Persepsi masyarakat mengenia muatan komunikasi pada poster film musikal Indonesia

(1)

(2)

(3)

(4)

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Ria Fathya Luqman

Tempat, Tanggal lahir : Bandung, 8 Desember 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Perum. Sindang Taman Sari, Blok B36, Rt. 6 Rw. 5, Desa Jatimulya, Kec. Sumedang Utara,

Kab. Sumedang, Prov. Jawa Barat 45352 No. Telp. : 0899 6006 134

E-Mail : ria.fathya@gmail.com

Latar Belakang Pendidikan

1997 – 1998: SD Negeri Cimuncang 1 Sumedang 1998 – 1999: SD Muhammadiyah 8 Bandung 1999 – 2003: SD Negeri Saruni 2 pandeglang 2003 – 2006: SMP Negeri 1 pandeglang 2006 – 2009: SMA Negeri 1 Pandeglang 2009 – 2013: Universitas Komputer Indonesia


(5)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI MUATAN KOMUNIKASI PADA POSTER FILM MUSIKAL INDONESIA

(Studi Kasus: Poster FilmAmbilkan Bulan’)

DK 38315/Skripsi Semester II 2012-2013

Oleh:

Ria Fathya Luqman 51909119

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

iv KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rakhmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat mengenai Muatan Komunikasi pada Poster Film Musikal Indonesia”.

Dengan membuat laporan skripsi ini, penulis diharapkan mampu mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadap muatan komunikasi yang terdapat pada poster film musikal Indonesia dalam menggambarkan genre filmnya yaitu musikal. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa poster film musikal tersebut lebih menampilkan genre film musikal atau lebih mewakili isi cerita film didalam poster fimnya.

Penulis sadar bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun agar dapat lebih baik lagi. Semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, Agustus 2013


(7)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT KETERANGAN PENYERAHAN HAK EKSKLUSIF ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

Bab I Pendahuluan ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Pembatasan Masalah ... 3

I.5 Metode Penelitian ... 3

1.5.1 Metode Pengumpulan Data ... 4

I.6 Tujuan Penelitian ... 5

I.7 Manfaat Penelitian ... 5

I.8 Kerangka Penelitian ... 6

I.9 Sistematika Penulisan ... 7

Bab II Poster Film Musikal, Komunikasi, Persepsi, dan Teori Analisis Wacana ... 8

II.1 Film, Distribusi dan Kontribusinya ... 8

II.1.1 Jenis Film ... 9

II.1.2 Film Musikal ... 11

II.1.3 Subgenre Film Musikal ... 11


(8)

viii

II.2 Media Poster ... 16

II.2.1 Jenis Poster ... 17

II.2.2 Poster Film ... 24

II.3 Elemen Visual pada Poster Film ... 27

II.3.1 Tipografi ... 28

II.3.2 Ilustrasi ... 30

II.3.3 Warna ... 31

II.3.4 Tata Letak (Layout)... 34

II.4 Anatomi Poster Film... 36

II.5 Pengertian Persepsi ... 38

II.6 Pengertian Komunikasi dan Prosesnya ... 38

II.7 Analisis Wacana ... 39

II.7.1 Pendekatan Analisis Wacana yang Memfokuskan pada Representasi ... 40

Bab III Pemaparan Poster Film Musikal Indonesia ... 41

III.1 Data Film Ambilkan Bulan ... 41

III.1.1 Sinopsis Film Ambilkan Bulan ... 42

III.2 Pemaparan Poster Film Ambilkan Bulan ... 46

Bab IV Analisis Wacana Poster Film Musikal Indonesia ... 56

IV.1 Analisis Poster Film Musikal Ambilkan Bulan Berdasarkan Anatomi Poster Film ... 56

IV.2 Analisis Wacana Poster Film Ambilkan Bulan ... 62

IV.2.1 Tabel Analisis Wacana Poster Film Musikal ... 63

IV.2.2 Ikhtisar Analisis Wacana Poster Film Musikal Ambilkan Bulan ... 73

Bab V Kesimpulan dan Saran ... 79

V.1 Kesimpulan... 79


(9)

ix DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN ... 82


(10)

81

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, E., Komala, L., & Karlina, S. (2012). Kommunikasi Massa: Suatu Pengantar Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Badara. (2012). Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Media. Jakarta: Kencana

Imanjaya, E. (2006). A to Z about Indonesia Film. Bandung:Dar! Mizan.

Inggit, S. (2008). Hubungan Persepsi terhadap Pengembangan Karir dengan Semangat Kerja: Skripsi Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi. [PDF Skripsi]. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Kusrianto, A. (2009). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Kuswarno, E. (2006). Tradisi Fenomenologi pada Penelitian Komunikasi Kualitatif: Sebuah Pengalaman Akademis. Mediator, Vol 7. No 1.

Margono., Sumardi., Astono, S., Murtono, S. (2005). PendidikanSeni Rupa dan Seni Teater. Jakarta: Yudhistira.

Nathagracia, G. (2010). Tinjauan Tipografi Judul Film Horor Indonesia Pada Media Poster. [PDF Skripsi]. Bandung: Fakultas Desain dan Seni Universitas Komputer Indonesia.

Pranajaya, A. (2012). Poster Film Indonesia: Era Teknologi Komputer Grafis. Jakarta: Perpustakan Nasional RI.

Pranajaya, A. (Ed)., Haryanti, W. (Ed)., & Isyanti, D. (Ed). (2009). Poster Film Indonesia: Masa Sebelum Kemerdekaan. Jakarta: Perpustakan Nasional RI. Rustan, S. (2010). Layout: Dasar dan Penerapannya. Jakarta: Gramedia Pustaka. Saputra, A. (2004). Pendidikan Seni: Seni Rupa. Bandung: CV. Tunggal.


(11)

82

Soedarwanto, H. (2012). Audio Visual 1:2nd Session: Phase in Audio Visual Design. [PDF]. Jakarta: Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana. Suprapto, T. (2009) Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta:

MedPress.

Supriyono, R. (2010). Desain Komunikasi Visual: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Dirks Tim. Film Sub-Genres (Types and Hybrids). Tersedia di: http:// www.filmsite.org/subgenres2.html [16 Desember 2012]

id.wikipedia.org. 2013 (6 April). Film Musikal. Tersedia di: http://id.wikipedia.org /wiki/Film_musikal [18 Mei 2013]

Jarwoko. 2009 (2 Oktober). Bioskop, Ujung Tombak Industri Perfilman Indonesia. Tersedia di: http://www.sinematekindonesia.com/index.php/artikel/detail/id/2

[12 Juni 2013]

Konfiden. Daftar film berdasarkan genre "Musikal" - 21 entri. Tersedia di: http://filmindonesia.or.id/movie/title/list/genre/musical# [10 Oktober 2012] Nunus, S. Tantangan Industri Film Indonesia. Tersedia di: http://perfilman.pnri.go


(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Film merupakan suatu media komunikasi untuk sarana hiburan. Film dibagi menjadi beberapa genre salah satunya yaitu genre musikal. Film musikal merupakan genre film dengan mengkombinasikan unsur musik, lagu, tarian, dan gerak didalam filmnya. Pada perkembangannya, film musikal di Indonesia termasuk kedalam film yang diproduksi sedikit setelah film animasi. Di situs filmindonesia.or.id, terbilang hanya 21 film musikal Indonesia yang sudah tayang di bioskop dari tahun 1957 sampai 2012.

Poster film merupakan salah satu media promosi sebuah film. Idealnya, poster film dirancang dengan kreatif agar dapat memikat masyarakat untuk menonton film terutama pada film bioskop. Poster film juga merupakan suatu gambaran dari film tersebut, serta didalam film terdapat beberapa genre yang menurut Hady Soedarwanto bahwa “genre dapat didefinisikan sebagai jenis atau klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakteristik atau pola yang sama (unik)”. Selain itu, genre bertujuan untuk membantu masyarakat untuk memilah film-film tersebut sesuai dengan spesifikasinya.

Kenyataannya, terdapat beberapa poster film musikal Indonesia yang terlihat bukan sebagai genre film musikal atau lebih cenderung terlihat sebagai genre film lainnya. Salah satunya yaitu poster film musikal Ambilkan Bulan, dimana pada posternya yang terlihat dominan adalah sebagai genre fantasi ketimbang musikal. Film tersebut merupakan film musikal yang diperuntukan untuk anak-anak dan tayang pada tanggal 28 Juni 2012 di bioskop bertepatan pada hari-hari libur sekolah. Didalam film Ambilkan Bulan, menampilkan 10 lagu terbaik karya AT Mahmud yaitu seorang pencipta lagu anak-anak sangat populer di Indonesia yang diaransemen berbeda oleh 10 artis naungan Sony Music Indonesia. Salah satunya adalah lagu Ambilkan Bulan, merupakan lagu yang paling melegenda dan sekaligus menjadi judul pada film musikal ‘Ambilkan Bulan’.


(13)

2 Dengan demikian, hal ini menarik untuk dikaji lebih dalam karena poster film Ambilkan Bulan merupakan poster dari film musikal yang masih baru dan sudah tayang di bioskop pada tahun 2012. Selain itu, pada poster film musikal tersebut lebih terlihat dominan kesan fantasi daripada musikal, sehingga dapat diartikan berbeda oleh masyarakat ketika melihat poster filmnya.

Gambar I.1 PosterFilm Musikal Ambilkan Bulan Sumber:

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c4/AMBILKANBULANPOSTERFILM.jpg (5 Januari 2013)

I.2 Identifikasi Masalah

Dari permaslahan yang telah dipaparkan didalam latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan permasalahannya sebagai berikut:

 Terdapat beberapa poster film musikal Indonesia yang cenderung terlihat sebagai poster film bukan dari genre musikal.

 Poster film Ambilkan Bulan merupakan sebuah poster film musikal yang masih baru dan terdapat kesan fantasi pada poster filmnya sehingga lebih terkesan genre fantasi ketimbang genre musikal.

 Makna yang terkandung didalam poster film musikal Ambilkan Bulan dapat diartikan berbeda, sehingga muatan komunikasinya tidak sampai pada masyarakat.


(14)

3 I.3 Rumusan Masalah

Dari uraian permasalahan yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah serta yang telah diidentifikasi masalah, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana persepsi masyarakat mengenai muatan komunikasi pada poster film musikal Ambilkan Bulan dalam menggambarkan genre musikal berdasarkan anatomi poster film.”

I.4 Pembatasan Masalah

Untuk memfokuskan permasalahan agar tidak meluas dan tidak menyimpang dari saran serta tema pokok permasalahan, maka permasalahan dibatasi pada persepsi masyarakat mengenai muatan komunikasi pada poster film musikal Ambilkan Bulan dimana pada poster film musikal tersebut terdapat kesan fantasi dalam posternya, sehingga lebih terkesan genre fantasi ketimbang genre musikal.

I.5 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif dengan cara deskriptif menggunakan pendekatan analisis wacana yang memfokuskan pada representasi pemikiran dari Eriyanto. Seperti yang dinyatakan oleh Badara (2010), analisis wacana tidak dimaksudkan untuk mencari keteraturan dan kaidah seperti tata bahasa, tetapi yang dituntut adalah keteraturan yang berkaitan dengan keberterimaannya pada khalayak (h.18).

