Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pada KPP Pratama Medan Petisah

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

PADA KPP PRATAMA MEDAN PETISAH

O l e h :

NAMA : MUNAWARAH

NIM : 060503074

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Self

Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pada KPP Pratama

Medan Petisah” adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 15 Maret 2010 Yang membuat pernyataan,

Munawarah NIM: 060503074


(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan nikmat dan kemudahanNya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pada KPP Pratama Medan Petisah ”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, terutama :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak. selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas semua waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Zainal A.T Silangit, Ak. selaku dosen pembanding/penguji I dan Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak. Selaku dosen pembanding/penguji II. Terima kasih atas saran dan masukan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.


(4)

5. Penulis mengucapkan banyak terima kasih pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan riset, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Secara khusus penulis persembahkan kepada kedua orang tua yang sangat penulis sayangi, Ayahanda H.Haidir Munir S.E (alm) dan Ibunda Hj. Laksmi Kurniati Sitompul. Terimakasih buat semua kasih sayang, do’a, pengorbanan, didikan dan semangat yang sangat berarti. Semoga, penulis bisa memberikan yang terbaik untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 15 Maret 2010 Penulis,

Munawarah NIM: 060503074


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah sistem self assessment berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama Medan Petisah. Metodologi penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain peneltian kausal, dengan jumlah sampel 60 dari tahun 2005 sampai dengan 2009. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data yang digunakan meliputi NPWP, SSP PPh 25, serta Penerimaan PPh 25. Data diperoleh dari KPP Pratama Medan Petisah. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji multikolinieritas. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda, dengan uji F, uji t dan uji koefisien determinasi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial NPWP berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan, dan SSP PPh 25 berpengaruh signifikan positif terhadap penerimaan pajak penghasilan. Secara simultan NPWP dan SSP PPh 25 berpengaruh secara signifikan positif terhadap penerimaan pajak penghasilan.

Kata kunci : Self Assessment System, NPWP, SSP PPh 25, Penerimaan Pajak Penghasilan.


(6)

ABSTRACT

The purpose of this research is to examine the significant impact of self assessment system toward Income Tax Received. The method of this minithesis is a causal research design, with 60 sample from 2005 until 2009 . This research utilizes secondary data. The data consists of NPWP, SSP PPh 25, and Income Tax Received. The data are taken from Pratama Tax Serve Office, Medan Petisah. The data which have already collected are processed with classic asumption test before hypothesis test. Clasis assumption tests that being used were normally test, heteroscedasticity test, autocorrelation test, and multicolinierity test. Hypothesis test in this research use double regression with t test, F test and coefficient determination test.

The result of this research show that partially NPWP have significant impact to the Income Tax Received. Whereas, SSP PPh 25 also have positive significant impact to the Income Tax Received. NPWP and SSP PPh 25 have a positive significant impact to the Income Tax Received simultaneously.


(7)

DAFTAR ISI SKRIPSI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 6

1. Pengertian dan Fungsi Pajak ... 6

2. Jenis Pajak ... 7

3. Sistem Pemungutan Pajak ... 8

4. Self Assessment System ... 9


(8)

6. Pembayaran Pajak dan Surat Setoran Pajak (SSP) ... 14

7. Nomor Pokok Wajib Pajak ... 15

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 17

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 17

1. Kerangka Konseptual ... 18

2. Hipotesis Penelitian ... 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 20

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

C. Jenis dan Sumber Data ... 21

D. Teknik Pengumpulan Data ... 21

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 22

F. Metode Analisis Data ... 23

G. Pengujian Hipotesis ... 26

I. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 29

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 31

1. Data Penelitian ... 31

2. Statistik Deskriptif ... 43

3. Pengujian Asumsi Klasik ... 44

a. Uji Normalitas ... 44


(9)

c. Uji Autokorelasi ... 51

d. Uji Multikolinearitas ... 52

4. Model dan Teknik Analisis Data ... 53

5. Pengujian Hipotesis ... 55

a. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ... 55

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 56

c. Koefisien Determinasi (R2) ... 58

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Keterbatasan Penelitian ... 66

C. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 16

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 22

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 30

Tabel 4.1 Klasifikasi Kepegawaian Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 37

Tabel 4.2 Klasifikasi Kepegawaian Berdasarkan Pangkat/Golongan ... 37

Tabel 4.3 Klasifikasi Kepegawaian Berdasarkan Jabatan ... 38

Tabel 4.4 Rencana Kinerja KPP Pratama Medan Petisah ... 41

Tabel 4.5 Descriptive Statistics ... 43

Tabel 4.6 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test - Dependent Variable:Penerimaan_PPh_25 ... 46

Tabel 4.7 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test - Dependent Variable:Ln_Penerimaan_PPh_25 ... 49

Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser ... 51

Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi ... 52

Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas ... 52

Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi ... 53

Tabel 4.12 Uji Statistik t ... 55

Tabel 4.13 Uji Statistik F ... 57


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 18 Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah ... 33 Gambar 4.2 Histogram-Dependent Variable:

Penerimaan_PPh_25 ... 44 Gambar 4.3 Normal P-P Plot of Regression Standarized

Residual-Dependent Variable: Penerimaan_PPh_25 ... 45

Gambar 4.4 Histogram-Dependent Variable:

Ln_ Penerimaan_PPh_25 ... 47 Gambar 4.5 Normal P-P Plot of Regression Standarized

Residual-Dependent Variable:

Ln_ Penerimaan_PPh_25 ... 48

Gambar 4.6 Grafik Scatterplot-Dependent Variable:


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran i Sturktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah ... 70

Lampiran ii Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Petisah Periode Tahun 2005 s.d 2009 ... 71

Lampiran iii Jumlah Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ) baru yang terdaftar di KPP Pratama Medan Petisah Periode Tahun 2005 s.d 2009 ... 72

Lampiran iv Jumlah Surat Setoran Pajak ( SSP ) PPh Pasal 25 yang disetorkan di KPP Pratama Medan Petisah Periode Tahun 2005 s.d 2008 ... 73

Lampiran v Statistik Deskriptif ... 74

Lampiran vi Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram ... 65

Lampiran vii Hasil Uji Normalitas dengan Normal Probability Plot.... 66

Lampiran viii Hasil Uji Normalitas dengan Nonparametric test Kolmogorov-Smirnov ... 67

Lampiran ix Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot ... 68

Lampiran x Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser ... 69

Lampiran xi Hasil Uji Autokorelasi ... 70


(13)

Nomor Judul Halaman

Lampiran xiii Hasil Regresi Sebelum Transformasi dengan

Logaritma Natural ... 72 Lampiran xiv Hasil Regresi Setelah Transformasi dengan


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah sistem self assessment berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama Medan Petisah. Metodologi penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain peneltian kausal, dengan jumlah sampel 60 dari tahun 2005 sampai dengan 2009. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data yang digunakan meliputi NPWP, SSP PPh 25, serta Penerimaan PPh 25. Data diperoleh dari KPP Pratama Medan Petisah. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji multikolinieritas. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda, dengan uji F, uji t dan uji koefisien determinasi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial NPWP berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan, dan SSP PPh 25 berpengaruh signifikan positif terhadap penerimaan pajak penghasilan. Secara simultan NPWP dan SSP PPh 25 berpengaruh secara signifikan positif terhadap penerimaan pajak penghasilan.

Kata kunci : Self Assessment System, NPWP, SSP PPh 25, Penerimaan Pajak Penghasilan.


(15)

ABSTRACT

The purpose of this research is to examine the significant impact of self assessment system toward Income Tax Received. The method of this minithesis is a causal research design, with 60 sample from 2005 until 2009 . This research utilizes secondary data. The data consists of NPWP, SSP PPh 25, and Income Tax Received. The data are taken from Pratama Tax Serve Office, Medan Petisah. The data which have already collected are processed with classic asumption test before hypothesis test. Clasis assumption tests that being used were normally test, heteroscedasticity test, autocorrelation test, and multicolinierity test. Hypothesis test in this research use double regression with t test, F test and coefficient determination test.

