Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Operasi Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Negatif Melalui Metode Demonstrasi Dengan Menggunakan Alat Peraga (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas Iv Mi Sirojul Athfal Bekasi)

(1)

BILANGAN BULAT NEGATIF MELALUI METODE

DEMONSTRASI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA

(Penelitian Tindakan kelas di kelas IV MI Sirojul Athfal Bekasi)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Program Kualifikasi S1 Kependidikan dan Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan Islam

Oleh ZURISMIATI NIM 809018300083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1434 H/2013 M


(2)

i

Skripsi berjudul upaya meningkatkan pemahaman siswa pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat negatif melalui metode demonstrasi disusun oleh Zurismiati, NIM 809018300083, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang behak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.


(3)

(4)

iii

Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Metode Demonstrasi Dengan menggunakan Alat Peraga

Kata Kunci : Pemahaman Siswa, Operasi penjumlahan dan Pengurangan, Bilangan Bulat, Metode Demonstrasi, Alat Peraga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya meningkatkan pemahaman siswa pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga, serta apakah penggunaan metode demonstrasi tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat negatif.Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan mei 2013 di MI Sirojul Athfal Bekasi. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas ( PTK ). Metode ini dilakukan melalui 4 tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi guru dan siswa, instrumen tes, dan catatan lapangan.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil tes pemahaman siswa diakhir siklus I adalah 62, kemudian meningkat menjadi 74 di akhir siklus II. Sedangkan persentase aktivitas guru juga mengalami peningkatan yakni dari siklus I 70,9%, dan di siklus II menjadi 87,1%.di samping itu aktivitas siswa juga turut meningkat dari 63,35% menjadi 82,13%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrai dengan alat peraga dapat meningkatkan pemahaman siswa pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.


(5)

iv

Effort to Enhance students’ understanding about Addition and Minus Operation of Negative Number Through Demonstration Method with visual aid

Key word: Students’ understanding, addition operation and Minus operation, Number, Demonstration Method, visual aid.

The research is aimed to figure out how to enhance students’ understanding

about addition and minus operation of number through demonstration method and whether using demonstration method can enhance students’ understanding about addition and minus operation of number. The research has been carried out on May 2013 at MI Sirojul Athfal Bekasi. The research method used Class Action Research. The method was done through four phases, planning, doing, observing, reflecting. The instruments were a paper of teacher’s observation and students, test instrument, and field note.

The result of the research showed that the average of test score of students

understanding at the end of Cycle I was 62, then improving 74 at the end of cycle II. The percentage of teacher activities improved from cycle I 70,9%, and cycle II 87,1% in addition to students’ activities also improve from 63,35 % become 82,13%.

Finally, it could be concluded that using demonstration method can enhance students’ understanding about addition and minus operation of number.


(6)

v

Alhamdulillah puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.Sholawat dan Salam semoga tetap Allah curahkan kepada Baginda kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah memberi suri tauladan yang baik untuk kita semua.

Penulis merasa senang akhirnya bisa menyelesaikan skripsi ini meskipun dengan langkah yang tertatih-tatih.Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah turut membantu dan memberi motivasi, doa serta dukungannya.

1. Kepada Kedua orang tua yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat

kepada penulis

2. Bapak Abdul Muin S.Si., M.Pd atas ketulusannya membimbing dan

mengarahkan kami sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Rekan-rekan seperjuangan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mohon saran dan kritik yang membangun guna perbaikan di kemudian hari.

Jakarta, 28 Juli 2013 Penulis,

Zurismiati


(7)

vi

Lembar Pengesahan Pembimbing... i

Lembar Pengesahan Penguji ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I Pendahuluan... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 6

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 6

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 7

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 7

BAB II Kajian Teoritik dan Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan ... 9

A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti ... 9

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 20

C. Hipotesis Tindakan ... 21

BAB III Metodologi Penelitian ... 22

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 22

C. Subyek Penelitian ... 26

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ... 26

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 26

F. Hasil Intervensi Tindakan ... 30


(8)

vii

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 34

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 35

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 36

BAB IV Deskripsi, Analisis Data dan Pembahasan ... 37

A. Deskripsi Data ... 37

B. Analisis Data ... 50

C. Pembahasan ... 51

BAB V Kesimpulan, Implikasi dan Saran ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Implikasi ... 54

C. Saran ... 55


(9)

viii

1. Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Tindakan ... 22.

2. Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 32

3. Tabel 3.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 33

4. Tabel 3.4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 33

5. Tabel 4.1 Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 40

6. Tabel 4.2 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 41

7. Tabel 4.3 Data Hasil Tes Pemahaman Siswa Siklus I ... 42

8. Tabel 4.4 Data Hasil Catatan Lapangan Siklus I ... 42

9. Tabel 4.5 Data Kekurangan dan Rencana Perbaikan Siklus I ... 44

10.Tabel 4.6 Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 46

11.Tabel 4.7 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ...47

12.Tabel 4.8 Data Hasil Tes Pemahaman Siswa Siklus II ... 48

13.Tabel 4.9 Data Hasil Catatan Lapangan Siklus II ... 48

14.Tabel 4.10 Data Hasil Observasi Guru dan Siswa Tiap Siklus ...50


(10)

ix


(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus I 57

Lampiran 2 : Lembar Kerja Siswa Siklus I 73

Lampiran 3 : Instrumen Soal Siklus I 76

Lampiran 4 : Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I 77

Lampiran 5 : Data Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I 79

Lampiran 6 : Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 83

Lampiran 7 : Data Hasil Tes Pemahaman Siklus I 87

Lampiran 8 : Data Catatan Lapangan Siklus I 88

Lampiran 9 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 89

Lampiran 10 : Lembar Kerja Siswa Siklus II 100

Lampiran 11 : Instrumen Soal Siklus II 102

Lampiran 12 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II 103

Lampiran 13 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 106

Lampiran 14 : Data Hasil Tes Pemahaman Siklus II 109

Lampiran 15 : Data Catatan Lapangan Siklus II 110

Lampiran 16 : Foto Kegiatan Siswa 111

Lampiran 17 : Lembar Uji Referensi 114


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu program pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu komponen dari pendidikan adalah pembelajaran di sekolah, yang meliputi berbagai bidang studi atau mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan sejak dini adalah kemampuan berhitung atau matematika, selain membaca dan menulis.

Pembelajaran matematika walaupun sudah diajarkan sejak dini, namun kenyataannya matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan sebagai pelajaran yang tidak menyenangkan oleh sebagian besar siswa, sehingga akibatnya banyak siswa yang tidak mau belajar matematika secara mendalam. Bagi siswa yang berpandangan demikian akan merasa berat untuk mengikuti pelajaran tersebut.

Sekolah sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar diharapkan mampu melakukan perbaikan dan perubahan, agar pandangan mengenai matematika sebagai pelajaran yang sulit dan pelajaran yang tidak menyenangkan dapat dirubah. Selaku pendidik, guru mempunyai tanggung jawab dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Guru sebagai tenaga pendidik pengembang kompetensi siswa harus memilih strategi yang tepat untuk mengoptimalkan kompetensi siswa dengan memperhitungkan faktor internal dan eksternal siswa tersebut. Pembelajaran yang efektif memerlukan teknik, metode dan pendekatan tertentu yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Hal ini dapat maksimal bila guru memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk membawa proses belajar yang menarik dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

Selama ini pembelajaran dikelas masih berupa teacher centered, dimana

pembelajaran itu berpusat pada guru, guru adalah satu-satunya sumber belajar dan guru juga mendominasi seluruh aspek pembelajaran dan siswa hanya sebagai objek yang pasif dan cenderung tidak kreatif. Pembelajaran berbasis kompetensi


(13)

dilakukan dengan orientasi pencapaian yang diperoleh siswa, sehingga muara akhir hasil pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang diajarkan.

Berdasarkan pengamatan peneliti di kelas IV MI Sirojul Athfal Bekasi, dapat diketahui bahwa guru masih menggunakan metode ceramah dalam memberikan materi pelajaran matematika. Disamping itu guru juga menekankan pada teknik menghafal rumus atau aturan yang berlaku, padahal tidak semua siswa memiliki kemampuan menghafal yang sama. Hal ini menyebabkan siswa merasa kurang tertarik dengan materi yang disampaikan oleh guru. Akibatnya banyak siswa yang kurang mampu memahami materi yang disampaikan dan tentu saja berimbas dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang diberikan oleh guru.

Merujuk pada teori Ausubel, mengatakan bahwa pentingnya pembelajaran

bermakna dalam mengajar matematika1, karena kebermaknaan pembelajaran akan

membuat pembelajaran lebih bermanfaat dan akan lebih mudah dipahami dan

diingat oleh peserta didik2. Dalam belajar matematika hendaknya fakta konsep

dan prinsip-prinsip fakta tidak diterima secara prosedural tanpa pemahaman dan penalaran. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Seperti pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat negatif, saat ini yang terkesan hanya menghafal aturan-aturan yang berlaku tanpa memahami konsep sesungguhnya, jadi sebagian besar siswa hanya mampu memahami dalam bentuk hafalan saja, padahal tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama dalam menghafal. Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dari penilaian matematika. Penilaian pada aspek ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu menerima dan memahami konsep dasar matematika yang telah diterima oleh siswa.

Matematika bagi siswa SD/MI berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya dan untuk mempelajari ilmu-ilmu berikutnya. Kegunaan atau manfaat matematika bagi para siswa SD/MI

1

Gatot Muhsetyo,dkk, Pembelajaran matematika SD, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2011), h.1.9.

2Ibid


(14)

adalah sesuatu yang jelas yang tidak perlu dipersoalkan lagi, terlebih pada era pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini.