Ada 3 proses dihadapi yang berkaitan saat menampilkan objek, peristiwa, dan gagasan, kelompok, atau seseorang, yaitu pada level pertama peristiwa yang ditandakan (encode) sebagai realitas. Pada level kedua, ketika memandang sesuatu sebagai realitas, pertanyaan berikutnya ialah bagaimana realitas tersebut digambarkan. Pada level ketiga, bagaimana peristiwa tersebut diorganisasi kedalam konvensi-konvensi yang diterima secara ideologis (Badara, 2012, h.56). Dari penjelasan tersebut, maka agar mempermudah dalam proses analisis ini maka dibuatlah tabel sebagai berkut:


(15)

4

Level 1 Level 2 Level 3

Objek Wacana Pernyataan Wacana Konvensi

Objek wacana meliputi elemen visual poster film musikal berdasarkan anatomi poster, sedangkan pernyataan wacana merupakan pernyataan-pernyataan dari 10 informan yang diwawancara, dan konvensi merupakan temuan dari analisis wacana dimana konvensi disini merupakan hasil kesepakatan dari jumlah terbanyak yang dinyatakan oleh masyarakat terhadap objek wacana.

I.5.1 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Kepustakaan

Menggunakan buku-buku mengenai Poster Film dan Analisis Wacana, diantaranya sebagai berikut:

 Supriyono, Rakhmat. (2010). Desain Komunikasi Visual: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Mengenai pengertian poster, tipografi, ilutstrasi, warna, dan tata letak.  Badara. (2012). Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya

pada Media. Jakarta: Kencana

Mengenai Metode Kualitatif dalam Analisis Wacana.

2) Wawancara

Menurut Creswell bahwa dalam melakukan studi dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan cara wawancara kepada 10 orang informan (Kuswarno, 2006, h.53). Maka dalam penelitian ini dilakukan wawancara mendalam secara langsung kepada 10 orang anak-anak dengan kisaran usia 7 – 12 tahun yang gemar menonton film. Hal ini karena target audience pada poster film Ambilkan Bulan adalah anak-anak. Wawancara tersebut mengenai persepsi masyarakat terhadap muatan komunikasi yang terdapat pada poster film Musikal Ambilkan Bulan berdasarkan anatomi poster film. Alat yang


(16)

5 digunakan dalam wawancara ini adalah menggunakan aplikasi rekaman dalam telepon selular pintar. Tidak semua pernyataan informan dalam wancara dimasukan, hanya beberapa saja yang menjawab pertanyaan penelitian.

3) Pencarian Online

Melakukan pencarian online yaitu menggunakan internet melalui search engine dengan kata kunci film musikal Indonesia, subgenre film musikal, poster film musikal Indonesia dan data film musikal Ambilkan Bulan.

I.6 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui muatan komunikasi yang terdapat pada poster film Ambilkan Bulan dalam mewakili genre-nya yaitu genre musikal berdasarkan pesrsepsi masyarakat.

I.7 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat baik secara akademisi maupun praktisi sebagai berikut:

1) Akademisi

 Bagi mahasiswa dan mahasiswi jurusan Desain Komunikasi Visual, hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran mengenai media poster khususnya pada poster film musikal.

 Penelitian ini dapat menjadi acuan penelitian berikutnya.

 Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai poster film musikal Indonesia, khususnya pada muatan komunikasi yang terdapat pada posternya.

2) Praktisi

 Bagi desainer grafis, penelitian ini dapat menjadi referensi untuk menrancang poster film musikal yang lebih baik lagi dari sebelumnya.


(17)

6 I.8 Kerangka Penelitian

Tabel I.1 Bagan Kerangka Skema Penelitian Terdapat kesan fantasi pada poster film musikal

Ambilkan Bulan sehingga lebih terkesan genre

fantasi ketimbang genre musikal.

Studi Pustaka

Memaparkan poster film musikal Ambilkan Bulan berdasarkan elemen visual pada poster film yaitu tipografi, ilustrasi, warna, dan tata letak.

Level 2 Pernyataan Wacana

Pernyataan dari hasil wawancara kepada 10 orang anak-anak dengan usia 7-12 tahun yang gemar menonton film. Pertanyaan mengenai muatan komunikasi yang mengacu pada anatomi poster film Ambilkan Bulan. Anatomi Poster Film

Hasil

Ikhtisar Analisis Wacana Poster Film Ambilkan Bulan.

Kesimpulan dan Saran

Level 1 Objek Wacana

Level 3 Konvensi


(18)

7 I.9 Sistematika Penulisan

BAB I. Pendahuluan

Penjelasan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah berdasarkan pada fenomena yang terjadi. Didalam pembatasan masalah, permasalahan dibatasi pada kajian tipografi, ilustrasi, warna, dan tata letak.

BAB II. Tinjauan Film Musikal Pada Media Poster

Membahas secara umum tentang teori-teori yang mendukung penelitian diantaranya mengenai film, jenis-jenis film, film musikal Indonesia, poster film, elemen visual pada poster film, dan teori analisis wacana.

BAB III. Pemaparan Poster Film Musikal Indonesia

Memaparkan data yang berhubungan dengan poster film musikal Ambilkan Bulan. Data-data tersebut berupa data film, sinopsis, dan pemaparan yang terdiri dari ilustrasi, tipografi, warna, dan tata letak yang terdapat pada poster filmnya.

BAB IV. Analisis Wacana Poster Film Musikal Indonesia

Menjelaskan tentang laporan penelitian yang dilakukan yaitu analisis wacana pada poster film musikal Ambilkan Bulan berdasarkan anatomi poster film dan mengkaitkannya dengan persepsi masyarakat terhadap poster film tersebut.

BAB V. Kesimpulan & Saran

Menyimpulkan secara umum mengenai poster film musikal dan memberi saran dari hasil penulisan laporan penelitian. Hal ini terkait pada hasil temuan analisis terhadap poster film musikal Ambilkan Bulan sebagai objek studi kasus.


(19)

8 BAB II

POSTER FILM MUSIKAL, KOMUNIKASI, PERSEPSI, DAN TEORI ANALISIS WACANA

II.1 Film, Distribusi dan Kontribusinya

Menurut Ardianto, Komala, dan Karlinah (2012), menyatakan “film adalah karya seni yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan untuk memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna” (h.143). Sedangkan Imanjaya (2006) menyatakan bahwa “film adalah arsip sosial yang menangkap jiwa zaman (zeigist) masyarakat saat itu” (h.29). Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa film merupakan suatu media komunikasi hasil karya seni untuk sarana hiburan yang melibatkan banyak orang dan dapat dinikmati oleh khalayak. Selain itu, film juga sebagai arsip sosial yang menggambarkan suatu zaman.

Bioskop merupakan salah satu tempat pendistribusian film. Menurut Jarwoko “Keberadaan bisokop di Indonesia sudah berlangsung selama hampir 107 tahun, ter-hitung sejak adanya bioskop yang memutar film pertama kali yang dikenal sebagai “gambar idoep” di Batavia tanggal 5 Dessember 1900” (para 1). Enam puluh tahun yang lalu, film merupakan barang dagangan. Kini film merupakan unsur industri budaya (IB). Pada tahun 1944, Teodor W. Adorno melansir konsep IB dengan istilah “The Culture Industry” dan kemudian di Inggris disebut dengan Creative Industry. Di Indonesia, istilah tersebut lebih dikenal sebagai Ekonomi Kreatif (EK) (Supardi Nunus, para 3).

Selain itu, film mempunyai kontribusi khususnya untuk devisa negara salah satunya di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Perancis, India, Korea, Cina, dan Taiwan mendapatkan perhatian yang besar dalam industri film. Pada dasawarsa terakhir ini di Indonesia, hal ini dapat dikatakan mulai diperbincangkan (Supardi Nunus, para 4).


(20)

9 II.1.1 Jenis Film

Film dikelompokan kedalam 4 jenis yaitu film cerita, berita, dokumenter, dan kartun (Ardianto, Komala, & Karlinah, 2012, h.148). Dari ke-4 jenis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Film Cerita

Film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang biasa dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan film ini didistribusikan sebagai dagangan. Cerita yang diangkat dapat berupa cerita fiktif atau berdasakan kisah nyata yang dibuat menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambarnya. Misalnya, sejarah dapat diangakat menjadi sebuah film cerita yang mengandung informasi akurat, sekaligus contoh teladan perjuangan para pahlawan.

Gambar II.1 Film Sang Pencerah

Sumber: http://s3.amazonaws.com/auteurs_production/images/film/sang-pencerah/w448/sang-pencerah.jpg

(21 Agustus 2013) 2. Film Berita

Film berita adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Dengan demikian, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita. Selain itu, yang terpenting dalam film berita adalah peristiwanya terekam secara utuh.


(21)

10 Gambar II.2 Berita Liputan 6

Sumber: http://www.youtube.com/watch?v=TVwpXFDx5Jo (14 April 2013) 3. Film Dokumenter

Film Dokumenter (documentary film) didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan” (creative treatment of actualy).

Gambar II.3 Film Dokumenter Oceans

Sumber: http://www.youtube.com/watch?v=syZjA2qB4mg (14 April 2013) 4. Film Kartun

Film kartun (cartoon film) merupakan film yang dibuat untuk konsumsi anak-anak. Sebagian besar film kartun, sepanjang film itu diputar akan membuat penonton tertawa karena kelucuan para tokohnya. Namun ada juga film kartun yang membuat iba penontonnya karena penderitaan tokohnya. Meskipun tujuan utamanya menghibur, film kartun bisa juga mengandung unsur pendidikan.


(22)

11 Gambar II.4 Film Kartun Mickey Mouse

Sumber: http://www.youtube.com/watch?v=PnNSg2bLW9E (14 April 2013) II.1.2 Film Musikal

Soedarwanto (2012) menjelaskan bahwa “genre musikal adalah film yang mengkombinasikan unsur musik, lagu, tari (dansa), serta gerak (koreografi). Lagu-lagu dan tarian biasanya mendominasi sepanjang film dan biasanya menyatu dengan cerita” (h.11). Ada pun yang mendukung jalannya alur cerita yaitu biasanya dalam penggunaan musik dan lagu bersama liriknya. Selain itu, umumnya cerita didalam fim musikal berkisah ringan seperti menceritakan tentang percintaan, popularitas dan kesuksesan serta film musikal lebih ditunjukkan untuk penonton keluarga, remaja, dan anak-anak (Soedarwanto Hady, 2012, h.11).

II.1.3 Subgenre Film Musikal

Film musikal dapat dibagi menjadi 21 subgenre film (Dirks Tim, para 9) yaitu sebagai berikut:

1. Animasi (Animated)

Animasi adalah gambar begerak yang terbentuk dari sekumpulan objek (gambar) yang disusun secara beraturan mengikuti alur pergerakan yang telah ditentukan pada setiap pertambahan hitungan waktu yang terjadi.

2. Pertunjukan Panggung Musikal (Backstage Musicals)

Merupakan genre musik dengan plot yang diatur dalam konteks teatrikal berkisar pada produksi sebuah drama atau pertunjukan tari-tarian musik.


(23)

12 3. Tari Balet (Ballet)

Tari balet adalah sebuah seni tari yang menggunakan ciri khas kostum, gerakan langkah, musik, serta panggung yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat membangkitkan imajinasi para penonton.

