Hubungan Tingkat Sadar Gizi Keluarga dan Status Gizi Balita di Puskesmas Padang Bulan Medan

(1)

Oleh :

DEA FADLIANA

070100091

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

KARYA TULIS ILMIAH INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU

SYARAT UNTUK MEMPEROLEH KELULUSAN SARJANA

KEDOKTERAN

Oleh :

DEA FADLIANA

070100091

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Tingkat Sadar Gizi Keluarga dan Status Gizi Balita di Puskesmas Padang Bulan Medan

Nama : DEA FADLIANA NIM : 070100091

Pembimbing Penguji I

(Prof. DR. dr. Harun Alrasyid, Sp. PD, Sp. GK) (dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc. CM-FM, MPd.Ked.) NIP: 19501105 197903 1 004 NIP: 19670527 199903 2 001

Penguji II

(dr. Muhammad Ali, Sp. A) NIP : 19690524 199903 1 001

Medan, 15 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) Nip : 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Pada umumnya anak-anak yang masih kecil (balita) mendapat makanannya secara dijatah oleh ibunya dan tidak memilih serta mengambil sendiri mana yang disukainya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat sadar gizi keluarga dengan status gizi balita di puskesmas Padang Bulan Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu dan anak yang datang ke puskesmas Padang Bulan Medan dan sampel sebanyak 96 orang diperoleh secara consecutive sampling. Data dikumpulkan melalui pengukuran berat badan dan pengisian kuesioner.

Hasil penelitian ini menunjukkan 77,6% ibu mempunyai tingkat sadar gizi yang baik dan 22,4% ibu mempunyai tingkat sadar gizi yang sedang serta menunjukkan bahwa 79,2% balita di puskesmas Padang Bulan mempunyai status gizi baik, 9,4% balita mempunyai status gizi sedang, dan 11,5% balita mempunyai status gizi buruk. Berdasarkan hasil uji Chi-Square diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat sadar gizi keluarga dengan status gizi balita. Hasil ini bisa diketahui dari p value yang menunjukkan hasil yang lebih besar dari α (p= 0,179).

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak peneliti, dan pihak Puskesmas sehingga dapat meningkatkan dan memberikan penyuluhan mengenai sadar gizi keluarga serta status gizi balita.


(5)

ABSTRACT

In general, children under five years old to get his food is rationed by his mother and did not choose and take whichever they like .

This study aims to determine the relationship of the level of conscious family nutrition and nutritional status of children at Puskesmas Padang Bulan Medan. This study is descriptive-analytic with cross sectional design. The population is all women and children who come to Puskesmas Padang Bulan Medan and 96 samples obtained in consecutive sampling. Data collected through measurement of body weight and filling out the questionnaire.

The results showed 77,6% of mothers have good nutrition conscious level and 22,4% of mothers have this level are aware of nutrition and shows that 79.2% children at Puskesmas Padang Bulan Medan has good nutritional status, 9.4% children have a medium nutrient status, and 11.5% children have poor nutritional status. Based on the results of Chi-Square is known that there is no relationship between level of nutrition conscious families with nutrition status. These results can be known from p value which showed results greater than α (p= 0.179).

From the results of this research is expected to be useful to the researcher, and the health center so as to enhance and provide counseling on nutrition conscious families and the nutritional status of children.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga proposal karya tulis ilmiah dengan judul

“Hubungan Tingkat Sadar Gizi Keluarga dan Status Gizi Balita di Puskesmas Padang Bulan Medan” ini dapat diselesaikan. Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperolah kelulusan Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan karya tulis ini dapat diselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan segala kemudahan dalam mengerjakan karya tulis ini.

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

3. Dosen Pembimbing Prof. DR. dr. Harun Alrasyid, Sp. PD, Sp. GK atas seluruh bimbingan yang diberikan.

4. dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc. CM-FM, MPd.Ked selaku dosen penguji I serta dr. Muhammad Ali, Sp. A selaku dosen penguji II yang telah bersedia meguji, memberikan masukan dan saran kepada penulis.

5. Kepala Puskesmas Padang Bulan (dr. Rehulina) serta seluruh stafnya yang telah memberikan informasi tentang puskesmasnya.

6. dr. Dina Keumala Sari, M. Gizi, Sp. GK yang telah membantu dalam hal kuesioner.

7. Seluruh keluarga saya yang telah memberikan dukungan moral dan material dalam penyusunan karya tulis ini.

8. Teman-teman satu dosen pembimbing yaitu Andreas, Dina, dan Ester yang telah memberi bantuan dan masukan selama bimbingan.

9. Kepada Riski Satria dan sahabat-sahabat saya yaitu Arni, Pw, Uci, Nelda, Anggie, Ika, Kak Beby, Kak Sindi serta teman-teman lainnya yang telah


(7)

memberi dukungan dan banyak motivasi serta meluangkan waktu untuk berdiskusi tentang karya ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan sebagai masukan bagi penulisan selanjutnya. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2010


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) ... 5

2.1.1. Pengertian KADARZI ... 5

2.1.2. Indikator KADARZI... 7

2.1.3. Strategi KADARZI ... 12

2.2. Status Gizi Balita ... 12

2.2.1. Pengertian Status Gizi ... 12


(9)

2.2.3. Penilaian Status Gizi ... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 24

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 24

3.2. Definisi Operasional ...... 24

3.2.1. Sadar Gizi Keluarga ... 24

3.2.2. Status Gizi Balita ... 26

3.3 Hipotesis ... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 28

4.1. Jenis Penelitian ... 28

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

4.3. Populasi dan Sampel ... 28

4.3.1. Populasi ... 28

4.3.2. Sampel ... 28

4.3.3. Perkiraan Besar Sampel ... 29

4.4. Teknik Pengumpulan data ... 29

4.4.1. Data Primer ... 29

4.4.2. Data Sekunder ... 29

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 30

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...31

5.1. Hasil Penelitian ...31

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ...31

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden...31

5.1.3. Tingkat Sadar gizi Ibu/ Orangtua ...32


(10)

5.1.5. Hubungan antara status gizi balita terhadap tingkat sadar

gizi keluarga...36

5.2. Pembahasan...37

5.2.1. Karakteristik Responden...37

5.2.2. Tingkat Sadar Gizi Ibu...37

5.2.3. Status Gizi Balita...38

5.2.4. Hubungan antara status gizi balita terhadap tingkat sadar gizi keluarga...38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...40

6.1. Kesimpulan...40

6.2. Saran...40

DAFTAR PUSTAKA ... 42 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Indikator KADARZI 7

2.2. Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Persen

Terhadap Median 19

2.3. Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Z-Skor 20 5.1 Distribusi frekuensi jawaban ibu pada balita berusia kurang

dari 6 bulan 33

5.2 Distribusi frekuensi jawaban ibu dengan balita berusia lebih

dari 6 bulan 33

5.3 Kategori tingkat sadar gizi ibu pada balita kurang dari 6 bulan 34 5.4 Kategori tingkat sadar gizi ibu pada balita lebih dari 6 bulan 35

5.5 Status Gizi Balita 35

5.6 Hubungan antara status gizi balita terhadap tingkat sadar gizi keluarga pada balita kurang dari 6 bulan 36 5.7 Hubungan antara status gizi balita terhadap tingkat sadar gizi keluarga pada balita lebih dari 6 bulan 36


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual 24 Gambar 5.1 Grafik Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Balita 32


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Lembar Riwayat Hidup

Lampiran 2: Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Hubungan Tingkat Sadar Gizi Keluarga dan Status Gizi Balita di Puskesmas Teladan Medan.

Lampiran 3: Kuesioner Penelitian Hubungan Tingkat Sadar Gizi Keluarga dan Status Gizi Balita di Puskesmas Teladan Medan.

Lampiran 4: Surat Pernyataan Validitas

Lampiran 5: Lembar Persetujuan Ethical Clearance Lampiran 6: Surat Izin Penelitian

Lampiran 7: Data Induk Lampiran 8: Hasil Output


(14)

ABSTRAK

Pada umumnya anak-anak yang masih kecil (balita) mendapat makanannya secara dijatah oleh ibunya dan tidak memilih serta mengambil sendiri mana yang disukainya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat sadar gizi keluarga dengan status gizi balita di puskesmas Padang Bulan Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu dan anak yang datang ke puskesmas Padang Bulan Medan dan sampel sebanyak 96 orang diperoleh secara consecutive sampling. Data dikumpulkan melalui pengukuran berat badan dan pengisian kuesioner.

Hasil penelitian ini menunjukkan 77,6% ibu mempunyai tingkat sadar gizi yang baik dan 22,4% ibu mempunyai tingkat sadar gizi yang sedang serta menunjukkan bahwa 79,2% balita di puskesmas Padang Bulan mempunyai status gizi baik, 9,4% balita mempunyai status gizi sedang, dan 11,5% balita mempunyai status gizi buruk. Berdasarkan hasil uji Chi-Square diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat sadar gizi keluarga dengan status gizi balita. Hasil ini bisa diketahui dari p value yang menunjukkan hasil yang lebih besar dari α (p= 0,179).

