Pola Komunikasi Mahasiswa Timor Leste (Studi desriptif Tentang Pola Komunikasi Mahasiswa Timor Leste di Kota Bandung dalam Berinteraksi dengan Lingkungannya)
POLA KOMUNIKASI MAHASISWA TIMOR LESTE
(Studi Deskriptif Tentang Pola Komunikasi Mahasiswa Timor Leste diKota Bandung dalam Berinteraksi dengan Lingkungannya)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Strata 1 (S1) Pada program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas
Oleh :
Maria de Fátima Pereira NIM. 41810041
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2014
(2)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Maria de Fátima Pereira
Nama Panggilan : Eva
Jenis Kelamin : Perempuan Status Pernikahan : Belum Menikah Tempat, Tanggal Lahir : Dili, 24 Juli 1988 Kewarganegaraan : Timor-Leste
Agama : Katolik
Alamat : Jl. Dago Barat No 64/159D
Ponsel : 081-312-323-082
E-mail : [email protected]
(3)
196
Sekolah Tahun
kelulusan
Sekolah Dasar SD VI Fatuhada Dili, Timor-Leste 1994 - 2001
SLTP SMPK Santa Madalena De Canossa Dili Timor-Leste 2001 – 2004
SLTA SMAK Santa Madalena De Canossa Dili Timor-Leste 2004 – 2007
UNIVERSITAS UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI 2010–2014
1. 2007 : Kursus English Basic Started Elementary 1
Kursus Komputer Microsoft Office (Ms.word, Exel, Power point, database) 2. 2010 : Kursus English Basic Started Elementary 1
3. 2013 : Kursus General English conversation Elementary 1-2
PENDIDIKAN
(4)
197
No Nama Organisasi Tahun Jabatan
1 Acolitus 2003-2004 Anggota
2 Ikatan Mahasisawa dan Pelajar Timor Leste (IMPETIL BANDUNG)
2012- 2014 Anggota
Kemampuan menggunakan aplikasi komputer (Ms.word, Ms.Exel, Ms.Power Point dan MS.Acces
Kemampuan Berbicara Bahasa Inggirs, Bahasa Portuguis, Bahasa Tetun, dan Bahasa Indonesia
Kemampuan Menggunakan Internet
Kemampuan Presentasi
No Nama Kegiatan Tahun Keterangan
1. Training to be a nun at Comunidad Ir.Fransiscana Santa Beatirz da Silva, Viseu, Portugal
2009
2. Peserta Tabel Manner Hotel Amarosa 2010 Sertifikat
KEMAMPUAN
PENGALAMAN LAIN-LAIN
PENGALAMAN ORGANISASI
(5)
198 3. Peserta Seminar Fotografi, Lomba
Foto Essay dan Apresiasi Seni
2010 Sertifikat
4. Peserta Acara Perayaan Paskah Oleh Hima Ilmu komunikasi dan Public Relations
2011 Sertifikat
5. Peserta Number one Broadcasting seminar MC & Radio Announcer Universitas Komputer Indonsia
2011 Sertifikat
6. Peserta Seminar Master Of ceremony (MC)Universitas Komputer Indonesia
2012 Serifikat
7. Peserta Seminar Event Management Universitas Komputer Indonesia
2012 Sertifikat
8. Peserta Seminar Sinematografi communication
2012 Sertifikat
9. Study Tour media Massa 2012” Universitas Komputer Indonesia
2012 Sertifikat
10. Training di Media Online CJTL Timor- Leste
2012 Sertifikat
11. Peserta Pelatihan Oil and Minerals Republik Demokrtaic Timor Leste
2013 12. Training di SEKOMS Dili
Timor-Leste
2013 Sertifikat
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Bandung Agustus 2014 Hormat saya,
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL. ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan masalah... 8
1.2.1 Pertanyaan Makro ... 9
1.2.2 Pertanyaan Mikro ... 9
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9
1.3.1 Maksud. ... 9
1.3.2 Tujuan ... 10
1.4 Kegunaan Penelitian ... 10
1.4.1 Kegunaan Secara Teoritis ... 10
(7)
vii
1.4.2.1 Bagi Peneliti ... 10
1.4.2.2 Bagi Universitas ... 11
1.4.2.3 Bagi Masyarakat ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 TinjauanPustaka... 12
2.1.1 TentangPenelititerdahulu ... 12
2.1.2 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi... 14
2.1.2.1 Definisi Komunikasi ... 15
2.1.2.3 Proses Komunikasi ... 16
2.1.2.4 Konteks Komunikasi ... 17
2.1.2.5 Fungsi Komunikasi ... 19
2.1.3 Tinjauan Mengenai Komunikasi Antar Pribadi ... 21
2.1.3.1 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi ... 22
2.1.3.2 Bentuk-Bentuk Hubungan dalam Komunikasi Antar Pribadi ... 23
2.1.4 Tinjauan Mengenai Komunikasi Antar Budaya... 24
2.1.4.1 Komunikasi dan Budaya ... 25
2.1.4.2 Unsur-unsur Komunikasi Antar Budaya... 26
2.1.4.3 Fungsi Komunikasi Antar Budaya ... 31
2.1.4.4 Karakteristik-Karakteristik Budaya ... 34
2.1.5 Tinjauan Mengenai Pola Komunikasi ... 38
(8)
2.1.6.1 Definisi Mahasiswa ... 40
2.1.6.2 Ciri-Ciri Mahasiswa ... 40
2.1.7 Tinjauan Tentang Orang Asing ... 41
2.1.7.1 Definisi Orang Asing ... 41
2.2 Kerangka Pemikiran ... 46
2.2.1 Kerangka Teoritis ... 46
2.2.2 Kerangka Konseptua ... l49 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... .52
3.1.1 Sekilas Tentang Kota Bandung ... 52
3.1.2 Sekilas Tentang Mahasiswa Timor Leste Dikota Bandung ... 53
3.2 Metode Penelitian ... 54
3.2.1 Desain Penelitian ... 54
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data... 56
3.2.2.1 Studi Pustaka ... 56
3.2.2.2 Studi Lapangan ... 57
3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 58
3.2.3.1 Informan Penelitian ... 59
3.2.4 Teknik Analisa Data ... 60
3.2.5 Uji Keabsahan Data ... 62
3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 64
3.2.6.1 Lokasi Penelitian ... 64
(9)
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Indentitas Informan ... .72
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... .79
4.2.1. Proses Komunikasi Mahasiswa Timor Leste dalam berinteraksi dengan Lingkungannya ... 80
4.2.2. Hambatan Komunikasi Mahasiswa Timor Leste dalam berinteraksi dengan Lingkungannya ... 97
4.2.3. Perilaku Komunikasi Mahasiswa Timor Leste dalam berinteraksi dengan Lingkungannya ... 93
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 96
4.3.1 Proses komunikasi mahasiswa Timor Leste dalam berinteraksi dengan lingkungannya... 97
4.3.2 Hambatan Komunikasi Mahasiswa Timor Leste dalam Berinteraksi dengan Lingkungannya ... 104
4.3.3 Perilaku komunikasi Mahasiswa Timor Leste dalam Berinteraksi dengan Lingkungannya ... 110
4.3.4 Pola komunikasi Mahasiswa Timor Leste dalam Berinteraksi dengan Lingkungannya ... 115
BAB IV PENUTUP 5.1. Kesimpulan... 118
5.2. Saran ... 119
5.2.1. Saran Bagi Mahasiswa Timor Leste ... 119
(10)
DAFTAR PUSTAKA ... 121 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 126 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 195
(11)
xi
DAFTAR TABEL
Tabel . 2.1 PenelitianTerdahulu ... 12
Tabel. 3.1 Informan Penelitian ... 59
Tabel. 3.2 Jadwal Penelitian ... 65
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Alur KerangkaPemikiran ... 51
Gambar 3.1 Analisis data Hubermandan Miles ... 61
Gambar 4.1 InformanPenelitian (Carmelita V ... 73
Gambar 4.2 InformanPenelitian (Jose A.C) ... 74
Gambar 4.3 InformanPenelitian (Juvinia) ... 76
Gambar 4.4 InformanPenelitian (Joao D) ... 77
Gambar 4.5 InformanPenelitian (Maria Rangel) ... 78
Gambar 4.6 Model Proses Komunikasi Ma hasiswa Timor Leste ... 103
Gambar 4.7 Model HambatanKomunikasiMahasiswa Timor Leste ... 109
Gambar 4.8 Model PerilakuKomunikasiMahasiswa Timor Leste ... 114
(13)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : SuratPermohonan Persetujuan Judul dan Pembimbing... 127
Lampiran 2 : Surat Rekomendasi UntukMengikuti Sidang Sarjana ... 128
Lampiran 2: PengajuanPendaftaran Ujian SidangSarjana ... 129
Lampiran 3 : Berita Acara Bimbingan ... 130
Lampiran 4 : Lembaran Revisi Skripsi ... 131
Lampiran 5: Identitas Informan ... 132
Lampiran 6: Pedoman Wawancara ... 137
Lampiran 7: TranskipWawancara... 140
Lampiran 8 Pedoman Observasi ... 182
Lampiran 9 : Transkipl Observasi ... 183
(14)
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku:
Ali, Mohammad danAsrori, Mohammmad.(2004). PsikologiRemaja. Jakarta :BumiAksara
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: RajaGrafindoPersada
Cangara, Hafied, Prof, Dr. 2007. PengantarIlmuKomunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo.
Creswell, John W. 2007. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Approach second edition. London. Sage Publication.
Gudykunst .Young Yun Kim. 1992. Communicating With Strangers An Approach To Intercultural Communication. New York: McGraw- Hill.Inc.
