Diplomasi HI di Amerika Serikat

(1)

SEJARAH KEMERDEKAAN DAN DIPLOMASI AMERIKA SERIKAT

Benua Amerika ditemukan oleh Colombus pada tahun 1492. Selanjutnya terjadi migrasi orang-orang Eropa secara besar-besarfifi ke Amerika. Pada tahun 1774 penduduk Amerika mengadakan Konferensi Kontinental I dan pada tahun 1775 dilaniutkan dengan konferensi Kontinental II.

pada tanggal 4 Juli 1776 Amerika Serikat memploklamirkan kemerdekaannya. Ketika merdeka, Amerika Serikat hanya terdiri atas 13 negara bagian dan bentuk negaranya adalah konfederasi (masing-masing Negara berdaulat/bersatu/tidak memiliki presiden. Mulai tahun 1776 sampai tahun 1787 penyelenggaran Negara diatur melalui Articlc of Confederation (UU konfederasi).

Pada tahun 1787 Amerika Serikat membuat konstitusi (UUD) pada pertemuan di Philadelphia (hal ini adalah untuk yang pertama kalinya di dunia. Kemudian pada tahun 1788 diadakan pemilu untuk memilih presiden. Pada saat itu terdapat 2 macam pemilu, Yaitu:

1. Pemilu yang dilakukan oleh senat

2. Pemilu yang dilakukan oleh Dewan Pemilih (elektoral), bukan oleh Senat.

Dan pada bulan Januari 1789 dilantiklah presiden pertama AS, yaitu George Washington. Setelah terpilihnya presiden baru kemudian dibentuk pemerintahan pusat,organ-organ dibawahnya seperti Mentri Luar Negeri (Secretary of state) dan seterusnya. Masa ini disebut era baru dalam diplomasi AS (1789).

Meskipun demikian, Inggris pada saat itu masih tidak dapat menerima kemerdekaan AS, sehingga masih terjadi perang antara lnggris dan AS. Pada tahun 1778 AS meminta bantuan dari raja Perancis (Louis XIV). Louis XIV kemudian mengirimkan pasukannya untuk membantu AS. Pasukan itu dipimpin oleh Lafayette yang kemudian mampu mengalahkan Inggris pada tahun 1781.


(2)

TUJUAN POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT

Tujuan politik luar negeri Amerika Serikat (AS) yang dirumuskan sesaat setelah kemerdekaannya adalah :

1. Mempertahankan kemerdekaan dengan memperoleh perbatasan yang baik. 2. Untuk memperluas perbatasannya demi kepentingan keamanan, pelayaran,

perdagangano dan tempat bagi pertambahan penduduk.

3. Melindungi hak dan kepentingan warga Negara AS dibidang perdagangan maupun investasi di wilayah Negara lain.

4. Memelihara netralitas dan perdamaian. untuk menghindarkan keterlibatan terhadap perang yang terjadi di benua Eropa.

5. Mencegah kekuatan Eropa yang ingin melanjutkan penjajahannya di AS dan wilayah sekitarnya.

6. Tujuan-tujuan kemanusiaan, yaitu untuk menyebarkan agama dan demokrasi.

KONDISI PASCA KEMERDEKAAN

Pada tahun 1783 pemerintahan AS sudah diakui oleh Perancis, Inggris, Belanda, dan Swedia. Tetapi AS menghadapi masalah-masalah yang tidak diduga sejak semula, yaitu :

Masalah Perdagangan

Bahwa koloni-koloni Negara Eropa tertutup bagi perdagangan AS. Negara-negara Eropa yang menguasai koloni-koloni itu mengadakan proteksionisme. Untuk menerobos kebijakan tersebut, AS mengemukakan prinsip-prinsip perdagangan Amerika (American commercial Principles) yaitu :


(3)

1. Persamaan pelayanan (equality of treatment) yaitu bahwa AS menuntut perlakuan yang layak bagi kapal dan barang-barang AS di pelabuhan-pelabuhan Negara lain (koloni Inggris dan Spanyol) atau clausa MFN

2. Hubungan"yang lqncaf dengan koloni Negara lain.

3. Azas timbal balik (reeiprocity) yaitu ada penurunan bea masuk secara timbal balik.

4. Prinsip netralitas bebas, yaitu bahwa suatu Negara (AS) bebas berdagang dengan siapapun, termasuk dengan dua pihak yang sedang berperang.

Masalah Perbatasan

Arnerika Serikat mengalami persoalan perbatasan di wilayah. sebelah Barat. Perbatasan itu belum bisa dijaga dan masih menjadi rebutan dengan Perancis dan lnggris.

PERANG DI EROPA

Dalam perjanjian kerjasama dengan mengemukakan bahwa bantuan Perancis pada Perancis bila terjadi perang di Eropa. Pada tahun 1793 raja Louis XIV dipenggal dan AS menyatakan sikap netral. Ini merupakan sikap netralitas AS yang pertama. Republic Perancis (Robespiere) mengirimkan utusannya yaitu Edmond Gelnet. Kedatangan Gennet ini membawa masalah bagi AS. yaitu :

1. Apakah AS hqrus menerima Gennet sebagai utusan resmi.

2. Apakah perjanjian kerjasama AS-Perancis masih berlaku walaupun telah terjadi peralihan kekuatan di Percncis langkah apa yang harus diambil AS dalam menghadapi pertikaian yang mungkin timbul antara Perancis dengan Negara tetangganya (Spanyol,Itali, lnggris).


(4)

MUNCULNYA PARTAI DI AMERIKA SERIKAT (1796)

Alexander Hamilton yang menjadi pemimpin menginginkan adanya suatu pemerintahan pusat yang kuat. Kemudian ia membentuk Partai Federal yang padp sekitar rahun 1820 berkembang menjadi Partai Republik. Pada saat ini tedadi sentralisasi. Perancis pada tahun 1778, AS telah AS tidak berarti AS harus membantu Mentri Luar Negeri Thomas Jefferson kemudian memimpin kelompok yang lebihsuka pada desentralisasi (penyebaran), yang pada akhirnya berkembang menjadi partai Demokrat.

Pada tahun 1794 terjadi lagi ketegangan antanAS dan Inggris. Karena perang AS dengan orang Indian dan orang-orang Indian masuk ke wilayah Inggris. Selain itu Inggris juga menuntut pembayaran hutang AS terhadap Inggris. Akhimya diselesaikan dengan Jay Treaty (1794).

MONROE DOCTRINE

Dalam sebuah pidatonya. Presiden James Monroe dihadapan kongres tanggal 2 Desember 1823 dikemukakan apa yang disebut dengan 'Monroe Doctrine". Hal ini berdasarkan teori "dua belahan bumi", bahwa ada belahan bumi barat dan ada belahan bumi timur. Bahwa samudera Atlantik dan Pasifik telah memisahkan bumi yang letaknya berjauhan sehingga tidak seluruhnya saling berkait atau mempengaruhi.

Ada dua faktnr vang mehdoro4e James Monroe untuk menyatakan doktrinnya : 1. Adanya klaim Rusia terhadap wilayah Oregon.

2. Adanya keinginan Negara-negara Eropa "old power" (Eropa) untuk mengembalikan kekuasaannya atas wilayah-wilayah koloni di Amerika Latin.


(5)

Isi Doktrin Monroe adalah:

1. Non-Colonialization Principles, Bahwa Negara-negara di Amerika (benua Amerika) bukan obyek untuk menjadi koloni Negara-negara eropa.

2. Non-Interference Principles, Bahwa Negara-negara yang bukan di benua Amerika jangan mencampuri urusan republik-republik di Benua Amerika.


(6)

DIPLOMASI AMERIKA SERIKAT PASCA MONROE DOCTRINE

A. Pengaruh Doktrin Monroe Terhadap Eropa

Negara-negara di Eropa menunjukkan reaksi yang tidak terlalu senang dengan isi Doktrin Monroe, bahkan Quadruple AlHance merumuskan perencanaan untuk inteRvensi bersama ke wilayah Amerika Latin. Sedangkan Inggris, walaupun tidak senang tetapi juga tidak rela ketika Quadruple Alliance mendominasi Amerika Latin. Negara Amerika Latin sendiri menyambut baik doktrin Monroe. Bahkan Argentina, Brazil' Chili' Columbia dan Meksiko ingin mengadakan pedanjian kerjasama pertahanan dengan Amerika Serikat (AS) untuk membendung intervensi Eropa. Namun jawaban yang diterima dari AS melalui Menlu AS John Quincy Adams adalah bahwa AS belum mampu memberikan perlindungan bersenjata dan hanya mengharapkan pengertian dari Negara-negara Eropa. Jadi dalam hal ini , yang membuat Doktrin Monroe mempunyai efek bukanlah kekuatan AS. tetapi adanya persaingan Inggris dengan Quadruple Alliance.

B. Panama Congress .

Pada tahun 1825, Simon Bolivar bermaksud mengadakan kongres di anamPa untuk mengadakan kedasama antar Negara-negara yang baru merdeka tanggal 26 Desember 1825. AS menunjuk 2 orang utusan untuk memenuhi undangan Bolivar. Kongres Panama diadakan pada 22 Juni 1826. Pada saat itu Menlu Adam sudah diganti,sedangkan pemerint ,ahan yang baru menolak untuk berpartisipasi dalam kongres Panama.

Kekhawatiran AS ialah bahwa kerjasama itu akan mengembangkan prinsip netralitas dan prinsip liberal yang akan menguntungkan pihak Inggris. Sehingga untuk sementara waktuAS membuang kesempatan untuk menjadi regional leader. Dan Monroe Doctrine masih hanya menjadi doktrin nasional AS saja.


(7)

I

Pada tahun 1833, Negara Eropa mulai melanggar Moruoe Doctrine. Inggris mengambil Falklands (1833) dan Belize (British Honduras). Perancis mengambil Guyana dari Brazil serta beberapa pelabuhan penting di Mexico.

C. Pembelian Oregon

Sejak 1818 AS dan Inggris mengadakan perjanjian bahwa orang-orang AS boleh berdiam di Oregon. Tapi kemudian penduduk AS menjadi lebih banyak dari warga Inggris sehingga beberapa senator AS mengusulkan untuk membeli Oregon. Para pemukim AS juga mengumumkan pemerintahan otonomi pada bulan Juli 1843. Pada bulan Februari 1846 AS membeli Oregon dari Inggris. Tapi pembelian ini sangat menguntungkan AS, karena jumlah penduduk di Oregon sudah didominasi oleh rvarga Negara AS.

D. Texas

Semula Texas adalah wilayah Mexico, tetapi penduduknya sangat sedikit. pada tahun 1822, AS mendukung Mexico untuk melepaskan diri dari Spanyol, tetapi dengan perbatasan yang berubah. Mexico menjadi merdeka pada tahun 1822, namun tidak menyetujui mengenai perubahan perbatasan tersebut. Lalu AS memperbanyak pemukiman di Texas. Melihat hal tersebut, maka presiden Mexico General Antonio

Lopes de Santa Anna, mengubah Mexico menjadi Negara dengan sistem sentralisasi. sehingga Texas kehilangan otonomi pada taliun 1833. Namun dengan dukungan AS, pada tanggal2Maret 1836 Texas berontak dengan dipimpin Sam Houston. Pada tanggal 21 April 1836 Santa Anna kalah di Texas. Kekuasaan de facto Sam Houston didukung oleh AS, tetapi AS masih belum puas jika Texas berdiri sendiri. Maka timbul untukr melakukan aneksasi. Ketika masa jabatan Sam Houston berakhir pada tahun 1844 dan ia tidak terpilih kembali. maka Sam Houston mengundang AS untuk melakukan aneksasi. AS merasa mendapatkan angin dan mengadakan perjanjian


(8)

dengan Texas pada tanggal 4 Juli 1845. Akhirnya pada tanggal 29 desember 1845 Texas menjadi Negara bagian AS.

E. Pertikaian dengan Mexico

Penggatungan Texas dengan AS membuat Mexico tidak senang. Maka timbulah perang anitara AS melawan Moxico pada tatrun 1846 - 1848. Faktor-fakfor vang menyebabkan peran antara AS - Mexico adalah :

1) Ketidaksenangan AS terhadap protes Mexico atas penggabungan Texas.

