oleh Heterodera schachtii, nematoda sista pada gula bit. Dengan cara yang sama, B. subtilis telah menginduksi Meloidogyne incognita dan M. arenaria pada kapas.
Penggunaan PGPR sebagai agen pengendalian hayati untuk mengontrol nematoda sista kentang telah dilaporkan sebagai strategi yang sukses Ramamoorthy et al.,
2011.
2.5 Pseudomonas diminuta
P. diminuta merupakan bakteri yang berbentuk batang kecil dan merupakan bakteri Gram negatif. Panjangnya 1-5 µm. Diameter sel berkisar antara 0,5 dan
0,1 µm. Sel tunggal atau berpasangan. Selain itu, memiliki satu flagella polar dengan panjang rata-rata 3,0 µm dan panjang gelombang rata-rata 0,6 µm yang
merupakan karakteristik dari spesies tersebut. Bentuk koloni belang-belang, melingkar, dan cembung dengan seluruh tepi. Permukaan koloni halus, berkilau,
dan berwarna buram Kaltenbach, 1975. P. diminuta secara aktif bergerak dengan flagela. Salah satu fitur morfologi yang tidak biasa adalah bahwa banyak individu
memiliki flagel yang berasal dari polar. P. diminuta tumbuh sangat mudah dalam larutan pepton sederhana pada pH optimal sekitar 7 dan pada suhu optimal sekitar
35° C. Organisme ini tidak memfermentasi setiap karbohidrat dan tidak menunjukkan aktivitas hemolisis, dan mengoksidasi etanol menjadi asam Leifson
dan Hugh, 1954. Berdasarkan penelititan Khumar dan Chandra 2008, juga menyebutkan kegunaan P. diminuta sebagai PGPR, apabila digabung dengan
rhizobium maka akan dapat meningkatkan keefektifan rhizobium di dalam tanah.
2.6 Bacillus mycoides
B. mycoides merupakan bakteri epifit Gram positif
yang
mampu mengurangi
serangan Cercospora bercak daun C. beticola Sac. pada gula bit dengan prosentase 38-91 pada dua percobaan yaitu di rumah kaca dan lapangan.
Pengendalian penyakit disebabkan kemampuan bakteri yang menginduksi ketahanan tanaman secara sistemik, yang ditunjukkan melalui induksi ketahanan
dengan menggunakan enzim. B. mycoides menunjukkan peningkatan aktivitas
kitinase, β-1,3-glukanase, dan peroksidase, semua
pathogenesis-related
PR protein Bargabus, 2002.
Penelitian tentang Mikroba Pelarut Fosfat telah mendapatkan isolat bakteri pelarut fosfat diantaranya yaitu bakteri Bacillus mycoides yang telah diketahui
dapat melarutkan P, menghasilkan asam organik, serta menghasilkan ZPT Fitriatin, 2009. Penelitian tersebut juga didukung oleh Setiawati 2014 B.
mycoides merupakan bakteri pelarut fosfat BPF yang mempunyai kemampuan meningkatkan produksi enzim fostafase dan P tersedia dalam tanah.
2.7 Penggunaan Bakteri dalam Mengendalikan Nematoda