telah menghasilkan Standar Nasional tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut: a Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi,
perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan
yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekpresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan. b Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan
kelima pilar belajar, yaitu: a belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, b belajar untuk memahami dan menghayati, c belajar untuk mampu
melaksanakan dan berbuat secara efektif, d belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan e belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui
proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan,
pengayaan, danatau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi
peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral. d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang
saling menerima dan menghargai, akrap, terbuka, dan hangat e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber
belajar dan tehnologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,
sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal. g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen
kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antar
kelas dan jenis serta jenjang pendidikan. Menteri Pendidikan Nasional, 2006 : 6-7.
B. Belajar
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses, diantaranya proses belajar mengajar yang efektivitasnya tinggi. Sekolah yang
menerapkan MBS memiliki efektivitas proses belajar mengajar yang tinggi. Ini ditunjukkan oleh sifat proses belajar mengajar yang menekankan pada pemberdayaan
peserta didik. Dalam buku Manajemen Berbasis Sekolah yang diterbitkan Depdinas 2006 : 15 menyatakan bahwa proses belajar mengajar bukan sekedar memorisasi dan
recall, bukan sekedar penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan logos, akan tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang
diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati ethos serta dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik pathos. Proses
belajar mengajar yang efektif juga lebih menekankan pada belajar mengatahui learning to know, belajar bekerja learning to do, belajar hidup bersama learning
to live together, dan belajar menjadi diri sendiri learning to be. Untuk mengoptimalkan pembelajaran diperlukan mediaalat peraga.
C. Media
Untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan secara optimal dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang media. Pengetahuan itu meliputi: 1. Media
sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar, 2. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, 3. Tentang proses-proses mengajar,
4. Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan, 5. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran, 6. Memilih dan menggunakan pendidikan, 7.
Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan, 8. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran dan 9. Usaha inovasi dalam media pendidikan dan lain-lain. Dititik dari
beberapa pokok yang telah di kemukakan diatas, jelaslah bahwa media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan
bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan usaha pengajaran di sekolah. Hamalik, 1980 : 15-16.
D. Pembelajaran Matematika Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan, simbul serta ketajaman penalaran yang dapat membantu
memperjelas dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu dalam menyusun perencanaan pembelajaran agar tujuan yang diinginkan tercapai, maka perlu
kita perhatikan hal-hal berikut ini: 1. kesiapan intelektual siswa 2. teori mengajar dan 3. teori belajar.
1. Kesiapan Intelektual Siswa
Guru mengajar dengan baik haruslah memperhatikan kesiapan kognitif siswa, yang mencakup dua hal yaitu mengenai perkembangan intelektual anak dan
pengalaman belajar yang telah diperoleh siswa. Tahap-tahap berpikir anak yang dikemukakan Piaget harus diperhatikan
penyusunan kurikulum sekolah. Khususnya dalam menyusun skenario pembelajaran matematika, karena perkembangan intelektual anak yang dikemukakan Pieget dirasakan
untuk pengajaran matematika di sekolah. Dengan demikian media mengajar matematika yang dipergunakan harus sesuai dengan perkembangan intelektual anak.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa mediaalat peraga dalam pembelajaran matematika di SD memegang peran sangat penting untuk menanamkan konsep-konsep
baru.
2. Teori Mengajar
Metoda laboratory mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan indera, terutama penglihatan, peraba, dan gerak ototkinetis, untuk dapat membantu secara
optimal kemampuan abstraksi dan keterampilan siswa. Pada dasarnya kemampuan mental yang ingin dicapai melalui kegiatan laboratory sama dengan pada kegiatan
yang sifatnya heuristic. Yaitu, siswa menemukan konsepatau keterampilan yang dipelajari. Cara yang digunakan terutama dalam bentuk penemuan terbimbing melalui
media yang berupa lembar kerja atau tugas terstruktur serta dimungkinkan di lengkapi alat peraga. Elly E. 1996 ; 3.
3. Teori Belajar
Belajar matematika merupakan suatu struktur hirarqi dari apa yang telah terbentuk sebelumnya, jika konsep-konsep awal tidak dipahami oleh siswa sebelumnya,
dimungkinkan pemahaman konsep-konsep itu sulit untuk dilanjutkan. Berdasarkan struktur kognitif, materi pokok harus disusun menurut urutan
tingkat kesukaran yang logis, dan didasarkan atas pengalaman belajar sebelumnya. Menurut Ausubel bahan pelajaranmateri pokok haruslah “meaningful” artinya
bahan pelajaran haruslah mempunyai arti, cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Dengan kata lain materi pokok
baru haruslah ditanamkan konsep-konsepnya, kemudian dipahamkan konsep-konsep itu dengan beberapa latihan soal termasuk didalamnya soal uraian, baru pembinaan
keterampilannya melalui drill, menghafal, permainan dan sebagainya. Jika ke tiga dari konsep itu ditinggalkan maka siswa akan menjumpai kesulitan-kesulitan, sebab konsep-
konsep awal bila belum dipahami oleh siswa belum dapat digunakan untuk
menyelesaikan soal yang hampir sama dengan materi pokok yang dipelajarinya. Belajar menemukan discoveri learning, merupakan proses belajar yang
memungkinkan siswa menemukan untuk dirinya melalui suatu rangkaian pengalaman kongkret.
E. Pengertian dan Fungsi Alat Peraga 1. Pengertian