Komala, Lukiarti, 2009. IlmuKomunikasiPerspektif, Proses danKonteks , Bandung : WidyaPadjadjaran
Kriyantono, Rachmat, Ph, D. 2006. TeknikPraktisRisetKomunikasi, Jakarta KencanaPrenada Media Group.
Kartono, Kartini. 1990. PengantarMetodeRisetSosial. Bandung: MandarMaju.
Kartono, K. 1985. BimbinganBelajar di SMA danPerguruanTinggi. Jakarta: CV. Rajawali.
(15)
122
Kountur, Ronny. 2003.MetodePenelitianUntukPenulisanSkripsidanTesis. Jakarta: CV. TerunaGratica
Liliweri, Alo. 2003.Dasar-dasarKomunikasiAntarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Liliweri, Allo. 2002. KomunikasiAntarPribadi. Bandung : PT. Citra AdityaBakti. Lin, J.G., & Yi, J.K. (1997).Asian international students’ adjustment: Issues and
program suggestions. College Students Journal, 31(4)5, 473-485.
Mulyana, Deddy, 2003. IlmuKomunikasiSuatuPengantar. Bandung:PT. RemajaRosdakarya.
Mulyana, Deddy dan RakhmatJalaluddin. 2005,
KomunikasiAntarbudayaPanduanBerkomunikasidengan Orang-Orang
BerbedaBudaya, Bandung: RemajaRosdakarya
McQuail, Denis 1994 EdisiKedua. Teorikomunikasimassasuatupengantara :Erlangga Moleong, Lexy. 2001. MetodePenelitianKualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya Morgan, C.T, dkk. 1986. Introduction to Psychology: 7th. Singapore: Mc. Graw
HillBook Company.
Pace, R. Wayne dan Don F. Faules 2008 (diterjemahkanolehDeddyMulyana),
(EdisiBahasa Indonesia), KomunikasiOrganisasiStrategiMeningkatkanKinerja Perusahaan, Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
(16)
Pedersen, Eric R., Clayton Neighbors, Mary E. Larimer, & Christine M. Lee. (2011). Measuring Sojourner Adjustment among American students studying abroad. International Journal of Intercultural Relations, 35, 881-889.
Paige, R.M. (1990). International students: Cross-cultural psychological perspectives. In R.W. Brislin (Ed.), Applied cross-cultural psychology: Cross-cultural research and methodology series, 14, 367-382.
Ruslan, Rosady. 2004, MetodePenelitian Public Relations danKomunikasi. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
Rakhmat, Jalaluddin. 2001. MetodePenelitianKomunikasi. Bandung: RemajaRosdakarya
---. 2002. MetodePenelitianKomunikasi. Bandung.PT Rosdakarya.
Sugiyono, 2012.MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatifdan R & D. Jakarta: CV Alfabeta
Singarimbun,Masri, 1995. MetodePenelitian Survey. Jakarta: LP3ES. Silalahi, ulber.2006. MetodePenelitianSosial. Bandung:Unpar Press
Umar, Husein. 2005. RisetSumberDayaManusiaDalamOrganisasi. Jakarta: PT. GramediaPustakaUtama
(17)
124 B.Sumber Lain
UfitApirnayanti. Skripsi : “PolaKomunikasiWanitaKarirSingle Parent Dengan DenganAnaknya Di Kota Bandung”
(StudiDeskriptifMengeniPolaKomunikasiWanitaKarirSingle Parent DenganAnaknya Di Kota Bandung)UniversitasKomputer Indonesia. Bandung. 2013
Hendy EkaBramantika. Sripsi : “Polakomunikasimahasiswa Malaysia di Jatinangordalammenghadapiisu sentiment anti –malaysia’ ( StudiKasus mengenaiPolakomunikasimahasiswa Malaysia di
Jatinangordalammenghadapiisu sentiment anti –malaysia’) UiversitasPadjajaran 2011
Erwin Sigit. Skripsi : “Polakomunikasiwariasebagaibentukeksistensidiri” (Studi DeskriptifPolaKomunikasiWariaSebagaiBentukEksistensiDiri Di LingkunganMasyarakat Kota Bandung). Bandung. 2012
(18)
C.Internet Searching
http://impetil.wordpress.com/about/ diaksesTanggal 5-5-2013 jam 20:45 WIB http://wantysastro.wordpress.com/2013/06/01/pengertian-komunikasi-verbal-dan-nonverbal-beserta-contoh-dan-slogan-produk/aksespadatanggal, senin 16 Juni 2014 pukul 20:14
http://www.lusa.web.id/proses-komunikasi/aksespadatanggal ,jumat 20 juni 2014 pukul 7:54)
http://unikom.ac.id Diakses pada tanggal, Rabu 7 Mei 2014 pukul 10:30) http://aa-bandung.blogspot.com/2009/12/profil-kota-bandung.html
(19)
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang yang telah melimpahkan segala rahmatt serta kelancaran dan kemudahan sehingga dapat sehingga dapat terselesaikannya penelitian skripsi ini. Penyusunan skripsi ini yang berjudul POLA KOMUNIKASI MAHASISWA TIMOR LESTE (Studi Deskriptif Tentang Pola Komunikasi Mahasiswa Timor Leste dikota Bandung dalam berinteraksi dengan lingkungannya) dirasakan masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengalaman dan kemampuan peneliti. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun, agar lebih baik lagi pada kesempatan mendatang.
Peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Keluarga yang penulis sayangi, dan yang senantiasa memberikan doa dan dukungan baik moril dan materil kepada peneliti dari awal hingga akhir proses penyusunan Skripsi ini
Skripsi ini dapat berjalan dengan lancar atas bantuan banyak pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan penelitian. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada, Yang Terhormat.:
1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A, selaku Dekan FISIP yang telah mengeluarkan surat pelaksanaan kerja praktek dan memberikan pengesahan pada Skripsi ini.
(20)
2. Drs. Manap Solihat. M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung, dan selaku dosen wali IK-2 2010 yang banyak memberikan motivasi, dorongan, serta semangat kepada peneliti dari awal perkuliahan hingga akhir proses penyusunan Skripsi ini.
3. Melly Maulin, S.Sos. M.Si, Selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung yang memberikan dukungan kepada peneliti dalam penyusunan Skripsi ini. 4. Sangra Juliano P., M.I. Kom, Selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu, pikiran, dan kesempatan untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran kepada penulis.
5. Khususnya Kepada seluruh dosen di lingkungan Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP yakni, Rismayati S.SoS. M. Si, Inggar Prayoga,
S.I.Kom., Adiyana Slamet., S.IP., M.Si., Olih Solihin., M.Si, Ari
Prasetyo, S.Sos., M.Si., Tine Agustin Wulandari, S.I.Kom., dan kepada
seluruh dosen Ilmu Komunikasi yang telah mengajarkan peneliti selama ini, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada peneliti selama perkuliahan berlangsung.
6. Ratna Widiasti A.md, selaku Sekretariat Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung Yang telah membantu semua keperluan penulis sebelum dan sesudah penulis menyusun Skripsi ini.
(21)
viii
7. Astri Ikawati A.md. kom, selaku Staf Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universtas Komputer Indonesia Bandung yang telah membantu semua keperluan penulis sebelum dan sesudah peneliti menyusun Skripsi ini.
8. Untuk Kakaku Jasinta, Mateus, Luis, Domingas, Martinho, Natalino, Jeronimo dan keponakan ku yang tersayang Iria dan Natalia, terima kasih banyak untuk segala doa, motivasi, dukungan dan bantuan materi yang dapat memperlancar dalam penulisan Skripsi ini.
9. Untuk teman dan sepupu ku tercinta di Timor Leste, Theo, Feby,Bonq, Nata, Geovania, Abrz, Carol, Shinta, selaku sahabat dan keluarga terbaikku yang dibanggakan dan yang selalu memberikan motivasi semangat, arahan, keceriaan dan kebersamaan untuk selalu berbagi dalam suka maupun duka.
10.Teman-Teman Terbaikku. Theo, Nazar, Jj dan Sarah Kartika yang telah membantu dalam segala hal serta atas dukungan, doa serta semangat yang kalian berikan dalam peneliti menyusun Skripsi ini dari awal hingga akhir penulisan Skripsi. Dan untuk teman-teman “seperjuangan” di UNIKOM terutama rekan-rekan di IK-2 dan IK- Humas 2 tetap semangat, wisuda 2014 menanti kita semua.
11.Seluruh Informan yang telah memberikan informasi, waktu dan dukungan bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
12.Semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung, atas kontribusi dan kerjasamanya terhadap penyusunan Skripsi ini.
(22)
Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih banyak pada semua pihak yang telah membantu peneliti dalam proses menyelesaikan Skripsi ini. Untuk kesempurnaan Skripsi ini, peneliti mengharapkan masukan dari pembaca. Terimakasih
Bandung, Agustus 2014 Peneliti
Maria de Fátima Pereira NIM.41810041
(23)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah
Mahasiswa asing merupakan individu dimana setiap individu lahir di dunia tanpa memiliki pemahaman apapun tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana harus bertindak agar dapat diterima dalam masyarakat. Dalam hal ini Mahasiswa Asing Timor Leste merupakan orang yang masuk ke dalam sebuah lingkungan baru. Dalam setiap diri sesorang mempunyai pengalaman pribadi yang berbeda- beda, itu terjadi karena faktor lingkungan dan keseharian ia bergaul, dan pada saat ia berkomunikasi dengan rekan sebaya atau rekan dimana tempat ia berkumpul dalam suatu kelompok, sehingga secara tidak langsung akan membentuk dan mempengaruhi dirinya.