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak peneliti, dan pihak Puskesmas sehingga dapat meningkatkan dan memberikan penyuluhan mengenai sadar gizi keluarga serta status gizi balita.


(15)

ABSTRACT

In general, children under five years old to get his food is rationed by his mother and did not choose and take whichever they like .

This study aims to determine the relationship of the level of conscious family nutrition and nutritional status of children at Puskesmas Padang Bulan Medan. This study is descriptive-analytic with cross sectional design. The population is all women and children who come to Puskesmas Padang Bulan Medan and 96 samples obtained in consecutive sampling. Data collected through measurement of body weight and filling out the questionnaire.

The results showed 77,6% of mothers have good nutrition conscious level and 22,4% of mothers have this level are aware of nutrition and shows that 79.2% children at Puskesmas Padang Bulan Medan has good nutritional status, 9.4% children have a medium nutrient status, and 11.5% children have poor nutritional status. Based on the results of Chi-Square is known that there is no relationship between level of nutrition conscious families with nutrition status. These results can be known from p value which showed results greater than α (p= 0.179).

From the results of this research is expected to be useful to the researcher, and the health center so as to enhance and provide counseling on nutrition conscious families and the nutritional status of children.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. Setiap tahap daur kehidupan terkait dengan satu set prioritas nutrien yang berbeda. Semua orang sepanjang kehidupan membutuhkan nutrien yang sama, namun dengan jumlah yang berbeda. Nutrien tertentu yang didapat dari makanan, melalui peranan fisiologis yang spesifik dan tidak tergantung pada nutrien yang lain, sangat dibutuhkan untuk hidup dan sehat. Kebutuhan akan nutrien berubah sepanjang daur kehidupan, dan ini terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan masing-masing tahap kehidupan (Kusharisupeni, 2007).

Manusia mendapatkan zat makanannya dalam bentuk bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan. Satu macam saja bahan makanan tidak dapat memenuhi semua keperluan tubuh akan berbagai zat makanan, karena masing-masing bahan makanan mengandung zat makanan yang berlainan macam maupun banyaknya (Santoso dan Ranti, 1999).

Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi (Depkes RI, 2007).

Pertumbuhan anak memerlukan lebih banyak zat gizi daripada orang dewasa. Pada masyarakat yang mengalami kekurangan gizi ringan dan berat serta pada situasi infeksi yang tinggi, umumnya akan dijumpai angka kematian yang tinggi pada anak-anak di bawah umur empat tahun dan bayi (Suhardjo, 1996).


(17)

Pada umumnya masyarakat di Indonesia mengalami penyakit gizi kurang pada berbagai golongan masyarakat terutama golongan anak yang berada pada masa peka akan kecukupan zat gizi bagi tumbuh kembangnya (Santoso dan Ranti, 1999).

Menurut data Departemen Kesehatan RI (2004) menunjukkan bahwa pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). Berdasarkan data susenas Depkes RI 2005, prevalensi gizi kurang sebesar 19,20% dan gizi buruk 8,80%. Di dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) Pencegahan dan Penanggulangan gizi buruk 2005-2009 disebutkan bahwa tujuan utamanya adalah penurunan prevalensi gizi kurang pada balita menjadi setinggi-tingginya 20% dan prevalensi gizi buruk menjadi setinggi-tingginya 5% pada tahun 2009 (Dinkes, 2009).

Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia di bawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah zat gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka (Moehji, 1992). Anak balita belum mampu mengurus dirinya sendiri dengan baik, terutama dalam hal makanan (Santoso dan Ranti, 1999).

Pada umumnya anak-anak yang masih kecil (balita) mendapat makanannya secara dijatah oleh ibunya dan tidak memilih serta mengambil sendiri mana yang disukainya (Sediaoetama, 2000 dikutip dari Munawarah, 2006).

Untuk dapat menyusun menu yang adekuat, seseorang perlu memiliki pengetahuan mengenai bahan makanan dan zat gizi, kebutuhan gizi seseorang serta pengetahuan hidangan dan pengolahannya. Umumnya menu disusun oleh ibu (Santoso dan Ranti, 1999).

Ibu adalah seorang yang paling dekat dengan anak haruslah memiliki pengetahuan tentang gizi. Pengetahuan minimal yang harus diketahui seorang ibu adalah tentang kebutuhan gizi, cara pemberian makan, jadwal pemberian makan pada balita, sehingga akan menjamin anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua, khususnya ibu merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita.


(18)

Dari uraian di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang hubungan tingkat sadar gizi keluarga dan status gizi balita.

1.2. Rumusan Masalah

Maka berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini

adalah “bagaimana hubungan tingkat sadar gizi keluarga dan status gizi balita?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat sadar gizi keluarga dengan status gizi balita.

1.3.2.Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Menilai status gizi balita.

2. Menilai tingkat pengetahuan ibu akan sadar gizi keluarga dengan balita berusia kurang dari enam bulan.

3. Menilai tingkat pengetahuan ibu akan sadar gizi keluarga dengan balita berusia lebih dari enam bulan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Bagi Peneliti

a.Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang status gizi balita dan sadar gizi keluarga.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

a.Meningkatkan pengetahuan tentang faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi balita dan tingkat sadar gizi keluarga.

b.Meningkatkan pengetahuan tentang cara sederhana untuk menilai status gizi balita.


(19)

3. Bagi Masyarakat

a.Meningkatkan pengetahuan para ibu tentang sadar gizi keluarga.

b.Dapat mengetahui pentingnya pengetahuan tentang gizi terutama di lingkungan keluarga sehingga diharapkan selalu memperhatikan aspek gizi untuk makanan yang diberikan kepada balitanya.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) 2.1.1. Pengertian KADARZI

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) (2007), Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan : 1. Menimbang berat badan secara teratur.

Hal ini perlu dilakukan karena perubahan berat badan menggambarkan perubahan konsumsi makanan atau gangguan kesehatan pada suatu keluarga.

2. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI eksklusif).

ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, bersih dan sehat. ASI dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dengan normal sampai berusia 6 bulan (ASI eksklusif). ASI sangat praktis karena dapat diberikan setiap saat. Selain itu, ASI dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi serta mempererat hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi (Depkes RI, 2004).

3. Makan beraneka ragam.

Tubuh manusia memerlukan semua zat gizi (energi, lemak, protein, vitamin dan mineral) sesuai kebutuhan. Tidak ada satu jenis bahan makanan pun yang lengkap kandungan gizinya. Dengan mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam akan menjamin pemenuhan kebutuhan gizi keluarga (Depkes RI, 2004).

4. Menggunakan garam beryodium.

Zat yodium diperlukan tubuh setiap hari. Jumlah kebutuhan yodium setiap hari untuk mencegah terjadinya defisiensi tergantung dari umur dan kondisi fisiologi, tetapi tidak dipengaruhi jenis kelamin. Gangguan akibat kekurangan yodium


(21)

(GAKY) menimbulkan penurunan kecerdasan, gangguan pertumbuhan dan pembesaran kelenjar gondok (Depkes RI, 2004).

5. Minum suplemen gizi (TTD [Tablet Tambah Darah], kapsul Vitamin A dosis tinggi) sesuai anjuran.

Kebutuhan zat gizi pada kelompok bayi, balita, ibu hamil dan menyusui meningkat dan seringkali tidak bisa dipenuhi dari makanan sehari-hari, terutama vitamin A untuk balita, zat besi untuk ibu dan yodium untuk penduduk di daerah endemis gondok. Suplementasi zat gizi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tersebut (Depkes RI, 2004).

Pada umumnya keluarga telah memiliki pengetahuan dasar mengenai gizi. Namun demikian, sikap dan keterampilan serta kemauan untuk bertindak memperbaiki gizi keluarga masih rendah. Sebagian keluarga menganggap asupan makanannya selama ini cukup memadai karena tidak ada dampak buruk yang mereka rasakan. Sebagian keluarga juga mengetahui bahwa ada jenis makanan yang lebih berkualitas, namun mereka tidak ada kemauan dan tidak mempunyai keterampilan untuk penyiapannya (Depkes RI, 2007).

Sesuai dengan Program Pembangunan Nasional tentang Program Perbaikan Gizi Masyarakat, tujuan umum program ini adalah meningkatkan intelektualitas dan produktifitas sumber daya manusia, sedangkan tujuan khusus adalah :

a. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan status gizi,

b. Meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai keadaan gizi yang baik untuk menurunkan prevalensi gizi kurang dan gizi lebih, dan

c. Meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan bermutu untuk memantapkan ketahan pangan tingkat rumah tangga. (Indonesian Nutrition Network, 2008)

Sasaran dari KADARZI adalah: 1. Seluruh anggota keluarga.

2. Masyarakat yang terdiri dari : penentu kebijakan, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, organisasi masyarakat, swasta/dunia usaha.


(22)

Menurut Depkes RI (2004), keluarga menjadi sasaran KADARZI dikarenakan oleh:

1. Pengambilan keputusan dalam bidang pangan, gizi dan kesehatan dilaksanakan terutama di tingkat keluarga.

2. Sumber daya dimiliki dan dimanfaatkan di tingkat keluarga.

3. Masalah gizi yang terjadi di tingkat keluarga, erat kaitannya dengan perilaku keluarga, tidak semata-mata disebabkan oleh kemiskinan dan ketidaktersediaan pangan.

