Daya Predasi Sycanus croceovittatus (Hemiptera: Reduviidae) terhadap Ulat Api Setothosea asigna pada Tanaman Kelapa Sawit di Insektarium

(1)

DAYA PREDASI Sycanus croceovittatus (Hemiptera: Reduviidae)

TERHADAP ULAT API Setothosea asigna PADA TANAMAN

KELAPA SAWIT DI INSEKTARIUM

SKRIPSI

OLEH:

NENA CHRISTA DAELI

050302006

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN


(2)

DAYA PREDASI Sycanus croceovittatus (Hemiptera: Reduviidae)

TERHADAP ULAT API Setothosea asigna PADA TANAMAN

KELAPA SAWIT DI INSEKTARIUM

SKRIPSI

OLEH:

NENA CHRISTA DAELI

050302006

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Meraih Gelar Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Dra. M. Cyccu Tobing, MS) Ketua

(Ir. Amansyah Siregar) (Dr. Ir. Agus Susanto, MP) Anggota Anggota

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN


(3)

ABSTRACT

Nena Christa Daeli, “Predation capacity of Sycanus croceovittatus

(Hemiptera: Reduviidae) on Setothosea asigna on Oil Palm at Insectarium. The research was conducted at Oil Palm Research Centre in Marihat, Pematang Siantar from October to November 2009. The objective of this research was to study the predation capacity of S. croceovittatus on S. asigna. This research consist of four treatments: a male, a female, a pair, and three pairs of S. croceovittatus, with two density levels and three replications. The result showed that the duration of prey searching and predation were 10.46 minutes on the low population (5 larvae) and 4.61 minutes on high population (10 larvae). The highest predation rates (21.25%) at 10.00 a.m. and the lowest (9.59%) at 02.00 p.m. The predation rates of female (21.25%) higher than male (20%). The predation capacity of S. croceovittatus was 46.8% and the pray ca. 1 larva per hour.


(4)

ABSTRAK

Nena Christa Daeli, “Daya Predasi Sycanus croceovittatus

(Hemiptera: Reduviidae) terhadap Ulat Api Setothosea asigna pada Tanaman Kelapa Sawit di Insektarium”. Penelitian dilaksanakan di Insektarium Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Pematang Siantar pada bulan Oktober sampai November 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya predasi S. croceovittatus terhadap S. asigna. Penelitian ini terdiri dari empat perlakuan yaitu 1 ekor jantan, 1 ekor betina, 1 pasang, dan 3 pasang S. croceovittatus, yang dilakukan pada dua kepadatan populasi ulat api yaitu 5 ekor dan 10 ekor. Setiap perlakuan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pencarian dan penanganan satu mangsa membutuhkan waktu 10.46 menit pada kepadatan populasi rendah dan 4.61 menit pada kepadatan populasi tinggi. Laju pemangsaan tertinggi (21.25%) pada pukul 10.00 WIB dan terendah (9.59%) pada pukul 14.00 WIB. Laju pemangsaan imago betina (21.25%) lebih tinggi dibandingkan imago jantan (20%). Daya predasi S. croceovittatus adalah 46.8% dengan rata-rata jumlah mangsa ± 1 ekor ulat api/hari.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Nena Christa Daeli, lahir pada tanggal 25 Agustus 1987 di Gunungsitoli

dari Ayah Raradödö Daeli, S.Ip dan Ibu Rohiba Daeli, A.Md. Penulis merupakan anak kedua dari delapan bersaudara.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

- Lulus dari Sekolah Dasar Swasta RK Mutiara Bersubsidi Gunungsitoli pada tahun 1999.

- Lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gunungsitoli pada tahun 2002.

- Lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gunungsitoli pada tahun 2005. - Pada tahun 2005 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Medan, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan melalui jalur PMP.

Penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu IMAPTAN (Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman) tahun 2005-2010, ForMaN USU (Forum Mahasiswa Nias USU) tahun 2005-2010, menjadi Asisten Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan tahun 2009, pernah mengikuti Seminar Ilmiah dengan tema “Dengan Pertanian Berkelanjutan Kita Wariskan Kehidupan Berwawasan Lingkungan” dan Seminar “Peranan Pertanian dalam Pembangunan Sumatera Utara”. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Kerasaan Indonesia, Pematang Bandar, Kabupaten Simalungun pada tahun 2009 dan melaksanakan penelitian skripsi di Insektarium Pusat Penelitian Kelapa Sawit


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugerah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Judul dari skripsi ini adalah “Daya Predasi Sycanus croceovittatus

(Hemiptera: Reduviidae) terhadap Ulat Api Setothosea asigna pada

Tanaman Kelapa Sawit di Insektarium” yang bertujuan sebagai salah satu

syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi Pembimbing Prof. Dr. Dra. M. Cyccu Tobing, MS selaku Ketua, Ir. Amansyah Siregar selaku Anggota, Dr. Ir. Agus Susanto, MP dan

Ahmad P. Dongoran, SP selaku pembimbing lapangan yang telah memberi saran dan kritik dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2010


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus croceovittatus (Hemiptera: Reduviidae)... 4

Perilaku Predator Sycanus croceovittatus ... 6

Biologi Ulat Api Setothosea asigna ... 7

Gejala Serangan Ulat Api Setothosea asigna ... 9

Pengendalian Ulat Api Setothosea asigna ... 10

BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

Bahan dan Alat ... 11

Metodologi Penelitian ... 11 Pelaksanaan Penelitian


(8)

Peubah Amatan

Lama Pencarian Mangsa ... 12 Lama Penanganan Mangsa... 13 Daya Predasi Sycanus croceovittatus ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lama Pencarian Mangsa ... 14 Lama Penanganan Mangsa

Laju Pemangsaan Predator S. croceovittatus ... 18 Tanggap Fungsional ... 19 Daya Predasi ... 21

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 22 Saran ... 22

DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1. Telur S. croceovittatus……… 4

2. Nimfa S. croceovittatus……….. 5

3. Imago S. croceovittatus……….. 6

4. Telur S. asigna………... 7

5. Larva S. asigna………... 8

6. Pupa S. asigna……… 8

7. Imago S. asigna……….. 9

8. Gejala serangan S. asigna………... 10

9. Pencarian mangsa oleh S. croceovittatus………... 15

10. S. croceovittatus memangsa ulat api secara bersamaan………. 17


(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Rata-rata lama pencarian dan penanganan mangsa

berdasarkan kepadatan mangsa………... 14

2. Rata-rata lama pencarian dan penanganan mangsa berdasarkan jumlah predator………... 16

3. Persentase rata-rata laju pemangsaan S. croceovittatus……… 18

4. Rata-rata tingkat pemangsaan S. croceovittatus……… 19


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1. Foto Penelitian……… 26

2. Lama Pencarian dan Penanganan Mangsa………. 27

3. Laju Pemangsaan S. croceovittatus……… 28


(12)

ABSTRACT

Nena Christa Daeli, “Predation capacity of Sycanus croceovittatus

(Hemiptera: Reduviidae) on Setothosea asigna on Oil Palm at Insectarium. The research was conducted at Oil Palm Research Centre in Marihat, Pematang Siantar from October to November 2009. The objective of this research was to study the predation capacity of S. croceovittatus on S. asigna. This research consist of four treatments: a male, a female, a pair, and three pairs of S. croceovittatus, with two density levels and three replications. The result showed that the duration of prey searching and predation were 10.46 minutes on the low population (5 larvae) and 4.61 minutes on high population (10 larvae). The highest predation rates (21.25%) at 10.00 a.m. and the lowest (9.59%) at 02.00 p.m. The predation rates of female (21.25%) higher than male (20%). The predation capacity of S. croceovittatus was 46.8% and the pray ca. 1 larva per hour.


