Pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama Soreang)

(1)

(2)

(3)

(4)

87


(5)

(6)

PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN

PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang)

THE EFFECT OF SELF ASSESSMENT SYSTEM AND TAX

AUDITS TO TAX REVENUES

(

Case Study On Tax Office Pratama Soreang

)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada

Mata Kuliah Skripsi Jenjang Sarjana (S1)

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oleh :

RUTH FANIA GINTING

21112146

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2016


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus telah

melimpahkan rahmat sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi

dengan judul:

Pengaruh

Self Assessment System

dan Pemeriksaan Pajak

terhadap Penerimaan Pajak

yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

menempuh jenjang Strata 1 di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan laporan ini masih

banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan

pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran akan

senantiasa diterima penulis sebagai masukan yang berarti. Sehingga dalam

penulisan karya tulis lainnya penulis dapat menyusun dengan lebih baik.

Dalam kesempatan ini, penulis menyadari dalam menyelesaikan laporan ini

tidak lepas dari peran pembimbing dan bantuan dari banyak pihak. Dengan segala

kerendahan hati yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto

selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

2.

Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra,SE.,M.Si selaku Wakil Rektor Universitas

Komputer Indonesia.

3.

Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec.Lic selaku Dekan Fakultas Ekonomi.

4.

Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE.,M.Ak.,CA selaku Ketua Program studi Akuntansi.


(8)

vii

5.

Lilis Puspitawati, SE., M.Si., Ak., CA selaku dosen pembimbing yang telah

banyak mengeluarkan waktu untuk membimbing dalam penyusunan Skripsi

ini.

6.

Dr. Ony Widilestariningtyas, SE.,M.Si.,Ak

yang telah memberikan waktu

untuk memotivasi dalam penyusunan Skripsi ini.

7.

Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi khususnya Akuntansi terima kasih untuk

pengabdian serta ilmu yang telah diberikan kepada penulis, semoga ilmu yang

di ajarkan bisa bermanfaat untuk kehidupan penulis dan lingkungan sekitar

penulis.

8.

Teh Seni dan Teh Dona, selaku Sekretariat Program Studi Akuntansi Fakultas

Ekonomi.

9.

Orangtua dan Keluarga Tercinta papah, mamah, nenek, kakek dan juga

adik-adikku yang senantiasa memberikan dukungan moral, material dan spritual

dalam menyelesaikan Skripsi ini.

10.

Sahabat-sahabatku (Maduma, Kartika, Giandini, Marisa, Maria, Kartika) yang

senantiasa mendukung, mendoakan dan menemani dalam proses penyusunan

Skripsi.

11.

Teman seperjuangan AK 4, terima kasih untuk doa, dukungan dan perhatian

nya selama ini.

12.

Teman-teman Fakultas Ekonomi dan Spesialisasi Pajak angkatan 2012 terima

kasih atas masukan, diskusi dan bantuan dalam menyelesaikan usulan

penelitian ini, serta teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu

yang juga telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.


(9)

viii

Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi semua

pihak yang membutuhkan khususnya bagi penulis, dan semoga doa, dorongan,

perhatian, dan semangat yang diberikan kepada penulis mendapat balasan pahala

yang berlipat dari Tuhan.

Bandung, Agustus 2016


(10)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...

i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iii

ABSTRACK ...

iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2

Identifikasi Masalah ... 8

1.3

Rumusan Masalah ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.5 Kegunaan Penelitian ... 9

1.5.1 Kegunaan Praktis(kegunaan operasional) ... 9

1.5.2 Kegunaan Akademis(Pengembangan Ilmu) ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN ,HIPOTESIS

2.1

Kajian Pustaka ... 10


(11)

x

2.1.1.1 Pengertian

Self Assessment System

... 10

2.1.1.2 Indikator

Self Assessment System

... 11

2.1.2 Pemeriksaan Pajak

2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak

...

11

2.1.2.2 Tujuan Pemeriksaan Pajak

...

12

2.1.2.3 Indikator Pemeriksaan Pajak

...

13

2.1.3 Penerimaan Pajak

2.1.3.1 Pengertian Penerimaan Pajak ... 13

2.1.3.2 Faktor-faktor penerimaan pajak ... 14

2.2

Kerangka Berpikir

2.2.1 Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak ... 15

2.2.2 Pengaruh

Self Assessment System

terhadap Penerimaan Pajak ... 17

2.3 Hipotesis Penelitian ... 19

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1

Metode Penelitian ... 20

3.2 Operasional Variabel ... 22

3.3 Sumber data dan Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.3.1 Sumber Data ... 24

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.4 Populasi, Sampel dan Tempat serta waktu penelitian ... 25

3.4.1 Populasi ... 25

3.4.2 Sampel ... 26


(12)

xi

3.5 Metode Pengujian Data ... 28

A. Uji Normalitas ... 28

B. Uji Multikolinieritas ... 30

C. Uji Heterosdiksitas ... 30

D. Uji Autokorelasi ... 31

3.6 Rancangan Analisis

1. Rancangan Analisis ... 32

2. Korelasi Pearson ... 35

3. Koefisien Determinasi ... 36

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian ... 38

4.1.1

Hasil Analisis Dekriptif ... 38

4.1.1.1

Analisis Deskriptif

Self Assessment System ...

39

4.1.1.2

Analisis Deskriptif Pemeriksaan Pajak ... 44

4.1.1.3

Analisis Deskriptif Penerimaan Pajak ... 48

4.1.2

Hasil Analisis Verifikatif ... 52

4.1.2.1

Uji Asumsi Klasik ... 53

4.1.2.2

Regresi Linier Berganda ... 58

4.1.2.3

Analisis Korelasi ... 60

4.1.2.4

Analisis Koefisien Determinasi ... 62

4.2

Pembahasan ... 64

4.2.1

Pengaruh

Self Assessment System

terhadap Penerimaan Pajak ... 64


(13)

xii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN ... 74


(14)

71

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman. 2010. “

Strategi Menghadapi Pemeriksaan Pajak: Upaya Legal

Dalam Kerangka Sistem Administrasi Perpajakan

”. Jurnal Ilmu

Administrasi, Vol VII, No 1.

Agusti, Asri Fika dan Vinola Herawaty.2009. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib

Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak yang Dimoderasi oleh

Pemeriksaan Pajak Pada KPP Pratama. Simposium Nasional Akuntansi

(SNA)- XII Palembang.

Anastasia Diana & Lilis Setiawati.

“Perpajakan

-

Teori dan Peraturan Terkini”

.

ANDI. Yogyakarta.

Direktorat Jenderal pajak, Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang

Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang

Ketentuan Umum dan tata Cara Perpajakan.

Direktorat Jenderal pajak, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang

Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang

Ketentuan Umum dan tata Cara Perpajakan.

Djuanda, Gustian dan Irwansyah Lubis. (2001).

Pelaporan Pajak Penghasilan

.

Edisi 1 PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Dr. Prasetijono Widjojo MJ, Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas.

Genessa Dandy Dharmawan 2014.

Pengaruh Self Assessment System dan

Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak

.

Gunadi. (2005). Fungsi Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Kepatuhan Wajib

Pajak (Tax Compliance). Jurnal Perpajakan Indonesia. Vol.4 no.5,p4-9.

Hutagaol,John(2007).

Perpajakan Isu-isu Kontemporer

.Salemba Empat. Jakarta.

Husein, Umar. 2011. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi 11.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ida Ayu Ivon Trisnayanti dan I Ketut Jati. 2015.

Pengaruh Self Assessment System,

Pemeriksaan Pajak, Dan Penagihan Pajak Pada Penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai (Ppn)

. ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas

Udayana 13.1 (2015): 292-310.

Irwansyah Lubis. 2010. Menggali Potensi Pajak Perusahaan dan Bisnis dengan

Pelaksanaan Hukum. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.


(15)

72

Jarunee Wonglimpiyarat (2010).

Economic Innovation Challenges of Financial and

Tax Auditing

.

Mardiasmo.(2003).

Perpajakan-Edisi Revisi

. Peneribit Andi. Yogyakarta.

Mardiasmo.(2011).

Perpajaka

n. Peneribit Andi. Yogyakarta.

Mardiasmo.(2016).

Perpajakan-Edisi Terbaru 2016

. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Marisa Herryanto dan Agus Arianto Toly. 2013

“Pengaruh Kesadaran Wajib

Pajak, Kegiatan Sosialisasi Perpajakan, dan Pemeriksaan Pajak terhadap

Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Surabaya Sawahan”

. Jurnal

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL.1, NO.1.

Martono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis

Data Sekunder, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Mayang, Wijoyanti. 2010. “Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta,

Mampang Prapatan.Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta.

Miftha Anggi Permatasari dan Rika Lidyah.2014.

Pengaruh Self Assessment System

Pada Pengusaha Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan

Nilai Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Barat.

