Metakognitif siswa dalam pembelajaran pendidikan agama islam: studi kasus di MAN 16 Jakarta

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Reni Anggraeni

1110011000006

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.

Problematika di dalam dunia pendidikan saat ini sangatlah beragam salah

satunya adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, kemudian siswa secara pasif menyerap struktur pengetahuan yang diberikan guru atau yang terdapat dalam buku pelajaran. Pemebelajaran hanya sekedar penyampaian fakta, sehingga siswa tidak mampu mengaplikasikan pembelajaran yang ia terima kedalam kehidupan sehari-harinya.

Tetapi pada kenyataannya sebagian guru khususnya dalam bidang pendidikan

agama islam, tidak banyak yang tahu bagaimana cara mengetahui metakognitif seorang siswa dikarenakan dengan adanya berbagai macam kendala. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metakognitif siswa dalam pembelajaran pendidikan agama islam, penelitian ini dilakukan di kelas XI IPA I MAN 16 Jakarta pada tanggal 14 November- 16 Desember 2014.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha membuat deskripsi fenomena yang diselidiki dengan cara mengklasifikasikan, atau karakteristik fenomena tersebut secara cermat, kemudian menuangkannya dalam bentuk kesimpulan. Data yang terdapat di dalam penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara, studi dokumentasi dan observasi/kunjungan.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di MAN 16 Jakarta ini, dapat diketahui bahwa metakognitif siswa dalam pembelajaran pendidikan Agama ialam secara keseluruhan metakognitif siswa-siswi disekolah ini sudah


(6)

(7)

telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad

shollallahu ‘alaihi wasallam sebagai panutan dan suri tauladan bagi umatnya yang telah

membimbing untuk menempuh jalan yang benar guna meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Namun banyak pihak yan membimbing dan membantu dalam proses penulisan skripsi ini, tanpa dukungan mereka rasanya mustahil penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, ucapan terima kasih dan rasa hormat penulis sampaikan kepada :

1. Prof.Dr. Dede Rosyada,MA Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Nurlena Rifai,MA,P.hd Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Dr.H.Abdul Majid Khon,M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Marhamah Shaleh, Lc,MA Sekertaris Jurusan Pendididkan Agama Islam, Fakulats Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Pembimbing akademik Ahmad Irfan Mufid, MA terimakasih atas bimbingan dan arahan untuk penulis

6. Desen Pembimbing skripsi Yudhi Munadi, M.Ag yang senantiasa memberikan bimbingan, dan arahan yang bermanfaat serta motivasi yang membangun kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.

7. Seluruh dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya kepada dosen PAI beserta staf-stafnya yang telah banyak membantu.


(8)

9. Bapak kepala sekolah MAN 16 Jakarta Samsurial,S.Pd yang telah mengizinkan melakukan penelitian dan observasi dengan pelayanan yang sangat baik.

10.Keluarga tercinta terutama kedua orangtua, Ayahanda H.Mukhtar Sopian dan Ibunda Hj.Omah Rosmawanty yang tak hentinya selalu bersabar serta memberikan dorongan dan motivasi dalam mendidik dan mengajari dengan tulus sekaligus memberi semangat dan doa untuk penulis.

11.Kakak-kakakku, Maria Sari, Marlina Safitri, Adna Suadikarta, Bang Firman, dan adik-adikku Atjef Syarif Hidayatullah dan Fajar Rahmat Hidayat, keponakan-keponakanku teteh cantik, dennisa dan kaka abi karena kalian yang menjadi motivator untukku agar selalu memberikan yang terbaik.

12.Kepada teman terbaikku Muchtar Nasir Affandy yang selalu memberikan semangat dan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Sahabat-sahabat seperjuangan Eva Fauziyah, Fitri Handayani, Nurfauziah, Debi Utami Rizki, Widya Rafika, Maisaroh dan seluruh Sahabat PAI 2010 Khususnya PAI kelas A, karena kalian yang selalu menjadi temapt bertukar fikiran dalam penulisan skripsi ini, dan juga pengalaman bersama kalian yang tak akan pernah terlupakan.

Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Kritik dan saran secara konstruktif diharapkan penulis untuk mengevaluasi laporan penelitian ini agar lebih baik lagi. Penulis berharap agar skripsi ini menjadi kebutuhan serta menambah pustaka dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, 7 Januari 2015 Penulis


(9)

LEMBAR PERMYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Belajar ... 9

1. Pengertian Belajar ...9

2. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar ...10

3. Pengertian Pembelajaran ...11

B. Metakognitif ...12


(10)

5. Strategi Metakognitif ...17

6. Perkembangan Metakognitif Anak ...17

C. Pengertian Agama Islam ...18

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ...17

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ...20

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ...22

4. Kerangka Berfikir ...23

D. Hasil Penelitian yang Relevan ...23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...26

B. Latar Penelitian ...26

C. Metode Penelitian ...28

D. Teknik Pengumpulan Data ...31

E. Pengecekan Keabsahan Data ...32

F. Teknik Analisis Data...35

G. Deskripsi Data Penelitian...36

BAB IV HASIL PENELITIAN A. MAN 16 Jakarta ... 41

1. Sejarah Berdirinya ... 41

2. Identitas Sekolah ...42

3. Visi Dan Misi MAN 16 Jakarta………42

4. Keadaan Siswa, Guru, Staff……….43

5. Kerjasama Dengan Pihak Luar……….49

6. Prestasi Yang Diraih Madrasah………49

7. Sarana Dan Prasana………..52

B. Pembahasan...53

1. Suasana Proses Pembelajaran PAI ...53


(11)

A. Kesimpulan ...71 B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA


(12)

Tabel 4.2 Daftar Pendidik Tabel 4.3 Tenaga Kependidikan Tabel 4.4 Keadaan Siswa 2015 Tabel 4.5 Keadaan Siswa 2014 Tabel 4.6 Keadaan Siswa 2013

Tabel 4.7 Keadaan Orangtua Peserta didik Tabel 4.8 Sarana dan Prasarana

Tabel 4.9 Format pengamatan observasi metakognitif


(13)

Lampiran 1

Indikator instrumen wawancara

Lampiran 2

Pedoman wawancara

Lampiran 3

Format Observasi

Lampiran 4

Pengkodingan Data

Lampiran 5

Foto bukti penelitian

Lampiran 6

Surat permohonan bimbingan skripsi

Lampiran 7

Surat permohonan izin penelitian


(14)

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Menurut SA. Branata yang dikutip dalam buku Alisuf Sabri bahwa pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.2 Mendidik adalah membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri.3 Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan ini, untuk menentukan arah laju perjalanan suatu bangsa, generasi yang akan datang. Oleh karena itu diperlukan perhatian yang lebih terhadap pendidikan, sebagai bentuk upaya menghasilkan dan menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang kreatif, berkualitas, dan menjadikan manusia yang memiliki kemampuan cipta (kognitif), segi rasa (afektif), maupun dari segi prasa (psikomotorik). Pendidikan di Sekolah Menengah Atas mempunyai empat point yaitu: sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan. pada point pengetahuan telah dideskripsikan bahwa siswa harus memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi,seni,budaya,dan

1

UU NO 20 TAHUN 2003, Sistem Pendidikan Nasional, BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1

2

Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Ciputat : UIN Jakarta Press,2005), h.6


(15)

humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban, terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.4

Sebagaimana yang tercantum tujuan pendidikan menurut UU No 12 Tahun 1945, yang tercantum dalam Bab II Pasal 3 yang berbunyi: “Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air”.5

Berkenaan dengan tujuan pendidikan tersebut, diperlukannya peningkatan mutu kinerja guru dalam rangka mengembangkan kualitas sumber daya manusia dan memperbaiki sistem manajemen pendidikan secara mendasar. Oleh karena itu, pengembangan kinerja sumber daya manusia sangat diperlukan karena sumber daya manusia akan menjadi faktor utama sebagai penentu maju mundurnya suatu negara.

Proses pembelajaran merupakan inti dari sebuah proses pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila semua komponen didalam suatu lembaga pendidikan terpenuhi, misalnya sarana dan prasarana yang memadai, perbaikan tenaga kerja dan guru, organisasi yang terstruktur dan adanya kepala sekolah yang menjadi pemimpin sekolah, maka kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan optimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk mewujudkan fungsi pendidikan nasional salah satunya adalah dengan cara mengadakan proses pembelajaran disekolah. Salah satu mata pelajaran yang diberikan pada proses pembelajaran disekolah adalah Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam (PAI) pada saat ini masih berhadapan dengan kritik-kritik internal. Dikatakan bahwa PAI kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi

4

Salinan Lampiran Permendikbud No.64 tahun 2013 tentang Standar Isi.


