METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita (Studi Kasus Di Sekolah Menengah Pertama Bagian C Yayasan Pembina Sekolah Luar Biasa Kerten Surakarta).

METODE PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA
(Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama Bagian C Yayasan Pembina Sekolah Luar
Biasa Kerten Surakarta)

NASKAH PUBLIKASI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Oleh:
NUR AISIYAH
G 000 080 006

FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

1

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS AGAMA ISLAM
Jl. A. Yani. Tromol Pos I. Pabelan Kartasura Telp (0271) 717417, 719483 Fax 715448
Surakarta 57102

PENGESAHAN
Skripsi Saudari
NIM
Fakultas
Program Studi
Judul

:
:
:
:
:

Nur Aisiyah
G 000 080 006
Agama Islam

Pendidikan Agama Islam
Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
pada Anak Tuna Grahita (Studi Kasus di Sekolah
Menengah Pertama Bagian C Yayasan Pembina
Sekolah Luar Biasa Kerten Surakarta)

Telah dimunaqosahkan dalam sidang panitia ujian munaqasah skripsi
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 13 Juli
2012 dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka
menyelesaikan studi program Strata Satu (SI) guna memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Agama Islam (S. Pd.I.) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam.
Surakarta, 13 Juli 2012
Dekan

(Dr. M. Abdul Fattah Santoso, M.Ag.)
Penguji I

Penguji II

(Dra. Chusniatun, M.Ag.)


(Dra. Mahasri Shobahiya, M.Ag)
Penguji III

(Drs. Bambang Raharjo, M.Ag.)

ii2

ABSTRAK
Metode merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam dunia
pendidikan termasuk Pendidikan Agama Islam. Suatu kegiatan belajar mengajar tidak
lengkap jika tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam pembelajaran. Tanpa
pengajaran yang baik kegiatan belajar mengajar tidak akan mencapai tujuan yang
diharapkan.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana metode pembelajaran
Pendidikan Agama Islam serta apa faktor pendukung dan penghambat pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada anak tuna grahita di SMPLB C YPSLB Kerten Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan metode pembelajaran Pendidikan Agama
Islam pada anak tuna grahita serta faktor pendukung dan penghambat pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada anak tuna grahita di SMPLB C YPSLB Kerten Surakarta.

Manfaat dari penelitian ini secara teoritis adalah menambah wawasan dan khasanah
keilmuan, terutama dalam ilmu pendidikan dan pengajaran Pendidikan Agama Islam,
lebih khusus lagi bagi anak penyandang cacat yang memiliki intelegensi di bawah ratarata. Sedangkan secara praktis dapat dijadikan masukan, sumbangan pemikiran dan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan dan pembinaan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa baik di SMPLB C Kerten Surakarta
maupun SMPLB C lainnya.
Ditinjau dari objeknya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan, karena datadata yang diperlukan untuk menyusun karya ilmiah ini diperoleh dari lapangan yaitu di
SMPLB C YPSLB Kerten Surakarta.Untuk dapat memperoleh data dalam penelitian ini,
penulis menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode analisis datanya
adalah deskriptif kualitatif, sedangkan penarikan kesimpulannya menggunakan cara
berpikir induktif yaitu, cara berpikir untuk mengambil kesimpulan dari masalah yang
sifatnya khusus ke masalah-masalah yang sifatnya umum
Peneliti menyimpulkan bahwa metode pembelajaran untuk anak tuna grahita pada
dasarnya memiliki kesamaan dengan metode pembelajaran pada anak normal, hanya saja
ketika dalam pelaksanaan memerlukan modifikasi agar sesuai dengan kondisi anak yang
melakukan pembelajaran tersebut. Metode tersebut antara lain: metode ceramah, metode
hafalan, metode demonstrasi, metode latihan (drill), metode pemberian tugas, dan metode
sosiodrama. Adapun beberapa faktor pendukung, antara lain: Adanya kesiapan anak
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas, guru pandai dalam memilih suatu
metode yang tepat serta penggunaannya, dan suasana lingkungan belajar yang

mendukung. Kendala dari penerapan metode PAI antara lain: Kondisi fasilitas atau sarana
dan prasarana yang kurang memadai dan menarik dan kompetensi belum tercapai secara
tuntas, karena pembelajaran Pendidikan Agama Islam hanya sekali dalam sepekan, dan
waktunya berkisar 35 menit
Kata kunci: metode pembelajaran, PAI, dan anak tuna grahita.