2) Ketidaksenangan Mexico membayar ganti rugi bagi AS yang dirugikan ketika perang Texas - Mexico.

3) Keinginan Presiden James K. Polk untuk memperoleh California.

Dalam perang ini Mexico mengalami kekalahan. Dengan kekalahan tersebut, AS menawarkan kepada Mexico untuk tidak perlu membayar ganti rugi seperti yang dituntut semula tetapi cukup membayar dengan menyerahkan California dengan New Mexico.Hal ini disebut dengan "Polk's Californian Policy". Alasan presiden Polk pada saat itu adalah untuk mencegah wilayah Califomia diperebutkan Negara-negara Eropa.

F. Polugri AS di Timur Jauh (Asia Pasifik) .

Hubungan AS dengan Asia Timur sudah dimulai sejak tahun 1800an, terutama di bidang perdangan. Ketika di kerajaan Cina menganggap dirinya sebagai Middle Kingdom

sehingga bangsa-bangsa lain adalah lebih rendah dari bangsa Cina. Hubungan Cina dengan Negara Asing hanya dilayani melalui pelabuhan Canton dan hanya bisa

menggunakan perantara. Seandainya ada utusan asing, hanya diterima sebagai bawahan.

Menghadapi situasi ini, Eropa mencoba menembus perdagangan Cina dengan cara yang kurang sehat. Dimulai dengan Inggris memasukan candu. Ketika pemerintah Cina berusaha memberantas candu, Negara Inggris menyediakan diri untuk membantu,


(9)

sehingga Inggris menjadi dibutuhkan oleh Cina. Pada akhir perang Candu, Inggris memperoleh Hongkong sebagai hadiah.

AS juga tidak mau ketinggalan. AS mengirimkan Cales Cushing untuk mengadakan perjanjian Wang-hia (5 Juli 1844). Melalui perjanjian ini 5 pelabuhan dibuka bagi kapal-kapal AS, dan AS memperoleh hak extrateritotialitas dengan menempatkan beberapa konsul.

Kemudian AS ingin menembus perdagangan Jepang dengan mengirimkan Commodore Perry beserta armadanya ke Yedo sebanyak dua kali sebagai "show of force" (uniuk kekuatan). Dengan ini AS juga memperoleh dua pelabuhan di Jepang. Perjanjian ini disebut Yokohama Treaty (21 Maret l854).

Tahun 1857 terjadi perang arfiarcCina dengan gabungan Inggris-Perancis. AS dan Rusia bemikaf netral. AS mengirimkan konsul Townsend Harris untuk menjadi konsul di Cina. Konsul AS ini berunding dengan Inggris dan Perancis untuk tidak memerangi Cina. Usaha ini berhasil dengan ditandatanganinya perjanjian Tientsin (l858).

Selanjutnya AS mengirimkan dubes Anson Burlingane yang selalu menentang usaha Negara-negara Eropa untuk membagi-bagi Cina. Begitu juga di Jepang, AS semata-mata hanya memiliki kepentingan komersial, tanpa adanya kepentingan politik.

G. Perang Saudara di AS

Pada pertengahan abad ke 19, AS memperoleh kemajuan di bidang ekonomi, tetapi timbul perbedaan pendapat antua Negara-negara di bagian utara ddn Negara-negara di bagian selatan. Pihak utara menyatakan arti perbudakan. sedangkan pihak selatan menjalankan perbudakan. Abraham Lincoln ketika masih menjadi senator (1854) menyatakan bahwa perbudakan harus dihapuskan, dan pada pemilu 1980 Lincoln terpilih sebagai presiden maka pihak yang anti perbudakan semakin keras suaranya. Sedangkan pihak selatan memisahkan diri dan membentuk konfederasi negara bagian) Selatan (8 Februari l86l).

Pada tanggal 12 April 1861, pasukan konfederasi selatan menyerang Fort Sunter. Dengan ini mulailah perang saudara selama 4 tahun di AS. Pasukan


(10)

Negara-negara bagian Utara menyebut diri merekaUnion Forces (kaum Yankee). Sedangkan pasukanSelatan menyebut diri mereka Confederate Army (kaum konfederasi). Pasukan Utara dipimpin oleh Gen. Ulysses S. Grant, sedangkan Selatan dipimpin oleh Gen. Robert E. Lee. Perang saudara 4 tahun ini dimenangkan oleh pihak Utara. Perang berlangsung sampai 1865.

Pada bulan Juni 1866 Congress AS membuat UU, hal sipil yang melarang adanya diskriminasi rasial. Pada bulan Juli 1868 dikeluarkan Amandemen XIV yang membedakan warna kulit.

NOTES : Konstitusi AS tidak pernah diganti/dirumah sejak masa kemerdekaannya. Adanya perubahan hanya pada Amandemen yang kemudian bisa dimasukan pada sistem komunikasi. Pada tahun 1872 barulah dikeluarkan UU Amnesti yang dikembalikan AS pada situasi normal.

NOTES : Partai Republik yang berbasis di bagian Utara cenderung pada SENTRALISASI. Sedangkan,partai Demokrat yang berbasis di Selatan cenderung pada sentralisasi.

PERLUASAN WILAYAH

Pada tahun 1867 AS membeli St.Thomas dan St.John yang terletak di Virgin Island dari Denmark seharga $7500. Kemudian AS membeli Alaska pada tanggal 30 Maret 1867 dengan harga U$ 7 200 000. Mulai 1869 setelah Ulysess Grant menjadi presiden. diusahakan untuk membuat terusan yang menghubungkan Atlantik dengan Pasifik, tapi hal ini berlangsung berlarut-larut dan baru pada tahun 1876 dipilih Nicaragua sebagai tempat dibuatnya terusan, tetapi pada tahun l88l diubah ke Panama.

PERANAN AS DI PASIFIK SELATAN

Tahun 1878 suatu delegasi dari Samoa mengunjungi Washington untuk meminta menjadi protektorat AS. Melalui perjanjian Berlin (14 Juni IS79) AS berhasil membujuk


(11)

Jerman dan Inggris untuk menempatkan Samoa di bawah suatu kondominium (pemerintahan bersama oleh lebih dari suatu Negara), Selanjutnya AS melanjutkan usahanya untuk mengambil Hawaii.

Pada tahun 1893 terjadi revolusi yang didalangi oleh perusahaan-perusahaan transnasional untuk menggulingkan kerajaan Kalatua, dan Raja Kalatua digantikan oleh adik perempuannya Lilio Kalani, tapi berfungsi hanya sebagai boneka. Pada tahun 1894 terjadi pemberontakan di Hawaii menjadi Republik.

MONROE DOKTRIN DAN PAN AMERIKA

Setelah.perang saudara, Menlu William H. Senard (periode 1861-1869) pada tahun 1865 melontarkan gagasan Pan Amerika. Latar belakang dari gagasan ini antara lain:

Karena spanyol ingin menjajah kembali santo Domingo (Rep. Dominika) dan AS kembali menyuarakan Monroe Doctrine.

Untuk mengusir Perancis yang memanfaatkan Max Millian sebagai raja di Mexico setelah adanya intervensi 3 negara (Perancis, lnggris, Spanyol) ke Mexico pada bulan Oktober 1861.

Tetapi gagasan Pan Amerika baru bisa diwujudkan pada tahun l88l ketika AS mengundang l8 negara merdeka di Amerika Selatan untuk membentuk suatu organisasi republik Amerika (kemudian disebut PaN American Union, dan diganti menjadi Organization of American States).

Dengan adanya Pan Amrika ini Monroe Doctrine kembali didegungkan oleh AS dan kedudukan Monroe doctrine semakin kuat setelah adanya Venezuela Venezuela yang merdeka mempunyai sengketa perbatasan dengan Guyana (Inggris). AS mendukung Vepezuela agar masalah perbatasan ini diselesaikan melalui arbitrasi. Semula Menlu Inggris tidak setuju, tapi Menlu AS Richard Olney mengancam Inggris bahwa sebenarnya Venezuela memiliki seluruh wilayah itu. Untuk menenangkan AS, hggrrs bersedia menyelesaikan rnasalah perbatasan dengan Venezuela melalui arbitrasi. Perjanjian Venezuela Inggris ditandatangani pada 5-20 Juli 1895 dengan


(12)

kesediaan Inggris mengakui perbatasan yang dituntut Venezuela. Hal ini disebut sebagai kemenangan Monroe Doctrine.

IMIGRASI ORANG-ORANG CINA

Sebelum Perang Saudara hubungan AS dengan Cina dan Jepang baik-baik saja, tapi setelah perang saudara timbul kemerosostan perdagangan. AS sendiri mengalami kesulitan ekonomi dalam negeri sehingga AS mulai membatasi masuknya imigran Cina. Sebelumnya, pada tahun 1868, ada perjanjian AS dengan Cina yang disebut Burlingame Tieaty yang membolehkan masuknya imigran Cina , khususnya karena AS membutuhkan tenaga kerja murah untuk pembuatan jalan kereta api. Tapi hal ini menimbulkan social jeaulously di kalangan orang AS, termasuk untuk rnelarang anak Cina bersekolah di sekolah-sekolah kulit putih.


(13)

GARIS BESAR PEMERINTAHAN AMERIKA SERIKAT

A. Konstitusi: Dokumen Abadi

Undang-undang Dasar Amerika Serikat merupakan instrument utama bagi pemerintah AS dan juga kekuasaan hukum tertinggi di negeri tersebut. Selama 200 tahun UUD tersebut telah menuntun proses perubahan berbagai lembaga pemerintahan dan menjadi dasar bagi stabilitas politik, kebebasan individu, pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial.

UUD Amerika adalah hukum tertulis tertua di dunia yang masih berlaku dan menjadi contoh bagi banyak undang-undang dasar lainnya di dunia. Kekuatan UUD tersebut terletak pada sifatnya yang sederhana dan luwes. Mulanya dirancang pada akhir abad ke-18 sebagai sebuah kerangka kerja untuk memerintah 4 juta orang di 13 negara bagian yang berbeda di sepanjang atlantik.

Aturan-aturan dasarnya mudah dipahami, hanya dengan 27 amandemen ia kini bisa melayani kebutuhan lebih dari 260 juta warga AS di lebih dari 50 negara bagian yang beragam, yang terentang mulai dari lautan Atlantik hingga Pasifik.

Tetapi jalan menuju UUD tidaklah lurus dan mudah. Konsep awalnya muncul tahun 1787, itu pun setelah melalui perdebatan alot dan pengalaman enam tahun dalam bentuk kesatuan federal yang lama. Tiga belas daerah koloni dengan negeri Inggris di Amerika menyatakan kemerdekannya dari Negara ibu tahun 1776. Setahun sebelumnya, pecah perang antara daerah-daerah koloni dengan negeri Inggris, sebuah perang kemerdekaan selama enam tahun yang pahit. Masih dalam suasana perang, daerah-daerah koloni sekarang emreka menyebut dirinya Amerika Serikat, merancang sebuah kesepakatan yang mengikat mereka bersama sebagai sebuah bangsa. Kesepakatan itu disebut Pasal-pasal tentang Konfederasi dan Perserikatan (Articles of Confederation and Perpetual Union), dibahas oleh kongres Negara bagian tahun 1777 dan secara resmi ditandatangani Juli 1778. Pasal-pasal tersebut baru mengikat setelah diratifikasi oleh ke 13 negara bagian di Maryland pada tahun 1781.


(14)

Articles of confederation membicarakan sebuah asosiasi yang longgar diantara Negara-negara bagian dan menyusun sebuah pemeritahan federal dengan kekuasaan yang sangat terbatas. Atas wewenang mengurus permasalahan penting seperti peretahanan, keuangan publik dan perdagangan, pihak pemerintah federal seharusnya berterima kasih kepada para pembuat UU (legislator) dari setiap Negara bagian.

Pada Februari 1787, Kongres continental, yakni Badan Legislatif Republik, menyerukan pada setiap Negara bagian untuk mengirimkan delegasi ke Philadelphia, yaitu Negara bagian Pennsylvania, untuk meninjau kembali pasal-pasal tentang konfederasi dan perserikatan tersebut.

