Penetapan Kadar Tablet Kalsium Laktat Produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan Secara Titrasi Kompleksometri

(1)

PENETAPAN KADAR TABLET KALSIUM LAKTAT PRODUKSI PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk. PLANT MEDAN

SECARA TITRASI KOMPLEKSOMETRI

TUGAS AKHIR

OLEH:

ELISA MONIKA SIMANJUNTAK NIM 092410030

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR TABLET KALSIUM LAKTAT PRODUKSI PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk. PLANT MEDAN

SECARA TITRASI KOMPLEKSOMETRI

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

ELISA MONIKA SIMANJUNTAK NIM 092410030

Medan, Juni 2012 Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing,

Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, M.Sc., Apt. NIP 194907061980021001

Disahkan Oleh: Dekan,


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir berjudul “Penetapan Kadar Tablet Kalsium Laktat Produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan Secara Titrasi Kompleksometri”. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagaimana mestinya. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh perhatian hingga Tugas Akhir ini selesai.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

4. Bapak Heru Khoerudin, S.Si., Apt., sebagai Pembimbing Praktek Kerja Lapangan di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang telah membimbing pada saat Praktek Kerja Lapangan.


(4)

5. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa. 6. Seluruh Staf dan Pegawai PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

7. Orangtuaku tercinta, Ayahanda B. Simanjuntak dan Ibunda S. Sinambela yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan cinta.

8. Seluruh teman-teman mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan stambuk 2009 terima kasih atas masukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Terutama untuk Arni, Deisy, Indra, Maya, Dini, Hany, Devi.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dari Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan demi peningkatan mutu penulisan Tugas Akhir di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Amin.

Medan, Juni 2012 Penulis


(5)

PENETAPAN KADAR TABLET KALSIUM LAKTAT PRODUKSI PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk. PLANT MEDAN

SECARA TITRASI KOMPLEKSOMETRI ABSTRAK

Tablet Kalsium Laktat merupakan salah satu sediaan yang sering digunakan sebagai terapi suplemen pada hipokalsemia atau kebutuhan kalsium meninggi. Sediaan ini merupakan garam kalsium yang berguna untuk menjamin kebutuhan tubuh akan kalsium. Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk menetapkan kadar tablet Kalsium Laktat produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Palnt Medan apakah memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV (1995), sehingga dengan kadar yang tepat tablet dapat memberikan efek terapi yang dikehendaki.

Penetapan kadar tablet Kalsium Laktat dilakukan secara titrasi kompleksometri dengan menggunakan indikator EBT dan pentiter Na2EDTA. Diperoleh kadar tablet Kalsium Laktat sebesar 96,95%. Hasil penetapan kadar menunujkkan bahwa tablet Kalsium Laktat yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV (1995) yaitu tidak kurang dari 94,0% dan tidak lebih dari 106,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Abstrak ... vi

Daftar Isi ... vii

Daftar Lampiran ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2

1.2.1 Tujuan ... 2

1.2.2 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tablet ... 3

2.1.1 Tablet Secara Umum ... 3

2.1.2 PenggolonganTablet ... 6

2.2 Kalsium ... 8

2.2.1 Fungsi Kalsium ... 9

2.2.2 Akibat Kekurangan dan Kelebihan Kalsium ... 9

2.3 Uraian Umum Kalsium Laktat ... 10


(7)

2.5.1 Macam-Macam Titrasi Kompleksometri ... 13

2.5.2 Penetapan Kadar Kalsium Laktat ... 14

BAB III METODOLOGI 3.1 Sampel yang Diperiksa ... 15

3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan ... 15

3.2.1 Alat-alat ... 15

3.2.2 Bahan-bahan ... 15

3.3 Pembuatan Pereaksi ... 15

3.3.1 Indikator EBT ... 15

3.3.2 Buffer amonia pH 10 ... 16

3.3.3 Larutan Na2EDTA0,05 N ... 16

3.4 Prosedur ... 16

3.4.1 Pembakuan Na2EDTA ... 16

3.4.1 Penetapan Kadar Tablet Kalsium Laktat 500 mg ... 16

3.5 Rumus Perhitungan... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 18

4.2 Pembahasan ... 18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 20

5.2 Saran ... 20


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Perhitungan Pembakuan Na2EDTA ... 22 Lampiran 2. Perhitungan Penetapan Kadar Kalsium Laktat ... 23


(9)

PENETAPAN KADAR TABLET KALSIUM LAKTAT PRODUKSI PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk. PLANT MEDAN

SECARA TITRASI KOMPLEKSOMETRI ABSTRAK

Tablet Kalsium Laktat merupakan salah satu sediaan yang sering digunakan sebagai terapi suplemen pada hipokalsemia atau kebutuhan kalsium meninggi. Sediaan ini merupakan garam kalsium yang berguna untuk menjamin kebutuhan tubuh akan kalsium. Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk menetapkan kadar tablet Kalsium Laktat produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Palnt Medan apakah memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV (1995), sehingga dengan kadar yang tepat tablet dapat memberikan efek terapi yang dikehendaki.

