Kajian Visual Pada Kostum Dan Gerak Tari Kesenian Surak Ibra

(1)

16 BAB III

KESENIAN SURAK IBRA DI KAMPUNG SINDANGSARI, GARUT

3.1. Pengertian Surak Ibra

Menurut Iyus Rusliana (1984: 6) menyebutkan bahwa Surak Ibra merupakan sebutan yang berasal dari kenyataan dalam penyajian kesenian tersebut yang ramai dan gegap gempita dari para penari yang menari sambil mengeluarkan suara senggak dan sorak sorai.

Menurut Atik Soepandi dalam Jauhar Kosim (1999: 19) bahwa senggak merupakan suara mulut, berupa kata-kata pendek dengan penuh tekanan dan dinamis untuk mengisi dan mendukung suasana meriah atau ramai.

Surak berarti bersorak, mengungkapkan kegembiraan dengan mengeluarkan suara-suara. Sedangkan kata Ibra berasal dari seorang seniman tua bernama Ibra. Ibra inilah yang dipercaya dan dianggap mempelopori kesenian tersebut sehingga muncul sebutan Surak Ibra.

3.2. Masyarakat Kampung Sindangsari, Desa Cinunuk

Menurut data dari kantor Desa Cinunuk (2009) Kampung Sindangsari merupakan salah satu kampung di Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja, Garut. Desa Cinunuk sebagian besar daerahnya merupakan dataran rendah dengan luas 218.375 Ha. Jarak dari pusat pemerintahan Garut sekitar 13 km dan jumlah penduduknya 5.348 jiwa. Untuk mencapai Kampung Sindangsari dan Desa Cinunuk dapat ditempuh dengan angkutan umum yang dilanjutkan dengan ojeg, atau delman, karena letaknya cukup jauh dari jalan raya utama. Sebagian besar penduduk Kampung Sindangsari dan Desa Cinunuk bermata pencaharian sebagai petani, pemilik sawah, buruh tani. Tanaman yang ditanam di sawah berupa padi, sayuran atau palawija. Selain itu masyarakat di sana bekerja sebagai pegawai negeri sipil, pedagang dan karyawan swasta.


(2)

17 Di Desa Cinunuk terdapat situs makam yang dianggap keramat dan sering didatangi oleh wisatawan yang ingin berziarah. Banyak orang datang untuk berziarah ke situs makam tersebut dan sebagian besar masyarakat desa menganut agama Islam. Desa Cinunuk maupun Kampung Sindangsari tidak tertutup pada dunia luar dan menerima era informasi dengan baik sehingga memungkinkan masyarakatnya menerima kehidupan modern. Hal ini menjadikan kehidupan masyarakatnya berubah seiring dengan kemajuan zaman.

Masyarakat Kampung Sindangsari dan Desa Cinunuk berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan kesenian di daerah tersebut. Terdapat beberapa kesenian yang berkembang di Desa Cinunuk, diantaranya orkes melayu, degung, kosidah, pencak silat dan boboyongan atau Surak Ibra.

3.3. Surak Ibra di Kampung Sindangsari

Awalnya Surak Ibra dari Kampung Sindangsari dikenal pula dengan nama boboyongan. Kesenian boboyongan ini juga disebut Boboyongan Eson atau Surak Eson. Eson diambil dari nama orang kepercayaan yang pada masa itu diposisikan sebagai bodor pada boboyongan di Kampung Sindangsari. Menurut kepercayaan masyarakat setempat kesenian ini diciptakan oleh Raden Djadjadiwangsa pada tahun 1910 di Kampung Sindangsari, Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja.

Amoh Junaedi (2009) pembina kesenian Surak Ibra di Kampung Sindangsari menyebutkan bahwa boboyongan mengandung arti bayangan atau sindiran. Pengertian lain boboyongan adalah nu di alung-alungkeun atau yang dilempar-lemparkan. Namun sejak tahun 1979 hingga kini boboyongan tersebut lebih dikenal dengan nama Surak Ibra. Masih menurut Amoh Junaedi (2009) tentang perubahan nama boboyongan menjadi Surak Ibra terjadi secara tidak disengaja karena pemberitaan di media cetak.


(3)

18 Nama Surak Ibra sebenarnya berasal dari sebuah kesenian sejenis yang berkembang di Kecamatan Cibatu, Garut. Pada pelaksanaannya Surak Ibra di Cibatu ini menggunakan unsur mistik. Ini yang membedakan antara kedua Surak Ibra tersebut, karena Surak Ibra yang ada di Kampung Sindangsari tidak menggunakan unsur mistik dalam pertunjukannya. Kesenian ini melibatkan banyak pemain, jumlahnya 40 sampai 100 orang lebih. Dan terbagi dalam seorang bodor, sejumlah penari surak, penari obor dan penari tabuh waditra dan penabuh waditra (tanpa penari).

Menurut Jauhar Kosim (1999: 25) dalam skripsinya bahwa “Pertunjukan Boboyongan Surak Ibra bisa dikatakan sebagai seni perpaduan antara reog dan Pencak Silat, tidak hanya alat musiknya saja yang diambil dari Pencak Silat tetapi juga gerak, gerak yang diambil dan dikembangkan dari gerak Pencak Silat”.

Dengan demikian Surak Ibra atau boboyongan merupakan kesenian rakyat yang melibatkan banyak orang, yaitu minimal 40 orang sampai 100 orang lebih yang terdiri dari bodor, menari serta sesekali bermain silat dan diboyong oleh penari surak atau para pamunggu (pemboyong), diiringi oleh pemain musik dan para penari. Bodor menari-nari dan pada puncak tariannya dilempar-lemparkan ke udara oleh para penari surak atau pemboyong sambil disoraki.

Surak Ibra memiliki arti sebagai gambaran keinginan rakyat Cinunuk dalam menegakkan kemerdekaan. Secara simbolis rakyat memperlihatkan keinginan masyarakat untuk mewujudkan cita-citanya mencapai kemerdekaan. Para pemain memperlihatkan rasa gotong royong dan persatuannya untuk menegakkan kemerdekaan, sedangkan para pemboyong yang mengangkat atau memboyong seorang bodor menggambarkan keinginan masyarakat untuk mengangkat pemimpin dari kalangan sendiri atau rakyat sendiri (Amoh Junaedi, 2010).


(4)

19 3.4. Perkembangan Surak Ibra dari Segi Pertunjukan

Kesenian Surak Ibra di Kampung Sindangsari mengalami perkembangan sejak diciptakan hingga sekarang. Pertama kali boboyongan atau Surak Ibra dipertunjukan hanya di kalangan keturunan Raden Djajadiwangasa saja. Pada masa ini Surak Ibra berfungsi sebagai tari upacara yang ditampilkan pada acara penyambutan tamu, namun pada masa ini tamu tersebut kebanyakan adalah penjajah karena pada masa itu Indonesia sedang dijajah oleh Belanda. Perkembangan pada masa itu hanya terbatas di lingkungan keluarga dan sekitar Desa Cinunuk. Namun lambat laun kesenian ini berkembang keluar hingga akhirnya kesenian ini berkembang keluar wilayah Kecamatan Wanaraja.

Perkembangan kesenian ini terjadi secara bertahap, berawal dari kesenian untuk penyambutan tamu yang datang ke Desa Cinunuk, akhirnya berubah fungsi menjadi tari pertunjukan atau seni tontonan untuk hiburan. Dan sejak Indonesia merdeka sampai dengan sekarang maka perlahan sebutan penjajah bagi tamu yang menonton kesenian itu perlahan berubah. Kini kesenian ini sering ditampilkan di depan para tamu dari pemerintahan negeri sendiri, yaitu Indonesia seperti bupati, walikota, dan sebagainya. Kesenian Surak Ibra sering tampil pada acara-acara seperti Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, acara festival budaya, acara-acara peresmian dan kini kesenian ini berpotensi sebagai kesenian pariwisata.

Perkembangan ini terjadi diikuti juga dengan terjadinya perubahan-perubahan pada penyajiannya, yang mengalami penambahan dari berbagai segi agar dapat bertahan, dengan tetap mempertahankan cirinya. Adapun perubahan itu terjadi hampir disemua aspek yang ada diantaranya gerak-gerak tari, pola lantai, dan kostum atau busana.


(5)

20 3.5. Susunan Pemain Surak Ibra

3.5.1. Penari

Penari sebagai pelaku tarian harus sanggup mengungkapkan gerak dengan penuh perasaan, penuh kekuatan dan mampu memberikan kesan-kesan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Menurut Amoh Junaedi (2010) dalam kesenian Surak Ibra biasanya penari terdiri dari:

a. Satu orang penari bodor (utama). b. Satu orang penari bodor cadangan.

c. Penari surak (pemboyong). Jumlah penari tidak dibatasi dan dapat berubah setiap saat sesuai kebutuhan.

d. Penari tabuh waditra (penari penabuh alat musik) yang terdiri atas: • Empat orang penari tabuh dogdog,

• Empat orang penari tabuh angklung, • Empat orang penari tabuh keprak awi, • Empat orang penari tabuh kohkol.

e. Dua orang penari pemegang obor. Jumlah penari biasanya dua orang. f. Penari umbul-umbul. Penari ini ditampilkan atau tidaknya tergantung

dengan kebutuhan.

a. Penari Bodor (Utama)

Penari bodor merupakan sosok yang diangkat atau diboyong dan perannya diposisikan untuk ngabodor atau melucu. Penari bodor inilah yang menjadi peran atau tokoh penting pada saat pertunjukan berlangsung. Menurut Amoh Junaedi (2010) sosok penari bodor ini memiliki makna simbolisasi sebagai pemimpin yang diangkat dari dan oleh rakyat sendiri.


(6)

21 Gambar 3.1. Penari bodor (utama)

Sumber: M. Mirza J, 2010

Untuk menjadi seorang penari bodor ada beberapa hal yang harus dipenuhi demi keberhasilan sebuah pertunjukan Surak Ibra. Adapun hal-hal yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang penari bodor itu yakni terlatih memainkan gerakan silat, senam, dan memiliki berat badan yang ideal. Berat badan penari bodor menjadi penting agar mudah saat diangkat atau diboyong. Selain itu juga penari bodor harus memiliki kepemimpinan yang baik, karena penari bodor juga berperan sebagai pimpinan untuk memberikan aba-aba kepada penari lainnya dalam peralihan gerakan ataupun pola lantai sesuai urutan.

Ketinggian yang dicapai saat melempar penari bodor tergantung pada kekuatan dari para penari surak. Namun biasanya lemparan pertama lebih rendah daripada lemparan kedua, karena pada lemparan pertama tingkat kesiapan penari surak masih belum sekuat tenaga.

b. Penari Bodor Cadangan

Penari bodor cadangan merupakan peran pengganti bodor utama. Namun penari bodor cadangan tidak diangkat atau diboyong. Tugasnya adalah menggantikan penari bodor utama selama penari bodor utama sedang tidak menari dan meramaikan suasana saat pertunjukan.


(7)

22 c. Penari Surak (Pemboyong)

Penari surak atau pamunggu (pemboyong) ini awalnya bertugas menari bersama penari bodor, selanjutnya dari kelompok penari surak akan di panggil empat orang yang disebut pamunggu yang akan memboyong penari bodor dan pada puncak tarian, pamunggu diikuti oleh penari surak lainnya secara bersama-sama mengangkat atau memboyong penari bodor.

