Syarat dan Bentuk Putusan

sebagaimana yang didakwakan oleh Penuntut Umum atau tidak. Syarat syahnya Putusan Pengadilan harus memenuhi beberapa hal yaitu : 1. Diucapkan terbuka untuk umum Pasal 195 KUHAP; 2. Hadirnya terdakwa Pasal 196 ayat 1 dan 2 KUHAP; 3. Wajib diberitahukan hak-hak terdakwa.

2.4.2 Syarat dan Bentuk Putusan

a. Syarat-syarat putusan pengadilan Suatu putusan pengadilan harus memuat ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Putusan pengadilan memiliki 2 dua sifat, yaitu putusan pemidanaan dan putusan bukan pemidanaan yang telah ditetapkan oleh KUHAP yang memiliki perbedaan satu sama lain, yaitu sebagai berikut: 1. Putusan pemidanaan harus memuat semua ketentuan Pasal 197 ayat 1 KUHAP. Suatu putusan pemidanaan yang tidak memenuhi ketentuan dalam Pasal 197 ayat 1 KUHAP mengakibatkan putusan batal demi hukum. Dengan demikian putusan pemidanaan harus memuat syarat- syarat dalam ketentuan Pasal 197 ayat 1 KUHAP yang berbunyi : 1 Surat putusan pemidanaan memuat: a. kepala putusan yang dituliskan berbunyi: “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA;” b. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa; c. dakwaan, sebagaiana terdapat dalam surat dakwaan; d. pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan, beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa; e. tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan; f. pasal peraturan perundang-undanganyang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa; g. hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali perkara diperiksan oleh hakim tunggal; h. pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan; i. ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti; j. keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan dimana letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik dianggap palsu; k. perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan; l. hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus dan nama panitera. 2. Putusan bukan pemidanaan harus memuat ketentuan Pasal 199 KUHAP yang berbunyi: 1 Surat putusan bukan pemidanaan memuat: a. ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 197 ayat 1 kecuali huruf e, f dan h; b. pernyataan bahwa terdakwa diputus bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, dengan menyebutkan alasan dan Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar putusan; c. perintah supaya terdakwa segera dibebaskan jika ia ditahan. 2 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 197 ayat 2 dan ayat 3 berlaku juga bagi pasal ini. b. Bentuk putusan pengadilan Bentuk putusan pengadilan yang digunakan hakim dalam menentukan nasib seorang terdakwa yang diajukan di depan sidang pengadilan, terdapat 3 macam bentuk putusan, yaitu : 1. Putusan Bebas Vrijspraak Berdasarkan asasnya, esensi putusan bebas terjadi karena terdakwa dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan jaksapenuntut umum dalam surat dakwaan. Konkretnya, terdakwa dibebaskan dari segala tuntutan hukum. Atau terdakwa tidak dijatuhi pidana Lilik Mulyadi, 2007: 217. Putusan bebas diatur di dalam Pasal 191 ayat 1 KUHAP yang berbunyi: “Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan disidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas.” Kesalahan terdakwa tidak terbukti, karena ketiadaan alat bukti seperti ditentukan asas minimum pembuktian menurut Pasal 184 KUHAP. Serta majelis hakim tidak yakin terhadap perbuatan yang dilakukan terdakwa berdasarkan alat bukti yang diajukan di persidangan. 2. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum Putusan lepas dari segala tuntutan hukum ini diatur lebih lanjut dalam Ketentuan Pasal 191 ayat 2 KUHAP mengatur secara eksplisit tentang putusan lepas dari segala tuntutan hukum yang berbunyi : “Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum.” 3. Putusan Pemidanaan Putusan pemidanaan pada dasarnya diatur dalam Pasal 193 ayat 1 KUHAP yang berbunyi : “Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana.” Maksudnya apabila hakim menjatuhkan putusan pemidanaan, hakim telah yakin berdasarkan alat-alat bukti yang sah serta fakta-fakta dipersidangan bahwa terdakwa melakukan perbuatan sebagaimana dalam surat dakwaan. Lilik Mulyadi, 2007: 231 28

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 Proses Pembuktian

dalam Putusan Pengadilan Nomor 824Pid.B2007Pn.Bwi Tindak pidana korupsi di Indonesia telah sampai pada tingkat yang sangat memprihatinkan dan menggurita pada hampir semua sektor kehidupan, bahkan di Indonesia telah merambah pula pada institusi penegak hukum. Korupsi memang bukan tindak pidana yang mudah pencegahan dan pemberantasannya disebabkan makin masif dan intensifnya perkembangan kualitas serta kuantitas modus operandinya. Tekad dan kinerja peradilan tidak kalah dengan penegak hukum lain dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi, namun rasanya lebih sulit untuk menentukan parameter keberhasilannya secara konkret dalam perspektif masyarakat. Dalam hal ini disebabkan wewenang institusi pengadilan tidak dapat secara aktif mengungkapkan dan menyidik perkara korupsi atau mencari-cari perkara korupsi untuk diajukan di sidang pengadilan. Tugas pengadilan adalah mengadili, yang secara normatif bersifat menunggupasif untuk menerima limpahan perkara dari penuntut umum, dan dalam tugasnya untuk mengadili tersebut, pengadilan merupakan pihak netralindependen yang hasil kerja utamanya berupa putusan yang menurut undang-undang dapat berupa pemidanaan, pembebasan atau pelepasan terdakwa kasus korupsi dari segala tuntutan hukum. Putusan pengadilan yang berupa putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum yang biasanya dilakukan oleh pengadilan umum inilah yang sedang menjadi objek kritik bahwa pengadilan kurang mendukung upaya pemberantasan korupsi. Perihal kedudukan dan peranan pengadilanhakim dalam upaya pemberantasan korupsi sebagimana tersebut diatas yang dikaitkan dengan harapan masyarakat yang tinggi atas peran pengadilan tersebut terutama untuk dapat memulihkan hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat yang telah terampas sebagai akibat praktik korupsi.