Penetapan kadar tablet Kalsium Laktat dilakukan secara titrasi kompleksometri dengan menggunakan indikator EBT dan pentiter Na2EDTA. Diperoleh kadar tablet Kalsium Laktat sebesar 96,95%. Hasil penetapan kadar menunujkkan bahwa tablet Kalsium Laktat yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV (1995) yaitu tidak kurang dari 94,0% dan tidak lebih dari 106,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh dibandingkan mineral lain, yaitu: 2% dari berat badan orang dewasa atau sekitar 1,0-1,4 kg. Dari jumlah ini 99% berada di dalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi. Selebihnya kalsium tersebar luas di dalam tubuh, yaitu di dalam cairan tubuh dan jaringan lunak. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan, melunaknya tulang (osteoporosis), serta mudah terserangnya saraf dan otot dengan akibat serangan kejang (tetani) (Winarno, 2004).

Kalsium Laktat merupakan garam kalsium yang berguna untuk menjamin kebutuhan tubuh akan kalsium. Tablet kalsium laktat digunakan sebagai terapi suplemen pada hipokalsemia atau kebutuhan kalsium meninggi, seperti pada: kehamilan, menyusui, defisiensi paratiroid.

Penetapan kadar kalsium laktat dalam tablet kalsium laktat dapat dilakukan dengan cara titrasi kompleksometri. Cara titrimetri ini didasarkan pada kemampuan ion-ion logam membentuk senyawa kompleks yang mantap dan larut dalam air. Indikator yang digunakan adalah Eriochrom Black T (EBT) dan titran yang dignakan adalah ligan polidentat, salah satu diantaranya yaitu etilen diamin tetra asetat (EDTA) (Rivai, 1995).


(11)

1.2.1 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

i. Untuk mengetahui kadar Kalsium Laktat dalam tablet Kalsium Laktat yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan secara titrasi kompleksometri.

ii. Untuk mengetahui apakah kadar Kalsium Laktat dalam tablet Kalsium Laktat yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memenuhi syarat seperti yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi IV (1995).

1.2.2 Manfaat

Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan, khususnya tentang penetapan kadar Kalsium Laktat dalam tablet Kalsium Laktat secara titrasi kompleksometri.


(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tablet

2.1.1 Tablet Secara Umum

Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anief, 1994).

Menurut Anief (1994), zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai:

a. Zat pengisi, digunakan untuk memperbesar volume tablet. Zat-zat yang digunakan seperti: Amilum Manihot, Kalsium Fosfat, Kalsium Karbonat, dan zat lain yang cocok.

b. Zat pengikat, digunakan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Zat-zat yang digunakan seperti: Musilago 10-20% b/v, larutan Metil-cellulosum 5% b/v.

c. Zat penghancur, digunakan agar tablet dapat hancur dalam saluran pencernaan. Zat-zat yang digunakan seperti: Amilum Manihot kering, Gelatin, Natrium Alginat.

d. Zat pelicin, digunakan untuk mencegah agar tablet tidak melekat pada cetakan. Zat-zat yang digunakan seperti: Talkum 5% b/b, Magnesium stearat, Natrium Benzoat.


(13)

Pembuatan Tablet

Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat dan zat-zat lain kecuali pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet dengan baik maka dibuat granul agar mudah mengalir mengisi cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak (Anief, 1994).