Gambar 3.2. Penari surak (pemboyong) Sumber: Aceng Suparman, 2010

Jumlah penari surak (pemboyong) dapat berubah sesuai kebutuhan. Melalui penari surak-lah makna simbolisasi dari keinginan rakyat untuk mengangkat pemimpin dari kalangan sendiri disampaikan kepada masyarakat (Amoh Junaedi, 2010).

d. Penari Obor

Penari obor terdiri atas dua orang, bertugas memegang obor sambil ikut menari pada awal hingga akhir pertunjukan. Menurut Amoh Junaedi (2010) nyala obor merupakan simbolisasi dari semangat perjuangan rakyat dalam usaha mencapai kemerdekaan.

Gambar 3.3. Penari obor


(8)

23 Awalnya obor dinyalakan untuk pertunjukan yang dilakukan pada malam hari, namun kini obor dinyalakan pada pertunjukan siang, sore maupun malam hari.

e. Penari Tabuh Waditra (Penari Penabuh Alat Musik)

Dalam pertunjukan kesenian Surak Ibra penari tabuh waditra atau penari penabuh alat musik terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:

• Kelompok pertama tugasnya menari sambil memainkan alat musik angklung dan dogdog.

• Kelompok kedua tugasnya menari sambil memainkan alat musik keprak awi dan kohkol.

Gambar 3.4. Penari tabuh waditra

Sumber: Aceng Suparman, 2010

3.5.2. Pemain Alat Musik (Nayaga)

Pemain alat musik atau nayaga, sepanjang pertunjukan memainkan alat musik seperti kendang, kempul dan tarompet. Pemain alat musik ini tidak ikut menari, hanya berdiri atau duduk bersila sambil memainkan alat musik masing-masing.


(9)

24 3.6. Gerak Tari

Pertunjukan Surak Ibra dalam pertunjukannya melibatkan banyak orang, yaitu minimal 40 orang sampai 100 orang lebih. Gerak tari yang dipergunakan bersumber pada gerakan pencak silat yang dikembangkan sedemikian rupa sesuai kebutuhan. Gerak tari yang dilakukan beragam, setiap kelompok pemain memiliki gerak tari yang berbeda-beda. Penari bodor melakukan beberapa gerakan yang tentunya berbeda dengan kelompok penari tabuh waditra.

Adapun gerak-gerak tari yang terdapat pada pertunjukan Surak Ibra, berdasarkan susunan pemain adalah sebagai berikut:

a. Gerak Tari Penari Bodor

Gerakan yang dilakukan oleh bodor beragam. Menurut Amoh Junaedi (2010) gerakan bodor antara lain:

• Gerak Macul • Gerak Melak Cau • Gerak Momonyetan • Gerak Jungkir Balik • Gerak Ngojay • Gerak Hormat

• Gerakan Maen Langlayangan

b. Gerak Tari Penari Surak

Gerakan yang dilakukan oleh penari surak (pemboyong) pun beragam, antara lain:

• Gerak Emprak • Gerak Senam Massal • Gerak Surak

• Gerak Ngaboyong • Gerak Jurus Timbangan


(10)

25 c. Gerak Tari Penari Tabuh Waditra (Penari Penabuh Alat Musik) dan Penari

Obor

Gerakan yang dilakukan umumnya adalah gerakan mincid dan improvisasi.

3.7. Alat Musik (Waditra)

Dalam sebuah kesenian musik merupakan salah satu komponen yang penting. Alat musik (waditra) yang dipergunakan pada pertunjukan kesenian Surak Ibra merupakan alat musik tradisional yang umumnya terdapat pada seni rakyat, terutama seni rakyat di daerah Jawa barat.

Adapun alat musik (waditra) yang digunakan pada pertunjukan kesenian Surak Ibra adalah sebagai berikut:

Gambar 3.5. Angklung, kohkol, keprak awi, dogdog, kempul, tarompet, kendang


(11)

26 Dilihat dari cara memainkannya alat musik (waditra) diatas terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Alat musik yang dimainkan sambil menari oleh para penari penabuh alat musik (penari tabuh waditra). Adapun alat musik yang dimainkan adalah angklung, kohkol, keprak awi dan dogdog.

2. Sedangkan alat musik yang dimainkan tanpa menari dimainkan oleh pemain alat musik (nayaga) adalah kempul, tarompet, dan kendang.

Lagu yang biasa mengiringi pertunjukan Surak Ibra adalah lagu Asih Siliwangi (Amoh Junaedi, 2009).

3.8. Pola Lantai

Menurut buku Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari (1986: 25) pengertian desain lantai adalah jejak atau garis-garis imajiner yang dilalui oleh seorang penari atau garis lantai yang ditinggalkan oleh formasi tari kelompok. Pada kesenian Surak Ibra pola lantai berupa garis dan lingkaran. Pola lantai yang terbentuk pun terdapat pengulangan atau repetisi.

Berikut merupakan pola lantai pertunjukan Surak Ibra: Keterangan:

Penari tabuh angklung Penari bodor Penari tabuh keprak awi

Penari tabuh kohkol Penari obor


(12)

27 Gambar 3.6. Pola lantai bagian ke- 1

Penari tabuh waditra, yaitu angklung dan dogdog (biru) serta penari tabuh keprak awi dan

kohkol (kuning) berbaris memasuki arena. Penari tabuh dogdog dan angklung saling bertukar posisi, diapit oleh penari tabuh keprak awi dan kohkol.


(13)

28 Gambar 3.7. Pola lantai bagian ke- 2

Penari bodor, surak dan obor memasuki arena. Penari surak dan bodor membentuk lingkaran mengelilingi para penari tabuh angklung dan dogdog. Dua orang penari obor bergerak, satu orang di


(14)

29 Gambar 3.8. Pola lantai bagian ke-3

Terbentuk dua lingkaran, yaitu lingkaran para penari tabuh waditra (lingkaran terluar) dan lingkaran para penari surak dan bodor (lingkaran yang di dalam). Lalu penari bodor masuk dan berada di tengah-tengah (pusat) kedua lingkaran tersebut memanggil 4 (empat) pamunggu dari kumpulan


(15)

30 Gambar 3.9. Pola lantai bagian ke-4

Kembali terbentuk 2(dua) lingkaran seperti sebelumnya. Penari angklung memisahkan diri dan masuk ke lingkaran penari surak (lingkaran di dalam) untuk beberapa saat dan akhirnya kembali lagi


(16)

31 Gambar 3.10. Pola lantai bagian ke-5

Penari bodor diboyong untuk ke dua kalinya dan melakukan beberapa gerakan di atas tangan para penari surak hingga meninggalkan arena diikuti oleh para penari tabuh waditra, penari obor dan pemain musik (nayaga). Saat semua pemain meninggalkan arena tanda berakhirnya pertunjukan


(17)

32 3.9. Struktur Penyajian

Pada saat pertunjukan berlangsung para pemain memiliki peran masing-masing yang saling berkaitan satu sama lain karena kesenian ini memiliki arti sebagai gambaran rasa persatuan dan kesatuan dengan bergotong royong untuk menegakan kemerdekaan.

Dalam penyajiannya kesenian ini dapat disesuaikan dengan situasi saat pertunjukan berlangsung. Para pemainnya dapat melakukan improvisasi untuk memeriahkan pertunjukan yang sedang ditampilkan. Namun kesenian ini tetap mengikuti sekuens yang telah ada sejak dahulu sehingga keasliannya tetap terjaga dengan baik. Adapun stuktur penyajian pertunjukan kesenian Surak Ibra sebagai berikut:

a. Bagian Awal

Sebelum memasuki arena para pemain berbaris berdasarkan kelompok. Kelompok itu antara lain:

• Kelompok penari surak yang terdiri dari tiga buah barisan, di depan barisan terdapat bodor yang diapit oleh dua penari obor.

Gambar 3.11. Bodor (utama) diapit dua penari obor dan tiga baris penari surak


(18)

33 • Kelompok penari tabuh waditra yang terdiri dari empat buah barisan.

Gambar 3.12. Empat baris penari tabuh waditra

Sumber: Aceng Suparman, 2010

Menurut Jauhar Kosim (1999: 55) sebagai penanda awal pertunjukan adalah ditabuhnya musik padungdung sebagai iringan pembuka kemudian irama golempang dengan irama sedang.

b. Bagian Pokok

Penari tabuh waditra sebanyak empat baris yang sejajar menuju arena. Penari angklung dan dogdog berada di tengah, sedangkan barisan penari tabuh keprak awi dan kohkol berada di barisan terluar. Setelah memasuki arena para penari tabuh waditra melakukan gerakan mincid sambil menabuh waditra (alat musik) yang di pegang masing-masing. Setelah berada di tengah arena pertunjukan penari tabuh angklung dan dogdog bertukar tempat baris sampai akhirnya kembali ke posisi awal. Setelah itu penari angklung dan dogdog menghadap ke belakang menyambut kelompok penari bodor (utama) dan dua penari obor yang diikuti oleh penari surak.

Penari penabuh waditra menyambut penari surak dengan gerakan mincid. Bodor cadangan tergabung dalam penari surak. Ketika penari bodor (utama) memasuki arena dan berpapasan dengan penari tabuh waditra, dua penari obor bergerak ke samping kiri dan kanan arena pertunjukan. Penari


(19)

34 obor ke sebelah kanan berjalan menuju penari tabuh keprak awi dan penari obor sebelah kiri berjalan menuju belakang penari surak. Penari surak bergerak diantara barisan penari tabuh dogdog dan angklung, kemudian membentuk lingkaran yang mengelilingi penari tabuh dogdog dan angklung. Penari bodor (utama) tergabung dalam penari surak.

Penari tabuh dogdog dan angklung bergerak kearah luar dari lingkaran penari surak menuju penari tabuh keprak awi dan kohkol. Kemudian penari tabuh waditra membentuk lingkaran besar yang mengelilingi lingkaran penari surak. Penari surak melakukan gerakan emprak sambil bersorak dan penari bodor keluar dari kelompok penari surak dan berdiri seorang diri di tengah-tengah lingkaran penari surak. Penari surak melakukan gerakan emprak jongkok sambil bersorak “ Ho-Haah”.

Gambar 3.13. Penari surak dalam posisi gerak emprak jongkok

Sumber: Aceng Suparman, 2010

Penari bodor melakukan gerakan penca beberapa saat kemudian memanggil empat orang penari surak yang masih dalam keadaan emprak jongkok secara berurutan. Keempat penari surak melakukan jurus timbangan dan mengangkat penari bodor yang kemudian diikuti secara serempak oleh seluruh penari surak sambil bersorak sorai. Saat diboyong, penari bodor melakukan beberapa gerakan, lalu dilempar ke udara, lalu melakukan gerakan hormat, melak cau, jungkir balik baru kemudian diturunkan. Penari surak kembali membentuk lingkaran.