Seperti halnya dalam materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang penyampaiannya kurang menekankan pada pemahaman tetapi lebih mengarah ke hafalannya. Anak cenderung takut karena merasa tidak bisa tetapi

malu untuk bertanya. Anak lebih memilih diam ketika guru bertanya “apakah ada

yang belum jelas, Atau apa ada yang ingin ditanyakan”. Sebab mereka sendiri

bingung apa yang mau ditanyakan karena sudah minder akan ketidakbisaannya itu.

Setiap peserta didik memiliki tingkat perkembangan yang berbeda-beda satu sama lain, ada siswa yang dapat dengan mudah menerima materi dan ada juga yang merasa kesulitan dalam menerima materi, kemungkinan hal itu disebabkan karena setiap peserta didik memiliki latar belakang yang berbeda-beda pula, sehingga tingkat pemahamannya pun berbeda-beda, faktor genetik atau keturunan pun bisa juga mempengaruhi. Bukan hanya itu saja, ternyata gaya belajar siswa pun berbeda, ada yang senang dengan melihat, ada yang senang dengan mendengar dan ada pula yag senang dengan melakukan atau pengalaman langsung. Untuk itu sudah menjadi tugas guru supaya dapat membuat suatu proses pembelajaran yang dapat memadukan karakter siswa yang berbeda-beda tersebut dan tentunya dapat pula membuat peserta didik merasa senang dan aman dalam menerima pembelajaran matematika.

Menurut Piaget (Desmita, 2010) tahap berfikir anak usia SD/MI masih dalam tahap praoperasional, dimana dalam perkembangan tahap berfikirnya itu masih

belum formal3. Di lain pihak, matematika adalah ilmu deduktif dengan bahasa

simbol yang padat arti, untuk itu seorang guru harus dapat mengembangkan sebuah sistem pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif dan dapat memahami dengan benar apa yang sedang ia pelajari. Sehingga dikemudian hari mampu mengaplikasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari serta mampu mengatasi persoalan-persoalan dunia nyata. Selain yang menonjol dari

3

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.101.


(15)

matematika itu adalah orang dapat membentuk pola fikirnya menjadi pola fikir seorang matematis yang sistematis, logis, kritis dan penuh kecermatan.

Namum sayangnya, teknik penyampaian materi oleh guru saat ini masih hanya berupa ingatan-ingatan, siswa hanya mendengarkan dan melihat penjelasan guru dipapan tulis kemudian berlanjut dengan mengerjakan soal-soal yang diberikan. Hal ini tentu membuat siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika akan lebih tidak menyukai lagi, apalagi jika penampilan dan teknik guru yang kurang atau tidak ramah, tentunya akan menambah kecilnya nyali sang anak untuk mau belajar matematika.

Selain tahap berpikir anak-anak usia SD/MI belum formal dan relatif masih konkret ditambah lagi keanekaragaman intelegensinya, serta jumlah populasi siswa SD/MI yang besar ditambah lagi dengan wajib belajar 9 tahun, maka faktor-faktor ini harus diperhatikan oleh seorang guru agar proses pembelajaran matematika dapat berhasil.

Sebagaimana diketahui bahwa dalam perkembangannya anak itu berbeda dengan orang dewasa. Hal ini tampak jelas baik bentuk fisiknya maupun dalam cara-cara berpikir, bertindak, tanggung jawab, kebiasaan kerja dan sebagainya. Namun demikian masih banyak para pendidik atau orang tua atau orang dewasa lainnya yang beranggapan bahwa anak atau siswa tersebut dapat berpikir seperti orang dewasa. Guru yang sedang membicarakan satu konsep matematika sering beranggapan bahwa siswanya dapat mengikuti dan melaksanakan jalan pikirannya untuk memahami konsep-konsep matematika tersebut sebagaimana dirinya. Sesuatu yang mudah menurut logika berpikir kita sebagai guru ternyata belum tentu dianggap mudah oleh logika berpikir anak, justru mungkin anak akan menganggap itu adalah sesuatu yang sulit untuk dimengerti.

Selain karakter berpikir anak pada setiap tahapan perkembangannya yang berbeda, guru perlu pula menyadari bahwa setiap anak merupakan individu yang relatif berbeda. Setiap individu anak akan berbeda dalam hal minat, bakat, kemampuan, kepribadian, dan pengalaman lingkungannya. Guru sebagai seorang pendidik profesional yang melakukan usaha untuk melaksanakan pendidikan


(16)

terhadap sekelompok anak, tentunya pula harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh keadaan dasar anak didik tersebut.

Jadi, pada dasarnya agar pelajaran matematika di SD/MI tersebut dapat dengan mudah dimengerti oleh siswa, maka seyogyanya dalam mengajarkan matematika itu menggunakan strategi yang tepat sesuai dengan karakteristik peserta didik. Disamping itu pula diharuskan menggunakan metode yang bervariasi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik agar pembelajaran lebih bermakna dan siswa cenderung tidak bosan menerima materi yag disampaikan, serta perlu juga penggunaan media atau alat peraga yang dapat menunjang keberhasilan pemahaman siswa. Dan juga perlu adanya penguatan agar apa yang telah dipelajari itu mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan lebih mudah dilupakan oleh siswa karena kurang bermakna.

Dalam hal ini peneliti merasa bahwa penggunaan metode yang bervariasi dapat mengaktifkan dan mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran, terlebih pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Kebanyakan siswa terkesan ditekankan untuk menghafal aturan-aturan yang berlaku, jadi dalam hal ini peneliti ingin mencoba menerapkan metode yang tidak sekedar menghafal, tapi siswa benar-benar memahami dengan mengalaminya sendiri. Karena jika hanya dengan satu metode dan itupun adalah ceramah kemungkinan besarnya hanya beberapa siswa saja yang mampu memahami materi dengan baik, dan hal tersebut bisa jadi menghambat keberhasilan pembelajaran secara umum. Untuk itulah peneliti merasa bahwa hal ini harus segera diatasi dan dicari solusinya agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika kedepannya dan siswapun merasa senang dalam melaksanakan.

Dengan memperhatikan masalah di atas, sudah selayaknya dalam pembelajaran matematika perlu dilakukan inovasi. Jika dalam kegiatan pembelajaran yang diharapkan adalah keterlibatan siswa dalam membangun


(17)

fikirannya, maka dalam penelitian ini akan menggunkan metode demonstrasi dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa.

Metode demonstrasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang sekiranya dapat mengaktifkan siswa dan memperjelas pemahaman materi yang diajarkan, dimana siswa dapat mengalami atau melakukan sendiri tentang konsep yang diajarkan. Dengan metode demonstrasi tersebut diharapkan dapat memusatkan perhatian siswa pada suatu objek, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi yang sedang diajarkan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran agar siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam hal ini peneliti ingin menerapkan metode demonstrasi untuk membuka pola pikir peserta didik agar lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran. Di samping itu juga peneliti berharap dengan adanya penerapan metode demonstrasi tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang diajarkan pada pembelajaran matematika.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat diidentifikasi area penelitiannya sebagai berikut:

1. Pemahaman siswa akan pelajaran matematika rendah

2. Metode yang digunakan oleh guru monoton, terkesan kurang menarik, hanya

ceramah yang membuat peserta didik menjadi bosan.

3. Rendahnya minat siswa dalam belajar matematika, karena sudah merasa

kesulitan begitu mendengar kata matematika.

4. Kurangnya motivasi dari guru yang bersangkutan

5. Kurang menggunakan media sebagai alat penyampai pesan

Dari kelima penyebab masalah tersebut di atas peneliti hanya akan mengambil satu masalah yang akan di teliti yaitu rendahnya pemahaman siswa akan pelajaran matematika, dalam hal ini peneliti akan fokus pada metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga untuk meningkatkan pemahaman siswa pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Mengapa hal ini perlu dibahas, karena penggunaan metode yang baik akan sangat mempengaruhi


(18)

pemahaman peserta didik dalam menerima materi yang disampaikan. Karena saat ini masih banyak guru yang tetap menggunakan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran meskipun hasilnya kurang mencapai kompetensi yang diharapkan.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Untuk memudahkan pengkajian teoritis dan penelitian serta menghindari pembahasan yang terlalu luas dalam penelitian ini, maka masalah yang akan dibahas yaitu hanya sebatas penggunaan metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, karena bilangan bulat ini merupakan salah satu materi yang cukup rumit dipahami, yang selama ini hanya berupa hafalan. Anak yang memang memiliki tingkat hafalan yang bagus akan dengan mudah menerima, namun bagaimana dengan siswa yang kurang bisa dengan hafalan, tentu saja mereka akan sangat merasa kesulitan. Dalam hal ini peneliti ingin membuktikan bahwa pembelajaran tentang bilangan bulat tidak hanya bisa disampaikan dalam bentuk hafalan saja tetapi benar-benar dapat dipahami oleh peserta didik.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana cara meningkatkan pemahaman siswa pada operasi penjumlahan

dan pengurangan bilangan bulat melalui metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga?

2. Apakah metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga dapat

meningkatkan pemahaman siswa pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat?

