Penerapan metode pembelajaran pendidikan agama islam pada program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan

(1)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM PADA PROGRAM AKSELERASI DI SMPN 3 TANGERANG

SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Abu Bakar Gong Matua Pane

NIM: 207011000252

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436H/2014


(2)

(3)

(4)

(5)

KATA PENGANTAR











Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan ridho-Nya yang telahmemberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi dengan judul Penerapan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Program Akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka sepantasnya penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bahrissalim, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Drs. Syafiudin shiddiq,M.Ag., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. H. Masan AF, M.Pd., pembimbing dalam penyusunan skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dengan sabar dan ikhlas membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Aminuddin Yaqub, M.Pd dan Dra. Manera., penguji dalam sidang munaqasah yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Syafiudin shiddiq, M.Ag., dosen pembimbing akademik.

6. Bapak Maryono, SE., Kepala SMP Negeri 3 Tangerang selatan yang telah memberikan izin untuk pelaksanaan penelitian skripsi.

Drs. H. Anwaruddin MA., guru bidang studi PAI kelas VIII akselerasi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama terlaksananya penelitian skripsi.


(6)

(7)

ABSTRAK

Abu Bakar Gong Matua Pane, 207011000252. Penerapan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Program Akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode yang digunakan pada program akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif analisis, yaitu penelitian dengan cara menganalisis data yang diarahkan untuk menjawab perumusan masalah, tetapi tidak untuk menguji hipotesis. Dengan demikian data utama dari penelitian ini dapat diketahui dengan jelas. Hasil penelitian menunjukan bahwa di dalam menyampaikan materi PAI, guru sudah menggunakan metode pembelajaran yang menarik, yaitu

metode ceramah, metode tanya jawab, metode demostrasi, metode karya wisata, metode diskusi, metode kerja kelompok. Walaupun tanpa menggunakan metode pembelajaran mereka sudah menerapkan nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupan dan dari nilai akademik mereka pun telah melempaui KKM untuk tingkat SMP Negeri pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

Kata Kunci : Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Program Akselerasi,


(8)

(9)

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis ... 7

1. Program Akselerasi a. Pengertian program akselerasi ... 7

b. Tujuan Program Akselerasi ... 13

c. Aspek-aspek Program Akselerasi ... 14

d. Bentuk Program Akselerasi ... 20

e. Penyelenggaraan Program Akselerasi ... 21

2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 24

a.Pengertian pembelajaran pendidikan agama Islam ... 24

b.Tujuan pendidikan agama Islam ... 25

c.Ruang lingkup pendidikan agama Islam ... 26

3. Metode Pembelajaran PAI ... 28

a. Macam-macam metode pendidikan Islam ... 28


(10)

ix BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

B. Latar Penelitian ... 38

C. Metode Penelitian ... 39

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 40

E. Pemeriksaan Atau Pengecekan Keabsahan Data ... 43

F. Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 54

B. Pembahasan ... 62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 63

B. Implikasi ... 64

C. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman wawancara... 41

... Tabel 4.1 Proses penerimaan siswa kelas akselerasi ... 48

... Tabel 3.3 Jumlah Kelas, Rombel, dan Siswa Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 39

... Tabel 3.4 Jenjang Pendidikan dan Status Guru ... 39

Tabel 3.5 Data Jumlah Guru dan Statusnya ... 40

Tabel 3.6 Jenjang Pendidikan Tenaga Administrasi (TU) dan Statusnya ... 40

Tabel 3.7 Tenaga Perpustakaan (Pustakawan) dan Laboratorium (Laboran) ... 41


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Suarat peenyataan telah melaksanakan penelitian ... Lampiran 2. Panduan sistem penerimaan peserta didik ... Lampiran 3. Profil SMP Negeri 3 Tengerang Selatan ... Lampiran 4. Pormulir pendaftaran calon siswa program CI-BI Akselerasi... Lampiran 5. Surat penryatan persetujuan dari orang tua ... Lampiran 4. Pedoman wawancara ... Lampiran 5. Lembar uji referensi ...


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Di era globalisasi diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap bersaing dengan negara lain. Namun untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang tinggi tidaklah semudah membalik telapak tangan.

“Permasalahan proses belajar mengajar biasanya disebabkan dari pengajaran yang kurang efektif, kurang efisien, dan kurang membangkitkan gairah belajar”.1 Hal tersebut menyebabkan rendahnya motivasi siswa, kesadaran belajar dan kesungguhan belajar, sehingga tidak terpenuhi penguasaan konsep. Oleh karena itu, perlunya strategi pembelajaran dan sumber belajar yang tepat sehingga masalah dapat terselesaikan.2

“Di sisi lain orang tua berpendapat bahwa guru merupakan seorang yang tahu akan segala hal. Pendapat ini terus berkembang di masyarakat, sehingga

1AA. Sukarso dkk., “Tanaman Sekitar Lingkung

an Sekolah Sebagai Media Pengajaran Biologi,”

Jurnal Dinamika Pendidikan, vol. 3, no.1, ( Desember 2011), h.53, diakses pada 9 desember 2012, tersedia online di http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21065359.pdf

2Candra Puasati, “Peningkatan Keterampilan Proses Dan Pemahaman Konsep Biologi Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Siswa,”Jurnal Nuansa Pendidikan, vol.VI, no.1, ( Desember 2011), h.36, diakses pada 9 desember 2012, tersedia online di http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11083542.pdf


(14)

2 menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber informasi bagi siswa dalam belajar”.3 Dapat dikatakan bahwa kegiatan pendidikan saat itu cenderung masih bersifat tradisional.

Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk tuhan.4

Pendidikan di Indonesia tidak lagi menyamaratakan potensi yang dimiliki peserta didiknya, namun menempatkan mereka sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional mengenai adanya hak bagi peserta didik untuk mendapatkan pelayanan pendidikan khusus bagi yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Kecerdasan luar biasa adalah memiliki satu derajat kemampuan intelektual yang tinggi, yaitu IQ di atas. Dengan adanya pemahaman tentang kecerdasan istimewa pada peserta didiknya, maka pendidikan di Indonesia mulai melakukan perubahan guna memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh peserta didiknya. Sebagai dampaknya, maka saat ini dibuka kelas yang berbeda-beda menyesuaikan dengan kebutuhan dari peserta didik. Perubahan besar yang terjadi adalah dibukanya kelas inklusif bagi murid yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata. Dibuka kelas regular

3Tho as Wibowo Agu g “utjio o, Pe dayagu aa Media Pe belajara ,

Jurnal Pendidkan Penabur, vol. 4, no. 4, (Juli 2005), h. 76, diakses pada 9 desember 2012, tersedia online di http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.76-84%20Pendayagunaan %20Media%20Pembelajaran.pdf

4

Muhammad Siddiq, “Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ( PAI) Di Sekolah Menengah Pertama ( SMP ), Widyaiswara madya balai diklat keagamaan medan, h. 1.


(15)

3 untuk peserta didik dengan potensi rerata. Sedangkan bagi mereka yang memiliki kecerdasan luar biasa atau istimewa dibuka kelas akselerasi.5

Program akselerasi suatu proses percepatan (acceleration) pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik yang memiliki kemampuan luar biasa (unggul) dalam rangka mencapai target kurikulum Nasional dengan mempertahankan mutu pendidikan sehingga mencapai hasil yang optimal. Dengan kata lain peserta didik dapat menyesuaikan cara belajarnya lebih cepat dari siswa lainnya (siswa reguler). Program akselerasi di Indonesia merupakan model pendidikan dimana siswa menggunakan waktu yang kurang daripada waktu yang biasanya digunakan untuk menyelesaikan studi. Pada tingkat SLTP masa studi siswa dipercepat dari tiga tahun menjadi dua tahun. Istilah lain mengenai program percepatan belajar (akselerasi) adalah sebuah pemberian layanan pendidikan sesuai potensi siswa berbakat, dengan memberi kesempatan mereka untuk menyesuaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih cepat dibandingkan teman-temannya. Program percepatan belajar adalah salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang oleh psikolog telah diidentifikasi memiliki kemampuan intelektual umum pada taraf cerdas, memiliki kreatifitas dan keterikatan terhadap tugas di atas rata-rata, untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka.6

Saat ini sejumlah siswa yang mengikuti kelas akselerasi mengalami tekanan psikologis yang cukup berat. Wajar bila hal itu terjadi sebab siswa yang mengikuti kelas akselerasi merasa kurang memiliki waktu luang untuk kegiatan di luar jam sekolah dengan berbagai alasan, seperti capek, banyak tugas dan lain-lain karena mereka harus mengikuti jadwal dan materi pelajaran

5 Zai ul a war,

Analisis Underchiever Pada “iswa Akselerasi, jurnal online psikologi, Vol. 01 No. 01, Thn. (2013), h. 231, diakses pada 26 april 2013, tersedia online di

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jop/article/viewFile/1457/1555_umm_scientific_journal.pdf 6

Refista Befris Febrianela, Self Regulated Learning (SRL) Dengan Prestasi Akademik Siswa

Akselerasi,” Jurnal Online Psikologi, Vol. 01, No. 01,( 2013), h. 203, diakses pada 26 april 2013, tersedia


(16)

4 yang padat serta mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah.7 Selain itu dalam proses belajar mengajar pendidikan agama islam pada program akselerasi masih banyak yang menggunakan metode konvesional (ceramah) sehingga banyak siswa yang merasa jenuh dan rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pendidikan agama islam yang diajarkan di sekolah.