Pangemanan, Rima Naomi . (2013

). Hubungan Jumlah dan Kepatuhan Wajib Pajak

Badan dengan Penerimaan PPh KPP Pratama Manado

. Jurnal EMBA.

Prof. Dr. A. Muri Yusuf. (2014).

Metode Penelitian

. Prenadamedia Group. Jakarta.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17 / PMK.03 / 2013

tentang Tata Cara Pemeriksaan.

Rimsky K. Judisseno,

Perpajakan (Edisi Revisi),

Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2001.

Simanjuntak, Timbul Hamonangan dan Imam Mukhlis.(2012).

Dimensi Ekonomi

Perpajakan Dalam Pembangunan Ekonomi

. Penerbit raih asa sukses. Jakarta.

Singgih Santoso. 2002.

SPSS Versi 11.5

Cetakan Kedua. Gramedia. Jakarta.

Santoso, Singgih. 2007. Statistik Deskriptif: Konsep dan Aplikasi dengan Microsoft

Exel dan SPSS. Yogyakarta: ANDI

Siti Kurnia Rahayu, 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek

Formal.Yogyakarta: Graha Ilmu.


(16)

73

Soemarso S.R, 2010,

Akuntansi : Suatu Pengantar

, Cetakan Keempat, Jakarta :

Salemba Empat

Suandy,Erly. (2002).

Hukum Pajak. Edisi 2

. Salemba Empat. Jakarta.

Sudadyo, Hanung Tri. 2013.

Pengaruh Faktor Self Assessment System terhadap

Penerimaan Pajak Penghasilan

. Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Sugiyono. (2009).

Metode Penelitian Bisnis

. Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. 2010.

Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D

. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. (2011).

Metode Penelitian Pendidikan

. Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. (2015).

Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D

. Alfabeta.

Bandung.

Suryadi. (2006).

Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan

Wajib Pajak Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak

. Jurnal

Keuangan Publik.

Umi Narimawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Penerbit Genesis.

Umi Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan

Aplikasi. Bandung: Agung Media

Yusuf, A Muri. (2014).

Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Penelitian

Gabungan

. Jakarta: Prenadamedia Group.

Waluyo. (2011).

Perpajakan Indonesia Buku I. Edisi 10

. Salemba Empat. Jakarta.

Wirawan B. Ilyas dan Pandu Wicaksono. (2015).

Pemeriksaan Pajak.

Mitra

Wacana Media. Jakarta

Widodo, Widi, 2010

, Moralitas, Budaya dan Kepatuhan Pajak

. Alfabeta. Bandung

Whedy Prasetyo. 2011. Pemeriksaan Pajak dan Perannya Pada Kepatuhan Wajib

Pajak dan Petugas Pajak. JEAM (Volume 10 Nomor 1)

http://m.liputan6.com/bisnis/read/2420499/menggapai-mimpi-penerimaan-pajak

.

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/740720-kurang-bayar-wajib-pajak-2011-2015-capai-rp225-triliun

.

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/740720-kurang-bayar-wajib-pajak-2011-2015-capai-rp225-triliun

.


(17)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN ,HIPOTESIS

2.1

Kajian Pustaka

2.1.1

Self Assessment System

2.1.1.1 Pengertian Self Assessment System

Definisi

Self Assessment System

menurut Waluyo (2011:17) adalah sebagai

berikut:

Self Assessment System

adalah sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang, kepercayaan dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk

menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri

besarnya pajak yang harus dibayar”.

Menurut Irwansyah Lubis (2010:131) mendefinisikan

Self Assesment

System

adalah sebagai berikut :

“Sistem menghitung atau menetapkan besarnya pajak yang terutang bagi

wajib pajak.

Sedangkan menurut Anastasia Diana & Lilis Setiawati (2014:5)

Self

Assessment System

adalah sebagai berikut:

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan,

tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan,

membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar

”.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

Self assessment system

itu

adalah pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab


(18)

11

kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan

melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

2.1.1.2 Indikator Self Assessment System

Kewajiban Wajib Pajak dalam Self Assessment System menurut Siti Kurnia

Rahayu (2010 : 103) salah satunya adalah:

Pelaporan Dilakukan oleh Wajib Pajak dimana Surat Pemberitahuan (SPT)

memiliki fungsi sebagai suatu sarana bagi wajib pajak di dalam melaporkan

dan mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah pajak yang

sebenarnya terutang. Selain itu, surat pemberitahuan berfungsi untuk

melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak, baik yang dilakukan wajib

pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan

yang dilakukan oleh pihak ketiga, melaporkan harta dan kewajiban, dan

pembayaran dari pemotongan atau pemungut tentang pemotongan dan

pemungutan pajak yang telah dilakukan.

Berdasarkan penjelasan diatas yang menjadi indikator

Self Assessment

System

yaitu Surat Pemberitahuan (SPT), dimana SPT merupakan suatu sarana bagi

wajib pajak di dalam melaporkan dan mempertanggung jawabkan perhitungan

jumlah pajak yang sebenarnya terutang.

2.1.2 Pemeriksaan Pajak

2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Definisi pemeriksaan pajak menurut Anastasia Diana & Lilis Setiawati

(2014:57) mengemukakan bahwa :

“Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan untuk

menghimpun dan

mengolah data, keterangan dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif

dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain

dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan

”.


(19)

12

Definisi Pemeriksaan Pajak menurut Mardiasmo (2016:56) mengemukakan

bahwa:

“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data

keterangandan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional

berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka

melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.

Definisi pemeriksaan pajak menurut Dr.John Hutagaol (2007:63)

mengemukakan bahwa:

”Pemeriksaan Pajak merupakan salah satu penegakan hukum (

law

enforcement

) yan

g dilakukan oleh pemerintah”.

Berdasarkan pengertian-pengertian dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan

pajak adalah kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data untuk

menguji kepatuhan pemenuhan penegakan hukum yang dilakukan oleh pmerintah.

2.1.2.2 Tujuan Pemeriksaan

Dalam Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan umum Perpajakan

(KUP) dijelaskan bahwa Direktorat Jendral Pajak berwenang melakukan

pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib

Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakanketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa tujuan Pemeriksaan Pajak itu adalah:

1.

Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

2.

Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.


(20)

13

2.1.2.3 Indikator Pemeriksaan Pajak

Indikator pemeriksaan pajak dalam penelitian ini menggunakan dasar

pemikiran menurut Siti Kurnia Rahayu (2010: 323) adalah sebagai berikut:

“Laporan pemeriksaan pajak merupakan dasar untuk penerbitan suatu

produk hukum perpajakan yaitu Surat Ketetapan Pajak (SKP)”.

Dari hasil pemikiran diatas, indikator untuk pemeriksaan pajak adalah

penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yaitu jumlah Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar (SKPKB) yang diterbitkan.

2.1.3 Penerimaan Pajak

2.1.3.1 Pengertian Penerimaan Pajak

Menurut Suryadi (2006:105) menyatakan penerimaan pajak adalah:

“Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

baik untuk b

elanja rutin maupun pembangunan”

.

Berdasarkan Simanjuntak Timbul dan Mukhlis Iman (2012:30)

“Penerimaan negara dari pajak merupakan salah satu komponen penting

dalam rangka kema

ndirian pembiayaan pembangunan”.

Menurut pendapat Siahaan. (2006 :145) penerimaan pajak adalah sebagai

berikut:

“Penerimaan pajak adalah penghasilan yang diperoleh oleh pemerintah yang

bersumber dari pajak rakyat,baik itu pajak secara menyeluruh ataupun dari

pajak daerah dan dipergunakan untuk pengeluaran pemerintah untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sebagaimana maksud dari tujuan negara yang


(21)

14

disepakati oleh para pendiri awal negara ini yaitu menyejahterakan rakyat,

menciptakan kemakmuran yang berasaskan kepada keadilan sosial”.

Berdasarkan definisi-definisi diatas maka penulis simpulkan bahwa

penerimaan pajak adalah penghasilan yang diperoleh dari pemerintah yang

bersumber dari pajak rakyat melalui instrument kebijakan dan administrasi

perpajakan dengan tujuan menciptakan kemakmuran yang berasaskan kepada

keadilan sosial.

2.1.3.2 Faktor-Faktor Penerimaan Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:27) menyebutkan faktor-faktor

yang mempengaruhi penerimaan pajak adalah :

a.

“Kepastian Peraturan Perundang-Undangan dalam Bidang Perpajakan

Undangundang haruslah jelas, sederhana dan mudah dimengerti, baik oleh

fiskus, maupun oleh pembayar pajak. Timbulnya konflik mengenai

interpretasi atau tafsiran mengenai pemungutan pajak akan berakibat pada

terhambatnya pembayaran pajak itu sendiri. Di sisi lain, pembayar pajak

akan merasa bahwa sistem pemungutan sangat berbelit-belit dan cenderung

merugikan dirinya sebagai pembayar pajak.

b.