Mahasiswa didefinisikan sebagai individu yang telah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas dan memasuki perguruan tinggi. Mahasiswa asing didefinisikan warga negara asing yang mengikuti pendidikan pada perguruan tinggi di Indonesia (Peraturan Menteri Nomor 25 tahun 2005). Seseorang yang memasuki lingkungan baru, maka memerlukan adaptasi baik dengan lingkungan maupun budaya di tempat baru tersebut. Begitupun dengan mahasiswa Timor Leste yang datang ke Bandung, mereka harus beradaptasi dengan lingkungan serta budaya dimana mereka tinggal, yang secara jelas berbeda dengan budaya maupun lingkungan tempat asalnya. Selain itu mereka pun harus bisa berinteraksi dengan orang-orang yang ada di lingkungan tersebut agar proses adaptasi dapat berjalan
(24)
2
dengan baik. Menurut Cohen (1985:2) adapatsi merupakan suatu proses yang dialami oleh sekelompok suku bangsa yang memasuki suatu daerah yang masih baru baginya, Dimana kebudayaanya itu terpisah secara fisik dengan kebutuhannya. Kelompok tersebut akan melakukan adaptasi terhadap lingkungan sosial budaya dan fisik ditempat yang baru. Bila suku pendatang ingin hidup survive di tempat yang baru, biasanya mereka akan mengadaptasikan dirinya dengan lingkungan sosial budaya yang dimiliki suku bangsa setempat.
Mahasiswa asing yang berada di negara dengan budaya berbeda dari negara asalnya akan mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru, berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan barunya, serta menerima nilai-nilai baru yang terdapat dalam negara tersebut. Kesulitan adaptasi yang dihadapi oleh para mahasiswa asing dapat dilihat dari enam aspek dalam Sojourner Adjustment Measure (Pedersen, Neighbors, Larimer, & Lee, 2011), yang tergolong ke dalam faktor positif dan faktor negatif dari penyesuaian diri. Faktor positif antara lain adalah interaksi sosial dengan masyarakat di negara tujuan, pemahaman budaya dan partisipasi di negara tujuan, pengembangan dan penggunaan bahasa negara tujuan, serta identifikasi budaya negara tujuan. Sedangkan faktor negatif antara lain adalah interaksi sosial dengan sesama individu dari negara asal dan homesickness, yaitu perasaan tidak nyaman di lingkungan baru dan ingin segera kembali ke lingkungan asal yang telah dikenal dengan baik.
Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan dari kehidupan seorang manusia, bahkan seluruh kehidupan seorang manusia di isi
(25)
3
dengan komunikasi. Bagaimana manusia itu berhubungan dengan manusia lainnya dan membentuk dan menjalin berbagai macam hubungan di antara mereka.
Komunikasi adalah pembawa proses sosial. Ia adalah alat yang manusia untuk mengatur, menstabilkan, dan memodifikasi kehidupan sosialnya. Proses sosial bergantung pada penghimpunan, pertukaran, dan penyampaian pengetahuan. Pada gilirannya pengetahuan bergantung pada komunikasi (peterson, jensen, dan Rivers, 1965:16).
Dalam hal ini pula tentunya bagaimana mahasiswa Timor-Leste dalam berinteraksi atau melakukan komunikasi pribadi dengan teman-temannya sesama mahasiswa, dosen, dan lingkungannya, Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan Pola komunikasi yang di bangun dengan orang-orang disekitarnya akan sangat mempengaruhi terhadap kondisi kejiwaan mahasiswa asing tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pola komunikasi yang mereka bangun pula akan menentukan hubungan yang mereka jalin dengan orang-orang disekitarnya.
Dalam melakukan komunikasi tersebut tentunya mahasiswa asing akan menemukan banyak rintangan dan hambatan yang akan ia hadapi. Seperti hambatan dalam bahasa, mengalami culture shock, dan hambatan-hambatan lain seperti penyesuaian terhadap cara berbicara, tindak tutur, perilaku dan lain sebagainya. Tentunya hal itu bukanlah yang mudah untuk dihadapi. Perlu waktu dan usaha untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut.
Agar dapat hidup bertahan di daerah lain, setiap suku bangsa mempunyai strategi penyesuaian untuk itu. Strategi tersebut disebut sebagai kebudayaan yang bersifat adaptif, karena kebudayaan itu melengkapi manusia dengan
(26)
cara-4
cara penyesuaian diri pada kebutuhan fisiologis dari badan dari mereka, dan penyesuaian pada lingkunganyang bersifat fisik geografis maupun lingkungan sosialnya. (Menurut R. Ember dan M. Ember dalam Ihromi 1987:28). Interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Ide efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari hubungan satu arah pada sebab akibat. Kombinasi dari interaksi-interaksi sederhana dapat menuntun pada suatu fenomena baru yang mengejutkan.
Interaksi menurut Thibaut dan Kelley dalam buku Mohamad Ali dan Asrori yang berjudul “Psikologi Remaja” mendefinisikan interaksi sebagai :
Dalam berbagai bidang ilmu, interaksi memiliki makna yang berbeda Interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain.”(Mohamad Ali dan Asrori, 2004:87)
Saat proses interaksi dilakukan sering mendapat berbagai hambatan. Salah satu contoh hambatan interaksi di lingkungan adalah perbedaan budaya dan bahasa menjadikan sering terjadinya kesalahan persepsi dan menimbulkan kesulitan bagi Mahasiswa asing Timor Leste yang berada di kota Bandung.
Dalam proses interaksi dalam kesehariaannya mereka sering berinteraksi dengan sesama mahasiswa yang berasal dari Timor- Leste. Dan mereka hanya berbicara bahasa Indonesia dengan orang pribumi pada saat dikampus dan ditempat-tempat tertentu. Namun sering juga terdapat kendala-kendala berinteraksi dengan orang pribumi.
(27)
5
Memasuki budaya yang berbeda membuat individu menjadi orang asing di budaya tersebut saat individu dihadapkan dengan situasi ketika kebiasaan-kebiasaannya diragukan. Hal ini dapat menimbulkan keterkejutan dan stress. Keterkejutan dapat menyebabkan terguncangnya konsep diri dan identitas cultural individu dan mengakibatkan kecemasan. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar individu dan mengakibatkan kecemasan. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar individu mengalami gangguan mental dan fisik, setidaknya untuk jangka waktu tertentu. Reaksi terhadap situasi tersebut oleh Oberg disebut dengan istilah culture shock (Gudykunst dan Kim, 2003).1
Culture shock terjadi karena nilai budaya yang dimiliki individu sangat berbeda dengan nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat dalam negara tujuan pendidikannya.Selain itu, kesulitan dalam menyesuaikan diri juga timbul akibat dari diskriminasi ras, masalah bahasa, kesulitan akomodasi, pantangan makanan, kesulitan finansial, serta timbulnya salah pengertian, dan kesepian (Lin & Yi, 1997). Tuntutan akademis yang tinggi serta tantangan untuk menyesuaikan diri pada budaya baru juga membuat proses mahasiswa asing dalam menyesuaikan diri menjadi lebih rapuh dan beresiko (Paige, 1990).
Di Indonesia banyak mahasiswa asal Timor Leste, yang tinggal diberbagai Kota- kota besar yang menuntun Ilmu disini. Alasan mereka berkuliah di Indonesia cukup beragam , mulai dari beasiswa, kualitas universitas yang akan dimasuki atau sekedar mencari pengalaman baru.
1
(28)
6
Dan faktor lingkungan juga menjadi salah satu pertimbangan mereka dalam memilih Bandung sebagai tempat mereka mencari dan menuntut ilmu kelak. Sebagaimana dikutip dalam impetil.wordpress.com
“Bandung adalah salah satu Kota pelajar yang pada saat ini diminati oleh banyak orang khususnya para pelajar yang berasal dari daerah lain di luar Bandung maupun dari negara lainnya. Hal yang memikat bertambanya minat mahasiswa untuk melanjutkan studynya di Bandung, bukan hanya karena Bandung dikenal sebagai kota Paris ke II atau kota Model namun karena faktor lingkungan dan perkembangan Teknology Informasi IT) yang makin maju atas keberadaan Institut Teknology Bandung (ITB). Selain itu juga Bandung adalah kota yang memiliki cuaca sejuk sehingga dapat mendukung aktivitas mahasiswa yang berada di Bandung. Bandung yang dikenal dengan suku Sunda memiliki budaya yang sangat berbeda dengan budaya lainya. Hal yang perlu di ketahui adalah ramahnya penduduk yang sangat menghargai sesamanya. Sopan santun merupakan suatu hal yang telah menjiwai kehidupan setiap orang”.2
Pendidikan selalu menjadi prioritas utama setiap individu karena bisa menjadi salah satu faktor penunjang keberhasilan seseorang dalam kehidupan. Karena dengan pendidikan kita dapat memperoleh ilmu yang dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Baik pendidikan formal dan informal penting kita ikuti karena semakin banyak ilmu yang didapat maka akan semakin memperkaya pengetahuan dan skill kita. Banyak orang yang bersekolah ke luar negeri untuk mendapatkan lebih banyak pengalaman dan pengetahuan mereka. Di Bandung cukup banyak mahasiswa asal Timor Leste, sebagaimana diungkapkan oleh Ketua IMPETIL Bandung Jõao de Araujo, bahwa: “Secara keseluruhan mahasiswa Timor Leste pada tahun 2014 yang belajar di Bandung Sekitar 417 orang”
(29)
7
Demi menyelesaikan studinya para mahasiswa Timor Leste ini akan tinggal diBandung selama perkulihan, kurang lebih 3-5 tahun ,waktu domisili yang cukup lama tersebut menjadikan mereka bagian dari masyarakat Bandung untuk sementara waktu. Komunikasi yang terjadi dalam kurun waktu tersebut secara alamiah melahirkan pola kmunikasi diantara keduangya.