The result of this research show that partially NPWP have significant impact to the Income Tax Received. Whereas, SSP PPh 25 also have positive significant impact to the Income Tax Received. NPWP and SSP PPh 25 have a positive significant impact to the Income Tax Received simultaneously.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan sumber penerimaan yang paling potensial di Indonesia. Sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan pengertiannya pajak adalah iuran wajib yang diberlakukan pada setiap wajib pajak atas obyek pajak yang dimilikinya dan hasilnya diserahkan kepada pemerintah. Penerimaan dari sektor pajak terbagi menjadi dua golongan, yaitu dari pajak langsung contohnya pajak penghasilan dan dari pajak tidak langsung contohnya pajak pertambahan nilai, bea materai, bea balik nama. Pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan, selain itu juga berfungsi untuk mengatur pembangunan dan penyelenggaraan negara. Oleh karena itu, pajak perlu dikelola secara seksama, dengan meningkatkan peran serta seluruh lapisan masyarakat dan dari aparatur perpajakan itu sendiri.

Untuk mendukung tercapainya target penerimaan negara dari sektor pajak ini, pemerintah mengadakan suatu reformasi di bidang perpajakan (tax reform), yang mencakup usaha penyempurnaan sistem dan mekanisme perpajakan dari yang


(17)

sebelumnya sudah ada. Termasuk didalamnya diterapkan sistem pembayaran dan pelaporan pajak yaitu Self Assessment System yang memberikan wewenang sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan yang ada. Self Assessment System berlaku pada Pajak Penghasilan atau yang biasa disebut dengan PPh. Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut pada obyek pajak atas penghasilannya. Pajak penghasilan akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha yang memperoleh penghasilan di Indonesia..

Dilihat dari segi penerimaan, Pajak Panghasilan dapat membantu negara dalam membiayai pengeluaran. Salah satunya PPh Pasal 25 yang dihitung dan dibayar tiap bulan sendiri oleh Wajib Pajak. PPh Pasal 25 adalah salah satu PPh yang menerapkan Self Assessment System. Sistem ini berdampak pada diberikannya kepercayaan sekaligus dituntutnya peran serta masyarakat sebagai Wajib Pajak, untuk secara aktif melaksanakan kewajiban perpajakannya. Mulai dari mendaftarkan diri, menghitung, memperhitungkan, membayar, serta melaporkan jumlah pajak terutangnya melalui media SPT (Surat Pemberitahuan), dan SSP (Surat Setoran Pajak). SPT digunakan Wajib Pajak untuk melaporkan pajak terutang mereka ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Sedangkan SSP adalah surat yang digunakan WP untuk menyetor pajak terutang ke Bank, kemudian pihak Bank yang akan berkoordinasi dengan KPP dengan menyerahkan SSP tersebut sebagai arsip. Dengan kata lain SSP ini disebut sebagai tanda bukti Wajib Pajak telah membayar pajak yang disetorkan ke Bank. Sebelumnya mereka harus memiliki NPWP sebagai syarat mutlak yakni identitas Wajib Pajak dalam


(18)

melaksanakan kewajiban perpajakannya. Wajib Pajak dituntut secara aktif belajar atau mengetahui isi dan maksud suatu peraturan perpajakan dengan baik.

Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi masyarakat untuk mengetahui sistem pemungutan Self Assessment, baik mengenai tarif pajak yang berlaku, tata cara pembayaran dan pelaporan pajak penghasilan. Kesemuanya itu telah diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983, sebagaimana telah diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh), dan disempurnakan kembali dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.

Sumatera Utara khususnya Medan sebagai ibukota merupakan wilayah yang memiliki potensi sangat besar dalam meningkatkan penerimaan negara khususnya dari sektor perpajakan. Maka dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak selaku fiskus harus meningkatkan kinerjanya. Salah satunya dengan melakukan sosialisasi terhadap pelaksanaan sistem self assessment ini. KPP Pratama Medan Petisah yang berada di bawah naungan Dirjen Pajak merupakan salah satu Kantor Pelayanan Pajak di Medan yang telah melaksanakan sistem adminisrasi, pelayanan, maupun situasi kerja yang baik. KPP tersebut melakukan fungsi pengawasan dan pembinaan, melakukan monitoring masayarakat apakah telah melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan. Adapun wilayah kerja yang dicakup oleh KPP Pratama Medan Petisah ini cukup luas meliputi Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Helvetia, dan Kecamatan Medan Sunggal.

Berdasarkan berbagai kondisi yang ada, terlihat bahwa wilayah kerja yang dicakup oleh KPP tersebut mempunyai potensi yang cukup bagus untuk


(19)

meningkatkan penerimaan pajak sesuai dengan target penerimaan yang ingin dicapai. Oleh karena itu keberadaan KPP Medan Petisah ini sangatlah penting untuk dapat menyerap semua potensi penerimaan pajak yang ada. KPP harus menjadi mediator bagi Wajib Pajak dengan sistem pajak yang sedang diberlakukan. Karena tak dipungkiri, sebagai kantor pelayanan, mereka harus mampu melayani masyarakat. Wajib Pajak yang ingin membuat NPWP, juga harus berhubungan dengan kantor ini. Begitupun halnya dengan Surat Setoran Pajak yang dilaporkan tiap bulan oleh WP. Segala jenis arsip yang berhubungan dengan kewajiban perpajakan oleh WP tersimpan rapi di KPP tersebut.

Maka atas dasar uraian latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan pada KPP Pratama Medan Petisah“.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar berlakang dan identifikasi permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini perumusan masalah yang diajukan adalah : “Apakah NPWP dan SSP PPh Pasal 25 berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Petisah ?”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah NPWP dan SSP PPh Pasal 25


(20)

berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan pada KPP Pratama Medan Petisah.

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan serta manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Peneliti

Peneliti dapat memberikan pengalaman baru, pengetahuan, serta aplikasi langsung di dalam memahami materi pengaruh penerapan self assessment

system terhadap penerimaan Pajak Penghasilan pada KPP Pratama Medan

Petisah. 2. Instansi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi pelengkap atau masukan sekaligus pertimbangan bagi pihak-pihak yang berwenang yang berhubungan dengan penelitian ini dalam penetapan kebijakan pada pelaksanaan atau penggunaan suatu sistem pemungutan yang diterapkan pada Pajak Penghasilan untuk dapat mengoptimalkan penerimaan pajak negara.

3. Peneliti lainnya

Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian sejenis.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian dan Fungsi Pajak

Pajak menurut Soemitro dalam Ilyas dan Suhartono (2007 : 2) adalah ”iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal-balik (kontra prestasi), yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran umum.

Menurut Adriani dalam Ilyas dan Suhartono (2007 : 2) yaitu :

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan – peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 Angka 1 disebutkan arti pajak adalah “ kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasrkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Dari pengertian pajak yang telah disampaikan di atas, secara teoritis dapat dilihat bahwa pajak memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan negara dan masyarakat sebagaimana yang dikemukakan oleh Resmi (2005 : 3) yaitu :


(22)

fungsi budgeter, dan fungsi regulerend.

a. Fungsi Budgeter (Sumber Keuangan Negara)

Artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti PPh, PPN, PPnBM, PBB, dan lain-lain.

b. Fungsi Regulerend (Pengatur)

Artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Contohnya : Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada saat transaksi jual beli barang mewah. Semakin mewah suatu barang maka tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang tersebut semakin mahal harganya. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berlomba-lomba untuk mengonsumsi barang mewah (mengurangi gaya hidup mewah).

2. Jenis Pajak

Menurut Resmi (2005 : 6) terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokan menurut golongannya, menurut sifatnya, dan menurut lembaga pemungutannya.

a. Menurut Golongannya.

1) Pajak Langsung merupakan pajak yang harus dipikul dan ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain.

Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh).

2) Pajak Tidak Langsung merupakan pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

b. Menurut Sifatnya.

1) Pajak Subjektif merupakan pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya.

Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh).

2) Pajak Objektif merupakan pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan


(23)

atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal.

Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN). c. Menurut Lembaga Pemungutannya.

1) Pajak Negara (Pusat) merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara pada umumnya.

Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh).

2) Pajak Daerah merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I maupun daerah tingkat II dan digunakan untuk membayai rumah tangga daerah masing – masing.

Contohnya :

a) pajak daerah tingkat I (Propinsi) : Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,

b) pajak daerah tingkat II (Kabupaten/Kotamadya) : Pajak Pembangunan I, Pajak Penerangan Jalan, Pajak atas Reklame.