0iii

Khusus (PK) dan Pendidikan Layanan

PENDAHULUAN
Paradigma

pengelolaan

Khusus (PLK).

pendidikan luar biasa telah mengalami

Pendidikan Khusus merupakan


perubahan sejak berlakunya Undang-

pendidikan bagi peserta didik yang

Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang

memiliki

Sistem Pendidikan Nasional. Menurut

mengikuti pembelajaran karena kelainan

Undang-Undang

Pendidikan

fisik, mental, emosional, sosial dan/atau

Nasional Nomor 20 Tahun 2003 wilayah


memiliki potensi kecerdasan dan bakat

penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa

istimewa.

mencakup aspek yang lebih luas, yakni

Layanan Khusus merupakan pendidikan

pelayanan pendidikan kepada mereka

bagi peserta didik yang berada di daerah

yang

fisik,

terpencil atau terbelakang, masyarakat


emosional, mental, intelektual, dan/atau

adat yang terpencil, dan/atau mengalami

sosial, warga Negara yang memiliki

bencana alam, bencana sosial, dan tidak

potensi kecerdasan dan bakat istimewa,

mampu dari segi ekonomi, hal ini berarti

serta warga Negara di daerah terpencil

bahwa

atau terbelakang serta masyarakat adat

Sekolah Luar Biasa tidak hanya terbatas


yang

mengalami

memberikan layanan pada siswa yang

bencana alam, bencana sosial, dan tidak

berkebutuhan khusus, tetapi semua siswa

mampu dari segi ekonomi. Di samping

yang tidak dapat diakomodasi oleh

itu, sebutan untuk pendidikan Luar Biasa

sistem persekolahan yang kovensional.

Sistem


mempunyai

terpencil

kelainan

dan/atau

dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

tingkat

Sedangkan

tugas

Landasan

2003 telah diperluas menjadi Pendidikan


kesulitan

Direktorat

dalam

Pendidikan

Pelayanan

paedagogis,

pengelolaan anak tunagrahita adalah

1

pasal 3 Undang-Undang Nomor 20

berbakat,

Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa

(Depdiknas, 2003: 1).

tujuan pendidikan Nasional adalah untuk

Berdasarkan latar belakang yang telah

berkembangnya potensi peserta didik

diuraikan, maka penulis tertarik untuk

agar

melakukan

menjadi manusia yang beriman dan

METODE

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

PENDIDIKAN

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

PADA ANAK TUNA GRAHITA (Studi

kreatif, mandiri dan menjadi warga

Kasus di Sekolah Menengah Pertama

Negara demokratis serta bertanggung

bagian C Yayasan Pembina Sekolah

jawab (Depdiknas, 2003: 12). Program

Luar Biasa Kerten Surakarta)

wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan

LANDASAN TEORI

pemerintah harus disambut dengan baik,
dengan

cara

meningkatkan

dan

kesulitan

penelitian

belajar

dengan

judul

PEMBELAJARAN
AGAMA

ISLAM

Metode adalah “cara teratur yang

layanan

digunakan untuk melaksanakan suatu

pendidikan pada anak berkebutuhan

pekerjaan agar tercapai tujuan sesuai

khusus baik secara kualitas maupun

dengan yang dikehendaki; cara kerja

kuantitas. Hasil sensus pada tahun 2003

yang

menjelaskan bahwa baru sekitar 3,70 %

pelaksanaan

(33.850 anak) dari mereka terlayani baik

mencapai

di sekolah khusus (SLB) maupun di

(Departemen

sekolah regular. Perlu kita ketahui

2003: 740). Penerapan suatu metode ke

bersama bahwa angka tersebut belum

dalam setiap situasi pengajaran haruslah

termasuk mereka yang tergolong autis,

mempertimbangkan dan memperhatikan

2

bersistem

untuk

suatu
tujuan

memudahkan

kegiatan
yang

Pendidikan

guna

ditentukan”
Nasional,

dari berbagai kemungkinan, yang dapat

dimilikinya, memberi kemungkinan

mempertinggi mutu dan efektivitas suatu

dan

metode tertentu. Kalau tidak, maka akan

berkembang dengan baik ke arah

menghambat proses pengajaran dan akan

pribadi

berakibat lebih jauh lagi, yaitu tidak

fitrahnya memanglah setiap individu

tercapainya

murid telah diberi hidayah oleh Allah.

tujuan

pengajaran

sebagaimana yang telah ditetapkan.

dasarnya

metode

yang

harapan

lebih

untuk

baik.