Pola komunikasi merupakan model atau suatu set peraturan dari suatu kumpulan perilaku komunikasi individu, kelompok atau masyarakat yang dilakukan ulang-ulang pada setiap kejadian dan situasi yang selalu sama, yang dirumuskan atau distandardisasikan. Sehingga bisa dipakai membuat dan menghasilkan suatu pemahamana mengenai bagaiaman cara –cara berkomunikasi dari individu, kelompok atau masyarakat tersebut. Sebelum pola komuniasi ini terbentuk individu yang terlibat dalam interaksi ataupun kontak sosial ,sadar atau tidaknya pastilah melakukuan proses adapatsi.
Selain proses adapatasi, komunikasi antar budaya merupakan hal yang penting yang harus dilalui para mahasiswa Timor Leste , keberadaan mahasiswa Timor Leste di Bandung akan berimpilkasi pada terjadinya komunikasi antarbudaya antara mereka dengan lingkunganya. komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antar orang-orang yang mempunyai sistem symbol dan persepsi budaya yang berbeda. Ini berarti antara sumber dan penerima pesan berasal dari budaya yang berbeda (mulyana, 200: 20).
Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara siapa dengan siapa, tentang apa dan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi,kondisinya
(30)
8
untuk mengirim,memperhatikan dan menafsirkan pesan (mulyana 2009;19). Perbendaharan- Perbendaharan dua orang yang berbeda budaya bukan tidak mungkin akan menimbulkan kesalahpahaman. Maka, menjadi semacam kewajiban social, bahwa setiap pendatang yang bertempat tinggal atau mendiami suatu wilayah baru yang akan memiliki budaya yang berbeda untuk dapat beradaptasi mempelajari budaya daerah yang didatanginya, termasuk bahasa sebagai modal utama berkomunikasi
Manusia yang memasuki suatu lingkungan baru mungkin akan menghadapi banyak hal yang berbeda seperti cara berpakaian, cuaca, makanan, bahasa, orang- orang, sekolah dan nilai-nilai yang berbeda. Tetapi ternyata budaya tidak hanya meliputi cara berpakaian maupun bahasa yang digunakan, namun budaya juga meliputi etika, nilai, konsep keadilan, perilaku, hubungan pria wanita, konsep kebersihan, gaya belajar, gaya hidup, motivasi bekerja, kebiasaan dan sebagainya (Mulyana, 2005: 97). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Pola komunikasi Mahasiswa Timor-Leste dikota Bandung dalam berinteraksi dengan lingkungannya”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti memperoleh rumusan masalah berupa pertanyaan makro yang merupakan inti dari permasalahan yang dibahas dan pertanyaan mikro yang merupakan pertanyaan permasalahan berdasarkan teori sebagai pengerucutan pertanyaan penelitian.
(31)
9
1.2.1 Pertanyaan Makro
Berdasarkan latar belakang masalah, maka didapat pertanyaan utama “Bagaimana Pola Komunikasi Mahasiswa Timor Leste di Kota Bandung (Studi Deskriptif mengenai Pola Komunikasi Mahasiswa Timor Leste di Kota Bandung Dalam Berinteraksi dengan Lingkungannya)?
1.2.2 Pertanyaan Mikro
Berdasarkan pertanyaan makro diatas, maka peneliti dapat merumuskan pertanyaan penelitian :
1. Bagaimana Proses komunikasi Mahasiswa Timor Leste Dalam Berinteraksi Dengan Lingkungannya?
2. Bagaimana Hambatan komunikasi Mahasiswa Timor Leste Dalam berinteraksi Lingkungannya?
3. Bagaimana Perilaku komunikasi Mahasiswa Timor Leste Dalam berinteraksi Lingkungannya?
1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pola Komunikasi Mahasiswa Timor Leste Dikota Bandung Dalam Berinteraksi Dengan Lingkungannya
(32)
10
1.3.2 Tujuan Penelitian
Agar penelitian ini mencapai hasil yang optimal maka terlebih dahulu perlu merumuskan tujuan terarah dari penelitian ini. Adanya tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Proses Komunikasi Mahasiswa Timor Leste dikota Bandung Dalam Berinteraksi Dengan Lingkungannya.
2. Untuk mengetahui Hambatan Mahasiswa Timor Leste Leste dikota Bandung Dalam Berinteraksi Dengan Lingkungannya.
3. Untuk Mengetahui Perilaku Komunikasi Mahasiswa Timor Leste Leste dikota Bandung Dalam Berinteraksi Dengan Lingkungannya?
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengembangan Ilmu Komunikasi secara umum, khususnya komunikasi antar pribadi dan Komunikasi antarbudaya.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Kegunaan secara praktis dari penelitan itu adalah sebagai berikut : 1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang selama ini diterima secara teori dan sebagai aplikasi ilmu komunikasi pada umumnya dan komunikasi antar pribadi pada khususnya yang telah peneliti pelajari selama dibangku perkuliahan
(33)
11
1.4.2.2 Kegunaan Bagi Universitas
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa UNIKOM, secara umum dapat dijadikan sebagai literatur dan referensi tambahan terutama untuk penelitian dalam kajian yang sama
1.4.2.3 Kegunaan Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat berguna sebagai sarana evaluasi, informasi bagi masyarakat secara umum, khusunya Mahasiswa asing Timor leste di kota Bandung dan dapat dengan mudah berinterakasi dan membentuk pola komunikasi dengan lingkungan yang baru.
(34)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESA
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Dalam tinjauan pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah penelitian terdahulu yang berkaitan dan relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan pendukung, pelengkap, pembanding dan member gambaran awal mengenai kajian terkait permasalahan dalam penelitian ini.
Berikut ini peneliti temukan beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai:Pola Komunikasi
2.1.1 Tentang Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Judul Peneliti
Metode
Penelitian Hasil Penelitian 1 Pola Komunikasi
Wanita Karir Single Parent Dengan Anaknya Di Kota Bandung
Ufit Apirnayanti.2013.UNIKOM Penelitian ini berupa pendekatan Kualitatif dengan Metode Deskriptif Pola komunikasi akan berjalan dengan baik dan hambatan di dalamnya bisa di atasi jika wanita karir ini bisa memberikan perhatian kepada anaknya dan kebersamaan yang terjalin
(35)
13
membuatkomunikasi semakin baik pula. 2 Pola komunikasi
mahasiswa
Malaysia di Jatinangor dalam menghadapi isu sentiment anti -malaysia
Hendy Eka Bramantika. 2011. UNPAD
Penelitian ini berupa pendekatan Kualitatif dengan Metode Studi kasus deskriptif
Hasil penelitan menunjukan bahwa mahasiswa Malaysia melakukan tiga strategi adapatasi terhadap warga indonesia di jatinagor , yakni adapatasi formal, adapatasi informal dan manupulasi identitas, hambatan utama yang dialami mahasiwa Malaysia selama melakukan proses adaptasi dengan warga indonesia adalah hambatan bahasa dan hambatan psikis, yakni isu sentiment anti – malaysia.
Informal 3 Pola komunikasi
waria sebagai bentuk eksistensi diri” (Studi Deskriptif Pola KomunikasiWaria Sebagai Bentuk
Erwin Sigit, 2012. UNIKOM
Penelitian ini berupa pendekatan Kualitatif dengan Metode Deskriptif
Hasil penelitian menunjukan dengan sub fokus kebiasaan, cara berinteraksi, pertukaran
informasi,
pengetahuan, dan
simbol yang
digunakan waria. Analisis pola komunikasi waria dilingkungan
(36)
14
Eksistensi Diri Di Lingkungan Masyarakat Kota Bandung)
Bandung sejauh ini ditanggapi
positif.Kesimpulan dilihat dari sub
fokus bahwa
kebiasaan yang dilakukan waria tidak selalu berkaitan dengan hal negatif, cara berinteraksi mereka dengan masyarakat menggunakan dua pola komunikasi formal dan non-formal.
Sumber: Peneliti Februari 2014
2.1.2 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi
Salah Satu persoalan di dalam memberi pengertian komunikasi yakni, banyaknya definisi yang telah dibuat oleh para pakar menurut bidang ilmunya.Hal ini disebabkan karena banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan terhadap perkembangan ilmu komunkasi, misalnya psikologi, sosiolog, antropologi, ilmu politik, ilmu manajemen, linguistic, dan lain sebagainya. (Cangara.2004:17)
Ilmu komunikasi, apabila diaplikasikan secara benar akan mampu mencegah dan menhilangkan konflik antarpribadi, antarkelompok, antarsuku, antarbangsa, dan antarras, membina kesatuan dan persatuan umat manusia peghuni bumi.
(37)
15
Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan Latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latinCommunico yang artinya membagi.
Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Dra. Lukiarti Komala mendefinisikan komunikasi sebagai berikut :
“The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols).” (Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain atau komunikan (Komala, 2009:74).
Sedangkan menurut Oxford Dictionary menjelaskan bahwa: Communication is the sending or exchange of information, idea etc. (Komunikasi adalah pengiriman atau tukar menukar informasi , ide dan sebagainya )
Dalam “Bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator) sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan (communicate). Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampauian pesan terdiri dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of message), kedua lambang (symbol). Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa.