3. Sistem Pemungutan Pajak

Resmi (2005: 10) menyatakan bahwa dalam pemungutan pajak dikenal beberapa sistem pemungutan pajak, yaitu :

a. Official Assesment System merupakan suatu sistem pemungutan pajak

yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan Undang – Undang Perpajakan yang berlaku,

b. Self Assesment System merupakan sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku. Dalam hal ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta pelaksanaan pemungutan pajak berada di tangan Wajib Pajak,

c. With Holding System merupakan sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan Undang – Undang Perpajakan yang berlaku.

Penunjukan pihak ketiga ini bisa dilakukan dengan Undang – Undang Perpajakan, Keputusan Presiden, dan Peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetorkan dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.


(24)

4. Self Assesment System

“Adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku” (Djuanda dan Lubis, 2002 : 65). Dalam hal ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta pelaksanaan pemungutan pajak berada di tangan Wajib Pajak. Aparat pajak hanya bertugas melakukan penyuluhan dan pengawasan untuk mengetahui kepatuhan Wajib Pajak.

Cikal bakal sistem self assessment ini pada dasarnya sudah mulai diterapkan di Indonesia sejak tahun 1967 melalui Undang-Undang No.8 tahun 1967, tentang tata cara pemungutan pajak atas Pajak Pendapatan, Pajak Perseroan dan Pajak Kekayaan, yang lebih dikenal dengan sistem Menghitung Pajak Sendiri atau Menghitung Pajak Orang (MPS/MPO). Akan tetapi dalam pelaksanaannya ternyata sistem ini tidak membuahkan hasil yang diharapkan, bahkan penerimaan dari sektor pajak justru menurun. Dapat dikatakan bahwa pemungutan pajak dengan sistem MPS/MPO gagal, karena tidak didukung dengan sikap yang jujur dari Wajib Pajak serta pengawasan yang intensif dan akurat dari pihak pemerintah /administrasi pajak. Selain itu sanksi yang diterapkan juga tidak efektif dijalankan.

Kegagalan sistem tersebut tidak menyurutkan optimisme aparat pajak untuk membangun sistem perpajakan modern dan menjadikan pemerintah dan berbagai kalangan mendukung konsep self assessment ini sebagai sesuatu yang wajar dan prospektif di masa depan sehingga secara konsepsional sistem


(25)

self assessment yang digunakan sejak reformasi perpajakan 1983 sangat ideal

bagi sistem perpajakan Indonesia. Disebut ideal karena sistem tersebut di berlakukan di lingkungan sosial yang ketika itu masih memiliki pengetahuan dan kesadaran perpajakan yang relatif rendah. Di lingkungan itu masih banyak masyarakat yang memandang pajak secara negatif, sehingga masyarakat berusaha untuk menghindarinya.

Dalam rangka melaksanakan sistem self assessment ini diperlukan beberapa prasyarat yang harus dipenuhi untuk menunjang keberhasilan dari pelaksanaan sistem pemungutan ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Suandy (2002 : 95) yaitu :

a. Kesadaran Wajib Pajak (Tax Consciousness),

Kesadaran Wajib Pajak artinya Wajib Pajak mau dengan sendirinya melakukan kewajiban perpajakannya seperti mendaftarkan diri, menghitung, membayar, dan melaporkan jumlah pajak terutangnya, b. Kejujuran Wajib Pajak,

Kejujuran Wajib Pajak artinya Wajib Pajak melakukan kewajibannya dengan sebenar-benarnya tanpa adanya manipulasi, hal ini dibutuhkan di dalam sistem ini karena fiskus memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang,

c. Kemauan membayar pajak dari Wajib Pajak (Tax Mindedness),

Tax Mindedness artinya Wajib Pajak selain memiliki kesadaran akan

kewajiban perpajakannya, namun juga dalam dirinya memiliki hasrat dan keinginan yang tinggi dalam membayar pajak terutangnya,

d. Kedisiplinan Wajib Pajak (Tax Discipline),

Kedisiplinan Wajib Pajak artinya Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya dilakukan dengan dengan tepat waktu sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Azas pemungutan ini membawa konsekuensi tersendiri bagi Wajib Pajak. Konsekuensi yang ditimbulkan oleh self assessment system ini, Wajib Pajak diwajibkan untuk mendaftarkan diri, menghitung, melaporkan dan meyetorkan pajaknya yang dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak tersebut. Sarana


(26)

penghitungan, pelaporan, serta penyetoran tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Gunadi (2002 : 33) antara lain :

1) Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,

2) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara atau ke tempat pembayaran lain yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan,

3) Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda,

4) Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang digunakan untuk menjadi dasar jumlah pajak yang harus dibayar, atau pajak kurang bayar tambahan, atau pajak lebih bayar, dan pajak nihil,

5) Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan untuk membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam surat ketetapan pajak atau surat tagihan pajak, 6) Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan

terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.

Selain itu juga terdapat hambatan-hambatan terhadap pelaksanaan pemungutan pajak yang dapat dikelompokkan menjadi dua sebagaimana yang diungkapkan Waluyo (2006 : 56) yaitu perlawanan pasif dan perlawanan aktif.

a) Perlawanan pasif.

Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain :

(1) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat,

(2) Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat, (3) Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan

baik.

b) Perlawanan aktif .

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya antara lain :

(1) Tax Avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar Undang-undang,


(27)

(2) Tax Evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara

melanggar Undang-undang (menggelapkan pajak).

5. Pajak Penghasilan

Gustian dan Lubis (2001 : 18) mengungkapkan bahwa :

Pajak penghasilan dikenakan kepada Subek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak. Apabila seseorang atau badan hukum termasuk subjek pajak, dan menerima penghasilan yang merupakan objek pajak, maka Subjek Pajak tersebut menjadi Wajib Pajak. Oleh karena itu, wajib mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan wajib membayar pajak penghasilan.

Menurut golongannya pajak penghasilan digolongkan kepada pajak langsung dikarenakan pajak ini harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada pihak lain. Dan menurut sifatnya, Pajak Penghasilan adalah pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Sedangkan berdasarkan lembaga pemungutnya Pajak Penghasilan termasuk kedalam pajak pusat ( pajak negara ) yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Dalam penelitian ini difokuskan pada Pajak Penghasilan Pasal 25 yaitu ketentuan yang mengatur tentang perhitungan besarnya angsuran bulanan pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak dalam tahun pajak berjalan. Angsuran pajak penghasilan Pasal 25 tersebut dapat dijadikan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat


(28)

Pemberitahuan (SPT) Tahunan pajak penghasilan.

Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar pajak pengahasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan :

a. Pajak penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaiman dimaksud dalam pasal 22,

b. Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24,

c. Dibagi 12 ( dua belas ) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk bulan – bulan sebelum batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan, sama dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu.

PPh Pasal 25 ini mengatur tentang perhitungan besarnya angsuran bulanan yang harus dibayar oleh Wajib Pajak sendiri dalam tahun berjalan. Pajak penghasilan PPh Pasal 25 harus dibayar/disetorkan paling lambat tanggal 15 bulan takwin berikutnya setelah masa pajak berakhir.

Wajib pajak diwajibkan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lambat dua puluh hari setelah masa pajak dalam bentuk Surat Setoran Pajak ( SSP) lembar ketiga.


(29)

Orang pribadi yang tidak melakukan usaha atau pekerjaan bebas dan apabila besarnya PPh Pasal 25 menurut SPT Tahunan adalah nihil, tidak mempunyai kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25.

Adapun yang menjadi dasar hukum pemungutan PPh Pasal 25 menurut Ilyas dan Suhartono (2007: 233) yaitu :

1) Pasal 25 Undang – undang No. 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang – undang No. 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan ( UU PPh ) dan diperbarui lagi menjadi Undang- undang No. 36 Tahun 2008 yang mulai berlaku per 1 Januari 2009,

2) Keputusan Mentri Keuangan No. 522/KMK.04/2000 tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan yang Harus Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak Baru, Bank, Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi, BUMN, BUMD dan Wajib Pajak Lainnya Termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu,

3) Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. KEP-537/PJ./2000 tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak dalan Tahun Pajak Berjalan Dalam Hal – Hal Tertentu,

4) Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-210/PJ./2001 tentang Angsuran Bulanan Pajak Penghasilan Pasal 25 Dalam Masa Transisi Tahun Pajak 2001,

5) Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-207/PJ./2001 tentang Kewajiban Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 25 Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi.