(20)

35 Gambar 3.14. Bodor diboyong oleh penari surak atau pamunggu (pemboyong)

Sumber: M. Mirza J, 2010

Gambar 3.15. Bodor dilempar ke udara sambil disoraki Sumber: Aceng Suparman, 2010

Penari surak melakukan gerak emprak jongkok, kemudian penari tabuh dogdog dan angklung masuk kedalam lingkaran penari surak, berputar kemudian meletakan alat musik yang dipegang. Lalu melakukan gerakan silat secara bersamaan. Penari surak masih berjongkok dan membentuk lingkaran sambil bersorak. Sampai akhirnya penari tabuh dogdog dan angklung mengambil kembali alat musik mereka. Dan kembali membentuk lingkaran bersama penari tabuh waditra lainnya dalam lingkaran besar.


(21)

36 c. Bagian Akhir

Pada bagian ini penari bodor cadangan masuk ke dalam lingkaran penari surak, melakukan gerakan silat sambil disoraki. Disusul oleh masuknya penari bodor (utama), dan tepat saat itu penari bodor cadangan keluar dari lingkaran. Selanjutnya penari bodor (utama) memanggil kembali empat penari surak atau pamunggu (pemboyong) secara berurutan, lalu diboyong oleh keempat pamunggu yang kemudian dilakukan secara serempak oleh penari surak, penari bodor memberi hormat tanda pertunjukan akan selesai. Lalu penari bodor melakukan gerak ngojay sambil diboyong, dan disoraki bergerak meninggalkan arena diikuti oleh barisan penari tabuh waditra dan pemain alat musik tanda pertunjukan telah selesai.

3.10. Kostum

Pada awalnya kostum atau busana yang dikenakan oleh para pemain Surak Ibra sangatlah sederhana. Dikatakan sangat sederhana karena hanya mengenakan kaos oblong dan celana pendek atau kolor (Amoh Junaedi, 2009).

Sejalan dengan perkembangannya, kostum atau busana yang sangat sederhana tersebut berubah menjadi lebih berwarna. Kostum yang saat ini dipakai hampir mirip dengan busana pencak silat, namun ditambah dengan warna yang beragam.

Perubahan kostum atau busana yang dipakai pada kesenian Surak Ibra ini terjadi secara bertahap. Begitu pula dengan warna kostum yang kini penuh dengan warna yang menambah kesan semarak di setiap pertunjukannya.


(22)

37 3.11. Pentas Pertunjukan

Pertunjukan Surak Ibra dilakukan oleh banyak pemain, karena itu kesenian ini bersifat massal karena melibatkan banyak orang sebagai pemainnya. Untuk itu dalam penyajiannya kesenian ini menggunakan pentas umum terbuka sebagai tempat yang dianggap paling cocok. Biasanya pentas umum terbuka penyelenggaraanya berupa lapangan kosong atau halaman rumah dan sebagainya, yang luasnya dianggap mampu untuk menampung seluruh pemain serta penontonnya.

Walaupun kesenian ini biasanya dipertunjukan di pentas umum terbuka, namun kesenian ini juga ternyata dapat ditampilkan di tempat selain panggung arena, yaitu pada panggung yang berbentuk prosenium. Berbeda pada pentas umum yang terbuka, panggung arena prosenium yang terlihat hanya pada satu arah hadap saja, yaitu dari arah depan. Namun hal ini mengakibatkan penyesuaian pada pertunjukan yang ditampilkan. Karena itulah kesenian Surak Ibra lebih cocok untuk ditampilkan pada pentas umum terbuka yang merupakan arena asli untuk pertunjukannya.

3.12. Waktu Pelaksanaan

Pada awalnya kesenian ini hanya dipertunjukkan pada saat penyambutan tamu ke Kampung Sindangsari, Desa Cinunuk. Namun kini kesenian Surak Ibra ini pelaksanaannya dapat dilakukan kapan saja, tergantung pihak yang mengundang atau pihak yang meminta pertunjukan kesenian ini ditampilkan.

Kesenian Surak Ibra juga dimainkan setiap tahun pada Maulud Nabi Muhammad SAW. Menurut kepercayaan masyarakat setempat yang dominan beragama Islam, bulan Maulud merupakan hari yang penuh makna karena merupakan bulan kelahiran Nabi besar umat muslim, yaitu Muhammad SAW, sehingga untuk menghormati momen itu diadakan pertunjukan Surak Ibra di Desa Cinunuk dan dilakukan secara rutin setiap tahun.


(23)

38 Lama atau durasi pada setiap pertunjukan berbeda-beda tergantung kebutuhan atau tergantung permintaan dari pihak yang mengundang. Durasi singkat biasanya terjadi pada acara helaran kesenian yang melibatkan banyak perwakilan daerah, yang memberikan batasan waktu dalam pertunjukan pada setiap satu kesenian yang ditampilkan.


(24)

8 BAB II

SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

2.1. Seni dan Tari

2.1.1. Pengertian Seni

Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan sebagainya. Dan kesenian diartikan sebagai perihal seni, keindahan sejarah, sejarah tentang perkembangan seni.

Menurut Herbert Read dalam Dharsono Sony Kartika (2007[1959]: 7) seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang menyenangkan dalam arti bentuk yang dapat membingkai perasaan keindahan dan perasaan keindahan itu dapat terpuaskan apabila dapat menangkap harmoni atau satu kesatuan dari bentuk yang disajikan.

Sedangkan menurut Suzanne K. Langer dalam Dharsono Sony Kartika (2007: 7) seni merupakan simbol dari perasaan. Seni merupakan kreasi bentuk simbolis dari perasaan manusia. Bentuk-bentuk simbolis yang mengalami transformasi yang merupakan universalisasi dari pengalaman, dan bukan merupakan terjemahan dari pengalaman emosionalnya yang bukan dari pikiran semata.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk dengan menggunakan simbolisasi, perasaan dan keindahan. Seni atau kesenian berhubungan erat dengan manusia, lingkungan dan masyarakat. Seni berkembang dalam semua kalangan masyarakat, baik kalangan atas, menengah ataupun bawah.


(25)

9 2.1.2. Pengertian Tari

Tari dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 1011) didefinisikan sebagai gerakan badan (tangan dan sebagainya) yang berirama dan biasanya diiringi bunyi-bunyian (musik, gamelan, dan sebagainya). Dan penari diartikan sebagai orang yang pekerjaannya menari.

Menurut Amir Rohkyatmo (1986: 74) tentang pengertian tari, yaitu beberapa orang ahli tari telah mengemukakan pendapatnya mengenai definisi tari, dimana kesemuanya selalu berkisar pada materi pokok yang sama, yaitu gerak ritmis yang indah sebagai ekspresi jiwa manusia, dengan memperhatikan unsur ruang dan waktu.

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tari merupakan sebuah seni atau kesenian yang berupa gerakan badan yang ritmis sebagai ekspresi jiwa yang menimbulkan keindahan. Indonesia memiliki aneka ragam tari, hal ini dipengaruhi oleh keragaman budaya dan suku bangsa yang dimiliki. Tari sebagai sebuah kesenian tumbuh mengikuti perkembangan zaman yang selalu dipengaruhi kebutuhan hidup yang beranekaragam dan kemudian menuntut terjadinya perubahan nilai yang berlaku di masyarakat sebagai pelaku seni tersebut. Tari juga hadir dan berfungsi dan berperan pada lingkungan tertentu yang memiliki adat istiadat dan tata masyarakat.

Menurut Yayat Nursantara (2007: 35-36) tari dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, diantaranya tari tradisional, tari nusantara, tari kreasi dan tari kontemporer. Diantara kesemua jenis tari yang ada, tari tradisional merupakan jenis tari yang perjalanan perkembangannya paling lama karena dilakukan dengan berpegang pada pola tertentu yang sudah mentradisi.


(26)

10 2.2. Tari Tradisional

Tari tradisional merupakan jenis tarian yang telah ada sejak lama dan diwariskan secara turun temurun, dari generasi satu ke generasi berikutnya. Menurut Yayat Nursantara (2007: 35) secara umum biasanya tari tradisional mengandung nilai filosofis, simbolis, dan religius. Semua aturan ragam gerak, formasi, busana dan riasnya tidak banyak berubah.

Tari tradisional dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tari tradisional klasik dan tari tradisional kerakyatan atau tari rakyat. Dan dari kedua kelompok tersebut maka Surak Ibra termasuk ke dalam tari tradisional kerakyatan atau tari rakyat.

2.3. Tari Tradisional Kerakyatan (Tari Rakyat)

Berbeda dengan tari klasik yang umumnya berkembang di kalangan masyarakat atas, bangsawan atau kalangan istana, tari kerakyatan ini berkembang di kalangan rakyat biasa dan diwariskan dari generasi ke generasi. Adapun ciri-ciri umum tari rakyat menurut Iyus Rusliana (2010), pakar seni tari melalui wawancara adalah sebagai berikut:

a. Pada umumnya materi yang terdapat dan digarap pada tari rakyat terbilang sederhana.

b. Tari ini juga seringkali tidak diketahui siapa penciptanya karena merupakan ekspresi dan pengembangan masyarakat atau kelompok.

c. Simbolisasi yang terkandung atau yang ingin ditampilkan mudah untuk di terima oleh masyarakat.

Beberapa contoh tari yang termasuk ke dalam kelompok tari rakyat ini antara lain tari lilin, tari payung dan Surak Ibra.


(27)

11 2.4. Unsur Visual pada Tari

Visual dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat dilihat dengan indera penglihatan.

Tahapan proses visual:

“Merasakan + penseleksi + pemahaman = penglihatan “ (Yongky Safanayong, 2006: 24)

Menurut Anis Sujana (2007: 261) tentang unsur visual pada tari adalah "fakta menunjukkan bahwa sebuah pentas tari tidak hanya dibangun oleh teknik gerak melainkan juga oleh unsur visual lainnya. Pada jenis-jenis tarian tertentu unsur visual itu adalah kostum, rias, dan properti, dan pada jenis-jenis tertentu lainnya adalah panggung, dekorasi, berikut penataan cahayanya".

Maka dapat disimpulkan bahwa unsur visual pada sebuah tari tidak mutlak sama tetapi dapat berbeda-beda tergantung pada jenis tarianya itu sendiri. Hal Ini berlaku juga pada kesenian Surak Ibra, dimana unsur visual yang ada dan paling dominan meliputi kostum dan gerak tarinya. Sedangkan rias, dekorasi, panggung, dan penataan cahaya tidak begitu dominan pada kesenian Surak Ibra mengingat kesenian ini merupakan seni rakyat yang tampil sederhana.

2.4.1. Unsur Visual pada Kostum

Pengertian kostum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 528) adalah pakaian khusus atau dapat pula pakaian seragam bagi perseorangan, rombongan, kesatuan dalam upacara, pertunjukan, dan sebagainya.

Menurut Anis Sujana (2007: 269) "Dalam lingkup dunia tari, kostum dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang membungkus (menutup) tubuh penari".


(28)

12 Dalam tari, kata kostum juga sering disepadankan dengan busana. Menurut Arifah A. Riyanto (2003: 3) pengertian busana adalah segala yang dikenakan mulai dari kepala hingga ujung kaki yang menampilkan keindahan. Pada kesenian Surak Ibra terdapat kostum atau busana yang digunakan oleh para penarinya dalam setiap pertunjukannya.

