kondisi

Barang Satuan Harga Satuan

DAFTAR RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK DAERAH (RKBMD)

TAHUN ANGGARAN 2015

No. Nama/Jenis Barang Kebutuhan

Ideal/Unit Kondisi Existing Unit Kekurangan (Unit) Satuan

Kebutuhan Tahunan SKPD

Ket. Kode Barang Belanja


(2)

UNIT : DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. : BANTUL

PROP. : DIY

1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Kendaraan roda dua Service Rutin Bantul 12.12.01.01.05.01 02.03.01.05.01 0001-0018 18 200.000,0 3.600.000 102.02.24.522.05.01 Suku Cadang Bantul 12.12.01.01.05.01 02.03.01.05.01 0001-0018 18 1.000.000,0 18.000.000 102.02.24.522.05.02 2 Kendaraan roda tiga Service Rutin Bantul 12.12.01.01.05.01 02.03.01.05.01 0001-0002 2 300.000,0 600.000 102.02.24.522.05.01 Suku Cadang Bantul 12.12.01.01.05.01 02.03.01.05.01 0001-0002 2 1.500.000,0 3.000.000 102.02.24.522.05.02 3 Kendaraan roda empat Service Rutin Bantul 12.12.01.01.05.01 02.03.01.02.02 0001-0006 6 1.000.000 6.000.000 102.02.24.522.05.01 Suku Cadang Bantul 12.12.01.01.05.01 02.03.01.02.02 0001-0006 6 5.000.000 30.000.000 102.02.24.522.05.02 4 Alat Berat / Backhoe loader Suku cadang Bantul 12.12.01.01.05.01 02.02.01.09.02 0001 1 50.000.000 50.000.000 102.02.24.522.05.02 5 Truck Sampah Service Rutin Bantul 12.12.01.01.05.01 02.03.01.02.01 0001-00020 20 1.000.000 20.000.000 102.02.24.522.05.01 Suku Cadang Bantul 12.12.01.01.05.01 02.03.01.02.01 0001-00020 20 15.000.000 300.000.000 102.02.24.522.05.02 6 Kontainer

Penggantian Plat,roll dan

Pengecatan Bantul 12.12.01.01.05.01 03.02.01.05 0001-0030 25 2.000.000 50.000.000 103.01.08.522.20.15 7 PC Unit Service dan Suku Cadang Bantul 12.12.01.01.05.01 02.06.03.02.01 0001-0012 18 1.000.000 18.000.000 103.02.03.522.20.18 8 Mesin Gilas Service dan Suku Cadang Bantul 12.12.01.01.05.01 02.02.01.07.01 0001-0012 12 15.000.000 180.000.000 103.02.03.522.20.13 9 Mesin ketik, meja, kursi kantor Perbaikan Berat Bantul 12.12.01.01.05.01 02.06.02.01.04 0001-0030 1 5.000.000 5.000.000 103.02.03.522.20.18 10 Kantor Dinas PU, Trotoar Jl. Jend

Sudirman, Lap. Trirenggo dan Paseban Upah dan bahan pemeliharan prasarana fisik

Bantul 12.12.01.01.05.01 03.11.01.03.01 0001 250.000.000 250.000.000 102.02.22.521.02.03 102.02.22.522.02.01 11 Gedung Olahraga 'Sultan Agung" Pemeliharaan Rutin Pleret 12.12.01.01.05.01 03.11.01.11.04 1 238.968.000 238.968.000 108.21.07.522.32.05 12 Jalan Aspal Kabupaten Pemeliharaan Rutin Bantul 12.12.01.01.05.01 04.13.01.03.06 1ls 3.048.708.000 3.048.708.000 103.18.03.521.01.03 103.18.03.522.02.01

13 Pemel rutin gorong-gorong Pemeliharaan Rutin 12.12.01.01.05.01 50.000.000 50.000.000

4.271.876.000

Bantul, Mei 2014 Kepala Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Bantul

Ir. HERU SUHADI, MT NIP. 19581229 199303 1 002

Alamat Ket.

