Diplomasi Publik Amerika Serikat Melalui

Diplomasi Publik Amerika Serikat Melalui Program The Kennedy – Lugar Youth Exchange and Study (YES) ke Indonesia Pasca Peristiwa 9/11 Periode Tahun 2003 – 2013 SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Program Studi Ilmu

Hubungan Internasional dengan Peminatan International Social and Cultural Development

Oleh: Zuma Qoyuma 105120400111006

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

DIPLOMASI PUBLIK AMERIKA SERIKAT MELALUI PROGRAM THE

KENNEDY – LUGAR YOUTH EXCHANGE AND STUDY (YES) KE INDONESIA PASCA PERISTIWA 9/11 PERIODE TAHUN 2003 – 2013 SKRIPSI

Disusun Oleh:

Zuma Qoyuma NIM. 105120400111006

Telah Disetujui oleh Dosen Pembimbing:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Asih Purwanti, S.IP., M.IP M. Riza Hanafi, S.IP., MIA NIK. 77102911120116

NIK. 800207 1111 0413

Tanggal: 20 November 2014 Mengetahui, Ketua Program Studi Hubungan Internasional

Dian Mutmainah, S.IP., MA NIP. 197803192005012002

DIPLOMASI PUBLIK AMERIKA SERIKAT MELALUI PROGRAM THE KENNEDY – LUGAR YOUTH EXCHANGE AND STUDY (YES) KE INDONESIA PASCA PERISTIWA 9/11 PERIODE TAHUN 2003 – 2013 SKRIPSI

Disusun Oleh:

Zuma Qoyuma NIM. 105120400111006

Telah diuji dan dinyatakan lulus dalam ujian Sarjana pada tanggal 19 Oktober 2014

Tim Penguji:

Ketua Majelis Penguji Sekretaris Majelis Penguji

Mely Noviryani, S.Sos, MM Achmad Fathoni K., S.IP., MA NIP. 74110911120007

NIK. 82012311110025

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Asih Purwanti, S.IP., M.IP M. Riza Hanafi, S.IP., MIA NIK. 77102911120116

NIK. 80020711110413

Malang, 19 Oktober 2014 Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Prof, Dr, Ir. Darsono Wisadirana, MS

NIP. 195612271983121001

LEMBAR PERNYATAAN KEABSAHAN SKRIPSI

Nama : Zuma Qoyuma Nim

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul DIPLOMA“I PUBLIK AMERIKA SERIKAT MELALUI PROGRAM THE KENNEDY – LUGAR YOUTH EXCHANGE AND STUDY (YES) KE INDONESIA PASCA PERISTIWA 9/11 PERIODE TAHUN 2003 –

adalah benar-benar hasil karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.

Malang, 21 November 2014 Yang Membuat Pernyataan

Zuma Qoyuma 105120400111006

LEMBAR PERSEMBAHAN

The mind is everything. What you think, you become! Remember the two benefits of failure. First, if you do fail, you learn what

doesn’t work; and second, the failure gives you the opportunity to try a new approach.

- Roger Von Oech

I dedicate this part of sacrifices to those who might assist and fill my life until right now. There are so many incredible things I’ve been troughed and I honor

to say many many thanks which I am really concerned in. Because I think that life goe s with imperfections and to be in this spot is very long journey. So that’s why this is the big reason why I must keep my gratitude to all of you who really

accept me as I am and tell me what is happiness means for.

Terimakasih teruntuk Rabb-ku yang Maha Hebat, Allah SWT, Sang Khalik yang Maha Rahmat dan Rahim. Sehingga di umur yang ke-21 tahun ini, saya telah menempuh kehidupan berlimpah syukur atas rahmat terbaik yang selalu Kau berikan dalam hidup ini. Alhamdulillaah Ya Rabb.

Teruntuk Almarhum kedua Kakek saya, Alm. Mbah Kakung Masni dan Alm. Mbah Soleh, yang sudah meninggalkan saya dan keluarga di keabadian yang sudah dijanjikan oleh Allah SWT. Terima kasih Mbah untuk cinta dan kasih sayang yang selalu tercurahkan dengan tulus dari hati yang tak terbatas untuk saya.

Teruntuk kedua orang tua Kayo  yang amat hebat serta luar biasa, Papa, Drs. Ilyas, M. Sc. dan Mama, Ir. Endang Widayati, yang mengajarkan banyak hal akan makna hidup sehingga Kayo dapat menjadi pribadi yang baik hingga saat ini dan Insya Allah seterusnya. Terima kasih untuk dukungan, doa, cinta dan kasih sayang yang selalu kalian berikan tak terhingga untukku. Doakan Kayo juga agar dapat menjadi insan yang selalu dapat membuat bangga dan bahagia, serta dapat selalu memberikan segalanya yang terbaik yang Kayo miliki bagi Papa dan Mama. Selanjutnya terima kasih untuk satu-satunya kakakku, Gabriella Dirnanda, yang selalu memberikan kekuatan, dukungan dan hiburan untukku. Semoga kita berdua selalu menjadi “The Best Sister Ever” yah Mbaak! :D

Teruntuk dosen pembimbingku Ibu Asih Purwanti, S. IP., M. IP. dan Bapak M. Riza Hanafi, S.IP, MIA, yang telah menyumbangkan pemikiran, ide, waktu dan ilmunya dalam proses penyusunan skripsi ini. Genap sudah setahun membimbing saya dalam lika-liku kehidupan skripsi ini. Terima kasih banyak telah menguatkan saya untuk menempuh penelitian skripsi ini dan nasihat-nasihat untuk “real life” kedepannya.