(13)

ABSTRAK

Nena Christa Daeli, “Daya Predasi Sycanus croceovittatus

(Hemiptera: Reduviidae) terhadap Ulat Api Setothosea asigna pada Tanaman Kelapa Sawit di Insektarium”. Penelitian dilaksanakan di Insektarium Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Pematang Siantar pada bulan Oktober sampai November 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya predasi S. croceovittatus terhadap S. asigna. Penelitian ini terdiri dari empat perlakuan yaitu 1 ekor jantan, 1 ekor betina, 1 pasang, dan 3 pasang S. croceovittatus, yang dilakukan pada dua kepadatan populasi ulat api yaitu 5 ekor dan 10 ekor. Setiap perlakuan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pencarian dan penanganan satu mangsa membutuhkan waktu 10.46 menit pada kepadatan populasi rendah dan 4.61 menit pada kepadatan populasi tinggi. Laju pemangsaan tertinggi (21.25%) pada pukul 10.00 WIB dan terendah (9.59%) pada pukul 14.00 WIB. Laju pemangsaan imago betina (21.25%) lebih tinggi dibandingkan imago jantan (20%). Daya predasi S. croceovittatus adalah 46.8% dengan rata-rata jumlah mangsa ± 1 ekor ulat api/hari.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit sangat bermanfaat bagi kehidupan kita, karena kelapa sawit dapat diolah menjadi berbagai produk seperti: minyak goreng, mentega, sabun, arang, kertas, pupuk, kompos, perabot, dan papan (Basiron, 1990).

Perkebunan kelapa sawit telah memicu tingkat perekonomian, selama 20 tahun perkebunan kelapa sawit menjadi nadi utama penghidupan rakyat. Luas areal pertanaman sawit di seluruh Indonesia dalam 20 tahun terakhir berkembang sangat cepat. Tahun 2003 luas perkebunan kelapa sawit di Sumatera seperti yang tercatat oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit mencapai 5,2 juta hektar, padahal

tahun 1997 luas areal sawit di Sumatera hanya 611.300 hektar (Bakir dan Mulyadi, 2006).

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) sering diserang oleh berbagai jenis hama terutama ulat pemakan daun dari famili Limacodidae. Setothosea asigna merupakan jenis ulat yang sering menyerang dalam jumlah besar dan

menimbulkan kerusakan yang berat. Akibat serangan hama ini, produksi tanaman kelapa sawit dapat menurun jauh pada tahun-tahun berikutnya. Tanaman kelapa sawit yang mengalami kehilangan daun sebesar 50% sampai 80% selama 3 tahun produksinya dapat berkurang sebanyak 48 sampai 87% (Ginting dkk, 1995).

Usaha pengendalian Setothosea asigna yang telah dilakukan selama ini adalah pengendalian dengan menggunakan mikroorganisme entomopatogenik


(15)

Multiple Nucleopolyhedrovirus (MNPV), penggunaan insektisida biologis seperti Bacillus thuringiensis, dan insektisida kimia sintetik (Deptan, 2008).

Salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan insektisida adalah dengan pengendalian hayati, menggunakan musuh alami seperti parasitoid, predator dan patogen. Musuh alami ini memiliki kemampuan yang tinggi untuk menekan populasi hama (Natawigena, 1990).

Sycanus adalah predator umum yang dapat dijumpai di beberapa habitat.

Sycanus diketahui dapat memangsa berbagai macam ulat pemakan daun antara

lain ulat kantong, ulat api, Plutella xylostella, Eterusia magnifica dan larva dari serangga hama lainnya. Sycanus juga dapat dibiakkan di laboratorium dengan memberi pakan rayap (Captotermes sp.) sebagai makanan alternatif untuk mendukung perbanyakan Sycanus dalam program pengendalian hayati (Mukhopadhyay dan Sarker, 2009).

Sycanus croceovittatus Dohrn (Hemiptera: Reduviidae) adalah predator

yang umum dijumpai di kelapa sawit. Kemampuan untuk menyerang hama pada fase larva menyebabkan predator ini sesuai untuk pengendalian hayati (Singh, 1992). Predator ini memerlukan waktu 4 – 5 jam untuk memangsa satu larva dewasa (de Chenon et al., 1989).

Namun sampai saat ini belum diketahui sejauh mana keefektifan S. croceovittatus dalam memangsa ulat api di pertanaman kelapa sawit. Oleh

sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang predasi S. croceovittatus terhadap ulat api.


(16)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui daya predasi S. croceovittatus jantan dan betina terhadap kepadatan populasi ulat api (S. asigna) pada tanaman kelapa sawit di Insektarium.

Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan daya memangsa antara imago jantan dan betina S. croceovittatus terhadap kepadatan populasi ulat api pada tanaman kelapa sawit.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Departemen

Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae)

Telur

Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya. Dari 68 pasang imago Sycanus, hanya 50% dari telurnya yang menetas. Semua telur (15 – 119 telur per kelompok) menetas dalam hari yang sama. Masa inkubasi telur adalah 11 – 39 hari (Zulkefli dkk, 2004).

Gambar 1. Telur S. croceovittatus Sumber: Foto Langsung

Nimfa

Nimfa mengalami pergantian kutikula sebanyak lima kali sebelum mencapai fase dewasa. Nimfa yang baru muncul berwarna kekuning-kuningan pada kepala, toraks dan abdomennya. Tungkai coklat dengan bagian femur dan tibia lebih gelap. Nimfa instar pertama hidup berkelompok dan mengubah posisi dalam jangka waktu pendek dengan bersilangan satu sama lain. Instar kedua


(18)

berikutnya. Warnanya sama dengan instar yang pertama kecuali pada bagian tubuhnya (Zulkefli dkk, 2004).

Nimfa instar ketiga lebih gelap daripada nimfa instar kedua. Bintik pada abdomen juga lebih lebar. Perbandingan antara perbedaan mangsa menunjukkan tidak banyak perbedaan pada ukuran tubuh. Nimfa instar keempat membutuhkan waktu tiga minggu sebelum berganti kulit menjadi instar berikutnya. Hampir semua nimfa berhasil menjadi imago, dan hanya sedikit imago tidak normal karena pergantian kutikula yang sulit. Masa nimfa ± 69 hari (Zulkefli dkk, 2004).

Gambar 2. Nimfa S. croceovittatus Sumber: Foto Langsung

Imago

Imago jantan dan betina dapat dibedakan dari ukuran tubuh dan bagian abdomennya. Imago jantan lebih kecil dibandingkan dengan imago betina. Imago

yang baru terbentuk tidak dapat bergerak selama 15 – 20 menit (Zulkefli dkk, 2004).