Adapun ciri-ciri kostum pada tarian rakyat menurut Iyus Rusliana (2010) adalah:

- Memiliki kombinasi warna yang mencolok, - Bahan yang digunakan tidak mewah,

- Tampilannya sederhana atau apa adanya.

Dalam sebuah kostum umumnya terdapat unsur-unsur diantaranya: 1. Bentuk

Bentuk yang dimaksud pengertiannya disepadankan dengan ragam kostum, misalnya kostum berbentuk celana panjang, baju batik dan sebagainya. Menurut Anis Sujana (2007: 269) kostum memiliki bagian-bagiannya sesuai dengan proporsi tubuh, yaitu:

- Bagian kepala (penutup kepala), - Badan bagian atas (baju),

- Badan bagian bawah (kain dan celana).

Untuk lebih jelas, berikut bagian kostum menurut Ayoeningsih Dyah (2007: 232):


(29)

13 Berdasarkan pada pembagian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bagian kostum yang digunakan pada bagian kepala berupa tutup kepala seperti peci, sobrah, iket dan sebagainya. Dan badan bagian atas adalah bagian kostum yang dikenakan pada tubuh bagian atas badan berupa baju, kemeja, kebaya dan sebagainya. Sedangkan badan bagian bawah adalah bagian kostum yang dikenakan pada tubuh bagian bawah, seperti celana, kain, selendang dan sebagainya.

2. Warna

Menurut Sadjiman Ebdi Sanyoto (2009: 13) warna dapat didefinisikan secara fisik atau objektif sebagai sifat cahaya yang dipancarkan dan secara psikologis atau subjektif, dapat diartikan sebagai bagian dari pengalaman indra penglihatan. Masih menurut Sadjiman Ebdi Sanyoto (2009: 42-44) warna memiliki tiga macam keselarasan warna, yaitu:

a. Laras warna tunggal atau monoton, yaitu suatu pewarnaan karya seni dengan satu warna.

b. Laras warna harmonis, yaitu kombinasi warna yang saling berhubungan. Dimana susunan warna harmonis enak dilihat, cocok untuk hal yang perlu dinikmati berlama-lama seperti interior, busana, lukisan, dan lain-lain. Contohnya kuning-kuning, jingga-jingga dan lainnya.

c. Laras warna kontras, yaitu warna yang letaknya saling berjauhan satu sama lain. Contohnya jingga-biru, hijau-merah, kuning-ungu dan lainnya.

Menurut Dharsono Sony Kartika (2007: 39) warna memiliki peranan yang sangat penting, yaitu warna sebagai warna, warna sebagai repesentasi alam, warna sebagai lambang atau simbol, dan warna sebagai simbol ekspresi.


(30)

14 Warna pada kostum biasanya disesuaikan dengan jenis tarian, warna juga dapat bersifat fungsional ataupun simbolis yang akan menjelaskan maksud dan tujuan dari penggunaan kostum itu sendiri.

3. Motif

Menurut Iyus Rusliana (2010) motif adalah hiasan yang terdapat pada kostum. Dari pendapat tersebut maka disimpulkan bahwa motif secara sederhana dapat diartikan sebagai pola atau corak pada kostum atau busana.

4. Material

Material merupakan bahan pembentuk sebuah benda. Kostum pun memerlukan material, yang berkaitan dengan kualitas bahan yang digunakan seperti kekuatan bahan, kelenturan, bahan menyerap cahaya atau tidak.

2.4.2. Unsur Visual pada Gerak tari

Menurut Iyus Rusliana (2010) gerak tari akan dapat dimengerti secara visual dengan memperhatikan bentuk atau desain geraknya. Desain gerak merupakan pola rangkaian dari elemen gerak yang estetis, dimana rangkaiannya merupakan rangkaian terpendek. Desain gerak yang disampaikan oleh Iyus Rusliana ada 4 (empat) desain gerak, yaitu:

a. Desain gerak berdasarkan organ tubuh, diantaranya:

• Sikap tari, yaitu penampilan yang tidak bergerak. Pengertian ini serupa dengan pengertian menurut Anis Sujana (2007: 266) bahwa sikap dalam konteks tari adalah pose atau posisi tubuh dalam keadaan diam. Gerak, yaitu bagian tubuh yang melakukan gerak, bagian tubuh tersebut misalnya tangan atau kaki saja. Dapat juga harmonisasi dari beberapa bagian tubuh, seperti harmonisasi tangan dan kepala, tangan dan kaki.


(31)

15 Sebagai contoh adalah gerak sembah, pada gerak ini sikap tarinya terdapat pada tangan dan geraknya terdapat pada kepala.

b. Desain gerak berdasarkan level penampilan tubuh. Level yang dimaksud adalah tinggi rendahnya penampilan tubuh dan yang termasuk level, diantaranya:

• Level rendah: posisi seluruh badan menyentuh lantai, duduk, posisi lutut menyentuh lantai.

• Level menengah: posisi berdiri rapat kaki, badan agak membungkuk atau lutut ditekuk.

• Level tinggi: posisi seluruh badan berdiri dengan kaki jinjit, loncat.

c. Desain gerak berdasarkan volume, berhubungan dengan gerak. Pengertian volume, yaitu ukuran besar kecilnya gerakan, diantaranya: • Volume kecil, yaitu ruang atau jangkauan geraknya paling kecil

atau sempit.

• Volume menengah, yaitu ruang atau jangkauan geraknya diantara sempit dan luas atau menengah.

• Volume besar, yaitu ruang atau jangkauan geraknya paling besar atau luas.

d. Desain gerak berdasarkan kualitas gerak. Kualitas gerak yang dimaksud, yaitu jelas tidaknya akhir dari penggunaan tenaga saat melakukan gerakan, diantaranya:

• Gerak patah-patah, merupakan gerak yang peralihannya memiliki jeda yang tegas dan jelas.

• Gerak mengalun, merupakan gerak yang dilakukan secara berkelanjutan.


(32)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Garut merupakan sebuah kabupaten di provinsi Jawa Barat. Garut memiliki pesona alam yang indah. Bahkan menurut Bayu Dwi Mardana (National Geographic Traveler, 2009) pada tahun 1910, Officieel Touristen Bureau, Weltevreden menyebutkan kota Garut dijuluki sebagai “Paradijs van het Oosten (surga dari timur)”.

Wisata alam yang indah menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun wisatawan asing untuk datang berkunjung ke tempat-tempat wisata di Garut. Selain wisata alam Garut juga memiliki beberapa jenis kesenian tradisional yang menjadi kekayaan budaya seperti lais, yaitu kesenian pertunjukan akrobatik pada seutas tali yang dibentangkan dan dikaitkan diantara dua batang bambu dan dodombaan, yaitu atraksi yang diiringi musik dan tari yang terinspirasi dari hewan kebanggaan Garut, yaitu domba. Selain kedua kesenian ini masih banyak kesenian tradisional yang ada di Garut, semuanya tersebar di sejumlah kecamatan.

Diantara kesemuanya, ada yang berkembang di masyarakat dengan adanya pemimpin kelompok dan ada juga yang tidak mempunyai pemimpin kelompok seni. Salah satu contoh kelompok seni yang memiliki pemimpin adalah kesenian Surak Ibra. Kesenian Surak Ibra di Garut terbagi menjadi 2 (dua) kelompok. Kelompok pertama terdapat di Kampung Sindangsari, Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja. Kelompok kedua, Surak Ibra yang terdapat di Kecamatan Cibatu. Kedua kelompok ini masih aktif dan berkembang hingga saat ini di tempatnya masing-masing.


(33)

2 Kesenian Surak Ibra ini termasuk ke dalam tarian rakyat, karena kesenian ini terdiri dari tari dan iringan musik yang berkembang di kalangan rakyat. Menurut kepercayaan warga setempat kesenian ini diciptakan oleh Raden Djadjadiwangsa pada tahun 1910 di Kampung Sindangsari, Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja. Awalnya Surak Ibra dari Kampung Sindangsari dikenal pula dengan nama boboyongan. Namun sejak tahun 1979 hingga kini boboyongan tersebut lebih dikenal dengan nama Surak Ibra. Di Desa Cinunuk sendiri terdapat kesenian lain yang telah ada sejak lama seperti degung, pencak silat, orkes melayu. Namun yang paling berkembang adalah kesenian Surak Ibra.

Seiring dengan perkembangannya, saat ini kesenian Surak Ibra merupakan kesenian yang sering tampil saat Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, acara festival budaya, dan acara-acara peresmian. Keberadaan kesenian Surak Ibra di Kampung Sindangsari saat ini, dapat dengan mudah dikenali melalui unsur visual yang dimilikinya. Kostum dan gerak tari merupakan unsur-unsur yang mengandung visualisasi paling dominan pada kesenian Surak Ibra dan telah mengalami perkembangan sejak pertama kali dibuat hingga sekarang.

Kostum dan gerak tari memiliki unsur-unsur visual yang membuat kesenian Surak Ibra dapat tetap bertahan sampai sekarang. Dengan adanya unsur visual terdapat pada kostum dan gerak tari dalam kesenian ini dapat memberikan warna tersendiri bagi perkembangan dunia visual yang dibentuk oleh sebuah kesenian, khususnya di kalangan kesenian tradisional.


(34)

3

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah, diantaranya:

• Salah satu unsur visual pada kesenian Surak Ibra di Kampung Sindangsari, Desa Cinunuk, terdapat kostum dan gerak tari, yang telah mengalami perkembangan sejak awal diciptakan hingga saat ini.

• Perubahan penyajian kesenian Surak Ibra di Kampung Sindangsari menjadi sebagai sebuah hiburan.

• Adanya perbedaan antara kesenian Surak Ibra di Kampung Sindangsari dengan Kecamatan Cibatu, dimana kesenian Surak Ibra yang di Kampung Sindangsari pada pelaksanaannya tidak menggunakan unsur mistik.

• Sulitnya menjaga kelestarian kesenian ini. Hal ini berkaitan dengan regenerasi, terutama pergantian pemain Surak Ibra dari pemain yang sudah tua kepada pemain yang muda. Selain itu juga dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat di Kampung Sindangsari yang telah berubah mengikuti perkembangan zaman.

• Kurang efektifnya media informasi yang digunakan untuk mengenalkan kesenian Surak Ibra, yang berdampak pada minimnya ketertarikan dan pengetahuan masyarakat terhadap kelestarian kesenian ini.

1.3. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah yang dipaparkan di atas dapat dikemukakan suatu perumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana unsur visual diterapkan dalam kostum dan gerak tari pada kesenian Surak Ibra?”


(35)

4

1.4. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah meliputi:

• Unsur visual yang dikaji pada kesenian Surak Ibra adalah kostum dan gerak tari, sedangkan unsur visual lainnya seperti tata rias, dekorasi, panggung, dan penataan cahaya tidak dibahas pada penelitian ini.

• Unsur visual yang dikaji pada kostum diantaranya bentuk, warna, motif dan material kostum. Pada gerak tari yang dikaji adalah bentuk atau desain gerak, diantaranya sikap tari, level, volume dan kualitas gerak.

• Unsur visual yang dikaji adalah pada Surak Ibra di Kampung Sindangsari, Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja. Hal ini mengingat terdapat satu lagi kesenian serupa di Kabupaten Garut.

• Tidak mempermasalahkan simbolisasi dan makna.