4. Film Pesta Pantai (Beach Party Films)

Merupakan film genre 1960-an di Amerika dengan pantai sebagai latar atau tema utama pada filmnya

5. Biografi Musikal (Musical Biographies)

Menceritakan tentang perjalanan hidup seseorang yang berkarir di dunia musik yang kemudian disajikan dalam sebuah film.

6. Pertunjukan Musikal Broadway (Broadway Show Musicals)

Film musikal broadway yang tampil di salah satu dari 39 teater profesional yang berkapasitas 500 tempat duduk atau lebih dan terletak di bilangan Theatre District, Manhattan, New York.

7. Musikal Komedi (Comedy Musicals)

Sebuah film dimana dialog diselingi dengan lagu-lagu terutama musik dan plot yang sederhana, kemudian dikemas dalam bentuk humor.

8. Film Konser (Concert Films)

Film konser adalah jenis film dokumenter yang menampilkan performa langsung dari musisi tersebut.

9. Film Tari (Dance Films)

Film tari atau dance film adalah sebuah film dimana tarian merupakan tema sentral dari cerita.


(24)

13 10.Musikal Dramatik (Dramatic Musicals)

Dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalam suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Berarti musikal dramatik merupakan film yang mengandung unsur musik dengan dipertunjukkan dalam suatu tingkah laku, mimik, dan perbuatan.

11.Musikal Dongeng (Fairy-tale Musicals)

Dongeng adalah suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. Jadi musikal dongeng merupakan film yang mengisahkan cerita fiktif dan kisah nyata yang mengandung pesan moral dan makna hidup dengan diiringi unsur musik untuk penyampaiannya.

12.Musikal Fantasi (Fantasy Musical)

Fantasi adalah yang berhubungan dengan khayalan atau dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau pikiran saja. Berarti Musikal Fantasi adalah film yang mengandung unsur musik dengan tema cerita khayalan yang tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Biasanya film fantasi menggunakan bentuk sihir dan supranatural sebagai salah satu elemen plot, tema dan seting dalam sebuah film.

13.Opera Film (Film-Opera)

Sebuah film drama yang mengatur musik, terdiri dari bernyanyi dengan iringan orkestra dan orkestra overture juga selingan.

14.Musikal Folk (Folk Musicals)

Seperti halnya pengertian musik folk yaitu setiap gaya musik yang mewakili komunitas dan dapat dinyanyikan atau dimainkan oleh banyak orang yang bukan musisi terlatih, dengan menggunakan instrumen yang ada namun tersaji dalam bentuk sebuah film.


(25)

14 15.Film Hip-Hop (Hip-Hop Films)

Hip-Hop film adalah gerak gambar yang menampilkan estetika dan budaya Hip-Hop, terutama menggunakan musik Hip-Hop di soundtrack, atau seniman menggunakan Hip-Hop sebagai karakter utama.

16.Operet (Operettas)

Merupakan jenis opera ringan dalam hal musik dan opera. Operet adalah opera, namun penampilan operet berupa seperti teater musikal.

17.Dokumenter Musik Rock (Rock-umentary)

Neologisme yang menunjukkan sebuah film dokumenter tentang musik rock atau musisi.

18.Musikal Romantis (Romantic Musicals)

Film musikal yang mengandung unsur romantis dan bercerita tentang kisah cinta dari sepasang kekasih.

19.Komedi Pertunjukan (Show-Biz Comedy)

Cerita humor yang terlibat memberikan hiburan didalam pertunjukkan di radio, televisi, film, dan teater.

20.Musikal Panggung (Stage Musicals)

Musikal panggung atau teater musikal adalah bentuk teater yang menggabungkan lagu, dialog atau ucapan, akting, dan tarian.

21.Musikal Barat (Western Musicals)

Film yang menceritakan kehidupan American Old West yang tempat dan waktu sekitar pertengahan abad ke 19 (tahun 1800an) dengan menambahkan unsur musik didalamnya.


(26)

15 II.1.4 Perkembangan Film Musikal Khususnya di Indonesia

Era 1940-1960 merupakan era dimana film musikal mengalami masa emas melalui film-film populer seperti Singin`in the Rain, The Sound of Music, serta West Side Story. Film Saturday Night Fever dan Grese pada era 1970-an, masih menyisakan kesuksesan pada film musikal. Namun, pada era sekarang ini film musikal telah jarang diproduksi serta studio Walt Walt Disney mendominasi film-film animasi-musikal, seperti The Beauty and Beast, Aladdin, dan The Lion King. Evita, Moulin Rouge, Chicago, serta Dreamgirls merupakan film musikal yang menonjol pada dua dekade belakangan ini (Soedarwanto Hady, 2012, h.11).

Di Indonesia, film musikal dimulai pada era 1950-an dengan film pertamanya yaitu Bintang Surabaja (1951). Kemudian film Tiga Dara dan Asmara Dara karya H. Usmar Ismail sukses dan mampu membawa angin segar ditengah film konvensional di Indonesia pada saat itu (Anonim, 2013, para 12).

Pada era 1970-an, film musikal mengalami kenaikan pesat dengan film musikal Cinta Pertama dan Badai Pasti Berlalu garapan Teguh Karya yang berhasil meraih penonton terbanyak. Bahkan, film musikal Badai Pasti Berlalu menjadi film terlaris dari tahun 1978-1979 dan menjadi film terlaris kedua di Jakarta dengan memperoleh jumlah penonton sebanyak 212.551 orang. Selain itu, terdapat sejumlah film laiinya yaitu laila Majenun, Bawang Putih dan Dunia Belum Kiamat (Anonim, 2013, para 13).

Tahun 1999, film musikal garapan Riri Riza dan Mira Lesmana yang berjudul Petualangan Sherina menjadi film musikal yang mencapai puncak kejayaan, karena mampu menarik pangsa penikmat film Indonesia pasca krisis (Anonim, 2013, para 14). Kemudian, setelah kesuksesan film muiskal Petualangan Sherina, muncul film musikal lainnya seperti film musikal Joshua Oh Joshua (2000), Biarkan Bintang Menari (2003), Fantasi (2004), Ariel dan Raja Langit (2005), Opera Jawa (2007), Kantata Takwa (2008), Generasi Biru (2009), Melodi (2010), Laskar Cilik (2010), Dawai 2 Asmara (2010), Rumah Tanpa Jendela (2011), Langit Biru (2011), Love Is U (2012), Ambilkan Bulan (2012) (Konfiden, para 2).


(27)

16 Kebanyakan film musikal di Indonesia diproduksi untuk pasar anak-anak. Seperti Petualangan Sherina, Joshua Oh Joshua, Ariel dan Raja Langit, Melodi, Laskar Cilik, Rumah Tanpa Jendela, Langit Biru dan Ambilkan Bulan. Sedangkan film musikal remaja terbilang sedikit diantaranya yaitu Biarkan Bintang Menari yang merupakan film musikal remaja pertama, Fantasi, Generasi Biru, Dawai 2 Asmara dan Love is U.

II.2 Media Poster

Kusrianto (2009) menjelaskan bahwa “poster merupakan bagian dari seni grafis yang memiliki gaya aliran, maupun trend tersendiri yang tidak lepas dari suatu zaman” (h.338). Sedangkan Robin Landa (seperti dikutip Supriyono, 2010) mendeskripsikan poster sebagai bentuk publikasi dua dimensional dan satu muka, digunakan untuk menyajikan informasi, data, jadwal, atau penawaran, dan untuk mempromosikan orang, acara, tempat, produk, perusahaan jasa atau organisasi (h.158).

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa poster merupakan karya seni grafis yang memiliki gaya dan trend tersendiri untuk menyajikan informasi, data, jadwal, atau penawaran juga sebagai media promosi. Supriyono (2010) menyatakan bahwa “tugas utama poster adalah mengundang perhatian publik dan memberi informasi secepat mungkin karena hanya dibaca sekilas” (h.164). Deesain poster yang efektif umumnya meiliki 5 kriteria sebagai berikut (Supriyono Rakhmat, 2010, h.166):

1. Mampu menarik perhatian.

2. Berhasil menyampaikan informasi secara cepat.

3. Mampu meyakinkan, mempengaruhi dan membentuk opini. 4. Menggunakan warna-warna yang mengesankan.


(28)

17 II.2.1 Jenis Poster

Poster dibagi kedalam 14 jenis yaitu poster teks, bergambar, propaganda, kampanye, wanted, cheesecake, film, buku komik, affirmation, riset dan kegiatan ilmiah, di dalam kelas, karya seni, pelayanan masyarakat, serta poster komersial (Kusrianto Adi, 2009, h.339) sebagai berikut:

1. Poster Teks

Merupakan jenis poster yang paling tua. Poster ini mengutamakan teks sebagai informasi, tetapi biasanya ada juga elemen-elemen gambar seperti simbol kerajaan, gambar raja atau ornamen lainnya.

Gambar II.5 Poster Teks dari tahun 1800-an Sumber: Kusrianto (2009)

2. Poster Bergambar

Merupakan poster pada akhir abad 17, dihiasi degan gambar-gambar warna-warni yang menarik.


(29)

18 Gambar II.6 Poster Bergambar dari Prancis di abad ke-28

Sumber: Kusrianto (2009) 3. Poster Propaganda

Poster yang bertujuan untuk mengajak pembaca meyakinkan agar orang menganut suatu aliran, sikap atau aturan tertentu.

Gambar II.7 Poster Propaganda Amerika Serikat pada Perang Dunia I dan II Sumber:


(30)

19 4. Poster Kampanye

Merupakan poster yang digunakan sebagai alat untuk mencari simpati dari calon pemilik pada pemilihan umum. Sampai saat ini poster kampanye selalu muncul pada setiap kesempatan saat dilakukan pemilihan kepala daerah maupun negara.

Gambar II.8 Poster Kampanye Pemelihan Presiden Amerika Serikat Sumber: Kusrianto (2009)

5. Poster Wanted

Merupakan poster yang digunakan untuk membuat sayembara dalam menemukan penjahat yang sedang dicari di suatu negara.

Gambar II.9 Poster bersejarah ketika pemerintah Federal Amerika Serikat mencari buronan penjahat John Dilinger yang terkenal.


(31)

20 6. Poster Cheesecake

Merupakan poster yang biasanya digunakan oleh anak-anak muda untuk ditempel di dinding dengan berisi foto-foto bintang idolanya.

Gambar II.10 Poster Band The Beatle Sumber:

http://www.panicposters.com/media/catalog/product/cache/1/image/250x/c2bfe4c77 6f72036b09a06804953f265/l/p/lp1551-beatles-poster.jpg (20 April 2013) 7. Poster Film

Merupakan poster yang dimanfaatkan untuk mempopulerkan film-filmnya serta sebagai media promosi sebuah film.

Gambar II.11 Poster Film Geisha Sumber: Kusrianto (2009)


(32)

21 8. Poster Buku Komik

Merupakan poster yang berisi gambar tokoh-tokoh dalam buku komik.

Gambar II.12 Poster Buku Komik Dragonball Sumber:

http://th07.devianart.net/fs71/PRE/i/2013/012/0/b/dragonball_poster_by_thecaptainc rash-d5ra9sy.jpg (19 April 2013)

9. Poster Affirmation

Merupakan poster yang berisi tentang kata-kata motivasi. Awalnya, poster tersebut memiliki ciri dengan warna hitam atau gambar alam sebagai latar belakangnya serta diatasnya berisi teks atau kata-kata motivasi tentang kepemimpinan, kesempatan, dan lain sebagainya.