Sycanus relatif mudah dikenali karena bentuknya yang khas. Kepik ini

memiliki ciri kepala memanjang, bagian belakang kepala menggenting mirip leher, rostrum pendek dan kokoh. Tubuhnya berwarna hitam dengan tanda


(19)

melebar sehingga tidak tertutupi oleh sayapnya. Panjang tubuh 2,25 cm dan lebar bagian abdomen 0,5 cm (Mukhopadhyay dan Sarker, 2009).

Kepik ini adalah pemburu yang ganas (assasin bug). Sewaktu mencari mangsa geraknya lamban, tetapi jika mangsa telah ditemukan pada jarak tertentu akan menyergap dengan tiba-tiba dan mengisap habis cairan tubuh mangsa tersebut (Susilo, 2007).

Gambar 3. Imago S. croceovittatus Sumber: Foto Langsung

Perilaku Predator Sycanus sp.

Nimfa Sycanus mempunyai siklus hidup yang lama, aktivitas makan lambat dan berlangsung pada siang hari. Ketika ulat api tersedia, kepik ini akan menusuk dengan segera dan mengisap cairan tubuh ulat dalam waktu 4 sampai 5 jam (Sipayung dkk, 1988). Dalam satu hari tidak banyak ulat yang dapat dimangsa, seekor Sycanus dapat mengkonsumsi ± 430 ulat selama hidupnya (Wood, 1971).


(20)

Sycanus macracanthus yang menyerang ulat api Thosea asigna

(Sipayung dan de Chenon, 1989).

Biologi Ulat Api Setothosea asigna

Telur

Telur berwarna kuning kehijauan, berbentuk oval, sangat tipis dan transparan. Telur diletakkan berderet 3 – 4 baris sejajar dengan permukaan daun sebelah bawah, biasanya pada pelepah daun ke 6 – 17. Satu tumpukan telur berisi sekitar 44 butir dan seekor ngengat betina mampu menghasilkan telur 300 – 400 butir. Telur menetas 4 – 8 hari setelah diletakkan (Prawirosukarto dkk, 2003).

Gambar 4. Telur S. asigna Sumber: Foto Langsung

Larva

Larva yang baru menetas hidup berkelompok, mengikis daging daun dari permukaan bawah dan meninggalkan epidermis bagian atas permukaan daun. Pada instar 2 – 3 larva memakan daun mulai dari ujung ke arah bagian pangkal daun. Selama perkembangannya larva berganti kulit 7 – 8 kali. Larva berwarna hijau kekuningan dengan bercak-bercak yang khas di bagian punggungnya. Selain


(21)

(instar ke-9) berukuran panjang 36 mm dan lebar 14,5 mm. Stadia larva ini berlangsung selama 49 – 50,3 hari (Purba dkk, 2005).

Gambar 5. Larva S. asigna Sumber: Foto Langsung

Pupa

Larva sebelum berubah menjadi kepompong menjatuhkan diri pada permukaan tanah yang relatif gembur di sekitar piringan atau pangkal batang kelapa sawit. Kepompong diselubungi oleh kokon yang terbuat dari air liur ulat, berbentuk bulat telur dan berwarna coklat gelap. Kokon jantan dan betina masing-masing berukuran 16 x 13 mm dan 20 x 16,5 mm. Stadia kepompong berlangsung selama ± 39,7 hari (Purba dkk, 2005).

Gambar 6. Pupa S. asigna


(22)

Imago

Serangga dewasa (ngengat) jantan dan betina masing-masing lebar rentangan sayapnya 41 mm dan 51 mm. Sayap depan berwarna coklat tua dengan garis transparan dan bintik-bintik gelap, sedangkan sayap belakang berwarna coklat muda (Prawirosukarto dkk, 2003).

Gambar 7. Imago S. asigna Sumber: Foto Langsung

Gejala Serangan

Ulat api S. asigna maupun Setora nitens adalah dua spesies ulat api yang merusak daun kelapa sawit dan merupakan spesies yang dominan di Sumatera Utara, setidaknya sepuluh tahun terakhir ini. Kedua spesies menduduki strata tajuk tanaman yang sama yaitu menyukai daun tanaman yang sedang tuanya sampai agak muda. Pada lokasi tertentu sering dijumpai tanaman menjadi habis daunnya. Kerusakan daun tanaman yang demikian menyebabkan tanaman tidak berproduksi sampai tiga tahun kemudian. Kalaupun terbentuk tandan buah, biasanya terjadi aborsi atau berbentuk tandan buah abnormal, tidak proporsional, dan buah busuk sebelum matang (Prawirosukarto dkk, 2003).


(23)

Gambar 8. Gejala Serangan S. asigna Sumber: Foto Langsung

Pengendalian Hayati Ulat Api Setothosea asigna

Pengendalian hayati ulat api pada kelapa sawit dapat menggunakan mikroorganisme entomopatogenik, yaitu jamur Cordyceps militaris, bakteri Bacillus thuringiensis, virus Nudaurelia, dan Multiple nucleopolyhedrovirus

(MNPV) (Prawirosukarto dkk, 1997).

Pelepasan sejumlah besar predator secara periodik juga dapat mengendalikan ulat pemakan daun kelapa sawit. Dalam jangka pendek tindakan ini diharapkan akan dapat menekan populasi hama sasaran secara langsung, sedangkan dalam jangka panjang diharapkan dapat menggeser keseimbangan alami ke arah yang lebih menguntungkan sehingga ledakan populasi hama berikutnya dapat dicegah (Prawirosukarto dkk, 1991).


(24)

BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Insektarium Balai Penelitian Marihat, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Pematang Siantar dengan ketinggian tempat ± 369 m di atas permukaan laut. Penelitian berlangsung dari bulan Oktober - November 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanaman kelapa sawit berumur 6 bulan dengan ketinggian ± 1 m, imago predator S. croceovittatus, dan ulat api S. asigna instar 3 – 5.

Alat yang digunakan adalah sungkup yang terbuat dari kawat kasa berukuran panjang 60 cm, lebar 60 cm dan tinggi 100 cm, stoples, polibag berdiameter ± 25 cm, stop watch, alat tulis, buku data, kamera digital, dan alat-alat lain yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian.

Metodologi Penelitian

Penelitian perilaku dan tanggap fungsional S. croceovittatus terhadap ulat api terdiri dari empat perlakuan yaitu 1 ekor Sycanus jantan, 1 ekor Sycanus betina, 1 pasang Sycanus jantan dan betina, dan 3 pasang Sycanus jantan dan betina, yang dilakukan pada dua kepadatan populasi ulat api yaitu 5 ekor dan 10 ekor. Setiap perlakuan diulang tiga kali.


(25)

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Ulat Api

Ulat api yang sehat instar 3 – 5 diambil dari lapangan sesuai dengan yang dibutuhkan untuk masing-masing perlakuan, yaitu 5 ekor pada perlakuan pertama dan 10 ekor pada perlakuan kedua.

Penyediaan imago Sycanus croceovittatus umur 1 hari

Nimfa instar akhir S. croceovittatus diambil dari lapangan, kemudian dimasukkan ke dalam sungkup yang telah berisi tanaman kelapa sawit yang

ditanam dalam polibag. Selanjutnya dimasukkan ulat api sebagai pakan S. croceovittatus. Predator yang digunakan adalah imago berumur 1 hari.