(16)

konteks sosial budaya dan bersifat statis akonsteksual, dan lepas dari sejarah sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian.6 Hal yang seperti ini sangat disayangkan sekali, karena Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pelajaran yang sangat penting untuk membangun moral dan akhlak para siswa guna meningkatkan keimanan kepada Allah SWT dan meneladani sifat Nabi Muhammad SAW dan menjadi bekal dikehidupan sehari-hari.

Dalam membangun dan membentuk generasi yang berkualitas diperlukan adanya semangat dan motivasi yang kuat dalam diri sendiri agar terciptanya suatu tujuan yang diinginkan. Keberhasilan seorang anak di masa depan ditentukan oleh bagaimana perkembangan seluruh aspek individu anak, yaitu perkembangan fisik, intelektual, emosi dan spiritual yang berkembang secara optimal. Perkembangan kognitif dianggap sebagai penentu kecerdasan intelektual anak, yakni bagaimana mengelola atau mengatur kemampuan kognitif tersebut dalam merespon situasi atau permasalahan. Aspek kognitif tidak dapat berjalan sendiri secara terpisah, tetapi perlu dikendalikan atau diatur. Oleh karena itu seseorang harus memiliki kesadaran tentang kemampuan berfikirnya sendiri serta mampu untuk mengaturnya.7

Berbagai penelitian menyatakan bahwa perkembangan manusia sudah dimulai pada masa prenatal, tidak hanya aspek fisik tapi juga aspek-aspek yang lainnya seperti aspek kognitif, emosi dan bahkan spiritual. Hal ini tentunya dalam batasan-batasan tertentu sesuai dengan kondisi janin atau dapat dikatakan sebagai pembentukan karakter dasar. Seperti emosi janin dan setelah besar nanti ternyata dipengaruhi oleh kondisi emosi sang ibu.

6

Muhaimin, Rekontruksi Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,2009), h.56

7


(17)

Perkembangan ini akan berlanjut terus sampai lahir dan besar nanti yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa pola pengasuhan dan pendidikan.8 Salah satu aspek pekembangan yang selalu menjadi fokus perhatian adalah perkembangan kognitif anak dengan tidak mengabaikan aspek perkembangan lainnya. Perkembangan kognitif dianggap penting karena sering dikatakan dengan kecerdasan anak. Perkembangan kognitif yang normal mengindikasikan berkembangannya kecerdasan anak. Sementara perkembangan kognitif berlaku sejak awal kelahiran atau bahkan semenjak prenatal, aspek lain seperti emosi dan spiritual mengalami perkembangan yang pesat sesudahnya, walaupun dasar-dasarnya telah mulai diberikan pendidikan sejak dini.9

Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.10 Sementara menurut Chaplin dijelaskan bahwa kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenal termasuk didalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga dan menilai. Secara tradisional kognisi sering dipertentangkan dengan konasi (kemauan) dan dengan afeksi (perasaan).11

Sementara perkembangan kognitif dianggap sebagai penentu kecerdasan intelektual anak, kemampuan kognitif terus berkembang seiring dengan proses pendidikan serta dipengaruhi oleh faktor perkembangan fisik terutama otak secara biologis. Perkembangan selanjutnya adalah berkaitan dengan kognitif adalah bagaimana mengelola atau mengatur kemampuan kognitif

8

Dindin Abdul Muiz, Psikologi Perkembangan Anak Pada Aspek Kognitif,

(Surabaya:Intimedia press:2001) , h.20

9Ibid.,

h.21

10

Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2006), H.103

11Ibid.,


(18)

tersebut dalam merespon situasi atau permaslahan. Tentunya aspek-aspek kognitif tidak dapat berjalan sendiri secara terpisah tetapi perlu dikendalikan atau diatur sehingga jika seseorang akan menggunakan kemampuan kognitifnya maka perlu kemampuan untuk menetukan dan pengatur aktivitas kognitif apa yang akan digunakan. Oleh karena itu, seseorang harus memiliki kesadaran tentang kemampuan berfikirnya sendiri serta mampu untuk mengaturnya. Para ahli mengatakan kemampuan ini disebut dengan metakognitif. 12

Menurut Flavell dan Brown Metakognitif adalah pengetahuan (knowledge) dan regulasi (regulation) pada suatu aktifitas kognitif seseorang dalam proses belajarnya. Metakognitif adalah suatu kesadaran tentang kognitif kita sendiri, bagaimana kognitif kita bekerja serta bagaimana mengaturnya. Kemampuan ini sangat penting terutama untuk keperluan efisiensi penggunaan kognitif kita dalam menyelesaikan masalah. Secara singkat metakognitif dapat diistilahkan sebagai “thinking about thinking”.13

Menururut Anerson dan Krathwohl memberikan rincian dari pengetahuan yang dapat dikuasi atau diajarkan pada setiap tahapan kognitif. Dalam lingkup pengetahuan tersebut, pengetahuan metakognitif menempati pada tingkat tertinggi setelah pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan strategik, pengetahuan tugas-tugas berpikir an pengetahuan pribadi.14

Saat ini, kajian tentang metakognitif telah berkembang bahkan telah diterapkan dalam pembelajaran seperti matematika dan bahasa. Misalnya, dalam memecahkan masalah matematika, siswa perlu memiliki kemampuan memecahkan masalah matematika, siswa perlu memiliki kemampuan metakognitif untuk mengatur strategi pemecahan masalah, sedangkan dalam

12Op.cit

., h.115

13Ibid.,

h.114

14

Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi , (PT Universitas Pendidikan Indonesia)


(19)

pembelajaran bahasa adalah siswa harus memiliki kemampuan metakognitif dalam membaca buku.

Hal yang menarik untuk diungkap dan diteliti lebih lanjut mengenai metakognitif dalam skripsi ini, karena selama ini kemampuan metakognitif dianggap baru dapat dikuasai oleh orang dewasa tetapi ternyata sudah dapat dimiliki seorang anak walaupun dalam bentuk yang sederhana. Berdasarkan hal ini,maka skripsi ini ditulis untuk mengungkap lebih lanjut mengenai metakognitif siswa di MAN 16 Jakarta Barat dalam pembelajaran pendidikan agama islam disekolah tersebut.

Dari deskripsi yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih dalam permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi yang berjudul :

“METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”

(Studi Kasus di MAN 16 Jakarta)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Pendidikan agama islam kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat.

2. Tidak semua siswa mempunyai kesadaran metakognitif dalam belajar. 3. Tidak semua siswa mempunyai metakognitif yang baik yaitu mempunyai

pemahaman faktual, konseptual dan prosedural didalam pembelajaran pendidikan agama islam


(20)

C. Pembatasan Masalah

Berasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas, agar penulisan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut :

1. Metakognitif siswa dalam pembelajaran pendidikan agama islam. 2. Metakognitif siswa pada pemahaman fakta, konsep, dan prosedur.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka penulis merumuskan masalan yang akan menadi acuan didalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana metakognitif siswa pada pemahaman fakta materi mata

pelajaran pendidikan agama islam?

2. Bagaimana metakognitif siswa pada pemahaman konsep materi mata pelajaran pendidikan agama islam?

3. Bagaimana metakognitif siswa pada pemahaman prosedur materi mata pelajaran pendidikan agama islam?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian :

a. Memahami metakognitif siswa pada pemahaman fakta materi mata pelajaran pendidikan agama islam.

b. Memahami metakognitif siswa pada pemahaman konsep materi mata pelajaran pendidikan agama islam.

c. Memahami metakognitif siswa pada pemahaman prosedur mata pelajaran pendidikan agama islam.

2. Manfaat Penelitian :

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a. Siswa

Siswa mampu memahami tentang metakognitifnya sendiri sehingga mampu mengembangkan kesadaran untuk menyelesaikan masalahnya. b. Guru


(21)

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan, untuk meningkatkan metakognitif siswa dalam pembelajaran pendidikan agama islam.

c. Penulis

Menambah wawasan kependidikan serta seta sebagai bekal pengetahuan mengenai metakognitif siswa dalam pembelajaran pendidikan agama islam.

d. Pembaca

Memberikan gambaran mengenai pentingnya metakognitif siswa dalam pembelajaran pendidikan agama islam.


(22)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses perubahan prilaku secara aktif, sebagai akibat dari pengalaman dan latihan.1 Proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.

Menurut teori behaviouristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Sesorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam halkemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon.

Menurut T. Raka Joni bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku disebabkan oleh matangnya seseorang atau perubahan yang bersifat temporer. Belajar merupakan sebuah proses yang komplek yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat.2

Menurut Depdiknas tahun 2003 mendefinisikan bahwa “belajar” adalah sebagai proses membangun makna pemahaman terhadap informasi atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan

1

Wina Sanjaya Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Proses Pendidikan,(Jakarta:Kencana Pranda Media Grup,2006), Cet.1,h.114


(23)

siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbea-beda padahal menapat pengajaran yang sama, dan pada saat yang sama. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemhaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya.