Dosen-Dosen Hubungan Internasional Universitas Brawijaya Malang. Ibu Erza Killian, Ibu Desy Arya Pinatih, Ibu Henny Rosalinda, Bapak Achmad Fathoni, Bapak Joko, Bapak Aswin Ariyanto Azis, Ibu Mely Noviryani, Ibu Lia Nihlah, Ibu Dian Mutmainah, Bapak Yustika Citra Mahendra, Bapak Yusli Effendi telah sudi membukakan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar bagi saya selama menempuh perkuliahan sehingga memberikan saya perspektif berbeda dalam melihat kehidupan ini, lebih baik daripada sebelumnya.

Bagi mereka sahabat-sahabat hebatku yang selalu memberikan waktu, kesempatan, nasihat, dukungan dan tawa keceriaan akibat kepelehan kalian hahahaa. Sejak semester 1 kita membentuk D’ Busukz yang mana seiring Bagi mereka sahabat-sahabat hebatku yang selalu memberikan waktu, kesempatan, nasihat, dukungan dan tawa keceriaan akibat kepelehan kalian hahahaa. Sejak semester 1 kita membentuk D’ Busukz yang mana seiring

Ukm-ku selama dari awal masuk kuliah hingga lulus kuliah ini, terima kasih banyaaak FORMASI (Forum Studi Bahasa Inggris). Dimana disini banyak banget pelajaran serta keseruan yang aku dapatkan. Teman-teman FORIENT 24 th ku:

Queentries Regar, Fatimah A. Ghaniem, Muhammad Nur Rizki Oceano Puritanical, Aditya Janu Perdana, Nony Wahyuningtyas, Nadya Ayuning Wuryanto dan Bagus Prasetyo. Serta teman-teman FORMASI yang lainnya: Bayu Hadi Siswoyo, Renny Fitria Nuraini, Haris Apriyanto, Leiditya Naristi, Kak Viky Febriansyah, Kak Abdul Aziz, Kak Benedicta Ika, Kak Dwi Arum Ariani, Kak Novi Indriana, Kak Slovenia Istiani Mandala, Fatimah Fahri.

Bagi keluarga kedua, teman menggila di kosan Bunga Andong Barat Kav. 21, terima kasih Ririn Dwi Rakhmawati, Prista Rhiendy Erfrinova, Mawardha Agustina, Fillya, Ira Febrianty. Terima kasih telah menjadi keluarga kecilku di kota ini serta menjadi tempat curhat yang memberikan tawa canda serta dukungan untuk saya.

Teman-teman tercinta sekitaran komplek Halim Perdana Kusuma, dari SMP hingga SMA: Dian Andriani Budianti, Novia Clara Bianca, Geasella Febry Bramanti. Selanjutnya teman-teman Primagama yang kalau ada kesempatan kita selalu meet up hingga saat ini: Nurcahyati, Andra Dian Daulay, Guruh Saputra, Santi Nur Sabrina.

Bagi mereka yang sama-sama menempuh serta berjuang dalam proses skripsi ini, terima kasih telah memberikan semangat dan keceriaan : Adi Dwi Novanto, Gusti Rafangga, Fillanta Diny Juwita Kasih, Fabrina Juliani, Prasetyani Atika Putri, Randy Desvita Sari, Yericho Ignatius.

Bagi mereka yang berada di angkatan 2010 Hubungan Internasional, Universitas Brawijaya Malang. Lika-liku cerita kalian yang menjadikan saya kuat dan bertahan di jurusan ini. Semoga kebahagiaan selalu berada dalam hidup kalian masing- masing. Saya tak akan pernah lupa dan pastinya akan sangat merindukan persahabatan kita semua yang sangat kompak selama kurang lebih 4 tahun di HI 2010 ini.

Terimakasih banyak atas cerita, perjalanan serta memori selama ini. Semoga persembahan ini mampu mengantarkan kepada Anda yang tertulis sebagai

bentuk secuil apresiasi dari saya bahwa Anda adalah orang-orang hebat yang telah diturunkan Allah SWT untuk mewarnai kehidupan saya ini.

Zuma Qoyuma 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Diplomasi Publik Amerika

Serikat Melalui Program The Kennedy Lugar Youth Exchange and Study (YES) ke Indonesia Pasca Peristiwa 9/11 Periode Tahun 2003 –

. Skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) pada program studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya.

Dalam proses menyelesaikan skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih pada :

1. Kedua orang tua penulis, Bapak Drs. Ilyas, M. Sc. dan Ibu Ir. Endang Widayati. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Darsono Wisadirana, MS, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Brawijaya; 3. Ibu Asih Purwanti, S. IP., M. IP., selaku dosen pembimbing pertama penulis yang banyak memberikan masukan dan motivasi selama proses penulisan; 4. Bapak M. Riza Hanafi, S.IP., MIA, selaku dosen pembimbing kedua penulis atas perbaikan yang diberikan untuk kebaikan penulisan skripsi ini dan penyemangat untuk menyelesaikannya secepat mungkin;

5. Ibu Mely Noviryani, S. Sos, MM, selaku ketua majelis penguji sidang skripsi; 6. Bapak Achmad Fathoni K., S. IP., MA, selaku sekretaris majelis penguji dalam sidang

skripsi penulis; 7. Bagi seluruh dosen program studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang atas ilmu dan pengalaman yang dibagi selama penulis menempuh pendidikan.