Ada tiga metode pembuatan tablet, yaitu: a. Metode granulasi basah

Masing-masing zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat penghancur dihaluskan terlebih dahulu dalam mesin penghalus. Seluruh serbuk dicampur bersama-sama dalam alat pencampur, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat. Setelah itu massa lembab diayak menjadi granul menggunakan ayakan 6 atau 8 mesh, dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 50o-60oC. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan (biasanya digunakan ayakan 12-20 mesh). Tambahkan bahan pelicin (lubrikan) kemudian dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet (Ansel, 1989).

b. Metode Granulasi Kering (slugging)

Dilakukan dengan mencampurkan zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat penghancur, serta jika perlu ditambahkan zat pengikat dan zat pelicin hingga menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dikempa cetak pada tekanan yang tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Setelah itu dicetak sesuai ukuran tablet yang diinginkan (Syamsuni,


(14)

c. Kempa langsung

Masing-masing zat aktif, zat pengisi, zat pengikat, zat penghancur, dan zat pelicin dihaluskan terlebih dahulu dalam mesin penghalus. Seluruh serbuk dicampur bersama-sama dalam alat pencampur. Campuran serbuk yang telah homogen dikempa dalam mesin tablet menjadi tablet jadi (Siregar, 2010).

Menurut Lachman, dkk., (1994), tablet memiliki kelebihan dibandingkan dengan sediaan padat lainnya, diantaranya:

a. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.

b. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.

c. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.

d. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk dikemas serta dikirim.

e. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah. f. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di

tenggorokan, terutama bila bersalut yang kemungkinan pecah / hancurnya tablet tidak segera terjadi.

g. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pengelepasan khusus, seperti pengelepasan di usus atau produk lepas lambat.


(15)

h. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi secara besar-besaran.

i. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

2.1.2 Penggolongan Tablet

Menurut Syamsuni (2006), penggolongan tablet dapat dibedakan berdasarkan atas:

1. Berdasarkan metode pembuatan:

Berdasarkan metode pembuatannya, dikenal dua jenis tablet, yaitu tablet cetak dan tablet kempa.

a. Tablet cetak dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi yang umunya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Massa serbuk dibasahi dengan etanol persentase tinggi. Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam sistem pelarut, serta derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk yang lembab ditekan dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering.

b. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.


(16)

2. Berdasarkan Cara Pemakaian

Berdasarkan cara pemakaiannya, tablet dapat dibagi menjadi:

a. Tablet biasa / tablet telan. Dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan cara ditelan, pecah dilambung.

b. Tablet kunyah (chewable tablet). Bentuknya seperti tablet biasa, cara pemakaiannya dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan, umumnya tidak pahit.

c. Tablet isap (lozenges, trochisi, pastiles) adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umunya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam mulut.

d. Tablet larut (effervescent tablet) adalah tablet yang sebelum digunakan dilarutkan terlebih dahulu dalam air dan akan menghasilkan buih. Tablet ini selain mengandung zat aktif juga mengandung asam (asam sitrat, asam tartrat) dan Na2CO3.

e. Tablet implant (pelet). Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril, dan berisi hormon steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian dijahit kembali.

f. Tablet hipodermik adalah tablet kempa, dibuat dari bahan yang mudah larut atau larut sempurna dalam air. Tablet ini umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi hipodemik segar dengan melarutkan tablet dalam air steril untuk injeksi.


(17)

h. Tablet sublingual adalah tablet yang diletakkan di bawah lidah.

i. Tablet vagina (ovula) adalah tablet sisipan yang didesain untuk terdisolusi dan pelepasan lambat zat aktif dalam rongga vagina.Tablet ini berbentuk telur atau berbentuk (buah) pir untuk memudahkan penahanan dalam vagina, untuk melepaskan zat antibakteri, antiseptik, atau zat astringen guna mengobati infeksi vagina atau mungkin melepaskan steroid untuk absorpsi sistemik.

2.2 Kalsium

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh dibandingkan mineral lain, yaitu: 2% dari berat badan orang dewasa atau sekitar 1,0-1,4 kg. Pada bayi kalsium hanya sedikit (25-30 g), namun setelah usia 20 tahun secara normal akan terjadi penempatan sekitar 1.200 g kalsium dalam tubuhnya. Sebagian besar kalsium terkonsentrasi di jaringan keras yaitu tulang rawan dan gigi, sisanya terdapat dalam cairan tubuh dan jaringan lunak. Di dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler kalsium memegang peranan penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah, dan menjaga permeabilitas membran sel (Winarno, 2004).