Percobaan

Pertama kali disiapkan tanaman kelapa sawit dalam sungkup kemudian

diletakkan ulat api instar 3-5 pada daun kelapa sawit. Selanjutnya dilepas S. croceovittatus stadia imago ke dalam sungkup tersebut masing-masing sesuai

perlakuan. Diamati perilaku predator dalam mencari mangsa dan dicatat waktu yang dibutuhkan predator tersebut untuk penanganan mangsanya.

Peubah Amatan

Lama Pencarian Mangsa

a. Lama pencarian mangsa pertama diperoleh dari perhitungan waktu sejak predator diinokulasikan ke dalam kotak pemeliharaan serangga sampai


(26)

b. Selang waktu pencarian mangsa pertama dengan pencarian mangsa kedua dan seterusnya.

Lama Penanganan Mangsa

Lama penanganan mangsa meliputi perilaku dan waktu yang dibutuhkan predator untuk menangani satu mangsa.

a. Laju pemangsaan terhadap waktu yang meliputi jumlah pemangsaan diamati setiap 2 jam dari pukul 08.00 – 14.00 WIB pada semua populasi mangsa.

b. Tanggap fungsional bertujuan untuk mengetahui tingkat predatisme S. croceovittatus terhadap kepadatan mangsa.

Model yang digunakan adalah:

Keterangan:

Y = Jumlah mangsa termangsa X = Kepadatan populasi mangsa Tt = Jumlah waktu yang tersedia a = Laju (koefisien) pencarian mangsa

Th = Waktu yang diperlukan untuk menangani satu mangsa (Varley et al., 1974; Tarumingkeng, 1992).

Daya Predasi Sycanus croceovittatus

Daya predasi S. croceovittatus diperoleh dengan cara menghitung jumlah ulat api yang berhasil dimangsa untuk setiap perlakuan predator selama


(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lama Pencarian Mangsa

Hasil pengamatan terhadap lama pencarian mangsa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dari lama pencarian mangsa pertama dengan mangsa berikutnya berdasarkan jumlah predator dan kepadatan mangsa (Lampiran 2). Rata-ratanya dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Rata-rata lama pencarian mangsa berdasarkan kepadatan mangsa Perilaku pemangsaan Kepadatan

5 ekor

Kepadatan 10 ekor Lama pencarian mangsa pertama

(menit) 15.06 9.99

Lama pencarian mangsa berikutnya

(menit) 10.46 4.61

Tabel 1 menunjukkan bahwa lama pencarian mangsa pertama yang tercepat diperoleh pada perlakuan kepadatan 10 ekor ulat api, yaitu selama 9.99 menit, sedangkan yang paling lama pada perlakuan kepadatan 5 ekor ulat api, yaitu selama 15.06 menit. Hal ini disebabkan karena jumlah mangsa yang tersedia lebih banyak sehingga interval penemuan mangsa oleh predator lebih singkat. Selain itu, mangsa juga relatif sulit untuk menghindar saat didekati oleh predator. Hasil pengamatan ini sesuai dengan pendapat Supartha dan Susila (2001) pada penelitian pemangsaan Curinus coeruleus terhadap Diaphorina citri yang menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menemukan inang (mangsa) pada kepadatan tinggi lebih singkat dibandingkan pada kepadatan rendah.


(28)

Gambar 9. Pencarian mangsa oleh Sycanus Sumber: Foto Langsung

Proses pemangsaan predator terhadap mangsa umumnya dilakukan secara bertahap yaitu: (1) proses pencarian dan penemuan habitat mangsa. Pada proses ini predator umumnya menggunakan indra penglihatan dan chemoreception (respon fisiologis oleh organ indra terhadap rangsangan kimiawi) untuk menemukan habitat mangsanya (Huffaker dan Messenger, 1989). (2) proses pencarian dan penemuan serangga mangsa. Proses ini dilakukan setelah berada pada habitat mangsa. Pada proses tersebut predator menggunakan antena untuk menerima rangsang kimiawi dan fisik dari mangsa dan mendeteksi ada atau tidaknya mangsa yang sesuai. (3) proses penerimaan mangsa sebagai pakan. Pada proses ini predator menilai kadar gizi dan rasa yang dimiliki oleh mangsa tersebut (Driesche et al, 2008). (4) kesesuaian mangsa sebagai pakan. Proses ini merupakan proses akhir dari pemangsaan oleh predator. Bila ternyata mangsa itu memiliki kualitas dan kuantitas gizi dan rasa yang enak bagi kelangsungan hidup


(29)

predator maka mangsa tersebut dikategorikan sebagai mangsa yang sesuai bagi kehidupan predator.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa predator S. croceovittatus dalam pencarian mangsanya, mula-mula melakukan penerbangan acak naik turun di dalam sungkup yang kemudian sampai pada bagian tanaman kelapa sawit. Setelah berada pada tanaman inang predator melakukan pencarian mangsa dengan bergerak naik-turun pada daun dan pelepah tanaman. Predator bergerak lamban mendekati ulat api dan setelah berada dekat mangsa, predator ini menusukkan stiletnya pada bagian tubuh ulat api. Stilet dapat ditusukkan dari bagian atas, bawah maupun dari arah samping mangsa. Sebelum mengisap cairan tubuh mangsa, predator ini menusukkan stiletnya pada beberapa bagian tubuh mangsa agar mangsa tidak bergerak.

Tabel 2. Rata-rata lama pencarian mangsa berdasarkan jumlah predator Perilaku pemangsaan 1 ekor

Sycanus ♂

1 ekor Sycanus ♀

1 pasang Sycanus

3 pasang Sycanus Lama pencarian mangsa

pertama (menit) 16.04 16.23 10.94 6.91

Lama pencarian mangsa

berikutnya (menit) 9.21 9.94 6.09 4.89

Tabel 2 menunjukkan bahwa lama pencarian mangsa pertama yang paling cepat terdapat pada perlakuan 3 pasang Sycanus jantan dan betina yaitu selama 6.91 menit, sedangkan yang paling lama yaitu pada perlakuan 1 ekor Sycanus betina yaitu selama 16.23 menit. Hal ini disebabkan karena predator menyerang


(30)

dan mengisap cairan tubuh ulat api, Sycanus akan terus memangsa selama ± 4 jam hingga ulat mati. Namun, terkadang predator ini berpindah-pindah dari satu mangsa ke mangsa lain.

Gambar 10. Sycanus memangsa ulat api secara bersamaan Sumber: Foto Langsung

Lama pencarian mangsa berikutnya yang tercepat pada perlakuan 3 pasang Sycanus yaitu selama 4.89 menit, dibandingkan dengan lama pencarian

mangsa pertama yaitu 6.91 menit. Hal ini disebabkan karena setelah menemukan mangsanya yang pertama, predator bergerak lebih cepat mencari mangsa berikutnya karena telah mengenali mangsanya. Hasil pengamatan tersebut sesuai dengan pernyataan Debach (1979 dalam Supartha dan Susila, 2002) bahwa umumnya bila serangga predator telah mampu mengenali mangsanya pada habitat atau relung spesifiknya, maka proses pencarian, penemuan dan pemangsaan selanjutnya lebih mudah dilakukan. Fenomena itu umumnya terlihat dari lebih singkatnya waktu pencarian, penemuan dan penanganan satu mangsa oleh


(31)

Lama Penanganan Mangsa

a. Laju Pemangsaan Predator S. croceovittatus (%)

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa laju pemangsaan S. croceovittatus berdasarkan kepadatan mangsa dan jumlah predator yang tertinggi terdapat pada pukul 08.00 WIB (Lampiran 3). Rata-ratanya dapat dilihat Tabel 3.