8. Mas Kholis dan Mas Dadang yang selalu membantu penulis dalam bidang proses administratif sejak penyusunan Magang hingga Skripsi.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itulah penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhirnya, penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi jurusan, masukan bagi para dosen, serta bagi teman-teman pada tahun-tahun mendatang.

Malang, 21 November 2014

Penulis

ABSTRAKSI

Program The Kennedy Lugar Youth Exchange and Study (YES) merupakan program pertukaran pelajar yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat ke negara-negara Muslim di dunia tepat pasca peristiwa 9/11. Negara Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbanyak di dunia, pun tak luput dari pengimplementasian diplomasi publik Amerika Serikat ini. Perbedaan pandangan yang terjadi akibat kesalahpahaman dunia Muslim terhadap kebijakan Global War On Terrorism yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat, menyebabkan negara adidaya ini mengimplementasikan aspek development of lasting relationships-nya melalui diplomasi publik. Salah satunya ialah dengan menggunakan program YES ini. Penelitian ini sendiri merupakan penelitian Deskriptif. Metode penelitian menggunakan pengambilan data sekunder.

Kata kunci : Diplomasi publik, Kennedy Lugar Youth Exchange and Study (YES), Amerika Serikat, Indonesia, exchange students, 9/11.

ABSTRACT

The Kennedy Lugar Youth Exchange and Study (YES) program is an exchange students program sponsored by United States. Indonesia, as the most populous with Muslim citizen in the world, also included on this United States public diplomacy implementation. Differences which occurs misunderstanding to Muslim world because Global War On Terrorism (GWOT) from United States, caused this superpower country implement the development of lasting relationships aspect through public diplomacy. One of them is using YES program. This research is a descriptive research. The method on this research use secondary datas.

Keyword : Public diplomacy, Kennedy Lugar Youth Exchange and Study (YES), Amerika Serikat, Indonesia, exchange students, 9/11.

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Perbedaan Diplomasi

Tabel 2 : Taxonomy of Time/Flow of Information/Infrastructure in Public Diplomacy

Tabel 3 : Fourth Joint Commission Meeting Amerika Serikat dan Indonesia

DAFTAR BAGAN

Bagan 1: Alur Pemikiran Penelitian

Bagan 2: Timeline

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1: Favorabilty Views Indonesia terhadap Amerika Serikat Sebelum 9/11 dan Dua Tahun Pasca 9/11.

Grafik 2: Favorability Views Indonesia Terhadap Amerika Serikat Setelah Pengimplementasian Diplomasi Publik.

Grafik 3: Jumlah Siswa Asing yang Datang ke Amerika Serikat Pasca Peristiwa 9/11.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring perkembangan zaman yang semakin kompleks, munculnya transnational crime sebagai isu dunia dari dinamika internasional tidak dapat terbantahkan. Terjadinya peristiwa 11 September pada tahun 2001 yang menimpa Amerika Serikat sebagai negara super power, menunjukkan eksistensi transnational crime dalam lingkup terorisme yang saat ini telah berkembang dan menjadi isu internasional. Jika sebelumnya terorisme bukanlah perhatian utama, pasca peristiwa

tersebut terorisme telah menjadi 1 nation‘s first priority bagi Amerika Serikat.

11 September 2001 sendiri merupakan peristiwa serangan teroris yang melakukan aksinya dengan meledakkan menara kembar di pusat kota, yakni World Trade Center (WTC) dan juga gedung Pentagon Amerika Serikat. Dalam serangan ini, diperkirakan sekitar 3000 orang tewas dalam peristiwa 9/11 yang terjadi di New

York, Amerika Serikat tersebut yang berasal dari 94 bangsa. 2 Peristiwa ini kemudian dikenal dengan sebutan 9/11 – nine eleven .

1 Stephen D. Biddle, American Grand Strategy After 9/11: An Assessment, (April 2005), hal. 5, diambil dari sumber <http://www.strategicstudiesinstitute.army.mil/pdffiles/pub603.pdf>, diakses pada

tanggal 30 Desember 2014. 2 Robert Harris, United States Mission to the OSCE Remarks on Preventing Torture in the War Against

Terrorism, Laporan yang disampaikan dalam pertemuan di Vvienna, (U.S. State Department, Office of the Legal Advisor to the Supplemental Human Dimension Meeting, 15 Juli 2005), diambil dari sumber <http://www.state.gov/documents/organization/132312.pdf>, diakses pada tanggal 2 Januari 2014.

Kejadian ini jelas menciptakan pergeseran-pergeseran yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat dalam kebijakan-kebijakannya. Hal ini diimplementasikan melalui kebijakan ―Global War On Terrorism‖ yang dikemukakan oleh Presiden Amerika Serikat, George W. Bush Jr., pada 8 Oktober

2001. 3 Sejak peristiwa tersebut, Amerika Serikat mengasosiasikan peristiwa 9/11 ini dengan eksistensi umat Muslim di dunia. Hal ini dikarenakan kelompok jaringan

terorisme pelaku tindak kejahatan terorisme di Amerika Serikat pada 11 September 2001 yang didalangi oleh Osama Bin Laden tersebut mengatasnamakan agama Islam

sebagai latar belakang tindakannya. 4 Amerika Serikat juga memandang bahwa dunia Islam itu sebagai dunia yang fanatik terhadap agamanya, penuh kekerasan dan kurang

akan toleransi. 5

Oleh karena itu, pasca peristiwa 9/11 membuat hubungan Amerika Serikat dengan dunia Islam kian memburuk, dimana agama Islam dinilai dari sudut pandang

yang berbeda oleh kacamata Amerika Serikat 6 . Persepsi terhadap Amerika Serikat beragam, namun terdapat stereotipe yang melekat secara mendalam, yaitu Amerika

Serikat identik dengan kesombongan (arrogant), memaksakan dirinya sendiri ( self- indulgent) , munafik atau bermuka dua (hypocritical), kurang memperhatikan

3 BBC Home, 2001: US Declares War on Terror, diambil dari sumber 4 Newsweek, The Politics Of Rage: Why Do They Hate Us?, diambil dari sumber

<http://www.newsweek.com/politics-rage-why-do-they-hate-us-154345>, diakses pada tanggal 29 Oktober 2013.