Gambar II.13 Poster Affirmation tentang kebebasan Sumber:

http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Freedom_affirmation_poster,_USAF_%C2 %B7_DF-SD-04-09863.JPEG (19 April 2013)


(33)

22 10.Poster Riset dan Kegiatan Ilmiah

Merupakan poster yang sering digunakan dikalangan akademisi untuk mempromosikan kegiatan ilmiah yang hendak dilakukan. Kegiatan-kegiatan yang diposterkan meliputi simposium, seminar, dan lain sebagainya.

Gambar II.14 Poster Kegiatan Ilmiah Sumber: Kusrianto (2009) 11.Poster di dalam Kelas

Merupakan poster untuk memberikan motivasi kepada murid-muridnya agar bersikap baik mengikuti disiplin sekolah, dan lain-lain. Biasanya jenis poster ini populer di sekolah-sekolah Amerika Utara.

Gambar II.15 Poster di dalam Kelas Sumber: Kusrianto (2009)


(34)

23 12.Poster Karya Seni

Merupakan poster yang digunakan sebagai lahan untuk memproduksi karya-karya seni dari berbagai aliran.

Gambar II.16 Poster Red and Black karya seniman Bulgaria Sumber: Kusrianto (2009)

13.Poster Pelayanan Masyarakat

Merupakan jenis poster yang tidak bersifat komersial, atau tidak untuk diperdagangkan. Biasanya dimanfaatkan sebagai media kritik sosial yang ditunjukkan sebagai perilaku masyarakat atau pemerintah.

Gambar II.17 “WantedPoster. No I” Karya Charles White. Sumber: Kusrianto (2009)


(35)

24 14.Poster Komersial

Merupakan jenis poster untuk sarana mempromosikan suatu produk baik berupa barang atau jasa.

Gambar II.18 Poster Iklan sebuah produk minuman Sumber:

http://2.bp.blogspot.com/_Z_A4-vjuAKs/TCli_AOSjFI/AAAAAAAAAA8/UJsd20UaIcI/s1600/1150790917pic.jpg (20 April 2013)

II.2.2 Poster Film

Pembuatan poster film adalah bagian yang tidak terpisahkan dari produksi film, maka keberadaan poster menjadi sangat penting sebagai bentuk karya seni grafis. Rustan (2009) berpendapat bahwa “Poster film secara khusus bertujuan untuk mempromosikan film tersebut. Sama seperti poster komersial maupun sosial, poster film harus bisa ‘bercerita’. Semua elemen yang mendukung satu sama lain untuk menggambarkan pesan filmnya, dan target audience menjadi tertarik untuk menonton” (h.111).

Poster film merupakan suatu karya seni grafis. Keberadaannya sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari film itu sendiri yaitu untuk media promosi dan menjadi identitas untuk film tersebut. Akan tetapi ironisnya poster film yang merupakan karya seni grafis itu tidak didokumentasikan secara baik. Kalau pun ada hanya menjadi koleksi dari perorangan saja. Dalam buku Poster Film

Indonesia: Masa Sesudah Kemerdekaan menjelaskan bahwa poster film menarik


(36)

25 promosi publikasi yang turut menentukan berhasil-tidaknya pemasaran film yang diproduksi, sebagai karya seni grafis yang dapat mengungkap bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan seni grafis itu sendiri, sebagai salah satu bentuk media dalam membaca film, dan sebagai upaya pelestarian demi kepentingan generasi yang akan datang. Namun, banyak poster film dari film-film produksi masa sesudah kemerdekaan (1980) tidak diketahui keberadaannya. Kendala lain sangat sulit untuk dapat menelusuri siapa pembuatnya. Selain itu banyak poster yang ada sering sekali dibuat secara bersama-sama dan para pembuat hampir tidak pernah mencantumkan namanya.

Poster film dibuat sebagai penanda film dan sebagai media publikasi film (Pranajaya Adi, 2012, h.2). Khususnya pada poster film Indonesia, cenderung dibuat dengan dua pendekatan. Pertama, pendekatan sebagai karya bersama yaitu gagasan awal bahkan ide dasar datang dari produser atau sutradara. Sedangakan pendekatan sebagai karya individu, pemilik film cenderung mempercayakan sepenuhnya proses kreatif kepada pembuatnya. Biasanya dengan cara ini cenderung melahirkan karya-karya yang orisinil. (Pranajaya Adi, 2012, h.16-17).

(a) (b)

Gambar II.19 Poster Film Musikal (a) Dawai 2 Asmara, (b) Moulin Rouge Sumber: (a)

http://amiratthemovies.files.wordpress.com/2010/09/dawai2asmara_poster.jpg, (b) http://cf.drafthouse.com/_uploads/galleries/17493/moulin-rouge-poster.jpg


(37)

26 Gambar diatas merupakan Poster Film Musikal dengan subgenre Romantic atau Drama. Poster Dawai 2 Asmara merupakan poster film musikal Indonesia yang filmnya tayang pada tahun 2010 di Bioskop Indonesia. Sedangkan Poster film musikal Moulin Rouge merupakan poster film musikal Hollywood yang tayang pada tahun 2001.

(a) (b)

Gambar II.20 Poster Film Musikal (a) Generasi Biru, (b) Rock of Age Sumber: (a)

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/3/35/FilmGB.jpg/230px-FilmGB.jpg, (b) http://www.impawards.com/2012/posters/rock_of_ages_ver2.jpg (12 Juni 2013)

Gambar diatas merupakan Poster Film Musikal yang didalam posternya terdapat visual alat musik yaitu gitar. Poster film musikal Generasi Biru merupakan poster film musikal Indonesia yang menggunakan model personel grup band Slank yaitu salah satu grup band rock papan atas di Indonesia. Film tersebut tayang pada tahun 2009. Poster film Rock of Age merupakan poster film musikal Hollywood yang tayang pada tahun 2012.


(38)

27 (a) (b)

Gambar II.21 Poster Film Musikal (a) Ariel dan Raja Langit, (b) Les Miserables Sumber: (a) http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Ariel_dan_raja_langit.jpg, (b)

http://i2.cdnds.net/12/39/618x919/movies_les_miserables_poster.jpg (12 Juni 2013)

Gambar diatas merupakan gambar poster film musikal yang menggunakan warna gelap (dark color). Dengan warna demikian, nuanasa menegangkan pada kedua poster diatas begitu terlihat. Poster film Ariel dan Raja Langit merupakan poster film musikal Indonesia yang tayang pada tahun 2005. Sedangkan poster film musikal Les Miserables merupakan film musikal Hollywood yang tayang pada tahun 2012.

II.3 Elemen Visual pada Poster Film

Menurut Askurifai Baksin (seperti dikutip dari Nathagracia, 2010) bahwa elemen-elemen yang harus ada pada poster film diantaranya adalah ilustrasi yaitu unsur kemenarikan dan harus banyak ditonjolkan pada poster film, tagline yaitu premis dari sebuah film yang akan ditayangkan untuk mengundang rasa penasaran, credit title yaitu terdiri atas nama orang-orang yang terlibat didalam pembuatan film, serta terdapat tipografi film yang dirancanag dengan harapan dapat mewakili konsep, karakteristik, serta kekuatan kata-kata guna mengekspresikan cerita filmnya (h.17).


(39)

28 Didalam reklame, terdapat 4 elemen visual yaitu huruf (tipografi), gambar (ilustrasi), warna, dan tata letak (Margono, Sumardi, Astono, & Murtono, 2009, h.28).

II.3.1 Tipografi

Tipografi merupakan unsur pokok di dalam media visual. Fungsinya sebgai media komunikasi secara verbal atau berupa kata-kata (Margono, Sumardi, Astono, & Murtono, 2005, h.28). Berdasarkan perkembangannya, huruf dapat digolongkan menjadi tujuh gaya atau style (Supriyono, 2009, h.25), yaitu:

1. Huruf Klasik (Classical Typefacces)

Merupakan huruf yang memiliki kait (serif) lengkung. Huruf ini bisa disebut dengan Old Style Roman dan banyak digunakan untuk desain-desain media cetak di Inggris, Italia, dan Belanda pada awal tekhnologi cetak yaitu tahun 1617.

Gambar II.22 Huruf Garamond Sumber: Supriyono (2010) 2. Huruf Transisi (Transititonal)

Huruf ini hampir sama dengan huruf Old Style, namun perbedaannya terdapat pada ujung kaitnya saja yaitu runcing dan memiliki sedikit perbedaan tebal-tipis pada tubuh huruf.

Gambar II.23 Huruf Century Sumber: Supriyono (2010)


(40)

29 3. Huruf Modern Roman

Ketebalan tubuh huruf sangat kontras, bagian yang vertikal tebal, garis-garis horizontal dan serifnya sangat tipis sehingga untuk teks berukuran kecil agak sulit untuk membacanya bahkan seringkali tidak terbaca. Maka dari itu, huruf ini jarang digunakan untuk teks.

Gambar II.24 Huruf Bodoni Sumber: Supriyono (2010) 4. Huruf Sans Serif

Huruf ini tidak memiliki serif, kaki, atau kait sehingga disebut Sans Serif. Ciri-ciri huruf ini adalah memiliki bagian-bagian tubuh yang ketebelannya sama. Biasanya huruf ini sering digunakan untuk buku dan majalah karena mempunyai citra dinamis dan simpel.

Gambar II.25 Huruf Arial Sumber: Supriyono (2010) 5. Huruf Berkait Balok (Egyptian Slab Serif)

Huruf yang memiliki kait berbentuk balok dengan ketebalan yang hampir sama dengan tubuh huruf, sehingga pada huruf ini terkesan elegan, jantan, dan kaku.


(41)

30 Gambar II.26 Huruf Alfa Slab One

Sumber: http://www.fontex.org/download/Alfa-slab.otf (4 Mei 2013) 6. Huruf Tulis (Sript)

Jenis huruf yang berasal dari tulisan tangan (hand-writing). Huruf ini sulit dibaca dan melelahkan bila digunakan untuk teks panjang.

Gambar II.27 Huruf Script MT Bold Sumber: Supriyono (2010) 7. Huruf Hiasan (Decorative)

Huruf decorative bukan merupakan huruf teks, sehingga huruf ini tepatnya digunakan untuk judul yang pendek.

Gambar II.28 Huruf Harrington Sumber: Supriyono (2010) II.3.2 Ilustrasi

Ilustrasi merupakan seni gambar yang dimanfaatkan untuk memberi penjelasan atas suatu maksud atau tujuan secara visual (Kusrianto, 2009, h.40). sedangkan menurut Supriyono (2010) menjelaskan “ilustrasi secara umum adalah gambar atau foto yang bertujuan untuk menjelaskan sekaligus menciptakan daya tarik.


(42)

31 Berarti, ilustrasi merupakan seni gambar yang secara umum berupa foto atau gambar untuk memberi penjelasan atas suatu maksud atau tujuan secara visual agar menciptakan daya tarik.