Adapun belajar menurut Gagne, belajar terjadi apabila ada situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga pebuatannya berubah dari waktu ke waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.3 Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan individu dan menyebabkan adanya perubahan tingkah laku sebagai responden terhadap lingkungan, baik langsung maupun tidak langsung yang membawa perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), dan keteramoilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut dengan nilai dan sikap (afektif).

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan dan puncak proses belajar.4 Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi dalam proses pembelajaran baik dari sisi guru maupun dari sisi siswanya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah, yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor eksternal dan faktor internal siswa, diantaranya :

3

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan , (Bandung: Remaja Rosakarya, 2007),Cet.22. h.84

4

Dimyati dan Mudjiyono, Belajar dan Pembelajaran , (Jakarta, PT. Rinekha Cipta,1999),Cet.I.h.3


(24)

a. Faktor Eksternal Siswa

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor eksternal terdiri ari dua yaitu lingkungan dan instrumental. Faktor lingkungan terdiri dua yaitu alam dan lingkungan sosial. Lingkungan alam seperti : keadaan suhu, kelembaban udara, waktu, cuaca, letak gedung sekolah ditempat yang ramai atau tidak an lain sebagainya. Lingkungan sosial seperti : interaksi sosial dengan teman sebangku, interaksi peserta didik dengan guru-guru dan kebudayaan.

Faktor instrumental terdiri dari sarana dan alat-alat belajar yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar seperti media pendidikan, metodologi mengajar yang digunakan dan bukuyang dipakai.5

b. Faktor Internal Siswa

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor internal dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis.

Faktor fisiologis siswa terdiri kondisi kesehatan dan kebugaran fisik, kondisi panca inderanya terutama pada penglihatan dan pendengarannya. Faktor psikologi siswa terdiri dari ketenangan jiwa, perhatian motivasi, minat, intelegensi dan kemampuan kognitif, seperti seperti kemampuan persepsi, ingatan, berfikir, dan kemampuan asar yang dimiliki oleh siswa.6

3. Pengertian Pembelajaran

Dalam sebuah proses pendidikan terdapat sebuh kegiatan yang disebut pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan suatu bantuan yang

5

Muhammad Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,1996), cet. 1, h.59

6

Amunudin Rasyad, Teori Belajar Dan Pembelajaran (Jakarta: Uhamka Press, 2003), cet.4, h. 103


(25)

diberikan dari pendidik kepada peserta didik agar terjadi proses memperoleh ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan diri pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, guru yang mengajar supaya peserta didik dapat belajar dengan baik dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai tujuan objektif yang ditentukan (aspek kognitif), yang juga mempengaruhi perubahan sikap peserta didik (aspek afektif) serta pengembangan keterampilan peserta didik (aspek psikomotorik). Kegiatan pembelajaran akan dialami aeorang manusia sepanjang hayatnya dan dapat berlaku dimanapun dan kapanpun.

B. Metakognitif

1. Teori Metakognitif

Salah satu kemampuan metakognitif adalah mengacu pada kesadaran dan pengetahuan pelajar tentang sistem memori mereka sendiri. Sejumlah ahli psikologi kognitif telah mengembangkan apa yang mereka sebut information processing tentang pembelajaran.7 Teori ini menjelaskan bagaimana otak dan sistem memorinya bekerja. Dalam teori ini ide-ide dan informasi baru awalnya sebagai masukan sensori masuk kedalam register atau pencatat penglihatan suara dan bau. Setelah masukan sensori itu telah kita persepsi dan kita catat, masukan sensori tersebut bergerak masuk ke dalam suatu ruang kerja yang disebut memori jangka pendek atau short term memory, dimana masukan sensori tersebut diproses atau dilupakan.

Ruang penyimpanan dalam memori jangka pendek sangat terbatas. Meskipun demikian memori jangka pendek mengatur apa yang hendak dilakukan pelajar, bagaimana informasi baru yang mula-mula masuk ke dalam sistem memori, dan bagaimana informasi itu akhirnya

7

M Nur, Strategi-strategi belajar, (Surabaya : UNESA : University Press,2008),h.18


(26)

dipindahkan ke memori jangka panjang atau long term memory tempat pengetahuan disimpan secara permanen untuk dipanggil lagi kemudian hari dan digunakan.8

Adapun ayat yang menerangkan tentang ayat metakognitif yaitu :



































































Artinya : “(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran” (QS: Az-zumar:9)

2. Pengertian Metakognitif

Metakognitif adalah suatu kata yang berkaitan dengan apa yang diketahui tentang dirinya sebagai individu yang belajar dan bagaimana ia mengontrol serta menyesuaikan prilakunya. Seseorang perlu menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya.9 Metakognitif adalah suatu bentuk kemampuan untuk melihat pada diri sendiri sehingga apa yang dia lakukan dapat terkontrol secara optimal. Dengan kemampuan seperti ini seseorang dimungkinkan memiliki kemampuan tinggi dalam memEcahkan masalah, sebab dalam setiap langkah yang dia kerjakan senantiasa muncul pertanyaan : “Apa yang saya

8Ibid., h.20 9

Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: 2001)


(27)

kerjakan?”, “Mengapa saya mengerjakan ini?”, “Hal apa yang membantu saya untuk menyelesaikan masalah ini?”10

Metakognitif adalah kesadaran berfikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui dan pengetahuan tentang pemahaman umum, seperti kesadaran tentang sesuatu dan pengetahuan tentang pemahaman pribadi seseorang.11 Dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana untuk belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar secara efektif. Metakognitif adalah pengetahuan yang berasal dari proses kognitif kita sendiri beserta hasil-hasilnya.12

Menurut Flavel mendefinisikan bahwa metakognitif adalah sebagai kesadaran seseorang tentang bagaimana ia belajar, kemampuan untuk menilai kesukaran suatu masalah, kemampuan mengamati tingkat pemahaman dirinya, kemampuan menggunakan informasi untuk mencapai tujuan, dan kemampuan menilai kemajuan belajar sendiri.13

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metakognitif adalah suatu kesadaran berfikir tentang apa yang harus dilakukan,dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana caranya untuk belajar, dan mengetahui dan mengetahui strategi terbaik untuk belajar secara efektif.

Metakognitif merupakan suatu kemahiran tersendiri. Orang yang mempunyai metakognitif yang tinggi maka ia akan mampu mengontrol dan menyalurkan aktifitas kognitif yang berlangsung dalam dirinya sendiri. bagaimana ia memutuskan perhatian, bagaimana ia belajar, bagai mana ia menggali ingatan, bagaimana menggunakan

10Op.cit

., h.96

11

Eveline Siregar, Teori Belajar Dan Pembelajaran , (Bogor:Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), Cet.1,h.10

12

Sri Esti Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2006), Cet 3, h.168.

13

Jonnasen,Thoward a Design Theory Of Problem Solvinng To Apper In Educational Technologi : Reseach and Depelopment


(28)

pengetahuan yang dimiliki, bagaimana ia berfikir menggunakan konsep, kaidah pengetahuan yang dimiliki, yang merupakan satu perangkat kemahiran yang terorganisasikan dengan baik dalam menghadapi sebuah masalah. Secara ringkas metakognitif dapat diistilahkan sebagai “thinking about thinking”.

3. Variabel Dalam Metakognitif

Menurut John Flavell yang dikutip dalam buku Desmita menyatakan bahwa pengetahuan metakognitif secara umum dapat dibedakan menjadi 3 variabel,yaitu:

a. Variabel Individu

Variabel individu mencakup pengetahuan tentang person, manusia (diri sendiri juga orang lain), yang mengandung wawasan bahwa manusia, termasuk saya sendiri memiliki keterbatasan dalam jumlah informasi yang dapat diproses. Tidak mungkin semua informasi yang masuk ke pikiran apat diproses. Dalam variabel individu ini tercakup pula pengetahuan bahwa kita lebih paham tentang suatu bidang dan lemah di bidang yang lain (saya lebih menguasai mata pelajaran matematika dibandingkan dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam). Demikian juga pengetahuan tentang perbedaan kemampuan anda dengan orang lain (mengetahui bahwa guru lebih terampil dalam bahasa Arab dibandingkan peserta didik).14

b. Variabel Tugas

Variabel tugas mencakup pengetahuan tentang tugas-tugas (task), yang mengandung wawasan bahwa beberapa kondisi sering menyebabkan kita lebih sulit atau lebih mudah dalam memecahakan suatu masalah atau menyelesaikan tugas. Misalnya, semakin banyak waktu yang peserta didik untuk memecahkan maslah, semakin baik peserta didik mengerjakannya, sekiranya

14

Desmita , Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h.134


(29)

materi pembelajaran yang disampaikan guru sukar dan tidak akan diulangi lagi, maka saya tentu harus lebih konsentrasi dan mendengarkan keterangan guru secara seksama disaat guru menyampaikan materi didalam kelas.

c. Variabel Strategi

Variabel strategi mencakup pengetahuan tentang strategi, pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu atau bagaimana mengatasi kesulitan. Variabel Strategi ini mengandung wawasan seperti: beberapa langkah kognitif akan menolong sesesorang menyelesaikan jumlah besar tugas kognitif (mengingat,mengkomunikasikan, dan membaca).

