Penetapan Kadar Tablet Parasetamol Produksi Pt Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan Secara Nitrimetri

(1)

PENETAPAN KADAR TABLET PARASETAMOL PRODUKSI

PT. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK PLANT MEDAN

SECARA NITRIMETRI

TUGAS AKHIR

OLEH :

PEBRI HOLINA 062410028

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2009


(2)

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Laporan tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama proses penyusunan tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Anayanti Arianto, MSi,Apt sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App. Sc. Apt sebagai Koordinator Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Bapak Hendra Farma Johar, MSi, Apt, Bapak Drs. Zulfadli, Apt dan Ibu Sukiani di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan.

5. Bapak dan Ibu Staf pengajar dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.


(3)

6. Teman-teman satu kost antara lain Beny, Dina, Tina, Wahyu, Nita, Okta, Putri, Friska, Debora, dan Yuli yang telah memberikan dorongan, semangat dan bantuan kepada penulis baik di dalam suka maupun duka.

7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan Angkatan 2006 atas opini-opini yang membangun, khususnya sahabat-sahabat penulis yaitu Nta, Iqa, Retno, Uci, Endang, dan Imey yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada penulis selama di perkuliahan ini.

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda Kholil dan Ibunda Adelina Lubis serta abang dan adik tersayang, Ipan Taupik, Dedi Abdi Hidayat, Ade Yunita dan Padli Abdollah yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang dan dukungan yang tak ternilai harganya.

Semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepada kita semua. Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2010 Penulis,


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang... 1

1.2.Tujuan dan Manfaat ... 3

1.2.1. Tujuan ... 3

1.2.2. Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tablet ... 4

2.2. Parasetamol ... 14

2.2.1. Sifat-sifat kimia ... 14

2.2.2. Farmakokinetik ... 15

2.2.3. Dosis ... 15

2.2.4. Efek yang tidak diharapkan ... 16

2.2.5. Penetapan kadar parasetamol ... 17

BAB III METODOLOGI 3.1. Alat dan Bahan ... 21

3.1.1. Alat-alat ... 21


(5)

3.2. Prosedur Kerja ... 21

3.2.1. Pembuatan Larutan Natrium Nitrit ... 21

3.2.2. Pembakuan Larutan Natrium Nitrit ... 22

3.2.3. Penetapan kadar ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil ... 23

4.2. Pembahasan ... 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 25

5.2. Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26


(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Obat adalah suatu zat yang digunakan untuk diagnosa, pengobatan, melunakkan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau pada hewan. Jenis - jenis obat yang digunakan untuk penyembuhan penyakit pada manusia digolongkan pada jenis analgetik, antipiretik, antibiotik, antihistamin, dan lain - lain.

Meskipun obat dapat menyembuhkan tapi banyak kejadian bahwa seseorang telah menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi bila digunakan salah dalam pengobatan atau dengan kelewat dosis akan menimbulkan keracunan. Bila dosisnya lebih kecil kita tidak memperoleh penyembuhan. (Anief, 1995).

Menurut Siswandono (1998), berdasarkan sumbernya obat dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:

1. Obat alami ialah obat yang terdapat di alam, seperti pada tanaman (kuinin dan atropine), pada hewan (minyak ikan dan hormon), serta mineral (belerang dan kalium bromida).


(7)

2. Obat semi sintetik ialah obat hasil modifikasi yang bahan dasarnya berasal dari bahan obat yang terdapat secara alami, contoh: Penisilin disintetis menjadi Ampisilin.

3. Obat sintetik murni ialah obat yang bahan dasarnya tidak berkhasiat, setelah disintetis akan mendapatkan senyawa dengan khasiat farmakologis tertentu, contoh obat - obat golongan analgetika,antipiretika, antihistamin, dan diuretika.

Parasetamol termasuk golongan obat yang sintetik murni yang bekerja sebagai analgetik dan antipiretik. Parasetamol sangat banyak digunakan dimasyarakat, sehingga banyak diproduksi oleh pabrik - pabrik farmasi. Paraetamol memiliki rasa pahit yang biasanya diberikan secara oral dalam bentuk tablet dan ada yang berupa sirup.