6. Pembayaran Pajak dan Surat Setoran Pajak (SSP)

Wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan

Self Assessment System wajib melakukan sendiri penghitungan, pembayaran,

dan pelaporan pajak terutang.

Suran Setoran Pajak (SSP) menurut Resmi (2005 : 31) adalah ”Surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran. SSP terbagi atas : SSP Standar, SSP Khusus, SSPCP (Surat Setoran Pabean,


(30)

Cukai, dan Pajak dalam Rangka Impor), dan SSCP (Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri)”

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus untuk dibahas adalah SSP Standar yang selalu digunakan oleh Wajib Pajak khususnya Orang Pribadi dalam melaksanakan kewajibannya. Menurut Resmi (2005 : 31) SSP Standar memiliki kriteria sebagai berikut:

Digunakan sebagai bukti pembayaran dengan bentuk, ukuran, dan isi sebagaimana ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. SSP standar dibuat rangkap lima yang peruntukannya sebagai berikut :

a. Lembar ke-1 : Untuk Arsip Wajib Pajak

b. Lembar ke-2 : Untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

c. Lembar ke-3 : Untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke KPP d. Lembar ke-4 : Untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran

e. Lembar ke-5 : Untuk arsip Wajib Pungut atau pihak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

7. Nomor Pokok Wajib Pajak

Menurut Diana (2004 : 3) ”Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak pajak yang terutang ke kas negara melalui Kantor Penerima Pembayaran. sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.”

Wajib Pajak yang telah terdaftar akan memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 digit pertama merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 digit berikutnya merupakan Kode Administrasi Perpajakan. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas serta Wajib Pajak badan wajib mendaftarkan diri untuk


(31)

memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lambat 1 bulan setelah usaha dijalankan. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, apabila sampai dengan satu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak setahun, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lambat pada akhir bulan berikutnya.

Wajib Pajak mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dibeberapa tempat juga wajib mendaftarkan diri ke KPP tempat dimana semua kegiatan usaha Wajib Pajak tersebut berada.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Sebagai perbandingan dari penelitian ini akan dibahas beberapa penelitian terdahulu, antara lain :

Tabel 2.1

Tinjauan Peneliti Terdahulu

Nama Judul Variabel yang

digunakan

Hasil Penelitian Tarjo

(2005)

Analisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Pelaksanaan Self Asessment System

Variabel dependen: Wajib pajak orang pribadi

Variabel independen : Pelaksanaan Self Assessment System

Self Asessment

System berpengaruh

negatif terhadap wajib pajak


(32)

Admin (2007)

Pengaruh With Holding System

Terhadap

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Pada Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Batu”.

Variabel dependen: Penerimaan PPN Variabel independen: jumlah PKP terdaftar, SPT Masa PPN yang dilaporkan, serta SSP PPN yang disetorkan

Ketiga variabel bebas dalam penelitian tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan PPN namun hanya PKP saja yang memiliki arah negatif.

Sari (2009)

Pengaruh Self Assesment System

Terhadap

Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Medan Barat.

Variabel dependen :

Penerimaan Pajak Penghasilan

Variabel independen : NPWP terdaftar , SSP PPh pasal 25 perbulan ,

Secara simultan NPWP dan SSP PPh

Pasal 25 berpengaruh secara signifikan positif terhadap penerimaan pajak penghasilan.

Sumber : Diolah oleh Peneliti, 2010

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya Sari (2009) dengan variabel dependen dan independen yang sama. Adapun hal yang menjadi perbedaan dari penelitian ini dengan peneliti terdahulu antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan di KPP Pratama Medan Petisah, sedangkan peneliti terdahulu melakukan penelitian di KPP Pratama Medan Barat. 2. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah selama

lima tahun yakni dari 2005-2009. Sementara peneliti sebelumnya hanya dimulai dari tahun 2004-2008.

3. Jumlah sampel yang dipakai dalam penelitian ini berjumlah 60 sampel, sementara peneliti sebelumnya berjumlah 48 sampel.


(33)

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model konseptual bagaimana teori tersebut akan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting.

Penelitian ini merupakan suatu kajian yang berangkat dari berbagai konsep teori dan kajian penelitian yang mendahuluinya. Dengan diberlakukannya sistem self assessment terhadap pajak penghasilan, maka Wajib Pajak dituntut untuk lebih aktif baik dalam mendaftarkan dirinya, menghitung , melaporkan dan menyetorkan sendiri kewajiban perpajakannya. Pemerintah dalam hal ini aparat pajak hanya bertugas melakukan penyuluhan dan pengawasan untuk mengetahui kepatuhan Wajib Pajak.

Sistem Self Assessment dalam penelitian ini diwakili oleh variabel jumlah NPWP yang merupakan bentuk dari kesadaran Wajib Pajak dalam mendaftarkan dirinya dan SSP PPh Pasal 25 yang merupakan perwujudan dari kesadaran Wajib Pajak dalam menghitung dan menyetorkan sendiri kewajiban perpajakannya terhadap penerimaan pajak penghasilan khusunya pajak penghasilan pada Wajib Pajak orang pribadi dalam penelitian ini.

Berdasarkan tinjauan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat digambarkan kerangka konseptual melalui gambar berikut :


(34)

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2. Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2007 : 38) ”hipotesis merupakan proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris, dan hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.”

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya dapat dirumuskan hipotesis penelitian untuk menguji apakah secara statistik Variabel Bebas NPWP (X1) dan SSP PPh pasal 25 (X2) berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

NPWP

( X1 )

SSP PPh Pasal 25

( X2 )

Pajak Penghasilan


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian assosiatif kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara suatu variabel dengan variabel yang lainnya (Sugiyono, 2005 : 11). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan pengaruh NPWP dan SSP PPh Pasal 25 sebagai variabel independen terhadap penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama Medan Petisah sebagai variabel dependen.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya“(Sugiyono, 2005 : 72). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah pada periode tahun 2005-2009.

Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Erlina, 2007 : 74). Metode pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling, dengan jumlah 60 sampling yang dibagi-bagi menurut wilayah cakupan KPP Pratama Medan Petisah. Penelitian ini menggunakan data sekunder dimana arsip data yang diteliti adalah sepanjang kurun waktu 2005 sampai dengan 2009. Arsip data ini meliputi keterangan


(36)

mengenai jumlah penerimaan PPh per bulan, jumlah NPWP per bulan dan jumlah SSP PPh Pasal 25.

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak lain. Data sekunder yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah jumlah NPWP per bulan, SSP PPh Pasal 25 yang dilaporkan, jumlah penerimaan PPh pada wajib pajak orang pribadi per bulan serta data lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

Selain data tersebut di atas, juga dilakukan studi literature sebagai data pendukung penelitian ini yang diperoleh dari buku-buku.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data sekunder dan studi kepustakaan.

a. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari peraturan–peraturan perpajakan dan laporan-laporan yang berkaitan dengan perpajakan. Arsip data ini meliputi keterangan mengenai jumlah penerimaan PPh per bulan, jumlah NPWP per bulan dan jumlah SSP PPh Pasal 25 sepanjang kurun waktu 2005 sampai 2009.

b. Studi kepustakaan dalam hal ini adalah dengan membaca dan mempelajari lebih mendalam berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang


(37)

diteliti. Tujuan dari studi ini adalah dengan membandingkan kenyataan di lapangan dengan teori yang ada.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variabel NPWP dan SSP PPh Pasal 25. Sedangkan variabel terikatnya adalah Penerimaan Pajak Penghasilan.

Tabel VII.1

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala

Independen 1. NPWP

2. SSP PPh Pasal 25

Nomor Pokok Wajib Pajak

adalah nomor yang

diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak

dan kewajiban perpajakannya.

SSP PPh Pasal 25 merupakan salah satu wujud nyata dari sistem

self assessment yaitu

sarana bagi Wajib Pajak untuk menghitung dan melaporkan sendiri kewajiban PPh-nya.

Besarnya jumlah NPWP

terdaftar yang menyetorkan pajaknya

dapat dilihat dari Laporan Penerimaan Pajak pada bagian PDI

Besarnya jumlah SSP PPh Pasal 25 yang menyetorkan pajaknya dapat dilihat dari Laporan Penerimaan Pajak pada bagian PDI

Rasio


(38)

Dependen Penerimaan Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada Subek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak.