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

1. Tujuan Hasil Penelitian


(19)

metode demonstrasi dengan alat peraga dapat meningkatkan pemahaman siswa pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

2. Kegunaan hasil penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk semua orang yang membacanya, baik secara teoritis maupun secara praktis.

a. Manfaat secara teoritis

Memberikan informasi bagaimana cara mengatasi permasalahan yang ada dalam proses belajar mengajar matematika, terutama dalam hal bagaimana meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika, kemudian dapat dilihat “Apakah pembelajaran melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran matematika, Apabila siswa tertarik untuk belajar matematika diharapkan hasil belajar dapat meningkat sehingga dapat tercipta sumber daya manusia yang handal, dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Hasil penelitian juga dapat memperkaya khasanah ilmu pendidikan dasar, khususnya mata pelajaran matematika.

b. Manfaat Praktis

b.1. Bagi Siswa, dapat memberikan suasana belajar yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang diajarkan.

b.2. Bagi Guru, dapat dijadikan sebagai salah satu acuan pembelajaran agar dapat tercipta suasana pembelajaran yang lebih efektif dan bermakna.

b.3.Bagi Madrasah, dapat dijadikan sebagai contoh bentuk peningkatan

pendidikan yang berbasis sekolah dalam upaya peningkatan pelaksanaan tujuan pembelajaran.

b.4. Bagi Peneliti, sebagai upaya peningkatan profesional memperbaiki kualitas pembelajaran matematika di kelas secara berkelanjutan.

b.5. Bagi Peneliti lain, dapat menjadi landasan saat akan mengadakan penelitian yang sejenis pada penelitian berikutnya yang lebih luas dan mendalam.


(20)

9

TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Hakekat Pemahaman

Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Menurut Benyamin S. Bloom, “pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami apa yang sedang dikomunikasikan dan mampu mengimplementasikan ide tanpa haus mengaitkannya dengan ide lain, dan juga tanpa harus melihat ide tersebut secara mendalam”1

. „Kata kerja operasional yang

dapat digunakan diantaranya mengubah, mempertahankan, membedakan2.

Sedangkan pemahaman menurut kamus linguistik, adalah suatu proses mental dimana pendengar dapat menyerap bunyi yang diucapkan pembicara dan memakainya untuk

membangun suatu penafsiran tantang apa yang dimaksud oleh pembicara3. Hal itu berarti

menuntut daya serap dan daya dengar seseorang agar informasi yang disampaikan tepat guna. Seseorang dikatakan memahami sesuatu jika telah dapat mengorganisasikan dan mengutarakan kembali apa yang dipelajarinya dengan menggunakan kalimatnya sendiri. Siswa tidak lagi menghafal informasi yang diperolehnya, melainkan harus dapat memilih dan mengorganisasikan informasi tersebut.

Mengajarkan suatu konsep dapat dilakukan dengan memperkenalkan kepada siswa kata-kata kunci untuk digunakan dalam membicarakan mengenai konsep-konsep tersebut dan memeriksa apakah siswa telah membiasakan diri dengan kata-kata dan arti yang terdapat dalam konsep-konsep tersebut.

Pemahaman terhadap suatu konsep dapat berkembang baik jika terlebih dahulu disajikan konsep yang paling umum sebagai jembatan antar informasi baru dengan informasi yang telah ada pada struktur kognitif siswa. Penyajian konsep yang umum perlu dilakukan sebelum

1

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta:Kencana, 2004), h.73.

2

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2009), h.21.

3


(21)

penjelasan yang lebih rumit mengenai konsep yang baru agar terdapat keterkaitan antara informasi yang telah ada dengan informasi yang baru diterima pada struktur kognitif siswa.

Indikator pemahaman konsep menurut Benyamin S. Bloom sebagai berikut: (1)

Penerjemahan (translation), (2) Penafsiran (interpretation), (3) Ekstrapolasi (extrapolation)4.

1. Penerjemahan (translation), yaitu menterjemahkan konsepsi abstrak menjadi suatu model.

Misalnya dari lambang ke arti. Kata kerja operasional yang digunakan adalah menterjemahkan, mengubah, mengilustrasikan, memberikan definisi, dan menjelaskan kembali.

2. Penafsiran (Interpretation), yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama

suatu komunikasi, misalnya diberikan suatu diagram, tabel, grafik atau gambar-gambar dan ditafsirkan. Kata kerja operasional yang digunakan adalah menginterpretasikan, membedakan, menjelaskan, dan menggambarkan.

3. Ekstrapolasi (extrapolation), yaitu menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui. Kata

kerja operasional yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah memperhitungkan, menduga, menyimpulkan, meramalkan, membedakan, menentukan dan mengisi.

Sedangkan indikator pemahaman menurut Kenneth D. Moore: “Menerjemahkan, mengubah,

menggeneralisasikan, menguraikan (dengan kata-kata sendiri), menulis ulang (dengan kalimat sendiri), meringkas, membedakan (diantara dua), mempertahankan, menyimpulkan, berpendapat

dan menjelaskan5.

Penanaman konsep, teorema, dalil, dan rumus-rumus matematika dapat terwujud dengan baik jika para siswa dapat memusatkan perhatiannya terhadap materi ajar yang dipelajari serta selalu melakukan penguatan melalui latihan yang teratur. Sehingga apa yang telah dipelajari dapat dikuasai dengan baik dan dapat digunakan untuk mempelajari materi selanjutnya.

Didalam penelitian ini merujuk pada pemahaman menurut Benyamin S. Bloom, yakni penerjemahan, penafsiran dan ekstrapolasi.sebagai definisi operasionalnya adalah:

a. Translasi, adalah mendefinisi ulang sebuah konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan

bulat negatif.

4

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran,(Bandung:CV Alfabeta,2011), h.157. 5


(22)

b. Interpretasi, adalah memberikan penjelasan terhadap sebuah konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.

c. Ekstrapolasi, adalah memberi kesimpulan atas konsep penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat negatif dengan bahasa sendiri.

2. Bilangan Bulat

Bilangan bulat adalah semua bilangan cacah dengan semua lawan bilangan asli (lawan 1 adalah -1, lawan 2 adalah -2)6.Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat positif, bilangan bulat negatif, dan bilangan nol (0)7.Bilangan bulat positif bisa disebut juga bilangan asli, sedangkan bilangan bulat negatif merupakan lawan dari bilangan asli itu sendiri atau bilangan bulat yang bertanda minus didepannya(di baca negatif).Sedangkan menurut Tatang Herman, dkk dalam bukunya pendidikan matematika 1, bilangan bulat adalah merupakan gabungan antara bilangan asli dengan bilangan-bilangan negatifnya serta bilangan nol8. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas dapat dikatakan bahwa bilangan bulat itu adalah gabungan dari bilangan asli serta bilangan cacah dan bilangan negatif yang merupakan lawan dari bilangan asli itu sendiri.

Sebenarnya materi bilangan bulat ini sudah kita kenal sejak pendidikan anak usia dini, dimana kita mengenalkan berhitung dari 1, 2, 3, dan seterusnya. Namun belum ke operasi hitungnya. Untuk mengenalkan bilangan bulat tersebut dapat digunakan suatu garis bilangan, dengan bilangan positif disebelah kanan angka nol dan bilangan negatif berada disebelah kiri angka nol, berurutan sesuai arah tanda panah yang terdapat di garis bilangan dengan angka terkecil berada di dekat titik pangkal yaitu angka 3.

3. Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat

Pada dasarnya operasi hitung mencakup empat pengajaran dasar, yaitu: penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Namun disini peneliti hanya akan membahas tentang penjumlahan dan pengurangan.

a. OperasiPenjumlahan.

6

Heruman, Model Pembelajaran Matematika di SD, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2010), h. 5.

7

Gatot, Op.cit, h.38

8


(23)

Operasi penjumlahan di dalam bilangan bulat sering disebut penjumlahan bilangan bulat

saja9. Dimana operasi penjumlahan tersebut dipergunakan untuk memperoleh hasil ataujumlah

dari dua buah bilangan. Atau merupakan hasil penggabungan dari 2 kumpulan benda menjadi satu kumpulan benda yang hasilnya selalu lebih banyak dari dua kumpulan benda sebelumnya. Penjumlahan merupakan operasi hitung yang pertama sekali diajarkan kepada anak-anak.

Pada operasi penjumlahan bilangan bulat terdapat beberapa sifat yang harus diketahui agar tidak terjadi salah konsep dalam penyampaian materi oleh guru. Sifat-sifat tersebut diantaranya10:

1.) Sifat tertutup

Yaitu jika dua buah bilangan bulat dijumlahkan maka hasilnya merupakan bilangan bulat juga. Hal ini berarti himpunan bilangan bulat tertutup terhadap operasi penjumlahan.

Contoh: -3 + 5 = 2,

Keterangan: -3 merupakan bilangan bulat, dan 5 juga merupakan bilangan bulat. Kedua bilangan tersebut dijumlahkan dan hasilnya adalah 2,ternyata 2 juga adalah bilangan bulat.

2.) Sifat komulatif ( pertukaran )

Yaitu jika dua buah bilangan bulat dijumlahkan maka hasilnya tetap sama meskipun letak kedua bilangan itu dipertukarkan. Secara matematis dapat ditulis:

Untuk sembarang dua bilangan bulat a dan b berlaku a + b = b + a

Contoh:

a = -2, b = 5 → a+b = -2 + 5 = 3 a =-7, b=3 → a+b= -7 + 3 = -4

b+a = 5 + (-2) = 3 b+a= 3+ (-7)= 4

keterangan: dari kedua contoh diatas dapat diketahui bahwa dua buah bilangan bulat jika dijumlahkan hasilnya akan tetap sama meskipun letak posisinya ditukar.

3.) Sifat asosiatif (pengelompokan)

9

Ibid, h.10

10


(24)

Yaitu jika ada tiga buah bilangan bulat dijumlahkan maka hasilnya akan tetap sama bila pengelompokan pada penjumlahan itu dipertukarkan. Atau secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:

Untuk sembarang tiga bilangan bulat a, b, dan c berlaku: ( a + b ) + c = a + ( b + c )

Contoh:

a = 4, b= -6, c= 8 →( a+b) + c = (4+(-6)) + 8= -2 +8= 6

→ a + (b+c) = 4+(-6+8) = 4+ 2= 6

Keterangan: jika melakukan penjumlahan tiga buah bilangan bulat dengan cara pengelompokan maka hasilnya pun akan tetap sama meskipun pengelompokannya tersebut dipertukarkan.