Kadar dari suatu obat yang dalam hal ini Parasetamol perlu dilakukan uji terhadap kadamya agar kita mengetahui bahwa obat yang diproduksi oleh suatu pabrik obat memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Obat yang dikonsumsi akan memberikan efek terapi yang menyembuhkan di dalam tubuh jika kadarnya berada di rentang persyaratan yang ditetapkan. Apabila kadar obat berada di atas rentang persyaratan maka obat tersebut akan memberikan efek toksik terhadap konsumen. Sedangkan bila berada di bawah rentang persyaratan, maka obat tersebut tidak akan memberikan efek terapi. Oleh karena itu penetapan kadar dari obat yang diproduksi setiap pabrik obat perlu dilakukan.

Penetapan kadar parasetamol dapat dilaukan dengan cara nitrimetri menurut Farmakope Indonesia Edisi III tahun 1979 dan Kromatografi Cair


(8)

Kinerja Tinggi (High Performance Liquid Chromatography) menurut Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995. Dalam hal ini, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan meiakukan uji penetapan kadar tablet Parasetamol secara Nitrimetri.

1.2. Tujuan dan Manfaat 1.2.1. Tujuan

Tujuan dari penetapan kadar tablet Parasetamol adalah untuk mengetahui apakah kadar tablet Paracetamol yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Plant Medan memenuhi persyaratan menurut Farmakope Indonesia Edisi III yang telah ditetapkan.

1.2.2. Manfaat

Penetapan kadar tablet Parasetamol diperlukan untuk melindungi masyarakat dari sediaan tablet Parasetamol yang tidak memenuhi persyaratan kadar dan dapat mengaplikasikan kemampuan dalam meiakukan pemeriksaan dan penetapan kadar tablet Parasetamol secara Nitrimetri.


(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.2. Tablet

Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa - cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelican, zat pembasah atau zat lain yang cocok. (Farmakope ed.III, 1979).

Tablet baik digunakan untuk tujuan pengobatan lokal atau sistemik. Pengolongan tablet untuk pengobatan lokal misalnya :

1. Tablet untuk vagina, berbentuk seperti amandel, oval dan digunakan sebagai anti infeksi, anti fungi, penggunaan hormone secara lokal.

2. Lozenges, trochisci, digunakan untuk efek lokal di mulut dan di tenggorokan, umumnya digunakan sebagai anti infeksi.

Menurut Syamsuni (2006), penggolongan obat dapat dibedakan berdasarkan atas :

1. Berdasarkan Metode Pembuatan

Berdasarkan metode pembuatannya, dikenal dua jenis tablet, yaitu tablet cetak dan tablet kempa.

Tablet cetak dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi yang umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Massa serbuk dibasahi dengan etanol persentase tinggi. Kadar etanol tergantung pada


(10)

kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam sistem pelarut, serta derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk tablet yang lembab ditekan dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering.

Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Umumnya tablet kempa mengandung zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan, tetapi dapat juga mengandung bahan pewrna dan lak (pewarna yang diabsorpsikan pada aluminium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma, dan bahan pemanis.

2. Berdasarkan Distribusi Obat dalam Tubuh

Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh, tablet dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

a. bekerja lokal : misalnya tablet isap untuk pengobatan pada rongga mulut, ovula untuk pengobatan pada infeksi di vagina.

b. bekerja sistemik : per oral. Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan menjadi :

- short acting Qangka pendek) : dalam satu hari memerlukan beberapa kali menelan obat

- long acting (jangka panjang) : dalam satu hari cukup menelan satu tablet.


(11)

3. Berdasarkan Jenis Bahan Penyalut

Berdasarkan jenis bahan penyalut, tablet dapat dibedakan menjadi:

a. Tablet salut biasa / salut gula (dragee), disalut dengan gula dari suspensi dalam air mengandung serbuk yang tidak larut, seperti pati, kalsium karbonat, talk, atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin.

b. Tablet salut selaput (film-coated tablet), disalut dengan hidroksi propil metil selulosa, metil selulosa, hidroksi propil selulosa, Na-CMC, dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG yang tidak mengandung air atau mengandung air.

c. Tablet salut kempa adalah tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat lain yang cocok. Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian dicetak lagi bersama granulat kelompok lain sehingga terbentuk tablet berlapis.

d. Tablet salut enteric (enteric-coated tablet), atau lepas tunda, yakni jika obat dapat rusak atau menjadi tidak aktif akibat cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, maka diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung. e. Tablet lepas lambat, atau tablet dengan efek diperpanjang, yang dibuat

sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tetap tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.