• Tidak mempermasalahkan suara atau audio yang terdapat pada kesenian ini.

1.5. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif digunakan untuk memaparkan data dengan apa adanya secara lengkap melalui teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan studi pustaka tentang objek atau subjek yang diteliti, yaitu kostum dan gerak tari. Pendekatan kualitatif, berupa pengumpulan data tanpa menggunakan angka, sehingga masalah yang diungkapkan merupakan sesuatu yang tidak terukur berkaitan dengan unsur visual pada kostum dan gerak tari.


(36)

5

1.6. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada objek penelitiannya dengan melakukan observasi mekanis, yaitu pengumpulan data dengan mengamati dan melakukan pencatatan secara sistematis tentang objek yang diteliti dengan bantuan alat, seperti alat perekam berupa kamera digital, handphone, dan kamera video.

2. Wawancara

Teknik wawancara ini dipakai untuk mendapatkan data secara langsung yang mendukung kepada penelitian. Wawancara dalam penelitian tentang kesenian Surak Ibra dilakukan kepada narasumber yang terkait secara langsung, baik itu pembina, pemain Surak Ibra, kepala desa dan ahli atau pakar seni tari.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan guna mencari dan menemukan segala hal yang berkaitan dengan penelitian, dalam hal ini mengenai tari, unsur visual pada kostum, gerak tari.

1.7. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi unsur visual pada kostum dan gerak tari kesenian Surak Ibra di Kampung Sindangsari, Desa Cinunuk, Garut.

1.8. Manfaat Penelitian

Skripsi yang disusun berdasarkan penelitian ini baik sebagian atau keseluruhan bermanfaat untuk:

• Memperkaya khasanah kajian tentang kesenian Surak Ibra di Kampung Sindangsari, Desa Cinunuk, Garut.

• Memberikan informasi mengenai unsur-unsur visual yang terdapat pada kesenian Surak Ibra agar kesenian ini dapat diterima lebih baik lagi oleh semua kalangan masyarakat.


(37)

6

1.9. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini menggunakan sistematika penulisan yang terstruktur, untuk memudahkan dalam penyampaiannya.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab yang menguraikan latar belakang masalah mengenai kesenian Surak Ibra di Garut, identifikasi masalah yang ada pada kesenian Surak Ibra di Kampung Sindangsari, perumusan masalah tentang unsur visual pada kostum dan gerak tari, pembatasan masalah mengenai objek yang diteliti, yakni kostum dan gerak tari, metode penelitian yang digunakan dalam meneliti objek, tujuan pelaksanaan penelitian tentang kostum dan gerak tari kesenian Surak Ibra, manfaat penelitian bagi pihak yang membaca penelitian ini dan sistematika penulisan seluruh isi skripsi.

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

Merupakan bab yang menguraikan pengertian seni, tari, tari tradisional, dan unsur visual pada tari, yaitu kostum dan gerak tari.

BAB III KESENIAN SURAK IBRA DI KAMPUNG SINDANGSARI, GARUT

Merupakan bab yang menguraikan data-data tentang objek yang diteliti, yaitu “Kesenian Surak Ibra di Kampung Sindangsari, Garut” diantaranya pengertian Surak Ibra, profil Kampung Sindangsari Desa Cinunuk, kesenian Surak Ibra di Kampung Sindangsari, perkembangan Surak Ibra dari segi pertunjukan, susunan pemain Surak Ibra, gerak tari, alat musik, pola lantai, struktur penyajian, kostum, pentas pertunjukan dan waktu pelaksanaan.


(38)

7

BAB IV KAJIAN VISUAL KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA

Merupakan bab yang menguraikan pembahasan permasalahan dari objek yang diteliti yakni unsur visual pada kostum meliputi bentuk, warna, motif, dan material kostum. Dan unsur visual pada gerak tari meliputi sikap gerak, level, volume, dan kualitas gerak.

BAB V SIMPULAN

Merupakan bab yang menguraikan kesimpulan hasil kajian tentang kostum dan gerak tari pada kesenian Surak Ibra.


(39)

ii DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Abstrak

Kata Pengantar ... i Daftar Isi... ii Daftar Gambar ... iv Daftar Tabel ... vi Glosari ... vii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1 1.2. Identifikasi Masalah ... 3 1.3. Perumusan Masalah ... 3 1.4. Pembatasan Masalah ... 4 1.5. Metode Penelitian... 4 1.6. Metode Pengumpulan Data ... 5 1.7. Tujuan Penelitian ... 5 1.8. Manfaat Penelitian... .... 5 1.9. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II : SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

2.1. Seni dan Tari ... 8 2.1.1. Pengertian Seni... 8 2.1.2. Pengertian Tari... 9 2.2. Tari Tradisional ... 10 2.3. Tari Tradisional Kerakyatan (Tari Rakyat)... ... 10 2.4. Unsur Visual pada Tari ... 11 2.4.1. Unsur Visual pada Kostum ... 11 2.4.2. Unsur Visual pada Gerak Tari ... 14


(40)

iii BAB III : KESENIAN SURAK IBRA DI KAMPUNG SINDANGSARI,

GARUT

3.1. Pengertian Surak Ibra ... 16 3.2. Masyarakat Kampung Sindangsari, Desa Cinunuk... 16 3.3. Surak Ibra di Kampung Sindangsari ... 17 3.4. Perkembangan Surak Ibra dari Segi Pertunjukan... 19 3.5. Susunan Pemain Surak Ibra ... 20 3.5.1. Penari ... 20 3.5.2. Pemain Alat Musik (Nayaga) ... 23 3.6. Gerak Tari... 24 3.7. Alat Musik (Waditra) ... 25 3.8. Pola Lantai ... 26 3.9. Struktur Penyajian ... 32 3.10. Kostum ... 36 3.11. Pentas Pertunjukan ... 37 3.12. Waktu Pelaksanaan ... 37

BAB IV : KAJIAN VISUAL KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA

4.1. Kajian Visual pada Kostum Kesenian Surak Ibra ... 39 4.1.1. Bentuk Kostum ... 39 4.1.2. Warna pada Kostum ... 46 4.1.3. Motif dan Material Kostum ... 51 4.2. Kajian Visual pada Gerak Tari ... 52

BAB V : SIMPULAN

Simpulan ... 67

DAFTAR PUSTAKA... 69 LAMPIRAN... 72


(41)

iv DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2. Bagian dan kelengkapan pada kostum Tari Topeng Cirebon... 12 Gambar 3.1. Penari bodor (utama) ………... 21 Gambar 3.2. Penari surak (pemboyong) ……….... 22 Gambar 3.3. Penari obor…………..……….. 22 Gambar 3.4. Penari tabuh waditra…………..……….... 23 Gambar 3.5. Angklung, kohkol, keprak awi, dogdog, kempul, tarompet,

kendang………...…... 25 Gambar 3.6. Pola lantai bagian ke-1……….. 27 Gambar 3.7. Pola lantai bagian ke-2………... 28 Gambar 3.8. Pola lantai bagian ke-3……….. 29 Gambar 3.9. Pola lantai bagian ke-4……….. 30 Gambar 3.10. Pola lantai bagian ke-5………... 31 Gambar 3.11. Bodor (utama) diapit dua penari obor dan tiga baris penari

surak………... 32 Gambar 3.12. Empat baris penari tabuh waditra………... 33 Gambar 3.13. Penari surak dalam posisi emprak jongkok……..…………... 34 Gambar 3.14. Bodor diboyong oleh penari surak atau pamunggu

(pemboyong)………... 35 Gambar 3.15. Bodor dilempar ke udara sambil disoraki ... 35 Gambar 4.1. Iket sebelum dilipat...……….... 41 Gambar 4.2. Iket setelah dilipat……….………..…….. 41 Gambar 4.3. Ikat pinggang………..………... 45 Gambar 4.4. Warna kostum……..……….. 46 Gambar 4.5. Gerak momoyetan……… 54 Gambar 4.6. Gerak macul………..……… 55


(42)

v Gambar 4.7. Gerak langlayangan………... 56 Gambar 4.8. Gerak hormat……….………... 57 Gambar 4.9. Gerak melak cau………... 58 Gambar 4.10. Gerak jungkir balik………..………... 59 Gambar 4.11. Gerak ngojay………. 60 Gambar 4.12. Gerak emprak jongkok………...………... 61 Gambar 4.13. Gerak surak………...………... 62 Gambar 4.14. Gerak jurus timbangan…….………... 63 Gambar 4.15. Gerak senam massal………..………... 64 Gambar 4.16. Gerak ngaboyong……….. 65 Gambar 4.17. Gerak mincid………...……… 66


(43)

vi DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Bagian-bagian pada kostum ... 40 Tabel 4.2. Kostum bagian kepala (penutup kepala) ... 41 Tabel 4.3. Tipe lipatan dan lilitan iket ... 42 Tabel 4.4. Kostum badan bagian atas (baju) ... 43 Tabel 4.5. Kostum badan bagian bawah (celana) ... 44 Tabel 4.6. Kostum yang digunakan saat ini ... 48 Tabel 4.7. Tujuh warna pada kostum ... 49 Tabel 4.8. Level... 53 Tabel 4.9. Volume ... 53


(44)

vii GLOSARI

Angklung : Alat musik dari bambu,memainkannya digoyang-goyang dengan tangan

Awi : Bambu

Bodor : Badut; yang suka membuat orang tertawa

Boyong : Mengangkat; membawa musuh yang sudah takluk Cau : Pisang

Desain : Kerangka bentuk; rancangan

Durasi : Waktu sesuatu yang sedang berlangsung; rentang waktu; lamanya suatu bunyi yang diucapkan

Eksplosif : Ledakan; meledak; tiba-tiba; kejutan Emprak : Bertepuk tangan

Estetis : Indah; mengenai keindahan Kohkol : Kentungan; tongtong

Kostum : Pakaian khusus atau dapat pula pakaian seragam bagi perseorangan, rombongan, kesatuan dalam upacara, pertunjukan, dan sebagainya. Langlayangan : Layangan

Level : Tingkatan; tataran; lapisan Macul : Mencangkul

Melak : Menanam

Mincid : Berjalan sesuai dengan aturan tari Momonyetan : Menyerupai monyet

Motif : Corak; pola; alasan seseorang melakukan sesuatu. Nayaga : Penabuh gamelan; alat-alat musik

Ngojay : Berenang

Obor : Seutas bambu yang diisi minyak tanah, ujungnya disumbat kain atau sabut kelapa

Surak : Sorak Tarompet : Terompet

Visual : Dapat dilihat dengan indera penglihat, mata Waditra : Alat-alat musik


(45)

Lembar Pengesahan

KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA

DK 38315 Skripsi Semester II 2009/2010

Oleh:

Melinda Restiani Sopyani 51906014

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Disahkan Oleh: Dosen Pembimbing

Drs. Hary Lubis

Koordinator Tugas Akhir/Skipsi


(46)

ABSTRAK

KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK

IBRA

Melinda Restiani Sopyani

Surak Ibra atau boboyongan merupakan salah satu seni tari rakyat yang telah tumbuh dan berkembang sejak masa penjajahan Belanda, yaitu tahun 1910. Awalnya kesenian ini menjadi sarana dalam upacara penyambutan tamu yang berkaitan dengan tamu-tamu yang datang berkunjung ke Desa Cinunuk. Sedangkan pada masa setelah Indonesia merdeka, kesenian ini berkembang sebagai seni tontonan atau hiburan, dan bentuk pertunjukannya mengalami perkembangan. Penelitian ini akan membahas tentang kostum dan gerak tari sebagai unsur visual pada kesenian Surak Ibra, dimana kostum dan gerak tari merupakan daya tarik kesenian Surak Ibra dimasa kini yang berfungsi sebagai seni tontonan.

Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif untuk memaparkan data secara lengkap tentang objek yang diteliti, yaitu unsur visual pada kostum meliputi bentuk kostum, warna, motif dan material kostum. Selain kostum dipaparkan juga tentang unsur visual pada gerak tari meliputi desain gerak. Pendekatan kualitatif dilakukan karena data yang dipaparkan tidak dapat diukur menggunakan angka-angka.

Hasil dari penelitian, menunjukan bahwa ternyata dalam kostum yang digunakan para pemain terdapat penambahan dari aspek bentuk, dan warna. Dan pada gerak tari terdapat bentuk atau desain gerak yang dapat dimengerti dan dinikmati secara visual.


(47)

KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI

KESENIAN SURAK IBRA

DK 38315 Skripsi Semester II 2009/2010

Oleh:

Melinda Restiani Sopyani 51906014

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(48)

39 BAB IV

KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA

4.1. Kajian Visual pada Kostum Kesenian Surak Ibra

Pada kesenian Surak Ibra di Kampung Sindangsari, Desa Cinunuk terdapat kostum yang digunakan pada setiap pertunjukannya. Kostum yang digunakan merupakan salah satu unsur visual yang dapat menjadi ciri atau identitas bagi kesenian ini.

Dalam perkembangannya terjadi perubahan kostum, yang awalnya berupa celana pendek dan kaos oblong saja hingga menjadi seperti yang digunakan saat ini. Perubahan kostum itu terjadi terutama setelah bangsa Indonesia meraih kemerdekaan. Kostum yang dibahas pada penelitian ini merupakan kostum yang digunakan pada saat pertunjukan di masa kini atau setelah Indonesia merdeka. Pada kostum Surak Ibra terdapat beberapa unsur visual, diantaranya:

4.1.1. Bentuk Kostum

Analisa pada bentuk kostum ini ini berpijak pada hasil penjabaran Bab II {(Lihat sub bab 2.4.1.: unsur visual pada kostum), yakni menganalisa kostum Surak Ibra berdasarkan bentuk, dengan meminjam istilah yang digunakan Anis Sujana dimana kostum dibagi menjadi tiga, yaitu: bagian kepala (penutup kepala), badan bagian atas (baju), badan bagian bawah (kain dan celana) serta tabel yang digunakan oleh Ayoeningsih Dyah)}. Pembagian ini dimaksudkan agar pembahasan pada kostum lebih terperinci pada bagian-bagian kostum yang digunakan oleh pemain Surak Ibra.


(49)

40 Keberadaan kostum pada kesenian ini bukan hanya untuk memperindah tampilan, tetapi juga menjadi pembeda antara kelompok kesenian yang sejenis. Berikut merupakan tampilan dari kostum yang digunakan dalam pertunjukan Surak Ibra lengkap dengan pemain-pemain yang mengenakan kostum tersebut.

Tabel 4.1. Bagian-bagian pada kostum

Gambar pada tabel di atas merupakan bentuk keseluruhan kostum yang digunakan oleh para pemain Surak Ibra saat ini. Dari keseluruhan kostum tersebut, dapat diketahui bahwa ternyata kostum yang digunakan oleh pemain berbeda-beda, yaitu:

• Kostum bagian kepala (penutup kepala) memiliki banyak tipe lipatan dan lilitan.

• Sedangkan pada kostum badan bagian atas (baju) terdapat 2 (dua) macam baju yang digunakan.

• Dan pada kostum badan bagian bawah (kain dan celana) terdapat 2 (dua) jenis.

Untuk lebih jelasnya selanjutnya kostum akan dibahas per bagian-bagiannya sesuai dengan pemainnya.


(50)

41 1. Kepala (Penutup Kepala)

Macam Gambar Pemain Analisa Bentuk

Iket

Semua pemain

Iket merupakan kain berbentuk segitiga.

Cara pemakaiannya yaitu dengan dililitkan di kepala kemudian kedua ujung kain

dikaitkan ke belakang.

Tabel 4.2. Kostum bagian kepala (penutup kepala)

Kostum bagian atas (kepala) dinamakan iket. Iket ini sebenarnya dipakai oleh semua pemain, namun pada kenyataannya pemain alat musik (nayaga) sering kali tidak memakai iket saat pertunjukan berlangsung. Hal ini karena para pemain alat musik (nayaga) tidak banyak terlibat dalam pertunjukan selain memainkan alat musik saja. Sehingga para pemain alat musik (nayaga), yaitu pemain tarompet, kendang dan kempul sering kali tidak memakai kostum lengkap seperti pemain Surak Ibra lainnya.

Adapun bentuk dari iket yang dipakai oleh semua pemain berbentuk sama, yaitu berbentuk segitiga yang kemudian dilipat sehingga bentuknya jadi memanjang yang kemudian dilipat dan dililitkan ke kepala para pemain.


(51)

42 Untuk tipe lipatan dan lilitan pada iket yang digunakan oleh para pemain memang terdapat beberapa tipe, diantaranya:

Iket Pemain

Penari bodor

Penari obor

Penari surak

Penari tabuh waditra

Tabel 4.3. Tipe lipatan dan lilitan iket

Pada tabel di atas menampilkan bermacam-macam tipe lipatan dan lilitan iket pada pemain Surak Ibra. Banyaknya tipe lipatan tersebut karena dalam melipat dan melilitkan iket tidak ada ketentuan yang mengatur tentang bagaimana seharusnya iket itu dikenakan, karena itu

iket dilipat serta dililitkan berdasarkan keinginan masing-masing pemain.

Kelompok penari surak yang jumlahnya banyak, tipe lipatan dan lilitan

iket-nya bermacam-macam dan penari tabuh waditra dapat memiliki tipe lipatan dan lilitan iket yang sama dengan kelompok penari surak. Tidak ada kepastian bahwa kelompok satu (misalnya: kelompok penari

surak) menggunakan satu tipe lipatan dan lilitan iket saja (seperti pada gambar di atas) begitu pula dengan kelompok pemain yang lainnya.


(52)

43 Hal inilah yang menjadikan adanya tipe lipatan dan lilitan yang berbeda-beda pada kostum bagian kepala (penutup kepala) para pemain Surak Ibra.

2. Badan Bagian Atas (Baju)

Dua macam kostum yang digunakan pada badan bagian atas (baju), yaitu:

Macam Gambar Pemain Analisa Bentuk

Kampret Penari bodor, penari obor, penari tabuhangklung, dogdog, pemain alat musik

kempul, tarompet dan kendang.

Baju kampret adalah baju berlengan panjang dan mempunyai bukaan serta memiliki kancing di bagian

tengah.

Rompi Penari surak, penari tabuh keprakawi dan kohkol.

Baju rompi adalah baju tak berlengan dan mempunyai

bukaan serta tidak berkancing.

Tabel 4.4. Kostum badan bagian atas (baju)

Baju kampret digunakan oleh pemain penari bodor, penari obor, penari tabuh angklung, dogdog, pemain alat musik (nayaga), yaitu pemain kempul, tarompet dan kendang. Baju kampret membuat para pemain yang memakainya terlihat lebih bersahaja dan tenang.

Sedangkan baju rompi digunakan oleh penari surak, penari tabuh keprak awi dan kohkol adalah agar leluasa dalam melakukan gerakan


(53)

44 selama pertunjukan berlangsung. Hal ini berkaitan dengan peran atau tugas pokok masing-masing pemain yang mengenakan baju rompi, yaitu:

• Penari surak yang tugas pokoknya adalah memboyong penari

bodor pada pertunjukan dan itu dilakukan beberapa kali. Dengan menggunakan baju rompi maka membuat gerakan penari surak

lebih leluasa dan gesit.

• Penari tabuh keprak awi dan kohkol yang tugas pokoknya adalah menari sambil memainkan alat musik dengan cara dipukul. Dengan baju rompi maka gerakan yang dilakukan terlihat bersemangat dan lebih leluasa.

3. Badan Bagian Bawah (Kain dan Celana)

Tabel 4.5. Kostum badan bagian bawah (celana)

Untuk kostum badan bagian bawah jika dilihat dari bentuknya ternyata berupa celana dan terdapat ada 2 (dua) jenis celana pangsi


(54)

45 bagian ujung bawahnya. Celana pangsi ini digunakan oleh semua pemain kecuali penari bodor, karena penari bodor mengenakan celana pangsi yangmengkerut pada bagian ujung.

Kedua jenis celana pangsi ini merupakan bentuk kostum badan bagian bawah (kain dan celana) yang dikenakan oleh para pemain Surak Ibra pada setiap pertunjukannya. Diantara kesemua pemain, pemain alat musik (nayaga) kadang tidak mengenakan celana pangsi pada saat pertunjukan berlangsung, celana pangsi tersebut digantikan oleh celana jeans atau celana kain berwarna hitam.

Pada kostum juga terdapat ikat pinggang yang digunakan oleh para pemain.

Gambar 4.3. Ikat pinggang

Ikat pinggang adalah ikat pinggang yang terbuat dari kain, panjang ikat pinggang lebih dari 2 meter, lebar 20 cm. Ikat pinggang sebenarnya digunakan oleh semua pemain dalam kesenian Surak Ibra yang berfungsi mengikat kostum bagian bawah (celana) pemain, mengikat kostum badan bagian atas (baju) dengan kostum badan bagian bawah (celana) pemain. Namun kadang ada pemain yang tidak menggunakannya, hal ini karena tidak ada ketentuan yang ketat tentang keharusan untuk menggunakan ikat pinggang dan dari hasil penelitian pemain alat musik (nayaga) saja yang kadang tidak mengenakan ikat pinggang.


(55)

46 4.1.2. Warna pada Kostum

Pada kostum Surak Ibra yang membedakan selain bentuk dan fungsi dari kostum itu sendiri adalah warna. Warna pada kostum Surak Ibra berwarna-warni. Munculnya warna yang beragam terjadi setelah bangsa Indonesia merdeka hingga saat ini.

Gambar 4.4. Warna kostum Sumber: Koleksi dokumentasi Amoh Junaedi

Pada gambar di atas warna pada kostum sangat beragam, mulai dari biru muda, biru tua, kuning, merah muda, unggu, hijau tua, sampai hitam. Namun ternyata warna-warna ini tidak mutlak selalu digunakan. Terbukti pada pertunjukannya di masa sekarang, terdapat warna-warna lain yang digunakan pada kostum Surak Ibra ini.

Pada kostum yang saat ini sering digunakan terdapat beberapa warna yang berubah atau diganti. Berikut merupakan kostum yang digunakan beserta pemainnya pada saat ini di setiap pertunjukan Surak Ibra.