Pada

Akan tetapi iman dan tauhid dapat

Menurut Tafsir (2002: 33-34),
pada

sekaligus

saja berubah ke arah kekafiran/tidak

dapat

beriman manakala tidak disiram dan

dipergunakan dalam mendidik anak,

dipupuk

hanya

dalam

bimbingan ke jalan yang menuju

harus

keimanan

saja

perlu

diingat,

penggunaannya
mempertimbangkan

beberapa

faktor,

antara lain:
a. Keadaan

dengan

dan

pendidikan

dan

Islam.

Guru

berhadapan dengan murid

yang

masing-masing memiliki perbedaan
murid,

pertimbangan

yang

mencakup

tentang

kemampuan,

kecerdasan,

karakter,

tingkat

dan latar belakang sosial ekonomi

kecerdasan, kematangan, perbedaaaan

antara satu dengan yang lain. Oleh

individu dan lainnya.

karena itu, guru harus dapat memilih

Faktor yang perlu diperhatikan

dan

menetapkan

suatu

metode

oleh guru dalam memilih metode

mengajar sesuai dengan bakat, minat,

adalah masalah-masalah murid. Di

kecerdasan, dan perhatian anak didik

mana guru berhadapan dengan murid

masing-masing di dalam kelas.

dengan potensi dan

fitrah

yang

b. Tujuan yang hendak dicapai

3

Setiap mata pelajaran biasanya

Situasi

dan

kondisi

saat

memiliki tujuan yang berbeda-beda

berlangsungnya

antara satu dengan yang lainnya. Oleh

hendaknya juga diperhatikan dan

karena tujuan umum dan tujuan

dipertimbangkan di dalam pemilihan

khusus dari masing-masing pelajaran

metode. Situasi dan kondisi yang

tersebut

dimaksud adalah kondisi fisik gedung

memiliki perbedaan dan

tekanannya

masing-masing,

implikasinya

dalam

metode,

hendaklah

guru

melihat

pengajaran

maka

sekolah, misalnya: berdekatan dengan

pemilihan

pasar, pabrik, gedung bioskop, atau di

mampu

dekat

kebisingan

yang

lain.

Di

perbedaan-perbedaan

samping itu, keadaan guru dan murid

tersebut, dan membawanya ke dalam

saat waktu pembelajaran, apakah guru

suatu situasi pemilihan riset metode

atau murid tidak dalam keadaan lelah

yang dianggap paling cocok/tepat dan

sehabis olah raga atau berada pada

serasi diterapkan. Dengan kata lain

jam terakhir, sehingga pemberian

tujuan

materi dengan metode ceramah perlu

yang

ingin

dicapai

dari

masing-masing mata pelajaran itu

dipertimbangkan/dipikirkan,

perlu

haruslah menjadi perhatian utama

menggunakan

yang

bagi seorang guru dalam menetapkan

dianggap

metode apa yang akan dipakai dalam

sosiodrama,

mengajar.

metode tanya jawab, dan metode

c. Situasi dan kondisi pengajaran di

metode

lebih

tepat,

metode

diskusi.

mana berlangsung

d. Alat-alat yang tersedia

4

lain

seperti:

latihan siap,

Tersedianya

sarana,

media pengajaran,

alat

atau

bagi seorang guru yang pendiam dan

misalnya: alat

tidak menguasai teknik-teknik metode

praktikum, buku-buku bacaan, alat-

ceramah

alat peraga/media pengajaran (baik

demikian, dapat disimpulkan bahwa

langsung ataupun tidak langsung)

di

serta fasilitas-fasilitas lainnya, sangat

metode, kepribadian seorang guru

menentukan terhadap efektif tidaknya

juga hal yang perlu diperhatikan.