5 Pew Research Global Attitude Projects, The Great Divide: How Westerners and Muslims View Each Other, diambil dari sumber <http://www.pewglobal.org/2006/06/22/the-great-divide-how-

westerners-and-muslims-view-each-other/>, diakses pada tanggal 6 Februari 2014. 6 Diana L. Eck, Amerika Baru yang Religius; Bagai a a “e uah Negara Kriste Beru ah Me jadi

Negara Dengan Agama Paling Beragam di Dunia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005), hal. 338.

(inattentive), dan tidak mempunyai keinginan atau tidak bisa mengikutsertakan dirinya dalam dialog lintas budaya 7 (cross-cultural dialogue).

Persepsi yang telah berkembang tersebut tidak memungkiri bahwa konflik internasional dapat muncul dari perbedaan dalam nilai-nilai dan keyakinan yang telah

dimiliki suatu negara. 8 Oleh karena itu, Amerika Serikat berusaha memperbaiki hubungannya dengan dunia Islam melalui negara-negara Muslim di dunia, yang mana

salah satunya adalah Indonesia. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Pew Research Global Attitudes Project , jumlah opini publik positif terhadap Amerika Serikat mengalami penurunan cukup signifikan di beberapa negara. Hal ini terjadi pula pada Indonesia dimana pada tahun 2000 angka favorable opinions terhadap

Amerika Serikat berjumlah 75%, namun pada tahun 2002 turun ke angka 61%. 9 Terlebih rangkaian peristiwa pengeboman yang telah terjadi di Indonesia beberapa

tahun pasca 9/11, seperti yang terjadi di Bali Night Clubs (October 2002), hotel J. W. Marriot di Jakarta (Agustus 2003), di depan Kedutaan Filipina, 10 Kedutaan Australia

(September 2004), serta restoran turis di Bali (Oktober 2005) 11. Rangkaian peristiwa

7 Peter G. Peterson, Public Diplomacy and The War on Terrorism, (Foreign Affairs, 2002), diambil dari sumber <http://www.foreignaffairs.com/articles/58247/peter-g-peterson/public-diplomacy-and-the-

war-on-terrorism> , diakses pada tanggal 12 Februari 2014.

8 Aminata M. Kone, Amer i a's Misguided 'War o Terror’: Contrasting Samuel Huntington's Clash of Civilizations with Ibn Khaldun's Theory of Social Solidarity, diambil dari sumber

<http://www.studentpulse.com/articles/753/2/americas-misguided-war-on-terror-contrasting- samuel-huntingtons-clash-of-civilizations-with-ibn-khalduns-theory-of-social-solidarity>, diakses pada tanggal 12 Februari 2014.

9 A eri a’s I age i the World: Fi di gs fro the Pew Glo al Attitudes Proje t, diambil dari sumber <http://www.pewglobal.org/2007/03/14/americas-image-in-the-world-findings-from-the-pew-

global-attitudes-project/>, diakses pada tanggal 26 Oktober 2014. 10 Sukawarsini Djelantik, Ph. D., Terorisme: Tinjauan Psiko-Politis, Peran Media, Kemiskinan, dan

Keamanan Nasional (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010), hal.1.

11 John T. Sidel, It is Not Getting Worse: Terrorism is Declining in Asia, GLOBAL ASIA Vol.2, No.3, Hal.

42, diambil dari sumber 42, diambil dari sumber

Bagi Amerika Serikat, memperbaiki hubungan dengan umat Muslim, tidak dapat dihentikan oleh aksi militer karena melalui pertempuran dan kekerasan ( hard

power 13 ) tidak akan mengatasi masalah. Justru dengan cara tersebut lebih cenderung akan terus meningkatkan operasi militer atas jumlah serangan teroris yang semakin

meningkat pula. 14 Penggunaan soft power adalah salah satu cara pendekatan yang diterapkan oleh Amerika Serikat dan dirasa lebih efektif dalam menghambat atau

bahkan menghentikan pergerakan terorisme melalui perbaikan hubungan dengan umat Muslim di Indonesia. 15 Jika sebelumnya soft power yang dilakukan Amerika

Serikat menggunakan cara diplomasi tradisional, yakni diplomasi antar pemimpin negara, 16 justru sejak Perang Dingin menggunakan jenis diplomasi yang modern,

yakni diplomasi publik. Begitu pula pada pasca peristiwa 9/11, Amerika Serikat meningkatkan intensitas penggunaan diplomasi publiknya.

Arah diplomasi publik Amerika Serikat sendiri terbagi menjadi 3 kajian pokok, yakni (1)Amerika Serikat dapat menyebarkan nilai-nilai negaranya, (2)Memberantas kelompok ekstrimis yang dapat mengancam perdamaian dunia, serta

<http://personal.lse.ac.uk/SIDEL/images/It%20Is%20Not%20Getting%20Worse.pdf>, diakses pada tanggal 4 Februari 2014.