2.1.2.2 Tujuan Komunikasi
Dalam menyampaikan informasi dan mencari informasi kepada mereka, agar apa yang kita sampaikan dapat dimengerti sehingga komunikasi yang kita laksanakan dapat tercapai. Pada umumnya komunikasi dapat mempunyai beberapa tujuan antara lain:
a. Mengubah Sikap ( to change the attitude)
(38)
16
c. Mengubah perilaku (to change the behavior) d. Mengubah masyarakat ( to change the society) 2.1.2.3 Proses Komunikasi
Sebuah komunikasi tidak akan lepas dari sebuah proses, oleh karena itu apakah pesan dapat tersampaikan atau tidak tergantung dari proses komunikasi yang terjadi proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yaitu:
1. Proses Komunikas Secara Primer
Ialah proses penyampaian pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang (simbol) sebagai media lambang sebagai primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung dapat menterjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa, karena hanya bahasa yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain (apakah itu bentuk ide, informasi atau opini baik mengenai hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan pada waktu yang lalu dan yang akan datang)
2. Proses Komunikasi Secara Sekunder
Ialah proses penyampian pesan oleh seorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua
(39)
17
dalam melancarkan komunikasi karena komunikasi sebagai sasarannya berada di tempat yang relative jauh dan komunikan yang banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan masih banyak lagi media kedua yang sering digunakan sebagai media komunikasi.
2.1.2.4 Konteks Komunikasi
Komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruangan hampa sosial, melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks disini berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi yang terdiri dari:
1. Aspek bersifat fisik: seperti iklim, suhu, cuaca, bentuk ruangan, warna dinding, tempat duduk, jumlah peserta komunikasi dan alat untuk menyampaikan pesan.
2. Aspek psikologis: seperti sikap, kecenderungan, prasangka dan emosi para peserta komunikasi.
3. Aspek sosial: seperti norma kelompok, nilai sosial dan karakteristik budaya.
4. Aspek waktu: yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam).
Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteks atau tingkatannya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi.Maka dikenallah komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok. Komunikasi publik, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.
(40)
18
Unsur-unsur dari proses komunikasi di atas, merupakan faktor penting dalam komunikasi, bahwa setiap unsur tersebut oleh para ahli komunikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara khusus. Proses komunikasi diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu
1. Komunikasi Verbal
Simbol atau pesan adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan bicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa juga dianggap sebagai suatu sistem kode verbal. 2. Komunikasi Non Verbal
Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsang verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima (Mulyana, 2007:343).
2.1.2.5Fungsi Komunikasi
Komunikasi memiliki beberapa fungsi, Menurut Effendy ada empat fungsi utama dari kegiatan komunikasi, yaitu :
(41)
19
1. Menginformasikan (to inform)
Adalah memberikan informasi kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.
2. Mendidik (to educate)
Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.
3. Menghibur (to entertain)
Adalah Komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi pendidikan, mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.
4. Mempengaruhi (to influence)
Adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu komunikasi suatu pengantar mengutip Kerangka berpikir William I. Gorden mengenai fungsi-fungsi komunikas yang dibagi menjadi empat bagian. Fungsi-fungsi suatu peristiwa komunikasi (communication event) tampaknya tidak sama sekali independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi dominan
(42)
20
1. Fungsi Komunikasi Sosial
Komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan. Pembentukan konsep diri Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Pernyataan eksistensi diri Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis.Inilah yang disebut aktualisasi diri atau pernyataan eksistensi diri.Ketika berbicara, kita sebenarnya menyatakan bahwa kita ada.
2. Fungsi Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi kita) melalui pesan-pesan non verbal.
3. Fungsi Komunikasi Ritual
Komunikasi ritual sering dilakukan secara kolektif.Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dalam acara tersebut orang mengucapakan kata-kata dan menampilkan perilaku yang bersifat simbolik.
4. Fungsi Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan
(43)
21
keyakinan dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur (persuasif) Suatu peristiwa komunikasi sesungguhnya seringkali mempunyai fungsi-fungsi tumpang tindih, meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi. 2.1.3 Tinjauan Mengenai Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antarpribadi merupakan konteks komunikasi yang sangat mendasar ketika seseorang berhubungan dengan orang lain, seperti menurut Deddy Mulyana dalam bukunya suatu pengantar ilmu komunikasi menjelaskan bahwa komunikasi antarpribadi yaitu:
“komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal ataupun non verbal”. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi diadik (dyadic communication)yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami-istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya.(Mulyana, 2000 : 73) Komunikasi antar pribadi sendiri didefinisikan sebagai sebuah interaksi yang dapat dilakukan oleh dua orang atau beberapa orang, dimana pengirim pesan dapat menyampaikan pesannya secara langsung dan penerima pesan dapat menerima pesannya secara langsung pula. (Agus M. Hadjana, 2003 : 85)
Sedangkan menurut Miller dan Steinberg (1975) yang dikutif (Muhamad Budyatama, 2011,4) dalam bukunya Teori Komunikasi Antarpribadi, bahwa komunikasi antarpribadi terdapat tiga tingkatan analilis yaitu, kultural, sosiologi, dan psikologis.
(44)
22
Kultural merupakan keseluruhan kerangka kerja komunikasi: Kata-kata, tindakan-tindakan, postur, gerak-isyarat, nada suara, ekspresi wajah, pengguna waktu, ruang dan materi, dan cara ia bekerja, bermain, bercinta, dan mempertahankan diri. kesemuanya itu dan lebihnya merupakan system-sistem komunikasi yang lengkap dengan makna-makna yang hanya dpata dibaca secara tepat apabila seseorang akrab dengan perilaku konteks sejarah, sosial, dan kultural” (Edward T. Hall, 1976)
b. Analisis Tingkat Sosiologis
Prediksi komunikator tentang reaksi penerima atau receiver terhadap pesan-pesan yang disampaikan didasarkan kepada keanggotaan penerima dalam kelompok social tertentu, maka komunikator melakukan prediksi oada tingkat sosiologi.
b. Prediksi mengenai reaksi pihak lain atau penerima terhadap perilaku komunikasi kita didasarkan pada analilis dari pengalaman-pengalaman belajar individual yang unik, maka prediksi analilis pada tingkat psikologis.
2.1.3.1 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi
Menurut definisinya, fungsi adalah sebagai tujuan di mana komunikasi digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Fungsi komunikasi ialah mengendalikan lingkungan guna memperoleh imbalan-imbalan tertentu berupa fisik, ekonomi, dan sosial. Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa komunikasi insan atau human communication baik non-pribadi ataupun yang
(45)
23
anatrpribadi semuanya menegnai pengendalian lingkungan guna mendapatkan imbalan seperti dalam bentuk fisik, ekonomi, dan sosial (Miller&Steinberg, 1975).
2.1.3.2 Bentuk-Bentuk Hubungan dalam Komunikasi Antar Pribadi
Hubungan pribadi atau personal relationship ialah dimana orang mengungkapkan informasi terhadap satu sama lain dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan peibadi satu sama lain. Kita juga menggolongkan orang dengan siapa kita berhubungan sebagai kenalan, teman, dan sahabat kenal atau teman akrab.
a. Kenalan
Kenalan adalah orang yang kita kenal melalui namanya dan berbicara bila ada kesempatan, tetapi interaksi kita dengan mereka terbatas. Banyak hubungan dengan kenalan tumbuh atau berkembang pada konteks khusus.
b. Teman
Karena perjalanan waktu, beberapa kenalan bisa menjadi teman kita. Teman atau teman-teman adalah mereka dengan siapa kita telah mengadakan hubungan yang lebih pribadi secara sukarela. Beberapa dari persahabatan kita bersifat context bound. Jadi, orang sering mengacu kepada teman bermain, teman kantor, atau teman tetangga. Persahabatan konteks ini bisa hilang atau putus jika konteksnya berubah.
(46)
24
Sahabat kental atau close friends or intimate adalah mereka yang jumlahnya sedikit dengan siapa seseorang secara bersama-sama mempunyai komitmen tingkat tinggi, saling ketergantungan, kepercayaan, pengungkapan, kesenangan di dalam persahabatan. 2.1.4Tinjauan Mengenai Komunikasi Antar Budaya
Sitaram (Frans Josef :1995:30) mendefinisikan secara sederhana komunikasi antarbudaya adalah interaksi di antara anggota-anggota budaya yang berbeda. Kemudian komunikasi antarbudaya menurut Maletzke adalah proses tukar menukar pemikiran dan pengertian menunjuk pada pertukaran hal-hal yang bersifat kognitif dan sentimental di antara budaya yang berbeda.
Selanjutnya Samoyar dan Poster (dalam Larry,Richard,Edwin: 2010) mengatakan komunikasi antarbudaya merupakan penyampaian pesan dan penerima pesan berasal dari budaya yang berlainan. Menurut charley H. Dood, komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi dan kelompok dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi.
Menurut Mulyana (dalam Mulyana dan Rahmat 2005:19 ) Komunikasi antarbudaya lebih menekankan aspek utama yakni hubungan antarpribadi di antara komunikator dan komunikan yang kebudayaannya berbeda. Jika kita berbicara tentang komunikasi antarpribadi, maka yang dimaksud adalah dua atau lebih orang terlibat dalam komunikasi verbal atau non verbal secara langsung. Apabila kita menambahkan dimensi perbedaan kebudayaan ke dalamnya, maka
(47)
25
kita berbicara tentang komunikasi antarbudaya. Maka seringkali dikatakan bahwa komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi antarpribadi dengan perhatian khusus pada faktor-faktor kebudayaan yang mempengaruhinya. Dalam keadaan demikian, kita dihadapkan dengan masalah-masalah yang ada dalam suatu situasi di mana suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan harus disandi balik dalam budaya lain.