(12)

4. Berdasarkan Cara Pemakaian

Berdasarkan cara pemakaiannya, tablet dapat dibagi menjadi:

a. Tablet biasa / tablet telan. Dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan cara ditelan, pecah di lambung.

b. Tablet kunyah. Bentuknya seperti tablet biasa, cara pakainya dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan, umumnya tidak pahit.

c. Tablet isap (lozenges, trochisi, pastiles), adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam mulut.

d. Tablet larut (effervescent tablet). Contohnya Ca-D-Redoxon, tablet efervesen Supradin.

e. Tablet implant (pelet). Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril, dan berisi hormon steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, dan kulit dijahit kembali. Zat khasiat akan dilepas perlahan-lahan.

f. Tablet hipodermik (hypodermic tablet). Tablet steril, umumnya berbobot 30 mg, larut dalam air, digunakan dengan cara melarutkan ke dalam air untuk injeksi secara aseptik dan disuntikkan di bawah kulit (subkutan). g. Tablet bukal (buccal tablet), digunakan dengan cara meletakkan tablet di

antara pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.


(13)

h. Tablet sublingual, digunakan dengan cara meletakkan tablet di bawah lidah sehingga zat aktif secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral.

i. Tablet vagina (ovula).

Syarat Tablet

Menurut Farmakope Ed.III (1979) tablet harus memenuhi syarat sebagai berikut:

- Keseragaman Ukuran

Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 Vz tebal tablet.

- Keseragaman Bobot

Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh dari 2 tablet yang masing- masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, maka dapat digunakan 10 tablet; tidak 1 tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata - rata yang ditetapkan kolom B.


(14)

Bobot Rata – rata

Penyimpangan bobot rata - rata dalam %

A B

25 mg atau kurang 15% 30%

26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20% 151 mg sampai dengan 300 mg 7,5-9 % 15%

Lebih dari 300 mg 5% 10%

- Waktu hancur tablet tidak bersalut enterik

Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput. Jika tablet tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan tablet satu persatu, kemudian ulangi lagi menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun.

Pembuatan Tablet

Untuk pembuatan tablet diperlukan zat tambahan berupa :

- Zat pengisi dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet. Biasanya digunakan Saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phoshas, Calcii Carbonas dan zat lain yang cocok.


(15)

- Zat penghancur, dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya yang digunakan adalah Amylum Manihot kering, Gelatinum, Agar - agar. Natrium Alginat.

- Zat pelican, dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan. Biasanya digunakan Talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearanicum.

Dalam pembutan tablet, zat berkhasiat, zat - zat lain kecuali pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet dengan baik maka dibuat granul agar mudah mengalir mengisi cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak.

Cara membuat granul ada 2 macam : 1. Carabasah

2. Cara kering atau disebut slugging atau pre compression.

Pembuatan granul dengan cara basah

Zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur baik - baik, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak granul, dan dikeringkan dalam almari pengenng pada suhu 400 -500. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet.


(16)

Pembuatan granul dengan cara kering

Zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat pengikat dan zat pelicin dicampur dan dibuat dengan cara kempa cetak menjadi tablet yang besar (slugging), setelah itu tablet yang terjadi dipecah menjadi granul lalu diayak, akhirnya dikempa cetak tablet yang dikehendaki dengan mesin tablet.

Untuk maksud dan tujuan tertentu tablet disalut dengan zat penyalut yang cocok, biasanya berwarna atau tidak. (Anief, 1993 ).

Persyaratan yang ditempatkan pada sebuah granulat adalah sebagai berikut:

- Dalam bentuk dan warna yang sedapat mungkin teratur

- Sedapat mungkin memiliki distribusi butir yang sempit dan mengandung bagian berbentuk serbuk lebih dari 10%

- Memiliki daya luncur yang baik

- Menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan - Tidak terlampau kering (sisa lembab 3 - 5 %)

- Hancur baik didalam air (Voigt, 1994).

Menurut (Lachman, dkk, 1994), hal - hal berikut merupakan keuntungan dari tablet:

1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.


(17)

4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk dikemas serta dikirim.