12 Op. cit. John T. Sidel. 13 Op .cit. Aminata. 14 Op. cit. John. 15 U.S. Department Of State: National Strategy for Combating Terrorism, diambil dari sumber

<http://2001-2009.state.gov/s/ct/rls/wh/71803.htm>, diakses pada tanggal 4 Februari 2014.

16 Siobhán McEvoy-Levy, American Exceptionalism and US Foreign Policy: Public Diplomacy At The End Of The Cold War, (Great Britain: Palgrave Macmillan,2001), hal.32.

(3)Dapat memelihara hubungan yang telah dibentuk antara masyarakat Amerika Serikat dengan masyarakat negara lain yang memiliki perbedaan keyakinan maupun

kebudayaan. 17 Berkaitan dengan arah diplomasi publik Amerika Serikat tersebut, pasca peristiwa 9/11 diproyeksikan ke Indonesia melalui fokus target Muslim

Outreach 18 . Dimana diplomasi publik ini dilakukan penerapannya melalui beberapa pelaksanaan, baik pertukaran pelajar, presentasi kebudayaan, media sosial, pengadaan

tempat-tempat di Indonesia yang dapat menyebarkan nilai negara adidaya tersebut hingga ke ranah media massa. 19

Salah satu pencapaian diplomasi publik Amerika Serikat pasca peristiwa 9/11 tersebut ialah dengan membuat berbagai program pertukaran, termasuk salah satunya ialah program pertukaran pelajar dalam rangka menjalankan diplomasi publiknya dengan negara Indonesia. Berlandaskan pada pembentukan mutual understanding dan mutual respect dengan negara-negara muslim, maka dari itu melalui Bureau of Educational and Cultural Affairs (ECA), Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan

program-program pertukaran pelajarnya tersebut. 20 Program-program pertukaran

17 U.S. National Strategy for Public Diplomacy and Strategic Communication, diambil dari sumber <http://www.nyu.edu/brademas/pdf/publications-moving-forward-strategic-communication-public-

diplomacy.pdf>, diakses pada tanggal 25 Oktober 2014. 18 Atu Yudhistira Indarto, Reflection of the U.S. Public Diplomacy in Indonesia post 9/11:

A Case of Concerted Muslims Outreach , diambil dari sumber <http://www.publicdiplomacycouncil.org/sites/default/files/users/LisaHeyn/AtuIndato-Reflectionof theUSPublicDiplomacyinIndonesiapostSeptember11.pdf> diakses pada tanggal 26 Oktober 2014.

19 Ibid. 20 Educational and Cultural Exchange Programs, diambil dari sumber

<http://www.state.gov/documents/organization/181122.pdf>, diakses pada tanggal 15 April 2014.

pelajar yang dilakukan oleh Amerika Serikat sendiri diwadahi oleh AMINEF ( The American Indonesian Exchange Foundation 21 ) yang bergerak sejak tahun 1992 .

Dari salah satu program, yaitu yang bernama YES, merupakan program yang

dihasilkan pada tahun 2002 dan baru diimplementasikan di negara-negara Muslim, termasuk Indonesia pada tahun 2003. 22 Program YES merupakan program pertukaran

pelajar yang menyediakan beasiswa bagi para pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) berumur 15 hingga 17,5 tahun dari negara-negara Muslim yang memiliki populasi

cukup signifikan. 23 Program ini memang dibentuk dan ditujukan secara khusus bagi negara-negara Muslim di dunia pasca peristiwa 9/11, termasuk negara Indonesia. 24

Dikeluarkannya program khusus tersebut pasca peristiwa 9/11 bagi negara- negara Muslim di dunia menjadikan urgensi penelitian yang dilakukan oleh penulis . Penelitian ini juga menjadi menarik untuk diteliti sebab fenomena serangan terorisme yang terjadi justru menyebabkan negara adidaya Amerika Serikat menargetkan Indonesia sebagai salah satu objek dalam pengimplementasian diplomasi publik. Dari pemaparan diatas pula, penulis ingin menjelaskan mengenai diplomasi publik oleh Amerika Serikat terhadap Indonesia, salah satunya melalui program YES, yang mana

21 AMINEF Info, diambil dari sumber <http://www.aminef.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=20:aminef-info-

article&catid=8&Itemid=153>, diakses pada tanggal 28 Maret 2014. 22 Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study: Indonesia, diambil dari sumber

<http://yesprograms.org/country/indonesia>, diakses pada tanggal 28 Maret 2014. 23 Bureau of Educational and Cultural Affairs (ECA); Request for Grant Proposals: Kennedy-Lugar

Youth Exchange and Study Program (YES): "US YES Inbound Placement and YES Abroad Recruitment Components , diambil dari sumber <http://search.proquest.com/docview/189954568?accountid=46437>, diakses pada tanggal 15 April 2014.

24 U.S. Department of State, Evaluation of The Youth Exchange & Study Program; Final Report, (New York, Washington: InterMedia, 2009), hal. 1 24 U.S. Department of State, Evaluation of The Youth Exchange & Study Program; Final Report, (New York, Washington: InterMedia, 2009), hal. 1

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, timbul pertanyaan yang mendorong penulis melakukan riset mengenai kasus ini. Bagaimana Amerika Serikat menerapkan program The Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study (YES) sebagai instrumen diplomasi publik ke Indonesia pasca peristiwa 9/11 periode tahun 2003-2013?