Dilihat dari masalah-masalah yang dialami siswa di sekolah seyogyanya proses pembelajaran Agama Islam menggunakan metode yang benar diarahkan pada peningkatan religiusitas anak didik secara utuh.8 Untuk masalah ini guru harus menggunkan metode yang tepat ketika mengajar. Karena metode merupakan aspek penting untuk mentrasfer ilmu pengetahuan dari kepada siswa. Sehingga terjadi proses internalisasi dan pemilikan ilmu oleh siswa. Dengan karakteristik siswa yang masuk pada program akselerasi maka guru harus memiliki kemampuan yang luar biasa dibandingkan guru yang mengajar pada kelas program reguler. Kemampuan menyampaikan dan menjelaskan bahan pelajaran, mengelola kelas, mengevaluasi hasil belajar dan lainnya, sehingga proses pembelajaran pada program akselerasi ini tidak berat sebelah dan siswa bisa mendapatkan apa yang mereka butuhkan.

Salah satu kemampuan yang harus dikuasi oleh guru pengajar program akselerasi adalah kemampuan menyampaikan dan menjelaskan bahan pelajaran. Dalam menyampaikan dan menjelaskan bahan pelajaran guru harus mampu mencapai tujuan dari setiap bahan pelajaran yang diberikan. Solusi yang dipakai guru salah satunya adalah memakai metode sesuai dengan materi yang diajarkan. Dalam menyampaikan dan menjelaskan bahan pelajaran banyak sekali metode yang digunakan, dengan menggunakan metode yangb sesuai materi yang diajarkan maka proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.

7

Diah Sekar Ayu Rena Putri, Perbedaan Sosialisasi Antara Siswa Kelas Akselerasi Dan

Kelas Reguler Dalam Lingkungan Pergaulan Di Sekolah,” Humanitas : Indonesian Psychological Journal, Vol. 2 ,No.1 ,(Januari 2005), h. 28 – 40.

8 Nya yu Khodijah, Pe i gkata Keberhasila Pe belajara Pe didika Aga a Isla (PAI) dengan Pendekatan Revlective Learning, Jurnal Pembangunan manusia,Vol. 7, No. 1, (April 2009), h. 2.


(17)

5 Dan sekolah yang dipilih penulis untuk menjadi objek penelitian adalah SMP Negeri 3 Tangerang selatan. Sekolah yang berdiri sejak tahun 1976 ini mengalami perkembangan dan peningkatan yang signifikan. Setelah berjalan sekitar 28 tahun atau tepatnya pada tahun 2004 sekolah ini membuat sebuah kebijakan dalam program peningkatan mutu sekolah mereka yaitu program akselerasi.

Dengan demikian, perlu dilakakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Program Akselerasi

di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu sebagai berikut:

1. Pembelajaran umumnya kurang efisien, kurang efektif dan kurang membangkitkan gairah belajar siswa.

2. Orang tua berpendapat bahwa guru merupakan seorang yang tahu akan segala hal.

3. Guru Pendidikan agama Islam (PAI) Masih menggunakan metode konvesional (ceramah) sehingga banyak siswa yang merasa jenuh dan rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pendidikan agama Islam yang diajarkan di sekolah

4. Sejumlah siswa yang mengikuti kelas akselerasi mengalami tekanan psikologis yang cukup berat.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas penulis membatasi permasalahan, yaitu pada:

1. Penerapan metode Pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas akselerasi.

2. Sekolah yang digunakan untuk penelitian adalah SMP Negeri 3 Tangerang selatan


(18)

6

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam skripsi ini adalah: “Bagaimana Penerapan Metode Pembelajaran yang Pendidikan Agama Islam pada Program Akselerasi pada di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan?”

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pendekatan pembelajaran yang dilakukan guru agama islam pada program akselerasi pada mata pelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan yaitu

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu: 1. Bagi siswa, dapat digunakan sebagai peningkatan motivasi dan meraih

prestasi belajar yang lebih baik.

2. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai bahan rujukan jika ingin melakukan pembelajaran pada program akselerasi

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk perbaikan program akselerasi, baik berupa upaya melengkapi sarana dan prasarana maupun pembinaan guru-guru yang mengajar pada program akselerasi.


(19)

7

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Deskripsi Teoritis 1. Program Akselerasi

a. Pengertian Program Akselerasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia program ialah “Rancangan

mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan”.9Dari pengertian tersebut sudah terlihat adanya unsur-unsur pengelolaan atau manajemen dalam suatu program yang merupakan serangkaian kegiatan dalam bentuk program yang dilaksan akan secara bertahap dengan menyusun terlebih dahulu suatu rancangan rencana, asas-asas dan usaha-usaha untuk diimplementasikan di lapangan.

Akselerasi diambil dari kata bahasa inggris yaitu “Accelerated” bila

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti yang dipercepat.10 Sedangkan

9

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 702.

10

John M. Echols dan Hasan Shdily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1993), h.5.


(20)

8 dalam kamus besarbahasa Indonesia, akselerasi diartikan “proses

mempercepat”.11

Menurut Dave Meier seperti yang dikutip Busroa kselerasi dapat di lakukan jika adanya suatu objek, dalam hal ini objek nya adalah belajar, yaitu menja di percepatan belajar/ Accelarated learning.“Accelarated

learning”adalah “carabelajar yang ilmiah. Akarnya telah tertanam sejak

zaman kuno”.Ini berarti model pembelajaran akselerasi di lakukan secara ilmiah sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan anak, danpembelajranakselerasisudakdilakukansejakzamandahulusebagaisuatugera kan modern yang mendobrakmetodologipembelajarandanpelatihan yang dikemasdalamsebuah program pendidikan.

Ketika kata ini digunakan dalam dunia kependidikan maka dikenal istilah program akselerasi, program ini sendiri ditujukan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

program akselerasi diartikan “ Seperangkat kegiatan kependidikan yang

diatur sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan oleh anak didik dalam waktu yang lebih singkat dari biasanya. Program ini berisikan seperangkat kegiatan kependidikan yang telah dirancang khusus untuk peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan tinggi dibandingkan dengan siswa lainnya, sehingga proses pembelajran dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih cepat.

Depdiknas mendefinisikan bahwa program akselerasi adalah “program layanan belajar diperuntukkan bagi siswa yang diidentifikasikan memiliki ciri-ciri keberbakatan intelektual dan program ini dirancang khusus untuk dapat menyelesaikan program belajar lebih cepat dari waktu yang telah

ditetapkan”.12

Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa program akelarasi berisikan seperangkat kegiatan pelayanan pendidikan yang dirancang khusus dan diperuntungkan bagi siswa yang memilki keberbakatan istimewa dengan kecerdasan dan kemampuan serta bakat dan minat luar biasa

11

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Op. Cit, h.16.

12

DepartemenPendidikanNasional, Isu-isuPendidikan di Indonesia: Lima IsuPendidikanTriwulanKedua, (Jakarta: BalitbangDiknas, 2004),h.87 .


(21)

9 dibandingkan dengan siswa lain (siswa biasa), sehingga kegitan belajar dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih cepat dan singkat.

Karena program ini diberikan kepada siswa yang memiliki potensi kecerdasan tingi, dan bakat istimewa, maka pihak sekolah (guru/tenaga kependidikan) harus mengetahui, mengamati dan meneleksi ciri dari siswa terebut, hal ini dilakukan agar penyelenggaraan program akselerasi diberikan tepat sasaran kepada siswa yang benar-benar memeiliki potensi kecerdasan tinggi dan bakat istimewa.