4.) Sifat bilangan nol (sebagai unsur identitas penjumlahan)

Yaitu jika suatu bilangan bulat dijumlahkan dengan nol maka hasilnya adalah bilangan bulat itu sendiri. Karena dalam hal ini angka nol merupakan suatu unsur identitas, maksudnya adalah bila ditambah dengan suatu bilangan atau bila suatu bilangan ditambah dengan bilangan yang dimaksud maka hasilnya tidak berubah atau bilangan itu sendiri. Atau secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:

Untuk setiap bilangan bulat yang dijumlahkan dengan nol (unsur identitas) selalu berlaku;

a+0= a, atau 0+b=b

Contoh:

-3 + 0 = -3, 0 + 5 = 5

5.) Sifat invers penjumlahan (lawan suatu bilangan)

Yaitu semua bilangan bulat kecuali nol dapat dipasangkan dengan bilangan bulat yang lain sedemikian sehingga jumlah pasangan itu adalah nol. Bilangan nol tidak termasuk karena nol pasangannya adalah nol itu sendiri. Dan setiap anggota pasangan dari bilangan itu disebut invers atau lawan dari anggota yang lain dalam pasangannya.

Misalnya;


(25)

Lawan dari 2 adalah -2, atau -2 lawannya adalah 2 Lawan dari 3 adalah -3, atau -1 lawannya adalah 1.

Jadi, setiap bilangan bulat memiliki lawan atau invers aditif(tambah), dan jika dijumlahkan dengan lawan bilangannya itu maka akan menghasilkan bilangan nol. Atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Setiap bilangan bulat a mempunyai invers aditif –a, sehingga berlaku:

a + -a = 0 atau, -a + a = 0

Contoh: 2 + -2 = 0, →-2 adalah lawan dari 2

-4 + 4 = 0, → 4 adalah lawan dari -4

Catatan:

Perlu diperhatikan bahwa setiap bilangan a berkorespondensi dengan invers tambahnya ( -a ), dan lawan (invers tambah) dari suatu bilangan bulat positif adalah bilangan bulat negatif, dan lawan dari suatu bilangan bulat negatif adalah bilangan bulat positif. Seperti yang tertera pada contoh diatas.

b. Operasipengurangan.

Pengurangan adalah kebalikan dari penjumlahan, biasanya hasilnya akan lebih sedikit dari jumlah kumpulan benda yang dikurangi. Pengurangan bilangan bulat dapat diibaratkan sebagai

penambahan dengan lawan bilangan pengurangnya11. Pada operasi pengurangan ini hanya

mempunyai satu sifat, yakni sifat tertutup karena hasil pengurangan dua buah bilangan bulat

tetap menghasilkan bilangan bulat juga12.

Contoh:

7 – 4 = 3, dan 5 – (-2) = 7 Keterangan:

 Lambang bilangan 7, 4, dan 3 merupakan sama-sama bilangan bulat.

 Lambang bilangan 5, -2, dan 7 merupakan sama-sama bilangan bulat.

 Jadi, terbukti bahwa pada pengurangan berlaku sifat tertutup.

11

Tatang, Op.Cit, h.17.

12


(26)

Untuk mengenalkan konsep operasi hitung pada sistem bilangan bulat itu sendiri dapat dilakukan

melalui 3 tahap, yaitu13: (1) tahap pengenalan konsep secara konkret, (2) Tahap pengenalan

konsep secara semi konkret atau semi abstrak, (3) Tahap pengenalan konsep secara abstrak. Pada penelitian ini digunakan tahap yang pertama karena taraf berfikir anak usia SD masih dari konkret dulu. Dalam tahap pertama ini ada 2 model peragaan yang dapat dikembangkan, yaitu yang menggunakan pendekatan himpunan, sedang model yang kedua menggunakan pendekatan hukum kekekalan panjang (yaitu menggunakan alat peraga balok garis bilangan atau

pita garis bilangan atau tangga garis bilangan)14. Dan yang akan peneliti gunakan adalah model

yang pertama yaitu peragaan dengan menggunakan pendekatan himpunan. Alat peraga disini peneliti buat sedemikian rupa agar bisa dengan jelas dan mudah dipakai oleh siswa.

4. Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik

sebenarnya atau hanya sekedar tiruan15. Metode ini dapat menyajikan bahan pelajaran secara

lebih konkret, namun dalam pembelajarannya tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru.

a. Kelebihan metode demonstrasi

1.) Dapat menghindari terjadinya verbalisme, sebab siswa secara langsung memperhatikan

materi pelajaran yang dijelaskan.

2.) Proses pembelajaran lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat

peristiwa yang terjadi

3.) Siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan dengan

pengamatan langsung.

b. Kelemahan metode demonstrasi

13

Gatot Muhsetyo, Op.Cit, h.3.10

14Ibid

, h.3.11.

15


(27)

1.) Memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.

2.) Memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai, yang berarti penggunaan

metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.

3.) Memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk

bekerja lebih profesional. Disamping itu juga demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.

c. Langkah-langkah Menggunakan metode demonstrasi16

1.) Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:

1.1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir

1.2) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan.

1.3) Lakukan uji coba demonstrasi

2.) Tahap Pelaksanaan

2.1) Langkah pembukaan

Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya: 2.1.1 Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat

memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan 2.1.2 Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa

2.1.3 Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa. 2.2) Langkah pelaksanaan demonstrasi

2.2.1. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir.

2.2.2. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan

2.2.3. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memeperhatikan reaksi seluruh siswa

2.2.4. Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

16


(28)

2.3.) Langkah mengakhiri Demonstrasi

Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi tersebut atau tidak. Selain memberikan tugas yang reelevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan salanjutnya.

5. Alat Peraga ( Media Pembelajaran)

a. Pengertian Alat Peraga

Alat Peraga merupakan sebuah alat/benda yang digunakan untuk membantu guru dalam penyampaian materi kepada siswa, sehingga siswa lebih fokus dalam menerima pelajaran. Menurut Sudjana (2009), alat peraga adalah sebuah alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan

efisien17.Pembelajaran menggunakan alat peraga berarti mengoptimalkan fungsi seluruh panca

indra siswa untuk meningkatkan efektivitas siswa belajar dengan cara mendengar, melihat, meraba, dan menggunakan pikirannya secara logis dan realistis. Pelajaran tidak sekedar menerawang pada wilayah abstrak, melainkan sebagai proses empirik yang konkrit dan realistik serta menjadi bagian dari hidup yang tidak mudah dilupakan.

Alat Peraga sangat diperlukan dalam memberikan pembelajaran untuk dapat memahaminya dengan lebih jelas. Namun alat peraga bukanlah pengganti pelajaran lisan atau tulisan, tetapi sebagai pelengkap dari pembantu agar pelajaran dapat bertahan lama dalam ingatan peserta didik dan mudah untuk di utarakan pada saat nanti ketika diperlukan.

Adapun beberapa contoh alat peraga yang dapat digunakan dalam mengajar yaitu: a. Gambar

Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya saling dikenal dan saling dipakai, karena gambar disenangi oleh anak berbagai unur, diperoleh dalam keadaan siap pakai, dan tidak mengita waktu persiapan.

b. Peta

17


(29)

Peta bisa menolong mereka mempelajari bentuk dan letak negara-negara serta kota-kota yang disebut Al-kitab.Salah satu yang harus diperhatikan, penggunaan peta sebagai alat peraga hanya cocok bagi anak besar/kelas besar.

c. Papan tulis

Peranan papan tulis tidak kalah pentingnya sebagai sarana mengajar.Papan tulis dapat

dirima dimana-mana sebagai alat peraga yang efektif.Tidak perlu menjadi seorang seniman

untuk memakai papan tulis. Kalimat yang pendek, beberapa gambaran orang yang sederhana sekali, sebuah diagram, atau empat persegi panjang dapat menggambarkan orang, kota atau kejadian.

d. Boks pasir

Anak kelas kecil dan kelas tengah sangat menggemari peragaan yang menggunakan boks pasir. Boks pasir dapat diciptakan “peta” bagi mereka khususnya bagi kelas tengah karena pada umur tersebut mereka sudah mengetahui jarak dari desa ke desa. (Pepak.sabda.org.and omtions.blogspot.com)

Selain alat peraga yang disebutkan di atas, media mengajar yang paling dikenal di dalam pelayanan anak sering disebut dengan istilah singkat, alat peraga berbentuk fleschard, wayang, boneka jari, rumah palestina dan sebagainya.

Adapun alat peraga yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan alat peraga manipulasi, dimana peneliti buat dari kertas warna yang di bentuk menjadi setengah lingkaran warna biru untuk melambangkan bilangan positif, dan setengah lingkaran warna kuning untuk melambangkan bilangan negatif, dan jika kedua setengah lingkaran tersebut digabungkan akan menjadi satu buah lingkaran penuh dan mempunyai nilai nol. Hal ini diharapkan dapat memudahkan siswa dalam melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui metode demonstrasi.

b. Kelebihan dan Kekurangan penggunaan alat peraga

1. Kelebihan alat peraga:

1.) Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik 2.) Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahaminya 3.) Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah bosan


(30)

4.)Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti :mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan.