suatu metode.

yang

samping

baik.

faktor

Dengan

penguasaan

f. Sifat bahan pengajaran

e. Kemampuan pengajar

Ini hampir sama dengan jenis

Efektif tidaknya suatu metode

tujuan yang dicapai seperti pada poin

oleh

b di atas. Ada bahan pelajaran yang

dalam

lebih baik disampaikan lewat metode

memakainya, di samping kepribadian

ceramah, ada yang lebih baik dengan

guru juga memang cukup dominan

metode

pengaruhnya. Misalnya seorang guru

Demikianlah beberapa pertimbangan

“A”, oleh karena mahir dan cerdik

dalam menentukan metode yang akan

dalam berbicara, sehingga setiap anak

digunakan dalam proses interaksi

menjadi

terkesan

belajar mengajar.

dengan

pembicaraannya,

juga

sangat

kemampuan

dipengaruhi
pengajar

dan

terpukau
maka

drill,

dan

sebagainya.

METODE PENELITIAN

metode “ceramah” tentu menjadi

Penelitian

ini

merupakan

jenis

pilihannya di samping metode yang

penelitian lapangan dengan pendekatan

lain sebagai pendukung. Akan tetapi

deskriptif kualitatif. Sedangkan metode

metode ceramah tidak bias efektif

yang digunakan dalam pengumpulan

5

Penggunaan

data, antara lain: 1) observasi, 2)

metode

Pendidikan

wawancara, dan 3) dokumentasi. Untuk

Agama Islam di SMPLB C YPSLB

analisis

Kerten Surakarta sebagai berikut:

data

menggunakan

menggunakan

metode

deskriptif

1. Metode ceramah

kualitatif yang terdiri dari tiga kegiatan
yaitu
reduksi

pengumpulan
data,

data

penyajian

Metode

sekaligus
data

ceramahh

sebagai

metode mengajar yang paling tua

dan

umurnya

dan

paling

banyak

penarikan kesimpulan/verifikasi.

digunakan di sekolah-sekolah dapat

HASIL PENELITIAN

dipandang sebagai cara yang paling

Metode

pembelajaran

Pendidikan

mengena

bagi

usaha

untuk

Agama Islam yang digunakan dalam

penyampaian informasi. Penerapan

proses pembelajaran untuk anak tuna

metode ceramah untuk anak yang

grahita bertujuan agar anak didik dapat

mengalami retardasi mental, dalam

dengan baik dan mudah menerima

menyampaikannya

guru

harus

ataupun menangkap materi/pesan yang

mengulang-ulang

materi

yang

disampaikan oleh pendidik, sehingga

diajarkan, agar pelajaran baru dapat

tujuan

tercapai

dirangsang baik oleh peserta didik.

pembelajaran

Perhatian Anak dengan retardasi

dengan

pembelajaran
baik.

Pendidikan

dapat

Metode
Agama

yang

mental tidak terpusat dan sangat

digunakan di SMPLB C YPSLB Kerten

singkat. Sebagai guru PAI yang

Surakarta,

mengajar pada anak yang mengalami

antara

Islam

lain:

ceramah,

demonstrasi, hafalan, latihan, pemberian

retardasi

tugas, dan sosiodrama.

menggunakan

6

mental,
metode

dengan
ceramah

hendaknya,

dalam

menerangkan

menyimpan suatu instruksi yang sulit,

sesuatu harus dipotong atau dipecah

sehingga upaya dalam pembelajaran

menjadi bagian yang kecil sehingga

untuk menghafal harus dipotong atau

mudah ditangkap oleh peserta didik.

dipecah menjadi bagian kecil, serta

Kelainan yang dialami oleh anak

setiap hal yang baru harus terus

yang mengalami retardasi mental

diulang-ulang.
3. Metode demostrasi

mengakibatkan perhatiannya tidak

Metode demonstrasi adalah

dapat bertahan lama sangat singkat,

metode mengajar dengan melalui

sehingga guru harus memusatkan

kegiatan-kegiatan

penuh perhatiannya kepada peserta

metode

didik.

ekspresi.