Renzulli menjelaskan bahwa “ keberbakatan menunjukkan pada adanya

keterkaitan antara tiga kelompok ciri (cluster) yaitu kemampuan umum, kreatifitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (Task Commitment) di atas rata-rata”.13

Dengan menggunakan konsep keberbakatan dari Renzulli di atas, dengan disesuaikan dengan kondisi yang ingin dikembangkan oleh pihak sekolah maka, defenisi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan tinggi dan bakat istimewa dalam program akselerasi adalah Siswa yang didefinisikan oleh tenaga prifessional dan mempunyai pencapaian kinerja tinggi. Kinerja tinggi ini ditunjukkan dengan pencapaian dan mempunyai kemampuan dalam salahsatu area atau kombinasi beberapa area bidang studi. Adapun area kemampuan yang ditunjukkan oleh siswa cerdas istimewa adalah kemampuan kecerdasan umum, bakat akademik khusus, berfikir kreatif dan produktif, kemampuan kepemimpinan, kemampuan psikomotorik, dan seni peran dan visual.14

Sedangkan U.S Office Education, sebagaiman yang dikutip oleh Utami Munanadar, mendefinisikan bahwa siswa istimewa dan berbakat adalah Mereka yang oleh orang-orang professional di identifikasikan sebagai anak

13

DepartemenPendidikanNasionalDirektoratJenderalManajemenPendidikanDasardanMen engahDirektoratPembinaanSekolahLuarBiasa,

PedomanPenyelenggaraanPendidikanUntukPesertaDidikCerdas Istimewa, (Jakarta:

DirektoratPembinaanSekolahLuarBiasa), h.18

14

DepartemenPendidikanNasionalDirektoratJenderalManajemenPendidikanDasardanMen engahDirektoratPembinaanSekolahLuarBiasa, BimbinganTeknisPenyusunanKurikulum Mata Pelajaran MIPA SiswaCerdas Istimewa, Op. Cit, h. 6-7.


(22)

10 yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul, anak-anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/ atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah luarbiasa, agar dapat pengembangan diri sendiri. Kemampuan-kemampuan tersebut baik secara potensial maupun yang telahnyata, meliputi kemampuan intelektual umum, kemampuan akademikk husus, kemampuan berfikir kreatif-produktif, kemampuan memimpin, kemampuan dalam salah satu bidang seni, dan psikomotor (sepertiolahraga).15

Untuk mendapatkan peserta didik berbakat seperti yang disebutkan dalam definisi di atas, Deparetemen Pendidikan Nasional, menyebutkan 14 ciri-ciri keberbakatan yang telah memiliki korelasi yang signifikan dengan kemampuan umum, dan kreatifitas tanggung jawab terhadap tugas yaitu: a.Lancar berbahasa (mampu mengutarakan pemikirannya).

b. Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan. c. Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berfikir logis dan kritis. d. Mau belajar/bekerja secara mandiri.

e. Ulet mengahadapi kesulitan ( tidak lekas puttus asa ).

f. Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya. g. Cermat atau teliti dalam mengamati.

h. Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah. i. Mempunyai minat luas.

j. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi. k.Belajaar dengan mudah dan cepat.

l. Mampu mengemukakan dan mempertahankan pendapat. m. Mampu berkonsentrasi.

n.Tidak memerlukan dorongan (motovasi) dari luar.

15

PenyusunanKurikulum Mata Pelajaran MIPA SiswaCerdas Istimewa, (Jakarta: DirektoratPembinaanSekolahLuarBiasa), h.7


(23)

11 Selain Depdiknas, Balitbang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sebagaimana dikutip Rahmi Nurrahmah, secara rinci mengidentifikasi ciri-ciri siswa berpotensi tinggi dan berbakat istimewa, yaitu:

a. Memiliki ciri-ciri belajar, antara lain mudah menangkap pelajaran, mempunyai ingatan yang baik, perbendaharaan kata yang luas, penalaran tajam, berrfikir kritis, logis, sering membaca buku bermutu, dan mempunyai rasa ingin tahu yang bersifat intelektual.

b. Memiliki ciri-ciri tanggung jawab terhadap tugas, antara lain tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, mampu berkerja sendiri tanpa bantuan orang lain, ingin berprestasi sebaik mungkin, senang dan rajin belajar, penuh semangat, dan bosan dengan tugas-tugas yang rutin. c. Memiliki kreativitas, antara lain bersifat ingin tahu, sering mengajukan

pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul-usul terhadap suatu masalah, mampu menyatakan pendapat secara spontan tanpa malu-malu, tidak mudah terpengaruh pendapat orang lain, dan mampu mengajukan gagasan pendapat yang berbeda dengan orang lain.

d. Memiliki ciri-ciri kepribadian, antara lain disenangi oleh teman sekolah, dipilih menjadi pimpinan, dapat bekerja sama, banyak mempunyai inisiatif, dan percaya pada diri sendiri.

Anak berbakat merupakan aset pembangunan nasional yang luar biasa, untuk itu diperlukan kesadaran akan pentingnya membina dan mengembangkan anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa secara optimal melalui pelayanan pendidikan. Sebaliknya jika mendapatkan pelayanan pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan kecerdasannya maka mereka tidak bisa mengoptimalkan bakat, minat, kemampuan dan kecerdasannya dengan baik, atau bahkan mereka bisa menjadi anak yang mengalami kesulitan belajar. Berbagai literaturmenyebutkan bahwa program pendidikan yang banyak dilaksanakan bagi anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah: a. Pengayaan (Enrichment). Pengayaan adalah pembinaan anak supernormal


(24)

12 bersifat vertikal (itensif, pendalaman) dan horisontal (ekstensif, memperluas). Pengayaan diberikan kepada anak setelah yang bersangkutan menyeleseikan tugas-tugas yang dibebankan untuk anak-anak sekelasnya. b. Percepatan (Acceleration) yaitu cara penanganan anak supernormal

dengan memperbolehkan naik kelas secara meloncat atau menyeleseikan program reguler di dalam jangka waktu yang singkat.

Variasi bentuk percepatan adalah antara lain:

a. Early Admisson (masuk lebih awal) misalnya SD dengan usia kurang dari 7 tahun.

b. Advanced Placment (naik kelas sebelum waktunya, mempercepat waktu kenaikan kelas).

c. Advanced Courses (mempercepat pelajaran), merangkap kelas dan lain-lain cara untuk mempercepat kemajuan belajar anak supernormal.16

d. Menghilangkan bagian yang dianggap kurang penting atau yang sangat mudah karena anak sudah dapat belajar sendiri, sehingga dalam mempelajari buku secara meloncat-loncat. Misalnya dari 7 bab sebuah buku cukup dipelajari 5 bab, karena 2 bab dianggap tidak perlu.

e. Pelaksanaan percepatan akan dapat bejalan praktis apabila sekolah itu mempergunakan sisitem maju berkelanjutan (continous progress) dan sistem kredit. Ini berarti anak maju terus sesuai dengan kemampuaannya sendiri (cepat atau lambat) anak yang tergolong supernormal, dapat maju terus tanpa menunggu teman-temannya dapat maju lebih cepat sehingga dalam waktu singkat dapat mencapai kredit yang telah ditentukan.

f.Pengelompokan khusus (Segregation) dapat dilakukan secara penuh atau sebagian yaitu bila sejumlah anak supernormal dikumpulkan dan diberi kesempatan untuk secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang

16

Utami Munandar, Bunga Rampai Anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), h.63


(25)

13 sesuai dengan potensinya. Kegiatan yang dimaksud dapat berlangsung semingggu sekali atau selama satu semester penuh.17

Pengelompokan biasanya didasarkan pada kemampuan dan kecerdasan dan dapat dilksanakan dalam berbagai bentuk, antara lain:

a. Kelas khusus b. Sekolah khusus

c. Pertemuan khusus, sebelum dan ssesudah sekolah dan d. Program diluar kelas reguler pada jam belajar.18

2. Tujuan Program Akselerasi

Departemen PendidikanNasional, menetapkan lima tujuan yang mendasari diselenggarakannya program akselerasi bagi siswa berpotensi tinggi dan berbakat istimewa, sebagaimana disebutkan dalam buku pedoman penyelenggaraan akselerasi, yaitu:

a. Memberikan kesempatan pada peserta didik cerdas istimewa untuk mengikuti program pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya.

b. Memiliki hak asasi peserta didik cerdas istimewa sesuai kebutuhan pendidikan bagi dirinya.

c. Meningkatkan efesiensi dan efektivitas proses pembelajaran bagi peserta didik cerdas istimewa.

d. Membentuk manusia berkualitas yang memiliki kecerdasan spritual, emosional, sosial, dan intelektual serta memiliki ketahanan dan kebugaran fisik.

e. Membentuk manusia berkualitas yang kompeten dalam pengetahuan seni, berkeahlian dan berketerampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan lebih lanjut dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

17

Surtinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.108-109

18


(26)

14 Selain tujuan di atas Dave Meier seperti yang dikutip Busro,

menjelaskan tujuan pembelajaran program akselerasi adalah “menggugah

sepenuhnya kemampuan belajar para pelajar, membuat belajar menyenangkan, dan memuaskan sebagai bagi mereka, serta memberikan sumbangan sepenuhnya pada kebahagian, kecerdasan, keberhasilan sebagai manusia.

Dari beberapa tujuan di atas, penulis berpendapat bahwa tujuan diselenggarakannya program akselerasi adalah untuk memberikan pelayanan pendidikan dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa yang berpotensi tinggi dan berbakat istimewa, sehingga siswa tersebut dapat mengoptimalkan potensi yang dimilkinya secara maksimal yang mengarah pada pencapaian peningkatan mutu pendidikan, dalam arti peningkatan prestasi belajar siswa baik prestasi akademik maupun non akademik.