Kalsium diekskresikan lewat urine serta feses dan untuk mencegah kehilangan ini diperlukan kalsium melalui makanan. Kalsium tambahan diperlukan dalam keadaan tertentu seperti pada masa pertumbuhan mulai dari anak-anak hingga usia remaja dan pada saat hamil untuk memenuhi kebutuhan


(18)

2.2.1 Fungsi Kalsium

Selain pada pembentukan tulang dan gigi, kalsium juga berperan pada berbagai proses fisiologik dan biokhemik di dalam tubuh, seperti pada pembekuan darah, eksitabilitas syaraf otot, kerekatan seluler, transmisi impul-impul syaraf, memelihara dan meningkatkan fungsi membran sel, mengaktifkan reaksi enzim dan sekresi hormon (Suhardjo, 2000).

2.2.2 Akibat Kekurangan dan Kelebihan Kalsium a. Akibat kekurangan kalsium:

Pada massa pertumbuhan, kekurangan kalsium dapat mengganggu pertumbuhan. Setelah dewasa, terutama sesudah usia 50 tahun, terjadi kehilangan kalsium dari tulang yang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Keadaan ini dikenal sebagai osteoporosis yang dapat dipercepat oleh keadaan stres sehari-hari (Almatsier, 2001).

Selain itu, kekurangan kalsium juga dapat menyebabkan osteomalasia pada orang dewasa, yang dinamakan juga riketsia pada anak-anak biasanya terjadi karena kekurangan vitamin D dan ketidakseimbangaan konsumsi kalsium terhadap fosfor. Terganggunya mineralisasi matriks tulang menyebabkan kandungan kalsium di dalam tulang menurun (Almatsier, 2001).

Rendahnya kadar kalsium dalam darah dapat meneyebabkan tetani atau kejang. Kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap rangsangan meningkat, sehingga terjadi kejang otot misalnya pada kaki. Tetani dapat terjadi pada ibu


(19)

hamil yang makananya terlalu sedikit mengandung kalsium atau terlalu tinggi mengandung fosfor (Almatsier, 2001).

b. Akibat kelebihan kalsium:

Kelebihan kalsium dapat menyebabkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Selain itu, dapat juga meneyebabkan konstipasi (susah buang air besar). Kelebihan kalsium bisa terjadi bila menggunakan suplemen kalsium berupa tablet atau bentuk lain. Oleh karena itu, sebaiknya konsumsi kalsium tidak melebihi 2500 mg perhari (Almatsier, 2001).

2.3 Uraian Umum Kalsium Laktat (Ditjen POM, 1995) Rumus bangun :

H3C C

OH C O Ca O H O C O C OH CH3 H

5 H2O

Nama Kimia : Kalsium Laktat Hidrat Sinonim : Kalsium Laktat Pentahidrat

Kalsium Laktat Anhidrat Rumus Molekul : C6H10CaO6.5H2O

Berat Molekul : Kalsium Laktat Pentahidrat (BM 308,30) Kalsium Laktat Anhidrat (BM 218,22)


(20)

Pemerian : Serbuk atau granul putih; praktis tidak berbau; bentuk pentahidrat mekar pada suhu 120oC menjadi bentuk anhidrat.

Kelarutan : Kalsium Laktat Pentahidrat larut dalam air; praktis tidak larut dalam etanol.

Syarat Kadar : Kalsium Laktat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C6H10CaO6, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan

2.4 Tablet Kalsium Laktat 500 mg

Tablet Kalsium Laktat mengandung Kalsium Laktat, C6H10CaO6.5H2O, tidak kurang dari 94,0% dan tidak lebih dari 106,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM, 1995).

a. Cara kerja: Kalsium Laktat merupakan garam kalsium yang berguna untuk menjamin kebutuhan tubuh akan kalsium. Kekurangan kalsium dalam tubuh dapat menyebabkan rakitis, osteomalasia, dan tetani. Kalsium berguna untuk fungsi jantung, otot, dan saraf. Pada penderita alergi, seperti asma, yang berhubungan dengan system saraf, kalsium penting untuk mengurangi kemudahan sel saraf menerima rangsang, sehingga efek alergi dapat dikurangi. Oleh karena itu, kalsium dapat dipakai sebagai bagian dari pengobatan alergi. Kalsium dapat mencegah karies gigi dengan menguatkan pembentukan gigi. Pada wanita hamil, dalam masa laktasi, serta anak-anak dalam massa pertumbuhan kebutuhan akan


(21)

b. Indikasi: terapi suplemen pada hipokalsemia atau kebutuhan kalsium meninggi, seperti pada : kehamilan, menyusui, defisiensi paratiroid. Pada

osteomalasia dan rikets diberikan bersama vitamin D (Tjay dan Rahadrja).

c. Cara penggunaan: sehari 1 tablet, atau sesuai petunjuk dokter.