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana Amerika Serikat menyelenggarakan kegiatan diplomasi publik terhadap Indonesia, yaitu dengan melaksanakan program pertukaran pelajar terhadap Indonesia pasca peristiwa 9/11. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu studi yang mampu menjelaskan proses sosietal dalam diplomasi publik yang terjadi antara negara dengan negara melalui individu. Penelitian ini nantinya juga dapat dijadikan sebagai acuan referensi tentang diplomasi publik serta interaksi komunikasi internasional yang dipengaruhi oleh lingkungan politik dan ancaman internasional.

I.4 Manfaat Penelitian

Penulis berharap bahwa penelitian ini nantinya bisa digunakan sebagai salah satu contoh referensi tentang diplomasi publik yang disebabkan oleh lingkungan politik dan ancaman internasional. Penelitian ini juga relevan dengan semua penelitian dengan tema diplomasi publik, utamanya yang berlatar belakang tempat di kawasan Amerika Serikat. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memperbanyak wawasan pembaca yang mendalami tema yang sama dan dapat dijadikan salah satu bahan yang dapat memperkaya studi ataupun penelitian yang mengangkat isu yang sama.

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Studi Terdahulu

Dalam upaya menjawab rumusan masalah yang ada pada bab 1, penulis melakukan kajian terhadap studi terdahulu maupun dokumen lain yang memiliki keterkaitan dengan kasus ini. Keterkaitan yang dimaksud berupa kesamaan penerapan soft power dalam kasus ini melalui pola dan bentuk diplomasi publik serta dampaknya pada situasi sosial, maupun berupa kajian tentang bagaimana implementasinya yang menjadi salah satu fokus dalam penelitian ini. Kajian tentang penelitian terdahulu dapat memastikan validitas suatu penelitian sosial. Oleh karena itu penulis mengharapkan bahwa studi terdahulu ini dapat membantu penulis menyelesaikan penelitian ini, lebih jauh lagi dapat dijadikan referensi lebih lanjut memahami kasus maupun variabel yang serupa.

Dalam memahami kasus ini, penulis merujuk pada tiga karya tulis yang dilakukan oleh peneliti lain. Tiga penelitian tersebut membantu penulis dalam memahami dan membandingkan implikasi yang dapat disebabkan oleh kebijakan yang serupa terhadap situasi diplomasi publik yang dilakukan oleh suatu negara. Unt uk studi terdahulu yang pertama, penulis mempelajari buku berjudul “ U.S. –

DPRK Educational Exchanges: Assesment and Future Strategy ” yang ditulis oleh Gi- Wook Shin dan Karin J. Lee. 25

Buku yang ditulis oleh Shin dan Lee ini menjelaskan bahwa meskipun terbatasnya hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Democratic People‘s

Republic of Korea (DPRK) atau Korea Utara, Amerika Serikat terus berupaya untuk meningkatkan interaksi diantara kedua negara. 26 Baik melalui akademisi Amerika

Serikat, organisasi persahabatan maupun Non-Governmental Organization (NGO) untuk mengembangkan dan meningkatkan interaksi serta pertukaran pendidikan

antara masyarakat di kedua negara tersebut. 27 Tujuan dilakukannya pertukaran pendidikan antar kedua negara tersebut ialah

untuk meningkatkan standar hidup yang berkelanjutan, mendorong hubungan yang damai serta terbuka dengan masyarakat internasional. 28 Amerika Serikat berharap

dengan melalui kontak person-to-person , dalam hal ini dengan program pertukaran pendidikan, akan memberikan kesempatan untuk masing-masing individu dalam

memperoleh 29 first-hand experience pada kehidupan masyarakat yang berbeda. Meskipun terdapat perbedaan pandangan politik, hubungan people-to-people

melalui knowledge sharing akan lebih memungkinkan bagi kedua negara untuk tetap berhubungan. Hal ini dipercaya dapat membangun ikatan kepercayaan dan lebih familiar dengan dunia luar, yang mana akan menjadi penting sebagai fondasi

25 Gi-Wook Shin dan Karin J. Lee, U.S. – DPRK Educational Exchanges: Assesment and Future Strategy,

(Stanford University: The Walter H. Shorenstein Asia-Pacific Research Center, 2011) 26 Ibid. hal. 11

27 Ibid. 28 Ibid. hal. 14 29 Ibid. hal. 15 27 Ibid. 28 Ibid. hal. 14 29 Ibid. hal. 15

internasional. 30 Alasan penulis memilih penelitian Gi-Wook Shin dan Karin J. Lee sebagai

studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah kesamaan topik yang mengangkat Amerika Serikat sebagai pelaksana program pertukaran pendidikan dengan negara lainnya, dalam hal ini dengan DPRK/Korea Utara. Persamaan dengan karya yang ditulis oleh penulis ialah, Shin dan Lee melihat educational exchanges sebagai instrumen bagi Amerika Serikat dalam membangun serta meningkatkan interaksi diplomasi publik dengan DPRK.

Kemudian, distingsi atau jarak antara penulis dengan penelitian Shin dan Lee terletak pada ruang lingkup penelitian. Perbedaan pandangan politik Amerika Serikat dengan DPRK, menyebabkan Amerika Serikat berupaya untuk berbagi pengalaman, pemikiran, opini dan pengetahuan untuk kepentingan agenda politik negara adidaya tersebut pasca Perang Dunia II. Sedangkan pada penelitian penulis lebih berfokus pada upaya Amerika Serikat berbagi hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya terhadap Indonesia guna memperbaiki hubungan dengan umat Muslim di tanah air pasca 9/11.

Selanjutnya, studi terdahulu kedua berasal dari paper yang ditulis oleh Melanie Ciolek yang berjudul “Understanding Social Media‘s Contribution to Public

30 Op. cit. hal. 15.

D iplomacy: How Embassy Jakarta‘s Facebook Outreach Illuminates the Limitations and Potent 31 ial for the State Department‘s Use of Social Media.”