2. Kekurangan alat peraga yaitu:

1.) Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntuk guru. 2.) Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan

3.) Perlu kesediaan berkorban secara materiil

c. Karakteristik Media Pembelajaran (Alat peraga)18

1.) Suatu benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan panca indra

2.) Terdapat makna pesan yang akan disampaikan kepada peserta didik

3.) Digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses

pembelajaran

4.) Dapat digunakan secara massa, baik kelompok atau perorangan

5.) Dapat tahan lama, bentuk dan warnanya menarik

d. Fungsi Alat Peraga

a.) Membangkitkan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

b.) Menyajikan materi ke dalam bentuk yang lebih konkrit, siswa pada tingkat yang lebih

rendah akan lebih memahami dan mengerti apa yang diajarkan.

c.) Memungkinkan konsep-konsep abstrak yang disajikan dalam bentuk konkrit

d.) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

e.) Salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru karena mrupakan bagian yang

integral dari situasi mengajar

e. Kegunaan media pendidikan ( Alat Peraga) dalam proses Pendidikan19

a.) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis

b.) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu

c.) Dapat mengatasi sikap pasif peserta didik

18

Syarif hidayat, Teori dan Prinsip Pendidikan, (Jakarta:Pustaka Mandiri, 2013), h.115.

19


(31)

d.) Dapat mempersamakan persepsi dan pengalaman

B. Hasil Penelitian yang relevan

Untuk mendukung penelitian ini, peneliti menemukan beberapa kajian hasil penelitian yang sesuai dengan apa yang akan peneliti lakukan diantaranya yaitu:

a.) Andri Setiawan ( 104017000540) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh strategi berhitung (Different Strategies) terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi operasi bilangan bulat. Dilaksanakan di SDIT Cordova Pondok Jati, Tangerang. Memberikan kesimpulan bahwa20:

1. Secara deskriptif perbandingan hasil balajar matematika kelas eksperimen relatif lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar kelas kontrol, terlihat pada nilai rata-rata kelas eksperimen yaitu sebesar 75,67 dan kelas kontrol 72,05.

2. Pengujian dengan uji t menunjukkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen tidak secara nyata

terbukti lebih baik dibandingkan dengan kelaas kontrol. Kesimpulan uji diperoleh dengan membandingkan t hit=0,6071 terhadap t tab= 1,6896 pada taraf signifikan α = 5%. Maka kesimpulannya bahwa Ho diterima, yaitu Strategi berhitung tidak lebih baik daripada algoritma tradisional, atau tidak terdapat pengaruh penggunaan Strategi berhitung terhadap hasil belajar siswa.

b.) Rida Rindjani (104017000522) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh metode

problem posing terhadap pemahaman konsep matematika siswa. Dilaksanakan di SMPN 3

Tangerang, memberikan kesimpulan bahwa21:

1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata pemahaman konsep siswa pada kelas

eksperimen 64,9 dan kelas kontrol 46,5.

2. Pengujian hipotesis dengan uji t, diperoleh t hit > t tab. Maka Ho ditolak. Dengan begitu terbukti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam pemahaman konsep matematika, karena ternyata kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

c.) Muhamad Arifin (102017023946) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh penerapan

20

Andri Setiawan, Skripsi: Pengaruh Strategi Berhitung (Different Strategis) terhadap Hasil Belajar Matematika

Siswa pada Materi Operasi Bilangan Bulat, (Jakarta:FITK UIN, 2007).

21

Rida Rindjani, Skripsi: PengaruhMetode Problem Posing terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa, (Jakarta:FITK UIN, 2007).


(32)

strategi pembelajaran silent demonstration terhadap hasil belajar matematika siswa” yang

dilaksanakan di MTs N 6 Jakarta Timur, memberikan kesimpulan bahwa22:

1. Hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.α= 5% dengan dk=58.

t tab=1,67 dan t hit = 2,23. Dengan demikian maka Ho ditolak. Hasil 5% lebih baik, jadi ada

pengaruh positif terhadap hasil belajar.

2. Hasil penelitian terbukti mampu menjadikan pembelajaran di kelas menjadi lebih aktif, lebih

kreatif, dinamis, membangkitkan minat belajar dan terutama membuat siswa lebih perhatian atau konsentrasi. Selain itu dapat melatih keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat, memberikan kesempatan untuk tampil di depan kelas, menghargai apresiasi mereka terhadap pembelajaran dan memperhatikan tingkaat pemahaman dan tingkat kejenuhan siswa

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka hipotesis tindakannya adalah: Dengan penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa pada operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

22

Muhamad Arifin, Skripsi: Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Silent Demonstration terhadap Hasil


(33)

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di MI Sirojul Athfal Bekasi, pada siswa kelas IV sebanyak 9 siswa yang berlokasi di jalan Kp. Setu Raya Kelurahan Bintara Jaya, kecamatan Bekasi Barat, kota Bekasi.

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2012/2013 yakni pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2013. Adapun jadwal penelitian sebagaimana terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Tindakan

No Kegiatan

Bulan

Maret April Mei Juni

1. Persiapan dan perencanaan

2. Observasi lapangan 

3. Pelaksanaan tindakan  

4. Analisis data 

5. Laporan hasil penelitian 

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (classroom action research). Yakni sebuah penelitian tindakan

yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam masalah kegiatan keseharian yang ditemui dalam proses pembelajaran di kelas. Menurut Carr dan Kemmis (Wijaya


(34)

Kusuma dan Dedi Dwitagama, 2009)1, bahwa Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri ( self reflective) yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran tentang:

Praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri Pengertian mengenai praktik-praktik tersebut

Situasi-situasi dimana praktik-praktik tersebut dilaksanakan.

Sebelum melakukan penelitian tindakan tersebut, sekiranya peneliti harus memahami prinsip-prinsip dalam penelitian tindakan, salah satu diantaranya yaitu adanya kesadaran untuk memperbaiki kinerja dan yang dikenai tindakan merupakan masalah yang ada dalam situasi keseharian dalam proses

pembelajaran2. Karena pada dasarnya penelitian tindakan kelas merupakan salah

satu jenis penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi praktik pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru dengan cara merencanakan, melaksanakan, merefleksikan tindakan secara kolaboratif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, atau masalah yang tengah dihadapi oleh guru didalam kelasnya3. Karena esensi dari Penelitian tindakan kelas ini adalah terletak pada adanya tindakan dalam situasi yang mendesak (harus segera diatasi) untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik pembelajaran serta mampu memberi solusi pada masalah yang ada baik secara perorangan atau kelompok. Dalam penelitian ini diupayakan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada operasi penjumlahan dan pengurangn bilangan bulat di MI Sirojul Athfal Bekasi. Jadi, penelitian ini lebih menekankan pada proses atau tindakan peneltian, oleh karena itu berhasil atau tidaknya penelitian dapat dilihat dari proses tindakan penelitian. Dalam hal ini peneliti harus mempersiapkan segala sesuatu yang menjadi pendukung sebuah proses pembelajaran agar penelitian dapat berjalan dengan lancar sehingga penelitian tersebut dapat dikatakan berhasil.

1

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:PT. Malta Printindo, 2009), h.8.

2

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:Bumi Aksara, 2012), h.6. 3 Op. Cit


(35)

Desain intervensi tindakan atau rancangan siklus penelitian ini akan menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart. Adapun prosedur kerja dalam penelitian menurut Kemmis dan Mc. Taggart, pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin yang meliputi perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (obseving) dan refleksi (reflection), dan seterusnya sampai terselesaikan refleksi dan rencana tindakan berikutnya. Hanya saja komponen acting(tindakan) dengan pengamatan (observing) dijadikan satu kesatuan, karena keduanya harus dilakukan dalam waktu yang bersamaan, yaitu ketika tindakan dilaksanakan maka begitu pula

dengan observasi pun harus dilaksanakan juga4.

Untuk lebih jelasnya bagan model penelitian tindakan kelas (PTK) menurut

Kemmis dan Mc. Taggart disajikan sebagai berikut5:

Gambar 3.1. Model PTK menurut Kemmis dan Mc. Taggart

Adapun rancangan dari setiap aspek pokok yang akan menjadi gambaran dari proses penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan

a. Mengidentifikasi masalah yang di temui dalam pembelajaran di kelas,

khususnya pada mata pelajaran matematika.

b. Data yang telah di identifikasi, kemudian di analisis berdasarkan survei di

lapangan dan di simpulkan

4 Op.Cit

, h.20

5Op.Cit


(36)

c. Merencanakan tindakan yang lebih tepat berdasarkan akar masalah yang paling dan harus segera diselesaikan secepatnya dengan menyiapkan RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan instrumen penelitian berupa pedoman pemantau tindakan aktifitas guru, lembar kerja siswa serta catatan lapangan yang disusun bersama kolaborator.

2. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan kolaborasi dengan observer untuk memantau jalannya proses kegiatan pembelajaran. Pada tahap ini rancangan pembelajaran yang telah disusun dan didiskusikan pada tahapan perencanaan itu dilaksanakan.

3. Observasi

Pada tahap ini observer melakukan monitoring terhadap tindakan yang dilaksanakan oleh peneliti, situasi kelas dan aktifitas siswa dan guru dengan berpedoman pada instrumen pemantau tindakan yang telah disiapkan. Selain itu peneliti dan observer juga mencatat segala hal yang terjadi dan diperlukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

4. Refleksi

Pada tahapan refleksi ini, data-data yang telah diperoleh pada saat observasi tersebut dikumpulkan kemudian dianalisis secara menyeluruh. Setelah data tersbut dianalisis baru diadakan evaluasi dengan tujuan untuk menyempurnakan tindakan berikutnya dan memperbaiki tindakan pada kegiatan sebelumnya.

Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I,akan dilanjutkan lagi pada penelitian siklus II. Jika hasil pembelajaran pada siklus II telah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai maka penelitian dihentikan. Namun apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilanjutkan penelitian pada siklus III dengan mengacu pada hasil refleksi siklus II.

C. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Sirojul Athfal Bekasi yang hanya berjumlah 9 siswa. Partisipan dalam penelitian ini adalah Kepala MI Sirojul Athfal Bekasi dan rekan sejawat yang merupakan guru MI Sirojul Athfal


(37)

Bekasi, sebagai observer yang secara kolaboratif membantu melakukan penelitian dan pengamatan.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pemimpin perencanaan pelaksanaan tindakan, sekaligus pembuat laporan. Sebagai pemimpin perencanaan tindakan dalam penelitian ini, maka pada pra penelitian peneliti melakukan pengamatan terhadap proses kegiatan pembelajaran matematika di kelas IV MI Sirojul Athfal Bekasi. Berdasarkan hasil pengamatan proses dan hasil belajar ini akan diperoleh data tentang kondisi awal siswa yang akan menjadi dasar bagi penelitian unuk membuat rencana siklus pertama. Rencana ini merupakan hasil diskusi dan refleksi antar peneliti dan kolaborator berdasarkan catatan lapangan yang dibuat.

Adapun posisi peneliti dalam penelitian tersebut sebagai peneliti utama dalam penelitian. Artinya keikutsertaan peneliti dikategorikan pada peran aktif dalam pelaksanaan pembelajaran atau tindakan.Disini peneliti langsung melakukan kegiatan pembelajaran dan berusaha sebanyak mungkin mengumpulkan data yang sesuai dengan fokus masalah yang diteliti. Dengan keterlibatan langsung dalam proses pembelajaran atau penelitian diharapkan data yang diperoleh lebih akurat dan terarah.

E. Tahapan Intervensi tindakan

Penelitian tindakan ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang diawali dengan pra penelitian (survei penelitian) dan dilanjutkan dengan tindakan melalui beberapa siklus. Mengingat penelitian ini dibatasi oleh ruang dan waktu maka dalam penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan tiap siklus terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: (a) Perencanaan, (b) Pelaksanaan tindakan, (c) Pengamatan dan (d) refleksi.

Adapun uraian tahapan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pra penelitian


(38)

1.1) Peneliti meminta izin ke pihak sekolah untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan memberikan surat izin penelitian.

1.2) Mengumpulkan data awal tentang kegiatan pembelajaran siswa di kelas

dengan melakukan wawancara pada guru bidang studi dan siswa.

1.3) Setelah mengadakan tinjauan ternyata ditemukan beberapa masalah yaang

salah satunya adalah penggunaan metode yang kurang tepat dalam pembelajaran, sehingga berpengaruh dalam pemahaman siswa akan materi yang diajarkan, untuk itu peneliti akan mencoba menggunakan metode demonstrasi dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa akan operasi penjumlahan dan pengurangan pada materi bilangan bulat.

2. Siklus I

a. Tahap Perencanaan (planning)

Berdasarkan permasalahan yang diperoleh, maka peneliti merencanakan skenario pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan tingkat kemampuan awal siswa berdasarkan hasil kesepakatan bersama dengan observer untuk menyusun skenario pembelajaran. Adapun skenario pembelajarannya sebagai berikut:

a.) Menyiapkan rencana pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan tujuan yang

akan dicapai.

b.) Merancang LKS yang akan digunakan dalam proses pengamatan lapangan

saat siswa mengikuti kegiatan pembelajaran

c.) Menyiapkan alat dan bahan yang perlukan saat berlangsungnya

pembelajaran

d.) Merencanakan strategi yang tepat agar dapat menunjang keberhasilan

kegiatan pembelajaran

e.) Menyiapkan format instrumen pengamatan dan instrumen penilaian

f.) Menyiapkan soal latihan pada tiap-tiap pertemuan

b. Tahap Pelaksanaan/ tindakan (acting)


(39)

Pada tahap ini peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa tentang bilangan bulat serta mengenalkan alat peraga manik-manik untuk menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat negatif. Kemudian menjelaskan cara penggunaan alat peraga tersebut kepada siswa dengan warna biru sebagai lambang positif (+1) dan kuning sebagai lambang negatif (-1), dan jika keduanya disatukan maka bernilai nol (0). setelah itu meminta siswa mendemonstrasikan dan menebak nilai lambang bilangan yanga dibentuk.

Pertemuan kedua

Pada tahap ini peneliti mendemonstrasikan langkah-langkah penggunaan alat peraga manik-manik dalam menyelesaikan soal penjumlahan bilangan bulat negatif, kemudian membagi siswa dalam 2 kelompok untuk mengerjakan soal lks.

Pertemuan ketiga

Pada tahap ini peneliti mendemonstrasikan langkah – langkah penggunaan

alat peraga manik-manik dalam menyelesaikan soal pengurangan bilangan bulat negatif. Kemudian memberikan beberapa soal pengurangan untuk dikerjakan dengan cara mendemonstrasikannya dan menuliskan hasilnya pada lembar kerja masing-masing.

Pertemuan keempat

Pada tahap ini peneliti mengadakan tes ahir siklus I dengan memberikan soal untuk dikerjakan siswa yang terdiri dari 6 soal essay.

c. Tahap pengamatan / observasi

Pada tahap ini yang lebih berperan adalah observer, yang mengamati jalannya pelaksanaan tindakan dengan menggunakan metode demonstrasi dan alat peraga manik-manik selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung yang berpedoman pada lembar observasi yang telah disiapkan serta catatan lapangan.

d. Tahap analisis dan refleksi

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus I,dan jika


(40)

nilai rata-rata siswa belum mencapai KKM, maka penelitian tindakan akan dilanjutkan ke siklus II.

3. Siklus II

Tahap Perencanaan (planning)

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah diperbaiki sesuai dengan kekurangan dan kelebihan pada siklus I. Disamping itu peneliti juga menyiapkan lembar observasi kegiatan guru dan siswa, dan lembar kerja siswa.

Tahap pelaksanaan / tindakan

a.) Pertemuan pertama

Pada tahap ini peneliti menjelaskan ulang tentang langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan soal penjumlahan bilangan bulat negatif dengan alat peraga manik-manik. Kemudian meminta siswa maju satu persatu untuk mencoba mendemonstrasikan soal yang diberikan.

b.) Pertemuan kedua

Pada tahap ini peneliti menjelaskan ulang langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan soal pengurangan bilangan bulat negatif dengan alat peraga manik-manik, kemudian meminta siswa maju satu persatu untuk mencoba mendemonstrasikan soal yang diberikan.

c.) Pertemuan ketiga

Pada tahap ini peneliti mengadakan tes akhir siklus II dengan memberikan soal sebanyak 6 soal essay.

Tahap pengamatan / observasi

Pada tahap ini yang lebih berperan adalah observer, yang mengamati jalannya pelaksanaan tindakan dengan menggunakan metode demonstrasi dan alat peraga manik-manik selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung yang berpedoman pada lembar observasi yang telah disiapkan serta catatan lapangan.

Tahap analisis dan refleksi

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus II,jika


(41)

nilai rata-rata dan pemahaman siswa belum mencapai KKM, maka penelitian tindakan akan dilanjutkan ke siklus III dan seterusnya.

F. Hasil Intervensi yang diharapkan

Hasil intervensi tindakan yang diharapkan dalam penelitian ini ditujukan pada keberhasilan penggunaan metode demonstrasi dalam meningkatkan pemahaman siswa pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat negatif. Keberhasilan yang diharapkan dapat pula diamati melalui dua pengamatan, yaitu aspek proses dan aspek hasil pembelajaran.

Melalui aspek proses, keberhasilan yang diharapkan dapat dilihat jika telah tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, metode yang digunakan telah sesuai dengan materi pembelajaran dan rencana-rencana kegiatan yang telah dibuat dapat dilaksanakan dengan baik. Aspek proses ini dapat diamati dari hasil pengisisan lembar pengamatan yang dilakukan oleh observer.

Melalui aspek hasil, keberhasilan yang diharapkan terjadi apabila pada tiap siklus menunjukkan peningkatan kemampuan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal tentang bilangan bulat negatif, khususnya pada operasi penjumlahan dan pengurangan. Jika nilai rata-rata siswa belum mencapai skor perolehan rata-rata minimal 70, maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Dan penelitian dianggap berhasil jika nilai rata – rata dan pemahaman siswa

mencapai 70 atau lebih.

G. Data dan Sumber Data

1. Data Penelitian

Sebagaimana telah dikemukakan diatas bahwa penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas dengan menggunakan metode demonstrasi yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa pada operasi penjumlahan daan pengurangan bilangan bulat negatif.

Oleh karena itu data yang dikumpulkan ada 2 jenis data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.


(42)

Data kualitatif berupa data pemantauan tindakan (action) yaitu data yang diperoleh untuk mengontrol kesesuaian antara pelaksanaan tindakan dengan rencana yang dibuat sebelumnya.Adapun data kualitatif ini diperoleh dari lembar pengamatan aktifitas guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan.

Data kuantitatif, yakni berupa data tentang skor yang diperoleh siswa dari suatu tes pengukuran pemahaman setelah memperoleh tindakan yang diberikan.

Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pengamatan kegiatan belajar siswa selama diberi tindakan dan hasil tes pemahaman siswa kelas IV mengenai materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat negatif.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpul data yang dipergunakan untuk mendapat data dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu:

1. Instrumen tes

Teknik tes dalam penelitian ini di maksudkan untuk mengukur berapa besar peningkatan pemahaman siswa setelah diberi tindakan. Tes itu sendiri merupakan salah satu kegiatan pengukuran, dimana didalamnya bisa berupa pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. bentuk tes yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa tes tertulis, untuk mengukur pemahaman siswa dalam materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.dalam hal ini peneliti menyiapkan 6 buah soal essay yang harus diselesaikan oleh peserta didik.