Sebanyak 50 delegasi yang menyusun UUD, termasuk didalamnya para pemimpin terkenal yang disebut bapak bangsa yang merupakan pendiri negeri baru tersebut. Mereka mewakili beragam kepentingan, latar belakang dan lingkungan. Meskipun demikian, semuanya sepakat tujuan utama yang tercantum di pembukaan UUD. “kami rakyat Amerika Serikat, dengan maksud membentuk sebuah perserikatan yang lebih sempurna, menegakkan keadilan, menjamin kedamaian domestic, mengadakan pertahanan bersama, meningkatkan kesejahteraan umum, dan menjaga anugerah kebebasan bagi diri dan para penerus kami, maka kami mengukuhkan dan menetapkan UUD ini bagi Amerika Serikat.”

B. Konstitusi Sebagai hukum Tertinggi

UUD AS menyebut dirinya “hukum negeri yang tertinggi”. Bagi pengadilan, klausa ini berarti jika undang-undang atau hukum Negara bagianyang telah disetujui oleh legislated Negara bagian ataupun oleh Kongres Nasional bertentangan dengan undang-undang dasar federal, maka undang-undang tersebut tidak mempunyai kekuatan. Keputusan-keputusan yang dijatuhkan oleh Mahkamah Agung selama dua abad telah membuktikan dan menguatkan doktrin tentang supremasi undang-udangn dasar.

Otoritas terakhir tetap ada pada rakyat AS yang bisa mengubah hukum dasar, jika mereka menginginkan, busa dilakukan amandemen UUD atau paling tidak secara teori menyusun UUD baru. Bagaimanapun rakyat tidak menjalankan otoritas mereka


(15)

secara langsung. Mereka mendelegasikan urusan sehari-hari pemerintah kepada pejabat publik, baik yang melalui hasil pemilihan atau penunjukkan.

Biasanya, rakyat AS menyatakan kehendak mereka melalui kotak suara. UUD membuat aturan untuk mencopot pejabat publik, untuk kasus perbuatan tercela berat atau penyelewengan jabatan, melalui proses “impeachment”. Pasal II, bagian 4 berbunyi: “Presiden, Wakil Presiden, dan semua pejabat sipil AS, akan dicopot dari jabatannya karena impeachment, dan adanya vonis bersalah, penghianatan, penyuapan, kejahatan tingkat tinggi dan atau tidank pidana ringan lainnya.”

Impeachment merupakan tuduhan adanya penyimpangan seorang pejabat pemerintah oleh badan legislatif; seringkali hal tersebut tidak mengacu kepada dakwaan bersalah atas tindak pidana tertentu. Seperti dinyatakan dalam UUD, DPR harus mengajukan tuduhan penyimpangan melalui pemungutan suara pernyataan impeachment.

Terakhir pada tahun 1998, Presiden Bill Clinton di-impeach oleh DPR atas tuduhan sumpah palsu dan menghalang-halangi pengadilan. Sesalah setelah bersidang, Senat membebaskan Presiden dari kedua tuduhan tersebut, atas tuduhan sumpah palsu perbandingan suaranya 55-45 dan 50-50 untuk tuduhan menghalangi pengadilan. Agar bisa menjatuhkan seorang presiden dari jabatannya diperlukan pernyataan bersalah dari mayoritas 67 suara atas salah satu tuduhan.

C. Eksekutif

Seorang Presiden di Amerika Serikat dipilih oleh rakyat melalui Dewan Pemilih (Electoral College). Sehingga secara teknis rakyat Amerika memang tidak memilih langsung presidennya. Masa jabatan kepresidenan di Amerika adalah 4 (empat) tahun dan dapat dipilih kembali maksimal dua kali.

Syarat Calon Presiden Amerika Serikat:

1) Warga Negara yang lahir di Amerika Serikat 2) Minimal berumur 35 tahun


(16)

Tugas utama dari Presiden AS adalah: melindungi konstitusi dan melaksanakan UU yang dibuat oleh kongres. Sedangkan kekuasaan Presiden AS antara lain sebagai berikut:

1) Merekomendasikan perundang-udangan kepada kongres 2) Memanggil sidang khusus kongres

3) Menyampaikan amanat kepada kongres 4) Mem-veto Rancangan Undang-undang. 5) Mengangkat Hakim Federal

6) Mengangkat kepala departemen dan isntansi federal serta pejabat penting federal

7) Menjalankan tugas resmi dengan Negara-negara asing

8) Menjalankan fungsi sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata 9) Memberikan ampunan atas kejahatan terhadap Amerika Serikat


(17)

Gambar Kekuasaan Presiden Amerika:

D. Legislatif

Pasal I konstitusi memberikan kekuasan legislatif pemerintah federal kepada suatu kongres yang dibagia menjadi dua dewan yaitu senat dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Anggota senat terdiri dari dua perwakilan dari tiap Negara bagian sesuain dengan UUD. Jumlah anggotanya saat ini 100 orang. Anggota di DPR berdasar pada jumlah penduduk dari tiap Negara bagian, maka dari itu tidak disebutkan secara terperinci dalam konstitusi. Jumlah anggotanya saat ini ada 345 orang.

Lebih dari seratus tahun setelah diterima konstitusi tersebut, anggota senator (anggota senat) tidak dipilih melalui pemungutan suara langsung melainkan dipilih oleh

KEKUASAAN PRESIDEN

Kekuasaan Legislatif:

Presiden dapat mem-veto setiap RUU yang diloloskan kongres, kecuali jika 2/3 anggota DPR menolak.

Presiden bisa mengajukan RUU pada laporan tahunannya kepada kongres.

Kekuasan Yudikatif:

Mengangkat pejabat penting pemerintah Pemberi ampunan sepenuhnya atau bersyarat kepada siapa saja yang melanggar huku federal (kecuali kasus impeachment).

Kekuasaan Eksekutif: menjalankan roda pemerintahan.


(18)

para badan pembuat UU Negara bagian dan dianggap sebagai perwakilan dari Negara-negara bagian mereka. Tugas mereka adalah memastikan bahwa Negara bagian yang mereka wakili mendapat perlakuan sama di UU. Amandemen ke 17 yang mulai berlaku tahun 1913, mewajibkan pemilihan anggota Senat secara langsung.

Sesuai pasal I Konstitusi, Kongres adalah pemegang semua kekuasaan Legislatif Pemerintahan Federal. Komposisi kongres terlihat dalam gambar berikut:

Sedangkan perbedaan mendasar dari Majelis Senat dengan Majelis DPR antara lain:

MAJELIS SENAT MAJELIS DPR

Perwakilan/ Keanggotaan:

Jumlah perwakilan anggota senat di kongres adalah 100 orang, yakni setiap Negara bagian AS (50 negara bagian) diwakili oleh dua orang senator.

Jumlah anggota DPR ditentukan oleh Kongres, yaitu berdasarkan jumlah penduduk tiap Negara bagian. UU mengatur 1 kursi setiap 600.000 penduduk dan rasio ini terus berubah sesuai pertumbuhan penduduk.

Persyaratan Calon:

- Minimal 30 tahun

- Warga Amerika minimal 9 tahun

- Penduduk Negara bagian dimana mereka dipilih

- Minimal 25 tahun

- Warga Negara AS minimal 7 tahun

- Berdomisili di Negara bagian mereka dipilih.

KONGRES

MAJELIS SENAT (Senate)

MAJELIS DPR (House of Representative)


(19)

Ketentuan lainnya:

- Dipilih setiap tahun genap - Masa jabatan 6 tahun

- Diketuai oleh Wakil Presiden

- Memiliki 16 Komisi Tetap

- Dipilih setiap dua tahun

sekali

- Masa jabatan 2 tahun

- Ketua dipilih sendiri oleh anggota DPR

- Memiliki 22 Komisi tetap

Sumber: Kantor Program Informasi Internasional, Departemen Luar Negeri AS, 2005.

Wewenang Kongres yang luas dapat diuraikan secara rinci di Pasal I dari konstitusi:

1) Mengadakan dan memungut pajak; 2) Meinjam uang untuk keuangan rakyat;

3) Membuat Undang-udang dan peraturan-peraturan untuk mengatur perdagangan diantara Negara-negara bagian dan dengan negara-negara asing;

4) Membuat peraturan-peraturan yang seragam untuk naturalisasi (pewarganegaraan) warga asing;

5) Membuat mata uang, mencantumkan nilainya, dan menangani hukuman untuk para pemalsu uang

6) Menetapkan standar untuk bobot dan langkah-langkah atau tindakan 7) Membentuk undang-undang kepailitan bagi Negara secara keseluruhan 8) Mendirikan kantor-kantor pos dan jalur pos

9) Mengeluarkan hak-hak paten dan hak cipta 10) Menghukum pelaku pembajakan

11) Menyatakan perang

12) Meningkatkan dan mendukung militer/tentara 13) Membentuk angkatan laut

14) Mengerahkana dari pemerintahan wajib militer untuk menegakkan undang-undang federal, menekan pelanggaran hukum atau melawan invansi


(20)

15) Membuat semua undang-undang ditempatkan di pusat pemerintahan (Washington DC)

16) Membuat undang-udang menjadi penopang ditegakkannya konstitusi

E. Yudikatif

Cabang ketiga dari pemerintah federal adalah yudikatif, yang terdiri dari suatu sistem peradilan yang tersebar di seluruh Negara, dipimpin oleh Mahkamah Agung AS.

Suatu sistem pengadilan Negara bagian sudah ada bajkan sebelum Konstitusi dirumuskan. Terjadi sengketa diantara para delegasi konvensi konstitusi mengenai kebutuhan akan sistem pengadilan federal dan apakah posisinya harus menggantikan pengadilan Negara bagian. Seperti juga masalah-masalah lain yang juga diperdebatkan, para delegasi akhirnya mencapai suatu kompromi, yaitu pengadilan Negara bagian.

Pasal III dari konstitusi menyatakan dasar-dasar bagi sistem pengadilan federal:

“kekuatan hukum Amerika Serikat akan ditampukkan ke satu Mahkamah Agung, dan sejumlah pengadilan yang lebih rendah lain yang oleh kongres sewaktu-waktu bisa ditahbiskan dan dibentuk.”

Dengan petunjuk ini, Kongres pertama membagi Negara menjadi beberapa distrik dan membentuk pengadilan federal untuk tiap distrik. Dari situ berkembanglah struktur yang masih berlaku hingga kini: Mahkamah Agung, 13 Pengadilan banding, 94 Pangadilan Distrik, dan dua pengadilan yurisdiksi khusus. Kongres saat ini tetap berwenang untuk menciptakan dan meniadakan pengadilan federal, serta menentukan jumlah hakim pada sistem pengadilan federal. Akan tetapi, kongres tidak dapat meniadakan Mahkamah Agung.


(21)

MAHKAMAH AGUNG (MA):

- Keputusannya bersifat final, tidak dapat diganggu gugat

- Semua kasus mencapai MA melalui bandung dari Pengadilan Tinggi (PT), kecuali untuk kasus yang melibatkan tokoh asing dan salah satu pihaknya adalah Negara bagian.