Pada

demonstrasi guru

akan

mempertunjukkan,

2. Metode hafalan

atau

memperlihatkan tentang bagaimana

Metode hafalan yang diterapkan
pada sekolah umum, jelas berbeda

cara mengerjakan sesuatu. Dalam

dengan sekolah khusus, sepert murid

penggunaan metode ini guru harus

yang pada sekolah normal dapat

mengulang-ulang setiap hal yang

menghafal dengan sendiri, tetapi untuk

baru. Karena, anak dengan cacat

anak sekolalah khusus seperti tuna

mental (retardasi mental)

grahita

mengajarkan

mampu mengubah cara hidupnya, ia

hafalan kepada siswa. Anak tuna

cenderung rutin. Jika terjadi hal-hal

grahita memiliki keterbatasan dalam

yng baru ia akan menjadi risau dan

penguasaan bahasa, sehingga dalam

bingung

komunikasi pun mereka mengalami

Sebelum melatihkan hal-hal yang

gangguan.

baru

guru

harus

Mereka

tidak

dapat

7

(’Aeni

guru

2004:

mengusahakan

tidak

107).

agar

peserta

didik

lebih

dahulu

Didasari bahwa kelainan tuna

meletakkan perhatiannya penuh.

grahita memiliki tingkatan dari yang

4. Metode latihan (drill)

paling ringan sampai paling berat,

Pendidikan pada anak tuna

dari kelainan tunggal, ganda hingga

grahita harus menyesuaikan dan

kompleks yang berkaitan dengan

menyajikan

fisik,emosi,

kebutuhannya.

Jadi

psikis,

dan

sosial.

pendidik harus penuh perhatian,

Keadaan

sabar dan kasih sayang, dan rajin

pemberian

memberikan dorongan di samping

antara satu anak dengan yang lain.

memberikan

Guru

juga

tantangan.

ini

tugas

perorangan

terlalu tinggi. Misalnya mendorong

kebutuhan

anak dalam kegiatan keterampilan,

bersangkutan.

Tetapi

menuntut

agar

memerlukan

yang

merencanakan

Hindari meletakkan harapan yang

kesenian.

jelas

berbeda

tugas-tugas

sesuai

dengan

murid

yang

tidak

harus

6. Metode sosiodrama

mereka

harus

Salah

satu

tujuan

yang

menjadi seniman besar, misalnya.

diharapkan

Pendidik

mampu

sosiodrama adalah agar anak didik

membantu agar mampu berprestasi

mendapatkan keterampilan sosial,

aktif dalam kelompoknya, baik

sehingga diharapkan nantinya tidak

secara sosial maupun emosional

canggung menghadapi situasi sosial

sebatas kemampuannya.

dalam kehidupan sehari-hari serta

juga

harus

5. Metode pemberian tugas

menghilangkan

dalam

metode

perasaan-perasaan

malu dan rendah diri yang tidak

8

pada tempatnya, maka ia dilatih

metode hafalan, metode demonstrasi,

melalui temannya sendiri. Salah

metode

satu ciri pada anak tuna grahita

pemberian

adalah

sosiodrama.

tak

acuh

lingkungannya,

pada

latihan
tugas,

(drill),

metode

dan

metode

dengan

a. Dalam metode ceramah, perlu

penggunakan metode sosiodrama

adanya modifikasi, seperti dalam

diharapkan

pembelajaran

keterampilan,

anak

mendapatkan

sehingga

mereka

guru

harus

menggunakan kosa kata yang

tidak acuh pada lingkungannya.

sederhana, selalu menggunakan

KESIMPULAN

peragaan,

Metode

untuk

dalam prosesnya, serta harus

anak tuna grahita pada dasarnya

terus mendorong siswa untuk

memiliki kesamaan dengan metode

bertanya dan mengulang, karena

pembelajaran pada anak normal,

salah satu cirri anak tuna grahita,

hanya saja ketika dalam pelaksanaan

mereka

memerlukan modifikasi agar sesuai

bertanya.

dengan

pembelajaran

mengulang-ulang

kondisi

anak

yang

sukar

sekali

untuk

b. Dalam metode hafalan perlu

melakukan pembelajaran tersebut,

adanya

sehingga pesan atau materi yang

adanya

disampaikan dapat diterima ataupun

dipotong/dipecah menjadi bagian

dapat ditangkap dengan baik dan

kecil

mudah

prosesnya untuk mempermudah

oleh

anak-anak.