(43)

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen penelitian

Pemahaman siswa dalam operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat negatif

No Kompetensi

dasar

Materi indikator Indikator

Pemahaman Jumlah soal 1. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat Bilangan bulat negatif Menjelaskan penggunaan bilangan bulat negatif

interpretasi 2

2. Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat negatif Menyimpulkan konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat negatif

translasi 2

3. Operasi

hitung campuran

Melakukan operasi

hitung campuran ekstrapolasi 2

Jumlah 6

Keterangan : C1 = Pengetahuan C2 = Pemahaman C3 = Penerapam

2. Instrumen non tes

Teknik non tes ini digunakan untuk menjaring data pemantau tindakan (action) yaitu data pengamatan proses pembelajaran di kelas selama diberi tindakan.instrumen ini terdiri dari lembar observasi aktifitas guru yang terdiri dari 11 butir pernyataan dan aktifitas siswa sebanyak 7 butir pernyataan, serta lembar catatan lapangan dan foto dokumentasi.


(44)

Adapun format instrumenya adalah sebagai berikut: Lembar observasi aktifitas guru

Tabel 3.3 lembar observasi aktifitas guru

No Aspek yang dinilai / aktifitas guru Penilaian

1 2 3 4

1. Merumuskan tujuan pembelajaran

2. Mengkondisikan kelas dan tempat duduk siswa

3. Memotivasi siswa dalam belajar

4. Menyampaikan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan

5. Menguasai materi pelajaran

6. Melakukan kegiatan yang dapat merangsang pengetahuan siswa

7. Membimbing dan memonitor siswa dalam belajar

8. penggunaan media / alat peraga

9. Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya

10. Memberikan tugas latihan

11. Mengadakan evaluasi

Jumlah Skor Nilai Maksimum Lembar observasi aktifitas siswa

Tabel 3.4 lembar observasi aktifitas siswa

No Aspek yang Dinilai / Aktifitas Siswa Penilaian

1 2 3 4

1. Berani bertanya dan menjawab pertanyaan

2. Memahami penggunaan alat peraga manik-manik

3. Membentuk bilangan dengan alat peraga

4. Melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan dengan alat peraga

5. Melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan tanpa alat peraga

6. Mengerjakan soal-soal yang diberikan

7. Menuliskan peragaan demonstrasi dalam kallimat matematika

Jumlah Skor Nilai Maksimum Catatan Lapangan

Adalah sebuah catatan yang dibuat oleh peneliti atau observer selama pelaksanaan tindakan berlangsung, baik itu berupa kekurangan yang perlu diperbaiki atau kelebihan yang perlu dipertahankan.


(45)

Dokumentasi foto kegiatan

Yaitu foto – foto kegiatan guru dan siswa ketika pelaksanaan tindakan

berlangsung.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan mengamati proses kegiatan belajar di kelas baik itu berupa aktifitas siswa dan guru, situasi atau kejadian selama proses pemberian tindakan berlangsung. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh jawaban atas penelitian yang sedang dilakukan. Secara rinci teknkik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Pemahaman siswa akan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

negatif diperoleh dari tes hasil pembelajaran, baik setiap akhir pembelajaran atau akhir siklus.

2. Keterampilan guru menggunakan metode demonstrasi dalam penyampaian

materi ajar dipeoleh melalui lembar pengamatan guru yang dilakukan oleh observer.

3. Kegiatan yang dilakukan siswa selama diberi tindakan diperoleh melalui

lembar pengamatan siswa yang dilakukan oleh observer

4. Data suasana kegiatan pembelajaran diperoleh dengan menggunakan

kamera foto.

5. Hal-hal yang belum terakomodasi dalam instrumen penelitian dicatat dengan

menggunakan lembar catatan lapangan, baik yang dilakukan oleh peneliti ataupun observer.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Dalam memeriksa kevalidan data yang diperoleh maka digunakan teknik triangulasi dan saturasi ( penjenuhan). Triangulasi adalah membandingkan persepsi sumber data/informan yang satu dengan yang lain mengenai situasi yang sama. dan saturasi adalah suatu keadaan dimana sudah tidak memperoleh data yang baru untuk diolah, yakni sudah tidak diperoleh data tambahan dan waktunya peneliti untuk mengambil sebuah keputusan berkenaan dengan data penelitian.


(46)

Dalam hal ini semua data yang telah terkumpul dikomunikasikan kepada para ahli dan teman sejawat untuk mengetahui apakah data tersebut sudah sesuai dan tepat dengan apa yang dibutuhkan oleh penelitian.Disamping itu untuk mengetahui apakah data-data yang dikumpulkan menunjang akan penelitian yang dilakukan atau tidak.

K. Analisis Data dan Interpretasi Data

1. Analisis Data

Teknik analisis data pemahaman siswa pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dalam penelitian ini menggunakan rumus rata-rata sebagai berikut:

Teknik analisis data pemantau tindakan tentang pelaksanaan metode demonstrasi menggunakan prosentase sebagai berikut:

2. Interpretasi hasil analisis

Setelah data dianalisis, maka peneliti dan kolaborator melakukan interpretasi hasil analisis.Untuk data kuantitatif berupa angka-angka pemahaman siswa disajikan dengan reduksi data, display data dan kesimpulan hasil analisis. Analisis kuantitatif ini akan menggunakan proporsi, dimana peneliti menentukan presentase pencapaian data antara sebelum dan sesudah diberikan tindakan. Dengan demikian peneliti dan kolaborator membandingkan presentase pencapaian dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu nilai rata-rata siswa 70. Jadi setiap siklus, diharapkan pemahaman siswa meningkat.

X = Jumlah skor yang diperoleh

Banyak siswa

P (%) = Skor yang diperoleh x 100% Skor maksimal


(47)

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Penelitian ini akan berakhir jika hasil yang diperoleh telah mancapai apa yang diharapkan atau telah mencapai KKM, yakni rata-rata siswa 70. Jika penelitian ini terbukti berhasil maka peneliti akan mengkomunikasikan dengan teman sejawat bahwa metode demonstrasi ternyata dapat meningkatkan pemahaman siswa khususnya pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat negatif untuk kemudian agar bersama-sama menggunakannya dalam proses pembelajaran dikelas. Namun jika ternyata penelitian ini belum mencapai apa yang diharapkan maka peneliti akan terus mencari temuan-temuan baru untuk melengkapi kekurangan yang ada serta tak luput dari bantuan teman sejawat. Setelah penelitian ini berakhir diharapkan peran serta teman-teman sejawat untuk memberi masukan dan arahan agar penelitian ini bisa lebih baik lagi.tidak cukup

disini saja, peneliti akan tetap berusaha mencari kekurangan –kekurangan yang

ada didalam peenlitian ini guna kemajuan penelitian selanjutnya untuk lebih


(48)

A. Deskripsi Data

1. SIKLUS I

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV MI Sirojul Athfal Bekasi oleh peneliti yang direncanakan dalam dua siklus dengan rincian siklus I diadakan 4 kali pertemuan dan di siklus II dalam 3 kali pertemuan. Waktu yang diperlukan dalam tiap pertemuan adalah 2 x 35 menit. Pada tiap-tiap siklus dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

a. Perencanaan ( Planning )

Pada tahap perencanaan awal ini peneliti memulai dengan mewawancarai guru bidang study dan siswa dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran matematika dikelas. Dari wawancara tersebut dapat diketahui bahwa banyak siswa yang mengeluhkan mats pelajaran matematika karena dianggap suatu pelajaran yang sulit dan bikin pusing, hal tersebut dibuktikan dengan adanya rekapan hasil nilai ulangan harian siswa yang belum mencapai KKM karena rendahnya pemahaman siswa akan konsep matematika itu sendiri. Setelah itu barn kemudian peneliti mengidentifikasi penyebab permasalahan yang timbal dalam proses kegiatan pembelajaran dikelas. Dapat diketahui bahwa salah satu penyebab dari rendahnya pemahaman siswa tersebut adalah kurangnya penggunaan metode yang tepat serta alat peraga dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa.Dari permasalahan tersebut diatas, peneliti berupaya merancang suatu desain pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa melalui metode demonstrasi.

Perencanaan dimulai dengan menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang menggunakan metode demonstrasi, lembar kerja siswa, instrumen penelitian,serta alat peraga yang akan digunakan. Adapun materi ajar yang akan digunakan dalam penelitian adalah operasi penjumlahan dan penguranganbilangan


(49)

bulat negatif. Dengan indikator pembelajaran yang digunakan antara lain:

1) Menjelaskan pengertian bilangan bulat

2) Menentukan nilai bilanganbulat dengan alat peraga manik-manik

3) Membandingkan nilai bilangan bulat

4) Melakukan penjumlahan bilangan bulat negative

5) Menuliskan penjumlahan bilangan bulat negatif dalam kalimat matematika

6) Melakukan operasi pengurangan bilangan bulat negative

7) Menuliskan hasil pengurangan bilangan bulat negatif dalam kalimat

matematika

8) Melakukan operasi hitung campuran Menjelaskan penggunaan bilangan

bulat negative

9) Menyimpulkan konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

negative

10)Melakukan operasi hitung campuran

b. Pelaksanaan / Tindakan

Didalam pelaksanaan tindakan, peneliti berupaya menerapkan penggunaan metode demonstrasi yang diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa akan materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat negatif yang telah disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Adapun kegiatan guru dan siswa pada proses kegiatan belajar secara rinci dalah sebagai berikut:

b.1) Pertemuan pertama

Pada pertemuan awal ini guru melakukan tanya jawab terlebih dahulu tentang bilangan bulat, kemudian menuliskan beberapa soal penjumlahan dan meminta siswa untuk mengerjakan secara individu, namun ternyata banyak siswa yang belum memahami langkah yang digunakan untu menyelesaikan soal tersebut, terlebih pada soal bilangan bulat negatif. Untuk itu, guru memperkenalkan sebuah alat peraga yang sudah disiapkan sebelumnya untuk menyelesaikan soal penjumlahan tersebut. Terlebih dahulu guru menjelaskan cara penggunaan alat peraga manik-manik kepada siswa, dan siswa diminta membentuk lambing