4. Komponen Metakognitif

Anita Woolfolk dalam bukunya mengemukakan bahwa metakognisi melibatkan tiga macam pengetahuan, diantaranya :

a. Declarative Knowledge

Pengetahuan deklaratif tentang diri siswa sebagai pembelajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan ingatan siswa, serta keterampilan, strategi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengerjakan sebuah tugas (tahu apa yang dilakukan).

b. Procedural Knowledge

Procedural Knowledege, yaitu pengetahuan tentang bagaimana menggunakan apa saja yang telah diketahui dalam declarative knowledge tersebut dalam aktivitas belajar.

c. Conditional Knowledge

Conditional Knowledge adalah pengetahuan tentang kapan menggunakan suatu prosedur, keterampilan, atau strategi dan kapan hal-hal tersebuttidak digunakan, mengapa suatu prosedur berlangsung dan dalam kondisi yang bagaimana berlangsungnya, dan mengapa suatu prosedur lebih baik dari prosedur-prosedur yang lain. 15


(30)

5. Strategi Metakognitif

Kunci pendidikan adalah membantu murid mempelajari serangkaian strategi yang dapat menghasilkan solusi suatu masalah. pemikir yang baik menggunakan strategi secara rutin untuk memecahkan masalah. Pemikir yang baik juga tahu kapan dan dimana mesti menggunakan strategi.16

Menurut Flavell, strategi pengaturan metakognisi merupakan proses-proses yang berurutan yang digunkan untuk mengontrol aktivitas-aktivitas kognitif dan memastikan bahwa tujuan kognitif telah dicapai. Untuk mendapatkan kesuksesan belajar yang luar biasa, guru harus melatih siswa untuk merancang apa yang hendak dipelajari, memantau kemajuan belajar siswa, dan menilai apa yang telah dipelajari. Prosedur-prosedur ini terdiri dari :

a. Tahap Proses Sadar Belajar b. Tahap MerEncanakan Belajar c. Tahap Memantau Belajar

d. Tahap Refleksi Mengevaluasi belajar

6. Perkembangan Metakognitif Anak

Berkenaan dengan pentingnya metakognisi dalam keberhasilan belajar, maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan cara meningkatkan metakognisi mereka. Mengembangkan metakognisi peserta didik dalam pembelajaran berarti membangun pondasi untuk belajar secara aktif dan optimal. Kemampuan metakognitif anak tidak muncul dengan sendirinya, tetapi memerlukan latihan sehingga menjadi kebiasaan. Suherman menyatakan bahwa perkembangan metakognitif anak dapat diupayakan melalui cara dimana anak dituntut untuk mengobservasi tentang apa yang mereka ketahui dan kerjakan, dan untuk merefleksi tentang apa yang dia observasi. Oleh karena itu sangat penting bagi guru atau pendidik (termasuk orangtua) untuk mengembangkan

16


(31)

kemampuan metakognitif baik melalui pembelajaran ataupun mengembangkan kebiasaan dirumah.17

C. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan secara umum dapat diartikan dari dua segi yaitu segi bahasa dan istilah. Dalam bahasa Indonesia pendidikan berasal dari kata “didik” lalu kata ini mendapatkan awalan “pe” dan akhiran “an” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan member latihan diperlukan adanyaajaran, tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan fikiran.18

Sedangkan dalam bahasa Arab, pengertian kata pendidikan sering digunakan pada beberapa istilah, antara lain, al-ta’lim, al tarbiyah, dan al-ta’dib. Namun demikian, ketiga kata tersebut memiliki makna tersendiri dalam menunjuk pengertian pendidikan. Kata ta’lim merupakan masdar dari kata „allama yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian, atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan. Penunjukkan kata al-ta’lim pada pengertian pendidikan, sesuai dengan firman Allah SWT.19







































Artinya : “Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (QS: Al-Baqarah : 31)

Kata al-tarbiyah, merupakan masdar dari kata rabba yang berarti mengasuh, mendidik, dan memelihara.20 Sedangkan kata al’ta’dib merupakan masdar dari kata addaba yang dapat diartikan kepada

17Op.cit.,21 18

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), cet III, h.10

19

Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan,(Jakarta: Gaya Media Pratama,2001), h.85-86

20Ibid,


(32)

proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik.21

Mengenai pengertian pendidikan menurut istilah disampaikan oleh beberapa tokoh, antara lain :

William Mc Gucken, SJ. Yang dikutip Oleh Muzayyin beliau adalah seorang tokoh pendidikan katolik berpendapat, bahwa pendidikan diartikan oleh ahli skolastik, sebagai suatu perkembangan dan kelengkapan dari kemampuan-kemampuan manusia, baik moral, intelektual, maupun jasmaniah yang diorganisasikan, dengan atau untuk kepentingan individual atau sosial dan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang bersatu dengan penciptanya sebagai tujuan akhirnya.22

Anton Moelino, yang dikutip oleh Samsul Nizar beliau mendefinisikan pendidikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan: proses, perbuatan, dan cara-cara mendidik.23

Dari beberapa pengertian diatas pengertian dapat diartikan sebagai suatu aktifitas yang teratur, sistematis, yang dilakukan secara sadar oleh orang dewasa dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan dan kepribadian anak dengan jalan pembinaan potensi-potensi pribadi yang dimilikinya. Baik jasmani maupun rohani. Setelah menguraikan istilah pendidikan secara umum, penulis selanjutnya membahas tentang pengertian pengertian islam dan pendidikan agama islam.

Menurut Tayar Yusuf yang dikutip dalam buku Abdul Majid mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan

21

IbidI,h.90

22

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.14

23Op.cit,


(33)

keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT. Sedangkan menurut A.Tafsir, pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran islam.24

Menurut Zakiah Daradjat (1987:87) pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan pengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu kegiatan atau usaha. Sesuatu kegiatan akan berakhir apabila tujuannya telah tercapai. Jika tujuan itu bukan tujuan akhir, kegiatan berikutnya akan dimulai untuk mencapai tujuan selanjutnya dan terus begitu sampai kepada tujuan akhir.25

Pendidikan Islam merupakam proses bimbingan dan membina fitrah peserta didik secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi peserta didik sebagai muslim sempurna (insan kamil) yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik.

Tujuan Pendidikan Agama Islam, menurut beberapa pendapat para ahli, antara lain :

a. Dr. Zakiah Daradjat, dkk, membagi tujuan pendidikan Islam ini dalam 4 (empat) bagian. Yaitu tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara, dan tujuan operasional. Sebagai tujuan umum pendidikan meliputi sikap, tingkah laku, penampilan kebiasaan,dan pandangan. Tujuan sementara dari pendidikan Islam beliau berpendapat bahwa proses pendidikan itu yang dianggap sebagai

24

Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,(Bandung: PT. Remaja Rosdakaya,2004), h.130

25

Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam,(Jakarta: Bumi Aksara,1996), cet.I, h.72


(34)

tujuan akhirnya adalah insan kamil yang mati dan akan menghadap Tuhan-Nya. Sedangkan yang menjadi tujuan sementara yang dimaksud oleh Zakiah Daradjat ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal, tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.26

b. Al-Abrasyi menurutnya bahwa pendidikan Islam memiliki 5 (lima) tujuan pokok, antara lain :

1) Sebagai pembentukan akhlak mulia 2) Persiapan untuk kehidupan dunia akhirat

3) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi pemanfaatan. Keterpaduan antara agama dan ilmu akan dapat membawa manusia kepada kesempurnaan

4) Menumbuhkan roh ilmiah para pelajar memenuhi keinginan untuk mengetahui serta memiliki kesanggupan untuk mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu

5) Mempersiapkan para pelajar untuk suatau profesi terstentu sehingga ia mudah mencari rezeki.27

Demikian beberapa pendapat rumusan tujuan pendidikan Islam, makna dan fungsinya dalam upaya pembentukan kepribadian, pepaduan iman dan amal soleh, yaitu keyakinan adanya kebenaran mutlak yang menjadi satu-satunya tujuan hidup dan sentral pengabdian diri dan perbuatan yang sejalan dengan harkat dan martabat kemanusiaan.

Tujuan pendidikan agama adalah agar para siswa memiliki akhlak yang tinggi, beriman yang ditunjukkan oleh perilaku-perilaku yang terpuji dalam interaksinya dengan manusia dan lingkungannya.