Budaya mempengaruhi orang yang berkomunikasi. Budaya bertanggung jawab atas seluruh perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang, konsekuensinya, perbendaharaan- perbendaharaan yang dimiliki oleh dua orang yang berbeda budaya pula yang dapat menimbulkan berbagai macam kesulitan.
Dari pandangan Sitaram, Maletzke, dan Mulyana, serta pandangan beberapa ahli lain, dapat disimpulkan bahwa terdapat suatu anggapan dasar yang melatarbelakangi komunikasi antara budaya ini ialah adanya interaksi antara anggota-anggota budaya yang berbeda dan adanya hubungan antar pribadi antara komunikator dan komunikan yang memiliki kebudayaan yang berbeda dan yang mempengaruhi perilaku komunikasi mereka.
2.1.4.1 Komunikasi dan Budaya
Hubungan antara budaya dan komunikasi penting dipahami untuk memahami komunikasi antarbudaya, oleh karena melalui pengaruh budayalah orang-orang belajar berkomunikasi. Kemiripan budaya dalam perepsi memungkinkan pemberian makna yang mirip pula terhadap suatu objek sosial
(48)
26
atau peristiwa. Cara-cara kita berkomunikasi, keadaan-keadaan komunikasi kita, bahasa, dan gaya bahasa yang kita gunakan, dan perilaku-perilaku nonverbal kita.
Komunikasi itu terikat oleh budaya. Sebagaimana budaya berbeda antara yang satu dengan yang lainnya., maka praktik dan perilaku komunikasi individu-individu yang diasuh oleh budaya-budaya tersebut pun akan berbeda pula. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Untuk menyederhanakan dan membatasi pembahasan kita, kita akan memeriksa beberapa unsur sosio-budaya yang berhubungan dengan persepsi, proses verbaldan proses nonverbal.
2.1.4.2 Unsur-unsur Komunikasi Antar Budaya 1. Persepsi
Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Dengan kata lain, persepsi adalah cara kita mengubah energi-energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang bermakna.
Komunikasi antarbudaya akan lebih dapat dipahami sebagai perbedaan budaya dalam mempersepsi objek-objek sosial dan kejadian-kejadian. Suatu prinsip penting dalam pendapat ini adalah bahwa masalah-masalah kecil dalam komunikasi sering diperumit oleh perbedaan-perbedaan persepsi ini.
Berikut ini adalah tiga pengaruh yang besar dan langsung tas makna-makna yang kita bangun dalam persepsi kita, yaitu:
(49)
27
a. Sistem-sistem Kepercayaan, Nilai, Sikap
Kepercayaan secara umum dapat dipandang sebagai kemungkinan-kemungkinan-kemungkinan subjektif yang diyakini individu bahwa suatu objek atau peristiwa memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Kepercayaan melibatkan hubungan antar objek yang meiliki karakteristik-karakteristik yang membedakannya. Derajat kepercayaan kita mengenai suatu peristiwa atu suatu objek yang memiliki karakteristik-karakteristik tertentu menunjukkan kedalaman atau insensitas kepercayaan kita. Tegasnya, semakin pasti kita dalam kepercayaan kita, semakin besar pulalah intesitas kepercayaan tersebut.
Nilai-nilai adalah aspek evaluatif dari sitem-sistem kepercayaan, nilai, dan sikap. Dimensi-deminsi evaluatif ini meliputi kualitas-kualitas, seperti kemanfaatan, kebaikan, estetika, kemampuan memuaskan kebutuhan, dan kesenangan. Meskipun setiap orang mempunyai suatu tatanan nilai yang unik, terdapat pula nilai-nilai yang cenderung menyerap budaya. Nilai-nilai ini dinamakan nilai-nilai budaya.
Kepercayaan dan nilai memberikan kontribusi bagi pengembangan dan isi sikap. Kita boleh mendefinisikan sikap sebagai suatu kecendrungan yang diperoleh dengan cara belajar untuk merespons suatu objek secara konsisten, sikap itu dipelajari dalam suatu kontek budaya. Bagaimanapun lingkungan kita untuk merespons dan akhirnya perilaku kita
(50)
28
Unsur budaya ini, meskipun konsep dan uraiannya abstrak, merupakan salah satu unsur terpenting dalam aspek-aspek perseptual komunikasi antarbudaya. Pandangan dunia berkaitan dengan orientasi suatu budaya terhadap hal-hal seperti Tuhan, kemanusiaan, alam, alam semesta, dan masalah-masalah filosofis lainnya yang berkenaan dengan konsep makhluk. Pendek kata, pandangan dunia kita membantu kita untuk mengetahui posisi dan tingkatan kita dalam alam semesta. Oleh karena pandangan dunia begitu kompleks, kita sulit melihatnya dalam suatu interaksi antarbudaya.
Pandangan dunia sangat mempengaruhibudaya. Efeknya seringkali tak kentara dalam hal-hal yang tampak nyata dan remeh seperti pakaian, isyarat, dan penbedaharaan kata.
c. Organisasi Sosial
Cara bagaimana suatu budaya mengorganisasikan dirinya dan lembaga-lembaganya juga mempengaruhi bagaimana anggota-anggota budayamempersepsi dunia dan bagaimana mereka berkomunikasi. Mungkin ada baiknya kita melihat sepintas dua unit sosial yang dominan dalam suatu budaya.
2. Proses-Proses Verbal
Proses-proses verbal tidak hanya meliputi bagaimana kita berbicara dengan orang lain namun juga kegiatan-kegiatan internal berpikir dan
(51)
29
pengembangan makna bagi kata-kata yang kita gunakan. Proses-proses ini (bahasa verbal dan pola-pola berpikir) secara vital berhubungan dengan persepsi dan pemberian serta pernyataan makna.
a. Bahasa Verbal
Bahasa merupakan alat utama yang digunakan budaya untuk menyalurkan kepercayaan, nilai, dan norma. Bahasa merupakan alat bagi orang-orang untuk berinteraksi dengan orang-orang lain dan juga sebagai alat untuk berpikir. Maka, bahasa berfungsi sebagai pedoman untuk melihat realitas sosial. Bahasa mempengaruhi persepsi, menyalurkan, dan turut membentuk pikiran.
b. Pola-Pola Berpikir
Proses-proses mental, bentuk-bentuk penalaran, dan pendekatan-pendekatan terhadap pemecahan masalah yang terdapat dalam suatu komunitas, merupakan suatu komponen penting budaya. Kecuali bila mereka mempunyai pengalaman bersama orang-orang lain dari budaya lain yang mempunyai pola berpikir yang berbeda, kebanyakan orang menganggap bahwa setiap orang berpikir dengan cara yang sama. Namun, kita harus sadar bahwa pendapat perbedaan-perbedaan budaya dalam aspek-aspek berpikir.
Pola-pola berpikir suatu budaya mempengaruhi bagaimana individu-individu dalam budaya itu berkomunikasi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi bagaimana setiap orang merespons individu-individu dari suatu budaya lain. Kita tak dapat mengharapkan setiap
(52)
30
orang untuk menggunakan pola-pola tersebut akan memudahkan komunikasi antarbudaya kita.
3. Proses-proses Nonverbal
Proses-proses verbal merupakan alat utama untuk pertukaran pikiran dan gagasan, namun proses-proses ini sering dapat diganti oleh proses-proses nonverbal. Walaupun tidak terdapat kesepakatan tentang bidang proses nonverbal ini. Kebanyakan ahli setuju bahwa hal-hal berikut mesti dimasukkan: isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, postur dan gerakan tubuh, sentuhan, pakaian, artefak, diam, ruang, waktu, dan suara. Dalam proses-proses nonverbal yang relevan dengan komunikasi antarbudaya, terdapat tigaaspek yaitu:
a. Perilaku Nonverbal
Sebagai suatu komponen budaya, ekspresi nonverbal mempunyai banyak persamaan dengan bahasa. Keduanya merupakan sistem penyandian yang dipelajari dan diwariskan sebagai bagian pengalaman budaya. Setiap lambang nonverbal memiliki makna karena mempengaruhi dan mengarahkan pengalaman-pengalaman itu, dan oleh karenanya budaya juga mempengaruhi dan mengarahkan kita: bagaimana kita mengirim, menerima, dan merespons lambang-lambang nonverbal tersebut.
b. Konsep Waktu
Konsep waktu suatu budaya merupakan filsafatnya tentang masa lalu, masa sekarang, masa depan, dan pentingya atau kurang pentingnya waktu. Waktu merupakan komponen budaya yang penting. Terdapat
(53)
31
banyak perbedaan mengenai konsep ini antara budaya yang satudengan budaya yang lainnya dan perbedaan-perbedaan tersebut mempengaruhi komunikasi.
c. Penggunaan Ruang
Cara orang menggunakan ruang sebagai bagian dalam komunikasi antar persona disebut proksemika (proxemics). Proksemika tidak hanya meliputi jarak antara orang-orang yang terlibat dalam percakapan, tetapi juga orientasi fisik mereka. Orientasi fisik juga dipengaruhi oleh budaya, dan turut menentukan hubungan sosial.
Kita juga cenderung menentukan hirarki sosial dengan mengatur ruang. Kesalahpahaman mudah terjadi dalam peristiwa-peristiwa antarbudaya ketika dua orang, masing-masin, tak memenuhi harapan pihak lainnya.