Besarnya jumlah penerimaan pajak penghasilan dapat dilihat

dari Laporan Penerimaan Pajak pada

bagian PDI

Rasio

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan SPSS. Peneliti melakukan terlebih dahulu uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.

Pengujian asumsi klasik tersebut meliputi : 1. Uji normalitas

Menurut Ghozali (2005 : 110), “uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Uji normalitas perlu dilakukan untuk menentukan alat statistik yang dilakukan, sehingga kesimpulan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu analisis grafik dan analisis statistik.

a. Analisis grafik.

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode


(39)

yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

b. Analisis statistik.

Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan nilai Z-skewness. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S), Jika tingkat signifikansinya > 0,05, maka data itu terdistibusi normal dan dapat dilakukan model regresi berganda.

Pedoman pengambilan keputusan tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dari :

1) Nilai Sig. Ata signifikan atau probabilitas < 0,05,maka distribusi data adalah tidak normal,

2) Nilai Sig. Atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.

Distribusi yang melanggar asumsi normalitas dapat dijadikan menjadi bentuk yang normal dengan beberapa cara melalui :

a. Melakukan transformasi data, misalnya mengubah data menjadi bentuk logaritma (Log) atau Logaritma Natural(Ln).

b. Menambah jumlah data.

c. Menghilangkan data yang dianggap sebagai penyebab tidak normalnya data.


(40)

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas.

Dalam menguji heteroskedastisitas, penulis menggunakan uji glejser dan memperhatikan hasil output SPSS. Jika variabel independen signifikan < 0,05 maka Ha diterima (ada heteroskedastisitas) dan jika signifikan > 0,05 maka Ho diterima (tidak ada heteroskedastisitas).

3. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode satu dengan periode sebelumya (Ghozali, 2005). Autokorelasi terjadi karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series). Model regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat autokorelasi. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW).

Secara umum keputusan ada atau tidaknya autokorelasi bisa diambil patokan sebagai berikut :


(41)

b) Bila nilai D-W di antara -2 sampai +2, maka tidak ada autokorelasi, c) Bila nilai D-W di atas +2, maka ada autokorelasi negatif.

4. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antarvariabel independen. Untuk mendeteksinya dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai toleransi. Pada pengujian ini regresi yang bebas multikolinearitas adalah yang mempunyai nilai VIF kurang dari 5 serta nilai Tolerance lebih dari 0,1.

Cara untuk mengatasi jika terjadi multikolinearitas, yaitu :

a) Mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi dan identifikasikan variabel independen lainnya untuk membantu prediksi,

b) Menggabungkan data cross section dan time series (pooling data) c) Menambah data penelitian

G. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis (Ha) metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda, karena menyangkut dua buah variabel independen dan satu buah variabel dependen.


(42)

Model persamaan regresi untuk menguji hipotesis dengan formulasi sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + е

Dimana ;

Y = Penerimaan Pajak Penghasilan a = konstanta

X1 = NPWP

X2 = SSP PPh Pasal 25

b1 = Koefisien Regresi NPWP

b2 = Koefisien Regresi SSP PPh Pasal 25

e = Variabel pengganggu (error)

Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan t-test, F-test, dan Koefisien Determinasi (R2).

1. Uji Signifikan Parsial (Uji – t)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian dilakukan menggunakan uji t dengan tingkat pengujian pada α 5% derajat kebebasan (degree of freedom) atau df = (n – k). Bentuk pengujiannya adalah: Ho : b1 , b2 = 0, artinya NPWP dan SSP PPh 25 secara parsial tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan,

Ha : b1, b2 ≠ 0, artinya NPWP dan SSP PPh 25 secara parsial mempunyai


(43)

Kriteria pengambilan keputusan : Ho diterima jika t hitung < t tabel

Ha diterima jika t hitung > t tabel

2. Uji Signifikan Simultan (Uji – F)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian simultan ini menggunakan uji F, yaitu dengan membandingkan antara nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi yang digunakan yaitu 0,05.

Ho : b1 , b2 = 0, artinya NPWP dan SSP PPh 25 secara bersama-sama tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan,

Ha : b1, b2 ≠ 0, artinya NPWP dan SSP PPh 25 secara bersama-sama

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan,

Kriteria pengambilan keputusan : Ho diterima jika F hitung < F tabel

Ha diterima jika F hitung > F tabel

3. Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi


(44)

naik turunnya variabel dependen. Koefisien determinasi berkisar antara nol s.d satu ( 0 ≤ R2 ≤ 1). Hal ini berarti bila R2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila R2 semakin mendekati 1, menunjukkan semakin kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dan bila R2 semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

H. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, dengan lokasi Jalan Asrama No.7A Kec.Medan Helvetia, Medan.


(45)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian 1. Data Penelitian

a. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah

Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak-Departemen Keuangan melakukan modernisasi perpajakan sebagai bagian dari reformasi perpajakan (tax reform) dan reformasi birokrasi. Dilakukan perubahan paradigma perpajakan dengan mengedepankan aspek pelayanan kepada Wajib Pajak, yang diimbangi dengan pengawasan dan konsultasi. Untuk implementasinya dibentuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) modern dengan tiga model, yakni KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya, dan KPP Pratama. Salah satunya adalah KPP Pratama Medan Petisah yang terletak di Jalan Asrama No.7A Medan.

Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-95/PJ/2008 tanggal 27 Mei 2008 tentang Saat Mulai Operasi (SMO) KPP Pratama di Lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I, KPP Pratama Medan Petisah ditetapkan mulai beroperasi tanggal 27 Mei 2008. KPP Pratama Medan Petisah berada dibawah Lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I, yang memiliki kedudukan, tugas, fungsi, dan struktur organisasi sebagai berikut :


(46)

b. Kedudukan, Tugas, Fungsi, Struktur Organisasi, dan Wilayah Kerja.

KPP Pratama Medan Petisah adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor.

1) Tugas

Dalam kedudukannya tersebut, KPP Pratama Medan Petisah mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang PPh, PPN, PPn BM, PBB, BPHTB, PTLL, dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Fungsi

Dalam melaksanakan tugas, KPP Pratama Medan Petisah menyelenggarakan fungsi :

a) Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

b) Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan /pengolahan Surat Pemberitahuan, dan penerimaan surat lainnya c) Penyuluhan perpajakan

d) Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak e) Pelaksanaan pemeriksaan pajak


(47)

g) Pelaksanaan konsultasi perpajakan

h) Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi i) Pelaksanaan administrasi KPP.

3) Struktur Organisasi

Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematika mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi, dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuannya yaitu untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara maksimal.

Gambar 4.1


(48)

KPP Pratama Medan Petisah dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak. KPP Pratama Medan Petisah terdiri dari sembilan seksi, dimana masing-masing seksi mempunyai Koordinator Pelaksana dan satu Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Pajak (KP4). Masing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi.

Secara ringkas susunan Organisasi KPP Pratama Medan Petisah : a) Sub Bagian Umum

b) Seksi Pengolahan Data dan Informasi c) Seksi Pelayanan

d) Seksi Penagihan e) Seksi Pemeriksaan f) Seksi Ekstensifikasi

g) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I h) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II i) Seksi Pengawasan dan Konsultasi III j) Kelompok Jabatan Fungsional

4) Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Petisah

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, meliputi : a. Kecamatan Medan Petisah

b.Kecamatan Medan Helvetia c. Kecamatan Medan Sunggal


(49)

Sementara itu kantor dengan wilayah kerja yang baru (KPP Pratama), terdiri dari ;

1) KPP PRATAMA MEDAN TIMUR, meliputi tiga kecamatan.

a. Kecamatan Medan Timur. b. Kecamatan Medan Perjuangan. c. Kecamatan Medan Tembung.

2) KPP PRATAMA MEDAN KOTA, meliputi empat kecamatan.

a. Kecamatan Medan Kota. b. Kecamatan Medan Denai. c. Kecamatan Medan Area. d. Kecamatan Medan Amplas.

3) KPP PRATAMA MEDAN POLONIA, meliputi enam kecamatan.

a. Kecamatan Medan Johor. b. Kecamatan Medan Maimun. c. Kecamatan Medan Barat. d. Kecamatan Medan Polonia. e. Kecamatan Medan Tuntungan. f. Kecamatan Medan Selayang.