Tabel 3. Persentase rata-rata laju pemangsaan S. croceovittatus

Kepadatan populasi

Waktu pemangsaan

Total pemangsaan 08.00 WIB 10.00 WIB 12.00 WIB 14.00 WIB

5 ekor 20 13.34 8.34 6.67 48.35

10 ekor 11.67 9.17 6.67 3.34 30.85

Rata-rata 15.84 11.26 7.51 5.01 39.6

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ulat api banyak dimangsa predator S. croceovittatus pada pukul 08.00 – 10.00 WIB sebesar 15.84%, sedangkan pukul

12.00 WIB sebesar 7.51% dan pukul 14.00 WIB sebesar 5.01%. Hal ini disebabkan karena sebelum diaplikasikan ke tanaman kelapa sawit, predator sudah dilaparkan selama 48 jam, sehingga kemampuan memangsa pada setiap jumlah predator hampir sama besarnya pada pukul 08.00 – 10.00 WIB, sedangkan pada pukul 12.00 WIB dan 14.00 WIB kemampuan memangsanya berkurang karena predator sudah kenyang pada pukul 08.00 – 10.00 WIB.

Rata-rata laju pemangsaan predator ini tergolong rendah yaitu sebesar 39.6% per harinya. Hal ini dipengaruhi oleh ukuran tubuh yang relatif kecil,


(32)

b.Tanggap Fungsional

Data pengamatan menunjukkan bahwa Sycanus betina memiliki tingkat pemangsaan yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan Sycanus jantan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pemangsaan predator per hari pada Tabel 4 (Lampiran 4).

Tabel 4. Rata-rata tingkat pemangsaan S. croceovittatus

Kepadatan mangsa

Tingkat pemangsaan (ekor)

Total 1 ekor

Sycanus

1 ekor Sycanus

1 pasang Sycanus

3 pasang Sycanus

5 ekor 1 1.10 1.20 1.65 4.95

10 ekor 1.11 1.24 1.42 1.96 5.73

Rata-rata tingkat pemangsaan S. croceovittatus adalah 1-2 ekor/hari. Hal ini disebabkan karena aktivitas makan predator yang lambat. Tingkat pemangsaan dan waktu penanganan mangsa merupakan parameter yang digunakan untuk menentukan besarnya tanggap fungsional ini. Menurut Pervez dan Omkar (2005), perbedaan nilai parameter ini mungkin disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh, voracity (kerakusan), waktu kejenuhan, tingkat kelaparan, kemampuan mencerna,

kecepatan berjalan, dan lain-lain. Hasil pengamatan tersebut dapat digambarkan sebagai keefektifan predator dalam mengatur keseimbangan populasi mangsa. Keefektifan predator dicerminkan oleh tanggapnya terhadap kepadatan populasi mangsa.


(33)

Gambar 11. Tanggap fungsional S. croceovittatus terhadap kepadatan populasi S. asigna

Gambar menunjukkan bahwa tingkat kepadatan mangsa mempengaruhi tingkat predatisme predator. Pada kepadatan mangsa rendah tingkat predatisme predator rendah. Hal ini disebabkan karena predator memerlukan waktu yang relatif lama untuk menemukan mangsa dibandingkan pada perlakuan populasi tinggi sehingga waktu yang tersedia tidak dapat digunakan secara efektif oleh predator untuk menemukan mangsa. Tanggap predator ini adalah tanggap fungsional terhadap kepadatan populasi mangsa. Hal ini sesuai dengan kajian Holling (1965 dalam Suin, 2003) yaitu ada tiga tipe tanggap fungsional, dan pemangsaan oleh S. crocecovittatus ini termasuk dalam tanggap fungsional tipe I dimana laju pemangsaan per predator konstan. Jumlah mangsa yang dimangsa tiap predator per satuan waktu bertambah dengan meningkatnya kepadatan populasi mangsa, tetapi pada batas waktu tertentu walaupun kepadatan populasi mangsa terus bertambah, jumlah mangsa yang dimangsa predator tidak bertambah lagi


(34)

Daya Predasi

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa daya predasi S. croceovittatus tidak begitu tinggi, hanya mencapai 43.3%, hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 (Lampiran 3).

Tabel 5. Persentase rata-rata jumlah mangsa termangsa Kepadatan

mangsa

1 ekor Sycanus

1 ekor Sycanus

1 pasang Sycanus

3 pasang Sycanus

5 ekor 13.4 16.7 23.4 30

10 ekor 16.7 20 26.7 43.3

Tabel 5 menunjukkan bahwa daya predasi S. croceovittatus yang paling tinggi adalah 43.3% dimana rata-rata jumlah mangsa yang dimangsa adalah 1-2 ekor/hari. Hal ini disebabkan karena aktivitas makan predator yang lambat sehingga dalam satu hari tidak banyak mangsa yang termangsa. Hasil pengamatan ini sesuai dengan penelitian Sipayung dkk (1988) bahwa aktivitas makan Sycanus lambat dan berlangsung pada siang hari. Ketika ulat api tersedia, kepik ini akan menusuk dengan segera dan mengisap cairan tubuh ulat dalam waktu 4-5 jam.

Daya predasi dapat meningkat bila disertai oleh peningkatan populasi predator di lapangan dan semakin pendeknya waktu yang dibutuhkan predator untuk menangani mangsanya. Hal ini sesuai dengan literatur yang dikemukakan oleh Tarumingkeng (1992) bahwa keefektifan predator dalam pengaturan populasi mangsa dipengaruhi oleh kemampuan berkembangbiak, kemampuan mencari mangsa, dan kisaran toleransi terhadap habitat dan instar mangsa. Selain itu, lamanya waktu yang digunakan oleh predator untuk mengejar, menangkap dan


(35)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Lama pencarian dan penanganan satu mangsa membutuhkan waktu 10.46 menit pada kepadatan 5 ekor ulat api dan 4.61 menit pada kepadatan 10 ekor ulat api.

2. Daya predasi imago betina (18.35%) sedikit lebih tinggi dibandingkan imago jantan (15.05%).

3. Kepadatan populasi ulat api mempengaruhi daya predasi S. croceovittatus. 4. S. croceovittatus memiliki tanggap fungsional untuk mengatur keseimbangan

populasi mangsa, namun kurang efektif karena pengaruh aktivitas makan yang lambat.

Saran

S. croceovittatus kurang efektif untuk mengendalikan populasi ulat api,

karena itu tidak dianjurkan digunakan dalam pengendalian hayati terhadap ulat api di lapangan.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Bakir, M. dan A. Mulyadi. 2006. Sawit, Andalan Devisa Republik. Diunduh dari

Basiron. 1990. Manfaat dan Keunggulan Kelapa Sawit. Buletin Perkebunan 21(2):113-117.