4. Kebersamaan antar keluarga dapat memobilisasi masyarakat untuk memperbaiki keadaan gizi dan kesehatan.

2.1.2. Indikator Kadarzi

Tabel 2.1. Indikator KADARZI

No Variabel Tingkat Analisis Sasaran Definisi Operasional

1. Menimbang berat badan balita secara teratur

Kecamatan Balita 0-59 bulan

Balita yang datang ke Posyandu ditimbang berat badannya setiap bulan, dicatat dalam KMS (Kartu Menuju Sehat) balita atau buku register atau buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) minimal 4 x selama 6 bulan terakhir.

Bila bayi berusia > 6 bulan

Baik: bila > 4 kali berturut-turut

Belum baik: bila < 4 kali berturut-turut


(23)

bulan

Baik: bila > 3 kali berturut-turut

Belum baik: bila < 3 kali berturut-turut

Bila bayi berusia 2 – 3 bulan

Baik: bila > 2 kali berturut-turut

Belum baik: bila < 2 kali berturut-turut

Bila bayi berusia 0-1 bulan

Baik: bila 1 kali ditimbang Belum baik: bila belum pernah ditimbang.

Jika dalam RT terdapat lebih dari 1

(satu) balita maka yang dijadikan sampel adalah

anak yang termuda (pada

saat analisa) 2. Memberikan

ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI Eksklusif)

Kabupaten Ibu Menyusui

Bayi berumur 0-6 bulan diberi ASI saja tidak diberi makanan dan minuman lain.

Baik: Bila hanya diberi ASI saja, tidak diberi makanan dan minuman lain (ASI eksklusif 0-6 bulan)


(24)

Belum baik: bila sudah diberi makanan dan minuman lain selain ASI 3. Makan

beraneka ragam

Kecamatan Balita 6-59 bulan

Atau (bila tidak ada anak balita)

Keluarga

Balita 6 -59 bulan mengkonsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah setiap hari.

Baik:

Bila setiap hari makan lauk hewani dan buah.

Belum Baik:

Bila tidak setiap hari makan lauk

hewani dan buah.

Baik: bila sekurang-kurangnya dalam 1 hari keluarga makan lauk hewani dan buah.

Belum baik: bila tidak makan lauk hewani dan buah.

4. Menggunakan garam beryodium

Kecamatan Rumah Tangga

Keluarga menggunakan garam beryodium untuk memasak setiap hari.

Baik:

Beryodium (warna ungu). Belum baik:

Tidak beryodium (warna tidak berubah/muda) 5. Distribusi Kecamatan a. Bayi 6- Bayi 6-11 bulan mendapat


(25)

kapsul vitamin A pada balita

11 bulan. b. Anak balita 12-59 bulan

kapsul vitamin A biru pada bulan Februari atau Agustus.

Anak balita 12-59 bulan mendapat kapsul vitamin A merah setiap bulan Februari dan Agustus.

Baik:

Bila anak 6 – 11 bulan mendapat kapsul vitamin A biru pada bulan Februari atau Agustus dalam 1 tahun terakhir.

Bila anak 12 -59 bulan mendapat kapsul vitamin A merah pada bulan Februari dan Agustus dalam 1 tahun terakhir.

Belum baik:

Bila tidak mendapat kapsul biru/merah.

6. Suplementasi TTD pada ibu hamil

Kabupaten/Kota Ibu hamil Ibu hamil mendapat supplementasi TTD minimal 90 selama masa kehamilan.

Baik:

Bila jumlah TTD yang diminum sesuai anjuran. Belum baik:


(26)

Bila jumlah TTD yang diminum tidak sesuai anjuran.

7. Ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A

Kabupaten/Kota Ibu nifas Ibu nifas mendapatkan 2 kapsul vitamin A merah: satu kapsul

diminum setelah melahirkan dan satu kapsul lagi diminum pada hari berikutnya paling lambat pada hari ke 28.

Baik:

Bila mendapatkan 2 kapsul vitamin A merah sampai hari ke 28.

Belum baik:

Bila tidak mendapat 2 kapsul vitamin A merah sampai hari ke 28.

8. Pemberian MP-ASI pada anak baduta

Kecamatan

Kabupaten/Kota

Baduta 6–23 bulan

Rumah tangga GAKIN yang memiliki baduta

Baduta 6-23 bulan dari GAKIN (keluarga miskin) yang mendapatkan MP-ASI pabrikan Depkes selama 90 hari.

Catatan:

Verifikasi keluarga miskin dengan melihat catatan GAKIN yang mendapat Askeskin (atau BLT)


(27)

2.1.3 Strategi Kadarzi

Strategi untuk mencapai sasaran KADARZI menurut Depkes RI (2007) adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan fungsi dan peran posyandu sebagai wahana masyarakat dalam memantau dan mencegah secara dini gangguan pertumbuhan balita.

2. Menyelenggarakan pendidikan/promosi gizi secara sistematis melalui advokasi, sosialisasi, Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dan pendampingan keluarga. 3. Menggalang kerjasama dengan lintas sektor dan kemitraan dengan swasta dan

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta pihak lainnya dalam mobilisasi sumber daya untuk penyediaan pangan rumah tangga, peningkatan daya beli keluarga dan perbaikan asuhan gizi.

4. Mengupayakan terpenuhinya kebutuhan suplementasi gizi terutama zat gizi mikro dan MP-ASI bagi balita GAKIN.

5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas puskesmas dan jaringannya dalam pengelolaan dan tatalaksana pelayanan gizi.

6. Mengupayakan dukungan sarana dan prasarana pelayanan untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi di puskesmas dan jaringannya.

7. Mengoptimalkan surveilans berbasis masyarakat melalui Pemantauan Wilayah Setempat Gizi, Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi.

2.2.Status Gizi Balita

2.2.1. Pengertian Status Gizi

Menurut Suhardjo (2003) dalam Munawaroh (2006), status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri.


(28)

2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Masalah gizi pada balita dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor penyebab langsung maupun faktor penyebab tidak langsung. Menurut Depkes RI (1997) dalam Mastari (2009), faktor penyebab langsung timbulnya masalah gizi pada balita adalah penyakit infeksi serta kesesuaian pola konsumsi makanan dengan kebutuhan anak, sedangkan faktor penyebab tidak langsung merupakan faktor seperti tingkat sosial ekonomi, pengetahuan ibu tentang kesehatan, ketersediaan pangan di tingkat keluarga, pola konsumsi, serta akses ke fasilitas pelayanan. Selain itu, pemeliharaan kesehatan juga memegang peranan penting (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001).

Di bawah ini dijelaskan beberapa faktor penyebab tidak langsung masalah gizi balita, yaitu:

a. Tingkat Pendapatan Keluarga.

Tingkat penghasilan ikut menentukan jenis pangan apa yang disediakan untuk konsumsi balita serta kuantitas ketersediaannya. Pengaruh peningkatan penghasilan terhadap perbaikan kesehatan dan kondisi keluarga lain yang mengadakan interaksi dengan status gizi yang berlawanan hampir universal (Sediaoetama, 1985).

Selain itu diupayakan menanamkan pengertian kepada para orang tua dalam hal memberikan makanan anak dengan cara yang tepat dan dalam kondisi yang higienis (Suhardjo, 1996).

b. Tingkatan Pengetahuan Ibu tentang Gizi.

Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan yaitu:

a) Status gizi cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.

b) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal.


(29)

c) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi. (Suhardjo, 2003 dalam Mastari, 2009).

Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi (Sediaoetama, 2000 dalam Mastari, 2009).

Pengetahuan gizi yang dimaksud di sini termasuk pengetahuan tentang penilaian status gizi balita. Dengan demikian ibu bisa lebih bijak menanggapi tentang masalah yang berkaitan dengan gangguan status gizi balita.

c. Tingkatan Pendidikan Ibu.

Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan terhadap perawatan kesehatan, kebersihan pemeriksaan kehamilan dan pasca persalinan, serta kesadaran terhadap kesehatan dan gizi anak-anak dan keluarganya. Di samping itu pendidikan berpengaruh pula pada faktor sosial ekonomi lainya seperti pendapatan, pekerjaan, kebiasaan hidup, makanan, perumahan dan tempat tinggal (Sri Kardjati, 1985 dalam Mastari, 2009).

Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk membedakan metode penyuluhan yang tepat. Dari kepentingan gizi keluarga, pendidikan diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya (Suhardjo, 2003 dalam Mastari, 2009).

Tingkat pendidikan ibu banyak menentukan sikap dan tindak-tanduk menghadapi berbagai masalah, misal memintakan vaksinasi untuk anaknya, memberikan oralit waktu diare, atau kesediaan menjadi peserta KB. Anak-anak dari ibu yang mempunyai latar pendidikan lebih tinggi akan mendapat kesempatan hidup serta tumbuh lebih baik. Keterbukaan mereka untuk menerima perubahan


(30)

atau hal baru guna pemeliharaan kesehatan anak maupun salah satu penjelasannya (Sri Kardjati, 1985 dalam Mastari, 2009).

d. Akses Pelayanan Kesehatan.