d. Kontra indikasi: gangguan fungsi ginjal atau riwayat batu saluran kemih. e. Efek samping: hiperkalsemia dapat menyebabkan iritasi lambung, sembelit (konstipasi), bradikardia, malas, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, haus, dan poliuria (Tjay dan Rahadrja).

f. Interaksi obat: mengurangi absorpsi tetrasiklin karena resorpsi tetrasiklin dihambat akibat terbentuknya kompleks dengan Ca. Serta dapat menambah sekresi gastrin dan asam lambung (Tjay dan Rahardja).

g. Peringatan dan perhatian: hati-hati pada gangguan ginjal, riwayat batu saluran kemih (Tjay dan Rahardja).

2.5Titrasi Kompeksometri

Titrasi kompleksometri merupakan metode yang sering digunakan untuk menentukan kadar garam-garam logam. Titran yang sering digunakan adalah etilen diamin tetra asetat (EDTA). Kecuali dengan natrium dan kalium, EDTA dapat membentuk kompleks yang stabil dengan semua logam. Pada pH rendah EDTA dengan logam alkali tanah seperti kalsium dan magnesium akan membentuk kompleks yang tidak stabil. Oleh karena itu, titrasi untuk logam-logam alkali tanah dilakukan pada pH 10 dengan menggunakan larutan buffer


(22)

Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator zat warna. Penambahan indikator sebelum titrasi akan membentuk kompleks antara indikator dengan sejumlah kecil logam. Pada saat titik akhir titrasi, sedikit kelebihan EDTA akan memecah kompleks logam-indikator dan menghasilkan warna yang berbeda. Contoh indikator yang digunakan untuk titrasi kompleksometri antara lain:

Eriokrom Balck T (Rohman, 2007).

2.5.1 Macam-Macam Titrasi Kompleksometri

Menurut Rohman (2007), ada berbagai macam titrasi kompleksometri, yaitu:

a. Titrasi Langsung

Titrasi langsung merupakan metode yang paling sederhana dan sering dipakai. Larutan ion yang akan ditetapkan ditambah dengan bufer, misalnya bufer pH 10 lalu ditambah indikator logam yang sesuai dan dititrasi langsung dengan larutan baku dinatrium edetat.

b. Titrasi Kembali

Cara ini penting untuk logam yang mengendap dengan hidroksida pada pH yang dikehendaki untuk titrasi, untuk senyawa yang tidak larut misalnya sulfat, kalsium oksalat, untuk senyawa yang membentuk kompleks yang sangat lambat dan ion logam yang membentuk kompleks lebih stabil dengan natrium edetat daripada dengan indikator. Pada keadaan demikian, dapat ditambahkan larutan baku dinatrium edetat berlebih kemudian larutan ditambahkan bufer pada pH yang


(23)

diinginkan, dan kelebihan dinatrium edetat dititrasi kembali dengan larutan baku ion logam. Titik akhir ditunjukkan dengan pertolongan indikator logam.

c. Titrasi Substitusi

Cara ini dilakukan bila ion logam tersebut tidak memberikan titik akhir yang jelas apabila dititrasi secara langsung atau dengan titrasi kembali, atau juga jika ion logam tersebut membentuk kompleks dengan dinatrium edetat lebih stabil daripada logam lain seperti magnesium dan kalsium.

d. Titrasi Alkalimetri

Larutan logam yang ditetapkan dengan metode ini sebelum dititrasi harus dalam suasana netral terhadap indikator yang digunakan. Penetapan titik akhir menggunakan indikator asam–basa.

2.5.2 Penetapan Kadar Kalsium Laktat

Penetapan kadar kalsium laktat adalah dengan cara titrasi kompleksometri. Cara titrimetri ini didasarkan pada kemampuan ion-ion logam membentuk senyawa kompleks yang mantap dan larut dalam air. Indikator yang digunakan adalah Eriochrom Black T (EBT) dan titran yang dignakan adalah ligan polidentat, salah satu diantaranya yaitu etilen diamin tetra asetat (EDTA) (Rivai, 1995).


(24)

BAB III METODOLOGI

3.1 Sampel yang diperiksa

Tablet Kalsium Laktat 500 mg dengan nomor bets 101 303 T yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.Plant Medan.

3.2 Alat dan Bahan yang digunakan 3.2.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan adalah lumpang, mortir, sudip, spatula, timbangan analitik elektrik, erlenmeyer, beaker glass, gelas ukur, pipet tetes, buret, statif, klem.