3.Aspek-aspek Program Akselerasi

a. Aspek Filosofis Program Akselerasi

Penyelenggaraan program kelas akselerasi bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan, kemampuan tinggi, dan bakat istimewa disadari filosofis oleh berbagai faktor, yaitu:

1)Hakikat manusia

2) Hakikat pembangunan nasional 3) Tujuan pendidikan

4) Usaha pencapaian tujuan pendidikan.

Penjelasan masing-masing filosofis di atas akan dijelaskan sebagai berikut:

1)Hakikat manusia, manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa telah dilengkapi dengan berbagai potensi dan kemampuan yang merupakan anugerah yang semestinya dimanfaatkandan dikembangkan, jangan samapi disia-siakan. Dalam hal ini peserta


(27)

15 didik yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa jugamempunyai kebutuhan akan keberadaan (eksistensinya), mereka membutuhkan pelayanan pendidikan khusus yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Usaha utntuk mewujudkan anugerah potensitersebut secara penuh merupakan konsekuensi dari amanah Tuhan Yang Maha Kuasa.

2)Hakikat Pembangunan Nasional, dalam pembangunan nasional, manusia memiliki peran sentera, yaitu sebagai subjek pembangunan. Untuk dapat memainkan perannya sebagai subjek, maka manusia indonesia dikembangkan untuk menjadi manusia yang untuh, yang berkembang segenap dimensi potensi secara wajar, sebagaimana mestinya. Pelayanan pendidikan yang kurang memperhatikan potensi anak, bukan saja merugikan anak itu sendiri, melainkan akan membawa kerugian yang lebih besar bagi perkembangan pendidikan dan pencepatan pembangunan Indonesia.

3)Tujuan Pendidikan, pendidikan nasional berusaha menciptakan keseimbangan anatara pemerataan kesempatan dan keadilan. Pemerataan kesempatan berarti membuka kesempatan seluas-luasnya kepada semua peserta didik dari semua lapisan masyarakat untuk mendapat pendidikan tanpa dihambat perbedaan jenis kelamin, suku bangsa, dan agama. Akan tetapi, memberikan kesempatan yang sama pada akhirnya akan dibatasi oleh kondisi objektif peserta didik, yaitu kepastian untuk dikembangkan. Untuk mencapai keunggulan dalam pendidikan, maka diperlukan itensi yaitu memberikan perlakuan yang sesuai dengan kondisi objektif peserta didik, perlakuan yang didasarkan pada minat, bakat dan kemampuan, serta kecerdasan peserta didik, kalau tidak demikian maka yang akan terjadi adalah ketiakadilan pendidikan.

4)Usaha Pencapaian Tujuan Pendidikan, dalam upaya pengemabangan kemapuan peserta didik, pendidikan berpegang


(28)

16 kepada asas keseimbangan dan keselarasan, yaitu keseimbangan anatara kreatifitas dan disiplin, keseimbangan anatara persaingan (kompetisi) dam kerja sama (kooperatif), keseimbangan anatara pengembangan kemampuan berpikir holistik dengan kemampuan berpikir aomistik, dan keseimbangan antara tuntunan dan prakarsa.

Dari penjelasan di atas jelas bahwa program akselerasi didasarkan pada pendidikan keadilan, seperti yang tertera pada Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB III, ayat 1 tentang prinsif penyelenggaraan pendidikan yaitu:

“Pendidikan diselenggarakan secara demikratis dan brekeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjungjung tinggi hak asasi manusia nialai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan

bangsa.”

Dari undang-undang tersebut terlihat jelas bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan, yaitu memberikan pelayanan, pengalaman belajar sesuai dengan potensi kecerdasan, kemampuan, dan bakat minat yang dimiliki setiap manusia sebagau anugerah dari Tuhan untuk dimanfaatkan sebaik mungkin agar potensi itu berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara pembangunan nasional dalam memajukan pembangunan.

b. Aspek Psikologis Program Akselerasi

Secara psikologis anak berbakat didentikkan dengan istilah anak yang memiliki kecerdasan, kemampuan dan bakat istimewa. Berkenaan dengan hal itu, maka teori-teori program percepatan ini mengacu pada teori tentang anak berbakat.Anak berbakat memiliki potensi kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual, namun berhubungan jugan dengan beberapa jenis seperti kecerdasan linguistic, kecerdasan musical, kecerdasan kinestik, kecerdasab interapersonal, kecerdasan intrapersonal, teori ini dikenal dengan teori (multiple intlegences).


(29)

17 Pengertian potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam program akselearasi ini dibatasi hanya pada kemapuan intelektual umum saja. satu pendekatan/acuan yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan intelektual umum siswa yang berbakat, yaitu:

1) Pendekatan multidimensional

Dalam pendekatan ini kriteria yang digunakan adalah mereka yang memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf cerdas (ditetapkan skor IQ 130 ke atas skala Wechsler), dimensi keratifitas cukup (ditetapkan skor CQ dalam nilai cukup), dan pengikatan diri tterhadap tugas baik (ditetapkan skor TC dalam kategori nilai baku baik), (Renzuli, Reis dan Smith 1978).

Jadi secara psikologis siswa yang memiliki kemampuan, kecerdasan dan bakat istimewa (anak berbakat) tingkat kemampuan intelektual umumnua adalah memiliki IQ 140 dengan kategori (genius), dan mereka yang memiliki IQ 130 dengan kategori cerdas dengan ditunjang kreatifitas dan keterkaitan terhadap tugas dalam kategori di atas rata-rata.

c. Aspek Empiris Program Akselerasi

Melihat ciri-ciri yang dijelaskan di atas, terkesan seakan-akan siswa yang meiliki kemapuan, kecerdasan, dan bakat istimewa hanya memiliki sifat dan perilaku yang positif saja. Sebetulnya tidak demikian, sebagaimana anak pada umumnya, mereka membutuhkan pengertian, perhatian, penghargaan dan perwujudan diri. Apabula kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi mereka akan menderita kecemasan, keragu-raguan, dan mungkin akan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah kesulitan belajar, seperti:

1) Kemapuan berfikir kritis mengarak ke arah sikap meragukan (skeptis) baik terhadap diri sendiri maupun trehadap orang lain.


(30)

18 2) Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan dengan tugas-tugas rutin.

3) Perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, mendapat menjurus ke keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan pendapatnya. 4) Kepekaan yang tinggi dapat membuat mereka menjadi tersinggung

atau peka terhadap kritik.

5) Semangat, kesiagaan mental dan inisiatifnya yang tinggi dapat membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada kegiatan dan jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung.

6) Dengan kemapuan dan minat beraneka ragam, mereka membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki dan mengembangkan minatnya.

7) Keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta kebutuhan akan kebebasan, dapat menimbulkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari orang tua, sekolah, atau teman-temanya, bahkan mereka mersa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya.

8) Sikap acuh tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran yang diberikan di sekolah kurang mengunadang tantangan baginya. 9) Berdasarkan penelitian Henry (1933) mereka juga suka menganggu

teman-misalnya mencubit atau melempar benda/kapur ke teman kelasnya.

Masalah-masalah di atas terjadi karena mereka belum mendapat pelayanan pendidikan yang memadai. Untuk menghindari sifat, perilaku, dan masalah tersebut, kita hendaknyaberusaha memberikan kepuasan kerohanian dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu dengan memberikan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan bakat minat, potensi kemapuan, dan kecerdasan siswa. Dalam hal ini


(31)

19 melalui program akselerasi agar mereka dapat mengoptimalkan potensinya dengan baik sehingga berguna pada dirinya, investasi bagi masyarakat dan bangsa.

d. Aspek Yuridis Program Akselerasi

Kesungguhan pemerintah untuk memberikan pelayan pendidikan bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan, kemampuan dan bakat istimewa secara tegas telah dinyatakan sebagai berikut:

1)Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 4, pasal 3, pasal 32 ayat 1dan pasal 12 ayat 1 poin b dan f menegaskan bahwa:

“Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat

istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.

Sedangkan pasal 12 ayat 1, bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: (a) mendapatkan pelayanan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya; (b) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas dan waktu yang ditetapkan”.

2)UU No.23/2002 tentang perlindugan anak pasala 52, “anak yang memiki keunggulan diberikan kesempatan dan aksebilitas untuk memperoleh pendidikan khusus.

3)PP No.72/1991 tentang pendidikan luar biasa.

4)Peraturan Presiden RI Nomor 9 tahun 2005 tentang Kedudukan Tugas, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005.

5)Peraturan Presiden RI Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementrian Negara Republik Indonesia.


(32)

20 6)Keputusan Presiden RI 187/M Tahun 2004 mengenai pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah diubah dengan keputusan Presiden Nomor 171/M Tahun 2005.