Sistem akses kesehatan mencakup pelayanan kedokteran (medical service) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public health service). Secara umum akses kesehatan masyarakat adalah merupakan subsistem akses kesehatan, yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa akses kesehatan masyarakat tidak melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan) (Notoatmodjo, 1997).

Upaya akses kesehatan dasar diarahkan kepada peningkatan kesehatan dan status gizi pada golongan rawan gizi seperti pada wanita hamil, ibu menyusui, bayi dan anak-anak kecil, sehingga dapat menurunkan angka kematian. Pusat kesehatan yang paling sering melayani masyarakat, membantu mengatasi dan mencegah gizi kurang melalui program-program pendidikan gizi dalam masyarakat. Akses kesehatan yang selalu siap dan dekat dengan masyarakat akan sangat membantu meningkatkan derajat kesehatan. Dengan akses kesehatan masyarakat yang optimal kebutuhan kesehatan dan pengetahuan gizi masyarakat akan terpenuhi (Harper, Deaton, dan Driskel, 1986 dalam Mastari, 2009).

2.2.3. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang berisiko atau dengan status gizi buruk (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

Menurut Hartriyanti dan Triyanti (2007), penilaian status gizi bertujuan untuk: 1. Memberikan gambaran secara umum mengenai metode penilaian status gizi; 2. Memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari masing-masing


(31)

3. Memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan, dan implementasi untuk penilaian status gizi.

Penilaian status gizi dibagi menjadi 2 yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung.

a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Tetapi dalam penilaian ini menggunakan penilaian antopometri.

1. Antropometri a. Pengertian

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001). b. Penggunaan

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, Bakri, dan Fajar 2001).

Macam-macam pengukuran antropometri yang bisa digunakan untuk melihat pertumbuhan adalah sebagai berikut (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

a. Berat Badan (BB)

BB mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa mineral tulang. Untuk menilai status gizi biasanya BB dihubungkan dengan pengukuran lain, seperti umur dan tinggi badan (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

Jika seorang anak diukur BB secara periodik, misalnya setiap tiga bulan sekali, maka diperoleh suatu gambaran atau pola pertumbuhan anak tersebut (Santoso dan Ranti, 1999).


(32)

b. Tinggi Badan (TB)

Penilaian status gizi pada umunya hanya mengukur total tinggi (atau panjang) yang diukur secara rutin. TB yang dihubungkan dengan umur dapat digunakan sebagai indikator status gizi masa lalu (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

c. Panjang Badan (PB)

Dilakukan pada balita yang berumur kurang dari dua tahun atau kurang dari tiga tahun yang sukar untuk berdiri pada waktu pengumpulan data TB (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

d. Lingkar Kepala

Pengukuran lingkar kepala biasa digunakan pada kedokteran anak yang digunakan untuk mendeteksi kelainan seperti hydrocephalus (ukuran kepala besar) atau microcephaly (ukuran kepala kecil). Untuk melihat pertumbuhan kepala balita dapat digunakan grafik Nellhaus (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

e. Lingkar Dada

Pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun sehingga biasa digunakan pada anak berusia 2 – 3 tahun (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

f. Lingkar Lengan Atas (LILA)

Biasa digunakan pada anak balita serta wanita usia subur. Pengukuran LILA dipilih karena pengukuran relatif mudah, cepat, harga alat murah, tidak memerlukan data umur untuk balita yang kadang kala susah mendapatkan data umur yang tepat (Hartriyanti dan Triyanti, 2007). g. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran TB dan BB yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak


(33)

disertai dengan penentuan umur yang tepat (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001).

c. Indeks Antropometri

1) Berat badan menurut umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001).

Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001).

2) Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001).


(34)

3) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001).

4) Lingkar Lengan Atas terhadap Umur (LILA/U)

Indeks antropometri ini dapat mengidentifikasikan KEP (kekurangan energi dan protein) pada balita, tidak memerlukan data umur yang kadang sulit, dapat digunakan pada saat darurat, membutuhkan alat ukur yang murah dan pengukuran cepat (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

Dari berbagai jenis-jenis indeks tersebut, untuk

menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas, penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para Ahli Gizi. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu, persen terhadap median, persentil dan standar deviasi unit.

i). Persen Terhadap Median

Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi median sama dengan persentil 50.

Tabel 2.2. Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Persen Terhadap Median

Status Gizi Indeks

BB/U TB/U BB/TB

Gizi Baik >80% >90% >90% Gizi Sedang 71 – 80% 81 – 90% 81 – 90% Gizi Kurang 61 – 70% 71 – 80% 71 – 80% Gizi Buruk ≤ 60 % ≤ 70 % ≤ 70 %

Sumber : Yayah K. Husaini, Antropometri Sebagai Indeks gizi dan Kesehatan Masyarakat. Medika, No.8 Th.XXIII, 1997 dalam (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001).


(35)

ii). Persentil

Para pakar merasa kurang puas dengan menggunakan persen terhadap median, akhirnya mereka memilih cara persentil. Persentil 50 sama dengan median atau nilai tengah dari jumlah populasi berada di atasnya dan setengahnya berada di bawahnya. National Center for Health Statistics (NCHS) merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001).

iii). Standar Deviasi Unit (SD)

Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001).

Rumus perhitungan Z – Skor :

Z – Skor = Nilai Individu Subjek – Nilai Median Baku Rujukan Nilai Simpang Baku Rujukan

Tabel 2.3. Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Z – Skor

Status Gizi Indeks BB/U, TB/U, BB/TB

Gizi Lebih ≥ + 2 SD

Gizi Baik ≥ - 2 SD dan < + 2 SD Gizi Kurang ≥ - 3 SD dan < - 2 SD Gizi Buruk < - 3 SD

Sumber : Soekirman, 1999/2000 dalam Munawaroh, 2006.

Pengukuran antropometri yang digunakan menurut WHO-NCHS (Indrawani, 2007):

1) BB/U:

a. Gizi lebih > 2.0 SD baku WHO-NCHS


(36)

c. Gizi kurang <-2.0 SD

d. Gizi buruk <-3.0 SD

2) TB/U:

a. Normal > -2.0 SD baku WHO-NCHS

b. Pendek (Stunted) < -2.0 SD 3) BB/TB:

a. Gemuk >2.0 SD baku WHO-NCHS

b. Normal -2.0 SD s.d. +2.0 SD c. Kurus/Wasted <-2.0 SD

d. Sangat kurus < 3.0 SD 2. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelialtissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001).

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara tepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan secara fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001).

3. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001).


(37)

Metode ini digunakan untuk peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001).

4. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001).

b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

1. Survei Konsumsi Pangan.

Survei konsumsi pangan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001).

2. Statistik Vital.

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001).


(38)

3. Faktor Ekologi.

Bengoa dalam Supariasa, Bakri, dan Fajar (2001), mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dll. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.


(39)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Sadar Gizi Keluarga

a. Definisi

Sadar gizi keluarga adalah keluarga yang seluruh anggota keluarganya melakukan perilaku gizi seimbang, mampu mengenali masalah kesehatan dan gizi bagi setiap anggota keluarganya dan mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi yang dijumpai oleh anggota keluarganya.

Tingkat sadar gizi keluarga

Status gizi balita Faktor faktor yang

mempengaruhi:

 Tingkat pendapatan keluarga

Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi  Tingkat

pendidikan ibu

 Akses pelayanan kesehatan

Variabel Dependen Variabel Independen


(40)

Responden dibedakan menjadi ibu dengan balita berusia kurang dari enam bulan dan ibu dengan balita berusia lebih dari enam bulan.

b. Cara Pengukuran

Pengukuran dilakukan dengan penyebaran angket yaitu pengumpulan data dengan metode pengisian kuesioner.

c. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang dimodifikasi dari kuesioner pemantauan status gizi dan kadarzi Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, pertanyaan yang diajukan sebanyak 16 pertanyaan, dimana 4 pertanyaan untuk ibu dengan balita kurang dari enam bulan, 8 pertanyaan untuk ibu dengan balita berusia lebih dari enam bulan, dan 4 pertanyaan untuk ibu dengan balita kurang dari atau lebih dari enam bulan.

a) Pertanyaan 3, 7, 9, dan 11, jawaban a=4, b=3, c=2, d=1. b) Pertanyaan 12, jawaban a=1, b=2, c=3.

c) Pertanyaan 1, 6, dan 8, jawaban a=2 dan b=1. d) Pertanyaan 2 diberi skor 1 bila < 6 bulan. e) Pertanyaan 4, jawaban a=1, b=2, c=3, d=4.

f) Pertanyaan 5 diberi skor 1 bila jawaban > 6 bulan. g) Pertanyaan 10, 13, 14, dan 16, jawaban a=3, b=2, c=1. h) Pertanyaan 15a diberi skor 1 bila jawaban 1, 2 atau > 3 kali. i) Pertanyaan15b diberi skor 1 bila jawaban > 4 kali.

d. Hasil Pengukuran

a) Hasil pengukuran untuk tingkat sadar gizi keluarga dengan balita berusia kurang dari enam bulan dikategorikan menjadi:

a) Baik, jika skor yang didapat > 15 (>75%) b) Sedang, jika skor antara 8 – 15 (40 – 75%) c) Kurang, jika mendapat skor <8 (< 40%)


(41)

b) Hasil pengukuran untuk tingkat sadar gizi keluarga dengan balita berusia lebih dari enam bulan dikategorikan menjadi:

a) Baik, jika skor yang didapat >24 (>75%) b) Sedang, jika skor antara 13 – 24 (40 – 75%) c) Kurang, jika mendapat skor <13 (< 40%) e. Skala Pengukuran

Skala pengukuran dinyatakan dalam skala ordinal, yaitu pengukuran yang tidak hanya membagi objek menjadi kelompok-kelompok yang tidak tumpang tindih, tetapi antara kelompok itu ada hubungan (rangking). Hubungan antara kelompok ini dapat ditulis sebagai lebih kecil (<) atau lebih besar (>). Jadi dari kelompok yang sudah ditentukan dapat diurutkan menurut besar kecilnya.