- Keputusan MA minimal diputuskan oleh 6 hakim agung untuk mencapai Kuorum

PENGADILAN TINGGI (PT):

- Wilayah Amerika Serikat dibagi menjadi 11 wilayah banding dengan 3-15 orang hakim

- Pengadilan Banding bertugas meninjau keputusan Pengadilan Distrik dan

meringankan tugas MA

PENGADILAN DISTRIK:

- Dibagi menjadi 89 distrik, ditambah 1 (satu) district of Columbia dan 1 (satu)

Persekmakmuran Puorto Rico, dilayani 1-27 hakim disetiap Pengadilan Distrik. PEMERINTAH

FEDERAL

EKSEKUTIF: PRESIDEN & WAKIL PRESIDEN

LEGISLATIF: KONGRES (DEWAN

PERWAKILAN RAKYAT & SENAT)

YUDIKATIF:

1. MAHKAMAH AGUNG

2. 11 PENGADILAN TINGGI (BANDING) 3. 94 PENGADILAN DISTRIK


(22)

(23)

Politik Luar Negeri Amerika Serikat Era Perang Dingin

AGRESI ABAD KEDUAPULUH

Sebelum Perang Dunia pertama. Amerika Serikat (AS) secara relative tidak terlibat dalam panggung dunia. Meskipun punya potensi berkuasa, AS dijauhkan dan konflik luar negeri oleh sarnudera-sarnudera yang luas dikedua sisinya, dan posisi dominan AS dibelahan dunia Barat menjamin keamanan dalam zona mi. Lebih dan itu, sistem global dan tahun 1815 sampai 1914 secara relative stabil dan jarang memerlukan partisipasi aktif militer AS. Negara-negara kuat Eropa yang mendominir sistem dunia menerapkan kebijaksanaan-kebijasanaan konservatif dalam mempertahankan status quo (meskipun tujuan-tujuan tambahan dikerjar dalam soal-soal colonial), dan kepentingan keamanan Arnerika hampir tidak disentuh oleh pasang surut poltik d

Kebijaksanaan-kebijaksanaan AS selama periode mi memiliki tiga landasan: 1. Isolasionisme: tidak terlihat dalam kompleks aliansi dan intrik militer

Eropa. Karena mi dirasakan hanya meengandung konsekuensi yang kecil bagi Amerika.

2. Doktrin Monroe: merupakan tuntutan untuk tidak saling menyerang atas Negara negara Erdpa di belahan bumi Barat, sebagai akibat pernyataan bahwa Amerika Latin sebagai daerah pengaruh AS.

3. Ekspansi Niaga: partisipasi penuh dalam perdagangan internasional yang bebas ganjalan masuk ke pàsar dunia sekaligus menghindari konflik-konflik luar negeri.

Secara umum, prinsip-prinsip ini mendorong AS kearah peran yang lebih besar sebagai actor ekonomi dunia tetapi peran kecil dalam permasalahan politik dan militer dunia.


(24)

Kerukunan dunia secara relatif terbalik seluruhnya di tahun 1914 dengan pecahnya Perang Dunia I. Untuk pertamakalinya sejak 1815, sebuah kekuatan lebih besar cenderung mengubah redistribusi fundamental dan perubahan perimbangan kekuatan Eropa, yang menimbulkan konsekuensi yang luas bagi dunia. Dalam beberapa bulan, sebagian besar kekuatan besar beserta sekutu-sekutu dan koloni-koloninya terlibat kedalam perang yang rumit dan sejumlah antagonisme regional terpisah turut mengacaukan konflik utama itu. Amerika Serikat, terlindung dan konflik utama oleh posisi geografisnya dan dibingungkan oleh kecaman dan tuntutan yang silang-menyilang sehingga AS menahan din dan perang selama tiga tahun.

Karena perang semakin berkecamuk, netralitas dan sikap isolasionis Amerika mulai menjurus ke permusuhan terhadap Jerman dan dukungan terhadap sekutu, terutama Inggris. Kesamaan bahasa dan tradisi dengan Inggris, maupun ikatan dagangnya, membuat netralitas tidak bisa dipertahankan. Amerika Serikat bertempur bukan demi kepentingan nasional yang sempit melainkan bagi pembaruan sistem internasional berdasarkan prinsip-prinsip keadilan dan non agresi.

ASAL USUL PERANG DINGIN

Penyelesaian tahun 1945 yang mengakhiri kekerasan Perang Dunia II dalam waktu yang sama menciptakan basis Perang Dingin. AS dan Soviet bercerai sebagai sekutu dalam perjuangan bersama melawan fasisme dan mulai terlibat dalam kompetisi yang berkepanjangan memperebutkan pengaruh politik atas Eropa, Asia dan dunia. Ada beberapa perbedaan penting diantara orang-orang Amerika terdidik rnengenai asal muasal Perang Dingin, dan ha! tersebut sangat mempengaruhi pemahaman atas berbagai rnasalah lainnya?

Persekutuan dengan Soviet melawan Hitler dianggap tidak perlu oleh AS. Sebelum tahun 1941, kecurigaan yang mendalam terhadap stalin dan komunisme Soviet sangat mengharnbat hubungan komersial politik dengan Soviet. Kekhawatiran kekhawatiran mi menjadi berlipat ganda selama dasawarsa


(25)

sebelum perang akibat adanya laporan-laporan yang menggambarkan berlangsungnya pembersihan besar-besaran di Moskow pembantaian berjuta-juta petani, dan pelanggaran hak-hak asasi manusia 1ainrt ingkah laku luar negeri Soviet oleh AS selalu dikaitkan dengan aktivitas Subversive Comintern (pranata komunisme intemasional) yang bisa mengancam Negara negara demokratis, pakta non-agresi Hitler-Stalin, dan serangan brutal atau Finlandia yang lemah.

Meskipun begitu, persekutuan yang pernah turnbuh sernasa perang mernbuahkan suatu kehangatan diantara kedua bangsa. Mekar rasa hormat AS atas kegigihan perjuangan rusia melawan fasisme. Beberapa pejabat AS merencanakan suatu era kerjasama baru, termasuk kerjasarna dalarn menjarnin keamanan kolektif rnelalui Dewan Keamanan PBB. Peluang lain untuk memperbaiki hubungan dengan Uni Soviet tidak diolah secara tuntas oleh Washington sebelum perang berakhir, dan hanya sedikit rencana realistis dan sistematis yang dibuat untuk merekayasa dunia pascaperang selain pembentukan Perserikatan Bangsa-bangsa. Narnun di Moskow beberpa keputusan terencana dan ekstensif berkenaan dengan kebijakan dan tindakan-tindakan setelah perang telah disusun. Perbedaan inilah yang kemudian membuat rancangan Soviet sangat mengejutkan Amerika.

Peristiwa-peristiwa lain semakin mempertajam ketegangan antara AS dan Soviet antara lain: bahwa Soviet akan menempatkan secara permanenn tentara Merah untuk mengawasi Negara-negara Eropa Timur, sehingga menciptakan rangkaian Negara satelit dengan pemerintahan-pemerintahan boneka. Amerika sangat tersinggung atas penggunaan kekuatan secara terang-terangan oleh Uni Soviet yang sebenarnya dalam menciptakan koloni-koloninya tersebut.

Yang lebih menggemparkan lagi adalah apa yang dianggap sebagai usaha Uni soviet meluaskan Tirai Besi mi dan menarik wilayah-wilayah tambahan dibawah pengawasan komunis. Kemudian yang selanjutnya adalah, bahwa hampir di seluruh dunia, partai-partai yang memberontak membuat kekacauan dan revolusi atas nama komunisme. Banyak kalangan di Barat menyimmpulkan bahwa Soviet


(26)

tidak hanya mencari keamanan di perbatasannya tetapi juga melancarkan ekspansi kemana-mana, dan kalau mungkin untuk menguasai dunia. Para pembangkang itu sendiri menyatakan bahw tidak setiap peristiwa. revolusioner berkaitan dengan komando persengkoko!an yang berpusat di Moskow.

DOKTRIN TRUMAN

Kasus yang akhirnya menciptakan situasi krisis di Washington adalah kasus Yunani. Dimana dalam hal i, faksi komunis dan faksi monarkis di Yunani bermusuhan, padahal sebelurnnya bersama-sama melawan kekuatan fasis. AS berpendapat bahwa Stalin telah memberi isyarat terus pada para pemberontak dan tentara-tentara Soviet untuk membantu kubu komunis untuk menggugurkan kesepakatan bahwa Yunani harus berada di bawah pengaruh Barat.

Stalin dianggap sangat serius dan memiliki rencana ainbisius untuk meruntuhkan kapitalisme. Dilain pihak, beberapa pengamat tetap berpendapat bahwa Uni Soviet hanya mengejar tujuan-tujuan defensive, atau yang terburuk ekpansi regional sepanjang garis yang pernah dikuasainya pada zaman imperialisme tsar, dan bukan untuk meraih kekuatan global atas nama komunisme. Perdebatan sengit maksud-maksud soviet dan upaya merumuskan tanggapan yang paling bijaksana mulai berkembang di AS.

Aliran pemikiran yang dominant di AS, yang ekspresi klasiknya bersumber pada filsafat pembendungan (containment) dan diplomat dan ilmuan George Kennan, menyatakan bahwa Soviet melayani imperative ideologis yang menuntut perjuangan dan perlawanan global terhadap kapitalisme. Ia menjelaskan: Tanggung jawab untuk melawan kebijaksanaan konflik tanpa batas mi jatuh pada Amerika Serikat, kata Kennan, yang harus mendasarkan tindakan-tindakannya atas prinsip pembendungan kekuatan soviet di dalam batas-batasnya yang ada sampai adanya perubahan-perubahan internal di dalam kepemimpinan Soviet yang mau meninggalkan maksud-maksud agresi.


(27)

Pandangan mi yang dianut Presiden Harry S. Truman, yang diumumkannya dalam pidato Doktrin Truman 12 Maret 1947. Pidatonya menyejajarkan agresi komunis dengan agresi Nazi yang mendahuluinya: “masalah dasar” dalam perang dengan Jerman dan Jepang adalah “menciptakan berbagai kondisi yang memungkinkan setiap Negara hidup bebas dan pemaksaan”. Sekarang sekali lagi, kita harus “mau menolong rakyat yang bebas untuk mempertahankan pranata kebebasan dan integrasi nasionalnya melawan gerakan-gerakan agresif yang berusaha menghadirkan rezim totaliter bagi mereka”.

Pendekatan dalam memahami Perang Dingin

Ada dua pendekatan yang dapat dipergunakan dalarn melihat dan rnengklaritikasi apa sebenarnya Perang Dingin. Yang pertama adalah melihat Perang Dingin sebagai sebuah konsep ideologi, dan yang kedua sebagai fakta-takta sejarah.

I. Perang Dingin sebagai Konsep Ideologi

Berdasarkan pengertian yang konvensional, Perang Dingin (Cold War) diartikan sebagai konfrontasi antara dua superpower. Ada beberapa macam versi pendapat mengenai Perang Dingin mi. Versi Ortodok merupakan versi yang paling dominan diyakini dunia. Versi mi berpendapat bahwa faktor yang mendorong terjadinya Perang Dingin adalah sifat agresif Uni Soviet, yang hams dilawan Amerika Serikat (AS). Sedangkan Versi kelompok kritis berpendapat bahwa persepsi tentang Soviet selama mi telalu dibesar-besarkan karena bahaya sikap agresif Soviet itu tidak seekstrim yang kita lihat. Oleh karena itu kebijakan AS terhadap Soviet selama Perang Dingin terjadi dibuat berdasarkan kesalahan analisis.


(28)

Berdasarkan pendapat seluruh versi diatas, landasan utama dalam politik luar negeri AS pada masa Perang Dingin adalah containment dan detterence.

Contaiment : Dasar kebijakan politik luar negeri perang dingin As dan asumsi teoritisnya, dimaksudkan untuk menghentikan ekspansi Soviet. Teori pembendungan berpangkal dan asumsi bahwa kebijaksanaan luar negeri Soviet sangat dilandasi oleh tuntutan kediktatoran yang didasarkan pada ideology komunis serta sejarah Rusia. Formulasi teori pembendungan dikaitkan terutama sekali dengan Goerge F. Kennan (kepala staf perencanaan kebijaksanaan kementrian luar negeri 1947). Teori pembendungan diterapkan melalui kebijaksanaan dua tahap yang dimulai dan program Turki — Yunani 1947. Tahap pertama dikemukakan melalui dokrin Truman yang dimaksudkan untuk menghentikan setiap langkah maju geografis Soviet. Doktrin mi mencakup penetapan “Shatten Zone” geo politik dan Norwegia melalui Eropa Tengah dan Tenggara serta Timur Tengah hingga Asia Selatan dan Timur. Dengan terbentuknya pembendungan tersebut. tahap dua dipacu untuk membangun Situation of Strenght” melalui penempatan kekuatan AS sepanjang garis tersebut. serta melakukan tindak balasan pada saat, tempat, dan cara sesuai selera terhadap setiap usaha Soviet yang dipacu untuk menembus garis lingkaran tersebut. Kebijaksanaan mi dimaksudkan untuk menggagalkan upaya pencapaian tujuan nasional dan luar negeri Soviet sehingga dapat memperkuat tekanan dan perasaan puas di dalam negeri Soviet terhadap kediktatoran di negeri itu. Situasi mi membawa para pemikir Soviet untuk menyadari bahwa kepentingan Soviet tidak dapat dicapai melalui cara kekerasan, dan subversi, sehingga hams dicapai rnelalui diplomasi damai yang akomodatif (Jack C. Piano & Roy Olton, Kamus flubungan Internasional, Bandung : Penerbit Putra A bardin, 1982 : him. 318).

