Penerapan metode pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Sana Dharma bagian b Jakarta

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI SLB SANA DHARMA BAGIAN B JAKARTA

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I )

Oleh :
OCTAVINA
NIM: 1810011000063

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/ 2014 M

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DI SLB SANA DHARMA BAGIAN B JAKARTA

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I )

Oleh :

OCTAVINA
NIM: 1810011000063

Dibawah Bimbingan

Siti Khodijah
NIP.197007271997032004

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA
1435 H/ 2014 M

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Pendidikan agama
Islam Di SLB Sana Dharma Bagian B Jakarta, disusun oleh Octavina,
NIM.1810011000063, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan
dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang
munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta,15 September 2014
Yang mengesahkan
Pembimbing

Siti Khadijah,MA.
NIP 197007271997032004

ABSTRAK

Skripsi ini membahas mengenai Penerapan Metode Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Di SLB Sana Dharma Bagian B Jakarta : Fakultas
Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan metode
pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukkan Kepribadian
Peserta didik di SLB Sana Dharma Bagian B Jakarta.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif
melalui Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan
(Field Research), dimana metode ini menggambarkan dan memaparkan masalah
secara sistematis dan rasional.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakanObservasi, Wawancara
dan Dokumentasi di SLB Sana Dharma Jakarta. Responden penelitian ini diambil
dari siswa kelas IV yang berjumlah 20 siswa, bagian B tunarunggu ( Tidak Dapat
Mendengar ).
Dari penelitian dikemukakan hasil penelitian yang diharapkan dapat
menunjukan gambaran dengan jelas Penerapan Metode Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam diSlb Sana Dharma Dalam Pembentukkan Kepribadian Peserta
didik di SLB Sana Dharma Bagian B Jakarta adalah sebagai berikut :
1. Metode yang digunakan pada penerapan pendidikan akhlak dalam upaya
membentuk kepribadian siswa yaitu dengan menggunakan metode yang

menyenangkan seperti: Ceramah, Tanya jawab,Bercerita, Nasehat,
Demonstrasi, Drill, Resitasi serta ditunjang dengan kurikulum dan silabus
yang berkarakter.
2. Relevansi metode yang diterapkan dengan metode didik sebagai alat pengantar
materi pelajaran dan untuk peserta didik dalam memahami pelajaran yang
disampaikan dengan mudah.
3. Untuk menanamkan kebiasaan dalam diri peserta didik dan menumbuhkan
rasa kesadaran akan menjalankan Ibadah baik itu shalat wajib, shalat sunnah,
Puasa dan kegiatan ibadah lainnya,
4. Seluruh dewan guru dan staff sekolah diwajibkan untuk memberikan contoh
dan suri tauladan bagi peserta didik agar dapat ditiru dan diterapkan dalam
lingkungan dimanapun mereka berada, baik lingkungan sekolah, keluarga,
maupun lingkungan masyarakat.

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hidayah dan

taufik-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SLB SANA DHARMA BAGIAN B JAKARTA“ guna memenuhi persyaratan
untuk mencapai gelar sarjana SI (Strata Satu).
Shalawat dan salam semoga slalu tercurah kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW, karena berkat jasa beliaulah kini kita berada dalam
agama dan hidayah Allah SWT.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ibu Dra. Nurlena Rifai, MA,Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
Agama Islam Universitas Islam Negri Jakarta
2. Bapak Dr. H Abdul Majid Khon, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam Universitas Islam Negri Jakarta
3. Ibu Marhamah Soleh,Lc,MA. selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam
4. Ibu Siti Khadijah Ibrahim,MA. Dosen pembimbing yang telah membimbing
penulis hingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Para Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tidak ternilai
harganya dan atas kebijaksanaannya dalam memberikan tugas kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua Orang Tua tercinta (Ayahanda) Madina Haka, (Ibunda) Hj. Farida
Mahmud yang telah memberikan doa yang tidak terhingga hingga penulis
dapat dengan lancar menyelesaikan skripsi ini.
7. Suami tercinta Rizki Febrian dan Anak tersayang labib Rivi Febrian yang
tiada henti memberikan semangat luar biasa dan motivasi tiada henti dalam
rangka menyelesikan skripsi ini.

ii

8. Ibu kepala sekolah Eem Maryamah,S.Pd yang telah meluangkan waktunya
untuk dapat diwawancarai
9. Para dewan guru dan peserta didik SLB Sana Dharma Bagian B Jakarta, yang
telah membantu dalam memberikan informasi guna penyelesaikan skripsi ini.
10. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk dapat merampungkan skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan kelas C Pai Dms Tarbiyah yang banyak
memberikan semangat sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari akan kekurangan-kekurangan pada skripsi ini,untuk itu
kritik,dan saran-saran sangatlah penulis harapkan. Akhirnya kepada Allah SWT
jualah penulis dapat memepersembahkan semuanya,semoga dapat bermanfaat

bagi yang membacanya dan bagi yang telah membantu dalam hal menyelesaikan
skripsi ini baik moril maupun materiil akan mendapatkan pahala yang berlipat
ganda dariNya.Amien.
Jazakumullah khairan katsiran…
Jakarta, 3 Oktober 2014

Octavina

iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati,
mereka dilahirkan dalam keadaan lemah yang tak berdaya, sehingga
memerlukan bantuan dan kasih sayang sepenuhnya dalam masa pertumbuhan
dan perkembangannya. Pada hakekatnya semua manusia memerlukan
pendidikan, terlebih lagi pada anak yang memiliki kelainan.1
Kebutuhan mereka terhadap pendidikan sangat mutlak dan jauh lebih

besar dari manusia normal, akan tetapi mereka kurang mendapat perhatian
dari sebagian besar masyarakat Indonesia, karena pemahaman terhadap
peserta didik yang berkelainan pada umumnya kurang membudaya,
tampaknya faktor ekonomi juga penyebab mengapa pendidikan untuk anak
berkelainan ini masih kurang terperhatikan. Sebagian masyarakat lebih
cenderung memberikan prioritas terhadap urusan ekonomi.2
Penyandang cacat tunarungu sebagai individu masih mempunyai
potensi yang dapat dikembangkan. Tetapi untuk mengembangkan potensi
perlukan adanya program khusus yaitu program rehabilitasi usaha
kesejahteraan sosial bagi penyandang tunarungu, memerlukan upaya khusus
untuk tercapainya tujuan rehabilitasi bagi penyandang tunarungu.
Anak berkelahi berbeda dengan anak biasa dalam beberapa segi.
Sehingga mereka memerlukan pendidikan tersendiri, yaitu pendidikan khusus
yang disesuaikan dengan kelainan mereka yaitu pendidikan luar biasa di
sekolah luar biasa.
Yang mendasari perlunya pendidikan untuk anak berkelainan adalah
UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi: “Tiap-tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran” dan UU No 12 Tahun 1989 pasal 1 ayat 1 yang
1
2