3.2.2. Status Gizi Balita

a. Definisi

Status gizi balita adalah keadaan kesehatan balita yang ditentukan oleh derajat kebutuhan zat-zat gizi yang diperoleh dari sumber pangan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri.

b. Cara Pengukuran

Pengukuran dilakukan melalui metode pengukuran langsung antropometri yaitu dengan mengukur berat badan (BB) dan mengetahui umur balita.

c. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan berupa timbangan atau dacin dan program WHO Anthro.

d. Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran berupa data numerik yaitu BB (dalam kg) dan umur (tahun) yang akan dijadikan sebagai data pengukuran antropometri dengan merujuk pada indeks status gizi sesuai standar antropometri balita WHO 2005.


(42)

e. Skala Pengukuran

Skala pengukuran status gizi balita adalah skala ordinal.

3.3. Hipotesis


(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei, yang bersifat deskriptif-analitik dengan desain penelitian potong lintang (cross sectional) yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat atau subjek diobservasi hanya sekali saja pada saat penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan hubungan tingkat sadar gizi keluarga dan status gizi balita.

4.2.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Padang Bulan Medan. Waktu mengadakan penelitian dilakukan pada bulan September - Oktober 2010.

4.3.Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi adalah seluruh ibu beserta balitanya yang berkunjung ke Puskesmas Teladan Medan.

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi secara consecutive sampling. Sampel dipilih berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

1. Ibu yang mempunyai balita berumur 0 – 59 bulan. 2. Ibu mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar. 3. Balita tidak memiliki kelainan kongenital.


(44)

b. Kriteria Eksklusi

1. Ibu mengalami masalah kesehatan saat kehamilan.

4.3.3. Perkiraan besar sampel

Besarnya sampel ditentukan dari rumus :

Zα² PQ (1,96)² . 0,50 . (1-0.50)

n =  n = = 96,04 d2 (0,10)²

Keterangan : n = Besar sampel

Zα² = deviasi baku alpha (1,96)

P = proporsi kategori (0,50) Q = 1-P

d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (0,10)

Dengan demikian sampel yang diambil adalah sejumlah 96 responden.

4.4.Teknik Pengumpulan Data

Peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada pihak puskesmas. Setelah mendapatkan izin, peneliti melaksanakan proses pengumpulan data penelitian dengan cara membagikan kuesioner kepada responden yang bersedia dan memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner diuji validitas dan reliabilitasnya secara validity of content, yaitu dengan persetujuan dari pakar yang berhubungan dengan penelitian ini. Selain itu, peneliti juga mengukur BB balita.

4.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui kuesioner dan pengukuran BB balita.

4.4.2. Data Sekunder


(45)

4.5.Pengolahan dan Analisis Data

Metode penyajian data yang digunakan adalah tabel silang (cross tabulation). Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis dua variabel. Dalam penelitian ini digunakan uji chi-square untuk menghubungkan variabel terikat dengan variabel bebas.

Analisis data akan dilakukan dengan bantuan program SPSS. Pengolahan data dilakukan dengan empat tahapan yakni editing, coding, processing, dan cleaning. Data yang sudah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi serta penjelasan hasil analisis dalam bentuk narasi.


(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan angket/kuesioner yang telah diisi oleh responden yang berjumlah 96 orang dengan metode consecutive sampling. Hasil angket yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Padang Bulan, yang beralamat di Jalan Jamin Ginting, Medan, terletak dikecamatan Medan Baru.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel pada penelitian ini ialah orangtua yang datang untuk melakukan pemeriksaan gizi di Posyandu. Dengan menggunakan metode consecutive sampling didapati sebanyak 96 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Dari keseluruhan responden yang ada diperoleh gambaran mengenai karakteristiknya meliputi: nama orangtua, nama balita, jenis kelamin balita, berat badan balita dan usia balita.

Pada penelitian ini didapati jenis kelamin balita yang laki-laki dan perempuan serta orangtua yang menjadi responden tidak dibatasi. Karena dalam penelitian ini peneliti hanya ingin melihat ada tidaknya hubungan antara sadar gizi ibu terhadap status gizi balita, maka peneliti tidak membandingkan antara sadar gizi ibu terhadap status gizi balita.

Pada gambar 5.1 dibawah ini dapat digambarkan jenis kelamin balita yang datang saat melakukan pemeriksaan gizi di Posyandu.


(47)

Gambar 5.1 Grafik distribusi frekuensi jenis kelamin balita

Dari gambar 5.1 di atas dapat dilihat responden terbanyak adalah orangtua dengan balita yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 50 responden dan perempuan sebanyak 46 responden.

Jika dilihat dari nilai persentase, baik jumlah balita dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan memiliki persentase yang hampir berimbang, yaitu 52,1% dan 47,9%.

5.1.3. Tingkat Sadar gizi Ibu/ Orangtua

Pada penelitian ini, dalam lembar angket penelitian terdapat 16 pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam angket tersebut telah diuji validitas melalui validitas isi (validity of content). Sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dianggap dapat mewakili tingkat sadar gizi ibu. Pada kuesioner dibagi atas beberapa pertanyaan untuk ibu dengan balita berusia kurang dari enam bulan dan ibu dengan balita berusia lebih dari enam bulan. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban angket responden dapat dilihat pada tabel 5.1 di bawah ini.

52,1 %

47,9 % %%%


(48)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi jawaban ibu pada balita berusia kurang dari 6 bulan.

No. Pertanyaan Skoring (n(%))

A b c d

1. Apa masih menyusui balita 9 (81,8) 2(18,2)

2. Mengapa balita tidak diberi ASI lagi 2(18,2) 5(45,5) 4 (36,4) 3. Makanan pendamping ASI yang

diberikan

3 (27,3) 3(27,3) 4(36,4) 1 (9,1) 4. Apakah balita pernah ditimbang 11(100)

5. Tempat penimbangan balita 9 (81,8) 2 (18,2) 6. Apakah balita mempunyai KMS 11(100)

Berdasarkan tabel di atas pada pertanyaan-pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan baik yaitu pertanyaan pada nomor 4 (100%), 6 (100%), 5 (81,8%), dan pertanyaan nomor 1 (81,8%). Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah adalah pertanyaan nomor 3, yaitu sebesar 9,1 %.

Pertanyaan yang dijawab dengan baik merupakan pertanyaan mengenai penimbangan berat badan balita dan pertanyaan yang dijawab dengan salah merupakan pertanyaan mengenai pemberian makanan pendamping ASI.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi jawaban ibu dengan balita berusia lebih dari 6 bulan.

No. Pertanyaan Skoring (n(%))

a b c d

1. Apakah pernah diberi lauk hewani 77 (90,6) 8 (9,4)

2. Frekuensi diberikan lauk hewani 25 (29,4) 16 (18,8) 42 (49,4) 2 (2,4) 3. Apakah pernah diberi buah-buahan 81 (95,3) 4 (4,7)

4. Frekuensi pemberian buah-buahan 32 (37,6) 24 (28,2) 24 (28,2) 5 (5,9) 5. Apakah balita pernah mendapat

vitamin A

77 (90,6) 3 (3,5) 5 (5,9)

6. Warna kapsul yang diberikan 29 (34,1) 45 (52,9) 10 (11,8) 1 (1,2)

7. Bagaimana memperoleh kapsul vitamin A

12 (14,1) 6 (7,1) 67 (78,8)

8. Apakah balita pernah ditimbang 84 (98,8) 1 (1,2)

9. Tempat penimbangan balita 82 (96,5) 1 (1,2) 2 (2,4)


(49)

Berdasarkan tabel 5.2 di atas pada pertanyaan-pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar pada yaitu pertanyaan pada nomor 8, mengenai pernah tidaknya balita ditimbang (98,8%), nomor 10 mengenai ada tidaknya mempunyai KMS (98,8%), nomor 9 mengenai lokasi penimbangan balita (96,5%), hal ini juga ditanyakan pada balita kurang dari 6 bulan. Pada balita dengan usia lebih dari 6 bulan, ditanyakan beberapa pertanyaan lanjutan, yaitu apakah pernah diberi lauk hewani, frekuensi diberikan lauk hewani, apakah pernah diberi buah-buahan, frekuensi pemberian buah-buahan, apakah balita pernah mendapat vitamin A, warna kapsul yang diberikan serta bagaimana memperoleh kapsul vitamin A. Pada tabel 5.2 diatas didapati pertanyaan pada balita berusia diatas 6 bulan yang dapat dijawab dengan baik atau persentase paling tinggi adalah pertanyaan nomor 8 dan 10, sebanyak 84 responden (98,8%) serta pertanyaan nomor 9 sebanyak 82 responden (96,5%).