Darmadi, D. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit. Diunduh dari

de Chenon, R.D., A. Sipayung and P.S. Sudharto. 1989. The importance of natural enemies on leaf eating caterpillars in oil palm in Sumatra, Indonesia – uses and possibilities. Proc. Of the PORIM International Palm Oil Development Conference. PORIM, Bangi. p. 245-262.

Departemen Pertanian. 2008. Teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit pada Kelapa Sawit: Siap Pakai dan Ramah Lingkungan. Diunduh dari

Driesche, R.V., M. Hoddle and T. Center. 2008. Control of Pests and Weeds by Natural Enemies: An Introduction to Biological Control. p. 29-44.

Ginting, C. U., Dj. Pardede dan A. Djamin. 1995. Formulasi Baru Bacillus thuringiensis dan Pengaruhnya terhadap Ulat Api Setothosea

asigna van Eecke pada Perkebunan Kelapa Sawit. Warta PPKS 3(1):35-38.

Holling, C.S. 1965. The Functional Response of Predator to Prey Density and It’s Role in Mimicry and Population Regulation. Mem. Entomol. Soc. Canada 45:1-60.

Huffaker, C.B. dan P.S. Messenger. 1989. Theory and Practice of Biological Control. Academic Press, Inc. Ltd. London. 352 pp.

Mukhopadhyay, A. dan M. Sarker. 2009. Natural Enemies of Some Tea Pests with Special Reference to Darjeeling, Terai and The Doors. A National Tea Research Foundation Publication. 56 pp.

Natawigena, H. 1990. Pengendalian Hama Terpadu (Integrated Pest Control). Armico, Bandung. Hal. 40-41.


(37)

Prawirosukarto, S., A. Sipayung dan R.A. Lubis. 1991. Metode Pembiakan Massal Predator Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit dengan Makanan Awetan. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Pematang Siantar Sumatera Utara. hal. 12 – 15.

Prawirosukarto, S., A. Djamin dan Dj. Pardede. 1997. Pengendalian Oryctes rhinoceros dan Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit Secara Terpadu. Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Hal. 38-39.

Prawirosukarto, S., R.Y. Purba, C. Utomo dan A. Susanto. 2003. Pengenalan dan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Sumatera Utara. Hal. 2-9.

Purba, A.R., Akiyat, A.D. Koedadiri, Dja’far, E.S., Sutarta, I.Y. Harahap dkk. 2005. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Hal. 1-2.

Singh, G. 1992. Management of Oil Palm Pests and Disease in Malaysia in 2000.

Pest Management and the Environment in 2000 (eds. Aziz dkk). p. 195 – 212. Diunduh dari

palmoilis.mpob.gov.my/publications/joprv16n2-zulkefli.pdf. (27 Februari 2009).

Sipayung, A., R. D. de Chenon dan P. Sudharto. 1988. Natural Enemies of Leaf-Eating Lepidoptera in Oil Palm Plantations, North Sumatera. In Symposium on Biological Control of Pests in Tropical Agricultural Ecosystems, Bogor. Biotrop Special Publication 36: 99-121.

Sipayung, A. dan R. D. de Chenon. 1989. Survai/Inventarisasi Hama dan Musuh Alamiah pada Perkebunan Kelapa Sawit di Kalimantan Barat dan Timur. Dalam Prosiding Temu Ilmu Ilmiah, Entomologi Perkebunan Indonesia.

Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Sumatera Utara-Aceh. Hal. 105-117.

Soehardjo, H., H. Habib, I. Razali, P. Asmah, L. Elvidiana, B. Sri, dan Kusmahadi. 1999. Vademécum Kelapa Sawit. PT. Perkebunan Nusantara IV, Bah Jambi – Pematang Siantar, Sumatera Utara Indonesia. Hal. 25-28.

Suin, N.M. 2003. Ekologi Populasi. Andalas University Press. Padang. Hal. 93-115.

Supartha, I.W. dan I.W. Susila. 2001. Uji Pemangsaan Curinus coeruleus Mulsant (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Diaphorina citri Kuw. (Homoptera: Psyllidae) dan Heteropsylla cubana Crawford (Homoptera: Psyllidae).


(38)

Susila, I.W. dan I.W. Supartha. 2002. Perilaku Pemangsaan Curinus coeruleus Mulsant terhadap Diaphorina citri Kuw. dan Heteropsylla cubana Crawford pada Tanaman Lamtoro dan Kemuning. Agritrop 21(2):73-77. Susilo, F.X. 2007. Pengendalian Hayati dengan Memberdayakan Musuh Alami

Hama Tanaman. Graha Ilmu, Yogyakarta. Hal. 95-96.

Tarumingkeng, R.C. 1992. Dinamika Pertumbuhan Populasi Serangga. IPB Press, Bogor. Hal. 127-133.

Varley, G.C., G.R. Gradwell and M.P. Hassell. 1974. Insect Population Ecology an Analytical Approach. Blackwell Scientific Publications. Oxford, London. p. 176 – 178.

Wood, B.J. 1971. Development of Integrated Control Programs for Pests of Tropical Perennial Crops in Malaysia. In Proceedings of an AAAS Symposium on Biological Control, held at Boston, Massachusetts. p. 422-430.

Zulkefli, M., K. Norman dan M.W. Basri. 2004. Life Cycle of Sycanus dichotomus (Hemiptera: Reduviidae) – A Common Predator of Bagworm in Oil Palm. Journal of Oil Palm Research 16(2):50-56.


(39)

Lampiran 1. Foto Penelitian


(40)

Lampiran 2. Lama Pencarian dan Penanganan Mangsa

No Perlakuan Lama pencarian mangsa

pertama (menit)

Lama pencarian mangsa selanjutnya (menit)

1. 1 ekor Sycanus ♂ dan 5 ekor ulat api 20.05 13.25

2. 1 ekor Sycanus ♀ dan 5 ekor ulat api 16.11 12.05

3. 1 pasang Sycanus ♂♀ dan 5 ekor ulat api 15.35 10.07

4. 3 pasang Sycanus ♂♀ dan 5 ekor ulat api 10.21 7.12

5. 1 ekor Sycanus ♂ dan 10 ekor ulat api 18.25 5.45

6. 1 ekor Sycanus ♀ dan 10 ekor ulat api 15.17 5.20

7. 1 pasang Sycanus ♂♀ dan 10 ekor ulat api 8.16 5.13

8. 3 pasang Sycanus ♂♀ dan 10 ekor ulat api 5.24 3.27

9. 1 ekor Sycanus ♂ dan 5 ekor ulat api 20.18 17.24

10. 1 ekor Sycanus ♀ dan 5 ekor ulat api 16.26 11.25

11. 1 pasang Sycanus ♂♀ dan 5 ekor ulat api 13.25 6.44

12. 3 pasang Sycanus ♂♀ dan 5 ekor ulat api 8.15 6.10

13. 1 ekor Sycanus ♂ dan 10 ekor ulat api 18.05 5.51

14. 1 ekor Sycanus ♀ dan 10 ekor ulat api 7.37 5.09

15. 1 pasang Sycanus ♂♀ dan 10 ekor ulat api 7.22 4.35

16. 3 pasang Sycanus ♂♀ dan 10 ekor ulat api 4.35 3.52

17. 1 ekor Sycanus ♂ dan 5 ekor ulat api 20.16 19.22

18. 1 ekor Sycanus ♀ dan 5 ekor ulat api 16.28 10.21

19. 1 pasang Sycanus ♂♀ dan 5 ekor ulat api 15.32 6.43

20. 3 pasang Sycanus ♂♀ dan 5 ekor ulat api 9.36 6.08

21. 1 ekor Sycanus ♂ dan 10 ekor ulat api 19.18 5.26

22. 1 ekor Sycanus ♀ dan 10 ekor ulat api 6.51 5.23

23. 1 pasang Sycanus ♂♀ dan 10 ekor ulat api 6.35 4.11


(41)