M. Arifin, Ilmu pendidikan Islam, ( Jakarta: Bima Aksara, 1996 ), h.2
Ibid, h.2

1

2

berbunyi:

“Pendidikan

luar

biasa

adalah

pendidikan


yang

khusus

dielenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik/mental“.
Islam memandang bahwa memberikan pendidikan pada anak cacat
adalah merupakan kewajiban bagi umat beragama, karena menjadi kewajiban
hamba Allah untuk saling tolong menolong dan berbuat kebaikan terhadap
sesamanya. Kewajiban tersebut merupakan kewajiban umat beragama secara
individual maupun secara bersama-sama. Allah sendiri tidak akan merubah
keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan manusianya
sendiri.3
Atas dasar kewajiban dan saling menolong terhadap sesama manusia
itu, Islam memandang bahwa setiap manusia mempunyai hak dan derajat
yang sama dihadapan Allah SWT. Bahwa Allah tidak membedakan umatnya,
semuanya dipandang sama. Adanya kelainan, gangguan, hambatan dan
kekurangan yang dimiliki anak cacat, membuat mereka memerlukan bantuan
khusus di bidang pendidikan, agar mereka dapat menunaikan kewajiban
terhadap Tuhan, masyarakat dan dirinya sendiri.4
Undang-undang 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan

kehidupan

bangsa

untuk

itu

pemerintah

mengusahakan

dan

menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan
undang-undang. Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur
berdasarkan pancasila dan UUD 1945, yang memungkinkan warganya
mengembangkan dirinya sebagai manusia Indonesia seutuhnya.
Untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan,
maka pelaksanaan pendidikan bagi peserta didik yang berkelainan sangat
diperlukan mengingat peserta didik memiliki hak yang sama sebagai warga
negara Indonesia.5
3

H. Abuddin Nata, Metodologi studi Islma, ( Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2001), h.

4

Ibid,h.3
Ibid, h.12

285
5

3

Kelainan

yang

disandang

mereka

tentu

saja

menuntut

penyelenggaraan pendidikan sekolah secara khusus, jenis pendidikan yang
dibutuhkan bagi peserta didik berkelainan disesuaikan dengan jenis
ketunaannya.
Bagi penderita yang tidak dapat melihat atau tunanetra ditempatkan di
bagian A, peserta yang tidak dapat mendengar atau tunarungu ditempatkan di
bagian B, peserta didik yang menderita keterbelakangan mental di bagian C,
dan bagi peserta yang cacat tubuh atau tunadaksa di bagian D, dan untuk
mereka yang memiliki kelainan tingkah laku atau tuna laras di bagian E.
Pendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang
menyandang kelainan fisik dan mental atau kelainan perilaku agar mereka
mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan.Dengan
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki di tingkatkan dan di manfaatkan
agar mereka dapat diterima oleh masyarakat sebagaimana masyarakat pada
umumnya, khususnya diterima dalam dunia kerja.6
Disamping itu pendidikan agama Islam bagi mereka sangat diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan rohaniahnya. Pendidikan agama Islam juga
sebagai sumber motivasi untuk memberikan dorongan kepada peserta didik
untuk menumbuh kembangkan rasa percaya diri, keyakinan atas suatu sifat
rahman dan rahim, Allah SWT.
Selama ini tampaknya, pendidikan Islam yang diberikan sekolah SLB
masih mengalami berbagai kesulitan dalam pelaksanaannya, dikarenakan ada
beberapa kendala antara lain:
Dilihat dari pendidikan, Selama ini belum banyak pendidik agama di
SLB yang berlatar belakang (Pendidikan Luar Biasa). Buku penunjang, yaitu
belum ada buku-buku agama yang khusus untuk menunjang program
pendidikan di SLB yang sesuai dengan taraf ketunaannya. Alokasi waktu
untuk anak luar biasa, pendidikan agama islam 2 jam itu sangat minim
(kurang). Faktor anak didik, yaitu terbatasnya kemampuan anak dalam
menguasai pelajaran agama khususnya dalam bidang membaca Al-Qur’an
6

Ibid, h.11

4

dan sebagian orang tua, menganggap mereka tidak perlu diberikan pendidikan
agama.
Atas dasar pemikiran yang dikemukakan diatas, penulis tertarik
membahas dan meneliti mengenai pendidikan agama islam bagi mereka
dengan judul: “Penerapan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Luar Biasa Sana Dharma Bagian B Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dari penulisan ini, dapat
diidentifikasikan dari beberapa faktor yang menjadi kendala antara lain:
1. Dilihat dari faktor pendidikan, Selama ini belum banyak pendidik agama di
SLB yang berlatar belakang (Pendidikan Luar Biasa).
2. Faktor buku penunjang, yaitu belum ada buku-buku agama yang khusus
untuk menunjang program pendidikan di SLB yang sesuai dengan taraf
ketunaannya.
3. Faktor alokasi waktu untuk peserta didik luar biasa, pendidikan agama islam
2 jam itu sangat minim (kurang).
4. Faktor peserta didik, yaitu terbatasnya kemampuan peserta didik dalam
menguasai pelajaran agama khususnya dalam bidang membaca Al-Qur’an
5. Faktor pada sebagian orang tua, menganggap tidak perlu diberikan
pendidikan agama.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah
sebagai berikut :
a. Metode-metode pembelajaran apa saja yang digunakan dan bagaimana
tingkat keberhasilannya dalam penggunaan metode pembelajaran tersebut?
b. Bagaimana penerapan metode pembelajaran Agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari terhadap peseta didik tuna rungu?
c. Terbatasnya kemampuan peserta didik dalam menguasai pelajaran agama
islam