Detterence : Kegiatan yang dilakukan oleh sebuah atau sekelompok Negara untuk mencegah Negara lain menjalankan kebijaksanaan yang tidak dikehendaki. Detterence mencakup strategi ancaman hukuman atau penolakan untuk mernpercayai pihak lain karena resiko tindakan antisipasi akan tidak terkirakan. Sarana yang dipergunakan untuk menj alankan kebij aksanaan


(29)

detterence termasuk peningkatan kapabilitas militer secara umum, mengembangkan persenjataan super dengan daya hancur masal, membentuk aliansi dan ancarnan melakukan tindak balasan. Agar menjadi efektif ancaman detterence hams benar-benar dapat dipercaya oleh pihak lain yang dijadikan sasaran (Jack C. Plano & Roy Olton, Kamus Hubungan Internasional, Bandung : Penerbit Putra A bardin, 1982: hlm. 145).

II. Perang Dingin sebagai Fakta Sejarah

Pendekatan yang kedua didasari pemikiran bahwa “analisa logika” saja tidakiah cukup, karena hams ada penjelasan fakta-fakta juga. Oleh karena untuk memahami Perang Dingin hams melihat pada peristiwa-peristiwa yang mengangkatnya. Hal yang dibutuhkan dalam hal mi bukan hanya peristiwa-peristiwa actual saja, tapi juga factor faktor yang terdapat dibaliknya. Kita akan ingin mengetahui sejauh apa kebijakan ditentukan oleh peristiwa khusus dalarn Perang Dingin, dan sejauh : t ha! tersebut diadopsi untuk keinginanan-keinginan institusi semata.

Pendekatan Perang Dingin dengan pemikiran seperti mi, kita mel gambaran konvensional akan konflik superpower sebagai sesuatu yang cukup nyL . tetapi itu hanyalah sedikit dan sebuah kejujuran. Realitas yang menonjol hanya terliluY tika kita melihat pada tipologi peristiwa dan praktek dan Perang Dingin. Dan sudut pandang Moscow, Perang Dingin diilustrasikan oleh tank-tank baja di Jerman Timur, Budapest dan Prague dan tindakan-tindakan koersif lainnya dalarn kawasan yang dibebaskan Red Army dan tentara Nazi, termasuk invansi ke Afghanistan. Dalam politik domestic Soviet, Perang Dingin membantu masuknya kekuatan elit birokrat militer yang kekuasaannya berasal dan kudeta Bolshevik pada October 1917.

Sementara bagi AS perang dingin adalah sebuah sejarah subversif dunia. agresi, dan Negara teroris. Perang Dingin memberikan hadiah besar bagi industri


(30)

Negara (termasuk NASA dan Departemen Energi yang mengontrol produksi senjata nuklir). Keuntungan lain juga diperoleh idustri computer, elektronik secara umum, dan sector-sektor industri ekonomi lain.

Dasar bagi kebijakan AS pada era Perang Dingin adalah garis besar dan perencanaan internal AS. Dengan kekuatan Militer dan Ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, AS mempersiapkan din untuk menjadi kekuatan global yang pertama. Tidak mengherankan, jika para pihak swasta dan pemerintah AS berhadap bahwa kekuatan mi nantinya dapat menciptakan kecenderungan dunia yang barn, yang dapat memenuhi kepentingan-kepentingan mereka.


(31)

PERANAN AMERIKA SERIKAT DI KAWASAN PASIFIK SELATAN (Oleh: Dewi Triwahyuni)

PENDAHULUAN

Adalah agak sulit membicarakan “peranan Amerika Serikat (AS) di kawasan pasifik Selatan (KPS)” dari Administrasi Clinton yang belum satu tahun mengambil alih kepemimpinan AS dari tangan pendahulunya, Presiden George Bush. Ada beberapa alasan untuk hal ini.

Pertama administrasi Clinton masih “meraba-raba” bagaimana bentuk dan arah politik luar negeri yang harus dijalankan dalam periode pasca-Perang Dingin, oleh karena Presiden Clinton tidak memiliki pengalaman politik luar negeri. . Kedua, Clinton memenangkan pemilihan dengan berkampanye atas dasar proposisi bahwa AS harus memberi prioritas puncak pada restrukturisasi domestik AS , dan dalam rangka restrukturisasi domestic itu ia menempatkan kepentingan ekonomi AS pada urutan teratas dari politik luar negerinya.Ketiga, kawasan Pasifik Selatan yang hampir tidak pernah memperoleh perhatian khusus dari negara-negara besar semasa Perang Dingin, karena tidak sedikitpun merupakan ancaman bagi kepentingan geopolitik maupun strateginya masing-masing, jelas luput dari pemerintah Clinton.

POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT SELAMA PERANG DINGIN

Kepentingan nasional Amerika Serikat

Politik luar negeri AS selama Perang Dingin, sebagaimana juga Uni Soviet, berfokus kepada keamanan (nasional dan internasional). Berbeda dengan konsep keamanan sebelumnya yang pada dasarnya hanya mengandung dimensi militer, konsep keamanan yang dikembangkan di AS secara sistematis, terutama sejak zaman McNamara (akhir 1960an atau awal 1970an) mempunyai politik/diplomatik, ekonomi, sosial dan militer. Dengan demikian, politik luar negeri AS itu meliputi berbagai kebijakan, terpenting adalah kebijakan diplomatik,kebijakan ekonomi, dan


(32)

kebijakan keamanan/militer.1Sesungguhnya ini adalah suatu ”grand strategyyang didasarkan

kepada pengutamaan faktor-faktor kekuatan geopolitik dalam berbagai konfigurasinya dan kemampuan berperang. Implikasi dari strategi ini adalah bahwa keamanan nasional AS terletak

pada ”superioritas relatif ekonomi dan teknologinya” terhadap setiap musuh potensialnya. Sesuatu

kekuatan asing atau kelompok kekuatan asing baru menjadi ancaman bagi keamanan nasional AS apabila ia mampu melemahkan ekonomi AS atau mengembangkan kemampuan industrial yang menyamai atau melebihi kemampuan berperang AS. Dalam hubungan ini, ancaman utama ialah suatu negara atau koalisi negara yang berhasil menguasai Eurasia.2

Pengertian ”keamanan nasional” AS diperluas, tidak terlepas pada dimensi militer saja, yaitu mempertahankan integritas wilayah nasional. Ia juga berarti mempertahankan nilai-nilai inti bangsa, ideologi, dan budaya, ekonomi serta politik. Ia juga merupakan nilai-nilai intrinsik yang sangat berharga sebagai dasar suatu lingkungan eksternalnya dengan visi domestiknya itu.3

Perkembangan Sistem Hegemoni Amerika Serikat

Integrasi ekonomi yang internasional yang terbentuk, dibantu oleh koordinasi politik dan pertahanan dalam menghadapi Uni Soviet dan sekutunya merupakan penyebab dan sekaligus hasil dari pertumbuhan ekonomi yang dinikmati oleh mayoritas negara dalam sistem hegemoni AS. Hubungan positive-sum antara integrasi internasional dan pertumbuhan ekonomi tergantung tidak hanya dari kepentingan nasional negara-negara yang bersangkutan, melainkan juga dari kekuasaan dan pengaruh AS serta kesediaan dan kemampuannya untuk menanggung beban terbesar dari biaya yang diperlukan.Hal ini mengakibatkan defisit ganda AS, yaitu anggaran belanja dan defisit perdagangan.

Dalam perkembangannya, sistem hegemoni AS menjadi semakin longgar dan heterogen. Terintegrasi negara-negara itu dengan ekonomi pasar global tidak berarti mereka hanya mengikuti kemauan AS. Cukup banyak diantara mereka yang menentang kebijakan-kebijakan tertentu dari AS, justru beberapa negara kelompok inti, yang semakin kuat ekonomi dan keuangannya.

1

Daniel J.Kaufman, Jeffrey S. McKitrick, Thomas J. Leney, US National Curity A Framework for Analysis (Lexington, Massachusetts: D.C. Heath and Company, 1985), 5.

2

Melvyn P. Leffler, A Preponderance of Power: National Security, Truman Administration, and the cold War (Stanford: Stanford University Press, 1992), 2-3, 10-12.

3


(33)

Semakin ”mandiri”nya negara-negara dalam sistem hegomoni AS itu juga karena diakibatkan oleh kebijakan AS sendriri yang mencoba mengusahakan:

Mengubah sistem negara-negara nasional yang merdeka di Eropa Barat menuju ke persatuan politik (political Union) dan ekonomi yang mampu mempertahankan dirinya sendiri dan membantu memelihara integritas, keamanan dan ketertiban sistem internasional.

Memberi bantuan ekonomi dan teknik yang cukup besar bagi negara-negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin, dengan harapan dapat mendorong terjadinya transformasi lembaga dan budaya tradisional menjadi masyarakat majemuk dengan lembaga-lembaga politik yang demokratik serta ekonomi pasar yang semakin produktif.

Kenyataannya, kedua tujuan itu tidak tercapai. Namun cukup besar bagi negara-negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin, dengan harapan dapat mendorong terjadinya perubahan-perubahan besar selama dasawarsa 1970 dan 1980. Tetapi juga banyak masalah-masalah besar yang dihadapi AS. Hasil-hasil yang dicapai tidak cukup besar untuk mengurangi secara berarti beban AS dalam menjamin keamanan, ketertiban dan efektivitas berfungsinya sistem internasional yang dibangunnya. Hal ini berakibat:

1) lunturnya kemauan dan kemampuan rakyat AS untuk terus menerus menanggung beban biaya yang tidak simbang demi integrasi ekonomi dan koordinasi politik dan keamanan 2) meningkatnya motivasi dan kemampuan negara-negara lain untuk bertindak sesuai

dengan kepentingan-kepentingan menurut persepsi mereka sendiri.

Strategi Wilayah Amerika Serikat

Dari lima strategi wilayah AS: Eropa, Amerika Latin, Timur Tengah dan Asia Barat Daya, Asia Timur dan pasifik, dan Afrika, hanya 3 (tiga) wilayah memperoleh priorotas tertinggi, dengan urutan prioriasnya sebagai berikut:


(34)

1) Eropa. Disinilah kedua adikuasa dengan nelompok negara inti dari sistem hegemoninya masing-masing berhadapan disegala bidang, termasuk senjata nuklir (NATO & EEC dan Pakta Warsawa & Comecon).

2) Asia Timur – Pasifik. Di wilayah yang sangat luas dan beragam ini, AS sebagai negara Pasifik juga berhadapan langsung dengan Uni Soviet sebagai negara Asia. Keamanan garis komunikasi yang menghubungkan AS dengan negara-negara sekutunya, keamanan jalur-jalur pelayaran internasional yang vital-strategis, sangat dominan dalam strateginya di wilayah ini.

3) Timur-Tengah dan Asia Barat Daya. Wilayah ini menguasai lalu lintas laut dan udara Eropa- Asia Pasifik-Afrika dan juga sebagai sumber energi yang besar.

Wilayah Amerika latin yang strategis juga penting bagi AS karena merupakan kawasan yang sangat dekat dengan AS. Wilayah ini tidak stabil dan mengandung berbagai kerawanan, terutama Amerika Tengah dan karibia. Sedangkan wilayah Afrika penting bagi AS terutama untuk akses ke sumber-sumber energi, SDA kritital lainnya, dan pasar luar negeri.