(a) (b)

Gambar II.29 (a) Ilustrasi Foto, (b) Ilustrasi Gambar

Sumber : (a) http://tegalbahari.com/wp-content/uploads/2011/12/tanam-pohon.jpg, (b)

http://2.bp.blogspot.com/-9xTOJOmioB4/UMVIb5GkhiI/AAAAAAAACfU/ZnG97QElX3A/s1600/Belajar+Fotogr afi+Untuk+Pemula.jpg (25 april 2013)

II.2.3 Warna

Warna merupakan salah satu elemen visual yang dapat dengan mudah untuk menarik perhatian orang yang melihatnya (Supriyono, 2010, h.70). Selain itu, warna juga dapat membantu menciptakan mood dan membuat teks lebih berbicara. Contohnya publikasi yang menggunakan warna-warna soft dapat menimbulkan kesan lembut, tenang dan romantik. Sedangkan pada warna-warna kuat dan kontras, dapat menimbulkan kesan dinamis dan cenderung meriah. Supriyono (2010) menjelaskan bahwa dalam seni rupa, warna dapat dilihat dari tiga dimensi yaitu sebagai berikut:

1. Hue

Warna dibagi berdasarkan nama-nama warna, seperti merah, biru, hijau, kuning dan seterusnya. Berdasarkan Hue, warna dibagi menjadi 3 golongan yaitu:


(43)

32  Primer (primary colors)

Warna terdiri dari merah, kuning dan biru.

Gambar II.30 Warna Primer Sumber: Supriyono (2010)  Sekunder (secondary colors)

Merupakan campuran dua warna primer dengan perbandingan seimbang yaitu 1:1. Misalnya bila merah dicampur kuning, maka akan menghasilkan warna orange. Jika warna primer dicampur dengan warna sekunder akan terjadi warna-warna tersier (tertiary color), misalnya kuning dicampur dengan orange, merah dengan ungu, dan seterusnya.

(a) (b) Gambar II.31 (a) Warna Sekunder dan (b) Warna Tersier

Sumber: Supriyono (2010)

2. Value

Salah satu untuk menciptakan kemudahan baca adalah menyusun unsur-unsur visual secara kontras yaitu gelap terang. Kontras value bersifat relatif dan sangat dipengaruhi oleh background dan elemen-elemen lain di sekitarnya.


(44)

33 Dalam desain komunikasi visual, kontras value dapat digunakan untuk menonjolkan pesan atau informasi dan menciptakan citra. Bila menggunakan warna-warna kurang kontras dapat menciptakan kesan kalem, damai statis dan tenang. Sedangkan bila menggunakan warna kontras dapat memberikan kesan dramatis, enerjik, riang, bergairah dan dinamis. Sebagai contoh, bila membuat poster pariwisata, dapat diperkuat dengan warna dominan yaitu biru atau biru hijau untuk membangun image pegunungan yang sejuk dan tenang.

3. Intensity

Selain hue dan value, warna dapat dilihat dari aspek intensity (intensitas), yaitu tingkat kemurnian warna atau kejernihan warna. Warna hue disebut memiliki intensitas penuh karena tidak dicampur dengan warna lain. Untuk membuat warna menjadi lebih redup dan netral dapat mengurangi warna dengan cara menambahkan sedikit warna lain.

Holzschlag (seperti dikutip Kusrianto, 2009) menjelaskan bahwa warna mampu memberikan respon secara psikologis sebagai berikut:

1. Merah meberikan respon psikologis kekuatan, bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta, agresifitas, dan bahaya.

2. Biru meberikan respon psikologis kepercayaan, konservatif, kemanan, tekhnologi, kebersihan, dan perintah.

3. Hijau meberikan respon psikologis alami, kesehatan, pandangan yang enak, kecemburuan, dan pembaruan.

4. Kuning meberikan respon psikologis optimis, harapan, filosofi, ketidak jujuran atau kecurangan, pengecut, dan pengkhianatan.

5. Ungu meberikan respon psikologis spiritual, misteri, keagungan, perubahan bentuk, galak, dan arogan.

6. Orange meberikan respon psikologis energi, keseimbangan, dan kehangatan. 7. Coklat meberikan respon psikologis bumi, dapat dipercaya. nyaman, dan


(45)

34 8. Abu-abu meberikan respon psikologis intelek, futuristik, modis, kesenduan,

dan merusak.

9. Putih meberikan respon psikologis kemurnian atau suci, bersih, kecermatan, inocent (tanpa dosa), steril, dan kematian.

10.Hitam meberikan respon psikologis kekuatan, seksualitas, kemewahan, kematian, misteri, kekuatan, ketidakbahagiaan, dan keagungan.

II.3.4 Tata Letak (Layout)

Rustan (2010) menjelaskan bahwa “pada dasarnya layout dapat dijabarkan sebagai tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep atau pesan dibawahnya”. Prinsip layout dibagi menjadi 4 (Rustan, 2010, h.74), yaitu sebagai berikut:

1. Arah Baca (Sequence)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Mario R. Garcia dan Pegie Stark 2007, di wilayah-wilayah pengguna bahasa dan tulisan latin, orang membaca dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. Karena itu pada materi-materi publikasi, urutan atau alur pembacaan kebanyakan di desain berdasarkan kecenderungan tersebut. Kecenderungan tersebut adalah membaca dengan sequence seperti huruf Z, A, C, L, T I, dan sebagainya. 2. Tekanan (Emphasis)

Salah satu pembentuk emphasis adalah kontras. Kontras tersebut bertujuan untuk membangun sequence.

Gambar II.32 Kontras Sumber: Rustan (2010)


(46)

35 3. Keseimbangan (Balance)

Dalam desain grafis mengenal ada dua macam balance yaitu balance simetris dan asimetris.

Gambar II.33 Simetris dengan satu sumbu vertikal Sumber: Rustan (2010)

Balance yang dicapai secara simetris adalah dengan pencerminan.

Kesembangannya dapat dibuktikan dengan tepat secara matematis seperti gambar diatas.

Gambar II.34 Asimetris Sumber: Rustan (2010)

Sedangkan balance asimetris keseimbangannya lebih bersifat optis atau terlihat seimbang. Seperti gambar diatas, meskipun gambarnya miring, akan tetapi terlihat seimbang.


(47)

36 4. Kesatuan (Unity)

Unity tidak berarti hanya kesatuan dari elemen-elemen yang secara fisik kelihatan dalam artian terlihat harmonis, namun juga kesatuan antara yang fisik dengan yang non fisik yaitu pesan atau komunikasi dalam komunikasi desain tersebut.

Gambar II.35 Unity atau Kesatuan pada Iklan Clear Sumber: Rustan (2010)

Dengan tagline yang berbunyi Get the city out of your hair, disertai dengan elemen visual berupa gabungan artwork dengan potongan-potongan fotografi, iklan ini jelas ditunjukkan bagi kaum muda urban Clinical Clear.

II.4 Anatomi Poster Film

Poster merupakan media tambahan atau pelengkap pada reklame lainnya. Margono, Sumardi, Astono, dan Murtono (2005) menjelaskan bahwa “reklame adalah suatu tindakan yang ditunjukkan untuk menarik perhatian orang atas suatu jenis barang atau jasa tertentu dngan cara membangkitkan kegiatan pembeli guna memiliki barang atau memakai jasa tersebut” (h.24). Selain itu, reklame merupakan upaya untuk memperkenalkan suatu barang atau jasa, ide, program dengan mengadakan pengumuman atau propaganda dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Adapun anatomi poster sebagai berikut:


(48)

37 Gambar II.36 Anatomi Poster

Sumber: Saputra (2004)

Bila dilihat dari anatomi poster diatas dan berdasarkan elemen visual pada poster film yang dijelaskan oleh Askurifai Baksin, poster film pada dasarnya sama dengan anatomi pada poster yaitu seperti halnya memiliki headline, subheadline, dan ilustrasi atau gambar. Akan tetapi, dalam poster film terdapat credit title. Berikut adalah anatomi poster film:

Gambar II.37 Anatomi Poster Film

Sumber: http://coretanfilm.files.wordpress.com/2012/07/mama-cake.jpg (14 Desember 2012)


(49)

38 II.5 Pengertian Persepsi

Chaplin (seperti dikutip dari Inggit, 2008) mempunyai pandangan bahwa persepsi merupakan psoses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra (h.16). Sedangkan menurut Robbins (seperti dikutip dari Inggit, 2008) persepsi merupakan pengorganisasian dan menafsirkan kesan-kesan indra agar memberikan makna melalui suatu proses yang ditempuh oleh individu (h.16).

Dari kedua definisi diatas, maka persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mengetahui dan mengenali objek serta merupakan suatu proses yang ditempuh oleh individu dalam mengorgasnisasikan dan menafsirkan kesan pada indra untuk memberikan makna.

II.6 Pengertian Komunikasi dan Prosesnya

Laswell (seperti dikutip dari Suprapto, 2009) menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang menggambarkan apa, mengatakan apa, dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa (h.5). Selain itu, Edwin Emery (seperti dikutip dari Suprapto, 2009) berpendapat bahwa komunikasi adalah seni menyampaikan informasi, ide dan sikap seseorang kepada orang lain (h.6). Kemudian, Karlfried Knapp (seperti dikutip dari Suprapto, 2009) komunikasi merupakan interaksi antarpribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata-kata) dan nonverbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung atau tatap muka atau melalui media lain (tulisan, oral, dan visual) (h.6).

Adapun proses komunikasi yaitu langkah yang dimulai dari menciptakan informasi hingga komunikan dapat memahami informasi tersebut (Suprapto, 2009, h.7). Suprapto (2009) menyatakan bahwa “Dalam setiap transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan elemen yang lain. Artinya, elemen-elemen komunikasi saling bergantung, tidak pernah independen, masing-masing komponen saling mengait dengan komponen yang lain (h.7). Transaksi yang dimaksudkan adalah komunikasi yaitu suatu proses dimana komponen-komponen saling terkait (Suprapto, 2009, h.7).


(50)

39 Dalam aplikasinya, terdapat 5 langkah dalam proses komunikasi yaitu langkah kesatu, terdapat ide yaitu gagasan yang diciptakan oleh komunikator. Langkah kedua, encoding yaitu ide tersbut kemudian dialih bentukkan menjadi lambang-lambang komunikasi yang mempunyai makna dan dapat dikirimkan. Langkah ketiga, pengiriman yaitu pesan yang telah di-encoding tersebut selanjutnya dikirimkan melalui media yang sesuai karakteristik lambang-lambang komunikasi ditunjukkan kepada komunikan. Langkah keempat decoding yaitu penerima menafsirkan isi pesan sesuai dengan persepsinya untuk mengartikan maksud pesan tersebut. Langkah yang kelima, balikan yaitu apabila pesan tersebut telah berhasil di-decoding khalayak akan mengirim kembali pesan tersebut ke komunikator (Suprapto, 2009, h.8). Berikut gambaran prosesnya:

Gambar II.38 Proses Komunikasi Sumber: Suprapto (2009) II.7 Analisis Wacana

Stub (seperti dikutip dari Badara, 2012) menyatakan bahwa analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan (h.18). Sedangkan Cook (dikutip dari Badara, 2012) menyatakan bahwa analisis wacana merupakan kajian yang membahas tentang wacana sedangkan wacana merupakan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi (h.18).


(51)

40

Badara (2010) menjelaskan bahwa “Berdasarkan pendapat Stubs dan Cook diatas, maka dapat dikemukakan bahwa analisis wacana tidak dimaksudkan untuk mencari keteraturan dan kaidah seperti tata bahasa, tetapi yang dituntut adalah keteraturan yang berkaitan dengan keberterimaanya pada khalayak (h.18).