4) KPP PRATAMA MEDAN BARAT, meliputi satu kecamatan.

a. Kecamatan Medan Barat.

5) KPP PRATAMA MEDAN PETISAH, meliputi tiga kecamatan.

a. Kecamatan Medan Helvetia. b. Kecamatan Medan Petisah.


(50)

c. Kecamatan Medan Sunggal.

6) KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN, meliputi tiga kecamatan.

a. Kecamatan Medan Labuhan. b. Kecamatan Medan Deli. c. Kecamatan Medan Belawan. d. Kecamatan Medan Helvetia.

7) KPP PRATAMA BINJAI, meliputi satu kotamadya dan kabupaten

a. Kota Binjai.

b. Kabupaten Langkat.

8) KPP PRATAMA LUBUK PAKAM, meliputi satu kabupaten.

a. Kabupaten Deli Serdang.

c. Mandat yang diberikan

Dalam melaksanakan tugas sebagai pengemban penerimaan APBN, KPP Pratama Medan Petisah sebagai instansi vertikal di bawah Direktorat Jenderal Pajak, secara langsung mendapat mandat mengumpulkan dana bagi pembiayaan negara (APBN).

d. Peran Strategis KPP Pratama Medan Petisah

Wilayah kerja KPP Pratama Medan Petisah mencakup seluruh kecamatan Medan Helvetia, Medan Petisah, dan Medan Sunggal. Wilayah Ekonomi Kecamatan Medan Petisah terdiri dari dua sektor yaitu perdagangan dan pemukiman penduduk baik berupa komplek perumahan dan pemukiman penduduk biasa. Wilayah perdagangan meliputi wilayah


(51)

sepanjang Jalan Jend. Gatot Subroto, Jl. Sekip, Jl. Kapten Muslim. Wilayah Pemukiman meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Medan Helvetia, Medan Petisah dan Medan Sunggal.

e. Sumber Daya Manusia

Aspek kepegawaian yang mendukung operasional KPP Pratama Medan Petisah dapat digambarkan sebagai berikut :

1) Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.1

Klasifikasi Kepegawaian Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan

Jenjang Jumlah

S2 S1/D4 D3 D1 SLTA Lainnya 6 18 12 19 17 Sumber : KPP Pratama Medan Petisah

2) Berdasarkan Pangkat/Golongan

Tabel 4.2

Klasifikasi Kepegawaian Berdasarkan Pangkat/Golongan Pangkat/Golongan

Golongan Jumlah

IV III II I 3 30 39 -


(52)

3) Berdasarkan Jabatan

Tabel 4.3

Klasifikasi Kepegawaian Berdasarkan Jabatan Jabatan

Jabatan Jumlah

Ka. Kantor Kasi/Kasubbag Supervisor Fungsional

Account Representative Pelaksana

1 10

1 7 14 39 Sumber : KPP Pratama Medan Petisah

f. Rencana Strategi dan Rencana Kinerja 1). Rencana Strategi

a) Visi dan Penjelasannya

Sebagaimana kebijakan yang telah dicanangkan oleh Kantor Pusat DJP, Visi KPP Pratama Medan Petisah adalah ‘Menjadi Model Pelayanan Masyarakat yang Menyelenggarakan Sistem dan Manajemen Perpajakan Kelas Dunia yang Dipercaya dan Dibanggakan Masyarakat’.

Visi tersebut merefleksikan cita-cita KPP Pratama Medan Petisah untuk menjadi public service yang berstandar internasional/dunia baik dari sisi kualitas aparat maupun manajemennya sehingga eksistensi dan kinerjanya mampu memenuhi harapan masyarakat sebagai institusi yang memiliki citra baik dan bersih.


(53)

b) Pernyataan Misi dan Penjelasannya

Misi Direktorat Jenderal Pajak dibedakan menjadi 4 (empat) aspek atau bidang.

1. Misi Fiskal, yaitu menghimpun penerimaan Dalam Negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-undang Perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi.

2. Misi Ekonomi, yaitu mendukung kebijaksanaan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijaksanaan perpajakan yang meminimalkan distorsi.

3 Misi Politik, yaitu mendukung proses demokratisasi bangsa. 4. Misi Kelembagaan, yaitu senantiasa memperbaharui diri,

selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan muktahir.

Misi tersebut sebagai suatu pernyataan tujuan keberadaan (eksistensi), tugas, fungsi, peranan dan tanggung jawab DJP c.q. KPP Pratama Medan Petisah sebagaimana diamanatkan dalam UU dan Peraturan serta kebijaksaan pemerintah dengan dijiwai prinsip-prinsip dan nilai-nilai strategis organisasi di berbagai bidang.

c) Tujuan

Tujuan merupakan penjabaran dari misi dan merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun waktu tertentu, jangka


(54)

pendek atau jangka panjang. Oleh karena itu sebagai penjabaran visi dan misi yang telah ditetapkan, KPP Pratama Medan Petisah memiliki tujuan jangka pendek sebagai berikut :

1. Meningkatkan kemampuan KPP Pratama Medan Petisah dalam penguasaan teknologi dan penggalian potensi pajak.

2. Meningkatkan citra aparat pajak dengan meningkatkan moral dan integritas aparat pajak dan mengubah sikap penguasa menjadi sikap abdi masyarakat.

Sedangkan tujuan jangka panjang adalah :

1. Mewujudkan sistem self assessment yang mantap.

2. Menopang tercapainya tax ratio, tax coverage ratio dan

compliance ratio yang cukup tinggi.

3. Mewujudkan terbentuknya pelayanan prima bagi Wajib Pajak dengan orientasi kepuasan pelanggan dan peningkatan pemahaman Wajib Pajak atas segala hak dan kewajibannya. d) Sasaran

Sasaran KPP Pratama Medan Petisah adalah terealisasinya target penerimaan yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat DJP sebesar Rp 127,97 Miliar.

e) Kebijakan

Demi tercapainya tujuan dan sasaran berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan, KPP Pratama Medan Petisah telah mengambil langkah-langkah sebagaimana tertuang dalam kebijakan yang


(55)

dijadikan pedoman, petunjuk atau pegangan bagi setiap usaha kegiatan yang dilaksanakan yaitu:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan

2. Mengamankan pencapaian rencana penerimaan pajak 3. Terciptanya masyarakat sadar dan peduli pajak

f) Program

Program kegiatan yang telah dicanangkan adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan kualitas pelayanan ;

2. Pencapaian rencana penerimaan.

2). Rencana Kinerja

Tabel 4.4

Rencana Kinerja KPP Pratama Medan Petisah

Program Kegiatan

Uraian Indikator Pencapaian Kinerja

Peningkatan Kualitas Pelayanan

Penataan outlet Ruang Tersedianya ruang kerja Pengadaan Komputer Tersedianya Komputer Pemeliharaan Terpeliharanya Gedung Mengusulkan Diklat Dapat mengikuti diklat Melaksanakan In-House

training

Bertambahnya jumlah pegawai/pejabat yang

memahami peraturan/ konsep baru

Melaksanakan rotasi

intern Terlaksananya rotasi intern Melaksanakan

Administrasi Kepegawaian

Terpenuhinya hak dan kewajiban pegawai

Melaksanakan

pengelolaan Keuangan Terealisasinya anggaran kantor Memberikan pelayanan

restitusi

Dapat diselesaikannya Restitusi sesuai dengan standar waktu Menyelesaikan

permohonan keberatan

Dapat diselesaikannya


(56)