26Ibid, h.18 27Ibid,


(35)

Pendidikan agama membantu anak didik menjadi insan kamil yaitu ia mempunyai kualitas hubungan yang amat baik, baik kepada Allah SWT, terhadap manusia dan terhadap lingkupnya yang lain.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup pendidikan agama islam adalah berkaitan dengan persoalan-persoalan yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat pendidikan Islam yang ada, baik yang ada dimasa sekarang maupun yang ada dimasa yang akan datang. Dengan kata lain, pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi (cita-cita) Islam sehingga ia dengan mudah dapat membenuk dirinya sesuai dengan ajaran Islam. Artinya ruang lingkup pendidikan Islam telah mengalami perubahan sesuai tuntunan waktu yang berbeda-beda karena sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan ilmu dan teknologi.28

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Al-Qur‟an dan Hadits 2. Aqidah

3. Akhlak 4. Fiqih

5. Tarikh dan Kebudayaan Islam

Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan keselarasan, dan keserasian antara hubungan mnusia dengan Alllah SWT, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.29

28

Djumran Syah & Abdul Malik Karim, Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press,2007), cet.I,h.25-26

29

Standar Isi Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama (SMP), PERMENDIKNAS NO 22 TAHUN 2006


(36)

4. Kerangka berfikir

Kerangka berfikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta observasi dan telaah kepustakaan.30 Pendidikan agama islam di sekolah adalah suatu mata pelajaran yang masih dipandang sebelah mata oleh para siswa, padahal mata pelajaran pendidikan agama islam termasuk mata pelajaran wajib di sekolah, oleh karena itu diperlukan nya kesadaran dari siswa untuk membuat strategi yang baik dalam mempelajari pendidikan agama islam tersebut.

Adapun faktor keberhasilan dalam proses pembelajaran siswa terbagi menjadi dua yaitu ekternal dan intrnal. Dalam penenilitan ini metakognitif adalah termasuk dalam faktor keberhasilan internal karena metakognitif itu sendiri adalah kesdaran diri sendiri tentang apa yang harus dia lakukan dalam memahami suatu mata pelajaran.

Pada penelitian kali ini, penulis akan meneliti bagaimana keadaan metakognitif siswa disekolah dalam mempelajari pendidikan agama islam ini.

D. Hasil penelitian yang relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian iniantara lain penelitian yang dilakukan oleh :

1. Ahmad Zaenudin, dengan judul Metakognitif siswa pada pembelajaran pendidikan agama islam melalui metode problem solving. Penelitian tersebut menyatakan bahwa ketika diterapkannya metakognitif pada mata pelajaran pendidikan agama islam di MA Manartul Islam Jakarta dengan menggunakan metode problem solving maka prose pembelajaran yang diikuti oleh siswa yang dipandu langsung oleh bapak Rian Afgan S.Pd.I dapat membantu siswa dalam hal :

a. Membantu peserta didik dalam mengembangkan strategi belajar

30


(37)

b. Membimbing pembelajaran dalam mengembangkan kebiasaan siswa dalam mengolah sendiri, kebiasaan perfikir positif, kebiasaan berfikir krestif dan kebiasaan untuk bertanya.

c. Dari temuan peneliti ditemukan bahwa, sebagian dari siswa dapat diketahu imetakognitifnya dan juga siswa sangat senang, termotivasi disaat proses pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving.31

2. Abdillah, dengan judul efektifitas pembelajaran berbantuan media audio visual melalui metakognitif terhadap pelajaran PAI SMP Al Falah, penelitian tersebut menyatakan bahwa :

a. Pembelajaran dengan bantuan media audio visual sangat efektif, ini ditujukkan dengan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah penulis tetapkan dalam rencana programpengajaran atau mencukupinya waktu yang disediakan untuk proses pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran dapat diketahui melalui hasil uji kogitif dan wawancara terhadap siswa.

b. Proses metakognitif siswa yang yang belajar melalui media audio visual dilakukan dengan cara memotivasi diri sendiri, konsentrasi/memokuskan perhatian. Mengolah informasi, mengingat dan memberikan umpan balik, dengan melakukan tahapan-tahapan tersebut maka pengetahuan akan diperoleh oelh siswa yang sedang belajar.

c. Siswa yang memiliki kemampuan metakognitif akan lebih mandiri dalam belajar, kreatif, dan mampu mengeksplorasi pengetahuan tanpa batas.32

31Ahmad Jaenudin, “Metakognitif Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui Metode Problem solving “, Skripsi pada FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h.67-68., tidak dipublikasikan.

32Abdillah, “Efekt

ifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui Metakognitif Terhadap PelaJaran PAI Di SMP Al-Falah, Skripsi dari FITK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, h.70-71, 2011


(38)

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam usaha memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi secara langsung yang akan dilaksanakan di MAN 16 Jakarta yang beralamat di Jalan Jl. Kamal Raya No.3 Tegal Alur Jakarta Barat.

B. Latar Penelitian

1. Latar

a. Latar Fisik

MAN 16 Jakarta berada di tengah-tengah perkampungan penduduk. Lokasi untuk menjangkau sekolahnya pun sangat strategis, dapat dirempuh dengan jalan kaki, naik angkot ataupun dengan naik ojek. Bangunan sekolah merupakan bangunan pemerintah yang berdiri sejak 2009. Dari tahun ketahun selalu bertambah jumlah gedungnya agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar.

Terdapat bagian depan gedung sekolah ada sebuah pagar sebagai pintu utama untuk masuk kedalam sekolah. Dibagian depannsekolah terapat satu pos satpam, kemudian tidak jauh dari pos satpam terdapat masjid yang lumayan besar untuk para siswa-siswi MAN 16, juga guru-guru nya. Ada pula 4 kolam ikan ternak hasil budi daya siswa-siswi Man 16. Dibagian gedung yang Terdiri dari tiga lantai, lantai terdapat ruang kepala sekolah, ruang guru-guru dan staf TU, lantai kedua gatau, lantai ketiga gatau juga Adapun jumlah kelas secara kesluruhan berjumlah 13 kelas dan berjumlah 636 siswa.

b. Latar Sosial

Lingkungan sosial yang tercipta di MAN 16 Jakarta ini cukup harmonis dan religious. Hal ini dapat dilihat dengan adanya hubungan baik antara guru dan kepala sekolah. semua menjalankan masing-masing tugasnya dengan sangat baik. Bahkan kepala sekolah sering


(39)

mengontrol dan berbincang-bincang kepada guru-guru dan karyawan sekolah. hal yang sama juga dilakukan kepada para siswa nya suasana yang harmonis dan humoris sungguh sangat jelas terlihat, tidak ada batas kepala sekolah dengan siswa melainkan seperti seorang anak dengan orangtuanya.

Kegiatan keagamaan di MAN 16 Jakarta ini sangat baik, karena siswa setiap hari diwajibkan untuk sholat dhuha disekolah di sela-sela istirahat pertama, di istirahat kedua siswa sholat dzuhur berjamaah yang diimami langsung oleh guru, disini sangat terlihat sekali guru menjadi suri tauladan untuk siswa-siswa nya. Sebelum memulai pelajaran siswa dibiasakan untuk tadarus secara berjamaah yang di pimpin oleh siswa, dan yang memimpin tadarus itu diatur secara bergantian setiap harinya.

Kemudian kedisiplinan staf pengajar MAN 16 Jakarta patut dibanggakan. Misalnya, ketika siswa terlambat datang ke sekolah dihukum sesuai dengan waktu keterlambatannya, terlambat lima menit hukumannya membersihkan halaman sekolah, membersihkan perpustakaan ataupun membersihkan kamar mandi. Begitupun ketika bel sekolah berbunyi maka guru yang satu dengan guru yang lain saling mengingatkan untuk masuk kelas dan segera menjalankan tugasnya. tidak hanya guru tetapi siswa pun ketika bel berbunyi harus segera masuk kedalam kelas, apabila terlambat maka ada hukuman tertentu untuk siswa tersebut.

Kedisiplinan di MAN 16 Jakarta ini juga sangat terlihat pada kedisiplinan dan kelengkaoan alat sekolah. Siswa tidak diisinkan membawa handpone, seragam sekolah diwajibkan memakai baju yang rapih. Seluruh siswa diwajibkan memakai seragam dari sekolah, begitupun dengan jilbab sekolah untuk perempuan sudah disediakan oleh sekolah agar seluruh siswa menjadi selaras. Untuk siswa laki-laki diwajibkan memakai dasi begitupun dengan tujuan yang sama agar terlihat rapih dan selaras.


(40)

c. Entri

Peneliti masuk pertama kalinya saat observasi awal yakni di bulan November 2014. Kepala Sekolah MAN 16 Jakarta sangat menyambut dengan senang hati atas kehadiran peneliti. Guru-guru serta staf-staf yang lain pun memperlihatkan sikap yang sangat ramah dan membantu peneliti dalam proses penelitian, sehingga sangat mempermudah dalam proses penelitian untuk mengenal lebih dalam siswa dan kemudahan dalam memperoleh informasi yang terkait dengan penelitian.