Kebijakan pemerintah dalam mengimplementasikan undang

undang

perpajakan merupakan suatu cara atau alat pemerintah di bidang perpajakan

yang memiliki suatu sasaran tertentu atau untuk mencapai suatu tujuan

tertentu di bidang sosial dan ekonomi.

c.

Sistem administrasi perpajakan yang tepat hendaklah merupakan prioritas

tertinggi karena kemampuan pemerintah untuk menjalankan fungsinya

secara efektif bergantung kepada jumlah uang yang dapat diperolehnya

melalui pemungutan pajak.

d.

Kualitas pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah beserta aparat

perpajakan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya optimalisasi

penerimaan pajak.

e.

Kesadaran dan Pemahaman warga Negara Rasa nasionalisme tinggi,

kepedulian kepada bangsa dan Negara, serta tingkat pengetahuan

perpajakan masyarakat yang memadai, maka secara umum akan makin

mudah bagi wajib pajak untuk patuh kepada peraturan perpajakan.

f.

Kualitas petugas pajak sangat menentukan efektifitas undang

undang dan

peraturan perpajakan. Petugas pajak memiliki reputasi yang baik sepanjang


(22)

15

yang menyangkut kecakapan teknis, efisien, dan efektif dalam hal

kecepatan, tepat dan keputusan yang adil”.

2.1.3.3 Indikator Penerimaan Pajak

Menurut Mardiasmo (2003:97) Pajak Negara yang sampai saat ini masih

berlaku adalah:

1.

Pajak Penghasilan(PPh)

2.

Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan atas Barang Mewah (PPN &

PPnBM)

3.

Bea Materai

4.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

5.

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Berdasarkan penjelasan diatas maka yang menjadi indikator dalam

Penerimaaan Pajak adalah Jumlah Realisasi Penerimaan Pajak pada KPP Soreang.

2.2

Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Self assessment system terhadap penerimaan pajak

Menurut Judisseno (2001:178) bahwa mekanisme penerapan

self assesment

system

dapat didukung dengan diterapkannya kewajiban memiliki NPWP bagi

setiap pelamar kerja tanpa memandang jenis pekerjan yang dilakukan dan

sepanjang pekerjaan tersebut adalah legal dan sah menurut hukum. Keadaan ini

secara otomatis akan mendidik dan menumbuhkan kepedulian dan kesadaran

pentingnya membayar pajak, secara otomatis pula penerimaan pajak dari sektor ini

cenderung meningkat secara tajam.


(23)

16

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:101), penerimaan pajak dipengaruhi

oleh sistem pemungutan yang diberlakukan. Indonesia efektif menerapkan

self

assesment system

pada tahun 1984 atas perombakan perundang-undangan

perpajakan tahun 1984. Di dalam

self assesment system

wewenang sepenuhnya

untuk menentukan pajak berada pada wajib pajak.

Hasil penelitian Ida Ayu Ivon Trisnayanti dan I Ketut Jati (2015) didalam

penelitiannya menyatakan bahwa

Self Assessment System

berpengaruh positif atau

ada keterkaitan pada penerimaan PPN di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Badung Utara

.

Selanjutnya penelitian Hanung Tri Sudadyo (2013) Disimpulkan bahwa

variabel Jumlah Wajib Pajak dan variabel Jumlah SSP PPh Pasal 25 berpengaruh

terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan, dengan kata lain

Self Assessment System

berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan.

Begitupula hasil peneilitian Miftha Anggi Permatasari (2014) adanya

pengaruh penerapan

self assessment system

terhadap penerimaan pajak, bahwa

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh

Self Assessment

System

pada Pengusaha Kena Pajak terhadap Pajak Pertambahan Nilai di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Barat, dapat disimpulkan bahwa dari uji

hipotesis T

Self Assessment System

pada pengusaha Kena Pajak berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Palembang Ilir Barat.


(24)

17

2.2.2 Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak

Menurut Wirawan dan Pandu (2015:3) tujuan dari pemeriksaan pajak adalah

untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya,

disisi lain pemeriksaan pajak diharapkan mempunyai pengaruh terhadap

peningkatan penerimaan pajak baik yang berasal dari temuan-temuan pemeriksaan

maupun peningkatan kepatuhan Wajib Pajak.

Sedangkan menurut Widi Widodo (2010 : 67) jika angka kepatuhan pajak

rendah, maka secara otomatis akan berdampak pada rendahnya penerimaan pajak

sehingga menurunkan tingkat penerimaan APBN pula.

Begitu pula dengan pernyataan menurut Whedy Prasetyo (2011) yang

mengungkapkan keterkaitan pemeriksaan pajak dan penerimaan pajak bahwa

Pemeriksaan dilakukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan dalam rangka meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, keberhasilan

pemeriksa pajak untuk meningkatkan penerimaan Negara.

Menurut Marisa Herryanto dan Agus Arianto Toly (2013) menyatakan

dalam hasil penelitiannya bahwa pemeriksaan pajak secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Surabaya

Sawahan.

Gunandi (2005) mengungkapkan bahwa Analisa mengenai jumlah tambahan

penerimaan pajak dari aktivitas pemeriksaan menunjukan hasil yang meningkat

yaitu 8%, 11% dan 13% untuk tahun 2001 sampai 2003, rasio ini diharapkan


(25)

18

merupakan gambaran keberhasilan pemeriksa pajak untuk meningkatkan

penerimaan Negara maupun untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan

GAMBAR 2.1

Kerangka Pemikiran

Judisenno (2001:178)

Siti Kurnia Rahayu (2010:101)

Ida Ayu Ivon Trisnayanti dan I Ketut Jati (2015) Hanung Tri Sudadyo (2013)

Miftha Anggi Permatasari (2014)

Wirawan dan Pandu (2015:3) Widi Widodo (2010 : 67) Whedy Prasetyo (2011)

Marisa Herryanto dan Agus Arianto Toly (2013) Gunandi (2005)

Self Assessment System X1

Waluyo (2011:17)

Irwansyah Lubis (2010:131)

Anastasia Diana & Lilis Setiawati (2014:5)

Siti Kurnia Rahayu (2010:103)

Pemeriksaan Pajak

X2

Anastasia Diana & Lilis Setiawati (2014:57)

Mardiasmo (2016:56)

Dr. John Hutagaol (2007:63)

Siti Kurnia Rahayu (2010:323)

Penerimaan pajak

Y Suryadi (2006:105)

Undang-undang (2001:155)

Siahaan (2006:145) Mardiasmo (2003:97)


(26)

19

2.3

Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Sugiyono (2009:93) merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan penelitian. Berdasarkan pada pokok pikiran yang telah diuraikan

diatas dan teori-teori yang ada, maka penulis suatu hipotesis bahwa: Hipotesis

penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap

masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji

secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka dapat

disajikan 2 hipotesis yang terdiri dari :

H

1

:

Pemeriksaan Pajak Berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak


(27)

Pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Ruth Fania Ginting

21112146

Universitas Komputer Indonesia

ABSTRACT

Tax collection system in Indonesia is the Self Assessment System as a replacement for official assessment system. Attempts to obtain the optimal tax revenue with tax collection system in the Self Assessment System, not just rely on the government, but also needed wise attitude of taxpayers, that is self-awareness and voluntary compliance for the fulfillment of tax obligations. With the implementation of the Self Assessment System that can run well. Nevertheless, the investigation remains to be done, because there are still a lot of txpayer compliance rate is still low after investigation by the norm of certain measurement, that is with the system of selection criteria. Then comes the investigation of the particular taxpayer and the taxpayer compliance rate is still low.

The purpose of this stuy to determine the implementation of the Self Assessment System, Tax Audit and Tax revenue. And how much influence the Self Assessment System and Tax audit of Tax Revenue. The research was conducted at the KPP Soreang, the collection of data is taken from the report, the number of Annual SPT, SKPKB published and the realization

of tax revenue in 2010-2015. The analysis in this

study using multiple linear regression analisisi. After the data is collected, the data were analyzed using the SPSS program 19.0 for windows.

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dilihat dari sudut pandang ekonomi, pajak adalah penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Masyarakat harus menyadari bahwa pajak itu untuk kepentingan bersama dan digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup


(28)

negara serta sumber pembiayaan belanja-belanja yang dikeluarkan oleh pemerintah guna menjalankan roda pemerintahan. Pengertian pajak sendiri adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (Abdul Rahman : 2010). Tujuan utama setiap institusi pemungut pajak adalah tercapainya penerimaan pajak yang optimal, yakni berimbangnya tingkat penerimaan pajak aktual (actual revenue) dengan penerimaan pajak potensial. Dengan kata lain, tidak ada selisih antara penerimaan aktual dengan penerimaan potensial, yang sering disebut dengan tax gap. (Anik Rahmawati, 2010). Penerimaan Negara yang berasal dari pajak merupakan salah satu aspek penting dalam rangka menjamin kelangsungan pembangunan yang berbasis pada kemandirian dalam pembiayaan. ( Erly Suandy,2002:95).