3.2.2 Bahan-bahan

Bahan–bahan yang digunakan adalah akuades, buffer amonia pH 10, indikator EBT, larutan Na2EDTA 0,05 N.

3.3 Pembuatan Pereaksi 3.3.1 Indikator EBT

Campurkan 10 mg EBT dan 1 gr NaCl, gerus sampai homogen (Ditjen POM, 1995).


(25)

3.3.2 Buffer amonia pH 10

Larutkan 5,4 gr amonia klorida dalam 70 ml amonium hidroksida 5 M dan encerkan dengan air hingga 100 ml (Ditjen POM, 1995).

3.3.3 Larutan Na2EDTA 0,05 N

Ditimbang sebanyak 18,61 gram Na2EDTA, dilarutkan dalam sejumlah akuades. Diencerkan dengan akuades sampai 1000 ml (Ditjen POM, 1995).

3.4 Prosedur

3.4.1 Pembakuan Na2EDTA

Ditimbang seksama ± 220 mg kristal ZnSO4.7H2O, dilarutkan dalam erlenmeyer yang berisi 25 ml akuades, ditambahkan 5 ml larutan buffer amonia pH 10 dan 50 mg serbuk indikator EBT. Titrasi dengan larutan Na2EDTA 0,05 N sampai titik akhir titrasi berwarna biru.

3.4.2 Penetapan Kadar Tablet Kalsium Laktat 500 mg

Tiap tablet mengandung Kalsium Laktat yang setara 500 mg Kalsium Laktat. Dalam 10 tablet mengandung Kalsium Laktat = 10 x 500 = 5000 mg. Timbang seksama 10 tablet Kalsium Laktat (5996,8 mg). Digerus halus hingga homogen. Timbang seksama sejumlah serbuk tablet setara dengan 200 mg Kalsium Laktat (200 mg/ 5000 mg x 5996,8 mg = 239,872 mg). Masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 25 ml akuades lalu kocok hingga


(26)

EBT. Kocok larutan hingga homogen. Titrasi dengan larutan Na2EDTA 0,05 N sambil dikocok sampai titik akhir titrasi berwarna biru.

1 ml dinatrium edeta 0,05 N setara dengan 15,42 C6H10CaO6.5H2O.

3.5 Rumus Perhitungan

Kadar kalsium laktat = VxNx15,42xBR

NSxBSxBK x 100% Keterangan:

V = Volume Na2EDTA yang terpakai N = Normalitas Na2EDTA

BR = Berat rata-rata tablet kalsium laktat NS = Normalitas Standar

BS = Berat Serbuk

BK = Berat Zat Berkhasiat


(27)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Telah dilakukan pengujian penetapan kadar Kalsium Laktat dalam tablet Kalsium Laktat 500 mg dengan nomor bets 101 303 T yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan secara titrasi kompleksometri.

Tabel 1

No Berat Sampel Volume titran Kadar Kadar rata-rata

1 240,2 mg 12,8 ml 97,56%

96,95%

2 240,8 mg 12,5 ml 96,34%

(Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2)

4.2 Pembahasan

Kadar Kalsium Laktat dalam tablet Kalsium Laktat 500 mg dengan nomor bets 101 303 T yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan secara titrasi kompleksometri adalah 96,95%. Kadar yang diperoleh ini jika dibandingkan dengan persyaratan kadar tablet Kalsium laktat dalam Farmakope Indonesia edisi IV (1995), yaitu tidak kurang dari 94,0% dan tidak lebih dari 106,0% yang tertera pada etiket, maka kadar Kalsium Laktat tersebut memenuhi persyaratan.


(28)

Pada titrasi kompleksometri (terutama yang melibatkan EDTA), pH sangat menentukan agat titik ekuivalennya tepat. Untuk itu suatu buffer diperlukan, namun agar kerja buffer sesuai yang dikehendaki maka larutan yang ditambahkan harus benar-benar netral; penetralan larutan harus tidak menyebabkan terjadinya pengendapan pada pH buffer terutama jika larutan asam dinetralkan dengan basa.

Penggunaan volume indikator harus secukupnya; tidak berlebihan. Banyak indikator memperlihatkan dikroisme, yakni sifat indikator yang mengalami transisi perubahan warna pada 1-2 tetes sebelum titik-akhir yang sebenarnya. Disamping itu, dalam banyak titrasi EDTA, perubahan warna sekitar titik-akhir, mungkin lambat; terhadap hal seperti ini, titran sebaiknya diturunkan sedikit demi sedikit sambil larutan terus diaduk, sebaiknya menggunakan pengaduk magnet (Mulyono, 2009).


