Prosedur pencatatan Dan penilaian Persediaan barang Dagangan Pada PT. Harja Guna Tama Lestari (Borma Dakota) Bandung
1 1.1Latar Belakang Kerja Praktek
Sejalan dengan era globalisasi dunia yang semakin berkembang, kondisi perekonomian Indonesia mengalami hal yang serupa mengikuti perkembangan era globalisasi ini. Keadaan ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan kegiatan operasi perusahaan. Begitupun dengan jenis perusahaan industri (manufaktur), perusahaan dagang, dan perusahaan jasa. Dimana masing-masing perusahaan mempunyai kegiatan operasonal yang berbeda sesuai dengan jenis kegiatan usahanya.
Perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan berusaha memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya seefektif dan seefisien mungkin, sumber daya tersebut di antaranya adalah persediaan yang informasinya sangat diperlukan oleh pihak manajemen dalam pengambilan keputusan agar tidak terjadi kelebihan dan kekurangan persediaan .
Persediaan perusahaan dagang berbeda dengan persediaan perusahaan manufaktur. Pada perusahaan dagang, persediaan hanya terdiri dari satu jenis saja yaitu persediaan barang dagang, yang tanpa proses lebih lanjut namun barang tersebut langsung dijual ke konsumen sedangkan pada perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari tiga jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi.
(2)
Persediaan adalah satu syarat pokok yang harus dipenuhi dan dimiliki oleh suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan karena yang diperdagangkan adalah persediaan dan keuntungan yang diperoleh berdasarkan selisih harga pokok penjualan dengan harga jual. Pada laporan keuangan perusahaan dagang, persediaan adalah salah satu aktiva lancar yang mempunyai nilai investasi terbesar.
Didalam persediaan barang dagangan ini terdapat dua sistem yaitu pencatatan dan penilaian. Dalam sistem pencatatan persediaan barang dagangan dikenal dengan dua sistem pencatatan persediaan barang dagangan, yaitu sistem periodik dan sistem perpetual. Pada sistem pencatatan persediaan periodik pencatatan dilakukan secara terpisah, baik untuk penambahan (produksi) maupun untuk penjualan, sehingga persediaan barang dagangan tidak dapat diketahui setiap saat.
Sedangkan sistem pencatatan perpetual adalah suatu metode pencatatan yang dilakukan setiap terjadi perubahan persediaan, sebagai akibat adanya penerimaan dan pengeluaran barang dari gudang untuk dipakai dalam proses produksi, dengan menggunakan metode ini dapat mempengaruhi jumlah persediaan digudang tanpa melakukan pemeriksaan fisik.
Didalam penilaian persediaan barang dagangan dikenal tiga metode yang sering digunakan diantaranya: Metode FIFO (First In First Out), Metode LIFO
(Last In First Out) dan Metode Average atau Metode Rata-rata. Pada Metode FIFO atau MPKP (Masuk Pertama Keluar Pertama), barang yang pertama masuk adalah barang yang pertama keluar (dijual). Sedangkan pada metode LIFO atau MTKP (Masuk Terakhir Keluar Pertama), barang yang terakhir masuk adalah
(3)
barang yang pertama keluar (dijual). Sedangkan pada metode Average atau metode rata-rata, barang yang pertama masuk pertama keluar tetapi dalam penilaiannya, sisa persediaan akhir dikalikan dengan harga rata-rata diperoleh dengan cara membagi total pembelian dengan total unit pembelian.
Pada perusahaan dagang, yang dimaksud dengan persediaan barang dagangan adalah barang yang telah dibeli dalam bentuk yang siap untuk dijual. Berbeda dengan perusahaan manufaktur yang pada sisi lain memproduksi barang, yang dimaksud dengan persediaan barang dagangannya adalah persediaan barang jadi yang disimpan digudang untuk kemudian siap dijual kepada perusahaan dagang. Persediaan barang dagang adalah persediaan yang langsung dijual kepada konsumen tanpa proses lebih lanjut .
Demikian halnya dalam penyusunan laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik laporan Laba/Rugi maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan. Dan dalam hal ini yang juga sangat berpengaruh terhadap bisa atau tidaknya Laba/Rugi dan Neraca tersebut disusun yaitu adalah tentang prosedur pencatatan dan penilaian persediaan barang dagangan. Kesalahan dalam pencatatan dan penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan Laba/Rugi maupun neraca.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik memilih judul Laporan Kerja Praktek “Prosedur Pencatatan dan Penilaian Persediaan Barang Dagangan Pada PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA Dakota) Bandung”.
(4)
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Tujuan Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami mengenai pencatatan dan penilaian dalam persediaan barang dagangan.
2. Untuk mengetahui apa saja prosedur yang harus dipenuhi untuk pencatatan dan penilaian dalam persediaan barang dagangan.
1.3 Kegunaan Kerja Praktek
Kerja praktek ini diharapkan akan memberikan kegunaan bagi penulis, dan pihak-pihak yang memerlukan :
1. Bagi Penulis
Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi mata kuliah Kerja Praktek Mendapatkan wawasan di dunia kerja dengan mengembangkan pola pikir
sehingga dapat membandingkan antara teori dan praktek yang sebenarnya dilapangan.
Mendapatkan pengalaman didunia kerja sehingga pada saatnya nanti memasuki dunia kerja sebenarnya penulis tidak mengalami kecanggungan lagi.
2. Bagi Instansi
Diharapkan dari hasil kerja praktek ini akan menjadikan masukan yang bermanfaat bagi PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA DAKOTA).
(5)
3. Bagi Pihak Lain
Laporan kerja praktek ini bagi pihak lain diharapkan dapat menambah pengetahuan khususnya materi mengenai prosedur penilaian dan pencatatan persediaan barang dagangan menjadi bahan referensi bagi pihak-pihak yang mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan pembahasan dalam laporan ini.
1.4 Metode Kerja Praktek
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam menyusun laporan kerja praktek adalah metode block release yaitu metode pelaksanaan kerja praktek dalam satu periode tertentu.