Salah satu sistem pemungutan pajak yang dianut oleh negara Indonesia adalah Self Assessment System dimana Wajib Pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab sepenuhnya untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya yaitu Wajib Pajak harus aktif menghitung, menyetor dan melaporkan besarnya pajak yang terutang kepada Kantor Pelayanan Pajak (Mayang Wijoyanti, 2010).

Motivasi para investor dalam menanamkan modalnya hanya berfokus pada pengembalian modal yang ditanamkan dalam waktu yang relatif singkat dan selanjutnya mendapatkan bagian dari laba yang dihasilkan berdasarkan kinerja perusahaan secara rutin. Tetapi hal tersebut tidak lagi berlaku untuk beberapa waktu terakhir ini dimana dalam menempatkan modalnya, motivasi para investor tidak lagi sekedar pada pengharapan untuk sesegera mungkin mendapatkan pengembalian modalnya, melainkan lebih jauh lagi berharap agar investasi yang ditanamkan dapat menciptakan nilai yang menambah keunggulan perusahaan dibanding pesaingnya sehingga menjamin posisi profitabilitas dan likuiditas perusahaan secara kontinu. (Lilis Puspitawati,2010).

Kemungkinan adanya kecurangan penghitungan pajak sebenarnya sudah diantisipasi dalam (UU) No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah direvisi oleh (UU) No. 16 Tahun 2000, direvisi kembali oleh (UU) No. 28 Tahun 2007 dan terakhir direvisi kembali oleh (UU) No. 16 Tahun 2009 tentang (UU KUP), hal ini dapat kita telusuri dari ketentuan Pasal 12. Pada awalnya Pasal 12 ayat (1) (UU KUP) mengatur bahwa setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang


(29)

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya Surat Ketetapan Pajak. Tetapi bukan berarti Direktorat Jenderal Pajak sama sekali tidak akan menerbitakan Surat Ketetapan Pajak. Dalam penjelasan Pasal 12 ayat (1) (UU KUP) disebutkan bahwa Surat Ketetapan Pajak tetap diterbitkan tetapi hanya terbatas pada Wajib Pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian Surat Pemberitahuan atau karena ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak.

Untuk menjaga agar Wajib Pajak tetap berada dalam koridor peraturan perpajakan, maka diantisipasi dengan melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang memenuhi kriteria untuk diperiksa. Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:245) mengemukakan bahwa :

“Pemeriksaan pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem self assesment yang dilakukan oleh wajib pajak, harus berpegang teguh pada Undang-undang perpajakan”.

Dengan adanya pemeriksaan diharapkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dapat meningkat, sehingga akan berdampak juga pada meningkatnya penerimaan pajak. Pemeriksaan juga merupakan salah satu prosedur untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Pasal 29 ayat (1) (UU KUP) bahwa Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Asri dan Vinola, 2009).

Berdasarkan masalah diatas, maka penulis mengambil judul “Pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Seberapa besar pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak 2. Seberapa besar pengaruh Self Assessment Systemterhadap Penerimaan Pajak

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh Self Assessment Systemterhadap Penerimaan Pajak 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap

Penerimaan Pajak

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis


(30)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memecahkan masalah yang terjadi pada pemeriksaan pajak ataupun penerapan Self Assessment System terhadap penerimaan pajak. Berdasarkan teori yang yang dibangun dan bukti empiris yang yang dihasilkan, maka fenomena pada penerimaan pajak dapat diperbiki dengan melakukan pemeriksaan rutin dan pengawasan terhadap self assessment system.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Hasil penelitian ini sebagai pembuktian kembali dari teori-teori dan hasil penelitian terdahulu dan diharapkan dapat menunjukan bahwa pemeriksaan pajak terhadap sistem self assessment dapat meningkatkan penerimaan pajak, serta untuk pengembangan ilmu terkait dengan pengaruh pemeriksaan pajak dan self assessment system terhadap penerimaan pajak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN ,HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Self Assessment System

2.1.1.1 Pengertian Self Assessment System

Definisi Self Assessment System menurut Waluyo (2011:17) adalah sebagai berikut: “Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar”.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Self assessment system itu adalah pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

2.1.1.2 Indikator Self Assessment System

Yang menjadi indikator Self Assessment System yaitu Surat Pemberitahuan (SPT), dimana SPT merupakan suatu sarana bagi wajib pajak di dalam melaporkan dan mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang.


(31)

2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Definisi Pemeriksaan Pajak menurut Mardiasmo (2016:56) mengemukakan bahwa: “Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data keterangandan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.

Berdasarkan pengertian dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan pajak adalah kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data untuk menguji kepatuhan pemenuhan penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah.

2.1.2.3 Indikator Pemeriksaan Pajak

Indikator untuk pemeriksaan pajak adalah penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yaitu jumlah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) yang diterbitkan.

2.1.3 Penerimaan Pajak

2.1.3.1 Pengertian Penerimaan Pajak

Menurut pendapat Siahaan. (2006 :145) penerimaan pajak adalah sebagai berikut: “Penerimaan pajak adalah penghasilan yang diperoleh oleh pemerintah yang bersumber dari pajak rakyat,baik itu pajak secara menyeluruh ataupun dari pajak daerah dan dipergunakan untuk pengeluaran pemerintah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sebagaimana maksud dari tujuan negara yang disepakati oleh para pendiri awal negara ini yaitu menyejahterakan rakyat, menciptakan kemakmuran yang berasaskan kepada keadilan sosial”.

Berdasarkan definisi diatas maka penulis simpulkan bahwa penerimaan pajak adalah penghasilan yang diperoleh dari pemerintah yang bersumber dari pajak rakyat melalui instrument kebijakan dan administrasi perpajakan dengan tujuan menciptakan kemakmuran yang berasaskan kepada keadilan sosial.

2.1.3.3 Indikator Penerimaan Pajak

Indikator dalam Penerimaaan Pajak adalah Jumlah Realisasi Penerimaan Pajak pada KPP Soreang.

2.2 Kerangka Pemikiran


(32)

Menurut Judisseno (2001:178) bahwa mekanisme penerapan self assesment system dapat didukung dengan diterapkannya kewajiban memiliki NPWP bagi setiap pelamar kerja tanpa memandang jenis pekerjan yang dilakukan dan sepanjang pekerjaan tersebut adalah legal dan sah menurut hukum. Keadaan ini secara otomatis akan mendidik dan menumbuhkan kepedulian dan kesadaran pentingnya membayar pajak, secara otomatis pula penerimaan pajak dari sektor ini cenderung meningkat secara tajam.

Begitupula hasil peneilitian Miftha Anggi Permatasari (2014) adanya pengaruh penerapan self assessment system terhadap penerimaan pajak, bahwa Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh Self Assessment System pada Pengusaha Kena Pajak terhadap Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Barat.

2.2.2 Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak

Menurut Wirawan dan Pandu (2015:3) tujuan dari pemeriksaan pajak adalah untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, disisi lain pemeriksaan pajak diharapkan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak baik yang berasal dari temuan-temuan pemeriksaan maupun peningkatan kepatuhan Wajib Pajak.

Gunandi(2005) mengungkapkan bahwa Analisa mengenai jumlah tambahan penerimaan pajak dari aktivitas pemeriksaan menunjukan hasil yang meningkat yaitu 8%, 11% dan 13% untuk tahun 2001 sampai 2003, rasio ini diharapkan merupakan gambaran keberhasilan pemeriksa pajak untuk meningkatkan penerimaan Negara maupun untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Sugiyono (2009:93) merupakan jawaban sementara terhadap rumusan penelitian. Berdasarkan pada pokok pikiran yang telah diuraikan diatas dan teori-teori yang ada, maka penulis suatu hipotesis bahwa: Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka dapat disajikan 2 hipotesis yang terdiri dari :


(33)

H2: Self Assessment System berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak

BAB IIIOBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam dalam menyusun skripsi ini adalah metode deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variable yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Objek penelitian menjadi sangat penting dalam sebuah penelitian, hal ini berhubungan dengan judul penelitian dan data yang diperlukan (Danang Sunyoto, 2013: 19). Menurut Sugiyono (2012:41) mengemukakan objek penelitian sebagai berikut:

“Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan yang diteliti. Jangan sampai pembuatan rancangan penelitian dilakukan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di objek penelitian”.

Unit analisis dan unit obeservasi menjadi sangat penting dalam sebuah penelitian. Hal ini berhubungan dengan tempat penelitian dan bagian penelitian pada unit analisis. Unit analisis dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang sedangkan untuk unit observasi dalam penelitian ini adalah Laporan jumlah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) yang diterbitkan, Laporan jumlah dari formulir Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan serta jumlah realisasi dan target penerimaan pajak untuk semua jenis pajak.