Pemain Gambar Analisa Warna

Penari bodor

Kuning-keemasan


(56)

47

Penari surak Jingga

Biru

Merah

Penari obor Merah

Jingga

Penari tabuh angklung & dogdog

Biru

Kuning

Jingga

Merah

Penari tabuhkeprak awi & kohkol

Kuning

Biru

Merah


(57)

48 Pemain alat musik

(nayaga): kendang, tarompet dan kempul

b

Jingga

Hitam

Jumlah warna yang ada pada kostum Tujuh (7) warna

Tabel 4.6. Kostum yang digunakan saat ini

Pada gambar di atas dapat diketahui warna-warna yang terdapat pada kostum para pemain Surak Ibra. Warna-warna tersebut ada yang satu warna dominan pada satu kostum kelompok tertentu, dan warna lainnya merupakan kombinasi namun belum tentu dominan.

Dari keseluruhan kombinasi warna yang digunakan oleh setiap pemain, maka didapatkan 7 (tujuh) warna yang muncul dan digunakan untuk kemudian dikombinasikan kembali pada kostum Surak Ibra. Ketujuh warna ini merupakan warna yang terdapat pada kostum yang saat ini sering digunakan pada saat pertunjukan. Tujuh warna tersebut adalah:


(58)

49

Tabel 4.7. Tujuh warna pada kostum

Dari ketujuh warna di atas dapat diketahui komposisi pada setiap kostum pemain. Komposisi warna yang ada tergantung pada untuk siapa kostum itu digunakan. Pada makalah penelitian ini digunakan 2 (dua) istilah, yaitu mencolok dan kurang mencolok.


(59)

50 Setiap pemain memiliki komposisi warna kostumnya sendiri, yaitu: 1. Warna kuning keemasan digunakan pada kostum penari bodor dan

tampil dengan sangat dominan pada setiap bagian (kepala, baju dan celana). Sebagai tambahan terdapat warna hijau pada iket (kepala), dan ikat pinggang. Dengan komposisi ini membuat penari bodor

berbeda dengan pemain lain, karena warna kuning keemasan terlihat dominan dan ditambah sedikit warna hijau yang digunakan pada kostum bodor saja.

2. Warna jingga tampil dominan pada kostum penari surak dan pemain alat musik (nayaga), yaitu pemain kendang, tarompet dan kempul. Selain itu warna jingga juga ada pada kostum pemain lain (selain penari bodor) namun sedikit, yaitu pada iket atau ikat pinggang saja. Untuk penari surak komposisi warna yang didominasi warna jingga pada semua bagian (kepala, baju dan celana) dan ditambah sedikit warna biru, membuat tampilan pada kostum penari surak jadi mencolok. Sedangkan warna jingga pada pemain alat musik (nayaga) terdapat pada bagian baju saja, ditambah warna hitam (atau warna celana jeans sebagai pengganti kostum badan bagian bawah) pada celana membuat tampilan kostum nayaga ini jadi kurang mencolok.

3. Warna merah dominan pada kostum penari obor, sedikit sekali ada warna lain yaitu jingga pada iket. Dengan komposisi seperti ini membuat tampilan kostum penari obor menjadi mencolok. Warna merah juga terdapat pada bagian kostum pemain lainnya, selain penari bodor. Namun kemunculannya sedikit sekali, yaitu pada bagian iket atau ikat pinggang saja.

4. Warna biru digunakan oleh penari tabuh angklung dan dogdog. Warna biru tampil sangat dominan pada kostum kedua kelompok tersebut ditambah sedikit warna kuning pada bagian iket (kepala) dan jingga pada ikat pinggang. Ini membuat tampilan kostum penari


(60)

51 terdapat pada bagian kostum pemain lainnya seperti pada bagian pinggir baju atau iket (kepala), kecuali pada kostum penari bodor, obor dan nayaga.

5. Warna kuning digunakan oleh penari tabuh keprak awi dan kohkol. Warna kuning tampil sangat dominan pada kostum kedua kelompok tersebut ditambah sedikit warna biru pada bagian iket (kepala) dan pinggiran baju. Ini membuat tampilan kostum penari tabuh keprak awi dan dogdog jadi mencolok. Warna kuning juga terdapat pada bagian kostum pemain lainnya, namun kemunculannya sedikit sekali yaitu pada bagian iket (kepala) atau ikat pinggang saja.

Dari semua komposisi warna yang ada, maka tampilan kostum yang ada pada kesenian Surak Ibra itu termasuk kategori mencolok karena warna yang digunakan merupakan warna-warna yang kontras. Warna-warna ini membuat suasana meriah dan menarik perhatian saat pertunjukan berlangsung. Selain itu warna berfungsi untuk membedakan antar kelompok pemain pada kesenian Surak Ibra. Dalam menentukan warna tidak ada aturan tertentu yang dijadikan landasan pemilihan warna-warna tersebut, warna dipilih dengan pertimbangan agar menarik perhatian dan mengikuti perkembangan zaman.

4.1.3. Motif dan Material Kostum

Dilihat dari keseluruhan bagian kostum kesenian Surak Ibra, tidak ada motif yang muncul atau digunakan. Dan material yang digunakan berupa kain seperti kain saten atau satin. Material kain digunakan yang mengkilat dan dapat memantulkan cahaya. Pemilihan kain dilandasi oleh keinginan untuk tampil menarik perhatian, dengan material kain yang mengilap atau memantulkan cahaya membuat kostum Surak Ibra ini mencolok, serta didukung oleh warna-warna yang mencolok pula, maka memungkinkan Surak Ibra untuk selalu menarik perhatian di setiap pertunjukannya.


(61)

52 4.2. Kajian Visual pada Gerak Tari

Selain kostum, unsur visual yang terdapat pada kesenian Surak Ibra adalah gerak tari. Gerak tari tersebut merupakan gerak tari yang khas dilakukan oleh penari bodor, penari surak, penari tabuh waditra dan penari obor. Gerak tari akan dianalisa berdasarkan bentuk atau desain tubuh tanpa dihubungkan dengan isi, rasa, atau gambaran yang mengandung makna pada setiap gerak yang ada.

Gerak tari tersebut akan dianalisa dengan meminjam istilah yang diungkapkan oleh Iyus Rusliana, {(Lihat sub bab 2.4.2.: unsur visual pada gerak tari), yakni menganalisa gerak tari berdasarkan bentuk atau desain gerak meliputi sikap tari dan gerak, level (rendah, menengah, dan tinggi), volume (kecil, menengah, dan besar), kualitas gerak (patah-patah, mengalun)}. Namun pada penelitian ini ditambahkan sebuah istilah gerak eksplosif untuk bagian kualitas gerak. Gerak

eksplosif ini digunakan untuk gerakan yang bentuknya kejutan, spontan, tiba-tiba.

Untuk memudahkan dalam menganalisa desain gerak pada gerak tari kesenian Surak Ibra, maka pada penelitian ini dibuat gambaran tentang level dan volume mengacu pada apa yang telah disampaikan di atas. Berikut gambarannya:

Level

Rendah


(62)

53 Menengah

Jongkok Membungkuk Berdiri tegak

Tinggi

Jinjit Loncat

Tabel 4.8. Level

Volume

Kecil Menengah Besar


(63)

54 Berikut adalah pembahasan gerak-gerak tari sesuai dengan pemain yang ada di kesenian Surak Ibra:

1. Penari Bodor

Penari bodor melakukan berbagai gerak khas dalam sebuah pertunjukan Surak Ibra. Gerak-gerak tersebut, diantaranya:

a. Gerak Momonyetan

Gerak yang menampilkan penari bodor sedang melakukan gerakan meniru perilaku monyet.

Gambar 4.5. Gerak momonyetan

Sumber: M. Mirza J, 2010

Dalam gerak iniini terdapat desain gerak:

• Sikap tarinya, tubuh sedikit membungkuk dan menonjolkan bagian kepala, dimana terlihat ekspresi bodor saat menirukan monyet. Geraknya merupakan harmonisasi kaki, tangan dan kepala, karena saat melakukan gerakan ini kaki, tangan dan kepala bergerak bergantian posisinya tubuh agak serong ke kiri dan ke kanan.

• Levelnya menengah, posisi tubuhnya berdiri dengan badan sedikit membungkuk.


(64)

55 • Volumenya menengah, jangkauan gerak seluruh tubuhnya tidak

terlalu luas atau besar.

• Kualitas gerak termasuk gerak mengalun, gerakan seluruh tubuh bergerak secara berkelanjutan.

b. Gerak Macul

Gerak yang menampilkan penari bodor sedang melakukan gerakan meniru perilaku petani sedang mencangkul.

Gambar 4.6. Gerak Macul

Sumber: M. Mirza J, 2010

Dalam gerak iniini terdapat desain gerak:

• Sikap tarinya, badan sedikit membungkuk dan menonjolkan bagian tangan yang seolah sedang memegang cangkul. Geraknya harmonisasi antara kepala, tangan dan kaki, karena saat melakukan gerakan ini kepala, tangan dan kaki melakukan gerak secara bersama-sama.

• Levelnya menengah, posisi tubuhnya berdiri dan lutut sedikit ditekuk. • Volumenya menengah, jangkauan geraknya baik kepala, tangan


(65)

56 • Kualitas gerak termasuk gerak mengalun, walaupun tidak halus

namun kepala, tangan dan kaki bergerak secara berkelanjutan.

c. Gerak MaenLanglayangan

Gerak yang menampilkan penari bodor sedang melakukan gerakan meniru kegiatan main layang-layang.

Gambar 4.7. Gerak langlayangan

Sumber: M. Mirza J, 2010

Dalam gerak iniini terdapat desain gerak:

• Sikap tarinya, kaki sedikit ditekuk dan menonjolkan bagian tangan yang seolah sedang memegang benang layangan. Geraknya harmonisasi kepala, tangan dan kaki, karena saat melakukan gerakan ini kepala, tangan dan kaki melakukan gerak secara bersama-sama. • Levelnya menengah, posisi tubuhnya berdiri dan kedua lutut sedikit

ditekuk.

• Volumenya besar, jangkauan geraknya baik kepala, tangan maupun kaki luas atau besar.


(66)

57 • Kualitas gerak termasuk gerak patah-patah, ada saat dimana ada jeda antar rangkaian geraknya. Gerak patah-patah ini terlihat jelas pada gerak tangan, dimana pergantian gerak antara tangan kanan dan kiri terdapat jeda yang jelas.

d. Gerak Hormat

Gerak yang menampilkan penari bodor sedang melakukan gerakan memberi hormat pada para tamu dan masyarakat yang menonton.

Gambar 4.8. Gerak hormat

Sumber: M. Mirza J, 2010

Dalam gerak iniini terdapat desain gerak:

• Sikap tarinya, badan berdiri tegak di atas tangan para penari surak dan menonjolkan bagian tangan. Geraknya terdapat pada kepala yang menunduk.

• Levelnya tinggi, posisi tubuhnya berdiri di atas tangan para penari surak yang berarti tubuh penari bodor berada jauh di atas lantai. • Volumenya kecil, jangkauan geraknya baik kepala, tangan hanya

sedikit yaitu menunduk sejenak lalu tegak kembali, sedangkan kaki agak merapat.


(67)

58 • Kualitas gerak termasuk gerak patah-patah, ada saat dimana ada jeda

saat kepala menunduk sampai dengan kembali tegak.

e. Gerak Melak Cau

Gerak yang menampilkan penari bodor sedang melakukan gerakan dimana kaki berada di atas dan kepala berada di bawah.