7)Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jnederal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

8)Keputusan Mendiknas No. 053 /2001 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah.

9)Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

10)Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar isi. 11)Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang standar

Kompetensi Lulusan.

12) Peraturan mendiknas no. 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

13) Permendiknas no.34/26 tentang pembinaan prestasi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa.

14) Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengelolaan Pendidikan.

4.Bentuk Program Akselerasi

Penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi siswa cerdas istimewa dan berbakat istimewa dapat dilakukan dalam benttuk kelas khusus, inklusi, dan satuan pendidikan khusus:


(33)

21 a. Kelas khusus adalah kelas yang dibuat untuk kelompok peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam satuan pendidikan reguler pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran yang diberikan pada saat peserta didik di kelas khusus adalah mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun matematika dan ilmu pengetahuan alam.

b. Kelas inklusif adalah kelas yang memberikan layanan kepada peserta didik, peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam proses pembelajaran bergabung dengan peserta didik program leguler. Mata pelajaran yang diberikan pada saat peserta didik di kelas khusus adalah mata pelajaran lain diluar rumpun matematika dan ilmu pengetahuan alam.

c. Satuan Pendidikan Khusus adalah lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar (SD/MI, SMP/ MTs) menengah (SMA/MA, SMK/MAK) yang semua peserta didik memiliki potensi kecerdasan isitimewa dan bakat istimewa.Dan layanan pendidikan untuk peserta didik secara istimewa dapat berupa program pengayaan (enrichment) dan gabungan program percepatan dengan pengayaan ( accelaration-enrichment).

d. Program pengayaan (enrichment) adalah pemberian layanan pendidikan pada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa yang dimiliki, dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/ pendalaman, setelah yang bersangkutan menyeleseikan tugas yang diprogramkan untuk peserta didik lainnya. Program ini cocok untuk peserta didik yang bertipe enriched learner .

e. Gabungan program percepatan dan pengayaan (accelaration enrichment)


(34)

22

output input

Lulusan Siswa

Kurikulum Sarana & prasarana Manajemen

Guru Dana

Proses Belajar Mengajar

Lingkungan 5. Penyelenggaraan Program Akselerasi

Penyelanggaraan program akselerasi merupakan salah satu program pelayanan pendidikan bagi anak berbakat untuk mencapai keunggulan dalam pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses yang akan menghasilkan suatu perubahan prilaku itu mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Upaya peningkatan kemampuan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yang satu sama lain saling terkait. Faktor-faktor tersebut merupakan subsistem dalam sistem pendidikanatau persekolah. Bila ingin mengembangkan subsistem tertentu, menuntut penyesuaian subsistem yang lain. Faktor-faktor penunjang pencapaian keunggulan output pendidikan anak berbakat.

a. Masukan (input)

Program percepatan belajar (akselerasi) tidak dapat diikuti oleh semua siswa sekolah yang bersangkutan. Tes seleksi masuk program percepatan belajar dilakukan setelah proses penerimaan murid baru, sebab program ini diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan untuk pelayanan pendidikan bagi siswa berbakat. Siswa yang berhak mengikuti program percepatan belajar ini diseleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria tertentu dan prosedur yang dapat dipertanggung jawabkan.

b. Kurikulum

Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional yang alokasi waktunya disesuaikan dengan kecepatan dan motivasi


(35)

23 belajar yang lebih tinggi dari siswa seusianya. Lamanya waktu belajar di SLTP memakan waktu tiga tahun terdiri dari enam semester pada kelas reguler dipercepat menjadi dua tahun di kelas akselerasi. Selain itu komponen kurikulum terdiri dari tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media serta evaluasi, harus tetap menjadi perhatian pihak sekolah jika menginginkan mutu lulusan yang baik.

c. Tenaga Kependidikan

Karena siswanya memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa, maka tenaga kependidikan yang menanganinyapun terdiri dari tenaga kependidikan yang unggul. Baik segi penguasaan materi, penguasaan metode mengajar, maupun komitmen dalam menjalankan tugas.

d. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang menunjang diperlukan untuk dapat digunakan dalam memenuhi kebutuhan belajar serta menyalurkan kemampuan dan kecerdasannya, termasuk bakat dan minatnya, baik dalam kegiatan kulikuler maupun ekstrakulikuler. e. Dana

Untuk menunjang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan diperlukan adanya dana yang memadai, termasuk itensif tambahan untuk tenaga pengajar baik berupa uang atau berupa fasilitas. f. Manajemen

Manajemen sangat bersangkut paut dengan strategi dan penerapan seluruh sumber daya yang ada dalam sistem sekolah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu manajemen sekolah dengan kelas percepatan harus memiliki fleksibilitas yang tinggi, realistis, berorientasii jauh kedepan, yang mebutuhkan pengelolaan yang didasari oleh komitmen, ketekunan, pemahaman yang sama dan kebersamaan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ini.


(36)

24 g. Lingkungan belajar yang kondusif

Lingkungan kondusif dibutuhkan untuk mendukung terciptanya lulusan yang unggul tidak hanya lingkungan Secara fisk tetapi juga secara sosial psikologis baik di sekolah, masyarakat dan keluarga. Karena lingkungan salah satu tempat pembelajaran siswa, di mana siswa akan terlibat langsung dengan lingkungan sekitarnya dan dapat mempraktekkan apa yang mereka dapat di sekolah dan begitu sebaliknya jika mereka mendapat pembelajaran dari lingkungannya maka siswa akan mengkaji ulang apa yang didapat dengan apa yang didapat di sekolah. Maka dari itu pengetahuan yang diberikan harus memberikan jalan keluar bagi siswa dalam menanggapai lingkungannya.

h. Proses belajar mengajar

Proses belajar mengajar yang bermutu hasilnya selalu dapat dipertanggung jawabkan baik kepada siswa, orang tua, lembaga maupun masyarakat.

i. Output

Siswa siswi yang telah menyelesaikan pembelajarannya dalam program akselerasi dalam memilih lanjutan sekolahnya mendapatkan pengarahan dari guru BK sehingga mereka dapat melanjutkan sekolah yang sesuai dengan karakteristiknya dan menjadi siswa-siswi yang mampu bersaing dengan yang lain sehingga mereka dapat mengaktualisasikan dirinya sebaik mungkin dan menjadi manusia berhasil.

Dari apa yang telah dikemukakan diatas program akselerasi merupakan suatu rancangan pelayanan pendidikan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata dengan memperbolehkan mereka menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat dibandingkan teman-temannya, berupa pemberian pembelajaran yang telah diatur sedemikian rupa dalam ruangan tersendiri.


(37)

25

6. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam a. PengertianPembelajaran PAI

Pembelajaranadalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.19 Dari pengertian tadi dapat di pahami bahwa dalam proses pembelajaran, pendidik (guru) hanya menjadi salahsatu sumber belajar. Guru bias berperan sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspiditor, perecana, supervisor, motivator, dankonselor.20

Dari sekianbanyakperanan guru tadi, peranan yang paling penting adalah: 1) deminstator, guru hendaknya menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan di ajarkan serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuaannya dalam halilmu yang dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil beljar yang dicapai siswa; 2) pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu di organisir; 3) mediator dan fasilitator, sebagai mediator hendaknya guru memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang media pendidikan dan menjadi perantara dalam hubungan antar manusia. Sebagai fasilitator, guru harus mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar, baik yang berupa narasumber, bukuteks, majalah, atau pun surat kabar. 4) Evaluator, guru hendaknya terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah di capai oleh siswa dari waktu kewaktu.21

b. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan agama Islam di sekolah menurut Muhaimin dalam bukunya yang berjudul Rekonstruksi Pendidkan Islam sebagai berikut:

19

Undang-undangSisdiknas No.20 Tahun 2003, h. 2

20

Moh.UzerUsman,Menja di Guru Profesional, (Bandung: PT. Raja Rosdakarya: 2001) Cet. Ke-12, h.9

21


(38)

26 1)Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Alllah swt.

2) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berahlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuaan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasammuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah. (Pemdiknas No.22 tahun 2006 tentang standar isi).22

c. Ruang Lingkup Pendidikan Islam

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan ketiga hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek-aspek Pengajaran Agama Islam karena materi yang terkandung di dalamnya merupakan perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

Apabila di lihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yang umum di laksanakan di sekolah adalah : 1). Pengajaran keimanan

22

Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan, Manajemen, kelembagaan, kurikulum hingga strategi pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), cet.1, h.


(39)

27 Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang aspek kepercayaan, dalam hal ini tentunya kepercayaan menurut ajaran Islam, inti dari pengajaran ini adalah tentang rukun Islam.

2). Pengajaran akhlak

Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada pembentukan jiwa, cara bersikap individu pada kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak baik.

3). Pengajaran ibadah

Pengajaran ibadah adalah pengajaran tentang segala bentuk ibadah dan tata cara pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar siswa mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk ibadah dan memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah.