3.2 Operasional Variabel

Menurut Sugiono (2010:34) menyatakan bahwa :

“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”.

3.3. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Sumber Data

Data yang diambil merupakan data yang terlebih dahulu diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak lain yang disebut dengan data sekunder yaitu jumlah SKPKB , Jumlah SPT yang


(34)

dilaporkan, Jumlah Penerimaan Pajak pada Wajib Pajak Orang Pribadi per bulan serta data yang relevan dengan kebutuhan penelitian.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah: a) Literatur

b) Dokumentasi

3.5 Metode Pengujian Data

Analisis Regresi Linier Berganda Menurut Sugiyono (2010:149) menjelaskan bahwa: ”Analisis linier regresi digunakan untuk melakukan prediksi bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dinaikan/ diturunkan”.

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada regresi berganda, maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik.

Uji Asumsi Klasik Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan Regresi Liner Berganda sebagai alat untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Beberapa asumsi itu diantaranya:

A. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik.

Menurut Singgih Santoso (2002:393) menjelaskan bahwa:

Dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:

 Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal.

 Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal”. Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode gambar normal Probability Plots dalam program SPSS.


(35)

Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semuavariabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi yang kuat di antara sesama variabel independen maka konsekuensinya adalah:

 Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.

 Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.

Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variable independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar yangmengakibatkan standar errornya semakin besar pula. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF).

C. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Gujarati (2003: 406) menjelaskan bahwa:

“Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji-rank Spearman yaitu dengan mengkorelasikan masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai koefisien korelasi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error) ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen)”.

D. Uji Autokolerasi

Menurut Husein Umar (2011:182) mendefinisikan uji autokolerasi adalah dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negative antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian.

Pada pengujian autokolerasi digunakan uji Durbin-Waston untuk mengetahui ada tidaknya autokolerasi pada model regresi dan berikut nilai Durbin-Waston yang diperoleh melalui hasil estimasi model regresi. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokolerasi dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan perhitungan nilai statistik Durbin-Waston.

Tabel 3.1

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

BesarnyaPengaruh Bentuk Hubungan


(36)

Sumber: Sugiyono (2009:250)

3.6 Rancangan Analisis 3.6.1 Rancangan Analisis

Menurut Umi Narimawati (2010:41) mendefinisikan rancangan analisis adalah sebagai berikut:

“Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.

Analisis yang penulis gunakan terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan meode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitaif.

1) Analisis Regresi Linier Berganda (Multiple)

Menurut Sugiyono (2011:277) mendefinisikan regresi linier berganda adalah sebagai berikut:

“Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor predictor dimanipulasi (dinaikturunkan nilainya). Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal dua”. Persamaan analisis regresi linier secara umum untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

hubungan)

0.21 - 0.40 Korelasi yang lemah 0.41 - 0.60 Korelasi sedang 0.61 - 0.80 Cukup tinggi

0.81 – 1 Korelasi tinggi


(37)

(Sugiyono, 2014:188) Keterangan:

Y : Penerimaan Pajak X1 : Self Assessment System X2 : Pemeriksaan Pajak

βo : Konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah Y pada saat variabel bebasnya adalah 0 (X1 dan X2 = 0)

β1 : Koefisien regresi multiple antara variabel bebas X1 terhadap variabel terikat Y, bila variabel bebas lainnya dianggap konstan.

ε : Faktor pengganggu di luar model

2) Analisis Korelasi Pearson

Analisis kolerasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linier antara dua variabel. Kolerasi juga tidak menunjukkan hubungan fungsional. Yang dimaksud analisis kolerasi pearson menurut Nanang Martono (2014:214) adalah alat uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif (uji hubungan) dua variabel bila datanya berskala interval atau rasio.

Langkah-langkah perhitungan uji statistik dengan menggunakan analisis kolerasi dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel 3.5

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

(Sumber : Sugiyono, 2009 : 250)

3) Analisis Koefisien Determinasi

Besarnya pengaruh Self Assessment System (X1) dan Pemeriksaan Pajak (X2) terhadap Penerimaan Pajak (Y) dapat diketahui dengan menggunakan analisis koefisien

BesarnyaPengaruh Bentuk Hubungan

0 - 0.20 Sangat rendah (hampir tidak ada hubungan) 0.21 - 0.40 Korelasi yang lemah

0.41 - 0.60 Korelasi sedang 0.61 - 0.80 Cukup tinggi

0.81 – 1 Korelasi tinggi


(38)

determinasi atau disingkat Kd yang diperoleh dengan mengkuadratkan koefisien korelasinya yaitu:

Sumber : Umi Narimawati (2010:50) Keterangan:

Kd :Koefisien Determinasi atau Seberapa Jauh Perubahan Variabel Y

123456jDipergunakan oleh Variabel X.

r 2 : Kuadrat Koefisien Korelasi

100% : Pengkali yang menyatakan dalam persentase

Pada hakikatnya nilai r berkisar antara -1 dan 1, bila r mendekati -1 atau 1 maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang erat antara variabel bebas dengan variabel terikat. Bila r mendekati 0, maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat sangat lemah atau bahkan tidak ada.

BAB IVHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif

4.1.1.1 Analisis Deskriptif Self Assessment System

Variabel Self Assessment System yang diukur melalui indikator total SPT yang Dilaporkan oleh Wajib Pajak tahun 2010-2015, bahwa dalam kurun 6 tahun rata-rata pertumbuhan Self Assessment System yang diukur melalui indikator total SPT yang Dilaporkan oleh Wajib Pajak cenderung meningkat. Hal tersebut menggambarkan bahwa penerapan Self Assessment System dilihat dari total SPT yang Dilaporkan oleh Wajib Pajak penerapannya berjalan efektif setiap tahunnya.

4.1.1.2 Analisis Deskriptif Pemeriksaan Pajak

Variabel Pemeriksaan Pajak yang diukur menggunakan indikator Jumlah SKPKB yang diterbitkan periode 2015. Terlihat bahwa Jumlah SKPKB yang diterbitkan pada tahun 2010-2015 berfluktuatif hal ini disebabkan karena penerbitan SKPKB tidak diterbitkan kepada seluruh WP yang terdaftar akan tetapi hanya sebagian WP saja, dalam hal ini yaitu WP yang dalam pengisian SPT-nya ditemukan ketidakbenaran atau ditemukan data yang tidak dilaporkan oleh WP. Penyebab lainnya dikarenakan WP tidak melunasi kekurangan pajak yang tertera di SKPKB


(39)

karena mengajukan upaya hukum yang dapat berupa keberatatan atas penerbitan SKPKB seperti mengajukan keberatan, wajib pajak mempunyai hak untuk mengajukan permohonan pembetulan, keberatan dan pengurangan/pembatalan atas penerbitan ketetapan pajak.

4.1.1.3 Analisis Deskriptif Penerimaan Pajak

Dapat diketahui bahwa penerimaan pajak tertinggi terdapat pada tahun 2015 sebesar 1.274.789.234.595 dan penerimaan pajak terendah sebesar 424.723.098.883 jika dilihat dari grafik diatas penerimaan pajak cenderung meningkat hal ini disebabkan juga karena setiap tahun target Penerimaan Pajak akan terus meningkat dibanding tahun sebelumnya hal itu disebabkan agar Penerimaan negara juga semakin meningkat demi memenuhi kebutuhan negara serta menumbuhkan rasa kepada wajib pajak untuk melaporkan perpajakannya.

4.1.2 Hasil Analisis Verifikatif

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak tahun 2011-2015, maka dilakukan analisis regresi linier berganda yang terdiri dari analisis korelasi, analisis koefisien determinasi dan pengujian hipotesis dengan terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

4.1.2.1 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardi zed Residual

N 6

Normal Parametersa,b Mean ,0003039

Std. Deviation

1011138229 14,88968000 Most Extreme

Differences

Absolute ,298


(40)

Negative -,298

Test Statistic ,298

Asymp. Sig. (2-tailed) ,104c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Berdasarkan output SPSS di atas diperoleh nilai Sig. uji normalitas dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnovs sebesar 0,104. Dikarenakan nilai p-value tersebut lebih besar dari alpha (0,104 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa residual data berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas berguna untuk mengetahui apakah pada model regresi yang diajukan telah ditemukan korelasi kuat antar variabel independen. Jika terjadi korelasi kuat, maka terdapat masalah multikolinearitas yang harus diatasi.Model regresi yang baik yaitu tidak terdapatnya multikolinearitas atau tidak terjadi korelasi antar variabel independen.Untuk melihat nilai multikolinieritas dapat dilihat dengan nilai tolerance dan variance inflationfFactor (VIF). Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinieritas. Sebaliknya jika tolerance < 0,10 dan VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas. Dari pengolahan data tang telah dilakukan, diperoleh hasil uji multikolinieritas sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Jumlah WP Terdaftar

Waib SPT ,509 1,965

Jumlah SKPKB yang

Diterbitkan ,509 1,965


(41)

Tabel di atas menunjukan hasil pengujian multikolinieritas data. Dari data yang disajikan pada tabel di atas, terlihat bahwa nilai tolerance yang diperoleh kedua variabel bebas masing-masing sebesar 0,509 > 0,1 dan variance inflation factor (VIF) kurang dari 10. Hal ini menunjukan bahwa tidak ditemukan adanya korelasi yang kuat diantara variabel bebas atau tidak terdapat masalah pada multikolinearitas.