Adapun teknik dalam pengumpulan data dan informasi sebagai materi pendukung dalam penyusunan laporan ini adalah :
1. Studi Lapangan (Field Research)
Yaitu penulis mengadakan pengamatan secara langsung ke objek yang dituju pada tempat kerja praktek yaitu PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA DAKOTA) dengan mengadakan:
a. Wawancara (Interview)
Yaitu dalam pengumpulan data-data dengan cara mewawancarai / mengajukan pertanyaan kepada pembimbing dan staf pegawai Sub Bagian Administrasi Gudang.
(6)
b. Observasi (Observation)
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan peninjauan dan melihat secara langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Sub Bagian Administrasi Gudang.
2. Studi Pustaka (Library Research)
Merupakan teknik pengumpulan data yang dipergunakan dengan mencari keterangan dan data-data melalui buku-buku atau bahan-bahan teoritis. Data teoritis tersebut nantinya akan digunaka sebagai bahan perbandingan dengan data yang diperoleh di objek peninjauan dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek.
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Lokasi Kerja Praktek untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek (LKP) ini adalah pada Sub Bagian Administrasi Gudang PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA DAKOTA) yang bertempat di Jl. Dakota Raya No.109 Bandung 40175, Telepon (022) 6006964. Adapun waktu kerja praktek ini kurang lebuh satu bulan, yaitu pada tanggal 1 Agustus sampai 1 September 2011. Kerja praktek dilakukan pada hari kerja yaitu dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu, mulai pukul 07.30 WIB sampai dengan 16.00 WIB.
(7)
Tabel 1.1 Waktu pelaksanaan Kerja Praktek
No Keterangan
2011
Juli August Sept Okt Nov Des 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
Mengajukan Permohonan KP
2 Pelaksanaan KP
3 Pengumpulan Data
4 Membuat laporan KP
5 Bimbingan Bab I
6 Bimbingan Bab II
7 Bimbingan Bab III
8 Bimbingan Bab IV
(8)
8 BAB II
GAMBARAN UMUM INSTANSI
2.1 Sejarah Singkat PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA DAKOTA) Bandung
PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA DAKOTA) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan atau retail. Berdiri sejak tanggal 15 Desember 1995. Dengan luas lahan 528 meter persegi, dengan nama atau merk toko yaitu Borobudur, yang saat itu hanya baru memiliki 30 orang jumlah karyawan beserta jumlah staff atau SPV hanya dengan 3 orang.
Pada tahun 1996, nama merk toko tersebut berganti nama atau berubah menjadi BORMA atau kepanjangan dari Borobudur Market yang sampai saat ini nama tersebut masih dipergunakan.
Pada awalnya kantor pusat / HO (Head Office) BORMA Group terpisah, yaitu terletak di ruko Taman Kopo Indah 1. Namun pada tahun 1997, tepatnya pada bulan Agustus kantor pusat / HO (Head Office) BORMA Group pindah dari alamat yang lama tersebut ke Jln. Dakota Raya No.109 Bandung, bergabung dengan BORMA cabang Dakota.
Kemudian BORMA cabang Dakota mengalami beberapa tahapan renovasi atau lebih jelasnya perluasan tempat usaha. Renovasi pertama dilakukan pada bulan Agustus 1997, cabang Dakota ini diperluas dari luas lahan sebelumnya yaitu 528 meter persegi menjadi 1032 meter persegi. Tahapan renovasi kedua terjadi pada bulan September 2002 cabang Dakota ini kembali mengalami penambahan
(9)
perluasan lahan, yaitu dari luas lahan sebelumnya 1032 meter persegi menjadi 1941 meter persegi. Dan terakhir pada bulan Agustus 2007 cabang Dakota ini kembali mengalami renovasi atau perluasan lahan usaha dari luas sebelumnya yaitu 1941 menjadi 3141 meter persegi sampai dengan sekarang.
2.1.1 Visi PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA DAKOTA)
BORMA cabang Dakota memiliki Visi yaitu menjadi salah satu perusahaan retail terbesar dikota bandung, yang kompetitif, berkualitas, berkompetisi serta menguasai sumber dan jaringan pemasaran di dalam negeri.
2.1.2 Misi PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA DAKOTA) Berikut adalah Misi dari BORMA cabang Dakota, diantaranya adalah:
Melakukan perdagangan umum yang menangani beraneka ragam produk dengan kualitas yang baik.
Melaksanakan transaksi perdagangan lokal.
Memberikan layanan yang lengkap dan kompetitif kepada pelanggan. Memenuhi harapan seluruh stakeholder.
(10)
10 S tr u k tur Or gan isas i B ORM A c ab an
g Dakota Ban
d u n g SUPERVISOR FRONT END SUPERVISOR GUDANG KABAG KASSIR KEUANGAN SUPERVISOR N F M SUPERVISOR NON FOOD SUPERVISOR FOOD STORE MANAGER Karyawan Bagian Gudang KABAG
N F M KABAG
NON FOOD KABAG
FOOD
Karyawan Bagian N F M Karyawan Bagian Non Karyawan Bagian Food Karyawan Bagian Kassir
(11)
PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA DAKOTA) Bandung dipimpin oleh seorang store manager yang disebut juga kepala BORMA.
PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA DAKOTA) Bandung terdiri dari beberapa bagian/bidang, diantaranya :
1. Bagian supervisor Front End
Bagian Supervisor Front End terdiri dari : a. Kepala Bagian Kassir
b. Karyawan Bagian Kassir 2. Bagian Supervisor Food
Bagian Supervisor Food terdiri dari : a. Kepala Bagian Food
b. Karyawan Bagian Food 3. Bagian Supervisor Non Food
Bagian Supervisor Non Food terdiri dari : a. Kepala Bagian Non Food
b. Karyawan Bagian Non Food 4. Bagian Supervisor NFM
Bagian Supervisor NFM terdiri dari : a. Kepala Bagian NFM
b. Karyawan Bagian NFM 5. Bagian Supervisor Gudang
Yang hanya terdiri dari satu bagian, yaitu : Karyawa Bagian Gudang
(12)
6. Bagian Keuangan.
2.3 Deskripsi Jabatan di BORMA cabang Dakota Bandung
BORMA cabang Dakota Bandung mempunyai prioritas dalam melakukan perdagangan umum yang menangani beraneka ragam produk yang memiliki kualitas terbaik.