4). Pengajaran fiqih

Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya menyampaikan materi tentang segala bentuk-bentuk hukum Islam yang bersumber pada Al-Quran, sunnah, dan dalil-dalil syar'i yang lain. Tujuan pengajaran ini adalah agar siswa mengetahui dan mengerti tentang hukum-hukum Islam dan melaksanakanya dalam kehidupan sehari-hari.

5). Pengajaran Al-Quran

Pengajaran Al-Quran adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca Al-Quran dan mengerti arti kandungan yang terdapat di setiap ayat-ayat Al-Quran.Akan tetapi dalam prakteknya hanya ayat-ayat tertentu yang di masukkan dalam materi Pendidikan Agama Islam yang di sesuaikan dengan tingkat pendidikannya.


(40)

28 Tujuan pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar siswa dapat mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dari awalnya sampai zaman sekarang sehingga siswa dapat mengenal dan mencintai agama Islam.23

d. Metode Pembelajaran PAI

1) Macam-Macam Metode Pendidikan Islam

Mendidik, disamping sebagai ilmu juga sebagai suatu seni. Senin mendidik atau mengajar disini yang dimaksudkan adalah keahlian di dalam penyampaian pendidkan a tau pengajaran (metode mengajar).

Pada prinsifnya, metode pendidikan itu sama dengan metode mengajar ilmu pengetahuan umum, walaupun diakui adanya beberapa ciri khusus tersendiri. Banyak buku-buku yang telah membahas berbagai macam metode dalam mengajar antara lain:

Menurut Dr. Winarno Surachmad dalam bukunya “Interaksi mengajar dan Belajar”, mengemukakan berbagai metode mengajar dalam kelas,

yaitu:24

a) Metode tanya jawab

Metode tanya jawab ialah: penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Atau suatu metode di dalam pendidikan dimana guru bertanya sedang murid menjawab tentang bahan / materi yang ingin diperolehnya.25

Metode ini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, fakta-fakta tertentu yang sudah dijarkan dan untuk merangsang perhatian

23

Abdul Mujid dan Dian Andayani, Pendidikan Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 132

24

Drs. H. Zuhairini, Drs. Abdul Ghogur, dan Drs. Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Biro Ilmiah akultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1983), h. 82

25

Drs. Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama (MKPA), (Bandung: Armico, 1985), h.113


(41)

29 murid dengan berbagai cara (sebagai apersepsi, selingan dan evaluasi).Metode tanya jawab tepat dipergunakan:

1) Untuk mengarahkan anak agar perhatiaanya terarah kepada masalah yang sedang dibicarakan.

2) Untuk mengarahkan proses berpikir anak didik.

3) Sebagai bahan ulangan/ evaluasi kemampuan materi yang telah dikuasai anak didik.

4) Sebagai penambah metode ketika metideh ceramah telah dipergunakan.

Kelebihan Metode Tanya Jawab

1) Situasi kelas akan lebih hidup, karena anak didik akan lebih aktif berfikir dan menyampaikan pemikirannya dengan berani berbicara ataupun menjwab pertanyaan.

2) Sangat positif sekali untuk melatih anak agar berani mengemukakan pendapat lisan dengan secara teratur.

3) Timbulnya perbedaan pendapat diantara anak didik akan membawa situasi kelas pada situasi diskusi.

4) Mendorong murid lebih aktif dan bersugguh-sungguh, dalam asrti murid yang biasanya segan mencurhkan perhatian akan lebih berhati-hati dan aktif mengikuti pelajaran.

5) Walaupun agak lambat, tetapi guru dapat mengatur pemahaman/ pengertian murid pada masalah yang dibicarakan.

Kekurangan Metode Tanya Jawab

1) Apabila terjadi perbedaan pendapat akan memakan banyak waktu untuk menyeleseikannya; dan lebih dari pada itu, kadang-kadang murid dapat menyalahkan pendapat guru (besar resikonya).

2) Kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian anak, terutama apabila terdapat jawaban-jawaban yang kebetulan menarik


(42)

30 perhatiannya, padahal bukan sasaran yang dituju (penyimpangan dari pokok persoalan semula).

3) Kurang dapat secara cepat merangkum bahan/ materi pelajaran.

b) Metode Diskusi

Metode diskusi ialah suatu metode di dalam mempelajari bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta pengubahan tingkah laku murid. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang murid berfikir dan mengeluarkan pendapat sendiri, serta ikut menyumbangkan pikiran dalam satu masalah bersama yang terkandung banyak kemungkinan-kemungkinan jawaban.

Diskusi juga berarti suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan. Diskusi tidak sama dengan berdebat. Diskusi selalu diarahkan apada pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompoknya. 26

Kelebihan Metode Diskusi:

1) Suasana kelas lebih hidup, sebab anak-anak mengarahkan perhatian/ pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan, partisipasi anak dalam metode ini lebih baik.

2) Dapat menaikkan prestasi kepribadian individu, seperti: toleransi, demokratis, berfikir kritis, sistimatis, dabar dan sebagainnya.

3) Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami anak, karena anak-anak mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan. 4) Anak-anak dilatih belajar mematuhi peraturan dan tata tertib dalam

suatu diskusi sebagai latihan apda musyawarah yang sebenarnya. Kekurangan metode diskusi

26

Drs. Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidkan Agama (MKPA), (Bandung: Armico, 1985), h.114


(43)

31 1) Kemungkinan ada anak yang tidak ikut aktif, sehingga bagi

anak-anak ini, diskusi merupakan kesempatan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.

2) Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang dipergunakan untuk diskusi cukup panjang.

c) Metode caramah

Metode ceramah ialah suatu metode dalam pendidikan dimana cara menyampaikan pengertian-pengertia materi kepada anak didik dengan jalan memberi penerangan dan penuturan secara lisan. Untuk penjelasan uraiannya guru dapat mempergunakan alat-alat bantu mengajar yang lain, misalnya: gambar-gambar, peta, denah, dan alat peraga lainnya.Metode ceramah efektif dipergunakan:

1) Apabila akan menyampaikan bahan atau materi kepada banyak orang. 2) Apabila penceramahnya orang pembicara yang baik dan berwibawa. 3) Apabila tidak ada waktu untuk berdiskusi dan bahan pelajaran yang

akan disampaikan terlalu banyak.

4) Apabila bahan atau materi yang akan disampaikan hanya merupakan keterangan atau penjelasan (tidak dapat alternatif yang lain yang dapat didiskusikan).

Kelebihan metode ceramah

1) Dalam waktu relatif singkat dapat disampaikan bahan sebanyak-banyaknya.

2) Organisasi kelas lebih sedrhana, tidak peerlu mengadakan pengelompokan murid-murid seperti metode yang lain.

3) Guru dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walaupun jumlah cukup besar.

4) Apabila penceramah berhasil baik, dapat menimbulkan semangat, kreasi dan konstruktif, yang merangsang murid-murid untuk melaksanakan suatu tugas/ pekerjaan.


(44)

32 5) Metode ini lebih fleksibel dalam asrti bahwa jika waktu terbatas (sedikit) bahan dapat dipersingkat, diambil hal-hal yang penting saja, dan sebaliknya apabila waktunya memungkinkan (banyak) dapat disampaikan bahan yang banyak dan mendalam.

Kekurangan metode ceramah

1) Guru sukar untuk mengetahui pemahaman anak terhadap bahan-bahan yang diberikan.

2) Kadang-kadang guru sangat mengejar disampaikannya bahan sebanyak-banyaknya, sehingga hanya menjadi bersifat pemompaan. 3) Pendenagaran cenderung menjadi pasif dan ada kemungkinan

malahan kurang tepat dalam mengambil kesimpulan, seba guru menyampaikan bahan-bahan tersebut denagn lisan.

4) Apabila penceramah tidak memperhatikan segi psikologis dan didaktis dari anak didik, ceramah dapat bersifat melantur-lantur dan mebosankan. Sebaliknya guru dapat terlalu berlebih-lebihan berusaha membangkitkan minat/ perhatian dengan jalan humor, sehingga inti dan isi ceramah menjadi kabur.

d) Metode kerja kelompok

Kelompok adalah kumpulan dua orang atau lebih yang satu sama lain ingin mencapai tujuan yang sama. Sedangkan yang dimaksud dengan metode kerja kelompok adalah metode mengajar yang menyampaikan bahan ajar dengan cara membentuk kelompok belajar.

Kelebihan metode kerja kelompok antara lain: 1) Menanamkan kerjasama antar siswa

2) Membina sikap toleransi antar siswa

3) Menanamkan sikap tolong menolong antar siswa

4) Menanamkan sikap tanggung jawab, disiplin, dan rela berkorban Kelemahan metode kerja kelompok anatara lain:


(45)

33 2) Terkadang terdapat anggota kelompok bersifat pasif yang

merugikan kinerja kelompok.