5

d. Alokasi waktu untuk peserta didik luar biasa, pendidikan agama islam
sangat minim (kurang).
e. Mengembangkan minat dan kepercayaan peserta didik di SLB Sana Dharma
Bagian B Jakarta

D. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang menjadi titik fokus dari penelitian
ini adalah bagaimana penerapan metode pembelajaran pendidikan agama
islam di Sekolah Luar Biasa Sana Dharma Bagian B Jakarta ?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
penerapan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB sana
dharma bagian B jakarta.7
Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan
pembelajaran agama islam dengan tujuan membantu peserta didik yang
menyandang kelainan fisik dan mental agar mereka mampu mengembangkan
sikap, pengetahuan, keterampilan dan rohaniahnya.

F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan atau manfaat dari penelitian adalah :
1. Bagi peserta didik di Sekolah Luar Biasa Sana Dharma Jakarta penelitian
ini bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan pembelajaran agama
islam dan sebagai motivasi untuk memberikan dorongan kepada mereka
untuk menumbuhkan rasa percaya diri, keyakinan atas suatu sifat rahman
dan rahim kepada Allah SWT.
2. Bagi guru penelitian ini sangat penting dalam membantu proses belajar
mengajar yang lebih efektif bagi peserta didik tuna rungu dengan metode
pembelajaran agama islam
7

2014

Hasil Wawancara, Di SLB sana Dharma bagian B Jakarta, Pada Tanggal 20 Januari

6

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan mengartikan atau mendefinisikam pendidikan. Perbedaan
ini dikarenakan latar belakang sudut pandang. Menurut Muhibin Syah
pendidikan adalah proses pemeliharaan atau memberi latihan. Dalam proses
memelihara dan memberikan latihan ini diperlukan adanya ajaran tuntunan
dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran peserta didik.8
Sedangkan menurut Muhibin Syah mendefinisikan pendidikan agama
sebagai salah satu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek
kehidupan yang dibutuhkan oleh manusia sebagai hamba Allah. Sebab islam
mempedomankan seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik didunia
maupun di akherat yang berpedoman pada Al-Quran sebagai sumber rujukan
utama Pendidikan Agama dalam Islam.9
Pendidikan agama islam sebagai proses untuk menanamkan akhlak
yang mulia kepada peserta didik, menurut Zakiyah Daradjat mendefinisikan
pendidikan agama proses pendidikan melalui ajaran-ajaran Islam, yaitu
berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar nantinya setelah
selesai dari pendidikan agar dapat memahami menghayati dan mengamalkan
ajaran-ajaran agama islam yang telah menyeluruh, serta menjadi ajaran Islam
sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup
di dunia dan akherat.
a. Dasar Pendidikan Agama islam
Dasar hukum dari pendidikan agama Islam terdiri dari :
1) Al-Quran
Al-Quran Ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh jibril
kepada NabiMuhamad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran pokok
8

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya,2002),h.10
9
Zakiah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara,1996),h.25

6

7

sangat penting yang dapat dikembangkan dalam Al-Quran itu terdiri dari
dua prinsip besar yaitu, yang berhubungan dengan amal yang disebut
dengan

syari’ah.

Istilah-istilah

yang

sering

digunakan

dalam

membicarakan ilmu tentang syari’ah ini, Ibadah untuk perbuatan yang
berhubungan dengan Allah SWT dan mu’amalah untuk perbuatan yang
berhubungan selain dengan Allah.Akhlak untuk tindakan yang
menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan.
2) As-Sunnah
As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rosul Allah
SWT. Yang dimaksud dengan pengakuan ialah kejadian atau perbuatan
orang lain yang diketahui Rasululloh dan beliau membiarkan saja
kejadian atau perbuatan tersebut. Sunnah merupakan ajaran kedua AlQuran, sunnah berisi pedoman untuk memaslahatan hidup manusa alam
segala aspek untuk membina umat menjadi manusia atau muslim yang
bertaqwa.
3) Ijtihad
Ijtihad adalah istilah fuqaha, yaitu berpikir dengan menggunakan
seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at islam untuk
menetapkan sesuatu hukum sya’riat islam dalam hal-hal yang ternyata
belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Quran dan Sunnah.10
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan agama Islam ialah sesuatu yang diharapakan
tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan islam
harus mampu membawa dan mengembalikan ruh kepada kebenaran dan
kesucian. Karena orang yang betul-betul menerima ajaran Islam tentu akan
menerima seluruh cita-cita ideal yang terapat dalam Al-Quran.11

10

Ibid.,h.21
Siti Khadijah Ibrahim (Dosen FITK UIN Jakarta) Aga…http://www.slideshare.net/
Siti Khadijah Ibrahim16/Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam-guru-pai-SitiKhadijah-Ibrahim
11

8

Tujuan akhir pendidikan agama Islam adalah mewujudkan manusia
Ideal sebagai “ abid Allah atau ibad Allah, yang tunduk secara total kepada
Allah SWT.
Berdasarkan tujuan pendidikan Islam itu dapat diarahkan untuk
membentuk mukmin yang kuat secara fisik, maksudnya adalah kekuatan
iman yang ditopang oleh kekuatan fisik. Kekuatan fisik merupakan bagian
pokok dari tujuan pendidikan. Maka pendidikan harus mempunyai tujuan
kearah