5. Pemberian tanda pengenal produk tablet paling mudah dan murah

6. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tinggal ditenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi.

7. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan di usus atau produk lepas lambat.

8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi secara besar - besaran.

9. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

2.2PARASETAMOL 2.2.1 Sifat- sifat kimia

Rumus bangun :

Rumus Molekul : C8H9NO2 BeratMolekul : 151, 16


(18)

Nama Kimia : Acetaminophenum Nama Lain : Asetaminofen Nama Generik : Parasetamol

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P,

dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan alkali hidroksida. (Fannakope Ed III, 1979).

2.2.2 Farmakokinetik

Menurut ( Anief, 1995 ) Parasetamol mempunyai 2 khasiat atau kegunaan yaitu :

1. Sebagai analgetik: obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.

2. Sebagai antipiretik: obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi.

Jadi, analgetik dan antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala yang memberi tanda adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan rangsangan mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri (perantara).


(19)

melalui syaraf pusat melalui sumsum tulang belakang ke thalamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana rangsang terasa sebagai nyeri.

2.2.3 Dosis

Menurut Widodo (1993), dosis parasetamol adalah sebagai berikut: - Pemberian per oral:

Dewasa 0,5 - 1,0 g ( bila perlu bisa sampai 4 x tiap hari ) untuk keseluruhan selama 2 minggu.

Anak-anak > 6 tahun 2 - 3 x 0,5 g atau 2 - 3 x 0,4 g sirup Anak-anak > 1 tahun 2 - 3 x 0,2 g

Anak-anak > 2 bulan 2 - 3 x 0,1 g untuk keseluruhan selama 1 minggu. - Suppositoria : 2-3 (sampai4)x lOmg/kg.

2.2.4 Efek yang tidak diharapkan

Dalam dosis yang dianjurkan untuk Parasetamol yang diuraikan diatas sebagai analgetik yang masih aman. Meskipun demikian dapat terjadi efek yang tak diharapkan sebagai berikut:

- Aggravatisasi suatu serangan Asthma pada pasien yang peka terhadap asam Asetisalisilat

- Mual, muntah, Anorexia, sakit perut, dan lesi mukosa adalh tidak lazim

- Pada penggunaan yang kronik berhubungan dengan Nephropathie analgetika dengan necrosa papilla, Nephritis interstitial sampai dengan insuffisiensi ginjal mungkin, tapi tidak pasti.


(20)

- Nekrose hati pada kelebihan dosis; oleh karena kumulasi Metabolit yang reaktif, yang diarylasi, yang membutuhkan Glutathion dan ikatan kovalen pada sel - sel hati ( juga pada sel - sel tubuli ginjal dengan bahaya insuffisiensi ginjal).

- Exanthema, Urticaria, Demam, Anaphylaxie (Jarang)

- Leukopenia, Trhombopenia, Pancytopenia, Agranulositosis, Anemia hemolitik (terutama pada Defisiensi G- 6-P-Dehydrogenase ) (Jarang). (Widodo, 1993).

2.2.5 Penetapan kadar parasetamol

Pengujian tablet Parasetamol dapat dilakukan dengan pengujian kualitatif dan kuantitatif yang meliputi :

2.2.5.1Uji kualitatif

1. Larutkan 100 mg dalam 10 ml air, tambahkan 0,05 ml larutan besi (III) klorida P; terjadi warna biru violet

2. Larutkan 200 mg dalam 4 ml piridina P, tambahkan 500 mg para nitrobenzoilklorida P, didihkan selam 2 sampai 3 menit, dinginkan, tuangkan dalam 40 ml air sambil diaduk. Cuci endapan berturut - turut dengan 30 ml larutan natrium karbonat P 1 % b/v dan dengan 30 ml air; hablurkan kembali dengan etanol ( 95 % ) P; suhu lebur hablur lebih kurang 210°C.

3. Didihkan 100 mg dengan 1 ml asam klorida P selama 3 menit, tambahkan 10 ml air, dinginkan; tidak terbentuk endapan. Tambahkan 0,05 ml kalium bikromat 0,1 N; terjadi perlahan - lahan warna violet yang tidak berubah


(21)

2.2.5.2Uji kuantitatif A. Nitrimetri

Metode titrasi Nitrimetri merupakan metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku Natrium Nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium.