Lampiran 3. Laju Pemangsaan S. croceovittatus

No Perlakuan

Laju Pemangsaan Jumlah mangsa 08.00 WIB 10.00 WIB 12.00 WIB 14.00 WIB termangsa

1 1 ekor Sycanus ♂ dan 5 ekor ulat api - 20% - - 1

2 1 ekor Sycanus ♀ dan 5 ekor ulat api 20% - 20% - 1

3 1 pasang Sycanus dan 5 ekor ulat api 20% 20% - - 2

4 3 pasang Sycanus dan 5 ekor ulat api 40% - 20% 20% 3

5 1 ekor Sycanus ♂ dan 10 ekor ulat api 10% - 10% - 2

6 1 ekor Sycanus ♀ dan 10 ekor ulat api - 10% 20% - 2

7 1 pasang Sycanus dan 10 ekor ulat api 10% 10% - - 2

8 3 pasang Sycanus dan 10 ekor ulat api 10% - 20% 10% 4

9 1 ekor Sycanus ♂ dan 5 ekor ulat api 20% - - - 1

10 1 ekor Sycanus ♀ dan 5 ekor ulat api - 20% - 20% 2

11 1 pasang Sycanus dan 5 ekor ulat api 40% - - 20% 3

12 3 pasang Sycanus dan 5 ekor ulat api 20% 40% 20% - 3

13 1 ekor Sycanus ♂ dan 10 ekor ulat api - 10% - 10% 2

14 1 ekor Sycanus ♀ dan 10 ekor ulat api 10% 10% - - 2

15 1 pasang Sycanus dan 10 ekor ulat api 20% - 20% - 3

16 3 pasang Sycanus dan 10 ekor ulat api 30% 10% 10% - 4

17 1 ekor Sycanus ♂ dan 5 ekor ulat api 20% - - 20% 2

18 1 ekor Sycanus ♀ dan 5 ekor ulat api 20% - 20% - 2

19 1 pasang Sycanus dan 5 ekor ulat api - 40% - - 2

20 3 pasang Sycanus dan 5 ekor ulat api 40% 20% 20% - 3

21 1 ekor Sycanus ♂ dan 10 ekor ulat api 10% - - - 1

22 1 ekor Sycanus ♀ dan 10 ekor ulat api - 10% - 10% 2

23 1 pasang Sycanus dan 10 ekor ulat api 10% 30% - - 3


(42)

Lampiran 4. Contoh Perhitungan Tingkat Pemangsaan

Tingkat pemangsaan S. croceovittatus terhadap 10 ekor ulat api:

1 ekor S. croceovittatus

1 ekor S. croceovittatus

1 pasang S. croceovittatus


(1)

Prawirosukarto, S., A. Sipayung dan R.A. Lubis. 1991. Metode Pembiakan Massal Predator Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit dengan Makanan Awetan. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Pematang Siantar Sumatera Utara. hal. 12 – 15.

Prawirosukarto, S., A. Djamin dan Dj. Pardede. 1997. Pengendalian Oryctes

rhinoceros dan Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit Secara Terpadu.

Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Hal. 38-39.

Prawirosukarto, S., R.Y. Purba, C. Utomo dan A. Susanto. 2003. Pengenalan dan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Sumatera Utara. Hal. 2-9.

Purba, A.R., Akiyat, A.D. Koedadiri, Dja’far, E.S., Sutarta, I.Y. Harahap dkk. 2005. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Hal. 1-2.

Singh, G. 1992. Management of Oil Palm Pests and Disease in Malaysia in 2000.

Pest Management and the Environment in 2000 (eds. Aziz dkk).

p. 195 – 212. Diunduh dari palmoilis.mpob.gov.my/publications/joprv16n2-zulkefli.pdf. (27 Februari 2009).

Sipayung, A., R. D. de Chenon dan P. Sudharto. 1988. Natural Enemies of Leaf-Eating Lepidoptera in Oil Palm Plantations, North Sumatera. In Symposium on Biological Control of Pests in Tropical Agricultural Ecosystems, Bogor. Biotrop Special Publication 36: 99-121.

Sipayung, A. dan R. D. de Chenon. 1989. Survai/Inventarisasi Hama dan Musuh Alamiah pada Perkebunan Kelapa Sawit di Kalimantan Barat dan Timur.

Dalam Prosiding Temu Ilmu Ilmiah, Entomologi Perkebunan Indonesia.

Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Sumatera Utara-Aceh. Hal. 105-117.

Soehardjo, H., H. Habib, I. Razali, P. Asmah, L. Elvidiana, B. Sri, dan Kusmahadi. 1999. Vademécum Kelapa Sawit. PT. Perkebunan Nusantara IV, Bah Jambi – Pematang Siantar, Sumatera Utara Indonesia. Hal. 25-28.

Suin, N.M. 2003. Ekologi Populasi. Andalas University Press. Padang. Hal. 93-115.

Supartha, I.W. dan I.W. Susila. 2001. Uji Pemangsaan Curinus coeruleus Mulsant (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Diaphorina citri Kuw. (Homoptera: Psyllidae) dan Heteropsylla cubana Crawford (Homoptera: Psyllidae). Agritrop 20(1):5-9.


(2)

Susila, I.W. dan I.W. Supartha. 2002. Perilaku Pemangsaan Curinus coeruleus Mulsant terhadap Diaphorina citri Kuw. dan Heteropsylla cubana Crawford pada Tanaman Lamtoro dan Kemuning. Agritrop 21(2):73-77.

Susilo, F.X. 2007. Pengendalian Hayati dengan Memberdayakan Musuh Alami Hama Tanaman. Graha Ilmu, Yogyakarta. Hal. 95-96.

Tarumingkeng, R.C. 1992. Dinamika Pertumbuhan Populasi Serangga. IPB Press, Bogor. Hal. 127-133.

Varley, G.C., G.R. Gradwell and M.P. Hassell. 1974. Insect Population Ecology an Analytical Approach. Blackwell Scientific Publications. Oxford, London. p. 176 – 178.

Wood, B.J. 1971. Development of Integrated Control Programs for Pests of Tropical Perennial Crops in Malaysia. In Proceedings of an AAAS Symposium on Biological Control, held at Boston, Massachusetts. p. 422-430.