Fungsi dari BORMA adalah sebagai berikut :
a. Memberikan pelayanan terbaik bagi konsumen, serta memberikan kenyamanan dan keamanan pada setiap transaksi pembelian.
b. Memberikan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan konsumen. c. Menyediakan beraneka ragam produk yang memiliki kualitas terbaik.
d. Menjadikan BORMA Group mampu mengembangkan diri sesuai dengan tugas dan fungsi, sehingga menambah pendapatan daerah secara langsung dan atau tidak langsung.
e. Melakukan pengembangan usaha dan investasi pada PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA DAKOTA) Bandung.
PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA DAKOTA) Bandung dipimpin oleh seorang Kepala disebut juga store manager. Tugas store manager ialah memimpin BORMA cabang Dakota secara keseluruhan.
Setiap Bidang/Bagian dipimpin oleh seorang kepala yang bertugas memimpin Bidang/Bagian dengan tugas dan fungsi masing-masing Bidang/Bagian.
(13)
1. Supervisor Front End Tugas :
Bagian Supervisor Front End mempunyai tugas untuk mengawasi aktivitas perkasiran, mulai dari pelayanan kepada konsumen hingga turun langsung untuk mengawasi kegiatan kassir.
Fungsi :
Pelaksanaan urusan perkasiran
Bertanggung jawab terhadap bagian kassir.
Bagian Supervisor Front End terdiri dari : a. Kepala Bagian Kassir
Kepala Bagian Kassir mempunyai tugas untuk membantu tugas-tugas seorang Supervisor Front End mulai dari mengawasi aktivitas perkasiran hingga turun langsung untuk melihat atau mengawasi kerja kassir.
b. Karyawan Bagian Kassir
Karyawan Bagian Kassir mempunyai tugas untuk melakukan segala aktivitas kassir, yaitu melayani konsumen untuk melakukan transaksi pembayaran. Serta bertanggung jawab untuk segala sesuatu yang menyangkut urusan kassir.
(14)
2. Bagian Supervisor Food Tugas :
Bagian Supervisor Food mempunyai tugas dalam pengadaan barang-barang di area Counter Food dan juga bertugas dalam hal penetapan harga jual, serta bertanggung jawab terhadap karyawan.
Fungsi :
Pelaksanaan dalam hal pengadaan barang-barang di area Food
Mengarahkan serta mengawasi karyawan yang bertugas untuk memajang barang-barang di area Food
Bertanggung jawab terhadap karyawan yang bertugas di area Counter Food.
Bagian Supervisor Food terdiri dari : a. Kepala Bagian Food
Kepala Bagian Food mempunyai tugas untuk membantu tugas-tugas dari seorang Supervisor Food, yaitu mulai dari pengadaan barang-barang di area Counter Food hingga mengenai penetapan harga jualnya, dan ikut serta bertanggung jawab terhadap karyawan yang bertugas di area ini..
b. Karyawan Bagian Food
Karyawan Bagian Food mempunyai tugas untuk segala hal yang berkenaan dengan Counter Food, yaitu mulai dari pemajangan barang-barang food, menjaga kebersihan serta kerapihan di area Counter Food, dan melayani customer yang datang ke area ini.
(15)
3. Bagian Supervisor Non Food Tugas :
Bagian Supervisor Non Food mempunyai tugas untuk pengadaan barang-barang diarea Counter Non Food dan juga bertugas terhadap penetapam harga jualnya. Fungsi :
Pelaksanaan dalam hal pengadaan barang-barang di area Non Food
Mengarahkan serta mengawasi karyawan yang bertugas untuk memajang barang-barang di area Non Food
Bertanggung jawab terhadap karyawan yang bertugas di area Non Food.
Bagian Supervisor Non Food terdiri dari : a. Kepala Bagian Non Food
Kepala Bagian Non Food mempunyai tuga membantu tugas-tugas dari seorang Supervisor Non Food, yaitu mulai dari pengadaan barang-barang di area Counter Non Food, hingga mengenai penetapan harga jualnya. Dan ikut serta bertanggung jawab terhadap karyawan yang bertugas si area Non Food ini. b. Karyawan Bagian Non Food
Karyawan Bagian Non Food mempunyai tugas memajang barang-barang di area Non Food, juga menjaga kebersihan serta kerapihan area non food ini. Dan melayani customer atau konsumen yang datang ke area ini.
(16)
4. Bagian Supervisor NFM (Non Fast Mooving) Tugas :
Bagian Supervisor NFM (Non Fast Mooving) atau barang pecah belah mempunyai tugas dalam pengadaan barang-barang di area NFM, bertanggung jawab terhadap barang-barang pecah belah, seperti alat rumah tangga, listrik, alat-alat komputer, stasionari, obat-obatan, kosmetik dll.
Fungsi :
Pelaksanaan dalam hal pengadaan barang-barang di area NFM (Non Fast Mooving)
Mengarahkan serta mengawasi karyawan yang bertugas untuk memajang barang-barang di area NFM (Non Fast Mooving)
Bertanggung jawab terhadap karyawan yang bertugas di area ini.