C. Metode Penelitian

Didalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian dengan metode

kualitatif, dan pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif. Yaitu penelitian yang bermaksud untuk menggambarkan tentang suatu variabel gejala atau keadaan apa adanya, dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu.1 Adapun menurut. E Kristi Poerwandari menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif sampel tidak diambil secara acak tetapi justru dipilih mengikuti kriteria tertentu.2

Menurut Bodgan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J Moloeng mendefinisikan “metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 3

Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Riset ini tidsk mengutamakan besar populasi atau sampling, bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas.4Adapun penulisan skripsi ini, penulis mengacu kepada buku pedoman penulisan karya ilmiah yang diterbitkan

1

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet.10, h.234

2

E. Kristi Poerwanari, Pendkatan kualitatif dalam penelitian psikologi, (Jakarta: LP3ES, 1998), Cet.1,h.102

3

Lexy J.Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2000), h.3

4

Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2008), h.56


(41)

oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.

1. Tahap Pra Lapangan

Langkah pertama yang peneliti lakukan adalah membaca situasi sekolah, kondisi yang terjadi saat ini disekolah untuk pengamatan awal adalah, sebagian siswa dalam proses pembelajaran dan dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta menunjukkan prestasi yang baik dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang metakognitif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan difokuskan pada proses pembelajaran siswa didalam kelas, dan persiapan siswa dalam mengikuti mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Aapun beberapa tahapan yang peneliti lakukan dalam hal ini adalah : a. Menyusun Rencana Penelitian

Rencana penelitian yang akan dilakukan peneliti lakukan sesuai dengan apa yang telah di tulis dalam bab I (penahuluan) yakni Metakognitif Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MAN 16 Jakarta. Adapun fokus penelitian ini adalah bagaimana keadaan metakognitif siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam, pada pemahaman materi fakta, konsep dan prosedur dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.

b. Memilih Lapangan Penelitian

Lokasi yang dipilih oleh peneliti adalah MAN 16 Jakarta, peneliti memilih lokasi ini, karena lokasinya yang strategis dan mudah dijangkau. Selain itu sekolah ini merupakan salah satu sekolah unggulan di Jakarta, agar memperoleh data-data dan hasil penelitian yang baik.


(42)

c. Mengurus Perizinan Penelitian

Sebelum peneliti melakukan penelitian di MAN 16 ini, peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada dosen pembimbing, setelah itu peneliti membuat surat izin penelitian, setelah surat izin penelitian disetujui oleh Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, kemudian peneliti membawa dan menyerahkan surat tersebut kepada pihak MAN 16 Jakarta barat.

2. Tahap Lapangan

a. Memahami Latar Lapangan dan Pemahaman Diri

Peneliti harus mulai memahami situasi dan kondisi di MAN 16 Jakarta dan menyiapkan diri sepanuhnya. Penampilan fisik yang baik serta berprilaku yang menyesuaikan dengan norma-norma, niilai-nilai, kebiasaan serta adat istiadat yang ada di MAN 16 Jakarta ini.

b. Memasuki Lapangan

Ketika peneliti sudah berada dilapangan, peneliti berupaya untuk membentuk hubungan yang akrab, terbuka dan saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi, dan apabila hubungan tersebut sudah tercipta dengan baik, maka diharapkan informasi yang diperoleh akurat.

c. Berperan Serta Mengumpulkan Data

Peneliti ikut serta dalam dalam penelitian ini sebagai bagian dari penelitian. Dalam hal ini peneliti turut serta membantu guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar.di dalam kelas. Dalam kegiatan penelitian ini, peneliti melaksanakan pengumpulan data dengan dengan menerapkan teknik pengamatan secara langsung, wawancara, dan lain-lain dengan menggunakan alat bantu seperti Handphone


(43)

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan suatu penelitian yang merupakan langkah penting dalam metode ilmiah, oleh karena itu, pengumpulan data mutlak diperlukan dalam suatu penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini meliputi :

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu pengumpulan data penelitian yang memiliki peranan cukup banyak dalam menemukan masalah-masalah yang ingin diperoleh di lokasi penelitian. Observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut.5

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung, pengamatan yang berstruktur, dan berperan serta secara lengkap. Pengamatan langsung adalah cara mengumpulkan data yangdilakukan melalui pengamatan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yang pelaksanaannya langsung pada tempat dimana suatu peristiwa keadaan atau situasi terjadi. Pengamatan yang berstruktur adalah pengamatan yang dilakukan peneliti dimana peneliti telah mengetahui aspek apa dari aktifitas yang relevan dengan masalah serta tujuan penelitian.6

2. Wawancara

Wawancara aalah saah satu teknik penelitian dengan cara mengadakan tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.7 Dan tatap muka antara penelitian (interviwer) dengan yang diteliti (interviewe). wawancara ini dilakukan kepada pihak-pihak yang ada kaitannya dengan penelitian skripsi ini.Adapun

5

Op.cit,h.62

6

Moh Nazir, Metode Penelitian , (Jakarta: GhaliaIndonesia, 1983), h.219

7

Husaini Usman & Purnomo Setiady Akbar , Metodologi penelitian sosial,h.55


(44)

wawancara dengan siswa, dilakukan pada siswa dan siswi kelas XI IPA yang berjumlah 38 siswa, terdiri ari 11 siswa laki-laki, dan 27 siswi perempuan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu bahan tertulis atau terfilemkan yang dijadikan sebagai data dalam suatu penelitian. Dokumentasi dapat berupa rekaman, gambar, arsip, dan lain-lain.8 data tersebut dapat dijadikan sebagai penunjang dan pelengkap data yang dihasilkan dalam penelitian.

Dokumentasi yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini berupa foto-foto, rekaman dan hasil transkip wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada objek-objek penelitian yang terkait dengan penelitian ini

E. Pengecekan Keabsahan Data

1. Kredibilitas (Credibility)

Kredibilitas merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan ari responden sebagai informan.9

Dalam hal ini ada beberapa cara yang dilakukan, diantaranya adalah :

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan adalah lamanya keikutsertaan peneliti pada latar penelitian. dengan perpanjangan pengamatan ini diharapkan agar hubungan peneliti dengan nara sumber akrab, tidak ada jarak lagi, terbuka dan saling mempercayai sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan lagi.10 Apabila telah

8

A. Chaedar Alwashilah , Pokoknya Kualitatif, (Jakarta: Pustaka Jaya,2011), h.111.

9

Nasution, Metodologi Penelitian Naturalistic Kualitatif, (Bandung: Trsito,1988), h.126

10

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kualitatif,


(45)

terbentuk dan terjalin keakraban hubungan ini, maka kehadiran peneliti tidak akan dianggap mengganggu lagi tehadap tempat penelitiannya.

Dalam rangka memperoleh hubungan keakraban ini, peneliti ikut serta dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan penelitian ini. Keikutsertaan peneliti terhadap pengamatan ini mulai dari 14 November 2014 sampai dengan 16 Desember 2014.

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan bertujuan menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.11 Dengan kata lain bahwa ketekunan pengamatan adalah melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.12

Dalam ha ini, peneliti berusaha mempelajari dan menelaah setiap data yang diperoleh secara rinci dan teliti, sehingga bisa fokus pada suatu titik permasalahan. Dalam rangka meningkatkan ketekunan pengamatan maka peneliti membaca referensi maupun hasil-hasil penelitian ataupun dokumentasi-dokumtasi yang terkait dengan temuan penelitian.

c. Triangulasi

Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan menggunakan sumber lainnya.13 Pada penelitian ini, penulis membandingkan data yang di peroleh dari observasi dengan hasil wawancara beberapa siswa dan guru dalam rangka

11

Lexy. J Moleong, op. cit , h.177

12

Sugiyono. op.cit, h.124


(46)

membantu peneliti dalam meningkatkan derajat kepercayaan data yang di peroleh. Melalui pengecekan tersebut ternyata data yang diperoleh penulis terdapat banyak persamaan dengan pernyataan beberapa sumber yang diwawancarai.

d. Diskusi Teman Sejawat

Dalam hal ini peneliti melakukan diskusi analitik dengan beberapa teman sejawat diantaranya, Eva Faujiyah, Nurfauziah, Fitri handayani, Widya Rafika, Deby Utami Rizki, Fadli Mart Gultom S.Pd.I, dan teman-teman kelas A angakatan 2010 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, mengenai hal-hal yang terkait dengan metode penelitian, metode penelitian apa yang tepat dalam penelitian ini, instrumen wawancara dan lain-lain.