Zulkefli, M., K. Norman dan M.W. Basri. 2004. Life Cycle of Sycanus

dichotomus (Hemiptera: Reduviidae) – A Common Predator of Bagworm in


(3)

Lampiran 1. Foto Penelitian


(4)

Lampiran 2. Lama Pencarian dan Penanganan Mangsa

No Perlakuan Lama pencarian mangsa

pertama (menit)

Lama pencarian mangsa selanjutnya (menit)

1. 1 ekor Sycanus ♂ dan 5 ekor ulat api 20.05 13.25 2. 1 ekor Sycanus ♀ dan 5 ekor ulat api 16.11 12.05 3. 1 pasang Sycanus ♂♀ dan 5 ekor ulat api 15.35 10.07 4. 3 pasang Sycanus ♂♀ dan 5 ekor ulat api 10.21 7.12 5. 1 ekor Sycanus ♂ dan 10 ekor ulat api 18.25 5.45 6. 1 ekor Sycanus ♀ dan 10 ekor ulat api 15.17 5.20 7. 1 pasang Sycanus ♂♀ dan 10 ekor ulat api 8.16 5.13 8. 3 pasang Sycanus ♂♀ dan 10 ekor ulat api 5.24 3.27 9. 1 ekor Sycanus ♂ dan 5 ekor ulat api 20.18 17.24 10. 1 ekor Sycanus ♀ dan 5 ekor ulat api 16.26 11.25 11. 1 pasang Sycanus ♂♀ dan 5 ekor ulat api 13.25 6.44 12. 3 pasang Sycanus ♂♀ dan 5 ekor ulat api 8.15 6.10 13. 1 ekor Sycanus ♂ dan 10 ekor ulat api 18.05 5.51 14. 1 ekor Sycanus ♀ dan 10 ekor ulat api 7.37 5.09 15. 1 pasang Sycanus ♂♀ dan 10 ekor ulat api 7.22 4.35 16. 3 pasang Sycanus ♂♀ dan 10 ekor ulat api 4.35 3.52 17. 1 ekor Sycanus ♂ dan 5 ekor ulat api 20.16 19.22 18. 1 ekor Sycanus ♀ dan 5 ekor ulat api 16.28 10.21 19. 1 pasang Sycanus ♂♀ dan 5 ekor ulat api 15.32 6.43 20. 3 pasang Sycanus ♂♀ dan 5 ekor ulat api 9.36 6.08 21. 1 ekor Sycanus ♂ dan 10 ekor ulat api 19.18 5.26 22. 1 ekor Sycanus ♀ dan 10 ekor ulat api 6.51 5.23 23. 1 pasang Sycanus ♂♀ dan 10 ekor ulat api 6.35 4.11 24. 3 pasang Sycanus ♂♀ dan 10 ekor ulat api 4.12 3.23


(5)

Lampiran 3. Laju Pemangsaan S. croceovittatus

No Perlakuan

Laju Pemangsaan Jumlah mangsa

08.00 WIB 10.00 WIB 12.00 WIB 14.00 WIB termangsa

1 1 ekor Sycanus ♂ dan 5 ekor ulat api - 20% - - 1

2 1 ekor Sycanus ♀ dan 5 ekor ulat api 20% - 20% - 1

3 1 pasang Sycanus dan 5 ekor ulat api 20% 20% - - 2

4 3 pasang Sycanus dan 5 ekor ulat api 40% - 20% 20% 3

5 1 ekor Sycanus ♂ dan 10 ekor ulat api 10% - 10% - 2

6 1 ekor Sycanus ♀ dan 10 ekor ulat api - 10% 20% - 2

7 1 pasang Sycanus dan 10 ekor ulat api 10% 10% - - 2

8 3 pasang Sycanus dan 10 ekor ulat api 10% - 20% 10% 4

9 1 ekor Sycanus ♂ dan 5 ekor ulat api 20% - - - 1

10 1 ekor Sycanus ♀ dan 5 ekor ulat api - 20% - 20% 2

11 1 pasang Sycanus dan 5 ekor ulat api 40% - - 20% 3

12 3 pasang Sycanus dan 5 ekor ulat api 20% 40% 20% - 3

13 1 ekor Sycanus ♂ dan 10 ekor ulat api - 10% - 10% 2

14 1 ekor Sycanus ♀ dan 10 ekor ulat api 10% 10% - - 2

15 1 pasang Sycanus dan 10 ekor ulat api 20% - 20% - 3

16 3 pasang Sycanus dan 10 ekor ulat api 30% 10% 10% - 4

17 1 ekor Sycanus ♂ dan 5 ekor ulat api 20% - - 20% 2

18 1 ekor Sycanus ♀ dan 5 ekor ulat api 20% - 20% - 2

19 1 pasang Sycanus dan 5 ekor ulat api - 40% - - 2

20 3 pasang Sycanus dan 5 ekor ulat api 40% 20% 20% - 3

21 1 ekor Sycanus ♂ dan 10 ekor ulat api 10% - - - 1

22 1 ekor Sycanus ♀ dan 10 ekor ulat api - 10% - 10% 2

23 1 pasang Sycanus dan 10 ekor ulat api 10% 30% - - 3


(6)

Lampiran 4. Contoh Perhitungan Tingkat Pemangsaan

Tingkat pemangsaan S. croceovittatus terhadap 10 ekor ulat api:

1 ekor S. croceovittatus

1 ekor S. croceovittatus

1 pasang S. croceovittatus


Dokumen yang terkait

Perbandingan Daya Predasi Antara Eocanthecona furcellata Wolf Dengan Sycanus croceovittatus Dohrn Terhadap Ulat Api Setothosea asigna Eecke

18 106 60

Identifikasi Parasitoid Larva Ulat Api (Lepidoptera : Limacodidae) Pada Pertanaman Kelapa Sawit

9 114 45

Penggunaan Jamur Cordyceps militaris terhadap Ulat Api Setothosea asigna Van Eecke (Lepidoptera : Limacodidae) pada Tanaman Kelapa Sawit

19 97 82

Uji Efektifitas Beberapa Bahan Aktif Insektisida Untuk Mengendalikan Ulat Api (Setothosea asigna Eecke) Pada Fase Vegetatif Kelapa Sawit di Lapangan

1 10 56

Uji Efektifitas Beberapa Bahan Aktif Insektisida Untuk Mengendalikan Ulat Api (Setothosea asigna Eecke) Pada Fase Vegetatif Kelapa Sawit di Lapangan

0 0 12

Uji Efektifitas Beberapa Bahan Aktif Insektisida Untuk Mengendalikan Ulat Api (Setothosea asigna Eecke) Pada Fase Vegetatif Kelapa Sawit di Lapangan

0 0 2

Uji Efektifitas Beberapa Bahan Aktif Insektisida Untuk Mengendalikan Ulat Api (Setothosea asigna Eecke) Pada Fase Vegetatif Kelapa Sawit di Lapangan

0 0 2

Uji Efektifitas Beberapa Bahan Aktif Insektisida Untuk Mengendalikan Ulat Api (Setothosea asigna Eecke) Pada Fase Vegetatif Kelapa Sawit di Lapangan

0 0 7

Uji Efektifitas Beberapa Bahan Aktif Insektisida Untuk Mengendalikan Ulat Api (Setothosea asigna Eecke) Pada Fase Vegetatif Kelapa Sawit di Lapangan

0 0 2

Uji Efektifitas Beberapa Bahan Aktif Insektisida Untuk Mengendalikan Ulat Api (Setothosea asigna Eecke) Pada Fase Vegetatif Kelapa Sawit di Lapangan

0 0 17