Dalam Nitrimetri, berat ekivalen suatu senyawa sama dengan berat molekulnya karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan 1 mol garam diazonium. Dengan alasan ini pula, untuk nitrimetri, konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan molaritas (M) karena molaritasnya sama dengan normalitasnya. ( Rohman, 2007 ).

Reaksi antara amina aromatik primer dengan natrium nitrit dalam suasana asam dapat berjalan kuantitatif dan garam diazonium yang terbentuk larut dalam air. Titik akhir titrasi ditandai oleh kelebihan natium nitrit yang dapat ditentukan dengan 2 cara yang utama :

1. Pemakaian indikator luar

Dapat dipakai karena kanji KI atau pasta kanji KI yang akan memberikan warna biru kalau nitrit berlebih, ion triiodida akan memberikan warna biru pada kertas kanji atau pasta kanji. Penetapan kadar amina aromatik primer secara nitrimetri memakai indikator luar adalah merupakan cara yang paling umum.

Keuntungan pemakaian indikator luar adalah perubahan warna jelas sedangkan kerugiannya antara lain adalah:


(22)

a. Pelaksanaan tidak praktis, karena kita harus menggoreskan b. Larutan yang akan dititer harus didinginkan

c. Memerlukan reaksi orientasi untuk memperkirakan titik akhir titrasi

2. Pemakaian indikator dalam

Memerlukan indikator campur Treopelin OO dan Biru Metilen. Dalam suasana asam treopelin OO berwarna merah dan biru metilen berwarna biru. Kalau terdapat natrium nitrit berlebih maka warna treopelin OO akan berubah menjadi kuning. Dengan demikian perubahan warna dari ungu menjadi ungu muda (dekat titik akhir) berubah menjadi biru hijau (titik akhir titrasi).Titrasi dengan memakai indikator dalam dapat dilakukan pada temperatur kamar, untuk ini diperlukan adanya KBr sebagai katalis.

Titrasi Nitrimetri dapat dipergunakan untuk menetapkan kadar senyawa yang mempunyai gugus amina aromatik primer bebas atau zat - zat yang dapat dirubah menjadi amina aromatik primer bebas.

B. Kromatogafi Cair Kinerja Tinggi

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau KCKT atua biasa juga disebut dengan HPLC ( High Performance Liquid Chromatography ) dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an.


(23)

protein dalam cairan fisiologis; menentukan kadar senyawa - senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintetis, atau produk - produk degradasi dalam sediaan farmasi; memurnikan senyawa dalam suatu campuran; memisahkan polimer dan menentukan distribusi berat molekulnya dalam suatu campuran; control kualitas; dan mengikuti jalannya reksi sintetis.

Keterbatasan metode KCKT adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali jika KCKT dihubungkan dengan spektrometer massa (MS). Keterbatasan lainnya adalah jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh. (Rohman, 2007).


(24)

BAB III METODOLOGI

3.1.Alat dan Bahan Alat-alat

Erienmeyer, bekker glass, pengaduk kaca, buret, gelas kimia

Bahan – bahan

Tablet parasetamol produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan, sulfanilamide BPFI, asam klorida P, asam sulfat 10%, natrium nitrit, es, akuades, indikator kertas kanji iodide, indikator methylen blue, indikator trepeolin OO.

3.2.Prosedur Kerja

3.2.1. Pembuatan Larutan Natrium Nitrit

Larutkan 7,4 g natrium nitrit P dalam akuades hingga 1000,0 ml

3.2.2. Pembakuan Larutan Natrium Nitrit

Timbang seksama 500 mg sulfanilamide BPFI yang sebelumnya telah dikeringkan pada suhu 105° selama 3 jam, masukkan ke dalam gelas kimia,

tambahkan 50 ml air dan 5 ml asam klorida P, aduk hingga larut. Dinginkan hingga suhu 15°, tambahkan 25 g pecahan es. Titrasi perlahan-lahan dengan


(25)

larutan titrasi dan disentuhkan pada kertas kanji iodida P memberikan warna biru seketika. Titik akhir titrasi dicapai jika larutan titrasi setelah dibiarkan selama 1 menit dan pengaduk kaca dimasukkan ke dalam larutan kemudian disentuhkan pada kertas kanji iodida P memberikan warna biru seketika.