keterampilan-keterampilan

fisik

yang

dianggap

perlu

bagi

tumbuhnya keperkasaan tubuh yang sehat. Pendidikan islam dalam hal ini
mengacu pada pembicaraan fakta-fakta terhadap jasmani yang relavan bagi
para peserta didik.
Selanjutnya tujuan pendidikan Islam harus mampu membawa dan
mengembalikan ruh kepada kebenaran dan kesucian. Karena orang yang
betul-betul menerima ajaran Islam tentu akan menerima seluruh cita-cita
ideal yang terdapat pada dalam Al-Qur’an. Peningkatan jiwa dan
kesetiaannya yang hanya kepada Allah semata dan melaksanakan moralitas
Islami yang diteladani dari tingkah laku kehidupan Nabi Muhamad SAW ini
adalah merupakan bagian pokok dalam tujuan pendidikan Islam. Tujuan ini
mengarah kepada perkembangan intelegensi yang mengarahkan setiap
manusia sebagai individu untuk dapat menemukan kebenaran yang sebenarbenarnya.12
Pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan akal, seharusnya
dengan bukti-bukti yang memadai dan relavan dengan apa yang mereka
pelajari. Disamping itu pendidikan Islam mengacu pada tujuan memberi
daya dorong menuju peningkatan kecerdasan manusia. Pendidikan yang
lebih berorientasi kepada hafalan, tidak tepat menurut teori pendidikan
Islam. Karena pada dasarnya pendidikan Islam bukan hanya memberi titik
tekan pada hafalan, sementara proses intelektualitas dan pemahaman
dikesampingkan.
12

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat
Pers,2002),h.19

9

Sedangkan tujuan akhir pendidikan Islam adalah mewujudkan
manusia ideal sebagai “abid Allah atau ibad Allah, yang tunduk secara total
kepada Allah SWT. Rumusan tujuan pendidikan agama Islam antara lain:
1) Membiasakan peserta didik untuk beriman kepada Allah, mencintai,
mentaatinya dan berkepribadian mulia.
2) Mengembangkan pengetahuan agama mereka dan memperkenalkan
adab sopan santun Islam sampai mereka terbiasa bersikap patuh
menjalankan ajaran agama, atas dasar cinta dan senang hati
3) Membimbing peserta didik kearah sikap yang sehat yang dapat
membantu berinteraksi sosial yang baik dan memiliki hubungan baik
dengan anggota masyarakat lainnya, mencintai kebaikan untuk orang
lain, suka membantu orang, merasa sayang kepada orang lemah dan
miskin, mengganggap semua orang itu sama, menghargai orang lain,
dan memelihara milik pribumi, negara dan kepentingan umum.
Menurut Imam Ghazali dikutip oleh Djamaludin tujuan pendidikan
Islam adalah: “membina insan paripurna yang takarrub kepada Allah,
bahagia didunia dan akherat, tidak dapat dilupakan pula orang yang rajin
mengikuti pendidikan akan memperoleh kelezatan Ilmu yang dipelajariya
dan kelezatan ini pula dapat mengantarkannya pada pembentukan insan
paripurna”.13
Ahmad Tafsir dalam bukunya yang berjudul metodologi pembelajaran
agama Islam menyatakan bahwa, tujuan pendidikan agama Islam itu harus
meliputi tiga aspek (daerah binaan, domain,) yaitu kognitif, afektif,
psikomotor. Untuk aspek kognitif, tujuan adalah mengembangkan atau
membina pemahaman agama Islam agar peserta didik paham akan ajaran
agama Islam. Pada aspek afektif, tujuan yang ingin dicapai adalah agar
peserta didik menerima ajaran Islam tersebut. Sedangkan pada aspek

13

Djamaludin dan Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung:
CV.Pustaka Setia,1999),h.14

10

psikomotor, tujuan yang ingin dicapai adalah agar peserta didik terampil
melakukan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.14
Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan agama
Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, seluas dan sedalam
kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk
sosial yang menghambat kepada khaliknya dengan jiwai oleh nilai-nilai
ajaran agama. Oleh karena itu pendidikan agama Islam bertujuan untuk
menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan
kejiwaan kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera serta dapat
dikatakan terbentuknya insan kamil.

d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan dirinya
sendiri, serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek-aspek
Pengajaran Agama Islam karena materi yang terkandung didalamnya
merupakan perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang saling
melengkapi satu dengan yang lainnya.
Cakupan tersebut setidaknya menggambarkan bahwa ruang lingkup
PendidikanAgama Islam diharapkan dapat mewujudkan keserasian,
kesadaran dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri
sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.
Masing-masing mata pelajaran tersebut saling terkait dan saling
melengkapi, Al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran islam, dalam arti ia
merupakan sumber akidah-akhlak, syari’ah/fiqih (ibadah, muamalah),
sehingga kajiannya berada disetiap unsur tersebut.Akidah atau keimanan
merupakan akar atau pokok agama.Syariah/fiqih dan akhlak bertitik tolak
dari akidah, yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah
14

Ahmad Tafsir,
Rosdakarya,1997),h.86

Metodologi

Pengajaran

Agama

Islam,

(Bandung:Remaja

11

(keimanan dan keyakinan hidup). Syariah/fiqih merupakan sistem norma
(aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia
dan dengan makhluk lainnya. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau
kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah (Ibadah dalam arti khas) dan
hubungan manusia dengan manusia dan lainnya (muamalah) itu menjadi
sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem
kehidupannya

(politik,

ekonomi,

sosial,

pendidikan,

kekeluargaan,

kebudayaan/seni, iptek, olah raga/kesehatan, dan lain-lain ) yang dilandasi
oleh akidah yang kokoh.
Ruang lingkup pendidikan agama Islam pada dasarnya mencakup lima
unsur pokok, yaitu: Al-Quran, Aqidah, Akhlak, Fiqih/ Ibadah, Sejarah
kebudayaan Islam. Secara khusus untuk peserta didik ruang lingkup
pendidikan agama Islam berisi tentang :
1) Rukun Iman, bertujuan untuk mengenal enam rukun Iman dapat
menyebutkan sifat Allah, menyebutkan nama-nama malaikat dan namanama Rasul.
2) Rukun Islam, untuk mengenal lima rukun Islam, mengenal arti sholat,
puasa, membaca dan menghafal serta melafazkan niat sholat.
3) Akhlakul karimah dimaksud menanamkan kebiasaan yang baik
diantaranya membiasakan membaca do’a ketika melakukan pekerjaan
yang baik, mengenal dan menyayangi ciptaan Allah, bersikap ramah,
menjaga kebersihan dan mengucapkan salam.
Materi pokok kurikulum pendidikan agama Islam yang tersebut diatas,
masih bersifat umum. Oleh karena itu maka perlu disesuaikan menurut
kemampuan peserta didik dan jenjang pendidikannya. Dalam arti,
kemampuan-kemampuan apa yang diharapkan dari lulusan jenjang
pendidikan tertentu sebagai hasil dari pembelajaran pendidikan agama
Islam. Kemampuan-kemampuan dasar yang diharapkan dari lulusannya
adalah dengan landasan iman yang benar tersebut diharapkan terbentuk
peserta didik yang:

12

a). Taat beribadah, mampu berdzkir ddan berdo’a, menjalankan rukun
Islam, terutama sahadat, shalat, zakat dan puasa
b). Mampu membaca Al-Qur’an dan menulis dengan benar
c). Memiliki kepribadian muslim, artinya didalam diri peserta didik selalu
terpancar kesalehan pribadi dengan selalu menampakkan kebajikan
yang patut dipertahankan dan diteladani
d). Mampu menerapkan prinsip-prinsip muamalah dan syari’at Islam dengan
baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
e). Menghayati, memahami dan mengambil manfaat sejarah sejarah dan
perkembangan agama Islam dalam hal ini sesuaikan dengan
kemampuannya.
Pendidikan agama Islam pada peserta didik memang harus berisi tentang
materi rukun Islam, rukun Iman dan akhlakul karimah. Ketiga hal ini menjadi
dasar pengetahuan agama, sehingga kalau sejak dini pengetahuan tentang
rukun Islam, rukun Iman dan akhlakul karimah sudah dibiasakan melakukan
dalam kehidupan sehari-hari dari kecil, maka setelah besar peserta didik
dharapkan akan memiliki kepribadian religi.

B. Pengertian pendidikan
Arti pendidikan berbeda dengan arti pengajaran, kalau pendidikan
arahnya untuk pembentukkan pribadi, dengan kepribadian manusia tidak lain
sebagai suatu keseluruhan hidup manusia lahir dan batin, yang dapat
menampakkan watak aslinya dalam tingkah laku sehari-hari. Sedangkan
pengajaran memberikan pengetahuan kepada seseorang agar mempunyai ilmu
pengetahuan. Jadi apabila dikatakan pengajaran akhlak maka pengajaran
akhlak berarti ilmu pengetahuan mengenai akhlak. Sementara itu pendidikan
disekolah, umumnya menggunakan pengajaran sebagai alat untuk mencapai
tujuan pendidikan, oleh karena itu pengertian pendidikan lebih luas dari pada
pengajaran.

13

Sementara itu,kata

yang berarti mendidik dapat kita lihat di

dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 24 :

          
 
Artinya : “… Ya Tuhan, sayangilah keduanya (Ibu Bapakku) sebagaimana
mereka telah mendidikku diwaktu kecil.” (QS.Al-Isra:24)
Kata lain yang mengandung arti pendidikan ialah “ ‫ “ ﺐﺁ ﺪﱡ‬seperti sabda
Rasul:
Artinya: “ Tuhan telah mendidikku, maka Ia sempurnakan pendidikanku “
Pengertian pendidikan seperti yang biasa telah dipahami oleh
kebanyakan orang sekarang belum terdapat pada zaman Nabi, akan tetapi
usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan seruan
agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih
keterampilan, memberi motivasi, dan menciptakan lingkungan sosial yang
mendukung pelaksanaan ide pembentukkan pribadi muslim itu telah mencakup
arti pendidikan dalam pengertian sekarang. Orang arab yang tadinya
penyembah berhala, musyrik, kafir, kasar, dan sombong maka dengan usaha
Nabi dalam mengIslamkan dan menyebarkan ajaran-ajaran beliau, maka
terjadilah perubahan baik dari segi tingkah laku maupun keimanan. Mereka
telah berkepribadian muslim sebagaiamana yang dicita-citakan oleh ajaran
Islam.
Dengan begitu berarti Nabi telah mendidik, membentuk kepribadian
yaitu kepribadian muslim dan sekaligus berari bahwa Nabi SAW adalah
seorang pendidik yang berhasil. Apa yang beliau lakukan dalam membentuk
manusia, yaitu perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran
Islam. Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat dan lingkungan hidup
yang menunjang keberhasilannya. Oleh karena itu pendidikan Islam dapat
dikatakan sebagai pendidikan pembentukkan kepribadian yang muslim.

14

Syariat Islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya
diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan. Nabi telah
mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai ajaran
Islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Ajaran Islam tidak
memisahkan antara iman dan amal saleh, oleh karena itu pendidikan haruslah
diajarkan tidak hanya pada pendidikan

umum saja, akan tetapi haruslah

diajarkan dengan pendidikan Islam.
Istilah lain, dari pendidikan adalah “education” dalam bahasa Inggris
yang berasal dari bahasa latin “educare” yang berarti memasukkan ilmu kepada
seseorang.15 Pengertian pendidikan secara terminology menurut banyak pakar
pendidikan dapat dikemukakan sebagai berikut :
Menurut Ahmad D. Marimba Pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.16
Sedangkan

menurut

Hasan

Langgulung

Pendidikan

bermakna

mengubah dan memindahkan nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam
masyarakat.17
Pendidikan menurut Al-Attas Islam pendidikan sebagai pengenalan dan
pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kedalam diri manusia,
tentang tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam tatanan wujud
sehingga hal ini membimbing kearah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan
yang tepat di dalam tatanan wujud tersebut.18
Zuhairani berpendapat bahwa pendidikan meliputi semua perbuatan dan
usaha dari generani terdahulu untuk dapat mentransfer pengetahuannya,
kecakapan serta ketrampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk
menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya,baik secara
jasmaniah maupun rohaniah.19

15

Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta:Pustaka Al-Husna, 1992,

hal.4
16

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT.Remaja Rosdakarya:
Bandung, Cet.ke-9, hal.24
17
Opcit
18
Opcit, hal.29
19
Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:Bumi Aksara,1984,h.92