II.7.1 Pendekatan Analisis Wacana yang Memfokuskan pada Representasi Menurut Eriyanto (seperti dikutip dari Badara, 2012) menyatakan bahwa representasi penting dalam dua hal, yaitu apakah seseorang, kelompok, atau gagasan, tersebut ditampilkan sebagai mana mestinya, dan bagaimana representasi tersebut ditampilkan (h.56). Representasi merupakan bagaimana seseorang, kelompok, gagasan, atau pendapat tertentu ditampilkan sebagaimana mestinya (Badara, 2012, h.56).

Ada 3 proses yang dihadapi berkaitan dengan saat menampilkan objek, peristiwa, dan gagasan, kelompok, atau seseorang, yaitu pada level pertama peristiwa yang ditandakan (encode) sebagai realitas. Pada level kedua, ketika memandang sesuatu sebagai realitas, pertanyaan berikutnya ialah bagaimana realitas tersebut digambarkan. Pada level ketiga, bagaimana peristiwa tersebut diorganisasi kedalam konvensi-konvensi yang diterima secara ideologis (Badara, 2012, h.56).


(52)

41 BAB III

PEMAPARAN POSTER FILM MUSIKAL INDONESIA

III.1 Data Film Ambilkan Bulan

Gambar III. 1 Poster Film Musikal Ambilkan Bulan

Sumber: http://imagin3film.files.wordpress.com/2012/07/tumblr_m67xwx2wbu 1rnfbono1_1280.jpg (21 April 2013)

Tabel III.1 Data Film Musikal Ambilkan Bulan

Jenis Film Musikal

Tanggal Rilis 2012

Produser Putut Widjanarko

Sutradara Ifa Isfansyah

Penulis Jujur Prananto

Tanggal Edar Kamis, 28 Juni 2012

Perusahaan Film Mizan Productions dan Falcon Pictures Pemain

Lana Nitibaskara sebagaiAmelia Agus Kuncoro sebagai Ayah Amelia Astri Nurdin sebagai Ratna

Landung Simatupang sebagai Mbah Gondrong Adrian Simon sebagai Kakek Amelia

Titi Dibyo sebagai Nenek Amelia

Marwoto sebagai Pak Selo Hemas Nata Negari sebagai Pandu

Bramantyo Suryo Kusumo sebagai Kuncung Jhosua Ivan Kurniawan sebagai Hendra Berlinda Adelianan Naafi sebagai Ambar


(53)

42 III.1.1 Sinopsis Film Ambilkan Bulan

Film Ambilkan Bulan merupakan film genre musikal dengan subgenre musikal fantasi. Bercerita tentang seorang gadis cilik bernama Amelia yang kesepian. Ibunya bernama Ratna begitu sibuk dengan pekerjaannya sebagai manager di sebuah perusahaaan swasta di Jakarta. Semenjak Ratna di tinggal mati oleh suaminya karena kecelakaan, ia menjadi orang tua tunggal yang harus menafkahi keluarga. Dengan demikan, Ratna menjadi sibuk sehingga seluruh waktunya dihabiskan untuk bekerja.

Merasa tidak diperhatikan oleh ibunya, Amelia mencari teman dan kesibukan sendiri dengan situs jejaring sosial Facebook. Kegiatan ini mempertemukannya dengan Ambar di dunia maya. Ambar adalah seorang gadis cilik yang tinggal di desa. Ambar menceritakan tentang desanya sehingga Amelia sangat tertarik untuk pergi kesana. Ditambah lagi dengan foto-foto alam didalam album foto Facebook Ambar, semakin membuat Amelia penasaran dan kagum. Kekagumannya membuat ia berkhayal seakan dirinnya sedang berada di alam bersama Ambar.

Suatu hari, Ambar bertanya tentang nama kakek Amelia. Tidak disangka, ternyata mereka berdua bersaudara. Amelia sangat senang. Impiannya untuk pergi kedesa tinggal dipelupuk mata setelah pamannya dari desa menelepon Amelia. Meskipun Ibunya sempat tidak setuju Amelia pergi berlibur ke desa, tapi akhirnya Amelia diizinkan untuk berlibur ke desa dimana tempat kakek dan nenek dari ayahnya tinggal bersama Ambar sepupunya. Hutan yang ada di album foto Ambar terus membayangi Amelia. Kupu-kupu biru yang terbang dibayangannya menjadi tujuan utama Amelia. Amelia berseru senang ketika melihat bukit hutan tersebut didalam mobil. Ia berkata pada paman dan bibinya bahwa ia ingin pergi ke hutan tersebut. Namun pamannya melarang, karena tempat itu berbahaya.

Sesampainya di rumah kakek dan neneknya, Amelia disambut hangat. Ini pertama kalinya ia berkunjung ke rumah keluarga besar ayahnya dan sekaligus merupakan pengalaman pertama Amelia merasakan hidup di desa yang sangat berbeda di Jakarta. Selain itu, Amelia bisa bertemu dengan Ambar bukan hanya di jejaring


(54)

43 sosial. Kini Ambar menjadi nyata dihadapannya. Mereka berdua lalu bercerita dan tidak lupa Amelia menanyakan tentang hutan itu. Hutan yang ada di foto Ambar dan sering diceritakan oleh Ambar. Ambar langsung murung. Ia akhirnya mengaku tidak pernah pergi ke hutan tersebut. Mendengar perkataan Ambar, Amelia menjadi kecewa. Ia akhirnya nekat pergi sendiri ke hutan tersebut di keesokan harinya.

Dengan bermodalkan tas dan kupluk serta sweater merah, pagi itu Amelia pergi ke hutan yang katanya terdapat mitos tentang Mbah Gondrong sang makhluk setengah setan dan setengan manusia. Rasa penasaran Amelia tidaklah sebanding dengan mitos tersebut. Amelia tetap ingin pergi ke hutan. Ditengah jalan, ia bertemu dengan anak laki-laki si pengembala kambing yang bernama Kuncung. Mereka bernyanyi dan menari bersama di tengah hutan yang hijau. Setelah sedikit berbincang-bincang, Kuncung melarang Amelia untuk pergi ke hutan itu. Amelia tidak peduli dengan perkataan Kuncung. Akhirnya Amelia mengajak Kuncung untuk ikut dengannya. Belum jauh kaki mereka melangkah, akhirnya ada seekor kupu-kupu biru terhabang dan hinggap di batang pohon. Amelia dan Kuncung jalan mengendap-ngendap untuk menangkap kupu-kupu tersebut. Namun, sebelum usaha mereka berhasil, tiba-tiba ada suara dibalik semak-semak yang mengagetkan mereka berdua. Kuncung langsung mengira bahwa itu adalah Mbah Gondrong. Kuncung berlari secepatnya diikuti Amelia yang juga ikut kaget.

Ditengah perjalanan, Amelia dan Kuncung bertemu dengan Ambar dan Hendra. Diam-diam, mereka berdua mengikuti Amelia. Katanya khawatir dengan Amelia. Tidak lama kemudian, Pandu muncul dengan mengenakan topi daun. Ternyata suara yang berasal dari dekat semak-semak itu bukan lah suara Mbah Gondrong, melainkan suara Pandu yang juga khawatir terhadap Amelia. Dengan demikian, mereka berlima akhirnya memberanikan diri berjalan menuju hutan yang Amelia cari. Namun, mereka masuk terlalu jauh ke hutan dan tersesat. Amelia menyesal telah memaksakan diri untuk pergi. Mereka saling menyalahkan satu sama lain. Namun akhirnya mereka sadar dan saling bercerita dibawah sinar bulan dan dibalik pepohonan. Amelia mengakui kalau ia begitu merindukan ibunya. Begitu


(55)

44 juga yang lainnya. Amelia lalu menyanyikan lagu yang berjudul Ambilkan Bulan dibawah sinar bulan yang terang pada malam itu. Setelah selesai bernyanyi, mereka bergegas pergi mencari jalan pulang. Sebelum mereka sempat pergi, tercium wangi ayam bakar yang begitu menggoda. Karena penasaran, diikuti lah wangi ayam bakar tersebut hingga akhirnya mereka kaget ketika melihat seseorang yang sedang membakar ayamnya. Ternyata dia adalah Mbah Gondrong. Cepat-cepat mereka berlari, namun Kuncung masih saja diam dan kaget lalu berusaha berlari. Mbah Gondrong sempat menangkap sosok Kuncung.

Amelia terus berlari diikuti Ambar, Hendra, dan Pandu. Saat berhenti, mereka tersadar bahwa Kuncung tidak bersama mereka. Akhirnya mereka berempat memutuskan kembali ke tempat tinggal Mbah Gondrong. Sambil mengendap-ngendap, mereka berusaha mencari Kuncung. Akan tetapi Mbah Gondrong sudah datang kembali ke rumahnya. Amelia, Pandu, Ambar, dan Hendra segera bersembunyi. Pada saat itu, Amelia bersembunyi diatas atap. Mbah Gondrong lalu membaringkan Kuncung yang tidak sadarkan diri sedangkan Amelia terus mengintip dibalik celah atap rumah Mbah Gondrong dengan badan bergetar karena ketakutan.

Saat Mbah Gondrong pergi keluar. Amelia dan yang lainnya langsung menghampiri Kuncung. Mereka berusaha mencari jalan keluar untuk pulang. Amelia teringat sesuatu, ia langsung menelepon mamanya dengan menggunakan ponselnya. Belum lama berbicara, telepon terputus. Amelia memberikan ponselnya kepada Ambar untuk menelepon papanya. Sayangnya, baterainya sudah habis sehingga hanya bisa berbicara sebentar. Ambar putus Asa. Amelia masih mencari jalan keluar dan mencoba menyemangati Ambar. Tidak lama kemudian Mbah Gondrong kembali. Mereka terkejut dengan kedatangan Mbah Gondrong. Mbah Gondrong mencoba mengajak mereka berbicara sehingga kelima nak tersebut dapat menyimpulkan bahwa Mbah Gondrong adalah orang baik. Ia memberikan nasehat agar ke lima anak itu untuk pulang esok hari saja karena hari sudah gelap. Akhirnya, Amelia dan kawan-kawan menurut.


(56)

45 Keesokan paginya, Amelia dikejutkan oleh pemandangan yang terhampar dihadapannya. Begitu indah percis seperti lukisan ayahnya yang menempel di dinding apartemen kamarnya. Kupu-kupu biru terbang menari dengan indah bersama teman-teman Amelia. Amelia sungguh kagum dan senang. Mbah Gondrong pun ikut senang dibalik kesedihannya yang ditinggal oleh orang-orang yang ia sayangi. Mbah Gondrong bercerita kepada Amelia bahwa ia sering meninggalkan orang-orang yang ia sayangi. Setelah orang-orang tersebut hilang, Mbah Gondrong menyesal. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk hidup sendiri, karena ia merasa tidak ada lagi orang yang membutuhkannya. Namun Amelia berbagi pelajaran kepada Mbah Gondrong bahwa saat Amelia belum pergi ke desa, ia merasa tidak butuh teman. Saat ia bertemu dengan Ambar dan yang lainnya, Amelia sadar bahwa ia membutuhkan teman. Ia sekaligus memberikan saran kepada Mbah Gondrong untuk memberanikan diri keluar rumah dan bersosialisasi dengan orang lain agar tidak merasa sendiri lagi.