Tingkat sadar gizi ibu dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga yaitu baik, sedang, dan buruk. Tingkat sadar gizi ibu dengan kategori baik jika ibu dapat menjawab lebih dari 75% dari total skor keseluruhan, tingkat sadar gizi ibu dengan kategori sedang apabila ibu dapat menjawab 40 – 75% dari total skor keseluruhan, dan tingkat sadar gizi ibu dengan kategori buruk apabila ibu menjawab kurang dari 40% dari total skor keseluruhan. Berdasarkan hasil uji tersebut maka tingkat sadar gizi ibu yang mengunjungi puskesmas Padang Bulan Medan dapat dikategorikan pada tabel 5.3

Tabel 5.3 Kategori tingkat sadar gizi ibu pada balita kurang dari 6 bulan

Dari tabel 5.3 tersebut dapat dilihat bahwa sadar gizi ibu dengan balita berusia kurang dari 6 bulan pada kategori baik sebanyak 8 responden (72,7%), pada kategori sedang sebanyak 3 responden (27,3%), dan 0 responden pada kategori buruk (0%).

Kategori Sadar Gizi Ibu f (%)

Baik 8 (72,7)

Sedang Buruk

3 (27,3) 0 (0)


(50)

Tabel 5.4 Kategori tingkat sadar gizi ibu pada balita lebih dari 6 bulan

Kategori Sadar Gizi Ibu f (%)

Baik 66 (77,6)

Sedang Buruk

19 (22,4) 0 (0)

Jumlah 85 (100)

Pada tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa kategori sadar gizi ibu dengan kategori baik sebanyak 66 responden (77,6%), dengan kategori sedang sebanyak 19 responden (22,4%), dan dengan kategori buruk sebanyak 0 responden (0%).

5.1.4. Status Gizi Balita

Pada penelitian ini, dalam lembar angket penelitian terdapat dua pertanyaan untuk mengetahui status gizi balita, yaitu variabel berat badan dan usia. Penentuan status gizi balita menurut golongan umur dan berat badan menggunakan kategori WHO, yaitu perbandingan antara berat badan (kg) dengan usia (bulan). Data lengkap mengenai status gizi balita dapat dilihat pada tabel 5.4 di bawah ini.

Tabel 5.5 Status Gizi Balita

Kategori f (%)

Baik 76 (79,2)

Sedang 9 (9,4)

Buruk 11 (11,5)

Jumlah 96 (100)

Dari tabel 5.5 tersebut dapat dilihat bahwa status gizi balita dengan kategori baik sebanyak 76 responden (79,2%), dengan kategori sedang 9 (9,4%) dan kategori kurang sebanyak 11 responden (11,5%).


(51)

5.1.5. Hubungan antara status gizi balita terhadap tingkat sadar gizi keluarga

Distribusi responden berdasarkan tingkat sadar gizi ibu dengan status gizi balita di puskesmas Padang Bulan Medan dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6 Hubungan antara status gizi balita terhadap tingkat sadar gizi keluarga pada balita kurang dari 6 bulan

Status gizi balita Tingkat sadar gizi

Baik n(%)

Sedang n(%)

Baik 6 (75) 2 (25)

Sedang 0 (0) 1 (100)

Buruk 2 (100) 0 (0)

x² = 3,438 df = 2 p = 0,179

Dari tabel 5.6 tersebut dapat dilihat bahwa pada tingkat sadar gizi kategori baik pada balita berusia kurang dari 6 bulan terdapat 6 balita (75%) yang mempunyai status gizi baik, 0 balita (0%) mempunyai status gizi sedang, dan 2 balita (100%) mempunyai gizi buruk. Sedangkan pada tingkat sadar gizi kategori sedang terdapat 2 balita (25%) yang mempunyai status gizi baik, 1 balita (100%) mempunyai status gizi sedang, dan 0 balita (0%) yang mempunyai status gizi buruk.

Tabel 5.7 Hubungan antara status gizi balita terhadap tingkat sadar gizi keluarga pada balita lebih dari 6 bulan

Status gizi balita Tingkat sadar gizi

Baik n(%)

Sedang n(%)

Baik 55 (80,9) 13 (19,1)

Sedang 4 (50) 4 (50)

Buruk 7 (77,8) 2 (22,2)

x² = 3,933 df = 2 p = 0,140

Dari tabel 5.7 tersebut dapat dilihat bahwa pada tingkat sadar gizi kategori baik pada balita berusia lebih dari 6 bulan terdapat 55 balita (80,9%) yang mempunyai status gizi baik, 4 balita (50%) mempunyai status gizi sedang, dan 7


(52)

balita (77,8%) mempunyai gizi buruk. Sedangkan pada tingkat sadar gizi kategori sedang terdapat 13 balita (19,1%) yang mempunyai status gizi baik, 4 balita (50%) mempunyai status gizi sedang, dan 2 balita (22,2%) yang mempunyai status gizi buruk.

5.2 Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden

Pada penelitian yang telah dilakukan, didapati bahwa jenis kelamin responden terbanyak adalah laki-laki 50 atau sebanyak 52,1%. Dan jumlah responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 46 orang 47,9%. Dari persentase tersebut, didapati jumlah responden dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan hampir berimbang.

5.2.2. Tingkat Sadar Gizi Ibu

Hasil penelitian ini menunjukkan 72,7% respoden mempunyai tingkat sadar gizi yang baik dan 27,3% responden mempunyai tingkat sadar gizi yang sedang pada balita berusia kurang dari enam bulan. Sedangkan pada balita berumur lebih dari enam bulan terdapat 77,6% responden mempunyai tingkat sadar gizi yang baik dan 22,4% responden mempunyai tingkat sadar gizi yang sedang. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Mardiana (2006) yang menunjukkan bahwa 73,6% ibu mempunyai pengetahuan gizi dengan kategori baik dan 26,4% ibu mempunyai pengetahuan gizi dengan kategori sedang.

Latar belakang pendidikan orang tua khususnya ibu rumah tangga merupakan salah satu unsur penting dalam menentukan keadaan gizi keluarganya. Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi (Sediaoetama, 2000 dalam Mastari, 2009).


(53)

5.2.3. Status Gizi Balita

Hasil penelitian ini menunjukkan 79,2% balita di puskesmas Padang Bulan mempunyai status gizi baik, 9,4% balita mempunyai status gizi sedang, dan 11,5% balita mempunyai status gizi buruk. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mardiana (2006) diketahui bahwa dari 87 orang balita terdapat 64 orang (73,5%) balita dengan status gizi baik. Selebihnya 23 orang (26,4%) adalah balita dengan status gizi kurang. Dari penelitian yang dilakukan oleh Husin (2008) didapatkan hasil menurut berat badan dan tinggi badan (BB/TB) menunjukkan bahwa sebagian besar status gizi balita dalam kategori baik sebanyak 58 orang (70,7%), sedangkan dalam kategori tidak baik sebanyak 24 orang. Dari seluruh data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar balita telah memiliki status gizi yang baik, begitu juga pada balita yang mengunjungi puskesmas Padang Bulan.

5.2.4. Hubungan antara status gizi balita terhadap tingkat sadar gizi keluarga.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada tingkat sadar gizi kategori baik pada balita berumur kurang dari enam bulan terdapat 6 balita (75%) yang mempunyai status gizi baik, 0 balita (0%) mempunyai status gizi sedang, dan 2 balita (100%) mempunyai gizi buruk. Sedangkan pada tingkat sadar gizi kategori sedang terdapat 2 balita (25%) yang mempunyai status gizi baik, 1 balita (100%) mempunyai status gizi sedang, dan 0 balita (0%) yang mempunyai status gizi buruk. Pada tingkat sadar gizi kategori baik pada balita berumur lebih dari 6 bulan terdapat 55 balita (80,9%) yang mempunyai status gizi baik, 4 balita (50%) mempunyai status gizi sedang, dan 7 balita (77,8%) mempunyai gizi buruk. Sedangkan pada tingkat sadar gizi kategori sedang terdapat 13 balita (19,1%) yang mempunyai status gizi baik, 4 balita (50%) mempunyai status gizi sedang, dan 2 balita (22,2%) yang mempunyai status gizi buruk.