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

i. Kadar Kalsium Laktat dalam tablet Kalsium Laktat dengan nomor bets 101 303 T yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan, yang ditentukan secara titrasi kompleksometri adalah 96,95%. ii. Kadar Kalsium Laktat dalam tablet Kalsium Laktat dengan nomor bets

101 303 T yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV (1995), yaitu tidak kurang dari 94,0% dan tidak lebih dari 106,0% yang tertera pada etiket.

5.2 Saran

Kualitas tablet Kalsium Laktat yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan harus tetap dipertahankan.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal.236, 242-243.

Anief, M. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 92-93.

Ansel, C.H (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal. 263-264.

Budiyanto, A.K. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: Universitas Muhamadiyah. 2001. Hal. 84.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 164-165, 1143, 1150.

Lachman, L., Lieberman, H., dan Kaning, J. (1994). Teori dan Praktek Farmasi

Industri Edisi III. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal. 645.

Mulyono, H.A. (2006). Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 161.

Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI Press. Hal. 229.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 149-152.

Siregar, C. (2008). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar–Dasar Praktis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Hal. 196, 224.

Suhardjo, C. (1992). Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: Kansinus. Hal. 73. Syamsuni, H.A. (2006). Ilmu Resep. Jakarta : EGC. Hal. 166-171.

Tjay, T.H dan Raharjo, K. (2007). Obat-obat Penting Edisi VI. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hal. 873.


(31)

Lampiran 1

Perhitungan Pembakuan Na2EDTA

Data Pembakuan Na2EDTA:

No. Berat ZnSO4.7H2O (mg) Volume Na2EDTA (ml)

1 228,0 16,00

2 229,8 16,20

3 228,8 16,00

Normalitas Na2EDTA = Berat ZnSO4.7H2O (mg) Vol. Na2EDTA (ml) x BE ZnSO4.7H2O BE ZnSO4.7H2O = 287,54

N1 =

228,0mg

16,00mlx287,54 = 0,0495N

N2 =

229,8mg

16,20mlx287,54 = 0,0493 N

N3 =

228,8mg

16,00mlx287,54 = 0,0497 N

Normalitas Na2EDTA rata-rata =

N1+N2+N3

3

= 0,0495N+0,0493N+0,0497N

3


(32)

Lampiran 2

Perhitungan Penetapan Kadar Tablet Kalsium Laktat

Sampel : Tablet Kalsium Laktat produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan

No. Batch : 101 303 T Normalitas Na2EDTA : 0,0495 N Berat 10 tablet = 5996,8 mg

Berat rata-rata tablet = Berat10tablet 10

= 5996,8mg

10

= 599,68 mg

Berat serbuk yang ditimbang setara dengan 200 mg kalsium laktat

= BeratSetaraKalsiumLaktat

BeratKalsiumLaktatdalam10tablet x Berat 10 tablet

= 200mg

10x500mg x 5996,8 mg

= 239,872 mg

Maka serbuk yang ditimbang kurang lebih 239,872 mg

Kadar Kalsium Laktat = VxNx15,42xBR

NSxBSxBK

x

100% Keterangan:

V = Volume Na2EDTA yang terpakai N = Normalitas Na EDTA


(33)

NS = Normalitas Standar BS = Berat Serbuk

BK = Berat Zat Berkhasiat

1 ml dinatrium edeta 0,05 N setara dengan 15,42 C6H10CaO6.5H2O Perhitungan:

Berat serbuk 1 = 240,2 mg

Kadar 1 = 12,80mlx0,0495Nx15,42x599,68mg

0,05Nx240,2mgx500mg x 100%

= 97,56%

Berat serbuk 2 = 240,4 mg

Kadar 2 = 12,65mlx0,0495Nx15,42x599,68mg

0,05Nx240,4mgx500mg x 100%

= 96,34%

Kadar Kalsium Laktat rata-rata = 97,56% +96,34% 2


(1)

Pada titrasi kompleksometri (terutama yang melibatkan EDTA), pH sangat menentukan agat titik ekuivalennya tepat. Untuk itu suatu buffer diperlukan, namun agar kerja buffer sesuai yang dikehendaki maka larutan yang ditambahkan harus benar-benar netral; penetralan larutan harus tidak menyebabkan terjadinya pengendapan pada pH buffer terutama jika larutan asam dinetralkan dengan basa.