Metode

tersebut antara lain: metode ceramah,

modifikasi,

seperti
peragaan,

dan

mengulang-ulang

siswa menerima pelajaran.

9

c. Metode demonstrasi perlu ada

e. Dalam pemberian tugas untuk

modifikasi; karena anak tuna

anak tuna grahita tidak boleh

grahita tidak dapat menyimpan

terlalu

instruksi yang sulit, maka dalam

sehingga

pembelajarannya

Terkadang antara satu siswa dan

guru

menerangkan

harus
dan

sulit,

yang

terlalu

harus

lainnya

banyak,
sederhana.

berbeda sesuai

mempraktekkan dengan pelan-

dengan kelemahan (kecacatan)

pelan

yang dialaminya.

dan

prosesnya

mengulang-ulang
agar

mempraktekkan

siswa

dapat

f. Penggunaan metode sosiodrama

apa

yang

dalam pembelajaran bisa sama

diajarka oleh guru.

seperti di sekolah-sekolah umum

d. Dalam metode latihan perlu ada

lainnya,

yang

mana

guru

modifikasi; karena kemampuan

menerangkan

anak didik dalam menulis dan

dahulu, setelah itu baru siswa

membaca

memerankan tokoh yang ada di

sehingga

sangat
setiap

rendah,

pembelajaran

materi

terlebih

dalam materi tersebut.

guru selalu menulis materi di

Faktor pendukung dan penghambat

papan tulis, dan diikuti oleh anak

metode

didik,

juga

Agama Islam di SMPLB C YPSLB

sebelum

menerangkan

membacakan
materi

membaca

anak

Pendidikan

Kerten Surakarta, antara lain:

baru, agar keterampilan menulis
dan

pembelajaran

a. Faktor

didik

pendukung:

Adanya

kesiapan anak dalam mengikuti

semakin baik.

kegiatan pembelajaran di kelas,

10

guru pandai dalam memilih suatu

SMPLB

metode

Surakarta, antara lain:

yang

tepat

Faktor

Kerten

suasana

1. Kepada Kepala Sekolah, seyogyanya

belajar

yang

lebih meningkatkan situasi serta
kondisi sekolah.

mendukung.
b.

YPSLB

dan

penggunaannya,
lingkungan

serta

C

penghambat:

2. Kepada guru: Seyogyanya guru lebih

Kondisi
dan

pandai dalam memilih suatu metode

prasarana yang kurang memadai

yang tepat serta penggunaannya,

dan menarik dan kompetensi

seyogyanya

belum tercapai secara tuntas,

suasana lingkungan belajar yang

karena pembelajaran Pendidikan

lebih

Agama Islam hanya sekali dalam

kompetensi belum tercapai secara

sepekan, dan waktunya berkisar

tuntas guru seyogyanya membuat

35 menit

kompetensi sesuai keadaan anak dan

fasilitas

atau

sarana

bagian

mengemukakan
ataupun
dengan

mendukung,

menciptakan

dan

karena

ketersediaannya waktu.

Saran
Pada

lebih

ini
beberapa

3. Kepada

penulis

seyogyanya

saran

masukan

sehubungan

hasil-hasil

atau temuan

pengurus
meningkatkan

sekolah:
sarana

dan prasarana yang ada agar lebih
lengkap dan menarik.

dalam penelitian mengenai metode

DAFTAR PUSTAKA
Aeni, ‘Nur. 2004. Intervensi Dini
Bagi
Anak
Bermasalah.
Jakarta: Rineka Cipta.

pembelajaran Pendidikan Agama
Islam pada anak tuna grahita di

11

Arikunto, Suharsimi 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik Jakarta: Rineka Cipta.
_______, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik Edisi Revisi 2010.
Jakarta: Rineka Cipta.

Kartono, Kartini. 2000. Hygene
Mental. Bandung: Mandar Maju.