Bagian Supervisor NFM (Non Fast Mooving) a. Kepala Bagian NFM (Non Fast Mooving)
Kepala Bagian NFM (Non Fast Mooving) mempunyai tugas membantu tugas-tugas dari seorang Supervisor Bagian NFM (Non Fast Mooving), yaitu mulai dari pengadaan barang-barang NFM / barang pecah belah, hingga mengenai penetapan harga jualnya. Serta bertanggung jawab terhadap barang-barang pecah belah ini.
b. Karyawan Bagian NFM (Non Fast Mooving)
Karyawan Bagian NFM (Non Fast Mooving) bertugas untuk memajang barang-barang pecah belah, serta menjaga kebersihan serta kerapihan area non
(17)
fast mooving ini. Dan melayani customer atau konsumen yang datang ke area ini.
5. Bagian Supervisor Gudang Tugas :
Bagian Supervisor Gudang mempunyai tugas dalam pengadaan barang-barang di gudang, bertanggung jawab terhadap seluruh penerimaa barang digudang, keluar masuk barang dari gudang dengan toko, serta bertanggung jawab terhadap kerapihan seluruh karyawan.
Fungsi :
Pelaksanaan dalam hal pengadaan seluruh barang-barang di gudang.
Mengarahkan serta mengawasi karyawan yang bertugas dalam hal penerimaan seluruh barang-barang di gudang.
Bertanggung jawab terhadap karyawan yang bertugas di area ini.
Bagian Supervisor Gudang hanya terdiri dari satu bagian saja yaitu : Karyawan Bagian Gudang
Karyawan Bagian Gudang mempunyai tugas memeriksa dan mengecek barang-barang yang masuk ke gudang, mulai dari memeriksa faktur terlebih dahulu, kemudian menyamakan faktur yang telah diperiksa dengan PO (Purchases Order), yang kemudian diakhiri dengan pemeriksaan fisik terhadap barang yang baru dikirim ke gudang.
(18)
6. Bagian Keuangan Tugas :
Bertanggung jawab terhadap laporan keuangan, yaitu mengenai omset perusahaan, biaya perusahaan dll.
Fungsi :
Pelaksanaan dalam hal pembuatan laporan keuangan.
2.4 Aspek Kegiatan BORMA cabang Dakota Bandung
Aspek kegiatan yang dilakukan oleh BORMA cabang Dakota Bandung, diantaranya :
Kegiatan usaha, melakukan pembelian barang untuk dijual kembali tanpa melakukan proses produksi (mengolah/mengubah bentuk).
Kegiatan penyediaan produk bagi konsumen, dengan kualitas terbaik.
Kegiatan untuk memberikan kenyamanan terhadap konsumen dalam setiap transaksi yang terjadi.
Kegiatan dalam pengembangan BORMA Group sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sehingga menambah pendapatan daerah secara langsung ataupun tidak langsung.
Kegiatan melakukan pengembangan usaha dan investasi pada PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA DAKOTA) Bandung.
(19)
19 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek 3.1.1 Pengertian Prosedur
Prosedur merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan kegiatan atau aktivitas untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan yang diinginkan.
Dibawah ini pengertian prosedur menurut Mulyadi (2008:5) adalah :
“Prosedur adalah adalah suatu urutan kegiatan klerikal (tulis menulis, menggandakan, menghitung, membandingkan antara data sumber dengan data pendukung kedua belah pihak), biasanya melibatkan beberapa orang dengan satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.”
Sedangkan pengertian prosedur menurut Azhar Susanto ( 2005:263 ) ialah:
“Prosedur adalah rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan
secara berulang-ulang dengan cara yang sama.”
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prosedur adalah rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang untuk menjamin pelaksanaan kerja yang seragam.
(20)
3.1.2 Persediaan Barang Dagangan dan Ruang Lingkupnya
Persediaan barang dagangan merupakan elemen yang berperan penting bagi perusahaan dagang, dimana yang diperdagangkan adalah persediaan dan keuntungan yang diperolah berdasarkan selisih harga pokok penjualan dengan harga jual. Oleh karena itu pada laporan keuangan perusahaan dagang, persediaan adalah salah satu aktiva lancar yang mempunyai nilai investasi terbesar.
Ada beberapa pengertian persediaan, diantaranya :
Menurut Pendapat Warren, reeve, Fess (2005:440) Pengertian Persediaan ialah :
“Persediaan adalah barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu.”
Selain itu menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:14.3) Pengertian Persediaan ialah :
“Persediaan adalah asset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, dalam bentuk bahan atau (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Persediaan adalah barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam kegiatan operasi bisnis perusahaan, dalam bentuk bahan yang digunakan dalam proses produksi.
(21)
Ruang lingkup persediaan meliputi barang yang dibeli untuk disimpan dan dijual kembali, misalnya, barang dagang yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah dan mana yang lebih tinggi.
3.1.3 Pencatatan dan Penilaian
Didalam persediaan barang dagangan terdapat dua metode yaitu metode pencatatan dan penilaian.
1. Metode Pencatatan
Dalam metode pencatatan persediaan barang dagangan, persediaan (stok) merupakan barang dagang yang siap dijual pada hari terakhir dalam suatu periode akuntansi. Pada awal periode berikutnya persediaan ini akan menjadi persediaan awal. Persediaan akhir dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Perhitungan persediaan barang dagang dan harga pokok barang akan dihitung dengan menggunakan metode pokok perhitungan persediaan barang dagang. Didalam metode ini dikenal dengan dua sistem pencatatan persediaan barang dagangan, yaitu sistem periodik dan sistem perpetual.
(22)
Sistem Periodik
Pada sistem pencatatan persediaan periodik pencatatan dilakukan secara terpisah, baik untuk penambahan (produksi) maupun untuk penjualan, sehingga persediaan barang dagangan tidak dapat diketahui setiap saat.
Sistem Perpetual
Pada sistem pencatatan perpetual, pencatatan dilakukan setiap terjadi perubahan persediaan, sebagai akibat adanya penerimaan dan pengeluaran barang dari gudang untuk dipakai dalam proses produksi, dengan menggunakan metode ini dapat mempengaruhi jumlah persediaan digudang tanpa melakukan pemeriksaan fisik.