Penggunaan volume indikator harus secukupnya; tidak berlebihan. Banyak indikator memperlihatkan dikroisme, yakni sifat indikator yang mengalami transisi perubahan warna pada 1-2 tetes sebelum titik-akhir yang sebenarnya. Disamping itu, dalam banyak titrasi EDTA, perubahan warna sekitar titik-akhir, mungkin lambat; terhadap hal seperti ini, titran sebaiknya diturunkan sedikit demi sedikit sambil larutan terus diaduk, sebaiknya menggunakan pengaduk magnet (Mulyono, 2009).


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

i. Kadar Kalsium Laktat dalam tablet Kalsium Laktat dengan nomor bets 101 303 T yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan, yang ditentukan secara titrasi kompleksometri adalah 96,95%. ii. Kadar Kalsium Laktat dalam tablet Kalsium Laktat dengan nomor bets

101 303 T yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV (1995), yaitu tidak kurang dari 94,0% dan tidak lebih dari 106,0% yang tertera pada etiket.

5.2 Saran

Kualitas tablet Kalsium Laktat yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan harus tetap dipertahankan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal.236, 242-243.

Anief, M. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 92-93.

Ansel, C.H (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal. 263-264.

Budiyanto, A.K. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: Universitas Muhamadiyah. 2001. Hal. 84.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 164-165, 1143, 1150.

Lachman, L., Lieberman, H., dan Kaning, J. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal. 645.

Mulyono, H.A. (2006). Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 161.

Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI Press. Hal. 229.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 149-152.

Siregar, C. (2008). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar–Dasar Praktis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Hal. 196, 224.

Suhardjo, C. (1992). Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: Kansinus. Hal. 73. Syamsuni, H.A. (2006). Ilmu Resep. Jakarta : EGC. Hal. 166-171.

Tjay, T.H dan Raharjo, K. (2007). Obat-obat Penting Edisi VI. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hal. 873.


(4)

Lampiran 1

Perhitungan Pembakuan Na2EDTA

Data Pembakuan Na2EDTA:

No. Berat ZnSO4.7H2O (mg) Volume Na2EDTA (ml)

1 228,0 16,00

2 229,8 16,20

3 228,8 16,00

Normalitas Na2EDTA = Berat ZnSO4.7H2O (mg)

Vol. Na2EDTA (ml) x BE ZnSO4.7H2O

BE ZnSO4.7H2O = 287,54

N1 =

228,0mg

16,00mlx287,54

= 0,0495 N

N2 =

229,8mg

16,20mlx287,54 = 0,0493 N

N3 =

228,8mg

16,00mlx287,54 = 0,0497 N

Normalitas Na2EDTA rata-rata =

N1+N2+N3

3

= 0,0495N+0,0493N+0,0497N

3


(5)

Lampiran 2

Perhitungan Penetapan Kadar Tablet Kalsium Laktat

Sampel : Tablet Kalsium Laktat produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan

No. Batch : 101 303 T Normalitas Na2EDTA : 0,0495 N

Berat 10 tablet = 5996,8 mg

Berat rata-rata tablet = Berat10tablet 10

= 5996,8mg

10

= 599,68 mg

Berat serbuk yang ditimbang setara dengan 200 mg kalsium laktat

= BeratSetaraKalsiumLaktat

BeratKalsiumLaktatdalam10tablet

x Berat 10 tablet

= 200mg

10x500mg x 5996,8 mg

= 239,872 mg

Maka serbuk yang ditimbang kurang lebih 239,872 mg

Kadar Kalsium Laktat = VxNx15,42xBR

NSxBSxBK

x

100% Keterangan:


(6)

NS = Normalitas Standar BS = Berat Serbuk

BK = Berat Zat Berkhasiat

1 ml dinatrium edeta 0,05 N setara dengan 15,42 C6H10CaO6.5H2O

Perhitungan:

Berat serbuk 1 = 240,2 mg

Kadar 1 = 12,80mlx0,0495Nx15,42x599,68mg

0,05Nx240,2mgx500mg x 100%

= 97,56%

Berat serbuk 2 = 240,4 mg

Kadar 2 = 12,65mlx0,0495Nx15,42x599,68mg

0,05Nx240,4mgx500mg x 100%

= 96,34%

Kadar Kalsium Laktat rata-rata = 97,56% +96,34% 2