Dengan melakukan sebuah diskusi yang sering dilakukan oleh peneliti ini, diharapkan peneliti bisa bersikap terbuka dalam mengungkapkan peristiwa yang terjadi, mampu bersikap jujur dan lapang dada dalam menerima kritik dan saran dari teman-teman sejawat.

e. Kecukupan Referensi

Kecukupan referensi disini artinya adanya data pendukung untuk membuktikan dat yang telah ditemukan dilapangan. Sebagai contoh, hasil wawancara perlu didukung dengan rekaman hasil wawancara. Data tentang interaksi manusia atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto.14

Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan alat-alat bantu perekam data melalui Handphone, Camera SLR untuk kualitas hasil foto prnrlitian yang baik, penggunaan alat bantu ini juga bertujuan untuk mendukung kredibilitas data yang ditemukan di lapangan.

14ibid,


(47)

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian data kualitatif Bodgan dan Biklen yang dikutip dalam buku Sugiyono menjelaskan bahwa teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperolah melalui hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.15

Sedangkan Lexy J Moleong menjelaskan bahwa teknik analisis data adalah proses mengorganisaikan dan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pekerjaan analisis data adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan mengatagorikannya. Pengorganisasian dan pemgolahan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substansif.16 Dengan demikian, analisis data disini adalah proses pemberian makna kepada data yang diperoleh dari lapangan dengan melakukan pengaturan, pengelompokkan, mengurutkan dan sebagainya sehingga data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan diharapkan dapat menghasilkan teori baru.

Setelah proses pengumpulan data (Observasi, Wawancara dan Dokumentasi), dilakukan pengkodingan dan dikelompokan. Dalam penelitian kualitatif data coding atau pengodean data memegang peranan penting dalam proses analisis data, dan menentukan kualitas abstraksi data hasil penelitian.Salah seorang sosiolog bernama Anselm Strauss pernah mengatakan demikian “Setiap peneliti yang berkeinginan untuk menjadi mahir dalam melakukan analisis kualitatif,

15

Sugiyono.Op.cit.334

16


(48)

harus belajar mengodekan data dengan baik dan mudah. Keunggulan penelitian sebagian besar terletak pada keunggulan pengodean data”.17

Akan tetapi, dalam berbagai literatur mengenai penelitian kualitatif di indonesia, tidak banyak orang yang membicarakan tata cara atau teknik-teknik dalam pengodean, meskipun pengodean merupakan hal yang penting dalam proses analisis.18 Karenanya langkah penting pertama sebelum analisis dilakukan adalah membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetil sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang yang dipelajari. Dengan demikian pada gilirannya peneliti akan dapat menemukan makna dari data yang dikumpulkannya.19

Penulis melakukan teknik analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, data pendukung dan data utama ditranskripkan. Kemudian, transkip yang diperoleh dari hasil wawancara diseleksi dan diserahkan dengan menggunakan kategorisasi atau pengkodingan agar mempermudah proses pengklasifikasian. Selanjutnya hasil kategorisasi tadi dideskripsikan, diterjemahkan dan dianalisa dan memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian.

G. Deskripsi Data

1. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian kualitatif dipahami sebagai data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.20 Data dalam penelitian kualitatif bukanlah berbentuk berdasarkan tabel angka-angka atas hasil pengukuran atau penilaian secara langsung yang mana dianalisis secara statistik. Data kualitatif adalah data yang berupa

17

http://josephrdaniel.wordpress.com/2013/08/16/coding-sebuah-proses-penting-dalam-penelitian-kualitatif/

18Ibid . 19

E. Kristi Poerwanari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi,

(Jakarta: LP3ES, 1998), Cet.1,h.102

20

A.Chaedar Al washilah, Pokoknya Penelitian Kualitatif ,(Jakarta:Pustaka Jaya, 2011), h.105


(49)

informasi kenyataan yang terjadi di lapangan, Dan Menurut Lexy J. Moleong menyebutksn bahwa, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan sedangkan data tertulis, foto, rekaman, dan statistik adalah data tambahan.21

a. Data Utama

Data utama berupa kata-kata yang diperoleh peneliti mulai dari wawancara dan data yang diperoleh melalui observasi. Langkah pertama peneliti melakukan wawancara dilaksanakan dengan pihak yang terkait, yaitu semua warga sekolah di MAN 16 Jakarta, diantaranya siswa dan siswi kelas XI IPA I Dalam memilih dan memanfatkan sumber informasi yang akan diperoleh dari seorang informan, perlu ditentukan bahwa seorang informan adalah orang-orang yang mengetahui tentang situasi dan kondisi daerah atau lingkungan penelitian, jujur, terbuka, dan mau memberikan data yang benar dan akurat. Langkah kedua, Observasi atau pengamatan secara langsung. Data yang dikumpulkan yaitu data mengenai Metakognitif Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MAN 16 Jakarta.

b. Data Tambahan

Data tambahan yakni berupa sumber tertulis dan dokumentasi. Sumber tertulis ini berupa data-data yang diperoleh dari MAN 16 Jakarta. Seperti format program tahunan, profil sekolah, keadaan guru, keadaan siswa, sarana dan prasarana yang ada di MAN 16 Jakarta. Sedangkan dokumentasi seperti foto-foto, dan rekaman untuk penunjang data-data yang diperoleh dari MAN 16 Jakarta agar diterima keabsahannya.

2. Gambaran Subjek

a. Karakteristik

Berikut adalah tabel yang dapat menggambarkan karakteristik umum dari seluruh subjek penelitian ini.

21

Lexi J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988), h.110


(50)

Tabel 3.1

No Nama Jenis

Kelamin Kelas

1. Andhika Yuda Pratama L XI IPA 1 2. Muhammad Ibathul Azizi L XI

IPA 1

3. Dwi Lestari P XI

IPA 1 4. Ulfa Suci Rahayu P XI

IPA 1

b. Gambaran Diri Subjek

Adapun siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa yang secara sukarela yang mempunyai keinginan sendiri untuk membantu peneliti didalam penelitian ini. Siswa-siswa yang diambil bervariasi dari latar belakang yang berbeda-beda.

Subjek yang pertama ia beralamat di daerah Tegal Alur Jakarta Barat dan mempunyai seorang bapak yang bekerja di sebuah kantor keagamaan, dan mempunyai seorang ibu yang berprofesi seorang guru sekolah dasar di daerah Tegal Alur. Informan ini adalah anak pertama dari dua bersaudara, selain menuntut ilmu di MAN 16 ini ia juga aktif dakam kegiatan OSIS dan ekstrakulikuler bidang olahraga yaitu tenis meja.22

Selanjutnya informan yang menjadi subjek kedua adalah informan yang bertempat tinggal didaerah Kosambi Jakarta Barat. Ia mempunyai seorang bapak yang bekerja sebagai wirausahawan dan mempunyai seorang ibu sebagai ibu rumah tangga. Informan aalah anak ketiga dari empat bersaudara. Ia tidak terlalu aktif dalam kegiatan osis karena bukan salah satu anggota osis, akan tetapi ia sangat aktif didalam ekstrakulikuler rohis. Dan ia juga pernah menjadi juara pertama lomba

22

Hasil Wawancara dengan Informan 1 (Andhika), siswa kelas XI IPA I MAN 16 Jakarta, Pada Hari Senin tanggal 24 November 2014.


(51)

MTQ se-jakarta barat, sungguh prestasi yang luar biasa. Selain belajar ilmu agama di MAN 16 ini, ia juga rajin mengaji dirumahnya. Setiap malam ia rutin mengaji bersama teman disekitar rumahnya, bahkan apabila ada hal yang kurang ia pahami sekitar pelajaran agama, ia selalu menanyakan kembali kepada guru mengajinya tersebut.23

Adapun informan selanjutnya yang beralamat di Prepedan Dalam Jakarta Barat, ia anak kedua dari dua bersaudara. informan mempunyai bapak seorang yang bekerja di kantor dan mempunyai ibu seorang ibu rumah tangga. Ia tidak aktif dalam kegiatan OSIS dan tidak aktif pula dalam kegiatan ekstrakulikuler. Informan termasuk siswa yang pandai bergaul, bahkan dengan peneliti pun ia sangat akrab sekali seperti sudah kenal lama. Ia adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Menurutnya mengikuti ekstrakulikuler itu harus dari hati, karena ia tidak mempunyai keimginan jadi ia tidak mengikuti ekstrakulikuler tersebut, ia hanya mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik, menurutnya belajar dengan sebaik mungkin itu sudah lebih dari cukup. Informan selanjutnya beralamat di Jl Rawa Melati Jakarta Barat, dan juga pernah mengikuti kegiatan OSIS, dan selain belajar agama di sekolah ia juga aktif mengikuti pengajian di rumah, bahkan ia sudah belajar menjadi pendidik di pengajian tersebut, ia dipercaya untuk mengajar anak-anak kecil. Informan adalah anak tunggal dan mempunyai ayah seorang Guru mengaji dan bekerja sebagai penghulu dan mempunyai ibu seorang Guru ngaji pula, beliau memimpin salah satu pengajian ibu-ibu dirumahnya. Dari rumah ke sekolah ia naik angkot kira-kira 200 meter ke sekolah, tak jarang ia jalan kaki karena aerah sekitar sekolah sering sekali macet. ia salah satu siswa yang aktif dalam kegiatan OSIS dan aktif dalam ekstrakulikuler rohis khususya dalam bidang MTQ dan Marawis, menurutnya kedua ekskul tersebut itu adalah hobinya, jadi ia mengikuti ekstrakulikuler tersebut sangat

23

Hasil Wawancara dengan Informan 2 ( Ibhatul), Siswa kelas XI IPA MAN 16 Jakarta, Pada Hari Senin tanggal 24 November 2014.