Diperjalanan pulang, tidak sengaja Amelia dan kawan-kawan serta Mbah Gondrong melihat ada sekelompok penebang kayu liar. Saat akan menghindar, salah satu dari mereka melihat Mbah Gondrong dan ke lima anak-anak tersebut berlari perlahan menjauh dari lokasi penebangan. Para penebang kayu liar itu marah dan salah satu dari mereka bernama Pak Selo segera melapor ke Pak Lurah yaitu Kakek Amelia bahwa ia menemukan kedua cucu Pak Lurah yang juga Kakek Amelia bersama Mbah Gondrong. Pak Selo melakukan ini agar aksi kejahatannya tidak diketahui oleh orang lain dan supaya Mbah Gondrong menjadi tersangka penculikan ke lima anak hilang tersebut. Kakek Amelia segera mengerahakan polisi untuk pergi ke lokasi dimana Amelia berada. Sampai pada akhirnya Amelia dan kawan-kawan ditemukan. Mbah Gondrong berlari untuk bersembunyi agar tidak menjadi tersangka. Pada saat itu Amelia melihat sosok ibunya yang cemas. Ia segera memeluk ibunya dan saling meminta maaf. Ratna menangis dan memastikan Amelia tidak apa-apa. Saat kembali bersekolah, Amelia dijemput oleh ibunya. Ia kaget karena tidak biasanya ibunya dapat menjemput ia ke sekolah. Semenjak kejadian di desa, ibunya jadi lebih perhatian dan dapat meluangkan waktunya untuk Amelia.


(57)

46 III.2 Pemaparan Poster Film Ambilkan Bulan

Gambar III.2 Pemaparan Poster Film Ambilkan Bulan Sumber:

http://imagin3film.files.wordpress.com/2012/07/tumblr_m67xwx2wbu1rnfbono1_1280.jp g (21 April 2013)

 Tipografi

Gambar III.3 Huruf Judul Poster Film Ambilkan Bulan

Huruf pada judul film Ambilkan Bulan termasuk kedalam jenis huruf hiasan (decorative). Bentuknya meliuk-liuk pada huruf mewakili kesan alam seperti pada filmnya yang menceritakan tentang sebuah petualangan di suatu desa di pegunungan. Pada huruf tersebut, terdapat ilustrasi berupa outline kupu-kupu yang seakan hendak hinggap pada huruf tersebut. Selain itu, titik pada huruf


(58)

47

“i” diganti dengan ilustrasi not balok yaitu salah satu unsur visual musik yang dapat membangun genre musikal di dalam poter film.

 Ilustrasi

Ilustrasi pada poster film musikal Ambilkan Bulan menggunakan teknik fotografi dan gambar 3 dimensi. Teknik fotografi terdapat pada ilustrasi tokoh dan foreground, sedangkan pada kupu-kupu menggunakan teknik gambar 3 dimensi.

Gambar III.4 Ilustrasi Tokoh pada Poster Film Ambilkan Bulan

Tokoh utama pada poster film tersebut mengenakan pakaian berwarna merah serta topi kupluk berwarna merah muda, dan celana jeans. Pakaian tersebut bukan merupakan pakaian yang ada fimnya saat Amelia pergi ke hutan. Pada tokoh perempuan pendukung mengenakan pakaian dress berwarna kuning, namun pakaian ini tidak ada di dalam sebuah adegan filmnya. Sedangkan tokoh pria pendukung mengenakan pakaian hangat berupa sweater dan kemeja kotak-kotak seperti yang terdapat pada filmnya.


(59)

48

Gambar III.5 Ilustrasi gerak tokoh utama sedang menari

Gerakan yang dilakukan oleh tokoh utama (Amelia) pada poster film Ambilkan Bulan adalah gerakan menari yaitu suatu gerakan yang mengiri sebuah lagu. Meskipun didalam filmnya Amelia menari, namun gerakan yang ada didalam posternya bukanlah suatu gerakan tarian yang terdapat didalam filmnya. Gerkan tarian ini lebih mengacu kepada suatu gerakan tarian ekspresi senang.

Gambar III.6 Ekspresi Senang

Ekspresi para tokoh yang terdapat pada poster film musikal Ambilkan Bulan menunjukkan suatu ekspresi gembira karena senyum dan tawa yang terlihat pada wajah mereka menunjukkan suasana kebahagiaan.


(60)

49 Gambar III.7 Ilustrasi Kupu-kupu

Sekumpulan gambar yang bergerombol keatas tersebut merupakan ilustrasi kupu-kupu berwarna biru yang sedang terbang ke atas. Namun didalam film Ambilkan Bulan kupu-kupu tersebut tidaklah sebanyak yang terdapat dalam poster filmnya.

Gambar III.8 Background Ilustrasi Pedesaan

Background ilustrasi pedesaan tersebut merupakan ilustrasi yang terdapat pada adegan film Ambilkan Bulan yaitu rumah Kakek Amelia yang berada di pedesaan belakang gunung Lawu. Ini meupakan salah satu bagian fantasi dari film musikal Ambilkan Bulan karena didalam dunia nyata tidak ada sebuah desa yang dapat melayang di udara.


(61)

50 Gambar III.9 Background Ilustrasi Perkotaan

Gedung-gedung tinggi merupakan ilustrasi dari perkotaan. Pada gambar diatas merupakan representasi dari perkotaan. Ilustrasi ini terdapat pada adegan dalam film Ambilkan Bulan yang juga merupakan bagian dari pada fantasi karena tidak ada tempat atau kota yang dapat melayang-layang di udara. Namun didalam poster film Ambilkan Bulan, gambar tersebut terlihat samar.

Gambar III.10 Background Ilustrasi Langit

Warna biru hijau (blue green) yang terdapat pada background poster film Ambilkan Bulan merupakan representasi dari langit. Didalam filmnya, warna biru hijau tersebut berwarna biru tua yang menggambarkan langit pada malam hari dimana bulan muncul diantara kegelapan malam. Bila dilihat dari kecerahan warna nya, warna biru hijau (blue green) yang terdapat pada poster film musikal Ambilkan Bulan menggambarkan susana pada malam hari karena warna birunya cukup gelap dan tidak terang seperti warna biru langit pada siang hari.


(62)

51 Gambar III.11 Background Ilustrasi Awan

Warna putih yang terdapat pada background merupakan representasi dari awan, karena bentuknya menggumpal-gumpal. Selain itu, ilustrasi tersebut terdapat pada adegan filmnya dimana awan-awan tersebut berada di bawah diantara ilustrasi pedesaan dan perkotaan yang melayang-layang di udara.

Gambar III.12 Background Ilustrasi Rumput

Warna hijau yang terdapat pada gambar diatas merupakan ilustrasi dari rumput yang menjadi foreground pada poster. Didalam film Ambilkan Bulan, rumput tersebut berwarna kekuning-kuningan namun didalam poster terlihat segar karena berwarna hijau.

 Warna

Warna pada poster film Ambilkan Bulan didominasi oleh warna biru. Warna pada background adalah warna biru hijau gradasi ke warna putih. Sedangkan pada foreground berwarna hijau sebgaimana warna alam yaitu warna tumbuhan pada umumnya.


(63)

52 Warna biru dan hijau merupakan golongan warna dingin. Dari warna tersebut image yang terbangun adalah pegunungan yang sejuk, dingin, dan tenang seperti tema cerita filmnya yaitu berlibur ke pedesaan di pegunungan. Warna merah pada pakaian tokoh utama menjadi kekuatan atau sebagai pusat perhatian disamping warna kuning pada baju yang dikenakan tokoh pendukung yang juga terlihat kontras. Warna kuning kecokelatan bergradasi ke warna putih yang terdapat pada huruf pada judul poster film musikal Ambilkan Bulan, terlihat seperti kilauan emas. Psikologis warna kuning sendiri adalah suatu keoptimisan atau harapan. Namun, bila dihubungkan dengan sinar bulan pada malam hari, bisa saja warna tersebut interpretasi dari cahaya bulan, sehingga tidak menampilkan ilustrasi bulan didalam poster filmnya.

 Tata Letak

Gambar III.14 Tata letak pada poster film Ambilkan Bulan

Gambar diatas merupakan gambar tata letak pada poster film musikal Ambilkan Bulan.


(64)

53 Gambar III.17 Sequence pada Poster Film Ambilkan Bulan

Sequence atau arah baca pada psoter film Ambilkan Bulan adalah membentuk huruf “I” karena dibaca lurus dari atas kebawah secara langsung.

Gambar III.18 Emphasis pada Poster Film Ambilkan Bulan

Emphasis atau penekanan dalam poster film Ambilkan Bulan terdapat pada ilustrasi tokoh yang mengenakan pakaian warna merah dan kuning, sehingga warnannya terlihat begitu kontras. Penekanan lainnya ada pada huruf judul, dimana warnanya yang seperti kilauan berwarna kuning kecoklatan dengan gradasi putih serta dengan background biru yang membuat huruf tersebut terlihat kontras.


(65)

54 Gambar III.19 Balance pada Poster Film Ambilkan Bulan

Balance atau keseimbangan pada poster film musikal Ambilkan Bulan menggunakan keseimbangan simetris satu sumbu.

Gambar III.20 Unity pada Poster Film Ambilkan Bulan

Unity atau kesatuan pada poster film tersebut dapat dilihat dari warna pada huruf judul menggunakan warna kuning kecoklatan yang diambil dari warna baju yang dikenakan oleh tokoh pendukung sehingga warnanya terlihat harmonis. Gelap terang pada warna ilustrasi kupu-kupu yang hampir sama dengan warna pada background yaitu biru tidak membuat ilustrasi tersebut menjadi samar atau tidak kontras. Huruf pada judul poster film Ambilkan Bulan yang meliuk-liuk, mewakili nuansa alam seperti pada tema filmnya yaitu tentang berlibur ke sebuah desa dipegunungan dan seperti pada poster


(66)

55 filmnya yang terdapat visual rumput dan pepohonan. Pada poster tersebut terdapat warna-warna cerah yang menggambarkan kebahagiaan. Secara keseluruhan poster film Ambilkan Bulan bercerita tentang musik, fantasi dan menggambarkan nuansa alam serta suasana bahagia. Selain itu, terdapat body copy berupa informasi mengenai 10 judul lagu anak-anak karangan AT Mahmud yang menunjukkan bahwa target audience pada poster film Ambilkan Bulan adalah untuk kalangan anak-anak.


(67)

56 BAB IV

ANALISIS WACANA POSTER FILM MUSIKAL INDONESIA

IV.1 Analisis Poster Film Musikal Ambilkan Bulan berdasarkan Anatomi Poster Film

Gambar IV.1 Anatomi poster film musikal Ambilkan Bulan

1. Mizan Production dan Falcon Pictures merupakan credit title dari nama rumah produksi film Ambilkan Bulan.

2. Merupakan credit title yang memberikan informasi nama tokoh atau pemeran inti pada film Ambilkan Bulan yaitu Lana Niti Baskara, Astri Nurdin, Agus Kuncoro, Landung Simatupang, dan Marwoto.

3. Subheadline dari poster film Ambilkan Bulan yaitu Film Fantasi Musikal yang menjelaskan bahwa film tersebut merupakan sebuah film genre musikal dengan subgenre fantasi musikal.