2. Metode Penilaian
Penentuan harga pokok persediaan sangat bergantung dari metode penilaian yang dipakai yaitu metode FIFO (First In First Out) , LIFO (Last In First Out), dan
Average atau Metode Rata-Rata Tertimbang. FIFO (First In First Out)
Pada metode FIFO atau MPKP (Masuk Pertama Keluar Pertama), barang yang pertama masuk adalah barang yang pertama keluar (dijual). Sebagian perusahaan mengeluarkan barang sesuai dengan urutan pembeliannya. Hal ini terutama untuk barang-barang yang tidak tahan lama dan produk-produk yang modelnya cepat berubah. Sebagai contoh, Toko bahan pangan menyusun produk-produk susu dalam rak-rak berdasarkan tanggal kadaluarsanya. Begitu
(23)
juga dengan toko pakaian memajang pakaian sesuai dengan musim. Pada akhir musim toko ini biasanya memberikan diskon untuk menjual pakaian yang musimnya sudah lewat atau ketinggalan mode . Jadi, Metode FIFO dapat dikatakan konsisten dengan arus periodik atau pergerakan barang .
Metode LIFO (Last In First Out)
Pada metode LIFO atau MTKP (Masuk Terakhir Keluar Pertama), barang yang terakhir masuk adalah barang yang pertama keluar (dijual). metode LIFO untuk kalkulasi biaya persediaan menandingkan persediaan yang dinilai pada biaya per unit akuisisi terbaru dengan pendapatan penjualan periode berjalan. Unit-unit yang tetap ada dipersedian akhir dibebankan pada biaya per unit terlama yang terjadi, dan unit-unit tersebut termasuk pada harga pokok penjualan yang dibebankan pada biaya per unit terbaru yang muncul. Metode Average atau Rata-Rata Tertimbang
Pada metode Average atau Rata-Rata Tertimbang, barang yang pertama masuk pertama keluar tetapi dalam penilaiannya, sisa persediaan akhir dikalikan dengan harga rata-rata diperoleh dengan cara membagi total pembelian dengan total unit pembelian. Asumsi metode ini adalah unit dijual tanpa memperhatikan urutan pembeliannya dan menghitung harga pokok penjualan serta persediaan akhir. Biaya per unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya persediaan awal dan biaya pembelian periode
(24)
berjalan. Biaya rata-rata tertimbang per unit yang sama digunakan dalam menentukan biaya persediaan barang pada akhir periode.
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Kegiatan yang penulis lakukan selama kerja praktek pada PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA DAKOTA) adalah sebagai berikut :
1. Mengecek Faktur Order yang diterima bagian Administrasi Gudang
2. Melihat kembali serta menyamakan Faktur yang telah diterima dengan Purchases Order
3. Melakukan pengecekan fisik terhadap barang yang telah dikirim ke gudang oleh supplier
4. Melihat apakah ada retur barang, yaitu barang yang cacat baik itu dari kemasan maupun dari isinya, serta tidak lupa mengecek expierenya.
5. Mencatat retur, kemudian barang yang termasuk kedalam retur tersebut dikembalikan kepada Supplier.
6. Melakukan proses pelebelan secara manual, khusus untuk barang-barang NFM (Non Fast Mooving) atau barang pecah belah serta Industri rumah tangga.
7. Melakukan pembukuan manual, mencatat Faktur kedalam buku rekapan. 8. Menyerahkan data-data Faktur ke bagian Operator
9. Melakukan pembukuan dengan sistem komputerisasi, yaitu dengan menginput data-data Faktur dibagian Operator.
(25)
10. Mencoba melakukan pemajangan barang secara langsung ke toko.
3.3 Pembahasan Hasil Kerja Praktek
3.3.1 Pencatatan dan Penilaian Persediaan Barang Dagangan Pada PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA DAKOTA) Bandung
Didalam persediaan barang dagangan terdapat dua metode yaitu metode pencatatan dan penilaian. Dalam metode pencatatan persediaan barang dagangan dikenal dengan dua sistem pencatatan persediaan barang dagangan, yaitu sistem periodik dan sistem perpetual. Pada sistem pencatatan persediaan periodik pencatatan dilakukan secara terpisah, baik untuk penambahan (produksi) maupun untuk penjualan, sehingga persediaan barang dagangan tidak dapat diketahui setiap saat.
Sedangkan sistem pencatatan perpetual adalah suatu metode pencatatan yang dilakukan setiap terjadi perubahan persediaan, sebagai akibat adanya penerimaan dan pengeluaran barang dari gudang untuk dipakai dalam proses produksi, dengan menggunakan metode ini dapat mempengaruhi jumlah persediaan digudang tanpa melakukan pemeriksaan fisik.
Didalam penilaian persediaan barang dagangan dikenal tiga metode yang sering digunakan diantaranya: Metode FIFO (First In First Out), Metode LIFO (Last In First Out) dan Metode Average atau Metode Rata-rata. Pada Metode FIFO atau MPKP (Masuk Pertama Keluar Pertama), barang yang pertama masuk adalah barang yang pertama keluar (dijual). Sedangkan pada metode LIFO atau MTKP (Masuk
(26)
Terakhir Keluar Pertama), barang yang terakhir masuk adalah barang yang pertama keluar (dijual). Sedangkan pada metode Average atau metode rata-rata, barang yang pertama masuk pertama keluar tetapi dalam penilaiannya, sisa persediaan akhir dikalikan dengan harga rata-rata diperoleh dengan cara membagi total pembelian dengan total unit pembelian.
3.3.2 Prosedur Yang Dilakukan Dalam Pencatatan dan Penilaian Persediaan Barang Dagangan
Dalam setiap kegiatannya PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA) memiliki petunjuk sebagai acuan pelaksanaan kegiatannya, mulai dari pemesanan barang dagang, penerimaan barang dagang, sampai pada penjualan barang dagangnya.