Daradjat, Zakiah. 2001. Metodik
Khusus Pengajaran Agama
Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Muhaimin,
2001.
Paradigma
Pendidikan Islam. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran
Anak Berkebutuhan Khusus.
Bandung: Refika Aditama.

Munawaroh, Tutik. 2009 dalam
skripsinya
yang
berjudul
Problematika
Belajar
Pendidikan Agama Islam pada
Anak
Penyandang
Tuna
Grahita (SLB B/C YPPLB
Ngawi Kabupaten Ngawi)

Lumbantobing. 2001. Anak dengan
Mental Terbelakang. Jakarta:
Fakultas
Kedokteran
Universitas Indonesia.

Effendi,
Muhammad.
2008.
Pengantar
Psikopedagogik
Anak Berkelainan. Jakarta:
Bumi Aksara

Moleong, J. Lexy. 2007. Metodologi
Penelitian Kualitatif Edisi
revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Fatimah, Enung. 2011. Psikologi
Perkembangan
(Perkembangan
Peserta
Didik). Bandung: Pustaka
Setia.

Nata,

Ginting,
Arif
Ahmad.2011.
pemberdayaan
penyandang
cacat.
www.
Lampung
Post.com.
Diakses
pada
tanggal 27 Desember 2011,
pada jam 06.30 WIB.

Abuddin. 2004. Sejarah
Pendidikan Islam Pada Masa
Klasik dan Pertengahan.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Nevid, J.S, Rathus, S. A, &, Greene
B. (2005). Psikologi Abnormal
Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

Herdiansyah,
Haris.
2010.
Metodologi
Penelitian
Kualitait Untuk Ilmu-Ilmu
Sosial.
Jakarta:
Salemba
Humanika.

Ramayulis.
2001.
Metodologi
Pengajaran Agama Islam.
Jakarta: Kalam Mulia

12

Sagala, Syaiful, 2005. Konsep dan
Makna Pembelajaran Untuk
Membantu
Memecahkan
Problematika Belajar dan
Mengajar. Bandung: Alfabeta
Slameto, 2003. Belajar dan Faktorfaktor
Yang
Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Somantri, Sutjihati. 2006. Psikologi
Anak Luar Biasa. Bandung:
Refika Aditama.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan
Pendidikan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R
& D. Bandung: Alfabeta.
Tafsir, Ahmad. 2002. Metodologi
Pengajaran Agama Islam.
Bandung: PT Rosdakarya.
Tim Penyusun Kamus. 2003. Kamus
Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Yusuf, Syamsu. 2004. Mental
Hygiene
Perkembangan
Kesehatan Mental dalam
Kajian Psikologi dan Agama.
Jakarta: Pustaka Bani Quraisy.

13

Dokumen yang terkait

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS 12 DI SMALB NEGERI SURAKARTA TAHUN 2016 Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita Kelas 12 Di Smalb Negeri Surakarta Tahun 2016.

0 3 17

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS 12 DI SMALB NEGERI SURAKARTA TAHUN Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita Kelas 12 Di Smalb Negeri Surakarta Tahun 2016.

0 4 15

PENDAHULUAN Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita Kelas 12 Di Smalb Negeri Surakarta Tahun 2016.

0 3 5

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK KELAS 6 SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB) TUNA Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Kelas 6 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Tuna Laras Bhina Putera Banjarsari Surakarta Tahun Ajaran 2013

0 1 18

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK KELAS 6 SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB) TUNA Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Kelas 6 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Tuna Laras Bhina Putera Banjarsari Surakarta Tahun Ajaran 2013/2

0 1 18

EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMBAGI ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA A (SLB-A) EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA A (SLB-A) (Studi Kasus Pada Tingkat SMP YKAB di SLB-

3 11 16

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita (Studi Kasus Di Sekolah Menengah Pertama Bagian C Yayasan Pembina Sekolah Luar Biasa Kerten Surakarta).

0 1 16

PENDAHULUAN Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita (Studi Kasus Di Sekolah Menengah Pertama Bagian C Yayasan Pembina Sekolah Luar Biasa Kerten Surakarta).

0 1 17

EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 21 46

Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Pembentukan Karakter Anak Tunagrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Wantuwirawan Salatiga 2016/2017 - Test Repository

0 1 129