PERANAN AMERIKA SERIKAT DI KAWASAN PASIFIK SELATAN

Selama Perang Dingin

Kawasan Pasifik Selatan (KPS) tidak termasuk kawasan yang diberi prioritas oleh AS

(seperti yang telah diuraikan diatas), oleh karena kendati ada ”tangan-tangan asing” yang pernah sebentar masuk ke dalam wilayah ini, dan terjadinya gangguan-gangguan keamanan dalam negeri di berbagai negara pulau dan kebinekaan politik, sosial dan budaya yang besar, namun pada dasarnya kawasan ini dilihat dari sudut pandang sengketa Timur-Barat, tetap merupakan kawasan yang relatif tenang. Sejak Perang Pasifik waktu Jepang melakukan penetrasi memasuki kawasan itu, tidak pernah lagi ada kekuatan asing mengancam ketenangan kawasan itu.

Para pemimpin negara-negara pulau yang tergabung dalam South Pacific Forum (SPF) sadar, bahwa negaranya jauh terpisah dari pusat pertarungan power politics dunia, dan bahwa suatu invansi atau serangan dari luar adalah salah sesuatu yang sangat kecil kemungkinannya. Mereka cukup puas dan pragmatik mempercayakan keamanannya Australia dan Slandia Baru


(35)

yang adalah merupakan kepentingan mereka sendiri untuk melindungi pulau-pulau yang bertebaran di kawasan itu. Pemerintah negara-negara pulau itu, kecuali Papua New Guneau (PNG), Fiji dan Tonga, memiliih tidak membentuk angkatan Perang atau menggabungkan diri kedalam aliansi-aliansi militer.4

Sebelum Perang Dingin, kepentingan utama AS di kawasan ini adalah kepentingan strategik. Guam diperoleh sebagai hasil perang Amerika-Spanyol; aneksasi kepulauan Samoa merupakan bagian dari strategi yang ditujukan terhadap Jerman. Pulau-pulai itu selama periode tertentu dimanfaatkan sebagai stasiun-stasiun bahan bakar (batu bara) bagi kapal-kapal Angkatan Laut AS. Perang Pasifik dalam mana Jepang menggunakan pulau-pulau sebagai ”titik-titik

pangkalan” ) staging points dalam gerakannya ke Selatan, membeli nilai strategik yang penting kepada pulau-pulau itu dalam strategi pencegahan (detterence by denial) pulau-pulau itu dikuasai oleh suatu kekuatan asing yang bermusuhan. AS tidak memiliki kepentingan ekonomi maupun kebijakan politik di bidang-bidang lainnya, sehingga sampai dasawarsa 1960an, KPS

seolah ”luput” dari perhatian AS.

Namun ada perkembangan hubungan AS dengan KPS pada penghujung 1970an. Saat itu Departemen Luar Negeri AS menggariskan suatu kerangka kebijakan luar negerinya yang intinya adalah membangun kerjasama dengan menggunakan rasa persahabatan dan goodwill yang besar dari penduduk di KPS terhadap AS sebagai modal, dan kerjasama dengan empat negara metropolitan lainnya yang berkepentingan di KPS (Australia, Slandia Baru, perancis, Inggris) dalam rangka memajukan rakyat-rakyat kepulauan.

Perkembangan Setelah Perang Dingin Berakhir

Puncak perkembangan peranan AS di KPS terjadi pula pada 1990 saat Presiden George Bush mengundang para pemimpin negara-negara kepulauan Pasifik Selatan untuk pertemuan puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pada pertemuan puncak itu ia menyampaikan , bahwa AS bertekad untuk memelihara keamanan abadi di KPS. Presiden Bush kemudian mengumumkan sejumlah prakarsa sebagai berikut :

4


(36)

Chemical weapons disposal: Membatasi penggunaan tempat pembuangan senjata-senjata kimia di Johnston Atoll.

Mendirikan Joint Comercial Commission sebagai badan konsultasi bersama mengenai masalah-masalah dan peluang-peluang perdagangan.

Mendirikan suatu dana pertumbuhan Asia Pasifik (Asia-Pacific Growth Fund) dan Dana Investasi Lingkungan (Environmental Investment Fund).

Mendorong investor-investor AS untuk menanam modal di negara-negara kepulauan Memperpanjang berlakunya perjanjian Perikanan Regional Asia Pasifik Selatan (US-South Pacific Regional Fisheries Treaty).

Meningkatkan bantuan AID bagi sector swasta untuk mengembangkan pertanian dan sumber-sumber daya laut (marine resources).

Menyediakan tiga program pertukaran pendidikan bagi pasifik selatan.

Pada kenyataannya, janji-janji Presiden Bush tersebut sangat sulit realisasinya dan berlangsung sangat lambat. Juga timbul keraguan mengenai efektivitas kegiatan sektor swasta di negara-negara pulau mikro yang terisolasi dan miskin sumber daya alam. Selain itu, Bush juga tidak menggubris himbauan para pemimpin negara-negara kepulauan untuk menandatangani protokol dari perjanjian Zona Bebas Nuklir Pasifik Selatan (Treaty og Rarotonga). AS justru menutup mata terhadap tetap dilanjutkannya percobaan senjata nuklir oleh Perancis di Mururoa Atoll digugusan pulau Polynesia Perancis.

Apa yang menjadi kebijakan Bush pada kepada kawasan Pasifik Selatan, ternyata tidak sepenuhnya dilanjutkan oleh pemerintahan AS selanjutnya. Pada zaman pemerintahan Bill Clinton misalnya, perbedaan prioritas dalam menentukan kebijakan politik luar negeri AS. Berakhirnya Perang Dingin, motivasi politik luar negeri AS yaitu keamanan, dalam wujud ancaman dari komunisme Uni Soviet, sudah kehilangan relevansinya. Tetapi ini tidak berarti bahwa dunia sudah menjadi aman dan damai. Masalah keamanan serta gejolak-gejolak lainnya bahkan semakin menjadi rumit dan kompleks. Situasi internasional menjadi semakin tidak menentu.

Unsur-unsur politik luar negeri AS selama ini, khususnya pengertian keamanan (nasional dan internasional), kepentingan nasional dan dua tujuannya, yang sekarang tujuan kedua ditambah dengan masalah lingkungan, kelihatannya akan tetap dipegang terus. Justru usaha mendorong semakin berkembangnya nilai-nilai demokrasi, hak-hak asasi manusia, hak


(37)

menentukan nasib sendiri dan pertumbuhan ekonomi akan lebih mendekatkan dunia kepada kepentingan nasionalnya yang utama, yaitu perdamaian, kebebasan dan kesejahteraan dunia. Dan nampaknya, hal ini yang menjadi fokus politik luar negeri Clinton.

Jika diluar bidang keamanan, Clinton sudah harus berkonsultasi dan mendengarkan pendapat dari sekutu-sekutu dan negara-negara lain, dalam bidang keamanan ia tidak saja harus melakukan hal yang sama, tetapi juga ia harus sangat memperhatikan dan memperhitungkan pendapat rakyat AS sendiri, yang pada dasarnya tidak lagi ingin melibatkan diri dalam sebuah masalah keamanan di dunia. Dalam hal ini terdapat dua set alternatif (pilihan) cara bertindak bagi clinton.

1. Penanganan selektif (sellective engagement) vs penanganan permanen (permanent engagement):

Pertimbangan-pertimbangan opportunity cost dari strategi yang dipilih, defisit ganda yang telah sekian lama menekan pertumbuhan ekonomi nasionalnya, hutang nasional yang semakin meningkat, kompetisi yang semakin intens dari kekuatan-kekuatan ekonomi yang muncul dengan cepatknya, proses dislokasi ekonomi dalam AS, akan memaksa Clinton lebih mengutamakan strategi penanganan selektif. Ini bukan berarti bahwa kesiagaan militernya ditelantarkan. Meskipun jumlah Angkatan perangnya mungkin akan dikurangi.

2. Tindakan Kolektif (Collective engagement) vs tindakan unilateral (unilateral action):

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, ditambah dengan semakin banyaknya suara-suara dalam negeri dan tuduhan-tuduhan negara berkembang yang tidak ingin melihat AS menjadi polisi dunia, preferensi AS jatuh pada tindakan kolektif, dibawah supervisi dan kerangkan PBB. Namun ini tidak berarti AS tidak bertindak unilateral, terutama dalam keadaan yang sangat gawat, dan PBB dengan negara-negara anggota lainnya dianggap tidak atau belum mampu bereaksi secara cepat.


(38)

AMERIKA SERIKAT DAN TIMUR TENGAH

Presiden-presiden Amerika Serikat (AS) seperti Jimmy Carter, Ronald Reagen, dan George Bush sampai masa kepemimpinan anaknya: George Walker Bush, tidak ada yang pernah luput dari permasalahan kawasan Timur Tengah. Tercatat bahwa Carter sukses besar ketika berhasil menciptakan perdamaian antara Israel dan Mesir, yang menghasilkan kesepakatan “Camp David Peace Accord”. Akan tetapi pada saat yang sama, Carter juga dianggap gagal dalam menghadapi revolusi di Iran.

Presiden Reagan juga dicatat pernah memainkan peran sebagai “peace keeping” di wilayah Libanon pada awal 1980-an. Hal ini dilakukan untuk menemukan pasukan AS yang terseret, diserang dan terbunuh di barak mereka pada perang sipil, yang berakhir dengan harus ditariknya pasukan AS dari Libanon.

Sementara itu George Bush berusaha untuk mendorong proses perdamaian Arab-Israel setelah 1989 dan justru terjebak dalam perang melawan Irak pada 1991. Sementara Clinton, datang sebagai presiden yang menentukan konsentrasi pemerintahan lebih kepada masalah-masalah kerjasama domestik. Akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Ia harus menghadapi kelanjutan konfrontasi AS dengan Sadam Hussen di kawasan Teluk, kebangkitan Iran serta kebangkitan rasa kebersamaan yang tinggi pada masyarakat Muslim di dunia Arab, termasuk proses perdamaian Arab-Israel yang meninggalkan banyak persoalan seperti isu-isu fundamentalisme.

Perang AS dengan Irak yang “tidak tuntas” ini kemudian dilanjutkan oleh George W. Bush pada tahun 2002, dengan berhasil memporak-porandakan Irak dan menangkap pemimpinnya: Sadam Hussein, dan berakhir dengan dihukum gantungnya orang nomer satu di Timur Tengah tersebut (2006). Namun permasalahan dengan Timur Tengah tidak berakhir sampai disitu saja. Meskipun pemimpin gerakan anti-Amerika di Timur Tengah tersebut telah dihukum gantung, namun kini lahir pemimpin-pemimpin muda masa depan seperti Ahmad dinejad, presiden Irak yang juga sangat keras menentang kebijakan-kebijakan AS di Timur Tengah, bahkan di seluruh dunia.

Hubungan AS dengan Timur Tengah sepertinya akan terus penuh konflik, meskipun AS mulai membangun ”dinastinya” di kawasan ini, seperti negara Kuwait yang kini menjadi patner setia AS dalam berbagai bidang kerjasama. Karena selama persoalan Arab – Israel (kini lebih sering disebut Palestina – Israel ) belum usai,


(39)

maka keterlibatan AS dalam persoalan keamanan di Timur Tengah pun tidak akan berakhir.

Mengapa AS harus (tetap) terlibat dalam politik di Timur Tengah ?

Padahal jika kita lihat, Timur Tengah terletak ribuan mil jaraknya dari AS. Negara-negara di kawasan ini. Bahkan dilihat dari kapabilitas militer rata-rata Negara-negara di kawasan ini tidak mampu mengancam kekuatan militer AS. Lebih dari itu, meskipun AS telah mengeluarkan biaya yang sangat besar, melewati waktu yang tidak sebentar, bahkan mengorbankan begitu banyak jiwa, Washington tetap tidak mampu menemukan jalan perdamaian atas konflik Israel – Palestina, atau sekedar memberikan stabilitas politik bagi keamanan di kawasan Teluk Persia ini.

Gambaran ini memperlihatkan secara jelas betapa AS memiliki kepentingan yang besar di kawasan ini. Bahkan dengan berbagai upaya untuk mempertahankan eksistensi keterlibatannya di Timur Tengah. Kepentingan-kepentingan apa saja yang sesungguhnya dimiliki AS atas wilayah ini, dan ancaman apa saja yang dihadapi AS atas kepentingan-kepentingan tersebut, akan dibahas dibawah ini.

