2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Masalah gizi pada balita dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor penyebab langsung maupun faktor penyebab tidak langsung. Menurut Depkes RI
1997 dalam Mastari 2009, faktor penyebab langsung timbulnya masalah gizi pada balita adalah penyakit infeksi serta kesesuaian pola konsumsi makanan dengan
kebutuhan anak, sedangkan faktor penyebab tidak langsung merupakan faktor seperti tingkat sosial ekonomi, pengetahuan ibu tentang kesehatan, ketersediaan pangan di
tingkat keluarga, pola konsumsi, serta akses ke fasilitas pelayanan. Selain itu, pemeliharaan kesehatan juga memegang peranan penting Supariasa, Bakri, dan
Fajar, 2001. Di bawah ini dijelaskan beberapa faktor penyebab tidak langsung masalah gizi
balita, yaitu: a.
Tingkat Pendapatan Keluarga. Tingkat penghasilan ikut menentukan jenis pangan apa yang disediakan
untuk konsumsi balita serta kuantitas ketersediaannya. Pengaruh peningkatan penghasilan terhadap perbaikan kesehatan dan kondisi keluarga lain yang
mengadakan interaksi dengan status gizi yang berlawanan hampir universal Sediaoetama, 1985.
Selain itu diupayakan menanamkan pengertian kepada para orang tua dalam hal memberikan makanan anak dengan cara yang tepat dan dalam kondisi yang
higienis Suhardjo, 1996. b.
Tingkatan Pengetahuan Ibu tentang Gizi. Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan
pada tiga kenyataan yaitu: a
Status gizi cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. b
Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal.
Universitas Sumatera Utara
c Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar
menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi. Suhardjo, 2003 dalam Mastari, 2009.
Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang,
maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi Sediaoetama, 2000 dalam Mastari, 2009.
Pengetahuan gizi yang dimaksud di sini termasuk pengetahuan tentang penilaian status gizi balita. Dengan demikian ibu bisa lebih bijak menanggapi
tentang masalah yang berkaitan dengan gangguan status gizi balita. c.
Tingkatan Pendidikan Ibu. Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting. Tinggi rendahnya
tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan terhadap perawatan kesehatan, kebersihan pemeriksaan kehamilan dan pasca persalinan,
serta kesadaran terhadap kesehatan dan gizi anak-anak dan keluarganya. Di samping itu pendidikan berpengaruh pula pada faktor sosial ekonomi lainya seperti
pendapatan, pekerjaan, kebiasaan hidup, makanan, perumahan dan tempat tinggal Sri Kardjati, 1985 dalam Mastari, 2009.
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Hal ini bisa
dijadikan landasan untuk membedakan metode penyuluhan yang tepat. Dari kepentingan gizi keluarga, pendidikan diperlukan agar seseorang lebih tanggap
terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya Suhardjo, 2003 dalam Mastari, 2009.
Tingkat pendidikan ibu banyak menentukan sikap dan tindak-tanduk menghadapi berbagai masalah, misal memintakan vaksinasi untuk anaknya,
memberikan oralit waktu diare, atau kesediaan menjadi peserta KB. Anak-anak dari ibu yang mempunyai latar pendidikan lebih tinggi akan mendapat kesempatan
hidup serta tumbuh lebih baik. Keterbukaan mereka untuk menerima perubahan
Universitas Sumatera Utara
atau hal baru guna pemeliharaan kesehatan anak maupun salah satu penjelasannya Sri Kardjati, 1985 dalam Mastari, 2009.
d. Akses Pelayanan Kesehatan.
Sistem akses kesehatan mencakup pelayanan kedokteran medical service dan pelayanan kesehatan masyarakat public health service. Secara umum akses
kesehatan masyarakat adalah merupakan subsistem akses kesehatan, yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif pencegahan dan promotif peningkatan
kesehatan dengan sasaran masyarakat. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa akses kesehatan masyarakat tidak melakukan pelayanan kuratif pengobatan dan
rehabilitatif pemulihan Notoatmodjo, 1997. Upaya akses kesehatan dasar diarahkan kepada peningkatan kesehatan dan
status gizi pada golongan rawan gizi seperti pada wanita hamil, ibu menyusui, bayi dan anak-anak kecil, sehingga dapat menurunkan angka kematian. Pusat kesehatan
yang paling sering melayani masyarakat, membantu mengatasi dan mencegah gizi kurang melalui program-program pendidikan gizi dalam masyarakat. Akses
kesehatan yang selalu siap dan dekat dengan masyarakat akan sangat membantu meningkatkan derajat kesehatan. Dengan akses kesehatan masyarakat yang
optimal kebutuhan kesehatan dan pengetahuan gizi masyarakat akan terpenuhi Harper, Deaton, dan Driskel, 1986 dalam Mastari, 2009.
2.2.3. Penilaian Status Gizi