Adapun acuan-acuannya adalah sebagai berikut :
Sistem pencatatan dan penilaian harus dirancang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perusahaan
Prosedur pencatatan keuangan dan manualnya harus disusun dengan baik dan cermat
Sistem pencatatan dan penilaian harus didukung kebijakan pimpinan yang jelas dan memadai
Pencatatan harus lengkap dan informatif
Pencatatan dan penilaian harus menaati sistem dan prosedur kerja yang telah ditetapkan
(27)
Pencatatan harus diselenggarakan secara akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian
Pencatatan harus dilakukan secara sederhana, konsisten, runut, dan terintegrasi
Adanya pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatan dan penilaiannya
3.3.3 Tahap-tahap Pencatatan dan Penilaian Persediaan barang Dagangan Setiap pencatatan dan penilaian persediaan barang dagangan yang akan dilaksanakan oleh pegawai BORMA cabang Dakota Bandung harus melalui tahap-tahap yang telah ditentukan oleh satuan kerja BORMA, sebagai berikut :
Adapun acuan-acuannya adalah sebagai berikut : 1. Dari segi Pencatatan
Mengenai acuan atau prosedur dalam pemesanan barang dagangan. Sebelum dikirim kegudang, barang dagang tersebut di cek terlebih dahulu ke outlet atau tempat barang tersebut diproduksi, tujuan pengecekan yaitu adalah untuk mengetahui apakah barang tersebut benar-benar layak untuk dikirim atau tidak. Dan yang melakukan pengecekan ini adalah dari pihak Suplier sendiri. Kemudian mengisi surat permintaan barang dari cabang dan menunggu acc
dari Staff stempat (khusus divisi masing-masing)
Apabila sudah ada izin atau acc dari Staff setempat maka Suplier tersebut ke HO (Head Office) untuk kembali di acc oleh pihak buyer, dan tugas pihak
(28)
buyer ini adalah mengecek keuangan perusahaan, sehingga dapat mengetahui apakan permintaan tersebut sesuai dengan keadaan keuangan perusahaan atau tidak. Apabila tidak sesuai dengan keuangan perusahaan, maka surat permintaan barang tersebut tidak dapat di acc.
Setelah acc dari pihak buyer, baru Supplier tersebut dapat mengirim barang ke gudang.
Setelah ada digudang, Faktur dan dan Purchases Order yang dibawa oleh Suplier siperiksa kembagi, untuk dinyatakan apakah barang yang dibawanya tersebut dapat dimasukkan ke gudang atau tidak, apabila antara PO dengan Faktur tadi telah dinyatakan sama, maka barang tersebut barulah dapat dimasukkan ku gudang.
Apabila barang telah masuk ke gudang, dilakukan pemeriksaaan fisik terhadap barang-barang tersebut. Apakah sama dengan yang ada di Faktur atau tidak, dan tidak lupa dihitung jumlah banyaknya barang serta dilihat tanggal expiernya. Apabila semuanya sudah dinyatakan sama dan tidak kadaluarsa, maka barang-barang tersebut barulah dinyatakan dapat diterima oleh pihak BORMA.
Barang-barang tersebut dibawa dan dipajang oleh karyawan basesuai dengan bagiannya masing-masing. Contah : apabila barang Non Food, dibawa oleh karyawan khusus barang-barang Non Food, kemudian dipajang di area Non Food, apabila barang Food, dibawa oleh karyawan bagian Food dan dipajang
(29)
di area Counter Food, sedangkan pada barang-barang NFM (Non Fast Mooving) atau barang pecah belah dilakukan pelebelan terlebih dahulu, sebelum dipajang dan disimpan di area barang NFM (Non Fast Mooving) ini. 2. Dari Segi Penilaian
Untuk segi penilaian ini, BORMA hanya menggunakan dua metode, yaitu metode FIFO (First In Firs Out) dan LIFO (Last In First Out). Yang mana diterapkan dalam hal pemanjangan barang. Apabila barang yang terlebih dulu datang mempunyai tanggal expire lebih cepat, maka barang tersebut lebih dulu dikeluarkan dari gudang dan dipajang oleh karyawan sesuai dengan bagiannya masing-masing, maka dalam hal ini metode FIFO lah yang digunakan, atau MPKP (Masuk Pertama Keluar Terakhir). Sedangkan apabila barang yang terakhir masuk memiliki tanggal expire lebih lama, maka barang tersebut terakhir dikeluarkan dari gudang, untuk dipajang oleh karyawan bagiannya. Maka dalam hal ini metode LIFO lah yang dipergunakan, atau MTKP (Masuk Terakhir Keluar Pertama).
(30)
30
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan kerja praktek di PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA DAKOTA) Bandung dan berdasarkan pembahasan penulis pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Didalam persediaan barang dagangan ini terdapat dua sistem yaitu pencatatan dan penilaian. Dalam sistem pencatatan persediaan barang dagangan dikenal dengan dua sistem pencatatan persediaan barang dagangan, yaitu sistem periodik dan sistem perpetual. Pada sistem pencatatan persediaan periodik pencatatan dilakukan secara terpisah, baik untuk penambahan (produksi) maupun untuk penjualan, sehingga persediaan barang dagangan tidak dapat diketahui setiap saat. Sedangkan sistem pencatatan perpetual adalah suatu metode pencatatan yang dilakukan setiap terjadi perubahan persediaan, sebagai akibat adanya penerimaan dan pengeluaran barang dari gudang untuk dipakai dalam proses produksi, dengan menggunakan metode ini dapat mempengaruhi jumlah persediaan digudang tanpa melakukan pemeriksaan fisik. Didalam penilaian persediaan barang dagangan dikenal tiga metode yang sering digunakan diantaranya: Metode FIFO (First In First Out), Metode LIFO (Last In First Out) dan Metode Average atau Metode Rata-rata. Pada Metode FIFO atau MPKP (Masuk Pertama Keluar Pertama), barang yang
(31)
pertama masuk adalah barang yang pertama keluar (dijual). Sedangkan pada metode LIFO atau MTKP (Masuk Terakhir Keluar Pertama), barang yang terakhir masuk adalah barang yang pertama keluar (dijual). Sedangkan pada metode
Average atau metode rata-rata, barang yang pertama masuk pertama keluar tetapi dalam penilaiannya, sisa persediaan akhir dikalikan dengan harga rata-rata diperoleh dengan cara membagi total pembelian dengan total unit pembelian. 2. Dalam setiap kegiatannya PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA) memiliki
petunjuk sebagai prosedur acuan pelaksanaan kegiatannya, mulai dari pemesanan barang dagang, penerimaan barang dagang, sampai pada penjualan barang dagangnya.