Gambar 4.9. Gerak melak cau

Sumber: Video dok. Ismi R. M

Dalam gerak iniini terdapat desain gerak:

• Sikap tarinya, badan terbalik dengan kaki di atas dan kepala di bawah, menonjolkan bagian kepala. Geraknya terdapat pada kaki yang berusaha menyeimbangkan badan.

• Levelnya tinggi, posisi tubuhnya berdiri di atas tangan para penari

surak yang berarti tubuh penari bodor berada jauh di atas lantai. • Volumenya besar, jangkauan geraknya luas sampai dengan

membalikkan posisi badan 180 derajat. • Kualitas gerak termasuk gerak eksplosif.


(68)

59

f. Gerak Jungkir balik

Gerak yang menampilkan penari bodor sedang melakukan gerakan menjatuhkan badan hingga kembali ke posisi awal.

Gambar 4.10. Gerak jungkir balik

Sumber: Video dok. Ismi R. M

Dalam gerak iniini terdapat desain gerak:

• Sikap tarinya, badan dijatuhkan ke atas tangan para penari surak dan menonjolkan bagian badan. Geraknya harmonisasi seluruh tubuh yang berusaha menyeimbangkan badan.

• Levelnya tinggi, posisi tubuhnya berdiri di atas tangan para penari

surak yang berarti tubuh penari bodor berada jauh di atas lantai. • Volumenya besar, jangkauan geraknya luas sampai dengan

menjatuhkan tubuh 90 derajat.


(69)

60

g. Gerak Ngojay

Gerak yang menampilkan penari bodor sedang melakukan gerakan meniru kegiatan berenang.

Gambar 4.11. Gerak ngojay

Sumber: M. Mirza J, 2010

Dalam gerak iniini terdapat desain gerak:

• Sikap tarinya, badan telungkup di atas tangan pemain surak, menonjolkan bagian tangan. Geraknya harmonisasi tangan dan kaki yang bergerak bersama-sama.

• Levelnya tinggi, posisi tubuhnya berada jauh di atas lantai, yaitu berada di atas tangan para penari surak.

• Volumenya menengah, jangkauan geraknya tidak terlalu luas.

• Kualitas gerak termasuk gerak mengalun, walaupun tidak halus namun tangan dan kaki bergerak secara berkelanjutan.


(70)

61

2. Penari Surak

Penari surak melakukan berbagai gerak dalam sebuah pertunjukan Surak Ibra. Gerak-gerak tersebut diantaranya:

a. Gerak Emprak Jongkok

Gerak yang menampilkan penari surak sedang melakukan gerakan bertepuk tangan sambil berjongkok.

Gambar 4.12. Gerak emprak jongkok

Sumber: Aceng Suparman, 2010

Dalam gerak iniini terdapat desain gerak:

• Sikap tarinya, badan dalam keadaan jongkok, menonjolkan bagian tangan. Geraknya harmonisasi tangan dan kepala, bertepuk tangan sambil memiringkan kepala ke kanan dan ke kiri.

• Levelnya menengah, posisi tubuhnya jongkok.

• Volumenya termasuk kecil, melakukan tepuk tangan dengan jangkauan yang sempit di depan dada.

• Kualitas gerak termasuk gerak mengalun, walaupun tidak halus namun tangan dan kepala bergerak secara berkelanjutan.


(71)

62

b. Gerak Surak

Gerak yang menampilkan penari surak sedang melakukan gerakan loncat dengan tangan ke atas sambil bersorak sorai.

Gambar 4.13. Gerak surak

Sumber: Aceng Suparman, 2010

Dalam gerak iniini terdapat desain gerak:

• Sikap atau pose tarinya, badan dalam keadaan berdiri tegak, tangan diangkat ke atas, menonjolkan bagian tangan. Geraknya harmonisasi tangan dan kaki.

• Levelnya atas, posisi tubuh jinjit sampai dengan loncat. • Volumenya termasuk besar, jangkauanya luas ke atas. • Kualitas gerak termasuk gerak eksplosif.


(72)

63

c. Gerak Jurus Timbangan

Gerak yang menampilkan penari surak sedang melakukan salah satu gerakan dalam pencak silat yaitu jurus timbangan, gerak ini juga dilakukan oleh penari bodor, dimana tangan kanan di atas dan tangan kiri di bawah.

Gambar 4.14. Gerak jurus timbangan

Sumber: M. Mirza J, 2010

Dalam gerak iniini terdapat desain gerak:

• Sikap tarinya, badan dalam keadaan tegak, tangan kanan di atas mengepal dan tangan kiri di bawah dan lutut ditekuk, menonjolkan bagian tangan. Geraknya harmonisasi tangan dengan kaki.

• Levelnya menengah, posisi tubuhnya berdiri dengan lutut agak ditekuk.

• Volumenya termasuk menengah, jangkauan geraknya tidak terlalu luas.

• Kualitas gerak termasuk gerak patah-patah, gerakan memukul dengan hentakan-hentakan tegas.


(1)

69 DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Kartika, Dharsono Sony. (2007). Kritik Seni. Bandung: Rekayasa Sains.

Nursantara, Yayat. (Ed.). (2007). Seni Budaya untuk SMA Kelas X Standar Isi 2006. (Jilid ke-1). Jakarta: Erlangga.

Riyanto, Arifah. A. (2003). Teori Busana. (Cetakan Kedua). Bandung: Yapemdo. Rusliana, Iyus. (1984). Pengantar Ethnologi Tari (Jilid ke-2). Bandung: Proyek

Pengembangan Institut Kesenian Indonesia Sub Proyek Akademi Seni Tari Indonesia Bandung.

Safanayong, Yongky. (2006). Desain Komunikasi Visual Terpadu. Jakarta: Arte Intermedia.

Sanyoto, Sadjiman Ebdi. (2009). Nirmana. Yogyakarta: Jalasutra.

Sedyawati, Edi., Parani, Y., Murgiyanto, S., Soedarsono, Rohkyatmo, A., Suharto, B., Sukidjo. (1986). Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tamsyah, Budhi Rahayu. (1996). Kamus Lengkep Sunda Indonesia, Indonesia Sunda, Sunda Sunda. (Edisi Revisi). Bandung: Pustaka Setia.

__________. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Edisi Kedua). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka.


(2)

70 Jurnal:

Dyah, Ayoeningsih. (2007). Makna Simbolisasi pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng Babakan Cirebon Keni Arja di Desa Slangit. ITB Journal of Visual Art and Design, 1D (2), 232.

Sujana, Anis. (2007). Mengamati Aspek-Aspek Visual Pertunjukan Tari Sebagai Pengayaan Kajian Senirupa. ITB Journal of Visual Art and Design, 1D (2), 260-277.

Majalah:

Mardana, Bayu Dwi. (2009, November). Bonus Peta. Garut Tiga Segitiga Wisata; Surga dari Timur Tatar Priangan. National Geographic Traveler. 1(7).

Skripsi/Makalah Akademik:

Kosim, Jauhar. (1999). Pertunjukan Boboyongan Surak Ibra di Desa Cinunuk Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut. Skripsi- Jurusan Tari. Sekolah Tinggi Seni Indonesia. Bandung.


(3)

71 SUMBER DATA LAIN

Dokumentasi:

Judodihardjo, M. M., & Suparman, A. 2010 (4 April). Foto Dokumentasi Silaturahmi Jalan Santai Bersama Atlit PORDA-KONI, Garut. Garut.

Junaedi, Amoh. Foto Dokumentasi.

Mariana, Ismi Rizka. 2010 (Maret). Video Dokumentasi Maulud Nabi Muhammad SAW. Video dokumentasi tidak dipublikasikan. Garut.

Kristiawan, Putra., & Sopyani, M. R. 2010 (4 April). Video Dokumentasi Silaturahmi Jalan Santai Bersama Atlit PORDA-KONI, Garut. Video dokumentasi tidak dipublikasikan. Garut.

Wawancara:

Wawancara kepada Amoh Junaedi, pembina dan pemimpin kesenian Surak Ibra di Kampung Sindangsari, Desa Cinunuk, Garut..

Wawancara kepada Kepala Desa Cinunuk.

Wawancara kepada Iyus Rusliana, pakar tari dan dosen pengajar Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI), Bandung.


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA

Melinda Restiani Sopyani

ALAMAT

Jl. Tubagus Ismail Bawah No.38A

Rt. 005/ Rw. 001, Kel.Lebak Gede, Bandung. (Kosan) Telp. +62 85624668867

Jl. Kemiri Raya No.1

Rt. 001/Rw. 001, Kec. Kemiri, Kab. Tangerang Banten 15530

E-MAIL

melindhote@gmail.com

TEMPAT, TGL

LAHIR

Tangerang, 31 Agustus 1988

STATUS

Belum Menikah

PENDIDIKAN

2006 - 2010 S-1 DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA (UNIKOM), BANDUNG

2003 - 2006 SMAN 2 TAROGONG, GARUT 2000 - 2003 SLTPN 2 GARUT

1994 - 2000 SDN SUKARATU 1, GARUT

KEAHLIAN BAHASA

ENGLISH SKILL: WRITING AND READING

PENGALAMAN KERJA

FRESH GRADUATE

PENGALAMAN BERORGANISASI

2007-2008

2008

Art Director Komunitas Komik Fakultas Desain UNIKOM, ”Fun Comic Community (FUNCO)”.

Ketua Panitia Pameran Komik Komunitas Komik Fakultas Desain UNIKOM, ”Fun Comic Community (FUNCO)”.

2008 - 2009 Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Desain Komunikasi Visual UNIKOM Bandung


(5)

PENGALAMAN MAGANG

2009 DESAIN BUKU MENU RESTORAN PT. TAICHAN INDONESIA, JAKARTA

KEMAMPUAN SPESIFIK

Skripsi (S1)

KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA

Komputer MS Office (Ms Word, Ms Excel, Ms PowerPoint)

Adobe Photoshop, Adobe Ilustrator, Adobe Indesign.

PELATIHAN DAN SEMINAR YANG PERNAH DIIKUTI

2006

2007

2009

2010

Program Diklat Aplikasi Windows PUSTEKKOM SMAN 2

TAROGONG, Garut.

Orientasi Lingkungan Mahasiswa Kampus (OLIMPUS) UNIKOM,

Bandung.

Pendekatan Ala Desain (PADI) Fakultas Desain UNIKOM, Bandung.

Workshop KMDGI -7 (Kriyasana Mahasiswa Desain Grafis

Indonesia) Denpasar, Bali.

Training dan Workshop Komik Komunitas Komik Fakultas Desain

UNIKOM ”Fun Comic Community (Funco)”.

Seminar “1001 Inspiration Design Festifal” Creative Seminar & Demo

Workshop at UNIKOM, Bandung.

Seminar KMDGI -8 (Kriyasana Mahasiswa Desain Grafis Indonesia)

Inovasi Kreatif dalam Industri Kreatif “Local Content in Graphic

Communications”, Solo.

Seminar dan Workshop Hardware.


(6)

2006

2010

BIC English Course, Garut.

English First, Bandung.

Hormat saya,

Melinda Restiani Sopyani