mengerjakannya. Kekuatan yang dimiliki agroindustri gula kelapa yaitu ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, proses produksi yang singkat,
harga jual produk yang terjangkau, pengalaman kerja, lokasi bahan baku. Sedangkan peluang yang dimiliki yaitu keadaan geografis, permintaan tinggi,
konsumen tetap,banyak pedagang pengepul di Desa Lojejer, tidak ada lahan usaha lain selain gula kelapa, pembinaan usaha, dan tidak menimbulkan limbah. Fokus
strategi yang tepat bagi agroindustri gula kelapa dalam mengembangkan usahanya adalah strategi yang agresif dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki
sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
2.2 Budidaya Tanaman Tebu
Tebu bahasa Inggris: sugar cane adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim
tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu
banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera. Klasifikasi Ilmiah Tebu
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Saccharum
Tanaman Tebu Saccharum Officanarum L merupakan tanaman perkebunan semusim, yang mempunyai sifat tersendiri, sebab di dalam batangnya
terdapat zat gula. Tebu termasuk keluarga rumput-rumputan graminae seperti halnya padi, jagung, bambu dan lain-lain. Daur kehidupan tanaman tebu menurut
Rizaldi 2003 terbagi melalui lima fase yaitu : 1 Fase perkecambahan
Dimulai dengan pembentukan taji pendek dan akar stek pada umur satu minggu dan diakhiri pada fase kecambah pada umur lima minggu.
2 Fase pertunasan Dimulai dari umur lima minggu sampai umur 3,5 bulan.
3 Fase pemanjangan batang Dimulai pada umur 3,5 bulan sampai sembilan bulan.
4 Fase kemasakan Merupakan fase yang terjadi setelah pertumbuhan vegetatif menurun dan
sebelum batang tebu mati. Pada fase ini gula di dalam batang tebu mulai terbentuk hingga titik optimal. Kurang lebih terjadi pada bulan Agustus dan
setelah itu rendemennya berangsur-angsur menurun. Tahap pemasakan inilah yang disebut dengan tahap penimbunan rendemen gula.
Masa kemasakan tebu adalah suatu gejala bahwa pada akhir dari pertumbuhannya terdapat timbunan sukrosa di dalam batang tebu. Pada tebu
yang masih muda, kadar sakarosa tertinggi berada di dalam ruas-ruas bawah dan kadar sakarosa di ruas-ruas di atasnya hampir sama tingginya. Adapun
dalam proses kemasakan, ruas-ruas yang termuda, mengandung kadar glukosa yang tertua. Rendahnya kadar sakarosa di ruas-ruas atas berhubungan dengan
belum dewasanya ruas-ruas itu. Sakarosa adalah bahan baku terpenting. Semula, semasa tebu masih dalam masa pertumbuhan, sakarosa ini merupakan
hasil asimilasi daun tebu. Gula ini diperlukan untuk pembentukan sel-sel dan semua keadaan yang dapat menimbulkan pertumbuhan baru.
Pada musim hujan atau jika tebu roboh, tunas-tunas muda tumbuh dari ruas bawah tanah. Pertumbuhan tunas-tunas muda itu mempunyai pengaruh yang
tidak baik terhadap proses kemasakan tebu. Kesimpulan dari uraian diatas bahwa faktor-faktor lingkungan, baik yang ada di permukaan tanah, yaitu
iklim, maupun yang berada di dalam tanah, besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan tebu. Sifat turunan genetis tebu itu sendiri juga sangat
berpengaruh. 5 Fase Kematian
Menurut Rizaldi 2003, varietas tebu pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1 Varietas Genjah masak awal, mencapai masak optimal 12 bulan.
2 Varietas Sedang masak tengahan, mencapai masak optimal pada umur 12-14
bulan. 3
Varietas Dalam masak akhir, mencapai masak optimal pada umur lebih dari14 bulan.
Usahatani yang produktif berarti usahatani yang produktivitasnya tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi
efisien usaha fisik dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi outout yang dapat diperoleh dari satuan ke satuan input.
Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah itu menyerap tenaga kerja dan modal sehingga memberikan hasil produksi
bruto yang sebesar-besarnya pada tingkat teknologi tertentu Mubyarto, 1991.
2.3 Landasan Teori 2.3.1 Teori Usahatani