KEPENTINGAN-KEPENTINGAN AS

Secara umum ada dua kepentingan utama AS di kawasan ini yang terancam oleh kehadiran Soviet (Kini Rusia), yaitu: Minyak dan Keamanan Israel. Kepentingan-kepentingan inilah yang memotivasi AS untuk menahan komunisme, menjaga akses minyak untuk AS dan menghambat perubahan politik kawasan tersebut. Bahkan ketika perang dingin berakhir pun, kepentingan AS yang hakiki tersebut tetap tidak berubah. Yang berubah adalah ancaman terhadap kepentingan tersebut.

Ancaman akan Hegemoni Soviet di wilayah Teluk sebelumnya memang memberikan kekhawatiran khusus bagi dunia Barat. Bukan karena Soviet dapat menaikkan harga minyak, tetapi karena Soviet dapat membuat aliran minyak terputus dan menyandera ekonomi negara Barat atas kemampuannya mengintimidasi sebagian kawasan Eropa.

Negara-negara di Timur Tengah memang berada dalam situasi yang sangat berbeda dengan kawasan lain. Mereka memiliki ketergantungan yang tinggi atas pendapatan dari minyaknya untuk memperkuat perlengkapan militernya. Timur Tengah memang mampu mengancam harga minyak. Akan tetapi kerapuhan ekonomi kawasan ini dihadapkan dengan ketergantungan perdagangan dengan negara-negara industri maju, sehingga ancaman harga minyak dapat diatasi oleh AS.


(40)

Eksistensi Israel yang harus dipertahankan adalah kepentingan kedua pemerintah AS. Komitmen AS atas hal ini meliputi alasan-alasan moral, emosional, dan politik. Ketika Perang Teluk berakhir (Maret 1991), Presiden Bush kembali menegaskan kepentingannya akan keamanan Israel, tetapi juga menegaskan keyakinannya bahwa kepentingan AS di sana seluruhnya untuk perdamaian.

Pada saat perang teluk masih berlangsung, Bush juga pernah menegaskan bahwa keterlibatan AS dalam perang tersebut dimotivasi oleh 3 hal. Yang pertama berhubungan dengan hukum internasional dan norma-norma yang berlaku dalam perilaku antar negara. Yang kedua berhubungan dengan hak asasi manusia (HAM) dan tanggung jawab negara atas cita-cita warga negaranya. Sedangkan yang ketiga adalah komitmen penuh untuk memegang teguh prinsip tersebut.

Meskipun prinsip-prinsip ini membawa pengaruh kepada kebijakan AS akan tetapi tidak mampu menjadikan pengambilan keputusan dapat konsisten dalam mempertahankan prinsip tersebut. Misalnya saja dalam perang teluk, Iraq mencoba memperlihatkan bagaimana AS tidak konsisten atas komitmennya untuk mensukseskan resolusi PBB. Kebijakan AS ini dipandang sebagai ”double standard” oleh sebagian bangsa Arab.


(41)

AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA

1

(Oleh: Dewi Triwahyuni, S.Ip., M.Si.)

Berakhirnya Perang Dingin dan hancurnya Uni Soviet, tidak serta merta merubah nilai negara Dunia Ketiga2 bagi Kepentingan Amerika Serikat dan juga bagi stabilitas dunia secara umum.

Pemerintah AS sepertinya harus berkonsentrasi terhadap perkembangan negara dunia ketiga karena mereka lebih mudah mengalami konflik dan perang dibandingkan negara-negara lainnya. Dan sebagian besar negara dunia ketiga ini merupakan kawasan yang penting bagi ekonomi negara-negara Barat (seperti Teluk Persia), negara sekutu AS dan bagi AS Sendiri. Apalagi, kemungkinan terjadinya perang di negara dunia ketiga sangat tinggi karena memiliki karakter wilayah yang tidak stabil. Hal ini dapat memancing terjadinya konflik internal dan kemudian meluas menjadi konflik internasional. Secara umum, inilah yang menjadi perhatian AS, agar tidak sampai berdampak negatif bagi kepentingan-kepentingan nasionalnya.

Perningkatan Kapabilitas Negara Dunia Ketiga: Ancaman bagi Kepentingan AS.

Kecenderungan negara dunia ketiga yang tidak stabil dan rentan konflik, sesungguhnya tidak menjadi perhatian utama AS. Akan tetapi, kecenderungan tersebut juga diiringi dengan peningkatan ancaman terhadap kepentingan AS dan sekutunya.3 Hal ini dapat dilihat dari:

1

Saran Bacaan:

1. Eugene R. Wittkopf, The Future of American Foreign Policy, Second Edition (New York: St.

Matin’s Press, 1992).

2. George W. Breslaver dan Philip E. Tetlock, Learning in U.S. and Soviet foreign Policy, (Colorado, Westview Press, 1991).

2

Negara Dunia Ketiga (Third World), terdiri dari negara-negara berkembang dan terbelakang. Negara-negara di dunia ketiga berbeda dengan Negara-negara dunia pertama (Amerika Serikat dan sekutunya serta Negara-negara industrial lainnya) serta negara kedua (Uni Soviet bersama negara Eropa Timur). PBB saat ini mengidentifikasi adanya dunia keempat yang terdiri dari negara-negara industri baru (new industrialist countries) yang memiliki income per kapita cukup tinggi setiap tahunnya.

3

Steven R. David, The United States and the Third World, dalam Eugene R. Wittkopf, The Future of American Foreign Policy, second edition (New York: St. Martin’s Press, 1992), 237.


(42)

Pertama, ketergantungan AS akan impor minyak yang telah sampai pada tahap dimana untuk pertamakalinya suplai minyak dari luar negeri memenuhi setengah atau 50% kebutuhan industri-nya. Sekutu AS, Eropa Barat, bahkan lebih parah karena membutuhkan lebih dari 60% impor minyak. Hal ini, nilainya setara dengan nilai keseluruhan kebutuhan minyak Jepang. Permintaan (demand) atas minyak ini akan terus meningkat seperti juga tumbuhnya negara-negara industri baru, terutama di kawasan Asia. Sementara itu, supply minyak tidak mungkin dapat mengimbangi demand yang terus meningkat.

Kedua, kondisi yang membuat negara dunia ketiga dapat membahayakan kepentingan AS adalah dalam hal kemampuan mereka menberikan ancaman secara militer kepada AS dan negara-negara lainnya. Sekitar hampir selusin negara dunia ketiga memiliki atau berusaha untuk mengembangkan senjata nuklir. Yang termasuk kelompok ini diantaranya adalah Libya, Irak, Iran, dan Korea Utara, yang kini dinyatakan sebagai musuh bersama AS dan sekutunya. Sementara di Asia Barat, Pakistan disebut-sebut sebagai pemain baru di dunia senjata nuklir.

Senjata kimia dan senjata biologis (biological weapons), dan roket (Ballistic Missiles) juga sama mengancamnya dengan senjata nuklir. Kurang lebih 24 negara (kebanyakan di negara dunia ketiga) di dunia yang memilikinya atau setidaknya mengupayakan untuk memilikinya. SIPRI (Stockholm International Peace Research Institute) mengungkapkan bahwa kurang lebih 25 negara di dunia terutama kategori dunia ketiga, memiliki atau mengembangkan senjata Balistik.

Kebanyakan negara dunia ketiga juga memproduksi senjata mereka sendiri. Argentina, India, Brasil, Israel, dan Korea Selatan, masing-masing memiliki pabrik senjata dengan 4 jenis senjata : pesawat tempur (aircraft), tank baja (armor), peluru/senjata (missiles), dan Kapal Induk/laut (naval Vessels). Yang juga penting adalah, meningkatnya kemampuan negara dunia ketiga memproduksi amunisi dasar bagi persenjataan mereka. Seperti Yunani, Pakistan, China, dan Singapura. Meskipun persenjataaan ini tidak memilki profil atau kelas teknologi tingkat atas, namun cukup dapat membunuh dan menyebabkan kerusakan yang besar dalam konflik-konflik di linggungannya (dunia ketiga).

Bagaimanakah Instabilitas serta Peningkatan Kekuatan Negara Dunia Ketiga dapat Mengancam Kepentingan Amerika Serikat ?


(1)

lainnya justru mengalami kemunduran. Singapura berkurang -7%, Indonesia -9%, Filipina -11% dan Thailand turun -29% dibanding satu tahun sebelumnya.4

Kegiatan ekspor-impor AS dengan negara-negara ASEAN memang mengalami penurunan volumenya antara 1997-1999 akibat krisis yang dialami kawasan ini. Namun perlahan menunjukkan peningkatan antara 2000-2001. Akan tetapi peristiwa 11 September 2001 kembali mengganggu stabilitas roda perekonomian dunia, sehingga kerjasama perdagangan kembali mengalami penurunan di tahun 2002.

2. Pasar produk dan industri jasa

Jumlah penduduk Asia Tenggara yang sifgifikan merupakan salah satu faktor yang mendukung kawasan ini potensial untuk penasaran produk-produk indutri AS, termasuk Industri jasa AS. Tingkat pertumbuhan perekonomian Asia Tenggara secara umum masih rendah, sehingga kemampuan dalam membangun industri tergolong lemah. Hal ini sangat menguntungkan negara industri seperti AS untuk masuk pasar Asia Tenggara. Dimulainya pasar bebas juga memberikan kemudahan bagi AS dalam hal ini.

Setelah Jepang, perusahaan-perusahaan AS termasuk urutan kedua terbesar yang berinvestasi di Asia Tenggara.5 Sebagian besar kekayaan AS bergantung pada

perusahaan-perusahaan multinasional yang juga memiliki kepentingan signifikan di Asia Tenggara. Perusahaan-perusahaan AS menyebar luas di Kawasan ini, meliputi industri manufaktur (Ford, General Motors, Honeywell, Intel, dan sebagainya) , departement strores (K-mart, JC Penney, Federal Dept.Strores), industri energi (Exxon Mobil, Unocal, Freeport, Newmont Minning, Eron, dll), industri jasa (UPS, FedEx, American International Groups, Citigroup, grup hotel, dll), dan lain sebagainya. Asia Tenggara juga merupakan supplier utama elektronik dan semikonduktor chip untuk perusahaan-perusahaan telekomunikasi AS seperti Motorola.6

3. Investasi Asing

Asia Tenggara juga merupakan tempat utama investasi luar negeri AS. Hal ini dapat diukur dari nilai investasi AS ke negara-negara ASEAN yang sangat besar dibandingkan dengan negara-negara investor lainnya. Beragamnya sektor investasi di ASEAN yang tersedia meningkatkan signifikansi ekonomis kawasan ini bagi AS.

4

http://www.us-sean.org. 5 Council on Foreign Relations, “

The United States and Southeast Asia: A Policy Agenda for The New Administration”, (Washington, D.C: Council of Relations Press, 2001), hal.28.

6 Ibid.


(2)

Kerjasama-kerjasama ekonomi dengan AS terus mengalami peningkatan. Meskipun dalam perkembangannya investasi asing di kawasan ini secara umum agak tertinggal dibandingkan dengan kawasan Asia Timur. Akan tetapi dalam beberapa sektor, baik secara ekonomi, politik dan strategis Asia Tenggara tetap penting. Asia Tenggara merupakan pasar yang potensial bagi produk dan industri jasa, dan sebagai kawasan utama dari sumber-sumber daya alam yang penting, termasuk minyak dan gas alam.