3) Terkadang timbul persaingan antar kelompok yang bersifat negatif yang menimbulkan permusuhan.

4) Guru terlebih dahulu harus sudah membuat perencanaan yang matang tentang kegiatan kelompok yang akan dilaksanakan oleh siswa.

e) Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara mendemokan atau memperlihatkan suatu proses. Metode ini, biasanya cocok digunakan untuk mengajarkan suatu pembentukan suatu konsep atau proses suatu percobaan dalam suatu materi yang diajarkan. Metode demonstrasi dalam prakteknya memerlukan sejumlah alat peraga.

Kelebihan Metode demonstrasi antara lain:

1)Siswa akan terpusat perhatiannya terhadap kegiatan demonstrasi yang dilakukan.

2)Suasana belajar tidak pasif, tetapi terjadi interaksi yang dinamis anatara guru dengan siswa.

3)Siswa terangsang untuk berpikir kritis

4)Memberikan pengalaman yang bersifat praktis sehingga siswa lebih mudah memahami suatu konsef.

5)Siswa lebih mudah mengambil kesimpulan

6)Siswa bisa langsung mendapat jawaban dari guru terhadap pertanyaan-pertanyannya yang kemungkinan besar menjadi faktor penghambat siswa memahami suatu materi.

Kelemahan metode demonstrasi antara lain: 1) Memerlukan waktu relatif yang lama.


(46)

34 2) Memerlukan alat peraga yang terkadang tidak mudah dijumpai atau

relatif mahal.

3) Terkadang terdapat sejumlah alat peraga yang tidak memungkinkan untuk dibawa ke kelas.

4) Metode sulit digunakan apabila siswa sebelumnya tidak memahami dasar teorinya.

f) Metode karyawisata

Metode karyawisata adalah metode mengajar dengan cara melakukan kunjungan ketempat yang dianggap relevan dengan materi yang akan diajarkan.

Kelebihan Metode karyawisata antara lain: 1)Siswa dilatih untuk teliti.

2)Siswa belajar cara-cara melakukan observasi.

3)Siswa diajarkan mengenal alam lingkuangan sekitarnya

4)Siswa dapat menagamati objek swcara langsung sesuai aslinya 5)Siswa dialtih untuk belajar mandiri dan melakukan eksplorasi 6)Siswa belajar dalam suasana yang santai dan menggembirakan

Kelemahan Metode karyawisata antara lain:

1)Waktu yang tersedia tidak mencukupi untuk semua kegiatan belajar yang direncanakan.

2)Kesulitan mengatur waktu siswa agar tetap tertib selama kegiatan karyawisata relatif lebih tinggi.

3)Biaya yang digunakan relatif besar. 4)Sering kali terjadi kecelakaan


(47)

35

7. Hasil Penelitian yang Relevan

Putri dkk, menjelaskan dalam penelitiannya yang berjudul “Perbedaan Sosisalisai Antara Siswa Kelas Akselerasi dan Kelas Reguler

dalam Lingkungan Pergaulan Sekolah” menyimpulkan bahwa

Kemampuan kognitif yang dimiliki siswa akselerasi sebagai siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata memberikan pengaruh atau kontribusi terhadap kemampuan sosialisasinya. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata skor sosialisasi yang diperoleh siswa akselerasi lebih tinggi dibandingkan siswa regular.27

Lina Fatmawati, menjelasakan dalam penelitiannya yang berjudul

Implemenatasi Program Akselerasi Dalam Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta” menyimpulkan

bahwaAgar tujuan pembelajaran itu tercapai dengan baik, tentunya bagi seorang guru memilih metode pembelajaran PAI yang sesuai denagn materi pembelajaran. Namun perlu diperhatikan tiap-tiap metode meiliki kekurangan, sehingga seorang guru PAI yang baik harus mampu memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi. Dengan metode yang bervariasi, maka pembelajaran akan semakin menarik. Metode yang digunakan guru pada pembelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta adalah metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. 28

Respati dkk, menjelaskan dalam penelitiannya yang berjudul

“Gambaran Kecerdasan Emosional Siswa Berbakat di Kelas Akselerasi SMA di Jakarta” menyimpulkan bahwasiswa dengan IQ genius memiliki kecerdasan emosional rendah dengan persentase paling besar dibandingkan kategori IQ lainnya.29

27

DiahSekarAyu Rena Putri,dkk, “PerbedaanSosialisasiAntaraSiswaKelasAkselerasidan

KelasRegulerDalamLingkunganPergaulan Di Sekolah, Humanitas : Indonesian Psychological Journal Vol. 2 No.1,( Januari 2005), h. 39

28Lina Fatmawati, “Implementasi Progr

am Akselerasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jurnal Pembangunan manusia,Vol. 7, No. 1, (27 April 2010), h. 84.

29

Winanti S. Respati, Wildan P. Arifin, Ernawati, Gambaran Kecerdasan Emosional Siswa


(48)

36 Anwar, menjelaskan dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Underchiever Pada Siswa Akselerasi” menyimpulkan bahwa faktor yang menjadi penyebab underachiever pada siswa akselerasi berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi motivasi subjek memasuki kelas akselerasi bukan karena prestasi melainkan karena tujuan tertentu, adanya self efficacy yang rendah pada diri subjek terutama pada pelajaran matematika, kesulitan manajemen waktu, dan motivasi belajar yang rendah. Sedangkan untuk faktor eksternal yang mempengaruhi underachiever adalah karena adanya permasalahan yang terjadi dalam keluarga, cara pengajaran yang monoton dan membosankan.30

30

Zainulanwar, “Analisis Underchiever Pada Siswa Akselerasi”, jurnalonline psikologi, Vol. 01, No. 01, (Thn 2013), h. 239-240.


(49)

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri3Tangerang Selatan. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan Januari 2012.

B.Latar Penelitian

SMP N 3 Tangerang Selatan beralamat di jalan Ir. H. Juanda No. 1 Ciputat (samping UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), yang berdiri tahun 1997 dan memiliki luas tanah sekitar 4.039 m2. Sekolah ini memiliki sejarah yang lumayan panjang untuk mendapatkan nama SMP 3 Tangerang Selatan, yaitu sejak tahun 1977 dengan nama Kelas Jauh SMPN 2 Tangerang dan dikukuhkan menjadi SMPN 2 Filial tahun 1979. Bulan Februari 1983 menjadi sekolah mandiri dengan nama SMP negeri 1 Ciputat. Perubahan nomenklatur pada tahun 1999 untuk kecamatan Ciputat menjadikan SMPN 1 Ciputat berubah nama menjadi SMP negeri 2 Ciputat hingga SMPN 3 Tangerang Selatan saat ini.

Sekolah ini mempunyai program akselerasi yang sudah dijalankan selama 7 tahun dari tahun 2007 sampai sekarang. Saat ini kelas akselerasi


(50)

38 mempunyai siswa berjumlah 42 yang terdiri dari 21 siswa pada kelas dua dan 21 siswa pada kelas tiga.

Penyelenggaraan program akselerasi di sekolah ini menggunakan bentuk inklusif (kelas yang diberikan layanan pada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam proses pembelajaran dan bergabung satu sekolahan dengan program regular) dan menggunakan bentuk program pendidikan gabungan program percepatan dan pengayaan. 31

Kurikulum yang dipergunakan adalah kurikulum KTSP, sama halnya dengan program regular tapi yang membedakan hanyalah akselerasi itu percepatan, yang tadinya 3 tahun bisa ditempuh dengan hanya 2 tahun.32

Peseta didik yang masuk pada program akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan memang anak-anak yang memiliki IQ di atas rata-rata, karena untuk masuk pada kelas ini peserta didik harus mengikuti beberapa prosedur penerimaan diantaranya seleksi administrasi, tes psikologis, tes intelegensi, tes kreatifitas dan tes commitment.Guru yang ditugaskan untuk mengajar pada kelas ini adalah guru yang memiliki kompetensi. Jika guru tersebut tidak berkompeten maka siswa kelas aksel berhak mengajukan penggantian guru baru.33

Sarana dan prasarana yang terdapat di kelas akselerasi SMP 3 Tangsel dianggap cukup lengkap, diantaranya ada komputer, proyektor, loker untuk setiap siswa, ruangan kelas ber AC dan kedap suara.34

C.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftifkualitatif, maksudnya data yang dikumpulkan itu berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, karena data yang dipaparkan secara analisis deskriptif.

31

Hasil wawancara dengan ketua koordinasi kelas akselerasi (Rabu, 13 November 2012)

32Op.Cit 33Op.cit 34


(51)

39 Metode penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. 35

Kegiatan pokok dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis secara intensif tentang segala fenomena sosial yang diteliti, yaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan metode pendidikan agama Islam pada program akselerasi yang diperoleh secara kualitatif.