3. Uji Heteroskedastisitas

hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan metode grafik scatter plot. Dari gambar tersebut terlihat bahwa titik-titik yang diperoleh membentuk pola acak tidak beraturan serta menyebar diatas dan dibawah angka nol (0) pada sumbu Y, sehingga dalam model regresi yang akan dibentuk tidak ditemukan adanya pelanggaran heteroskedastisitas, dengan kata varians residual bersifat homokedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson 1

,950a ,903 ,838 130537384073

,578 2,266 a. Predictors: (Constant), Jumlah SKPKB yang Diterbitkan, Jumlah WP Terdaftar Waib SPT

b. Dependent Variable: Realisasi Penerimaan Pajak

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai Durbin Watson yang diperoleh sebesar 2,266.Nilai ini berada diantara 1 dan 3.Sesuai dengan kriteria pengujian dapat dikatakan bahwa data yang digunakan tidak memiliki masalah autokorelasi, baik itu autokorelasi positif atau autokorelasi negatif.

4.1.2.2 Regresi Linier Berganda : Pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak


(42)

Dengan menggunakan bantuan aplikasi program SPSS, didapat output hasil perhitungan regresi linier berganda sebagai berikut :

Tabel 4.7

Hasil Perhitungan Nilai Koefisien Persamaan Regresi Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

B Std. Error

1 (Constant)

-1422893407294,440 693206965202,437 Jumlah WP Terdaftar

Waib SPT 49014473,644 12508223,170

Jumlah SKPKB yang

Diterbitkan 135447616,434 608181335,084 a. Dependent Variable: Realisasi Penerimaan Pajak

Berdasarkan output di atas didapat nilai kontstanta dan koefisien regresi sehingga dapat dibentuk persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = 1.422.893.407.294 + 49.014.474X1+ 135.447.616X2

4.1.2.3 Pengaruh Self Assessment System terhadap Penerimaan Pajak 1. Analisis Koefisien Korelasi

Tabel 4.8

Tingkat Keeratan Korelasi

0,00 – 0,199 Sangat rendah (hampir tidak ada hubungan)

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Cukup kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat


(43)

Adapun variabel Self Assessment System yang diukur dari total SPT yang dilaporkan oleh wjib pajak terhadap Penerimaan Pajak. Hasil analisis korelasi bivariate antara total SPT yang dilaporkan oleh wjib pajak terhadap Penerimaan Pajak, hasilnya pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.9

Korelasi Bivariate Jumlah WP Terdaftar Wajib SPT (X1) terhadap Penerimaan Pajak (Y)

Correlations

Jumlah WP Terdaftar Wajib SPT Realisasi Penerimaan Pajak Jumlah WP Terdaftar Wajib SPT Pearson

Correlation 1 ,949

**

Sig. (2-tailed) ,004

N 6 6

Realisasi

Penerimaan Pajak

Pearson

Correlation ,949

** 1

Sig. (2-tailed) ,004

N 6 6

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari hasil koefisien korelasi antara Jumlah WP Terdaftar Wajib SPT terhadap Penerimaan Pajak r = 0,949, ini berarti terdapat hubungan yang sangat kuat antara Jumlah WP Terdaftar Wajib SPT terhadap Penerimaan Pajak. Jika diinterpretasikan menurut kriteria dalam Sugiono (2010) maka eratnya korelasi Jumlah WP Terdaftar Wajib SPT terhadap Penerimaan Pajak adalah cukup kuat karena berkisar antara 0,80 sampai dengan 1. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi adanya hubungan sangat kuat antara Jumlah WP Terdaftar Wajib SPT dengan Penerimaan Pajak. Sedangkan arah hubungannya adalah positif karena nilai r positif, artinya semakin tinggi Jumlah WP Terdaftar Wajib SPT maka semakin tinggi Penerimaan Pajak.

2. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (r2) merupakan nilai yang menunjukkan besar kontribusi pengaruh

yang diberikan oleh Jumlah WP Terdaftar Wajib SPT terhadap Penerimaan Pajak, untuk perhitungannya diambil dari korelasi bivariate pada tabel 4.9 adalah sebagai berikut:


(44)

Variabel Jumlah WP Terdaftar Wajib SPT = (0,949)2 x 100% = 90,06%,diketahui nilai

koefisien determinasi Jumlah WP Terdaftar Wajib SPT terhadap Penerimaan Pajak sebesar 90,06%. Artinya variabel Self Assessment System yang diuku dari Jumlah WP Terdaftar Wajib SPT memberikan kontribusi pengaruh paling dominan terhadap Penerimaan Pajak sebesar 90,06%.

4.1.2.4 Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak 1. Analisis Koefisien Korelasi

Tabel 4.8

Tingkat Keeratan Korelasi

0,00 – 0,199 Sangat rendah (hampir tidak ada hubungan)

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Cukup kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2009:250)

Adapun variabel Pemeriksaan Pajak yang diukur dari total SKPKB yang diterbitkan terhadap Penerimaan Pajak. Hasil analisis korelasi bivariate antara total SKPKB yang diterbitkan terhadap Penerimaan Pajak, hasilnya pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.10

Korelasi Bivariate Jumlah SKPKB yang diterbitkan (X2) terhadap Penerimaan Pajak (Y)

Correlations

Jumlah SKPKB yang

Diterbitkan

Realisasi Penerimaan

Pajak Jumlah SKPKB yang

Diterbitkan

Pearson Correlation 1 -,637

Sig. (2-tailed) ,174

N 6 6


(45)

Pajak Sig. (2-tailed) ,174

N 6 6

Dari hasil koefisien korelasi antara Jumlah SKPKB yang Diterbitkan terhadap Penerimaan Pajak r = -0,637, ini berarti terdapat hubungan yang kuat antara Jumlah SKPKB yang Diterbitkan terhadap Penerimaan Pajak. Jika diinterpretasikan menurut kriteria dalam Sugiono (2010) maka eratnya korelasi Jumlah SKPKB yang Diterbitkan terhadap Penerimaan Pajak adalah kuat karena berkisar antara 0,60 sampai dengan 0,799. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi adanya hubungan kuat antara Jumlah SKPKB yang Diterbitkan dengan Penerimaan Pajak. Sedangkan arah hubungannya adalah negatif karena nilai r negatif, artinya semakin tinggi Jumlah SKPKB yang Diterbitkan maka semakin turun Penerimaan Pajak.

2. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (r2) merupakan nilai yang menunjukkan besar kontribusi pengaruh

yang diberikan oleh Jumlah SKPKB yang Diterbitkan terhadap Penerimaan Pajak, untuk perhitungannya diambil dari korelasi bivariate pada tabel 4.10 adalah sebagai berikut:

Variabel Jumlah SKPKB yang Diterbitkan = (0,637)2 x 100% = 40,05%

Ddiketahui nilai koefisien determinasi Jumlah SKPKB yang Diterbitkan terhadap Penerimaan Pajak sebesar 40,05%. Artinya variabel Pemeriksaan Pajak yang diukur dengan Jumlah SKPKB yang Diterbitkan tidak berpengaruh secara parsial sebesar 40,05%.

4.2 Pembahasan

4.2.1. Pengaruh Self Assessment System terhadap Penerimaan Pajak

Berdasarkan hasil hubungan yang diperoleh antara Self Assessment System dengan Penerimaan Pajak adalah sebesar 0,949 ini berarti terdapat hubungan yang kuat. nilai korelasi bertanda positif, Artinya semakin tinggi pelaksanaan Self Assessment System yang diukur dari Jumlah SPT yang dilaporkan wajib pajak maka semakin tinggi Penerimaan Pajak, penerimaan pajak dipengaruhi oleh sistem pemungutan yang diberlakukan. Indonesia efektif menerapkan self assesment system pada tahun 1984 atas perombakan perundang-undangan perpajakan tahun 1984. Di dalam self assesment system wewenang sepenuhnya untuk menentukan pajak berada pada wajib pajak (Siti Kurnia Rahayu ,2010:101).


(46)

Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Self Assessment System yang diukur oleh Jumlah SPT yang dilaporkan wajib mempengaruhi Penerimaan Pajak sebesar 90,04%, artinya 9,96% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Hasil tersebut menunjukkan besar pengaruh Self Assessment System yang diukur oleh Jumlah SPT yang dilaporkan wajib pajak terhadap Penerimaan Pajak termasuk dalam kategori sangat kuat karena banyaknya faktor dalam Penerimaan Pajak tidak hanya dari Jumlah SPT yang dilaporkan wajib pajak saja.

Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu Ivon Trisnayanti dan I Ketut Jati (2015) didalam penelitiannya menyatakan bahwa Self Assessment System berpengaruh positif atau ada keterkaitan pada penerimaan PPN di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Badung Utara.

Berdasarkan hasil analisis verifikatif dapat disimpulkan bahwa Self Assessment System mempengaruhi Penerimaan Pajak. Saran peneliti terhadap variabiel penelitian ini adalah agar wajib pajak mengetahui lebih luas mengenai pentingnya SPT dalam hal penerimaan pajak negara dan juga diharapkan wajib pajak semakin mengerti dalam hal pengisian SPT.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 103) Pelaporan Dilakukan oleh Wajib Pajak dimana Surat Pemberitahuan (SPT) memiliki fungsi sebagai suatu sarana bagi wajib pajak di dalam melaporkan dan mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu, surat pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak.

4.2.2. Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadapPenerimaan Pajak

Berdasarkan hasil hubungan yang diperoleh antara Pemeriksaan Pajak dengan Penerimaan Pajak adalah sebesar -0,637 ini berarti terdapat hubungan cukup kuat. nilai korelasi bertanda negatif, Artinya semakin tinggi Pemeriksaan Pajak yang diukur dari Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) yang diterbitkan maka semakin rendah Penerimaan Pajak, begitupun sebaliknya. Pemeriksaan pajak merupakan karakteristik kunci dari mekanisme kepatuhan sukarela dalam sistem Self Assessment System karena dengan tinggi tingkat pemeriksaan akan dapat meningkatkan kepatuhan pajak. (Wirawan dan Pandu, 2016:3).

Selanjutnya berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa Pemeriksaan Pajak memberikan kontribusi pengaruh sebesar 26,04% artinya 73,96% dipengaruhi oleh variabel lain


(47)

yang tidak diteliti. Faktor lain yang mempengaruhi Penerimaan Pajak adalah adanya penghindaran pajak, dimana wajib pajak melakukan pelanggaran terhadap UU perpajakan.

Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Marisa Herryanto dan Agus Arianto Toly (2013) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa pemeriksaan pajak secara parsial berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Surabaya Sawahan. Begitu pula dengan pernyataan menurut Whedy Prasetyo (2011) yang mengungkapkan keterkaitan pemeriksaan pajak dan penerimaan pajak bahwa Pemeriksaan dilakukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, keberhasilan pemeriksa pajak untuk meningkatkan penerimaan Negara.

Berdasarkan hasil penelitian verifikatif bahwa Pemeriksaan Pajak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak. Saran peneliti terhadap variabel penelitian ini adalah agar wajib pajak bisa patuh dalam mengisi dengan benar SPT yang akan dilaporkan sehingga Surat Ketetapan Kurang Bayar tidak perlu diterbitkan.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Widi Widodo (2010 : 31) pemeriksaan pajak sebuah mekanisme pengendalian atau kontrol untuk memastikan agar wajib pajak bersedia menyampaikan SPT dengan benar, lengkap dan jelas.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang periode 2010-2015. Analisa dilakukan dengan menggunakan Regresi Linear Berganda dengan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Ver. 19.0. berdasarkan hasil pengujian menggunakan metode Regresi Linear Berganda dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Self Assessment System berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak. Semakin tinggi pelaksanaan Self Assessment System yang diukur dengan SPT yang dilaporkan wajib pajak maka semakin tinggi Penerimaan Pajak.

2. Pemeriksaan Pajak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak. Semakin tinggi pelaksanaan Pemeriksaan Pajak dimana dalam penelitian ini diukur dengan Jumlah SKPKB yang diterbitkan maka Penerimaan Pajak akan menurun.


(48)

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Saran Praktis/Operasional

a. Untuk meningkatkan Penerimaan Pajak melalui Self Assessment System disarankan agar wajib pajak mengetahui lebih luas mengenai pentingnya SPT dalam hal penerimaan pajak negara dan juga diharapkan wajib pajak semakin mengerti dalam hal pengisian SPT.

b. Untuk meningkatkan Penerimaan Pajak melalui jumlah Pemeriksaan Pajak disarankan agar wajib pajak dalam mengisi dengan benar SPT yang akan dilaporkan sehingga Surat Ketetapan Kurang Bayar tidak perlu diterbitkan. 2. Saran Akademis

Penelitian ini hanya terbatas untuk Surat Pemberitahuan dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ( SKPKB). Bagi penelitian selanjutnya diharapkan agar dapat mengeksplorasi atau mencari faktor apa saja yang dapat mempengaruhi Penerimaan Pajak selain variabel-variabel yang diteliti pada penelitian ini. Peneliti lainnya dapat meneliti dengan indikator, variabel, jumlah sampel serta tempat dan waktu penelitian yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman. 2010. “Strategi Menghadapi Pemeriksaan Pajak: Upaya Legal Dalam Kerangka Sistem Administrasi Perpajakan”. Jurnal Ilmu Administrasi, Vol VII, No 1.

Agusti, Asri Fika dan Vinola Herawaty.2009. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak yang Dimoderasi oleh Pemeriksaan Pajak Pada KPP Pratama. Simposium Nasional Akuntansi (SNA)- XII Palembang.

Anastasia Diana & Lilis Setiawati. “Perpajakan-Teori dan Peraturan Terkini”. ANDI. Yogyakarta. Direktorat Jenderal pajak, Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga

atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan tata Cara Perpajakan.


(1)

Variabel Jumlah WP Terdaftar Wajib SPT = (0,949)2 x 100% = 90,06%,diketahui nilai koefisien determinasi Jumlah WP Terdaftar Wajib SPT terhadap Penerimaan Pajak sebesar 90,06%. Artinya variabel Self Assessment System yang diuku dari Jumlah WP Terdaftar Wajib SPT memberikan kontribusi pengaruh paling dominan terhadap Penerimaan Pajak sebesar 90,06%.

4.1.2.4 Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak 1. Analisis Koefisien Korelasi

Tabel 4.8

Tingkat Keeratan Korelasi

0,00 – 0,199 Sangat rendah (hampir tidak ada hubungan)

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Cukup kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2009:250)

Adapun variabel Pemeriksaan Pajak yang diukur dari total SKPKB yang diterbitkan terhadap Penerimaan Pajak. Hasil analisis korelasi bivariate antara total SKPKB yang diterbitkan terhadap Penerimaan Pajak, hasilnya pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.10

Korelasi Bivariate Jumlah SKPKB yang diterbitkan (X2) terhadap Penerimaan Pajak (Y) Correlations

Jumlah SKPKB yang

Diterbitkan

Realisasi Penerimaan

Pajak Jumlah SKPKB yang

Diterbitkan

Pearson Correlation 1 -,637

Sig. (2-tailed) ,174

N 6 6


(2)

Pajak Sig. (2-tailed) ,174

N 6 6

Dari hasil koefisien korelasi antara Jumlah SKPKB yang Diterbitkan terhadap Penerimaan Pajak r = -0,637, ini berarti terdapat hubungan yang kuat antara Jumlah SKPKB yang Diterbitkan terhadap Penerimaan Pajak. Jika diinterpretasikan menurut kriteria dalam Sugiono (2010) maka eratnya korelasi Jumlah SKPKB yang Diterbitkan terhadap Penerimaan Pajak adalah kuat karena berkisar antara 0,60 sampai dengan 0,799. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi adanya hubungan kuat antara Jumlah SKPKB yang Diterbitkan dengan Penerimaan Pajak. Sedangkan arah hubungannya adalah negatif karena nilai r negatif, artinya semakin tinggi Jumlah SKPKB yang Diterbitkan maka semakin turun Penerimaan Pajak.

2. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (r2) merupakan nilai yang menunjukkan besar kontribusi pengaruh yang diberikan oleh Jumlah SKPKB yang Diterbitkan terhadap Penerimaan Pajak, untuk perhitungannya diambil dari korelasi bivariate pada tabel 4.10 adalah sebagai berikut:

Variabel Jumlah SKPKB yang Diterbitkan = (0,637)2 x 100% = 40,05%

Ddiketahui nilai koefisien determinasi Jumlah SKPKB yang Diterbitkan terhadap Penerimaan Pajak sebesar 40,05%. Artinya variabel Pemeriksaan Pajak yang diukur dengan Jumlah SKPKB yang Diterbitkan tidak berpengaruh secara parsial sebesar 40,05%.