Penelitian yang dilakukan oleh Ciolek ini menjelaskan bahwa pihak Amerika Serikat melalui Kedutaan Besar (Kedubes)-nya yang berlokasi di Jakarta, telah memahami arus informasi yang semakin berkembang untuk mengembangkan strategi yang efektif dengan menggunakan Facebook dalam upaya diplomasi publik yang

lebih besar. 32 Diterangkan pula oleh Ciolek bahwa diplomasi publik termasuk upaya untuk melibatkan, menginformasikan dan mempengaruhi publik asing dalam rangka

untuk mempromosikan pemahaman antar budaya dan mendorong dukungan bagi kebijakan AS. 33 Platform media sosial seperti Facebook, Twitter, dan YouTube tidak

merubah tujuan diplomasi publik, justru merupakan cara-cara baru untuk memfasilitasi keterlibatan dan dialog dengan khalayak dalam arus informasi

berkembang. 34 Kedubes Amerika Serikat menggunakan Facebook sebagai “ force multiplier ”

untuk program-program kebijakan luar negeri Amerika Serikat lainnya melalui kampanye media terpadu, yang akhirnya membangkitkan konten-konten baru bagi

Facebook Kedubes tersebut. 35 Seperti contohnya, dijelaskan konten tambahan “Amerika-ku”, dokumentari tentang pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA)

Indonesia yang berpartisipasi dalam program pertukaran pelajar Youth Education and

31 Melanie Ciolek, U dersta di g “o ial Media’s Co tri utio to Public Diplomacy: How Embassy Jakarta’s Fa e ook Outrea h Illu i ates the Li itatio s a d Pote tial for the “tate Depart e t’s Use

of Social Media, (USC Center Public Diplomacy at the Annenberg School, 2010) 32 Ibid. hal. 2.

33 Ibid. 34 Ibid. 35 Ibid. hal.9

Study 36 (YES) di Amerika Serikat. Pengalaman para partisipan tersebut kemudian diteruskan dari link yang hanya di- post di Facebook menjadi program yang

selanjutnya disiarkan ke channel-channel televisi nasional, yaitu: O‟Channel dan TVRI. 37

Namun pada penelitian ini, Ciolek lebih banyak membahas dan berfokus pada penggunaaan media sosial ini sebagai sarana untuk meningkatkan antusiasme masyarakat Indonesia terkait kunjungan Presiden Obama dengan menggunakan kontes perlombaan sebagai dorongan untuk menarik pengguna mengunjungi akun Kedubes Amerika Serikat. Dimana pengguna Facebook dapat memenangkan hadiah produk-produk ternama buatan Amerika Serikat yang turut mengikutsertakan para peserta dalam interaksi dua arah mengenai visitasi Obama ke Indonesia. Interaksi seperti ini tentunya membangun komunitas yang mana berorientasi terhadap berbagai kesempatan online maupun offline untuk mengikutsertakan dalam dialog yang berkaitan dengan Amerika Serikat.

Alasan penulis memilih penelitian Melanie Ciolek sebagai studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah kesamaan tipe topik, yaitu peningkatan citra positif. Persamaan dengan karya yang ditulis oleh penulis ialah, Ciolek melihat Facebook sebagai instrumen diplomasi publik Amerika Serikat ke Indonesia yang paling memberikan dampak positif dibandingkan sosial media lainnya, sedangkan penulis menaruh perhatian pada instrumen program pertukaran pelajar Amerika

36 Op. cit. Melanie Ciolek, hal.9. 37 Ibid.

Serikat terhadap Indonesia sebagai amunisi terkait upaya diplomasi publik ke Indonesia.

Kemudian, distingsi atau jarak antara penulis dengan penelitian Ciolek terletak pada ruang lingkup penelitian. Ciolek berfokus pada upaya diplomasi publik Amerika Serikat terkait kunjungan yang akan dilakukan Presiden Obama pada saat ke Indonesia, sedangkan penulis lebih berfokus pada implementasi diplomasi publik dari Amerika Serikat ke Indonesia pasca 9/11.

Studi terdahulu yang ketiga, berasal dari artikel yang dibuat oleh Utpal Vyas yang berjudul “The Japan Foundation in China: An Agent of Japan's Soft Power?‖. 38

Dalam penelitiannya, Vyas menganalisis dari aktivitas Japan Foundation sebagai agen level negara yang diawasi oleh Ministry of Foreign Affairs of Japan (MOFA) di Cina. Tujuan Japan Foundation adalah untuk meningkatkan pemahaman ke berbagai negara mengenai bangsa Jepang, meningkatkan mutual understanding , mendorong persahabatan dan goodwill antar negara internasional, serta secara efisien melaksanakan kegiatan pertukaran internasional, sehingga berkontribusi terhadap

peningkatan budaya dunia dan kesejahteraan manusia. 39 Diterangkan pula bahwa dalam penelitiannya, selama tiga puluh tahun

terakhir di Cina, Japan Foundation telah berkonsentrasi secara khusus pada dorongan permintaan yang ada untuk belajar bahasa Jepang dan penelitian tentang Jepang. 40

38 Utpal Vyas, The Japan Foundation in China: An Agent of Japan's Soft Power?, (Electronic Journal of Contemporary Japanese Studies, Article 5 in 2008), diambil dari sumber

<http://www.japanesestudies.org.uk/articles/2008/Vyas.html>, diakses pada tanggal 21 Januari 2014.