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan program SPSS dengan metode Chi-Square di ketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat sadar gizi keluarga dengan status gizi balita. Hasil ini bisa diketahui dari Asymp. Sig. (2-slided) yang menunjukan hasil lebih besar dari 0,005 yaitu 0,179 pada hubungan


(54)

antara tingkat sadar gizi ibu dengan balita berusia kurang dari enam bulan dengan status gizi balita dan 0,140 pada hubungan antara tingkat sadar gizi ibu dengan balita berusia lebih dari enam bulan dengan status gizi balita.

Hasil penelitian di atas bertolak belakang dengan pendapat Call dan Levinson yang menyatakan bahwa status gizi balita pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu makanan yang dimakan dan keadaan kesehatan balita. Kedua hal ini juga sangat dipengaruhi oleh perilaku ibu dalam menjaga kebutuhan gizi anak serta kesehatannya (Mardiana, 2006).

Hal mungkin ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor penyebab langsung maupun faktor penyebab tidak langsung. Menurut Depkes RI (1997) dalam Mastari (2009), faktor penyebab langsung timbulnya masalah gizi pada balita adalah penyakit infeksi serta kesesuaian pola konsumsi makanan dengan kebutuhan anak, sedangkan faktor penyebab tidak langsung merupakan faktor seperti tingkat sosial ekonomi, pengetahuan ibu tentang kesehatan, ketersediaan pangan di tingkat keluarga, pola konsumsi, serta akses ke fasilitas pelayanan. Selain itu, pemeliharaan kesehatan juga memegang peranan penting (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan keluarga untuk meningkatkan status gizi anak terutama gizi balita adalah dengan memberikan gizi yang sesuai dengan kebutuhan misalnya dengan memberi anak balita makanan empat sehat lima sempurna. Tetapi tidak semua keluarga dapat menyajikan makanan dengan gizi seimbang pada anak-anak mereka karena alasan ekonomi. Kondisi ekonomi yang lemah ditambah dengan tindakan ibu yang slah misalnya dengan membatasi anak dalam mengkonsumsi makanan bergizi karena alasan-alasan sosial budaya dapat memperburuk status gizinya (Mardiana, 2006).


(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai hubungan tingkat sadar gizi keluarga dan status gizi balita di Puskesmas Padang Bulan Medan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari 96 balita lebih banyak balita dengan jenis kelamin laki-laki (52,1%) yang diteliti dibandingkan perempuan (47,9%).

2. Dari 96 responden diketahui tingkat sadar gizi keluarga pada ibu dengan balita berumur kurang dari enam bulan dengan kategori baik 72,7%, kategori sedang 27,3%, dan kategori buruk 0%.

3. Dari 96 responden diketahui tingkat sadar gizi keluarga pada ibu dengan balita berumur lebih dari enam bulan dengan kategori baik 77,6%, kategori sedang 22,4%, dan kategori buruk 0%.

4. Dari 96 balita diketahui terdapat 79,2% balita dengan gizi baik, 9,4% dengan gizi sedang, dan 11,5% dengan gizi buruk.

5. Berdasarkan hasil analisis statistik, didapat nilai p = 0,179 dan 0,140 (nilai

α = 0,05), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

antara tingkat sadar gizi keluarga dengan status gizi balita.

6. Berdasarkan hasil analisis statistik, penelitian analitik dengan menggunakan uji statistik chi-square ini tidak dapat digunakan, karena memiliki nilai expectated count kurang dari lima.

6.2. Saran

1. Bagi peneliti dimasa yang akan datang agar dapat lebih mengembangkan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi antara tingkat sadar gizi keluarga dengan status gizi balita.


(56)

2. Bagi pihak puskesmas diharapkan lebih meningkatkan intensitas penyuluhan terhadap masyrakat sekitar lingkungan demi meningkatnya pengetahuan keluarga akan gizi yang baik.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2007. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

Departemen Kesehatan RI, 2007. Tentang Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi di Desa Siaga. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

Departemen Kesehatan RI, 2004. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Jakarta. Available from: http://www.gizi.net/kebijakan-gizi/ [Accesed 4 Maret 2010].

Departemen Kesehatan RI, 2008. Pedoman Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

DinKes, 2009. Perbaikan Gizi Masyarakat. Pemda Kabupaten Luwu Utara.

Available from:

http://www.luwuutara.go.id/index.php?option=com_content&task=view&i d=784&Itemid=229 [Accesed 5 Maret 2010].

Husin, Cut Ruhana, 2008. Hubungan Pola Asuh Anak dengan Status Gizi Balita Umur 24 59 Bulan di Wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Propinsi Nangroe Aceh Darussalam Tahun 2008. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Available from:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6808 [Accesed 20 November

2010].

Ariga, Selviani, 2006. Hubungan Status Gizi Balita dan Pola Asuh di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2006. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas


(58)

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6795 [Accesed 20 November 2010].

Indrawani, Y.M., 2007. Penyakit Kurang Gizi. Dalam: Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: P.T. RajaGrafindo Persada, 196.

Kusharisupeni, 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan (Prinsip-Prinsip Dasar). Dalam: Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: P.T. RajaGrafindo Persada, 135.

Mardiana, 2006. Hubungan Perilaku Gizi Ibu dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan Hinai Kabpaten Langkat Tahun 2005. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14594

[Accesed 25 November 2010].

Moehji, S., 1992. Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Bhratara.

Munawaroh, L., 2006. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu, Pola Makan Balita dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan Tahun 2006. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Available from:

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0116.dir/doc.p df [Accesed 26 Februari 2010].

Mastari, E. S. 2009. Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan KMS dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Glugur Darat I. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Available from:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14276/1/09E02893.pdf


(59)

Notoadmojo, S. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Santoso, S., dan Ranti, A.L., 1999. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: P.T. Rineka Cipta.

Suhardjo, 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sediaoetama, A.D. 1985. Faktor Gizi. Jakarta: Bhatara Karya Akbar.

Supariasa, I. D. N.,Bakri, B., dan Fajar, I., 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Triyanti, dan Hartriyanti, Y., 2007. Penilaian Status Gizi. Dalam: Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: P.T. RajaGrafindo Persada, 261 – 262; 266 – 267; 270.

Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran (disertai aplikasi dengan SPSS). Jakarta: Bamboedoea Communication.

WHO, 2010. Child Growth Standard. Available from:

http://www.who.int/childgrowth/standards/weight_for_age/en/index.html [Accesed 20 Mei 2010]


(60)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dea Fadliana

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 5 Desember 1989

Agama : Islam

Alamat : Jl. Setia Budi Psr II perum. Graha T. Sari no. G14, Medan Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri Percobaan Medan (1995-2001)

2. SMP Negeri 1 Medan (2001-2004) 3. SMA Negeri 1 Medan (2004-2007)


(61)

TINGKAT SADAR GIZI KELUARGA DAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN

Dengan hormat,

Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan dengan judul “Hubungan Tingkat Sadar

Gizi Keluarga dan Status Gizi Balita di Puskesmas Padang Bulan Medan”, maka saya mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bernama di bawah ini:

Nama : Dea Fadliana

NIM : 070100091

mengharapkan kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam penelitian yang akan saya lakukan ini dengan mengisi angket/kuesioner yang diajukan dengan jujur dan apa adanya. Selain mengisi angket/kuesioner, saya juga meminta izin untuk mengukur berat badan dan tinggi badan balita anda untuk mengetahui status gizinya. Dengan pengisian kuesioner dan pengukuran berat badan dan tinggi badan balita anda maka saya dapat mengetahui hubungan antara tingkat sadar gizi keluarga dan status gizi balita.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan hal-hal yang berbahaya bagi anda dan balita anda. Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga anda bebas untuk mengundurkan diri jika tidak berkenan menjadi responden tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang anda berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.

Jika anda bersedia menjadi responden penelitian ini, maka dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan ini.

Nama Responden :


(62)

I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Identitas Ibu

a. Nama Ibu :

b. Umur Ibu : thn c. Pekerjaan Ibu :

d. Pendidikan Terakhir :

e. Jumlah anak : ( balita : orang)

2. Identitas Balita

a. Nama Balita :

b. Jenis Kelamin* : Laki-laki/Perempuan

c. Umur : thn bln

d. Anak Ke :

e. Berat Badan : kg

*(coret yang tidak perlu)

II. RIWAYAT PENYAKIT

1. Apakah pada masa hamil ibu mengalami suatu penyakit? (YA/TIDAK)

2. Jika ya, apakah penyakit tersebut mempengaruhi kehamilan anda? (YA/TIDAK) 3. Apakah balita anda lahir dalam keadaan sehat? (YA/TIDAK)

III.PENILAIAN TINGKAT SADAR GIZI KELUARGA

ASI dan Pola Makan Anak (0 – 6 Bulan)

1. Apakah sampai saat ini ibu menyusui balita anda? a. Ya b. Tidak


(63)

b. Air susu tidak keluar d. Ibu sibuk bekerja

4. Makanan (selain ASI) apa yang diberikan kepada balita anda tersebut? a. Tidak ada c. Makanan buatan rumah b. Makanan jadi buatan pabrik d. MP-ASI dari Depkes