Adapun acuan-acuannya adalah sebagai berikut : Dari segi Pencatatan :
Sebelum dikirim kegudang, barang dagang tersebut di cek terlebih dahulu ke outlet atau tempat barang tersebut diproduksi, tujuan pengecekan yaitu adalah untuk mengetahui apakah barang tersebut benar-benar layak untuk dikirim atau tidak. Kemudian mengisi surat permintaan barang dari cabang dan menunggu acc dari Staff stempat (khusus divisi masing-masing). Apabila sudah ada izin atau acc dari Staff setempat maka Suplier tersebut ke HO (Head Office) untuk kembali di acc oleh pihak buyer, dan tugas pihak buyer ini adalah mengecek keuangan perusahaan, sehingga dapat mengetahui apakan permintaan tersebut sesuai dengan keadaan keuangan perusahaan atau
(32)
tidak. Setelah acc dari pihak buyer, baru Supplier tersebut dapat mengirim barang ke gudang. Setelah itu, Faktur dan dan Purchases Order yang dibawa oleh Suplier siperiksa kembagi, untuk dinyatakan apakah barang yang dibawanya tersebut dapat dimasukkan ke gudang atau tidak. Apabila barang telah masuk ke gudang, dilakukan pemeriksaaan fisik terhadap barang-barang tersebut. Apakah sama dengan Faktur atau tidak, apabila semuanya sudah dinyatakan sama dan tidak kadaluarsa, maka barang-barang tersebut barulah dinyatakan dapat diterima oleh pihak BORMA. Kemudian barulah barang-barang tersebut dibawa dan dipajang oleh karyawan basesuai dengan bagiannya masing-masing.
Dari Segi Penilaian :
Untuk segi penilaian, pihak BORMA hanya menggunakan dua metode, yaitu metode FIFO (First In Firs Out) dan LIFO (Last In First Out). Yang diterapkan dalam hal pemanjangan barang. Apabila barang yang terlebih dulu datang mempunyai tanggal expire lebih cepat, maka barang tersebut lebih dulu dikeluarkan dari gudang dan dipajang oleh karyawan sesuai dengan bagiannya masing-masing, maka dalam hal ini metode FIFO lah yang digunakan, atau MPKP (Masuk Pertama Keluar Terakhir). Sedangkan apabila barang yang terakhir masuk memiliki tanggal expire lebih lama, maka barang tersebut terakhir dikeluarkan dari gudang, untuk dipajang oleh karyawan
(33)
bagiannya. Maka dalam hal ini metode LIFO lah yang dipergunakan, atau MTKP (Masuk Terakhir Keluar Pertama).
4.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan dari hasil pengamatan pada Bagian Administrasi Gudang BORMA DAKOTA Bandung adalah sebagai berikut : 1. Sebaiknya tahap-tahap dari prosedur pencatatan dan penilaian persediaan barang
dagangan pada PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA DAKOTA) Bandung tetap dipenuhi dengan benar, agar pada proses penerimaan barang dagang dapat terlaksana dengan optimal, karena proses penerimaan barang dagang ini lah yang menentukan barang-barang yang berkualitas atau tidakkah yang dimiliki atau dijual oleh pihak BORMA.
2. Sebaiknya setiap pegawai atau karyawan dari PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA DAKOTA) Bandung yang akan melaksanakan seluruh kegiatan penjualan barang dagangan, lebih teliti dalam menjalankan tugas-tugasnya, agar setiap tahap-tahap yang dilalui dapat terlaksana dengan baik.
(34)
BARANG DAGANGAN PADA PT. HARJA GUNA TAMA
LESTARI (BORMA DAKOTA) BANDUNG
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang Diploma Tiga Program Studi Akuntansi
Oleh : Sri Mulyati Nim : 21308057
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
(35)
34
DAFTAR PUSTAKA
Azhar Susanto, 2005. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta:Lembaga Ilmu Administrasi
Ikatan Akuntansi Indonesia,2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:Salemba Empat.
M. Nafarin, 2005. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta:Bumi Aksara. Mulyadi, 2008. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta:Salemba Empat.
Warren, Carl S, James M. Reeve, Philip E. Fess, 2005. Pengantar Akuntansi, Jakarta:Salemba Empat.
(36)
44 DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Sri Mulyati
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 14 April 1989
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Desa Cibeusi RT/05 RW/01 Kec. Ciater Kab. Subang 41281.
DATA PENDIDIKAN
No. Tingkat Nama Sekolah Tempat Tahun Ijazah
1. SD SDN. Marga Asih Subang 1995-2001
2. SMP SMPN 2 Jalan Cagak Subang 2001-2004
3. SMA SMAN 1 Jalan Cagak Subang 2004-2007
4 Perguruan Tinggi
Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)
Bandung
(37)
i Bismillahirahmanirrahim
Segala Puji hanya milik Allah SWT dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini dengan Judul “Prosedur Pencatatan dan Penilaian Persediaan Barang Dagangan Pada PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA DAKOTA) Bandung”
Walaupun telah berupaya keras untuk memperoleh hasil yang terbaik dalam pembuatan Laporan Kerja Praktek ini namun penulis sadar bahwa Laporan Kerja Praktek ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk membangun ilmu pengetahuan dan kemampuan penulis.