15

Pendidikan menurut Prof. H. M. Arifin M.Ed merupakan usaha
membina, mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan
jasmaniah yang berlangsung secara bertahap.20
Rama Yulis berpendapat Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan
yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia
menjadi orang dewasa.21
Dari beberapa pengertian diatas maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa pendidikan dalam pengertian umum yaitu memberikan
pimpinan, pertolongan, bimbingan maupun bantuan kepada peserta didik agar
dapat berkembang dan tumbuh menjadi dewasa baik jasmani maupun rohani.
Selain itu, pendidikan juga berusaha untuk dapat mengembangkan aspek-aspek
kepribadian anak, termasuk aspek individualism, sosialitas, moralitas, dan
aspek religius. Sehingga dengan pendidikan akan tercapai kehidupan yang
harmonis, seimbang antara kebutuhan fisik baik materi, sosial dan kebutuhan
mental spiritual antara dunia dan akhirat.
Manusia merupakan makhluk hidup yang harus hidup antar sesama,
dimana mereka saling membutuhkan, kerjasama antar manusia dimana dalam
hal ini akan timbul yang namanya kepekaan sosial, yaitu kemampuan untuk
menyesuaikan tingkah laku, tabiat, sopan santun dengan harapan dan
pandangan orang lain. Oleh karena itu Pendidikan akhlak adalah suatu usaha
berupa bimbingan atau bantuan yang diberikan oleh pendidik terhadap anak
didiknya yang berkaitan dengan budi pekerti sehingga jasmani dan rohani
dapat berkembang menjadi kepribadian utama yang sesuai dengan ajaran
agama Islam.

20

H.M Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta.Bina aksara,1987,Cet.ke-1,h.10
Rama Yulis, Pengantar Dasar Kependidikan, Malang:IKIP,1981,h.12

21

16

C. Pendidikan Akhlak dalam Pembentukan Kepribadian Peserta Didik
Pendidikan dan pengajaran akhlak merupakan hal yang pertama dan
utama sebagai upaya untuk mencerdaskan manusia disamping itu juga
pendidikan dan pengajaran akhlak juga dapat menuntun dan membimbing
seseorang untuk mencapai kehidupan yang bahagia diakhirat nanti. Karna
pengajaran dimulai sejak anak dilahirkan kedunia ini, karna anak adalah
amanah yang dititipkan oleh Allah SWT, untuk dibimbing dan diarahkan
menuju jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.
Prof. Dr.dzakiah Daradjat mengatakan : ”orang tua adalah pembina
yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup
mereka, merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan
sendirinya akan masuk kedalam pribadi anak yang sudah tumbuh itu”.22
Masa anak sesudah lahir atau masa anak-anak adalah tahapan terpenting
dalam membentuk kepribadian.Sebab baik buruknya kepribadian anak ketika
dewasa banyak ditentukan oleh pendidikan masa kecilnya. Dikarenakan setiap
anak dilahirkan dalam keadaan suci bersih, dan baik atau tidaknya ketika
dewasa nanti tergantung kepada didikan kedua orang tuanya, sebagaimana
sabda nabi SAW dalam salah satu haditsnya :
”Tiada seorang anakpun yang tidak dilahirkan dalam keadaan suci
(sebagai Islam), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan yahudi atau
nasrani ataupun majusi.”(HR.Bukhari dari Abu Hurairah)23
Sehubungan dengan itu, Prof.Dr.Dzakiah Daradjat dalam bukunya,
Ilmu jiwa agama, mengatakan sebagai berikut :
“Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan,
pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecil dulu. Seorang
yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan didikan agama maka pada
masa dewasanya nanti, ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam
hidupnya...”24

22

Dradjat Zakiah, Prof.Dr. Ilmu Jiwa agama, Jakarta:Bulan Bintang,1993,h.35
H.A.Mustafa,150 Hadits-hadits Pilihan, Surabaya:al-Ikhlas,1987,h.16
24
Zakiah Daradjat,Op,Cit,h.35

23

17

Pembentukan kepribadian bukanlah suatu proses yang berlangsung
cepat, melainkan mengalami proses yang memakan waktu cukup lama dimana
pembentukan kepribadian berkaitan erat dengan pembentukan iman dan
akhlak. Dalam pembentukan kepribadian peserta didik sangat diperlukan
pembiasaan-pembiasaan dan latihan yang cocok dan sesuai dengan
perkembangan jiwanya, karena pembiasaan dan latihan tersebut akan dapat
membentuk sikap tertentu pada anak yang lambat laun sikap dan
kepribadiannya itu akan bertambah jelas dan kuat, dan nantinya tidak akan
tergoyahkan lagi dari segala bentuk godaan dan gangguan.
Oleh karena itu jika pendidikan akhlak telah tertanam dalam diri peserta
didik dan telah menjadi bagian dari kepribadiannya, maka ia akan dapat
berfungsi sebagai pengendali dalam setiap tingkah laku yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dan akan menjadikan kehidupan yang diridhoi oleh
Allah SWT dimasa kini dan akan datang baik di dunia maupun diakhirat.

D. Metode Penelitian Agama
Metode penelitian agama sebagai suatu kajian dan penelitian ilmiah
dalam lingkup akademik bukan sesuatu yang baru, hal ini dibedakan dengan
kajian teologi. Kajian atau penelitian ilmiah tentang agama berfokus pada
fenomena sosial-budaya keagamaan dalam kehidupan masyarakat, bukan
berbicara tentang bukti-bukti bahwa tuhan itu ada, tentang hal ini menjadi
kompetensi kajian teologi (filsafat ketuhanan).
Dalam tradisi ilmiah, baik dari aspek personal, sosial maupun budaya
telah lama dilakukan oleh para psikolog, sosiolog maupun antrolog, sebut saja
karya-karya klasik yang dihasilkan oleh sigmun freud, emile, W. Schmidt dan
beberapa karya kontemporer hasil kajian dan penelitian oleh Mitsuo Takamura
dan masih banyak lagi. Penelitian atau kajian ilmiah dalam bidang kehidupan
keagamaan di Indonesia sebetulnya merupakan kegiatan penelitian sosialbudaya yang krusial (penting dan strategis), mengingat realitas kemajemukan
primordial sosial-budaya dari masyarakat-bangsa Indonesia yang dikenal
sebagai masyarakat-bangsa yang religius.