4. Warna biru hijau (blue green) pada background merupakan representasi langit pada malam hari karena terdapat banyak titik-titik berwarna putih pada background berwarna biru tersebut seperti cahaya bintang di malam hari.


(1)

75 6. Background Ilustrasi Pedesaan

Ilustrasi representasi dari pedesaan pada poster film musikal Ambilkan Bulan merupakan ilustrasi yang terdapat pada adegan filmnya. Ilustrasi tersebut merupakan bagian yang menunjukkan kesan fantasi didalam film maupun didalam poster filmnya. Namun, karena didalam background ilustrasi pedesaan tersebut yang terlihat lebih dominan pepohonan dan hanya terdapat satu rumah saja sehingga masyarakat rata-rata menyatakan bahwa ilustrasi tersebut merupakan hutan. Sehingga tidak sesuai dari maksud sebenarnya.

7. Background Ilustrasi Perkotaan

Ilustrasi representasi dari perkotaan pada poster film musikal Ambilkan Bulan merupakan ilustrasi yang terdapat pada adegan film musikal Ambilkan Bulan dan merupakan bagian yang menunjukkan kesan fantasi didalam film maupun poster filmnya. Karena ilustrasinya terlalu samar, sehingga rata-rata masyarakat kesulitan menangkap informasi dari ilsutrasi tersebut dan juga tidak tahu gambaran dari ilustrasi tersebut.

8. Background Ilustrasi Langit

Warna biru hijau (blue green) pada background merupakan representasi langit pada malam hari karena terdapat titik-titik berwarna putih seperti cahaya bintang di malam hari. Namun, rata-rata persepsi masyarakat terhadap background tersebut adalah sebagai langit pada siang hari, sehingga tidak sesuai dari maksud sebenarnya.

9. Background Ilustrasi Awan

Warna putih yang terdapat pada background poster film Ambilkan Bulan merupakan representasi dari awan, karena pada background tersbut seperti awan yang terdapat pada filmnya. Namun, rata-rata masyarakat menyatakan bahwa ilustrasi background berwarna putih tersebut sebagai awan dan kabut. Bila ilustrasi tersebut merupakan representasi dari awan, jarak awan tidak akan sampai ke permukaan tanah, sedangkan kabut tidaklah menggumpal


(2)

76 seperti awan. Berarti objek wacana pada ilustrasi tersebut sudah tersampaikan namun memunculkan dua persepsi yang berbeda.

10.Foreground Rumput

Ilustrasi pada foreground yaitu merupakan ilustrasi foto. Ilustrasi ini merupakan representasi dari rumput. Rata-rata masyarakat menyatakan bahwa ilustrasi tersebut adalah ilustrasi rumput, sehingga objek wacananya sudah sesuai dari maksud sebenarnya.

11.Latar Tempat

Latar Tempat pada poster film musikal Ambilkan Bulan yaitu di pegunungan dimana didalam filmnya Amelia (pemeran utama) sedang berlibur ke Gunung Lawu yaitu tempat kakek dan neneknya tinggal. Namun karena pakaian yang dipakai oleh tokoh yang terdapat pada poster filmnya tidak mengenakan pakaian yang biasa dipakai ke pegunungan seperti jaket untuk menghangatkan badan, sehingga latar tempat pada poster film musikal Ambilkan Bulan lebih dominan terlihat seperti di taman, sehingga tidak sesuai dari maksud sebenernya.

12.Kesan Warna

Warna biru, putih dan hijau yang terdapat pada poster film musikal Ambilkan Bulan memberikan kesan dingin dan sejuk seperti di pegunungan. Rata-rata masyarakat menyatakan bahwa kesan warna pada poster film tersebut adalah sejuk yang merupakan sinonim dari kata dingin. Berarti objek wacananya sudah sesuai dari maksud sebenarnya.

Dari 12 objek wacana pada poster film musikal Ambilkan Bulan, terdapat 7 objek wacana yang ditangkap oleh masyarakat namun tidak sesuai dari maksud sebenarnya. Tujuh objek wacana tersebut adalah sebagai berikut:

1. Huruf pada judul yang merupakan representasi dari akar yaitu mewakili kesan alam dipersepsikan oleh masyarakat sebagai angin.


(3)

77 2. Ilustrasi gerakan sedang menari pada tokoh utama yang dipersepsikan

masyarakat sebagai ekspresi kegembiraan.

3. Masyarakat menangkap objek wacana pada ilustrasi background representasi dari pedesaan sebagai hutan bukan pedesaan.

4. Ilustrasi background representasi dari perkotaan yang gambarnya terlalu samar tidak terlihat jelas sehingga masyarakat kebanyakan tidak dapat menangkap informasinya.

5. Pada background ilustrasi langit pada malam hari yang berwarna biru hijau (blue green) rata-rata dianggap masyarakat sebagai langit pada siang hari. 6. Background ilustrasi awan memunculkan dua persepsi yang berbeda yaitu

sebagai awan dan kabut oleh masyarakat.

7. Latar tempat dalam poster film Ambilkan Bulan dipersepsikan sebagai taman bukan pegunungan.

Dengan demikian, gambar yang terlalu samar mengakibatkan objek tidak terlihat jelas sehingga terjadi kesalahpahaman komunikasi pada masyarakat yang melihat poster filmnya sehingga masyarakat tidak dapat menangkap maksud yang sebenearnya dari objek tersebut. Kontrasnya suatu gambar menjadi hal penting seperti halnya yang terdapat pada ilustrasi background representasi dari perkotaan yang terlihat samar sehingga masyarakat tidak dapat mengetahui gambar tersbut.

Not balok dengan ukuran yang kecil atau tidak nampak dominan didalam huruf judul film Ambilkan, sehingga masyarakat cenderung tidak menyadari not balok tersebut. Padahal, not balok merupakan salah satu dari unsur visual musik yang dapat membangun genre musikal didalam poster filmnya. Dalam benak masyarakat, ilustrasi tokoh utama yang sedang menari cenderung dipersepsikan sebagai suatu ekspresi gembira, karena gerakan tarian yang dilakukan oleh tokoh utama tidak terlalu tampak jelas sehingga yang terlihat menonjol adalah gerakan ekspresi bahagia.

Berdasarkan hasil temuan dalam tabel analisis wacana, persepsi masyarakat terhadap muatan komunikasi pada poster film musikal Ambilkan Bulan


(4)

78 membentuk satu kesatuan informasi yang saling berkaitan antara objek wacana yang satu dengan yang lainnya. Masyarakat cenderung berspersepsi bahwa poster film Ambilkan Bulan merupakan poster film yang menggambarkan suatu cerita tentang pegunungan, anak-anak, keceriaan atau kebahagiaan. Seperti halnya didalam cerita filmnya yaitu tentang seorang anak yang pergi berlibur ke pedesaan tepatnya di pegunungan. Namun, karena terdapat beberapa objek wacana yang tidak bisa ditangkap dengan baik, sehingga informasi lain didalam poster filmnya menjadi tidak utuh seperti background ilustrasi dari pedesaan dan perkotaan. Ilustrasi tersebut memberikan informasi tentang suatu tempat yang berbeda dimana didalam filmnya objek tersebut merupakan bagian dari cerita tentang gadis cilik dari kota yang berlibur ke desa. Jadi, dalam poster film musikal Ambilkan Bulan lebih menggambarkan inti cerita filmnya ketimbang genre filmnya yaitu musikal.


(5)

79 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Penelitian ini sifatnya masih mendasar yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan dan jadi penelitian awal dalam membentuk penelitian selanjutnya. Dari hasil penelitian yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa poster film musikal yang tidak menampilkan unsur visual musik, lebih menampilkan isi cerita film didalam poster filmnya. Kemudian, poster film musikal yang tidak dominan menampilkan unsur visual musik, dapat membentuk persepsi lain terhadap masyarakat yang melihat poster film tersebut sebagai poster film dengan genre bukan musikal. Ilustrasi gerakan tarian yang tidak terlalu tampak jelas, tidak cukup membantu untuk membangun kesan musikal didalam poster filmnya, sehingga masyarakat cenderung melihat gerakan tersebut lebih kearah ekspresinya saja dari pada tariannya.

Penggunaan visual not balok yang terlalu kecil pada huruf menjadi tidak cukup membantu untuk mebangun kesan musikal didalam poster filmnya. Ukuran yang kecil tersebut terkadang luput dari penglihatan masyarakat sehingga mereka tidak menyadarinya. Selain itu, warna sangat membantu untuk membangun suasana didalam poster film musikal berdasarkan jenis musik yang terdapat pada filmnya. Gambar yang terlalu samar mengakibatkan gambar tidak terlihat jelas sehingga terjadi kesalahpahaman komunikasi yang mengakibatkan gambar didalam poster tidak sesuai dari maksud sebenarnya.

V.2 Saran

Saran untuk akademisi, penelitian ini dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya mengenai poster film musikal. Untuk desainer grafis, dalam merancang poster film musikal tidak harus memasukkan unsur visual musik kedalam poster film musikal, namun bagaimana poster tersebut dapat menggambarkan atau mewakili isi dari cerita filmnya. Hal lain yang dapat membangun genre musikal didalam poster film adalah memasukkan unsur visual musik kedalam poster film seperti


(6)

80 ilustrasi alat musik, ilustrasi tokoh dengan gerakan tarian, atau memasukkan not balok yang dapat mewakili atau menyesuaikan dengan tema cerita filmnnya, karena poster film merpakan gambaran dari filmnya.

Selain ilustrasi, warna merupakan elemen visual yang juga sangat penting untuk membantu membangun susasana didalam poster film musikal, sehingga poster film dapat terlihat lebih menarik. Seperti menggunakan warna-warana gelap pada poster film musikal yang dalam filmnya terdapat jenis musik keras seperti rock, metal, underground, dan lain sebagainya. Selain warna gelap, dapat juga menggunakan warna-warna cerah untuk poster film musikal dengan jenis lagu anak-anak atau lagu-lagu yang bertema kegembiraan. Pada intinya, warna pada poster film musikal dapat disesuaikan dengan jenis musik yang terdapat pada filmnya.

Tipografi merupakan salah satu elemen visual. Huruf pada judul poster film, dapat membantu membangun kesan musikal didalam poster film. Misalnya, memasukkan karakteristik visual musik pada huruf judul poster film tersbut. Akan tetapi, keterbacaannya harus tetap diperhatikan agar huruf tersebut tetap terbaca.

Tata letak didalam poster penting untuk diperhatikan, seperti halnya arah baca (sequence) yang mengiringi masyarakat ketika akan membaca poster film musikal. Didalam tata letak terdapat penekanan (emphasis), dimana penekanan tersebut menjadi perhatian utama masyarakat ketika pertama kali melihat poster film tersebut. Usahakan perhatian utama mengarah kepada visual yang mewakili kesan musikal didalam poster filmnya. Kemudian, kontrasnya suatu gambar menjadi hal penting agar tidak terjadi kesalahpahaman komunikasi antara muatan komunikasi yang terdapat pada media poster kepada komunikan. Kesatuan (unity) dari keseluruhan elemen visual didalam poster film musikal harus harmonis, sehingga poster filmnya menjadi satu kesatuan yang menarik dan pesan atau informasi didalam poster film tersebut dapat tersampaikan dengan baik.