Program Kegiatan

Uraian Indikator Pencapaian Kinerja

standar waktu Menyelesaikan permohonan mengangsur atau menunda pembayaran pajak Dapat diselesaikannya permohonan angsuran/penundaan pembayaran sesuai dengan standar waktu Pencapaian Rencana Penerimaan PPh Melaksanakan Pemeriksaan Terlaksananya pemeriksaan Melakukan kerjasama

dgn instansi lain

Diperolehnya data dari instansi lain

Menerbitkan Surat Teguran

Dapat dicairkannya Tunggakan Pajak

Menerbitkan Surat Paksa Dapat dicairkannya Tunggakan Pajak

Melaksanakan Penyitaan Dapat dicairkannya Tunggakan Pajak

Membuat pengumuman lelang

Dapat diterimanya informasi lelang

Mengawasi SPT Masa PPh Badan

Tercapainya Kepatuhan Wajib Pajak Badan

Mengawasi SPT Masa PPh Pot-Put

Tercapainya Kepatuhan Wajib Pajak Pot-Put

Mengawasi SPT Tahunan PPh Badan

Tercapainya Kepatuhan Wajib Pajak Badan

Mengawasi SPT Tahunan PPh Pot-Put

Tercapainya Kepatuhan Wajib Pajak Pot-Put

Menyusun rekapitulasi realisasi penerimaan PPh

Tercapainya Realisasi Penerimaan Pencapaian Rencana Penerimaan PPN Melaksanakan

Pemeriksaan Terlaksananya pemeriksaan Melaksanakan equalisasi

peredaran usaha PPh – PPN

Dapat diterbitkannya Himbauan Pembetulan SPT

Melaksanakan ketentuan PPN Membangun Sendiri

Dapat Dibayarnya PPN Membangun Sendiri Mengawasi SPT Masa

PPN

Rekapitulasi realisasi penerimaan PPN


(57)

Program Kegiatan

Uraian Indikator Pencapaian Kinerja

Penyuluhan kewajiban kepada masyarakat Pencapaian

Rencana Penerimaan

BPHTB

Pengawasan pembayaran BPHTB dan Laporan dari Notaris

Dapat dibayarkan PBB sesuai dengan yang seharusnya terutang.

Sumber : KPP Pratama Medan Petisah

2. Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif adalah ilmu statistik yang mempelajari cara-cara pengumpulan, penyusunan dan penyajian data suatu penelitian. Tujuannya adalah memudahkan orang untuk membaca data serta memahami maksudnya. Berikut ini merupakan output SPSS yang merupakan keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.5 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

NPWP (X1) 60 69 7154 801.50 1331.954

SSP_PPh_25 (X2) 60 1480 2247 1784.07 197.365 Penerimaan_PPh_25 (Y) 60 2.E8 5.E9 4.36E8 6.960E8 Valid N (listwise) 60

Sumber : Diolah dari SPSS, 2010

Berikut ini data deskriptif yang telah diolah :

a. variabel NPWP (X1) memiliki nilai minimum 69,00, nilai maksimum

7.154,00, rata-rata NPWP 801,50 dan standar deviasi sebesar 1.331,954 dengan jumlah sampel sebanyak 60,


(58)

b. variabel SSP PPh 25 (X2) memiliki nilai minimum 1.480,00, nilai

maksimum 2.247,00, rata-rata SSP 1.784,07 dan standar deviasi sebesar 197,365dengan jumlah sampel sebanyak 60,

c. variabel Peneriman PPH 25 (Y) memiliki nilai minimum 2,00, nilai maksimum 5,00, rata-rata Penerimaan PPH 25 4,36 dan standar deviasi sebesar 6,960 dengan jumlah sampel sebanyak 60.

3. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah terdistribusi secara normal. Hasil uji normalitas dengan grafik histogram yang diolah dengan SPSS, normal probability plot serta Kolmogorov-Smirnov Test ditunjukkan sebagai berikut:

Gambar 4.2 Histogram


(59)

Hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa pada grafik histogram di atas distribusi data mengikuti kurva berbentuk lonceng yang melenceng ke kiri (skewness) atau dapat disimpulkan bahwa data tersebut tidak normal.

Gambar 4.3 Normal P-P Plot

Sumber : Diolah dari SPSS, 2010

Hasil uji normalitas dengan menggunakan normal probability plot, dimana terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya kurang mengikuti garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi tidak terdistribusi secara normal.


(60)

Tabel 4.6

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .00

Std. Deviation 6.847E8 Most Extreme Differences Absolute .360

Positive .360

Negative -.308

Kolmogorov-Smirnov Z 2.790

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data

Sumber : Diolah dari SPSS, 2010

Dari data diatas diperoleh nilai Kolmogorov – Smirnov sebesar 2.790 dan signifikan pada 0.05 (karena p = 0.000 < dari 0.05). Hal ini berarti Ha

diterima dan Ho ditolak yang mengatakan bahwa residual tidak terdistribusi

secara normal atau dengan kata lain residual tidak berdistribusi normal. Dengan demikian tidak dapat digunakan untuk melakukan Uji t dan Uji F.

Semua hasil pengujian melalui analisis grafik dan statistik di atas menunjukkan hasil yang sama yaitu tidak normal sehingga dilakukan tindakan perbaikan yaitu dengan menggunakan transformasi seluruh variabel penelitian ke dalam fungsi logaritma natural (Ln). Hasil pengujian ulang data menghasilkan :


(61)

Gambar 4.4 Histogram

Sumber : Diolah dari SPSS, 2010

Hasil uji normalitas di atas memperlihatkan bahwa pada grafik histogram di atas distribusi data mengikuti kurva berbentuk lonceng yang tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng kanan atau dapat disimpulkan bahwa data tersebut normal.

Gambar 4.5 Normal P-P Plot


(62)

Hasil uji normalitas dengan menggunakan normal probability plot, di mana terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.

Tabel 4.7

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .56341356 Most Extreme

Differences

Absolute .202

Positive .202

Negative -.137

Kolmogorov-Smirnov Z 1.564

Asymp. Sig. (2-tailed) .157

a Test distribution is normal b Calculated from data

Sumber : Diolah dari SPSS, 2010

Nilai Kolmogorov – Smirnov sebesar 1.564 dan tidak signifikan pada 0.05 (karena p = 0.157 > 0.05). Jadi kita tidak dapat menolak Ho yang mengatakan

bahwa residual terdistribusi secara normal atau dengan kata lain residual berdistribusi normal. Semua hasil pengujian melalui analisis grafik dan statistik di atas menunjukkan hasil yang sama yaitu normal, dengan demikian telah terpenuhi asumsi normalitas dan bisa dilakukan pengujian asumsi klasik berikutnya pada data.


(63)

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas ini dapat dilihat dengan grafik scatterplot dan uji Glejser. Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot berikut ini :

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Gambar 4.6 Grafik Scatterplot

Sumber : Diolah dari SPSS, 2009

Dari gambar scatterplot di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, serta tidak membentuk pola tertentu atau tidak teratur. Hal ini mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai.


(64)

Sedangkan hasil uji heteroskedastisitas dengan statistik uji glejser setelah seluruh variabel penelitian ditransformasi ke dalam fungsi logaritma natural (Ln) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8

Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.587 3.916 .405 .687

LN_NPWP .061 .045 .176 1.353 .182

LN_SSP_PPh_25 -.212 .521 -.053 -.406 .686 a. Dependent Variable: Absut

Sumber : Diolah dari SPSS, 2010

Berdasarkan hasil Uji Glejser di atas, dapat dilihat bahwa pada tabel Coefficients(a) nilai sig. semua variabel independen lebih besar dari 0,05 (5%). Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas. Dengan demikian terpenuhilah asumsi klasik untuk uji heteroskedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi ini digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan adanya autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model yang tidak mengandung autokorelasi. Hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(65)

Tabel 4.9

Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .464a .215 .187 .57321 1.086

a. Predictors: (Constant), LN_SSP_PPh_25, LN_NPWP b. Dependent Variable: LN_Penerimaan_PPh_25 Sumber : Diolah dari SPSS 2010

Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin Watson (DW) sebesar 1,086. Maka Ho diterima, yang artinya dalam model regresi

tidak terdapat autokorelasi atau kesalahan pengganggu, sebab DW terletak diantara -2 sampai +2 yang berarti tidak ada autokorelasi.

d. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen. Hasil dari uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.10

Hasil Uji Multikolinearitas

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1(Constant)

Ln_NPWP .999 1.001

Ln_SSP_PPh_25 .999 1.001

a Dependen Variabel : LN_Penerimaan_PPh_25 Sumber : Diolah dari SPSS, 2010


(66)

Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/ Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 5. Dari hasil pengujian di atas, dapat dilihat bahwa angka tolerance Jumlah NPWP (X1), SSP PPh 25 (X2) > 0,10 dan VIF-nya < 5. Hasil perhitungan nilai Tolerance juga menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki

nilai Tolerance kurang dari 0.10. Ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi multikolinearitas di antara variabel independen dalam penelitian.