3.2.3. Penetapan Kadar

Timbang seksama sejumlah serbuk tablet parasetamol setara dengan 200 mg atau sejumlah yang setara, masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml, tambahkan 15 ml asam sulfat 10%, direduksi selama satu jam. Dinginkan pada temperatur kamar. Tambahkan indikator trepeolin OO dan methylen blue. Kemudian titrasi dengan NaNO2 0,1 N sampai akhir titrasi menunjukkan warna biru kehijauan. Catat volume titrasi.


(26)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Setelah dilakukan penetapan kadar tablet Parasetamol secara Nitrimetri, diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel Hasil penetapan kadar Parasetamol secara Nitrimetri Kode

Tablet Parasetamol

Kadar (%) Syarat

A 99,79 % 95,00% - 105,00%

B 100,22 % 95,00%-105,00%

4.2. Pembahasan

Dari tabel diatas, dapat dilihat adanya perbedaan hasil kadar dari kedua sampel yang diperiksa, diantaranya adalah 99,79 % (bets A) dan 100,22 % (bets B). Hasil ini diperoleh dari perhitungan kadar yang dapat dilihat pada lampiran 1, dimana dalam perhitungan itu di peroleh hasil kadar yang menunjukkan bahwa tablet Parasetamol yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan yang diperiksa secara Nitrimetri ternyata kadar yang diperoleh memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan didalam FI edisi III yaitu masih berada di antara rentang 95,00% - 105,000%. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap ke 2 bets tablet Parasetamol ini dilakukan pada hari yang sama dan proses produksinya berlangsung pada hari yang sama juga.


(27)

Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa tablet Parasetamol yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan yang mempunyai kadar sesuai dengan persyaratan Farmakope Indonesia Edisi III berarti dapat dikonsumsi oleh para konsumen secara aman.


(28)

BABV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Penetapan kadar tablet Parasetamol dapat dilakukan secara titrasi yaitu dengan metode Nitrimetri.

- Kadar tablet Parasetamol yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan pada Farmakope Indonesia Edisi III yang berada dalam rentang kadar 95,00 % - 105,00 % yaitu 99,79 % (bets A) dan 100,22 % (bets B).

5.2. Saran

Diharapkan kepada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan agar dapat mempertahankan kadar dari berbagai jenis produksinya supaya tetap dalam rentang kadar yang telah ditetapkan.


(29)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh, 1994, Farmasetika, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal 107-109.

Anief, Moh, 1995, Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal 3 dan 4.

Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta, hal 6 - 7, 37 - 38, 745, 825.

Lachman, L, Lieberman, H, A, dkk, 1994 Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi III, Penerbit Universitas Indonesia, UI - Press, Jakarta, hal 643 - 645. Rohman, A, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal 164,

378.

Siswandono dan Bambang. S., 1988, Prinsip - Prinsip Rancangan Obat, Cetakan Pertama, Airlangga University Press, Surabaya, hal 4.

Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal 166-171

Voigt, R, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi 5, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal 170.

Widodo, U, Bircher, J, dkk, 1993, Kumpulan Data Klinik Farmakologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal 379.


(30)

Lampiran

Perhitungan Kadar Parasetamol Tablet Secara Nitrimetri Perhitungan :

- Tablet A

V x Npentiter x BE x bobot rata - rata

% Parasetamol = --- x KBPFI

Nstandar x bobot timbang x isi bahan aktif

Dimana : V =10,7 ml Nstandar = 0,1 N

Npentiter = 0,09915 N Isi bahan aktif = 500 mg

BE (Berat Ekiuvalen) =15,12 KBPFI =100,25% Bobot rata - rata = 620,56 mg Bobot timbang = 200 mg

10,7 ml x 0,09915 N x 15,12 x 620,56 mg

% Parasetamol = --- x 100,25% 0,1 N x 200 mg x 500 mg

9954,33

= --- x 100,25% 10000

= 99,79 %

- Tablet B

V x Npentiter x BE x bobot rata - rata

% Parasetamol = --- x KBPFI

Nstandar x bobot timbang x isi bahan aktif

Dimana : V =10,7 ml Nstandar = 0,1 N

Npentiter = 0,09915 N Isi bahan aktif = 500 mg


(31)