(52)

bersemangat, bahkan ia mempraktikannya dirumah kepada anak-anak pengajiannya dirumah24.

24

Hasil Wawancara dengan Informan 4 (Dwi), siswa kelas XI IPA I MAN 16 Jakarta, Pada hari Senin tanggal 24 November 2014.


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. MAN 16 Jakarta

1. Sejarah Berdirinya

Sesuai dengan namanya Marasah Aliyah Negeri (MAN) 16 Jakarta adalah lembaga pendidikan formal setingkat SLTA yang berciri khas islam. Lembaga ini telah berdiri sejak tahun 2006 yang beralamat di Jl. Kamal Raya No.3 Tegal Alur Kalideres Jakarta barat yang berhadapan langsung dengan Pusat Pelatihan Kerja Daerah (PPKD) Jakarta Barat. Sebelumnya Marasah Aliyah Negeri (MAN) 16 Jakarta kelas jauh (Kampus B) dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 12 Jakarta. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama No.49 Tahun 2009 Tanggal 06 Maret 2009, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 16 Jakarta berdiri secara mandiri. Pada tanggal 10 November 2009, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 16 Jakarta memperoleh akreditasi A dari badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah Provinsi DKI Jakarta. Di MAN 16 Jakarta ini sama dengan SMA yang lain mempelajari banyak ilmu pengetahuan umum, akan tetapi disini menambahkan mata pelajaran-pelajaran Agama Islam yang tidak diajarkan secara lebih mendalam di SMA pada umumnya. Di MAN 16 Jakarta menyelenggarakan pembelajaran dengan Sisrem Kredit Smester (SKS) dan juga menerapkan model mooving class. MAN 16 Jakarta ini didirikan sebagai suatu wujud serta dalam pembangunan generasi muda dan kepedulian dalam meningkatkan mutu pendidikan, baik dibidang IPTEK maupun IMTAQ. Para siswa dibekali keterampilan melalui adanya penyaluran minat dan bakat sebagai bekal dimasa mendatang dalam rangka era globalisasi MAN 16 Jakarta menjadi alternatif yang memiliki pengalaman penting dalam pendidikan, pembentukan watak, kepribadian dan kualitas bangsa yang akan datang. Disini siswa-siswinya dipersiapkan mental dan spiritualnya ke arah yang lebih positif dengan penekanan keagamaan yang baik, agar mereka dapat menyeimbangkan antara kehidupan duniawi dan yang tak kalah


(54)

pentingnya kehidupan ukhrawi nanti. Semoga dengan adanya keseimbangan keilmuan ini mereka lebih dapat terkontrol dan mandiri.1

2. Identitas Sekolah

Tabel 4.1

No Identitas Madrasah

1 Nama Madrasah MA Negeri 16 Tegal Alur

2 NPSN 60725012

3 Nomor Statistik Madrasah 131 131 730 004

4 Alamat Madrasah Jalan Kamal Raya No.03 5 Kelurahan Tegal Alur

6 Kecamatan Kalideres

7 Kota Jakarta Barat

8 Provinsi DKI Jakarta

9 Telepon/Fax 021-55963525

10 Email man16jakarta@yahoo.co.id

11 Tahun Bersdiri 2009 12 Luas Tanah 7.851 m2 13 Luas Bangunan 780 m2 14 Luas Halaman 7.071 m2

3. Visi Dan Misi MAN 16 Jakarta

a. Visi

Terwujudnya lulusan yang religius, mandiri dan kompetitif.

b. Misi

1) Mnumbuhkembangkan kebiasaan pengamalan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.

2) Meningkatkan motivasi belajar dalam berbagai kondisi yang dihadapi.

1


(55)

3) Melaksanakan pelayanan dan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan sehingga peserta didik apat berkembang secara optimal.

4) Menumbuhkan semangat bersaing secara sehat kepada seluruh warga madrasah, baik dalam kehidupan akademik maupun non akademik.2

4. Keadaan Siswa, Guru dan Staf

a. Keadaan Personil

Dalam melaksanakan visi dan misinya, Madrasah Aliyah Negeri 16 Jakarta dipimpin oleh Kepala Madrasah dan dibantu oleh 3 (tiga) orang Wakil Kepala Madrasah.

1) Kepala Madrasah

Nama : Samsurial, S.Pd

Tempat, Tgl. Lahir : Padang, 13 Januari 1972

NIP : 197201132000121001

Pangkat/Golongan : Pembina ( IV a ) Pendidikan Terakhir : S1 UNJ, Tahun 2000.

2) Wakil Kepala Madrasah

a) Bidang Kurikulum

Nama : Aceng Solihin, MA NIP : 197909202005011010 Pangkat/Golongan : Penata ( III c )

Pendidikan Terakhir : S2 UIN Jakarta, Tahun 2008.

b) Bidang Kesiswaan

Nama : Drs. Kandi Yunus, M.Pd

NIP : 196703041998031003

Pangkat/Golongan : Pembina ( IV b )

Pendidikan Terakhir : S2 UHAMKA, Tahun 2008.

c) Bidang Humas, Sarana dan Prasarana

Nama : Wido Prayoga, S.Pd

2


(56)

NIP : 198004162005011005 Pangkat/Golongan : Penata ( III c )

Pendidikan Terakhir : S1 UNS, Tahun 2003.3

3. Pendidik

Pada Tahun Pelajaran 2014/2015 ini, Madrasah Aliyah Negeri 16 Jakarta memiliki 32 orang pendidik, 11 orang PNS dan 21 orang Honorer. Adapun datanya sebagai berikut :

Tabel 4.2

No Nama Pendidikan

Terakhir

Status Mengajar

1 Samsurial, S.Pd S1 PNS Fisika 2 Drs. Kandi Yunus,

M.Pd

S2 PNS Pkn

3 Dra. Umi Hani S1 PNS Fikih

4 Aceng Solihin, MA S2 PNS Bahasa Arab 5 Wido Prayoga,

S.Pd

S1 PNS Sejarah

6 Idris, M.Pd S2 PNS Ekonomi

7 Titik Munti’ah R,

M.Pfis

S2 PNS Fisika

8 Sri Wahyuni M,MM

S2 PNS Seni dan

Budaya 9 Nony Priany, S.Pd S1 PNS Matematika 10 Yeyet Rustini, S.Pd S1 PNS Kimia 11 Ibakhta Padlan, S.E S1 PNS Ekonomi 12 Sayudi, S.Pd.I S1 Honorer Akidah Akhlak 13 Widiastuti, S.Pd S1 Honorer Matematika 14 Suryanto, S.Pd S1 Honorer Penjaskes 15 Siti Marwiyah, S1 Honorer Biologi

3


(57)

S.Pd

16 Dra. Endang Suhartini

S1 Honorer Bahasa Indonesia 17 Ahmad Nasrullah,

S.Pd

S1 Honorer Bahasa Inggris

18 Intan Nurul Imamah, S.Pd

S1 Honorer Geografi

19 Corina Rosalina, S.Pd

S1 Honorer Bahasa Jepang

20 Ana Dwi

Kuntowati, S.Pd

S1 Honorer Bahasa Indonesia 21 Musayyib, S.Pd.I S1 Honorer Hadits 22 Masyitoh, S.Pd S1 Honorer BK 23 Akhmad Sigit

Ilhami, S.Pd.I

S1 Honorer Bahasa Arab

24 Mauwah, S.Ag S1 Honorer Al-Qur’an Hadits 25 Fathurrahman, S.S S1 Honorer Tafsir 26 Ahwan Yanuar R,

S.Pd.I

S1 Honorer Fikih

27 Nurman Arifin, S.Pd

S1 Honorer Biologi

28 Ahmad Sobari, S.Pd

S1 Honorer Pkn

29 Dede Kurniasih, S.Pd

S1 Honorer Sosiologi

30 Ika Wirna, S.Pd S1 Honorer Bahasa Indonesia 31 Indah Wijayanti,

S.Pd


(1)

LAMPIRAN


(2)

Mushola MAN 16 Jakarta


(3)

Lapangan Olahraga MAN 16 Jakarta


(4)

(5)

(6)