4.2 Pembahasan

4.2.1. Pengaruh Self Assessment System terhadap Penerimaan Pajak

Berdasarkan hasil hubungan yang diperoleh antara Self Assessment System dengan Penerimaan Pajak adalah sebesar 0,949 ini berarti terdapat hubungan yang kuat. nilai korelasi bertanda positif, Artinya semakin tinggi pelaksanaan Self Assessment System yang diukur dari Jumlah SPT yang dilaporkan wajib pajak maka semakin tinggi Penerimaan Pajak, penerimaan pajak dipengaruhi oleh sistem pemungutan yang diberlakukan. Indonesia efektif menerapkan self assesment system pada tahun 1984 atas perombakan perundang-undangan perpajakan tahun 1984. Di dalam self assesment system wewenang sepenuhnya untuk menentukan pajak berada pada wajib pajak (Siti Kurnia Rahayu ,2010:101).


(3)

Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Self Assessment System yang diukur oleh Jumlah SPT yang dilaporkan wajib mempengaruhi Penerimaan Pajak sebesar 90,04%, artinya 9,96% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Hasil tersebut menunjukkan besar pengaruh Self Assessment System yang diukur oleh Jumlah SPT yang dilaporkan wajib pajak terhadap Penerimaan Pajak termasuk dalam kategori sangat kuat karena banyaknya faktor dalam Penerimaan Pajak tidak hanya dari Jumlah SPT yang dilaporkan wajib pajak saja.

Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu Ivon Trisnayanti dan I Ketut Jati (2015) didalam penelitiannya menyatakan bahwa Self Assessment System berpengaruh positif atau ada keterkaitan pada penerimaan PPN di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Badung Utara.

Berdasarkan hasil analisis verifikatif dapat disimpulkan bahwa Self Assessment System mempengaruhi Penerimaan Pajak. Saran peneliti terhadap variabiel penelitian ini adalah agar wajib pajak mengetahui lebih luas mengenai pentingnya SPT dalam hal penerimaan pajak negara dan juga diharapkan wajib pajak semakin mengerti dalam hal pengisian SPT.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 103) Pelaporan Dilakukan oleh Wajib Pajak dimana Surat Pemberitahuan (SPT) memiliki fungsi sebagai suatu sarana bagi wajib pajak di dalam melaporkan dan mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu, surat pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak.

4.2.2. Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadapPenerimaan Pajak

Berdasarkan hasil hubungan yang diperoleh antara Pemeriksaan Pajak dengan Penerimaan Pajak adalah sebesar -0,637 ini berarti terdapat hubungan cukup kuat. nilai korelasi bertanda negatif, Artinya semakin tinggi Pemeriksaan Pajak yang diukur dari Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) yang diterbitkan maka semakin rendah Penerimaan Pajak, begitupun sebaliknya. Pemeriksaan pajak merupakan karakteristik kunci dari mekanisme kepatuhan sukarela dalam sistem Self Assessment System karena dengan tinggi tingkat pemeriksaan akan dapat meningkatkan kepatuhan pajak. (Wirawan dan Pandu, 2016:3).

Selanjutnya berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa Pemeriksaan Pajak memberikan kontribusi pengaruh sebesar 26,04% artinya 73,96% dipengaruhi oleh variabel lain


(4)

yang tidak diteliti. Faktor lain yang mempengaruhi Penerimaan Pajak adalah adanya penghindaran pajak, dimana wajib pajak melakukan pelanggaran terhadap UU perpajakan.

Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Marisa Herryanto dan Agus Arianto Toly (2013) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa pemeriksaan pajak secara parsial berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Surabaya Sawahan. Begitu pula dengan pernyataan menurut Whedy Prasetyo (2011) yang mengungkapkan keterkaitan pemeriksaan pajak dan penerimaan pajak bahwa Pemeriksaan dilakukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, keberhasilan pemeriksa pajak untuk meningkatkan penerimaan Negara.

Berdasarkan hasil penelitian verifikatif bahwa Pemeriksaan Pajak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak. Saran peneliti terhadap variabel penelitian ini adalah agar wajib pajak bisa patuh dalam mengisi dengan benar SPT yang akan dilaporkan sehingga Surat Ketetapan Kurang Bayar tidak perlu diterbitkan.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Widi Widodo (2010 : 31) pemeriksaan pajak sebuah mekanisme pengendalian atau kontrol untuk memastikan agar wajib pajak bersedia menyampaikan SPT dengan benar, lengkap dan jelas.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang periode 2010-2015. Analisa dilakukan dengan menggunakan Regresi Linear Berganda dengan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Ver. 19.0. berdasarkan hasil pengujian menggunakan metode Regresi Linear Berganda dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Self Assessment System berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak. Semakin tinggi pelaksanaan Self Assessment System yang diukur dengan SPT yang dilaporkan wajib pajak maka semakin tinggi Penerimaan Pajak.

2. Pemeriksaan Pajak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak. Semakin tinggi pelaksanaan Pemeriksaan Pajak dimana dalam penelitian ini diukur dengan Jumlah SKPKB yang diterbitkan maka Penerimaan Pajak akan menurun.


(5)

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Saran Praktis/Operasional

a. Untuk meningkatkan Penerimaan Pajak melalui Self Assessment System disarankan agar wajib pajak mengetahui lebih luas mengenai pentingnya SPT dalam hal penerimaan pajak negara dan juga diharapkan wajib pajak semakin mengerti dalam hal pengisian SPT.

b. Untuk meningkatkan Penerimaan Pajak melalui jumlah Pemeriksaan Pajak disarankan agar wajib pajak dalam mengisi dengan benar SPT yang akan dilaporkan sehingga Surat Ketetapan Kurang Bayar tidak perlu diterbitkan. 2. Saran Akademis

Penelitian ini hanya terbatas untuk Surat Pemberitahuan dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ( SKPKB). Bagi penelitian selanjutnya diharapkan agar dapat mengeksplorasi atau mencari faktor apa saja yang dapat mempengaruhi Penerimaan Pajak selain variabel-variabel yang diteliti pada penelitian ini. Peneliti lainnya dapat meneliti dengan indikator, variabel, jumlah sampel serta tempat dan waktu penelitian yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman. 2010. “Strategi Menghadapi Pemeriksaan Pajak: Upaya Legal Dalam Kerangka Sistem Administrasi Perpajakan”. Jurnal Ilmu Administrasi, Vol VII, No 1.

Agusti, Asri Fika dan Vinola Herawaty.2009. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak yang Dimoderasi oleh Pemeriksaan Pajak Pada KPP Pratama. Simposium Nasional Akuntansi (SNA)- XII Palembang.

Anastasia Diana & Lilis Setiawati. “Perpajakan-Teori dan Peraturan Terkini”. ANDI. Yogyakarta. Direktorat Jenderal pajak, Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga

atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan tata Cara Perpajakan.


(6)

Direktorat Jenderal pajak, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan tata Cara Perpajakan.

Djuanda, Gustian dan Irwansyah Lubis. (2001). Pelaporan Pajak Penghasilan. Edisi 1 PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Dr. Prasetijono Widjojo MJ, Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas.

Genessa Dandy Dharmawan 2014. Pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak.

Gunadi. (2005). Fungsi Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance). Jurnal Perpajakan Indonesia. Vol.4 no.5,p4-9.

Hutagaol,John(2007). Perpajakan Isu-isu Kontemporer.Salemba Empat. Jakarta.

Husein, Umar. 2011. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi 11. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ida Ayu Ivon Trisnayanti dan I Ketut Jati. 2015. Pengaruh Self Assessment System, Pemeriksaan Pajak, Dan Penagihan Pajak Pada Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (Ppn). ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 13.1 (2015): 292-310.

Irwansyah Lubis. 2010. Menggali Potensi Pajak Perusahaan dan Bisnis dengan Pelaksanaan Hukum. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.

Jarunee Wonglimpiyarat (2010). Economic Innovation Challenges of Financial and Tax Auditing. Lilis Puspitawati (2010). ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) : KONSEP BARU UNTUK

MENGUKUR LABA EKONOMI SUATU PERUSAHAAN. Majalah Ilmiah UNIKOM. Vol. 8, No. 1


Dokumen yang terkait

Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pada KPP Pratama Medan Petisah

19 91 96

Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

9 51 73

Pengaruh penerapan sistem self assessment terhadap optimalisasi penerimaan PPh pasal 25 wajib pajak badan: studi kasus pada KPP pratama Jakarta Kramat Jati

16 175 104

Pengaruh Self Assessment System Dan Kepatuhan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Kasus Pada Pegawai Pajak KPP Pratama Bandung Bojonagara)

0 5 1

Pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Survei Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya)

12 40 43

Pengaruh Self Assessment System dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya)

0 22 48

PENGARUH FAKTOR SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN Pengaruh Faktor Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan ( Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Surakarta ).

0 2 15

PENGARUH FAKTOR SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN Pengaruh Faktor Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan ( Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Surakarta ).

0 1 14

Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan (Studi Kasus pada KPP Pratama Soreang).

0 0 20

PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM, PEMERIKSAAN PAJAK, DAN PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA KPP PRATAMA BANDA ACEH

1 3 8