18

Kebhinekaan atau kemajemukan kehidupan keagamaan inilah tidak saja
merupakan sesuatu yang mengagumkan bagi banyak bangsa-bangsa dari
negara lain, tetapi dengan tanpa memelihara akar kesatuan persatuan bangsa
negara Indonesia hal mana kedudukan dan peran agama dalam kehidupan
masyarakat bangsa Indonesia yang krusial ini, maka dapat merupakan potensi
konflik yang serius yang dapat mengancam kesatuan persatuan masyarakat
bangsa Indonesia.
Oleh Karena itu penelitian ilmiah pada umumnya tentang kehidupan
keberagamaan melalui penelitian sosial budaya sangat mendesak untuk
dilakukan, dalam hal ini penelitian dalam kajian antropologi agama segera
perlu di perkenalkan sendini mungkin pada peserta didik melalui bimbingan
dari guru dan orang tua. Penelitian atau kajian dalam kehidupan beragama
tersebut, dalam antropologi budaya, secara universal agama itu sendiri
merupakan salah satu unsur budayaan. Secara lengkap unsur-unsur kebudayaan
tersebut adalah : (1) bahasa, (2) sistem teknologi, (3) sistem ekonomi, (4)
organisasi sosil, (5) sistem pengetahuan, (6) kesenian dan (7) sistem religi, oleh
karena itu pengertian agama sebagai suatu sistem religi dan sebagai suatu unsur
kebudayaan menjadi mungkin untuk diteliti secara Ilmiah-antropologis.
Dengan demikian fenomena keberagamaan yang menyangkut hal-hal yang bisa
di observasi dan didalam tentang agama dan pola perilaku beragama dari
pemeluknya dapat secara terbuka dilakukan sebagai sasaran penelitian dan
kajian ilmiah. Kebudayaan, secara sederhana dapat didefinisikan sebagaimana
yang dikemukakan oleh Parsudi Suparlan (1982) yakni, keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai ,makhluk sosial, yang digunakan untuk
menginterprestasi dan memahami lingkungan yang dihadapi, an untuk
menciptakan serta mendorong terwujudnya kelakuan dan hasil kelakuan.
Penggunaan definisi kebudayaan yang hanya mencakup pengertian
pengetahuan adalah operasional, karena dalam definisi tersebut seperangkat
pengetahuan ide dibedakan dari kelakuan dan hasil kelakuan, oleh karena itu
bukan dan termasuk dalam kategori kebudayaan, kebudayaan dibedakan
dengan kelakuan dan hasil kelakuan,dan oleh karena itu bukan dan termasuk

19

dalam kategori kebudayaan. Kebudayaan atau seperangkat pengetahuan/ide
dibedakan dengan kelakuan dan hasil kelakuan, akan tetapi ketiga-tiganya
saling berkaitan dan mempengaruhi dalam kegiatan kehidupan manusia.
Sebab jika seperangkat pengetahuan/ide kebudayaan sebagai entitas
kebudayaan maka hakekat kait mengkait dan saling mempengaruhi diantara
ketiga unsur tersebut dalam kehidupan manusia tidak dapat dianalisis secara
tajam dan dipahami secara masuk akal hakekat manusia dan kemanusiaan itu
sendiri. Pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial maksudnya bahwa
pengetahuan tersebut tidak diperoleh sebagai warisan genetic tetapi diperoleh
dengan melalui proses belajar dari lingkungannya baik lingkungan sosial dan
lingkungan alam.
Kebudayaan itu diperoleh melalui petunjuk simbolik atau dalam hal ini
melalui komunikasi simbol dan dengan orang-orang lain, komunikasi ini
membuahkan hasil dari para pelaku.
Ada tiga metode populer dalam metode penelitian agama ialah: metode
sui generic, metode Ilmiah (saintific) dan metode sentesis. Ketiga metode
tersebut sekaligus mewakili aliran-aliran penelitian dalam agama.25
Metode sui generic, yaitu metode Ilmu Perbandingan Agama yang
khusus dan berbeda dengan metode-metode lain. Dalam hal ini masih
diperdebatkan apakah penelitian terhadap agama itu mempergunakan
pendekatan khusus yang berbeda dengan pendekatan yang selama ini
dibakukan dalam dalam penelitian Ilmiah, atau kajian agama itu sama dengan
fnomena sosial dan budaya lain yang dapat didekati oleh metode Ilmiah yang
baku. Perdebatan ini menyebabkan terpecahnya ilmuan agama ke dalam dua
kubu sesuai dengan pendapat masing-masing tersebut.
Metode sainific, adalah metode Ilmiah.Diantara para penelitian agama
berpendapat bahwa agama adalah bagian dari sistem sosial dan sistem budaya
masyarakat. Oleh karena itu, ia sebagai fakta ilmiah yang dapat diteliti dengan
mengikuti metode penelitian ilmiah, ia dikerjakan sesuai dengan urutan metode
25

h.82

Dadang kahmad, M.Si. Metode Penelitian Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2000),

20

ilmia, yaitu perumusan masalah, kerangka pemikiran, perumusan hipotesis,
pengujian hipotesis dan kesimpulan. Metode penelitian Ilmu Agama dapat
diteliti dalam metode analisis kualitatif maupun kuantitatif.Selain itu dapat
diteliti dengan metode penelitian lapangan yang biasa dipakai oleh sosiologi,
antropologi, psikologi, filologi arkeologi dan sebagainya.
Metode sintesis, adalah metode alternatif, merupakan pendekatan yang
ditawarkan sebagai jalan tengah dari perdebatan antara dua kubu yang
mempertahankan pemakaian metode sui generic dan atau metode Ilmiah
(saintifik).
Menurut Dadang Kahmadi, perlunya suau penelitian agama memakai
metode sintesis karena metode tersebut merupakan penggabungan antara
metode Ilmiah dan metode teologis. Metode sintesis berusaha untuk memakai
“kacamata” doktrin agama ketika ingin memahami fakta-fakta agama yang
telah dikumpulkan. Artinya, bahasa agama harus dilibatkan dan dimasukkan
kedalam analisis data dalam penelitian Ilmu perbandingan agama dan barulah
penelitian itu akan mampu mengungkapkan makna agama yang diinginkan dan
hasil penelitian tersebut mempunyai nilai informasi keagamaan.

1. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pengertian Metode Pembelajaran macam-macam, syarat dan faktorfaktor yang mempengaruhi metode pembelajaran kegiatan belajar mengajar
yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu
proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar
mengajar dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang menarik agar peserta
didik tidak merasa bosan dengan materi yang diajarkan guru. Pembelajaran
juga dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik
pada saat berlangsung pembelajaran. Metode pembelajaran adalah cara atau
pendekatan yang dipergunakan dalam menyajikan atau materi pelajaran, dan
menempati peranan yang tak kalah penting dalam proses belajar mengajar.
Dalam pemilihan metode apa yang tepat, guru harus melihat situasi dan
kondisi peserta didik serta materi yang diajarkan.

21

Dalam kegiatan belajar mengajar daya serap peserta didik tidaklah
sama. Dalam menghadapi perbedaan tersebut, strategi pengajaran yang tepat
sangat dibutuhkan. Strategi pengajaran yang tepat menurut Basrudin Usman
adalah pola umum perbuatan guru dan peserta didik dalam kegiatan
mewujudkan kegiatan belajar mengajar.26
Metode pembelajaran merupakan salah satu strategi pembelajaran
yang dapat dilakukan oleh guru untuk menghadapi masalah tersebut
sehingga mencapai tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik. Dengan
pemanfaatan metode yang efektif dan efisien, guru akan mampu mencapai
tujuan pengajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai alat untuk
mencapai tujuan pembelajaran.

a). Faktor-faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran
Sebagai suatu cara, metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, guru akan lebih mudah menetapkan
metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus
dihadapinya.
Jika memahami sifat dari masing-masing metode tersebut,
pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai
berikut : Peserta didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan
pendidikan. Disekolah, gurulah yang berkewajiban mendidiknya.Perbedaan
individual peserta didik aspek biologis, intelektual dan psikologis
mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajran mana yang
sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif
demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar
mengajar yang bertujuan dalam pendidikan dan pengajaran ada berbagai
26

Basrudin Usman M, Methodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta:Ciputat
Press,2004)

22

jenis, ada tujuan instruksional, tujuan kurikuler, tujuan institusional dan
tujuan pendidikan nasional. Metode yang dipilih guru harus sejalan dengan
taraf kemampuan peserta didik dan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak
selamanya sama dari hari ke hari. Guru harus memilih metode pembelajaran
yang sesuai dengan situasi yang diciptakan dan fasilitas merupakan hal yang
mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran. Fasilitas
adalah kelengkapan yang menunjang belajar peserta didik di sekolah.
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Latar pendidikan
guru diakui mempengaruhi kompetensi.Kurangnya penguasaan terhadap
berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan
metode.
b). Syarat-syarat metode pembelajaran
Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar
adalah :
a). Metode mengajar harus membangkitkan motif, minat dan gairah belajar
peserta didik
b). Metode mengajar harus dapat menjamin perkembangan kegiatan
kepribadian peserta didik
c). Metode mengajar harus dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik
untuk mewujudkan hasil karya
d). Macam- macam metode pembelajaran
Proses belajar mengajar yang baik, hendaknya mempergunakan
berbagai jenis metode pembelajaran secara bergantian atau saling bahu
membahu satu sama lain. Masing-masing metode ada kelemahan dan
kelebihannya. Tugas guru ialah memilih berbagai metode yang tepat untuk
menciptakan proses belajar mengajar. Macam-macam metode pembelajaran
adalah sebagai berikut :

23

1) Metode proyek
Metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak pada
suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi pemecahannya
secara keseluruhan dan bermakna. Pengggunaan metode ini bertitik
tolak dari anggapan bahwa pemecahan masalah perlu melibatkan
berbagai mata pelajaran yang ada kaitannya dengan pemecahan masalah
tersebut.
2) Metode eksperimen
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana
peserta

didik

melakukan

percobaan

dengan

mengalami

dan

membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Peserta didik dituntut
untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau mencoba mencari
suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan atau proses yang
dialaminya itu.
3) Metode tugas atau resitasi
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan pelajaran
dimana guru memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan
kegiatan belajar. Metode ini diberikan karena materi pelajaran banyak
sementara waktu sedikit. Agar materi pelajaran selesai sesuai dengan
waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya digunakan
oleh guru.
4) Metode diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana peserta didik
dihadapkan pada suatu masalah yang bersifat problematis untuk dibahas
dan dipecahkan secara bersama. Teknik diskusi adalah salah satu teknik
belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah, dalam
diskusi terjadi interaks, tukar menukar pengalaman, informasi,
memecahkan masalah dan peserta didikmenjadi aktif.
5) Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukan kepada peserta didik suatu proses,

24

situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya
ataupun tiruan dengan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses
penerimaan peserta didik terhadap pelajaran akan terkesan secara
mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.
6) Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada peserta didik,
tetapi dapat pula dari peserta didik kepada guru, metode Tanya jawab
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah
sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan peserta didik.
7) Metode latihan
Metode latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode ini dapat juga
digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan
dan keterampilan.
8) Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode tradisional, karena sejak dulu
dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan peserta
didik dalam proses belajar mengajar. Metode tersebut harus dapat
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap bahan pelajaran yang
diberikan oleh guru.

E. Sekolah Luar Biasa
1. Pengertian Sekolah Luar Biasa
Tempat penyelenggaraan pendidikan dibagi menjadi tiga lingkungan
yaitu formal, informal dan non formal. Sekolah Luar Biasa adalah sebuah
lembaga pendidikan formal yang melayani pendidikan bagi anak-anak
berkebutuhan khusus. Sebagai lembaga pendidikan SLB dibentuk oleh

25

banyak unsur yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan,
yang proses intinya adalah pembelajaran bagi peserta didik.27
Dalam ketentuan umum UU Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1
dikemukakan bahwa : “Proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan

pote