10,7 ml x 0,09915 N x 15,12 x 623,21 mg

% Parasetamol = --- x 100,25% 0,1 N x 200 mg x 500 mg

9996,83

= --- x 100,25% 10000


(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Setelah dilakukan penetapan kadar tablet Parasetamol secara Nitrimetri, diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel Hasil penetapan kadar Parasetamol secara Nitrimetri Kode

Tablet Parasetamol

Kadar (%) Syarat

A 99,79 % 95,00% - 105,00%

B 100,22 % 95,00%-105,00%

4.2. Pembahasan

Dari tabel diatas, dapat dilihat adanya perbedaan hasil kadar dari kedua sampel yang diperiksa, diantaranya adalah 99,79 % (bets A) dan 100,22 % (bets B). Hasil ini diperoleh dari perhitungan kadar yang dapat dilihat pada lampiran 1, dimana dalam perhitungan itu di peroleh hasil kadar yang menunjukkan bahwa tablet Parasetamol yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan yang diperiksa secara Nitrimetri ternyata kadar yang diperoleh memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan didalam FI edisi III yaitu masih berada di antara rentang 95,00% - 105,000%. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap ke 2 bets tablet Parasetamol ini dilakukan pada hari yang sama dan proses produksinya berlangsung pada hari yang sama juga.


(2)

Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa tablet Parasetamol yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan yang mempunyai kadar sesuai dengan persyaratan Farmakope Indonesia Edisi III berarti dapat dikonsumsi oleh para konsumen secara aman.


(3)

BABV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Penetapan kadar tablet Parasetamol dapat dilakukan secara titrasi yaitu dengan metode Nitrimetri.

- Kadar tablet Parasetamol yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan pada Farmakope Indonesia Edisi III yang berada dalam rentang kadar 95,00 % - 105,00 % yaitu 99,79 % (bets A) dan 100,22 % (bets B).

5.2. Saran

Diharapkan kepada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan agar dapat mempertahankan kadar dari berbagai jenis produksinya supaya tetap dalam rentang kadar yang telah ditetapkan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh, 1994, Farmasetika, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal 107-109.

Anief, Moh, 1995, Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal 3 dan 4.

Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta, hal 6 - 7, 37 - 38, 745, 825.

Lachman, L, Lieberman, H, A, dkk, 1994 Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi III, Penerbit Universitas Indonesia, UI - Press, Jakarta, hal 643 - 645. Rohman, A, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal 164,

378.

Siswandono dan Bambang. S., 1988, Prinsip - Prinsip Rancangan Obat, Cetakan Pertama, Airlangga University Press, Surabaya, hal 4.

Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal 166-171

Voigt, R, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi 5, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal 170.

Widodo, U, Bircher, J, dkk, 1993, Kumpulan Data Klinik Farmakologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal 379.


(5)

Lampiran

Perhitungan Kadar Parasetamol Tablet Secara Nitrimetri Perhitungan :

- Tablet A

V x Npentiter x BE x bobot rata - rata

% Parasetamol = --- x KBPFI Nstandar x bobot timbang x isi bahan aktif

Dimana : V =10,7 ml Nstandar = 0,1 N

Npentiter = 0,09915 N Isi bahan aktif = 500 mg

BE (Berat Ekiuvalen) =15,12 KBPFI =100,25% Bobot rata - rata = 620,56 mg Bobot timbang = 200 mg

10,7 ml x 0,09915 N x 15,12 x 620,56 mg

% Parasetamol = --- x 100,25% 0,1 N x 200 mg x 500 mg

9954,33

= --- x 100,25% 10000

= 99,79 %

- Tablet B

V x Npentiter x BE x bobot rata - rata

% Parasetamol = --- x KBPFI Nstandar x bobot timbang x isi bahan aktif

Dimana : V =10,7 ml Nstandar = 0,1 N

Npentiter = 0,09915 N Isi bahan aktif = 500 mg

BE (Berat Ekiuvalen) =15,12 KBPFI =100,25% Bobot rata - rata = 623,21 mg Bobot timbang = 200 mg


(6)

10,7 ml x 0,09915 N x 15,12 x 623,21 mg

% Parasetamol = --- x 100,25% 0,1 N x 200 mg x 500 mg

9996,83

= --- x 100,25% 10000