Salah satu sektor investasi penting lainnya di Asia Tenggara adalah sumber daya alam. Negara-negara ASEAN secara kolektif merupakan kawasan dengan sumber energi, dan kekayaan alam dunia yang besar, seperti timah, tembaga, emas, dan sumber-sumber yang dapat diperbaharaui seperti karet, kopi, serta kayu-kayuan. Hasil bumi seperti minyak dan gas juga terhitung dalam jumlah yang tidak sedikit. Di Indonesia misalnya, investasi AS tidak kurang dari 20 Milyar dolar untuk tambang emas di Papua. Sedangkan industri minyak di Aceh yaitu Exxon dan Mobil.7

Bagaimanapun negara-negara Asia Tenggara menggantungkan pertumbuhan ekonomi salah satunya pada investasi asing. Sehingga kesejahteraan ekonomi, sosial, peningkatan pendidikan serta program pengurangan kemiskinan, juga tergantung pada investasi asing. Krisis finansial yang dialami pada dekade sebelumnya menyebabkan stimulasi perpindahan dalam produksi dari tekstil, industri makanan, manjadi obat-obatan, mesin-mesin perlengkapan, dan elektronik.8 Pada tahun 1999 ke 2000 terjadi penurunan yang cukup kentara, dimana krisis finansial

dan situasi keamanan yang tidak kondusif di Asia Tenggara menyebabkan investor AS beralih ke Cina.

Adanya proyek perencanaan pembangunan jaringan pipa untuk saluran gas alam yang akan melintasi negara-negara Asia Tenggara menambah pentingnya kawasan ini untuk investasi AS. Meskipun APEC belum memberikan respon terhadap proposal AS untuk jaringan pipa tersebut, saluran-saluran baru telah direncanakan untuk dibangun diantara negara-negara ASEAN. Contohnya pipa saluran air Indonesia dari pulau Natuna ke Sumatera, pipa saluran Singapura dan Malaysia, dan pipa yang menghubungkan Burma dan Thailand.9 Kebutuhan gas yang terus

meningkat memberikan kecenderungan perkembangan pipa saluran ini akan terus berkembang, bahkan mungkin sampai ke kawasan Cina Selatan.

B. Jalur laut (Sea-lanes) Asia Tenggara yang strategis

7

Committee on International Relations, “Southeast Asia After 9/11: Regional Trends and U.S. Interests”,

(Washington D.C: U.S. Government Printing Office, Desember 2002), hal.3 8

Council on Foreign Relations., Op. Cit. 9


(3)

Posisi Asia Tenggara terbentang di persimpangan dua jalur laut terbesar di dunia. Yang pertama adalah jalur Timur-Barat, yaitu jalur yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Samudera Pasifik. Kedua adalah jalur Utara-Selatan, yang menghubungkan kawasan Asia Timur dengan Australia dan New Zealand serta pulau disekitarnya.10

Tiga “pintu masuk” kawasan Asia Tenggara: Selat Mlaka, Selat Sunda dan Selat Lombok merupakan titik penting dalam sistem perdagangan dunia. Menjadi sama pentingnya karena perselisihan politis dan ekonomis mengenai jalur laut yang melintasi kepulauan Spartly di Laut Cina Selatan. Selat Malaka sendiri merupakan selat yang menghubungkan samudera Hindia dengan samudera Pasifik, sekaligus seabgai jalur terpendek yang terletak diantara India, Cina dan

Indonesia, Oleh karenanya selat ini dianggap sebagai “chokepoints” Asia.

Secara garis besar ada dua kepentingan AS di Asia Tenggara berkaitan dengan letaknya yang strategis:

Asia Tenggara membuka garis laut, karena sebagian besar perdagangan dunia melewati selat Malaka.

Asia Tenggara penting sebagai pos untuk pergerakan kehadiran militer AS di Pasifik Barat dan Samudera Hindia.

Asia Tenggara secara geopolitik sanagt krusial tidak hanya untuk kepentingan nasional AS, tetapi juga secara global. Jalur laut yang melintasi kawasan Asia Tenggara mempunyai fungsi yang vital bagi ekonomi Jepang dan Republik Korea, Cina dan termasuk juga AS sendiri.

Selat Malaka, yang melintasi Singapura, Indonesia dan Malaysia merupakan salah satu jalur laut tersibuk di dunia. Lebih dari 50.000 kapal per tahunnya transit di selat Malaka,11 padahal

lebar selat ini hanya 1,5 mil dengan kedalaman 19,8 meter.12 Atase komunikasi Indonesia Yuri

Gunadi memperkirakan setiap hari sekitar 10000 kapal masuk ke Singapura yang melintasi selat Malaka, diantaranya 4000 kapal dagang dari Indonesia.13

Kapal-kapal yang melintasi selat Malaka ini merupakan 1/3 bagian dari perdagangan dunia.14 Berdasarkan catatan Energy Information Administration (EIA), minyak bumi yang dibawa

kapal-kapal tanker via selat malaka (2003E) adalah 11 juta barel per hari.15

Letak Asia Tenggara yang sangat strategis berdasarkan jalur ini, tentu saja menempatkan Asia Tenggara sebagai kawasan yang sangat penting baik ekonomi maupun keamanan. Oleh

10

Richard Sokolsky, Angel Rabasa, C.R. Neu., “The Role of Southeast Asia in U.S. Strategy Toward China”, (Santa Monica: Rand, 2000), hal. 10.

11Malaysia Rejects Foreign Forces in Southeast Asia”, dilihat dari http://www.chinadaily.com.cn 12 Henry J Kenny, “An Analysis of Possible Threats to Shipping in Key Southeast Asian Sea Lanes”, Center

for Naval Analysis, (VA: Alexandria, 1996), hal.4 13 “Selat Malaka di Tengah Ancaman”

, Kompas, 24 Mei 2004. 14

Kenny, Op.Cit

15


(4)

karena itu, AS memiliki kepentingan-kepentingan untuk akses bebas dan terbuka di jalur di Asia Tenggara, baik untuk kepentingan ekonomi (proseprity) maupun militier (national security)

C. Kepentingan Politik

Jumlah penduduk yang besar, kondisi sosial budaya yang beragam, sistem pemerintahan yang cenderung lemah, serta krisis ekonomi yang masih belum pulih, adalah gambaran kondisi aktual yang dialami sebagian besar negara Asia Tenggara, secara tidak langsung mempengaruhi kepentingan-kepentingan AS.

Terdapat beberapa kepentingan AS secara politis di kawasan ini. Terutama terhadap Indonesia, sebagai negara keempat terbesar di dunia, dengan kumunitas muslim yang terbesar di seluruh dunia, negara eksportir minyak dan gas terbesar di kawasannya, serta satu-satunya negara Asia Tenggara yang menjadi anggota Organiziation of Petroleum Exploring Countries (OPEC) dan merupakan titik tumpu ASEAN.

Sebagai negara eksportir minyak dan gas terbesar di Asia Tenggara, AS harus memiliki hubungan yang baik dan stabil dengan Indonesia. Bagaimanapun juga kebutuhan energi AS yang sangat besar dan Indonesia salah satu sumber pemenuhan kebutuhan tersebut. Sementara sebagai satu-satunya anggota OPEC di Asia Tenggara, Indonesia tentu saja memilki peran dalam mengontrol hargaminyak. Setidaknya ikut serta dalam pembuatan kebijakan yang berkenaan dengan minyak. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi AS untuk tidak memperhitungkan Indonesia dalam hal ini.

Selanjutnya dengan penduduk muslim terbesar, Indonesia menjadi pemain kunci dalam keterikatan AS terhadap dunia Islam. Ketika AS memiliki kepentingan untuk meyakinkan dunia

bahwa ”war against terrorism” bukan sebuah perlawanan terhadap Islam, maka dukungan negara yang mayoritas berpenduduk muslim moderat seperti Indonesia menjadi sangat penting.


(5)

Kebangkitan pengaruh Cina di Asia Tenggara terus menguat baik secara ekonomi, politik, maupun militer. Setelah perang dingin berakhir,kekuatan serta pengaruh AS terus berkurang dan sebaliknya Cina justru semakin memperlihatkan pengaruhnya di Asia Tenggara.

Cina memberikan tantangan yang signifikan secara ekonomi, militer dan politik tidak hanya bagi Asia Tenggara, tetapi secara tidak langsung merupakan ancaman bagi AS. Yang terdekat adalah tantangan ekonomi yang dihadapi ASEAN, dimana tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi Cina membuat Cina terdorong utnuk melakukan investasi di negara-negara berkembang seperti kawasan ASEAN. Hal ini tentu saja menjadi persaingan, dimana AS juga merupakan patner penting perdagangan dan investasi ASEAN.

Kebangkitan Cina sebagai sebuah kekuatan regional selama 10hingga 15 tahun kedepan tentu saja dapat meningkatkan intensitas kompetisi Cina – AS termasuk meningkatkan potensi konflik bersenjata. Masa depan keamanan kawasan Asia Tenggara akan terbentuk oleh beberapa faktor politik danekonomi yang saling mempengaruhi.

Fator-faktor utamanya antara lain: evolusi ekonomi Asia Tenggara, pembangunan ekonomi dan politik Cina dan interaksinya dengan Asia Tenggara, perlawanan dan mempertahankan keutuhan negara, masalah integrasi regional dan kerjasama, aktor-aktor eksternal, terutama AS, Jepang, dan Australia untuk mempengaruhi kawasan.

Tantangan lebih besar yang datang dari Cina adalah munculnya Cina sebagai aktor politik-militer. Cina terus memoderenisasi militernya dan merubah fokusnya ke kawasan Selatan, dimana secara khusus Cina sangat meningkatkan kekuatan Angkatan Lautnya, yang pada akhirnya dalam rangka fokus di Laut Cina Selatan: wilayah yang di klaim Cina sebagai teritorinya.

Bagi AS diplomasi ekonomi-politik Cina telah meningkat menjadi sangat tidak terlihat dan cerdik. Disaat Cina mempertahankan klaimnya atas pulau Spartly dan paracel yang melingkar di Laut Cina Selatan, dan menolak panggilan untuk pembicaraan multilateral mengenai konflik Spartly, Cina justru melakukan negosiasi satu per satu ke masing-masing negara yang terlibat konflik tersebut.

Adanya persaingan eksistensi antara AS dan Cina di kawasan ini, secara tidak langsung membawa Asia Tenggara kedalam politik strategi AS dalam menghadapi Cina. Ada dua ancaman militer Cina terhadap Asia Tenggara yang secara tidak langsung memberikan keuntungan bagi AS dalam strateginya terhadap Cina. Dua ancaman militer konvensional dari Cina membutuhkan respon AS tersebut adalah:16

Pertama, hegemoni Cina yang agresif di Asia Tenggara mengancam kebebasan pelayaran di Laut Cina Selatan, sehingga membuat AS, Jepang, bahkan negara-negara Asia Tenggara masuk dalam politik Cina tersebut. Dengan demikian AS dapat memanfaatkan kondisi tersebut dengan akan menacari dukungan dari negara-negara ASEAN untuk menjada keamanan jalur laut atau

16


(6)

justru sebaliknya, ada kemungkinan negara-negara ASEAN sendiri yang akan meminta bantuan Angkatan Laut AS. Jika demikian maka AS dapat membawa serta Angkatan Udaranya dengan dalih untuk mrlindungi pasukan AL-nya, serta mengamankan fasilitas teritori ASEAN dari serangan militer Cina.

Situasi kedua adalah adalah Cina dapat saja mencoba membangun dan mempertahankan kontrol fisik atas hampir keseluruhan kepulauan Spartly, yang di klaim sebagai wilayahnya. Ketidakpastian di perairan Laut Cina Selatan ini tentu saja menciptakan ketegangan keamanan. Dalam kondisi tertekan seperti ini akan mendorong negara-negara ASEAN untuk mencari dukungan dari kekuatan yang dapat mengimbangi Cina. Sehingga sangat mungkin bagi ASEAN untuk meminta kehadiran militer AS yang lebih tampak dan substansial.

Pada akhirnya, kepentingan-kepentingan AS di Asia Tenggara akan terus meningkat. Mulai dari kepentingan ekonomi: Asia Tenggara sebagai patner ekspor dan impor, pasar produk dan industri jasa, dan investasi. AS juga tidak punya pilihan lain bahwa jalur Asia Tenggara akan menjadi prioritas utama untuk kelancaran perekonomiannya dan juga merupakan kawasan kunci dalam pergerakan militer AS.

Secara politis Asia Tenggara akan memberikan pengaruh yang besar dalam negara-negara kawasan ini terhadap kampanye AS tersebut akan memiliki arti yang sangat penting bagi AS. Pada akhirnya ada keharusan bagi AS untuk menghadirkan militernya di kawasan ini dalam konteks pengamanan terhadap kepentingan tersebut.