4. Model dan Teknik Analisis Data

Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, melalui pengaruh Ln_NPWP (X1) dan Ln_SSP_PPh 25 (X2)

terhadap Ln_Penerimaan_PPh_25 (Y). Hasil regresi dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 29.644 5.166 5.739 .000

ln_NPWP .193 .059 .381 3.244 .002 .999 1.001

ln_SSP_PPh_25 -1.497 .688 -.256 -2.177 .034 .999 1.001

a. Dependent Variable: Ln_penerimaan_PPh_25


(67)

Berdasarkan penjelasan dari pengujian asumsi klasik sebelumnya, model regresi dalam penelitian ini telah diubah menjadi model logaritma natural (Ln), sehingga beta dan koefisien dari penelitian ini dapat disimpulkan dalam bentuk logaritma natural.

Dari nilai-nilai koefisien di atas, persamaan regresi yang dapat disusun untuk variabel Penerimaan PPh 25 dan SSP PPh 25 adalah (dalam jutaan rupiah) :

LnPenerimaanPPh25 = 29.664 + 0.193 LnNPWP – 1.497 LnSSP PPh25 + e

Keterangan ;

Ln Penerimaan PPh 25 = Logarima Natural (LN) Penerimaan PPh Ln NPWP = Logarima Natural (LN) NPWP

Ln SSP PPh 25 = Logarima Natural (LN) SSP PPh Pasal 25 Persamaan tersebut menunjukkan angka yang signifikan pada 0,05 pada variabel Ln_NPWP (X1) dan Ln_SSP_PPh_25(X2). Adapun interpretasi dari

persamaan di atas adalah : a. a = 29,664

Nilai konstanta sebesar ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel Ln_NPWP dan Ln_SSP_PPh_25 (X=0), maka Penerimaan Pajak Penghasilan yang terbentuk adalah sebesar 29,664.

b. b1 = 0,193

Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel Ln NPWP (X1) berpengaruh positif terhadap variabel Penerimaan PPh 25. Ini berarti jika Ln_NPWP meningkat 1, maka akan menaikkan Penerimaan Pajak


(68)

Penghasilan sebesar 0,193 dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol.

c. b2 = -1,497

Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel Ln_SSP_PPh25 (X2) berpengaruh negatif terhadap variabel Penerimaan PPh 25. Ini berarti jika setiap Ln_SSP PPh 25 meningkat 1, maka akan menurunkan Penerimaan Pajak Penghasilan sebesar 1,497 dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol.

d. standar error (e) menunjukkan tingkat kesalahan pengganggu.

5. Pengujian Hipotesis

a. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen, yaitu NPWP dan SSP PPh 25 secara parsial (individual) berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan, dilakukan uji statistik t.

Tabel 4.12 Uji Statistik t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 29.644 5.166 5.739 .000

LN_NPWP .193 .059 .381 3.244 .002

LN_SSP_PPh_25 -1.497 .688 -.256 -2.177 .034 a. Dependent Variable: LN_Penerimaan_PPh_25


(69)

Dari hasil uji diatas, dapat dijelaskan pengaruh dari variabel independen secara satu persatu (parsial).

1) NPWP (X1) terhadap Penerimaan PPh 25 (Y).

Hasil analisis uji t untuk variabel NPWP diperoleh nilai t sebesar 3,244 dengan signifikansi sebesar 0,002 yang berarti nilai ini lebih kecil dari 0,05, sedangkan nilai thitung 3,244 > t tabel 2,0025. Maka dapat disimpulkan

Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa variabel Ln NPWP secara parsial berpengaruh secara signifikan positif terhadap Ln Penerimaan PPh 25 (Y).

2) SSP PPh 25 (X2) terhadap Penerimaan PPh 25 (Y)

Hasil analisis uji t untuk variabel SSP PPh 25 diperoleh nilai t sebesar 2,177 dengan signifikansi sebesar 0,034 yang berarti nilai ini lebih kecil dari 0,05, sedangkan nilai t hitung 2,177 > t tabel 2,0025 Maka dapat

disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa variabel Ln SSP PPh 25 secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Ln Penerimaan PPh 25 (Y).

b. Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Kemudian untuk menguji pengaruh NPWP dan SSP secara bersama-sama terhadap Penerimaan PPh, digunakan uji statistik F.


(1)

Lampiran ix

Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot

Sebelum Transformasi dengan Logaritma Natural


(2)

Lampiran x

Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser

Sebelum Transformasi dengan Logaritma Natural

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .592 .519 1.140 .259

NPWP 3.985E-5 .000 .122 .931 .356

SSP_PPh_25 .000 .000 -.068 -.520 .605

a. Dependent Variable: Absut

Setelah Transformasi dengan Logaritma Natural

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.587 3.916 .405 .687

LN_NPWP .061 .045 .176 1.353 .182

LN_SSP_PPh_25 -.212 .521 -.053 -.406 .686


(3)

Lampiran xi

Hasil Uji Autokorelasi

SebelumTransformasi dengan Logaritma Natural

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .179a .032 -.002 6.966E8 1.307

a. Predictors: (Constant), SSP_PPh_25, NPWP b. Dependent Variable: Penerimaan_PPh_25

Setelah Transformasi dengan Logaritma Natural

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .464a .215 .187 .57321 1.086

a. Predictors: (Constant), LN_SSP_PPh_25, LN_NPWP b. Dependent Variable: LN_Penerimaan_PPh_25


(4)

Lampiran xii

Hasil Uji Multikolinearitas

Sebelum Transformasi dengan Logaritma Natural

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.530E9 8.258E8 1.852 .069

NPWP 19320.421 68097.147 .037 .284 .778 1.000 1.000

SSP_PPh_25 -621504.666 459566.561 -.176 -1.352 .182 1.000 1.000 a. Dependent Variable: Penerimaan_PPh_25

Setelah Transformasi dengan Logaritma Natural

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 29.644 5.166 5.739 .000

ln_NPWP .193 .059 .381 3.244 .002 .999 1.001

ln_SSP_PPh_25 -1.497 .688 -.256 -2.177 .034 .999 1.001


(5)

Lampiran xiii

Hasil Regresi Sebelum Transformasi dengan Logaritma Natural

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .179a .032 -.002 6.966E8

a. Predictors: (Constant), SSP_PPh_25, NPWP

Hasil Uji t (t test)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.530E9 8.258E8 1.852 .069

NPWP 19320.421 68097.147 .037 .284 .778

SSP_PPh_25 -621504.666 459566.561 -.176 -1.352 .182

a. Dependent Variable: Penerimaan_PPh_25

Hasil Uji F (F test)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 9.209E17 2 4.604E17 .949 .393a

Residual 2.766E19 57 4.853E17

Total 2.858E19 59

a. Predictors: (Constant), SSP_PPh_25, NPWP b. Dependent Variable: Penerimaan_PPh_25


(6)

Lampiran xiv

Hasil Regresi Setelah Transformasi dengan Logaritma Natural

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .464a .215 .187 .57321

c. Predictors: (Constant), LN_SSP_PPh_25, LN_NPWP d. Dependen Variable: LN_Penerimaan_PPh_25

Hasil Uji t (t test)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 29.644 5.166 5.739 .000

LN_NPWP .193 .059 .381 3.244 .002

LN_SSP_PPh_25 -1.497 .688 -.256 -2.177 .034

a. Dependent Variable: LN_Penerimaan_PPh_25

Hasil Uji F (F test)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5.126 2 2.563 7.800 .001a

Residual 18.729 57 .329


Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Pengawasan Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada Kantor Pelayanan Pajak (Kpp) Pratama Medan Belawan

1 40 57

Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

9 51 73

Tatacara Pelaporan e-SPT Pajak Penghasilan Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur

1 32 84

Pengaruh Self Assessment System Dan Kepatuhan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Kasus Pada Pegawai Pajak KPP Pratama Bandung Bojonagara)

0 5 1

Pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama Soreang)

14 86 49

PENGARUH FAKTOR SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN Pengaruh Faktor Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan ( Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Surakarta ).

0 2 15

PENDAHULUAN Pengaruh Faktor Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan ( Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Surakarta ).

0 2 7

PENGARUH FAKTOR SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN Pengaruh Faktor Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan ( Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Surakarta ).

0 1 14

Pengaruh Self Assessment System terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

1 2 19

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada KPP Pratama Sidoarjo Barat).

3 16 117