Kode

Jumlah

Barang Harga Satuan Jumlah Biaya Kode Rekening

Lokasi Barang Reg

DAFTAR KEBUTUHAN PEMELIHARAAN BARANG MILIK DAERAH (DKPBMD)

TAHUN ANGGARAN 2015


(3)

1

Tanah

10.993.149.860

2

Peralatan dan Mesin

--

Per ite harga satua bara g ≥Rp

.300.000

17.118.400.939

-

Per ite harga satua bara g ˂Rp

.300.000

91.969.460

3

Gedung dan Bangunan

85.255.397.892

4

Jalan, Irigasi dan Jaringan

1.270.148.877.977

5

Aset Tetap Lainnya

238.300.500

6

Konstruksi Dalam Pengerjaan

-1.383.846.096.628

-No

Jenis Barang

Nilai per 30 Juni 2015

Jumlah

Keterangan

REKAPITULASI ASET TETAP SEMESTER I

HASIL SENSUS TAHUN 2015


(4)

1

Tanah

10.993.149.860

2

Peralatan dan Mesin

--

Per ite harga satua bara g ≥Rp

.300.000

14.732.118.750

-

Per ite harga satua bara g ˂Rp

.300.000

89.800.710

3

Gedung dan Bangunan

58.134.599.930

4

Jalan, Irigasi dan Jaringan

1.394.677.482.872

5

Aset Tetap Lainnya

268.110.500

6

Konstruksi Dalam Pengerjaan

-1.478.895.262.622

-No

Jenis Barang

Nilai per 31 Desember 2015

Jumlah

Keterangan

REKAPITULASI ASET TETAP SEMESTER II


(5)

INSTANSI : DINAS PEKERJAAN UMUM

Satuan (Rp) Total (Rp) Ada Tidak

Ada Ada Tidak Ada

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

1 Kendaraan Roda 4 Toyota Kijang/Pick up 1981 KF10031575 3K7687795 AB8024UB unit 1 10.000.000 10.000.000 RB ada ada 2 Kendaraan Roda 6 (Dump Truck) DAIHATSU DELTA 1998 3000306 996274 AB8027UB unit 1 40.000.000 40.000.000 RB ada ada 3 Kendaraan Roda 6 (Armroll) ISUZU TLD 56 1994 MHCTLD56TRC001619 P941629 AB8050UB unit 1 50.300.000 50.300.000 RB ada ada 4 Kendaraan Roda 6 (Dump Truck) ISUZU TLD 56 1993 TPC000294 P930304 AB8048UB unit 1 45.000.000 45.000.000 RB ada ada 5 Kendaraan Roda 6 (Dump Truck) ISUZU TLD 56 1993 TPC000327 P930337 AB8049UB unit 1 51.100.000 51.100.000 RB ada ada 6 Kendaraan Roda 6 (Dump Truck) ISUZU TLD 56 1994 MHCTLD 56TRC001616 P941626 AB8046UB unit 1 49.800.000 49.800.000 RB ada ada 7 Kendaraan Roda 6 (Dump Truck) ISUZU TLD 56 1994 MHCTLD 56TRC001574 P941584 AB8047UB unit 1 49.800.000 49.800.000 RB ada ada 8 Kendaraan Roda 6 (Dump Truck) ISUZU TLD 56 1995 MHCTLD 56TSC001970 P951980 AB8055UB unit 1 50.300.000 50.300.000 RB ada ada 9 Kendaraan Roda 6 (Dump Truck) ISUZU TLD 56 1995 MHCTLD 56TSC001884 P951894 AB8053UB unit 1 50.300.000 50.300.000 RB ada ada 10 Kendaraan Roda 6 (Dump Truck) ISUZU TLD 56 1995 MHCTLD 56TSC001944 P951954 AB8060UB unit 1 50.300.000 50.300.000 RB ada ada 11 Kendaraan Roda 6 (Dump Truck) ISUZU TLD 56 1994 MHCTLD 56TRC001607 P941617 AB8045UB unit 1 50.300.000 50.300.000 RB ada ada 12 Kendaraan Roda 6 (Dump Truck) ISUZU TLD 56 1995 MHCTLD 56TSC001999 P952009 AB8061UB unit 1 49.800.000 49.800.000 RB ada ada 13 Kendaraan Roda 6 (Dump Truck) MITSUBISHI 1992 FE119017561 4D34C207562 AB8002UB unit 1 93.500.000 93.500.000 RB ada ada 14 Kendaraan Roda 6 (Trailer) NISSAN 1988 CKA1204063 NE6006284Y AB8031UB unit 1 225.000.000 225.000.000 RB ada ada