(50)

bilangan dengan alat peraga tersebut. Guru kembali menjelaskan bahwa alat perag tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan soal penjumlahan.siswa menyimak penjelasan giaru dengan seksama.

b.2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan kedua ini guru mencoba bertanya kepada siswa tentang cara membentuk bilangan dengan alat peraga tersebut. Kemudian menjelaskan langkah yang digunakan dalam menyelesaikan soal penjumlahan dengan cara mendemonstraikan di depan kelas, siswa pun memperhatikan peragaan tersent.n un sedikit sekali siswa yang berani mengungkapkan pendapat atau bertan atau bahkan menjawab pertanyaan guru, tampaknya mereka masih belum berani untuk melakukan hal itu.terbukti ketika siswa diminta maju untuk mendemonstrasikan peragaan soal penjumlahan di depan, hanya dua siswa yang berani dan ketika dipesilahkan untuk betanya, mereka hanya terdiam, tidak ada yang bertanya.

b.3) Pertemuan ketiga

Guru menjelaskan tentang cara menyelesaikan soal pengurangan, caranya hampir sama dengan soal penjumlahan kemarin, namun dalam hal ini siswa dibagi menjadi 2 kelompok untuk mendiskusikan masalah yang di berikan. Siswa berusaha mengerjakannya dengan baik, namun tampak siswa masih kebingungan dengan soal pengurangan tersebut, terkadang mereka masih mengerjakannya dengan cara penjumlahan.Guru tetap membimbing siswa dalam memecahkan masalah tersebut. Setelah selesai, siswa diminta untuk menyimpulkan. Gurumemberi kesempatan kepada siswa unuk bertanya berkaitan dengan materi yang belum dipahami.

b.4) Pertemuan keempat

Pertemuan kali ini adalah saatnya untuk melakukan tes akhir siklus, banyak siswa yang belum siap meskipun sudah diberitahu sebelumnya. Guru menanamkan rasa percaya diri pada anak agar anak yakin dengan kemampuan yang dimiliki.dengan membaca bismillah bersama-sama kemudian gum membagi


(51)

soallatihan kepada siswa, tidak lupa guru tetap membimbing dan mengarahkan anak agar dapat menyelesaikan soal dengan baik dan benar Setelah selesai mengerjakan, guru mempersilahkan siswa untuk bertanya berkaitan dengan soal yang diberikan kemudian guru berpesan agar tetap diulang terus dirumah, minggu depan hasilnya akann dibagikan ke siswa.

c. Hasil Pengamatan

a) Lembar observasi aktifitas guru

Hasil observasi aktivitas guru disajikan pada tabel dibawah ini: Tabel 4.1 Data hasil observasi aktivitas guru Kegiatan

yangdiamati Pertemuan ke Jumlah skor Persentase (%)

Aktivitas guru selama tindakan

I 27 61,4 %

II 30 68,2%

III 34 72,3%

IV 36 81,8%

Rata-rata siklus 127 70,9%

Pada tabel diatas menunjulkkan bahwa aktivitas guru dan tiap pertemuanmengalami peningkatan,tampak jelas pada basil prosentase perolehan di tiappertemuannya dengan perolehan rata-rata sinus 70,9%, dengan itu guru sudah mulai menerapkan metode demonstrasi dengan dengan baik meskipun masih terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki.

b. lembar observasi aktivitas siswa

Pada pelaksanaan siklus I ini, sebagian siswa mulai berani menyampaikan pendapatnya. Disamping itu siswa juga mulai memiliki rasa percaya din dan tidak malu lagi untuk maju ke depan kelaatatuk. lebih jelasnya hasil observasi tentang aktivitas atau kegiatan siswa selama diberi tindakan disajikan pada tabel dibawah ini:


(1)

(2)

(3)

Lampiran 17: Lembar Uji Referensi

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : Zurismiati NIM : 809018300083

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Judul Skripsi : “ Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat

Melalui Metode Demonstrasi dengan Menggunakan Alat Peraga”.

Bab No Daftar Pustaka Halaman

Referensi

Paraf Pembimbing

I 1 Gatot Muhsetyo,dkk, Pembelajaran matematika SD, Jakarta:Universitas

Terbuka, 2011 1.9

I 2 Gatot Muhsetyo,dkk, Pembelajaran matematika SD, Jakarta:Universitas

Terbuka, 2011 1.20

I 3 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung:PT Remsjs

Rosdakarya, 2010 101

II 1 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta:Kencana,

2004 73

II 2 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung:Remaja Rosdakarya,

2009 21

II 3 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik edisi 4, Jakarta:Gramedia

Pustaka Umum, 2008 177

II 4 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung:CV

Alfabeta,2011 157

II 5 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung:CV

Alfabeta,2011 136

II 6 Heruman, Model Pembelajaran Matematika di SD, Bandung: Remaja

Rosdakarya,2010 5


(4)

Terbuka, 2011

II 8 Tatang Herman, dkk. Pendidikan Matematika 1, Bandung: UPI Press,

2010 4

II 9 Tatang Herman, dkk. Pendidikan Matematika 1, Bandung: UPI Press,

2010 10

II 10 Gatot Muhsetyo,dkk, Pembelajaran matematika SD, Jakarta:Universitas

Terbuka, 2011 3.26

II 11 Tatang Herman, dkk. Pendidikan Matematika 1, Bandung: UPI Press,

2010 17

II 12 Heruman, Model Pembelajaran Matematika di SD, Bandung: Remaja

Rosdakarya,2010 16

II 13 Gatot Muhsetyo,dkk, Pembelajaran matematika SD, Jakarta:Universitas

Terbuka, 2011 3.10

II 14 Gatot Muhsetyo,dkk, Pembelajaran matematika SD, Jakarta:Universitas

Terbuka, 2011 3.11

II 15 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010 152

II 16 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010 153 II

II 17 File:///:E./Pengertian dan Tujuan Alat peraga Pendidikan_Fairuz El

Said.htm di download 28-09-13. -

II

18 Hidayat, Syarif. Teori dan Prinsip Pendidikan. Jakarta: Pustaka Mandiri,

2013. 17

II 19 Sadiman, Arief S, dkk. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2010. 115

II 20

Andri Setiawan, Skripsi: Pengaruh Strategi Berhitung (Different Strategis) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa pada Materi Operasi Bilangan Bulat, Jakarta:FITK UIN, 2007

-

II 21 Rida Rindjani, Skripsi: Pengaruh Metode Problem Posing terhadap

Pemahaman Konsep Matematika Siswa, Jakarta:FITK UIN, 2007 -

II 22 Muhamad Arifin, Skripsi: Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran


(5)

Jakarta:FITK UIN, 2006

III 1 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan

Kelas, Jakarta:PT. Malta Printindo, 2009 8

III 2 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta:Bumi

Aksara, 2012 6

III

3

http://www.kabarmingguan.com/2012/12/pengertian-penelitian-tindakan-kelas-ptk.html di download12-05-13. -

III 4 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan

Kelas, Jakarta:PT. Malta Printindo, 2009 9

III 5 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan

Kelas, Jakarta:PT. Malta Printindo, 2009 20

III 6 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan

Kelas, Jakarta:PT. Malta Printindo, 2009 21

Jakarta, 27 Juli 2013 Pembimbing,

Abdul Muin, S.Si, M.Pd 197512012006041003


(6)

Lampiran 18: Surat Pernyataan Penulis

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang Bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Zurismiati NIM : 8090183000183

Jurusan/Prodi : Kependidikan Islam/PGMI

Alamat : Kp. Setu Rt.001/Rw.001 Kel. Bintara Jaya Kec. Bekasi Barat, Kota Bekasi.

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa Skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Metode Demonstrasi dengan Menggunakan Alat Peraga adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing : Abdul Muin, S.Si, M.Pd

NIP : 197512012006041003

Jurusan/Program Studi : Kependidikan Islam/ Pendidikan Matematika

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, Juli 2013 Yang Menyatakan,


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN, PENGURANGAN, DAN HASIL BELAJAR TENTANG OPERASI BILANGAN BULAT Peningkatan Pemahaman Konsep Penjumlahan, Pengurangan, dan Hasil Belajar Tentang Operasi Bilangan Bulat Melalui Pendekatan Sodakom Pada Siswa Kelas I

0 1 14

PENINGKATAN PEMAHAMAN PENJUMLAHAN DENGAN TEKNIK MENYIMPAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA KANTONG NILAI Peningkatan Pemahaman Penjumlahan dengan Teknik Menyimpan Menggunakan Alat Peraga Kantong Nilai Tempat Bilangan Di Kelas II Semester I Tahun 2012/2013 SD Nege

0 2 20

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA PADA OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA GARIS BILANGAN PIPA BERWARNA.

0 3 131

PENGGUNAAN ALAT PERAGA MOBIL-MOBILAN PADA GARIS BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIS PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT.

0 2 32

PENGGUNAAN ALAT PERAGA STIK BERWARNA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN Cihampelas 3 Kecamatan Coblong Kota Bandung.

0 0 30

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK.

0 0 41

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA KELERENG.

0 0 14

PENGGUNAAN ALAT PERAGA KOIN BERMUATAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT.

0 1 47

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA KARTU BILANGAN PADA SISWA KELAS IV SD N 3 JARAKAN.

0 0 127

Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat

0 17 11