2.1.4.3 Fungsi Komunikasi Antar Budaya 1. Fungsi Pribadi
Fungai pribadi adalah fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
a. Menyatakan identitas Sosial
Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas diri maupun identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui
(54)
32
tindakan berbahasa bauk secara verbal dan inverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal usul suku bangsa, agaman maupun tingkat pendidikan seseorang.
b. Menyatakan Integrasi Sosial
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan kesatuan antarpribadi,antar kelompok namun tetap mengakui perbedan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dengan komunikan.
Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antara komunikator dengan komunikan maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam prosses pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah: saya memperlakukan anda sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki. Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka.
c. Menambah Pengetahuan
Komunikasi antarbudaya pula memiliki fungsi untuk menambah pengetahuan bersama, dan saling mempelajari kebudayaan
(55)
33
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diti atau jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. 2.Fungsi Sosial
a. Pengawasan
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam proses
b.Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.
c. Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
(56)
34
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya menonton tarian jaipongan di daerah Jawa Barat. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya
2.1.4.4 Karakteristik-Karakteristik Budaya
Oleh karena budaya memberi identitas kepada sekelompok orang, bagaimana kita dapat mengidentifikasi aspek-aspek budaya yang menjadikan sekelompok orang sangat berbeda? Salah satu caranya dengan menelaah kelompok dan aspek-aspeknya.
1. Komunikasi dan Bahasa
Sistem komunikasi, verbal dan nonverbal, membedakan suatu kelompok dari kelompok lainnya. Terdapat banyak “bahasa asing” di dunia. Sejumlah bangsa memiliki lima belas atau lebih bahasa utama (dalam suatu kelompok bahasa terdapat dialek, aksen, logat, jargon, dan ragam lainnya). Lebih jauh lagi, makna-makna yang diberikan kepada gerak-gerik, misalnya sering berbeda secara kultural. Meskipun bahasa tubuh mungkin universal perwujudannya berbeda secara lokal. Subkultur-subkultur seperti kelompok militer, mempunyai peristilahan dan tanda-tanda yang menerobos batas-batas nasional seperti gerakan menghormat, atau sistem kepangkatan.
2. Pakaian dan Penampilan
Ini meliputi pakaian dan dandanan (perhiasan) luar, juga dekorasi tubuh yang cenderung berbeda secara kultural. Kita mengetahui adanya kimono Jepang, , penutup kepala Afrika, payung Inggris, sarung
(57)
35
Polynesia, dan ikat kepala Indian Amerika. Beberapa suku bangsa mencorengi wajah-wajah mereka untuk memperlihatkan kecantikan. Banyak subkultur menggunakan pakaian yang khas-jeans sebagai pakaian kaum muda di seluruh dunia, seragam untuk sekelopok orang tertentu seperti anak-anak sekolah atau polisi. Dalam subkultur militer, adat istiadat, peraturan-peraturan menetukan pakaian harian, panjang rambut, perlengkapan yang dipakai, dan sebagainya.
3. Makanan dan Kebiasaan Makan
Cara memilih, menyiapkan, menyajikan dan memakan makanan sering berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Di kota-kota metropolitan, restoran-restoran sering menyediakan makanan-makanan “nasional” tertentu untuk memenuhi selera budaya yang berlainan. Cara makan juga berbeda-beda. Ada orang yang makan dengan tangan saja, ada pula yang menggunakan sumpit atau seperangkat alat makan yang lengkap. Bahkan bila orang-orang menggunakan sebuah garpu, kita dapat membedakan cara memegang garpu ala Amerika dari cara Eropa. Subkultur-subkultur juga dapat dianalisis dari perspektif ini, seperti ruang makan eksekutif, asrama tentara, ruang minum teh wanita, dan restoran vegetarian.
4. Waktu dan Kesadaran Akan Waktu
Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Sebagian orang tepat waktu dan sebagian orang lainnya merelatifkan waktu. Umumnya, orang-orang Jerman tepat waktu,
(58)
36
sedangkan orang-orang Amerika Latin lebih santai.. dalam beberapa budaya, kesegaran ditentukan oleh usia atau status-maka di beberapa negeri orang-orang bawahan diharapkan datang tepat waktunya ketika menghadiri rapat staf, tapi bos adalah orang yang terakhir tiba.
5. Penhargaan dan Pengakuan
Suatu cara lain untuk mengamati suatu budaya adalah dengan memperhatikan cara dan metode memberikan pujian bagi perubatan-perubatan baik dan berani, lama pengabdian atau bentuk-bentuk lain penyelesaian tugas.
6. Hubungan-Hubungan
Budaya juga mengatur hubungan-hubungan manusia dan hubungan-hubungan organisasi berdasarkan usia, jenis kelamin, status, kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan, dan kebijaksanaan.
7. Nilai dan Norma
Sistem kebutuhan bervariasi pula, sebagaimana prioritas-prioritas yang melekat pada perilaku tertentu dalam kelompok. Mereka yang menginginkan kelangsungan hidup, menghargai usaha-usaha pengumpulan makanan, penyediaan pakaian dan perumahan yang memadai, sementara mereka yang mempunyai kebutuhan lebih tinggi menghargai materi, uang, gelar-gelar pekerjaan, hukum, dan keteraturan
.
(59)
37
Kenyamanan yang orang miliki dengan dirinya dapat diekspresikan secara berbeda oleh budaya. Identitas diri dan penghargaan yang diwujudkan dengan sikap yang sederhana dalam suatu budaya, sementara dalam budaya lain ditunjukkan dengan perilaku yang agresif. Dalam budaya-budaya tertentu rasa kebebasan dan kreativitas dibalas oleh kerjasama dan konfirmitas kelompok.
Beberapa budaya sangat terstruktur dan formal, sementara budaya-budaya lain lebih lentur dan informal. Beberapa budaya sangat tertutup dan menentukan tempat seseorang secara persis, sementara budaya-budaya lain lebih terbuka dan berubah. Setiap vudaya mengesahkan diri dengan suatu cara yang unik.
9. Proses Mental dan Belajar
Beberapa budaya menekankan aspek pengembangan otak ketimbang aspek lainnya sehingga orang dapt mengamati perbedaan-perbedaan yang mencolok dalam cara orang-orang berpikir dan belajar. Antropolog Edward Hall berpendapat bahwa pikiran adalah budaya yang terinternalisasikan, dan prosesnya berkenaan dengan bagaimana orang mengorganisasikan dan memproses informasi. Kehidupan dalam suatu tempat tertentu menetapkan pahala dan hukum-hukum untuk mempelajari tu tidak mempelajari informasi tertentu, dan hal ini ditegaskan dan diperkuat ileh budaya di sana.
(60)
38
Barangkali klasifikasi yang paling sulit adalah memastikan tema-tema kepercayaan utama sekelompok orang, dan bagaiman faktor ini serta faktor-faktor lainnya mempengaruhi sikap-sikap mereka terhadap diri mereka sendiri dan orang-orang lain, dan apa yang terjadi dalam dunia mereka.
Orang-orang dalam semua budaya tampaknya mempunyai perhatian terhadap hal-hal supernatural yang jelas dalam agama-agama dan praktik-praktik agama mereka. Tradisi-tradisi reigius dalam berbagai budaya secara disadari atau tidak disadari mempengaruhi sikap kita terhadap kehidupan, hidup sesudah mati
2.1.5 Tinjauan Mengenai Pola Komunikasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap. Sedangkan (1) komunikasi adalah proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. (2) komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami, hubungan, dan kontak.
Dengan demikian, pola komunikasi disini dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan yang dimaksud dapat dipahami.(Djamarah, 2004: 1).
Pola komunikasi terjadi dalam penyebaran pesan yang beurutan.Pace dan Faules mengemukakan bahwa penyampaian pesan berurutan merupakan bentuk komunikasi yang utama. Penyebaran informasi berurutan meliputi perkuasan bentuk penyebaran diadik, jadi pesan disampaikan dari Si A kepada Si B kepada
(61)
39
Si C kepada Si D kepada Si E dalam serangkaian transaksi dua- orang. Dalam hal ini setiap individu orang ke 1(satu) (sumber pesan), mula-mula menginterpretasikan pesan yang diterimanya dan kemudian meneruskan hasil interpretasinya kepada orang berikutnya dalam rangkaian tersebut.(Pace dan Faules, 2002:172).
Penyebaran pesan berurutan memperlihatkan pola “siapa berbicara kepada siapa”.Penyebaran tersebut mempunyai suatu pola sebagai salah satu ciri terpentingnya.Bila pesan disebarkan secara berurutan, penyebaran informasiberlangsung dalam waktu yang tidak beraturan, jadi infomasi tersebut tiba di tempat yang berbeda dan pada waktu yang berbeda pula.Individu cenderung menyadari adanya informasi pada waktu yang berlainan.Karena adanya perbedaan dalam menyadari informasi tersebut, mungkin timbul masalah koordinasi. Adanya keterlambatan dalam penyebaran informasi akan menyebabkan informasi itu sulit digunakan untuk membuat keputusan karena ada orang yang belum memperoleh informasi. Bila jumlah orang yang harus diberi informasi cukup banyak, proses berurutan memerlukan waktu yang lebih lama lagi untuk menyamakan informasi kepada mereka (Pae dan Faules, 2002:173).