Konsumsi Balita > 6 Bulan

5. Sejak usia berapa balita anda diberi makanan selain ASI? ...bln

6. Selain makanan pokok (nasi, dll), apakah balita anda sudah diberikan lauk hewani? a. Ya b. Tidak

7. Jika ya, bagaimana frekuensi balita anda mengkonsumsi lauk hewani? a. Setiap hari/minggu c. 2 – 3 hari/minggu

b. 4 – 6 hari/minggu d. Tidak pernah 8. Apakah balita anda sudah diberikan buah-buahan?

a. Ya b. Tidak

9. Jika ya, bagaimana frekuensi balita anda mengkonsumsi buah-buahan? a. Setiap hari/minggu c. 2 – 3 hari/minggu

b. 4 – 6 hari/minggu d. Tidak pernah

Kapsul Vitamin A Untuk Balita 6 – 59 Bulan

10. Apakah balita anda pernah mendapat kapsul vitamin A? a. Ya c. Tidak tahu

b. Tidak

11. Jika ya, kapsul warna apa?

a. Kapsul biru c. Merah dan biru b. Kapsul merah d. Keduanya merah


(64)

c. Diberi oleh petugas kesehatan

Penimbangan Balita

13. Apakah balita anda pernah ditimbang? a. Ya c. Tidak tahu b. Tidak

14. Bila ya, ditimbang di mana?

a. Di posyandu c. Di rumah sendiri b. Pelayanan kesehatan

15. A. Jika umur anak < 6 bulan, sudah berapa kali ditimbang? ...

B. Jika umur anak > 6 bulan, sudah berapa kali ditimbang dalam 6 bulan terakhir? ... 16. Apakah balita anda memiliki KMS/buku KIA?

a. Ya c. Tidak tahu b. Tidak


(65)

Validasi Kuesionnaire KTI oleh Pakar secara Validity of Content

Nama : Dea Fadliana

Nim : 070100091

Judul : Hubungan Tingkat Sadar Gizi Keluarga dan Status Gizi Balita di Puskesmas Padang Bulan Medan

Dosen Pembimbing : Prof. DR. dr. Harun Alrasyid, Sp. PD, Sp. GK

Dengan hormat,

Kuesioner yang telah digunakan dalam penelitian ini telah disahkan valid secara validity of content. Pengesahan ini telah dilakukan oleh dr. Dina Kemala Sari, MGizi, SpGK, dari bagian Gizi pada tanggal November 2010. Kuesioner ini telah diperbaiki menurut saran yang diberikan dan disetujui untuk digunakan dalam penelitian.

Medan, November 2010

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Prof. DR. dr. Harun Alrasyid, Sp. PD, Sp. GK dr. Dina Keumala Sari, MGizi, SpGK


(66)

(67)

(68)

san h 1.0 4.0 6.2 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0 3.0 3.0 1.0 3.0 24.0 2.0

sw mr 1.0 6.0 6.9 1.0 2.0 1.0 2.0 2.0 3.0 2.0 1.0 3.0 27.0 1.0

rn an 1.0 2.0 6.7 1.0 1.0 1.0 3.0 3.0 3.0 3.0 0.0 3.0 30.0 1.0

sa n 2.0 3.0 6.0 1.0 2.0 1.0 3.0 4.0 3.0 3.0 1.0 3.0 33.0 1.0

sus des 2.0 6.0 5.0 3.0 2.0 1.0 2.0 3.0 3.0 3.0 1.0 3.0 28.0 1.0

an al 1.0 6.0 5.0 3.0 2.0 1.0 1.0 3.0 3.0 3.0 1.0 3.0 30.0 1.0

put ded 1.0 3.0 6.0 1.0 2.0 1.0 2.0 3.0 3.0 3.0 1.0 3.0 23.0 2.0

sof riz 1.0 5.0 7.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0 3.0 3.0 1.0 3.0 28.0 1.0


(1)

Pada ibu dengan balita berusia lebih dari 6 bulan

usia balita sejak diberi MP ASI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <=6 75 88.2 88.2 88.2

>6 9 10.6 10.6 98.8

2 1 1.2 1.2 100.0

Total 85 100.0 100.0

balita sudah diberikan lauk hewani

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid b 8 9.4 9.4 9.4

a 77 90.6 90.6 100.0

Total 85 100.0 100.0

jika iya, frekuensi balita mengkonsumsi lauk hewani

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid d 2 2.4 2.4 2.4

c 42 49.4 49.4 51.8

b 16 18.8 18.8 70.6

a 25 29.4 29.4 100.0

Total 85 100.0 100.0

balita sudah diberi buah-buahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid b 4 4.7 4.7 4.7

a 81 95.3 95.3 100.0


(2)

jika iya, frekuensi balita mengkonsumsi buah-buahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid d 5 5.9 5.9 5.9

c 24 28.2 28.2 34.1

b 24 28.2 28.2 62.4

a 32 37.6 37.6 100.0

Total 85 100.0 100.0

balita pernah mendapat kapsul vitamin A

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid c 5 5.9 5.9 5.9

b 3 3.5 3.5 9.4

a 77 90.6 90.6 100.0

Total 85 100.0 100.0

warna kapsul vitamin A

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid d 1 1.2 1.2 1.2

c 10 11.8 11.8 12.9

b 45 52.9 52.9 65.9

a 29 34.1 34.1 100.0

Total 85 100.0 100.0

cara memperoleh kapsul vitamin A

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid a 12 14.1 14.1 14.1

b 6 7.1 7.1 21.2

c 67 78.8 78.8 100.0


(3)

balita pernah ditimbang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid c 1 1.2 1.2 1.2

a 84 98.8 98.8 100.0

Total 85 100.0 100.0

bila iya, ditimbang dimna

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid c 2 2.4 2.4 2.4

b 1 1.2 1.2 3.5

a 82 96.5 96.5 100.0

Total 85 100.0 100.0

sudah berapa kali ditimbang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 14 16.5 16.5 16.5

1 70 82.4 82.4 98.8

3 1 1.2 1.2 100.0

Total 85 100.0 100.0

balita memiliki KMS atau buku KIA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid c 1 1.2 1.2 1.2

a 84 98.8 98.8 100.0


(4)

3.

Hasil output tingkat sadar gizi ibu

tingkat sadar gizi ibu dgn balita <6bln

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 8 72.7 72.7 72.7

sedang 3 27.3 27.3 100.0

Total 11 100.0 100.0

tingkat sadar gizi ibu dgn balita >6bln

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 66 77.6 77.6 77.6

sedang 19 22.4 22.4 100.0

Total 85 100.0 100.0

4.

Hasil output status gizi balita

status gizi balita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 76 79.2 79.2 79.2

sedang 9 9.4 9.4 88.5

buruk 11 11.5 11.5 100.0


(5)

5.

Hasil output hubungan antara status gizi balita terhadap tingkat sadar gizi keluarga

status gizi balita * tingkat sadar gizi ibu dgn balita <6bln Crosstabulation

tingkat sadar gizi ibu dgn balita <6bln

Total

baik sedang

status gizi balita baik Count 6 2 8

% within status gizi balita 75.0% 25.0% 100.0%

sedang Count 0 1 1

% within status gizi balita .0% 100.0% 100.0%

buruk Count 2 0 2

% within status gizi balita 100.0% .0% 100.0%

Total Count 8 3 11

% within status gizi balita 72.7% 27.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.438a 2 .179

Likelihood Ratio 3.894 2 .143

Linear-by-Linear Association .090 1 .764

N of Valid Cases 11

a. 5 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,27.


(6)

status gizi balita * tingkat sadar gizi ibu dgn balita >6bln Crosstabulation

tingkat sadar gizi ibu dgn balita >6bln

Total

baik sedang

status gizi balita baik Count 55 13 68

% within status gizi balita 80.9% 19.1% 100.0%

sedang Count 4 4 8

% within status gizi balita 50.0% 50.0% 100.0%

buruk Count 7 2 9

% within status gizi balita 77.8% 22.2% 100.0%

Total Count 66 19 85

% within status gizi balita 77.6% 22.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.933a 2 .140

Likelihood Ratio 3.345 2 .188

Linear-by-Linear Association .756 1 .384

N of Valid Cases 85

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,79.


Dokumen yang terkait

Status Gizi Balita Berdasarkan Indikator Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Di Kelurahan Labuhan Deli Medan Marelan Tahun 2009

2 73 101

Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

1 23 58

Analisis hubungan penerapan gizi seimbang keluarga dan perilaku keluarga sadar gizi dengan status gizi balita di Provinsi Kalimantan Barat

1 21 237

Hubungan perilaku keluarga sadar gizi (KADARZI) dengan status gizi balita di Kota Jambi

1 7 124

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIJAMBE Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijambe.

0 0 12

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIJAMBE Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijambe.

0 1 17

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG KELUARGA MANDIRI SADAR GIZI (KADARZI) DENGAN PERILAKU SADAR GIZI Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Keluarga Mandiri Sadar Gizi (Kadarzi) Dengan Perilaku Sadar Gizi Pada Keluarga Balita Usia 6-59 Bulan

0 0 15

HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN.

0 0 1

HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA REPAKING KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI

0 0 8

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS BAMBANGLIPURO TAHUN 2016

0 0 11