Dalam pembuatan Laporan Kerja Praktek ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto,M.Sc. selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
2. Prof. Dr. Umi Narimawati,Dra.,SE.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Ibu Sri Dewi Anggadini,SE.,M.Si. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia, dan Pembimbing yang telah banyak
(38)
ii
memberikan bimbingan dan arahan serta waktunya dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini.
4. Ibu Lilis Puspitawati,SE.,M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.
5. Ibu Siti Kurnia Rahayu, SE.,Ak.,M.Ak. selaku dosen wali 3AK5.
6. Seluruh Staf Dosen Pengajar dan karyawan UNIKOM yang telah membekali penulis dengan pengetahuan dan membantu penulis dalam menyusun laporan kerja praktek ini.
7. Bapak Tunisman, selaku kepala BORMA DAKOTA Bandung yang telah memberikan izin untuk melakukan kerja praktek di bagian administrasi gudang.
8. Bapak Suroto, selaku pembimbing di perusahaan yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan dan pengambilan data untuk Laporan Kerja Praktek ini.
9. Seluruh Staf BORMA, terutama teh Maya yang telah banyak membantu penulis selama melakukan kegiatan kerja praktek ini.
10.Kedua orangtuaku Bapa Syahrudin dengan mamah Rohayati, serta kakak-kakakku Cici Nurhayati (Alm.) dengan Noneng Nurhayati yang sangat aku sayangi dan cintai, terimakasih atas do’a yang tiada pernah berhenti yang selalu mengiringi setiap langkahku, yang selalu memberikan yang terbaik 11.Keponakan-keponakanku Deny Somantri, Wandi Wahyudi, Sugiharto, dan
Alfa Ramadhan yang sangat aku sayangi, yang membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
(39)
iii
berhenti untuk selalu memberikan dukungan serta suport selama pelaksanaan kerja praktek dan pembuatan laporan sampai dengan selesai.
13.Saudara-saudaraku Umi kultsum, ferry Haryono, terutama Muhammad Irfan Prayoga dan Indriati Zatmika yang telah ikut serta dalam membantu penulis untuk menyelesaikan laporan ini.
14.Sahabatku Hera Widya A.Md, Irma Fauzia A.Md, especially Julia Kurniatun A.Md, dan Dinny Aryanti Syamsudin A.Md, yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka serta membantuku dalam menyelesaikan laporan KP ini. Aku sayang kalian semua.
15.Teman-teman seperjuangan di 3AK5
16.Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga segala bantuan, do’a serta amal kebajikan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Alllah SWT. Akhir kata semoga segala jerih payah penulis dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini tidak sia – sia dan dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkan.
Bandung, Desember 2011
(40)
(41)
(42)
(1)
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Segala Puji hanya milik Allah SWT dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini dengan Judul “Prosedur Pencatatan dan Penilaian Persediaan Barang Dagangan Pada PT. Harja Guna Tama Lestari (BORMA DAKOTA) Bandung”
Walaupun telah berupaya keras untuk memperoleh hasil yang terbaik dalam pembuatan Laporan Kerja Praktek ini namun penulis sadar bahwa Laporan Kerja Praktek ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk membangun ilmu pengetahuan dan kemampuan penulis.
Dalam pembuatan Laporan Kerja Praktek ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto,M.Sc. selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
2. Prof. Dr. Umi Narimawati,Dra.,SE.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Ibu Sri Dewi Anggadini,SE.,M.Si. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia, dan Pembimbing yang telah banyak
(2)
ii
memberikan bimbingan dan arahan serta waktunya dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini.
4. Ibu Lilis Puspitawati,SE.,M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.
5. Ibu Siti Kurnia Rahayu, SE.,Ak.,M.Ak. selaku dosen wali 3AK5.
6. Seluruh Staf Dosen Pengajar dan karyawan UNIKOM yang telah membekali penulis dengan pengetahuan dan membantu penulis dalam menyusun laporan kerja praktek ini.
7. Bapak Tunisman, selaku kepala BORMA DAKOTA Bandung yang telah memberikan izin untuk melakukan kerja praktek di bagian administrasi gudang.
8. Bapak Suroto, selaku pembimbing di perusahaan yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan dan pengambilan data untuk Laporan Kerja Praktek ini.
9. Seluruh Staf BORMA, terutama teh Maya yang telah banyak membantu penulis selama melakukan kegiatan kerja praktek ini.
10.Kedua orangtuaku Bapa Syahrudin dengan mamah Rohayati, serta kakak-kakakku Cici Nurhayati (Alm.) dengan Noneng Nurhayati yang sangat aku sayangi dan cintai, terimakasih atas do’a yang tiada pernah berhenti yang selalu mengiringi setiap langkahku, yang selalu memberikan yang terbaik 11.Keponakan-keponakanku Deny Somantri, Wandi Wahyudi, Sugiharto, dan
Alfa Ramadhan yang sangat aku sayangi, yang membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
(3)
12.Denies Septian Firmansyah, yang sangat aku sayangi yang tidak pernah berhenti untuk selalu memberikan dukungan serta suport selama pelaksanaan kerja praktek dan pembuatan laporan sampai dengan selesai.
13.Saudara-saudaraku Umi kultsum, ferry Haryono, terutama Muhammad Irfan Prayoga dan Indriati Zatmika yang telah ikut serta dalam membantu penulis untuk menyelesaikan laporan ini.
14.Sahabatku Hera Widya A.Md, Irma Fauzia A.Md, especially Julia Kurniatun A.Md, dan Dinny Aryanti Syamsudin A.Md, yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka serta membantuku dalam menyelesaikan laporan KP ini. Aku sayang kalian semua.
15.Teman-teman seperjuangan di 3AK5
16.Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga segala bantuan, do’a serta amal kebajikan yang telah diberikan
mendapatkan balasan dari Alllah SWT. Akhir kata semoga segala jerih payah penulis dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini tidak sia – sia dan dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkan.
Bandung, Desember 2011
(4)
(5)
(6)