Dalam pola-pola komunikasi terdapat dua pola yang berlainan, yaitu pola roda dan lingkaran.Pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral.Orang yang dalam posisi sentral menerima kontak dan informasi yang disediakan oleh anggota lainnya.Pola lingkaran memungkinkan semua anggota berkomunikasi satu dengan yang lainnya hanya melalui jenis sistem pengulangan pesan.Tidak seorang anggota pun yang
(62)
40
dapat berhubungan langsung dengan semua anggota lainnya, demikian pula tidak ada anggota yang memiliki akses langsung terhadap seluruh informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan.Hasil penelitian pola lingkaran menyatakan bahwa kedua pola ini menghasilkan konsekuensi yang berbeda. 2.1.6 Tinjauan Tentang Mahasiswa
2.1.6.1 Definisi Mahasiswa
Susantoro (2003:18) mengatakan bahwa mahasiswa adalah kalangan muda yang berumur antara 19-28 tahun yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Susantoro menyatakan juga bahwa sosok mahasiwa juga kental dengan suasana kedinamisan dan sifat keilmuwannya yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif, sistematis, dan rasional. Kenniston (dalam Morgan dkk, 1986: 134) mengatakan bahwa mahasiswa (youth) adalah suatu periode yang disebutnya dengan“studenthood” masa belajar yang terjadi hanya pada individu yang memasuki post secondary education dan sebelum masuk kedalam dunia kerja yang menetap.
2.1.6.2 Ciri-Ciri Mahasiswa
Mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang mempunyai ciri- ciri tertentu, antara lain
a. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi, sehingga dapat digolongkan kaum intelegensia.
(63)
41
b. Yang karena kesempatan diatas diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai pemimpin yang mampu dan terampil, baik sebagai pemimpin masyarakat ataupun dalam dunia kerja.
c. Diharapkan dapat menjadi “daya penggerak yang dinamis bagi proses modernisasi”.
d. Diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang berkualitas dan professional. (Kartono,1985: 45)
2.1.7 Tinjauan Tentang Orang Asing 2.1.7.1 Definisi Orang Asing
Ketika individu dihadapkan dengan perbedaan (bentuk perbedaan kelompok seperti ras, etnik,kelas sosial) mereka cenderung melihatnya sebagai orang asing. Sebagaimana dikutip oleh Stein, Vidich, dan White dalam buku Schutz yang berjudul The Phenomenology of The Social World mengatakan bahwa :
“Stranger means an adult individual... who tries to be permanently accepted or at least partially tolerated by the group which he (or she) approaches”( Orang asing berarti individu yang mencoba untuk diterima secara permanen atausebagian ditoleransi oleh kelompok yang ia lakukan pendekatan)(Schutz,1972:24).
Sementara itu pandangan Simmel’s yang dikutip dalam Gudykunst dan Kim, tentang stranger adalah
“Stranger are physically present and participating in a situation and the same time are outside the situation because they are from a different place”(Orang asing secara fisik hadir dan berpartisipasi dalam situasi dan waktu yang sama berada di luar situasi karena mereka berasa dari tempat yang berbeda) sebelumnya ( Gudykunst dan Kim, 1992:19)
(64)
42
Sedangkan Gudykunst dan Kim mengutip pendapat Wood mengkonseptualisasikan stranger sebagai berikut:
“We shall describe the stranger as one who has come into face to face contact with the group for the first time...For us the stranger may be, as with Simmel, a pontetial wonderer who comes today and goes tomorrow, or he (or she) may come today and remain with us permanently. The condition of being a stranger is not...Defendent upon the future duration of the contact, but it is determined by the fact that it was the first face to face meeting of individuals who have not known one another before.( Kami akan menggambarkan orang asing sebagai orang yang telah datang danmelakukan kontak secara langsung(tatap muka) dengan kelompok untuk pertama kalinya ... Bagi kami orang asing mungkin, seperti dengan Simmel, seorang yang datang hari ini dan pergi besok, atau dia mungkin datang hari ini dan tetap bersama kami secara permanen. Kondisi menjadi orang asing tidak ... tergugat pada durasi masa depan kontak, tetapi ditentukan oleh fakta bahwa itu adalah tatap muka pertama untuk menghadapi pertemuan individu yang belum diketahui satu sama lain sebelumnya (Gudykunst danKim, 1992:19)
Mengurangi kecemasan menjadi fungsi utama komunikasi ketika berinteraksi dengan orang asing.Kecemasan yang dialami ketika berkomunikasi dengan orang asing adalah faktor yang menpengaruhi komunikasi. Berikut ini pendapat Gudykunst dan Kim (1992:22-31) mengenai proses proses penting yang terjadi ketika berkomunikasi dengan orang asing:
1. Level data yang digunakan untuk membuat perkiraan
Miller dan Steinberg, menyatakan bahwa ketika berkomunikasi dengan orang asing seseorang menggunakan tiga level data mengenai perilaku orang lain. Level data pertama adalah budaya; orang dalam budaya tertentu secara general berperilaku dalam pola tertentu disebabkan, norma dan nilai budayanya. Level kedua adalah sosiologis; hal ini berdasarkan
(65)
43
pada keanggotaan seseorang dalam kelompok sosial tertentu. Pengetahuan tentang keanggotaaan seseorang dalam suatu kelompok social dapat dijadikan referensi untuk memprediksi respon seseorang terhadap pesan tertentu. Level ketiga adalah psikologis; berdasarkan pada orang-orang tertentu yang sering menjadi mitra komunikasi, yaitu mengamati perbedaan dan persamaan orang-orang yang berada dalam budaya atau kelompok tertentu. Individu menggunakan tiga level data tentang orang asing tersebut dan mengkobinasikannya dengan level data yang dimilikinya untuk membuat prediksi tentang orang asing.
2. Kategorisasi dan Partikulasi
Kategorisasi adalah proses penempatan stimuli dalam kategori general (umum). Partikulasi adalah proses penempatan stimuli secara terpisah atau berbeda-beda dari anggota sebuah kategori. \Ketika proses kategorisasi dominan kita tidak mampu memaham orang asing sebagai seorang individu kemudian komunikasi dengan orang asing tersebut hanya berdasarkan stereotypes. Hal ini akan menimbulkan kesalahpahaman dan komunikasi menjadi tidak
3. Efektif.
Sedangkan untuk melakukan komunikasi yang efektif maka harus melakukan partikulasi yaitu dengan memahami keunikan
atribut,sikap, dan perilaku orang asing sebelum membuat prediksi.Berhati-Hati Ketika berkomunikasi dengan orang asing tingkat kesadaran
(1)
3.2.4 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data adalah suatu kegiatan untuk meneliti, memeriksa, mempelajari, membandingkan data yang ada dan membuat interpretasi yang ada. Juga untuk mengidentifikasikan ada atau tidaknya sebuah masalah. Definisi analisis data menurut Sugiyono dalam buku memahami penelitian kualitatif, antar lain :
“Analisis data adalah mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisir data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih nama penting yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”. (Sugiyono, 2005:89)
Milles and Huberman (1984) dalam Sugiyono, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. (Sugiyono, 2012:91)
Huberman dan Miles melukiskan siklusnya seperti terlihat pada gambar berikut ini:
(2)
Gambar 3.3
Komponen-Komponen Analisa Data Model Kualitatif
Sumber: Huberman dan Miles dalam Bungin, 2003: 69
Data yang diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data reduction) : Kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian, selanjutnya data dikelompokkan sesuai topik masalah.
2. Pengumpulan Data (Data collection): Data yang dikelompokkan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-narasi, sehingga berbentuk rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian.
DATA DISPLAY DATA COLLECTI
DATA REDUCTION
CONCLUTION DRAWING, &
VERIFYING DATA COLLECTION
DATA REDUCTION
(3)
3. Penyajian Data (Data Display): Melakukan interpretasi data yaitu menginterpretasikan apa yang telah diinterpretasikan informan terhadap masalah yang diteliti.
4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/verification): Pengambilan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah disusun pada tahap ketiga, sehingga dapat memberi jawaban atas masalah penelitian.
Dari empat tahap analisis data diatas setiap bagian-bagian yang ada di dalamnya berkaitan satu sama lainnya, sehingga saling berhubungan antara tahap yang satu dengan tahap yang lainnya. Analisis dilakukan secara kontinu dari pertama sampai akhir penelitian, untuk mengetahui pola komunikasi mahasiswa Timor Leste dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
3.2.5 Uji keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa pengujian. Peneliti menggunakan uji credibility (validitas interbal) atau uji kepercayaam terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data ini diperlukan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau data yang dilaporkan peneliti dengan apa yang terjadi sesungguhnya di lapangan.
Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian menurut Sugiyono dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat,dan membercheck. (Sugiyono, 2005:270)
(4)
1. Perpanjangan pengamatan, berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.
2. Peningkatan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
3. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi,atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. (Sugiyono, 2005 : 270-274)
4. Diskusi dengan teman sejawat, teknik ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Pemeriksaan sejawat berarti pemerikasaan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan. (Moleong, 2007 : 334)
(5)
5. Membercheck, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Sehingga informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan. (Sugiyono, 2005:275-276)
3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini memiliki lokasi yang menjadi lapangan penelitian dari peneliti serta waktu berlangsungnya penelitian ini, adapun lokasi dan waktunya sebagai berikut :
3.2.6.1 Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti memilih tempat penelitian di Kota Bandung yang mana merupakan Kota studi Mahasiswa Tiimor-Leste umumnya.
3.2.6.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti selama kurang lebih 6 (enam) bulan terhitung mulai dari bulan Februari 2014 hingga bulan Juli 2014.
(6)
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian
Sumber Peneliti 2014
No Kegiatan Bulan
Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan Judul
Skripsi Pengesahan Judul
Skripsi
2. Penyusunan Bab I
Bimbingan
3. Penyusunan Bab II
Bimbingan
4. Penyusunan Bab III
Bimbingan
5. Seminar UP
6. Pengumpulan Data
7. Pengolahan Data
Penyusunan Bab IV Bimbingan
8. Penyusunan Bab V
Bimbingan
9. Penyusunan
Keseluruhan Bab