D.Prosedur Pengumpulan Data

Tidak ada satu penelitianpun yang tidak melalui proses pengumpulan data. Mengumpulkan data berarti mencatat peristiwa, karakteristik, elemen, nilai suatu variable. Maka prosedur pengumpulan data menjelaskan apa yang akan dilakukan untuk menjaring data tentang variable atau fokus penelitian.36

Dalam proses pembelajaran demi meningkatkan kualitas pendidikan yang sesuai dengan penelitian kualitatif, maka dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan cara:

1. Observasi

Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.37

Dalam observasi ini diusahakan mengamatai keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa ada usaha yang sengaja untuk mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasikannya.Dalam hal ini peneliti mengamati pelaksanaan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di kelas Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.

35

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabesta, 2008), h. 1

36

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah¸Pedoman Penulisan Skripsi, h. 55

37


(52)

40

Tabel 3.1 Kisi- Kisi Observasi

Proses pembelajaran PAI di kelas akselerasi

Aspek yang diamati Ya Tidak

A. Kegiatan Pendahuluan

1. Guru mengucapkan salam untuk menciptakan suasana kelas yang religius, dan mulai mengabsen siswa.

2. Mulai pembelajaran dengan membaca doa dan basmalah. 3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

4. Motivasi

5. Apersepsi

B. Kegiatan Inti a. Eksplorasi

1. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan siswa

b. Elaborasi

1. Guru menjelaskan materi pelajaran

2. Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya.

c. Konfirmasi

1. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa

2. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.

C. Kegiatan Penutup

1. Meminta salah satu siswa untuk memberikan kesimpulan.

2. Mengakhiri pembelajaran dengan membaca do’a dan mengucapkan salam


(53)

41 Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.38 Dengan metode ini, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi dimana hal ini tidak bias ditemukan melalui observasi.39

Dalam teknik wawancara ini, peneliti melakukan wawancara berbentuk dialog dengan informan dengan tetap berpatokan kepada sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan. Dalam hal ini penulis mewawancarai Ketua Koordinator Program Akselerasi dan Guru PAI di kelas akselerasi dan siswa kelas akselerasi di SMP N 3 Tangerang Selatan.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Penerapan Metode Pembelajaran PAI

Dimensi INDIKATOR No Soal Instrumen

Penelitian

Sumber Data

Konteks

a. Latar belakang

penyelenggaraan program akselerasi

b. Visi dan misi sekolah SMP Negeri 3 Tangerang Selatan c. Tujuan penyelenggaraan

program akselerasi 1 2 3 Wawancara dan dokumentasi Koordintaror program akselerasi Masukan

a. Seleksi dan Tes masuk program akselerasi

b. Minat siswa terhadap program kelas akselerasi

c. Persetujuan orang tua siswa kelas akselerasi

d. Kualitas guru yang mengajar kelas akselerasi

e. Kelengkapan sarana

pendukung pembelajaran

4 5 6 7 8 Wawancara Koordintaror program akselerasi dan TU 38

Lexy Moleong, Op. cit., 135 39


(54)

42 siswa

f. Uang sekolah/SPP akselerasi

9

Proses

Kualitas pelayanan yang

diberikan sekolah kepada siswa kelas akselerasi, meliputi kegiatan pembelajaran di kelas, media dan strategi pembelajaran di kelas akselerasi, kurikulum pembelajaran khusus kelas akselerasi dan pengelolaan waktu pembelajaran di kelas akselerasi

10 Wawancara

dan angket Guru PAI

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan sumber non manusia, sumber ini adalah sumber yang cukup bermanfaat sebab telah tersedia sehingga akan relative murah mengeluarkan biaya untuk memperolehnya, merupakan sumber yang stabil dan akurat sebagai cermin situasi atau kondisi yang sebenarnya serta dapat dianalisis secara berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan.40

Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan yang terkait dengan permasalahan, misalnya Profil sekolah SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, jumlah siswa akselerasi tahun ini dan lain-lain.

Disamping itu peneliti mengamati proses pembelajaran yang disampaikan guru PAI ketika mengajar dikelas akselerasi di SMP Negeri 3 TANGSEL.

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data

Menurut Moeleng yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi:

1. Mendemontrasikan nilai yang benar

2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan

3. Memperoleh keputusan luar yang dapat dibuang tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.41

40

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah¸Op.Cit., h. 57

41


(55)

43 Pengecekan keabsahan data didasarkan atas kriteria-kriteria seperti derajat kepercayaan (kredibilitas), keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Untuk memeperoleh keabsahan temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Presisten Observation (ketekunan pengamatan)

Yaitu mengadakan observasi secara terus-menerus terhadap objek penelitian guna memahami gejala lebih mendalam terhadap berbagai aktivitas yang sedang berlangsung di lokasi penelitian. Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengamati dan membaca secara cermat sumber data penelitian sehingga data yang diperlukan dapat diidentifikasi. Selanjutnya dapat diperoleh deskripsi-deskripsi hasil yang akurat dalam proses perincian maupun penyimpulan.42

2. Triangulasi

Yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data

dengan cara “membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

metode kualitatif”. Hal ini dilakukan dengan cara:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang dengan situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu

d. Membandingkan keadaan seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti kepala sekolah, coordinator mata pelajaran, guru, dan

42


(56)

44 e. Membandingkan wasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.43

3. Peerderieng (pemeriksaan sejawat melalui diskusi)

Maksudnya adalah teknik yang dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat.44

F. Analisis Data

Pada dasarnya analisis data adalah kegiatan untuk memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh suatu kebenaran atau tidak kebenaran dari suatu hipotesa.45

Menurut Patton analisis data ialah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.46 Analisis data ini merupakan cara bagi peneliti untuk menyimpulkan data-data diperoleh setelah melakukan penelitian di lapangan. Dengan ini peneliti dapat mengetahui hasil penelitian yang telah dilakukannya.

Sugiyono mengatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. 47

43

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, Ibid., h. 64

44

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, Ibid., h. 65

45

Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung Remaja Rosdakarya, 2005) hal.186

46

Sukiman, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan Islam, (Suatu Tijauan Praktis Bagi Mahasiswa Tarbiyah ), Jurnal Pendidikan Islam Fakulttas Tarbiyah Sunan Kalijaga

Yogyakarta, Vol 4 No.2 (Juli 2003) hal. 148

47


(57)

45 Untuk menganalisa data yang telah diperoleh melalui observasi, interview dan dokumentasi, maka penulis menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif dengan pertimbangan bahwa penelitian ini berusaha menggambarkan dan mempresentasikan data secara sistematis, ringkas dan sederhana tentang strategi pebelajaran pendidikan agama Islam pada program akselerasi sehingga lebih mudah dipahami oleh peneliti atau orang lain.

Proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan langkah-langkah:

1. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk mendapatkan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.48 Dari awal penelitian, seluruh data dikumpulkan. Data yang telah terkumpul dirangkumsemua, kemudian dipilih hal-hal yang pokok (penting) supaya lebih mudah. Kemudian membuang data yang tidak penting, dengan demikian data yang sudah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih jelas, sehingga lebih mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan.

2. Display Data atau Penyajian Data

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.49

Dalam display data atau penyajian data ini, ini semua data disusun dengan rapi. Dengan tujuan, ketika menarik hasil kesimpulan dari

48Ibid

., h. 338

49Ibid


(58)

46 kesuluruhan data yang telah terkumpul mendapatkan kesimpulan sesuai yang dianalisis.

3. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman sebagaimana yang dikutip oleh Sugiono adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.50Kesimpulan itu mula-mula masih sangat tentatif, kabur, diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data maka kesimpulan itu lebih grounded. Jadi kesimpulan senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung.Karena peneliti menggunakan pendekatan kualitatif maka analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Deskriptif yaitu metode yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan kondisi atau hubungan yang ada pendapat sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau kecendrungan yang tengah berkembang. Disini peneliti mengadakan penganalisisan data secara terbuka, opend-onded, induktif. Dikatakan terbuka karena terbuka bagi perubahan, perbaikan, penyempurnaan berdasarkan data yang baru masuk. Selain data-data yang masuk awal penelitian.

50Ibid


(59)

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Sekolah

SMP N 3 Tangerang Selatan beralamat di jalan Ir. H. Juanda No. 1 Ciputat (samping UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), yang berdiri tahun 1997 dan memiliki luas tanah sekitar 4.039 m2. Sekolah ini memiliki sejarah yang lumayan panjang untuk mendapatkan nama SMP 3 Tangerang Selatan, yaitu sejak tahun 1977 dengan nama Kelas Jauh SMPN 2 Tangerang dan dikukuhkan menjadi SMPN 2 Filial tahun 1979. Bulan Februari 1983 menjadi sekolah mandiri dengan nama SMP negeri 1 Ciputat. Perubahan nomenklatur pada tahun 1999 untuk kecamatan Ciputat menjadikan SMPN 1 Ciputat berubah nama menjadi SMP negeri 2 Ciputat hingga SMPN 3 Tangerang Selatan saat ini.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)