865.500.000 Catatan : Barang yang diusulkan mutasi/diserahkan ke Pembantu Pengelola BMD untuk dihapuskan tidak mendapatkan penggantian dari Pemkab

Bantul, Januari 2015 Pengurus Barang

SARJANA, S.AP NIP. 19720703 1993031009

Harga Perolehan

Kondisi

Ir. HERU SUHADI, MT NIP. 19581229 1993031002

Mengetahui, Kepala Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Bantul

Keterangan

BPKB STNK

DAFTAR ASET TETAP BERUPA KENDARAAN YANG DIUSULKAN MUTASI KE PEMBANTU PENGELOLA BMD UNTUK DIHAPUSKAN KARENA RUSAK BERAT/TIDAK DAPAT DIPERBAIKI

TAHUN 2015

No Jenis Kendaraan Merk Kendaraan Tahun

Pembuatan Nomor Rangka Nomor Mesin Nomor Polisi Tahun Perolehan Satuan

Jumlah Barang


(6)

DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. BANTUL

NO NAMA BARANG NO REG Type/Merk BAHAN TAHUN JUMLAH SATUAN KONDISI HARGA KETERANGAN

PEROLEHAN PEROLEHAN

1 Boldouzer 02 02 01 02 03 0001 Barata Besi 1995 1 Buah Rusak berat 50.000.000 50.000.000 di AMP

2 Wheel Loader 02 02 01 09 02 0001 Anugerah Besi 1995 1 Buah Rusak berat 10.000.000 10.000.000 di AMP

3 Mesin Gilas/ Tandem 02 02 01 07 02 0001 Barata Besi 1995 1 Buah Rusak berat 10.000.000 10.000.000

4 AMP 02 02 01 06 01 0001 Anugerah Besi 1997 1 Buah Rusak berat 50.000.000 50.000.000 di AMP

5 Mesin Ketik 02 06 01 01 01 0001 Besi 2001 1 Buah Rusak berat 501.750 501.750

6 Kipas Angin Gantung 02 06 02 04 06 0001 Nasional Besi 1996 1 Buah Rusak berat 86.000 86.000

7 Printer 02 06 03 05 03 0001 Laser Jet Komponen 2007 1 Buah Rusak berat 1.100.000 1.100.000

8 Handycam 02 06 02 06 49 0001 Sony Componen 1999 1 Buah Rusak berat 200.000 200.000

9 Almari Besi 02 06 01 04 01 0001 brother besi 1995 3 Buah Rusak berat 234.150 702.450

10 Almari Kayu 02 06 02 01 01 0001 kayu 1995 1 Buah Rusak berat 200.000 200.000

11 Filling Cabinet Besi 02 06 01 04 04 0001-0006 Besi 1995 6 Buah Rusak berat 190.000 1.140.000

12 Meja Biro, 1/2 Biro 02 06 02 01 48 0001-0003 Kayu 1995 3 Buah Rusak berat 90.000 270.000

13 Meja Kayu 02 06 02 01 04 0001 Kayu 1995 1 Buah Rusak berat 90.000 90.000

14 Kursi Kayu/Rotan 02 06 02 01 05 0001-0005 Kayu 1995 5 Buah Rusak berat 30.000 150.000

15 Kursi Lipat 02 06 02 01 34 0001-0002 Chitose Besi 2000 2 Buah Rusak berat 125.000 250.000

124.690.200

Ir. HERU SUHADI, MT SARJANA, S.AP

NIP. 19581229 199303 1 002 NIP. 19720703 199303 1 009

Kabupaten Bantul

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengurus Barang

KODE BARANG

DATA BARANG INVENTARIS YANG DIUSULKAN UNTUK DIHAPUS

TAHUN 2014

Bantul, Februari 2014 Mengetahui,