39 Ibid. 40 Ibid.

Terkait dengan hal ini, yaitu dengan diadakannya pertukaran pelajar, pada siswa tertentu dan cendekiawan, serta dukungan untuk penerbitan buku pelajaran. 41 Selain

kegiatan utama, Japan Foundation juga telah memberikan dukungan untuk pameran, pertunjukan seni dan kegiatan media serta mengatur konferensi di Cina dan Jepang. 42

Kegiatan ini berhubungan erat dengan cara utama instrumentalisasi soft power . Vyas berasumsi bahwa jika negara mampu menambahkan soft power, dapat menjadikannya sebagai strategi jangka panjang untuk memungkinkan hubungan

kedua negara tersebuut untuk terus tumbuh. 43 Relevansi penelitian Vyas dengan penelitian ini terletak pada lingkup pemanfaatan dan pemberdayaan diplomasi

publiknya melalui soft power . Dalam penelitiannya, Vyas menjadikan Jepang dan Cina sebagai pembelajaran tentang bagaimana memanfaatkan strategi diplomasinya tersebut melalui program pendidikannya.

Dari ketiga studi terdahulu diatas, maka research position dari penelitian ini terhadap studi terdahulu diatas adalah penelitian ini memanfaatkan diplomasi publik yang berkaitan dengan soft power resources sebagai amunisi bagi praktik diplomasi publik Amerika Serikat terhadap Indonesia, sedangkan penelitian Ciolek yang berjudul “Understanding Social Media‘s Contribution to Public Diplomacy: How Embass y Jakarta‘s Facebook Outreach Illuminates the Limitations and Potential for the State Department‘s Use of Social Media‖ berfokus pada upaya diplomasi Amerika Serikat melalui media sosial, khususnya Facebook saja.

41 Op. cit. Utpal Vyas. 42 Ibid. 43 Ibid.

Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Gi-Wook Shin dan Karin J. Lee yang berjudul “ U.S. – DPRK Educational Exchanges: Assesment and Future Strategy ” berupaya pada peningkatan hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dengan Korea Utara/DPRK melalui pertukaran pendidikan sebagai bridge-building hubungan kedua negara. Terlebih perbedaan pandangan politik Amerika Serikat dengan DPRK, sehingga Amerika Serikat berupaya untuk berbagi pengalaman, pemikiran, opini dan pengetahuan untuk kepentingan agenda politik negara adidaya tersebut pasca Perang Dunia II. Sedangkan pada penelitian yang ditulis oleh penulis lebih berfokus pada upaya Amerika Serikat berbagi hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya terhadap Indonesia guna penyebaran paham memerangi terorisme pasca 9/11.

Dan pada artikel yang dibuat oleh Utpal Vyas pada tahun 2008 yang berjudul The Japan Foundation in China: An Agent of Japan's Soft Power? Memfokuskan pada pertukararan pendidikan melalui Japan Foundation. Vyas berfokus dalam lingkup pemanfaatan dan pemberdayaan diplomasi publiknya melalui soft power untuk menjaga hubungan antara Jepang dan Cina terus tumbuh, sedangkan pada penelitian ini lebih berfokus pada pemberdayaan diplomasi publik Amerika Serikat dalam restorasi hubungan dengan umat Muslim pasca peristiwa 9/11 melalui pertukaran pelajar terhadap Indonesia dan akan mendeskripsikan proses yang dijalankan oleh Amerika Serikat dengan menggunakan program YES yang mana turut berperan terhadap kesinambungan hubungan antara kedua belah pihak negara. Sehingga penelitian ini mampu bermanfaat bagi pengembangan studi Hubungan Internasional.

2.2 Perangkat Analisis

Perangkat analisis merupakan elemen-elemen yang diteliti untuk memperoleh hasil atau kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Dalam menentukan peringkat analisis yang digunakan dalam suatu penelitian, penulis diharuskan untuk mengetahui secara jelas unit analisa yang harus digunakan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif yang mana sangatlah penting dalam ilmu-ilmu sosial. Dari penelitian deskriptif, terutama bagi ilmu-ilmu sosial, banyak hal-hal yang nampaknya tidak penting, tetapi yang pada hakikatnya sangat berperan seperti nilai- nilai, dan sebagainya, yang dapat dideskripsikan dan tidak muncul dalam suatu

penelitian eksplanasi. 44

Dalam kajian tersebut tentunya penulis menyajikan fenomena yang digambarkan secara terperinci, yakni berupa kebijakan diplomasi publik yang dilakukan pihak Amerika Serikat terhadap Indonesia melalui pertukaran pelajar pasca peristiwa 9/11. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis pada level tataran negara.

2.3 Kerangka Konseptual

Pemilihan konsep sangatlah krusial dalam melakukan analisis atas suatu kasus dalam ilmu sosial. Konsep yang dipilih akan digunakan untuk menelaah kasus yang dibahas secara empiris sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu sosial. Untuk menganalisis

44 Dr. Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), hal. 27.

kasus dalam penelitian ini, penulis menggunakan konsep Diplomasi Publik sebagai instrumen soft approach suatu negara terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini.

2.3.1 Konsep Diplomasi Publik

Perkembangan zaman yang semakin kompleks, mencakup aktor, isu-isu dunia maupun teknologi informasi membuat pilihan-pilihan instrumen diplomasi pun menjadi beragam. Semakin berkembangnya hal-hal tersebut menyebabkan pergeseran diplomasi yang pada awalnya ialah diplomasi tradisional ( government to

government 45 ) menjadi diplomasi yang lebih modern, yang dapat disebut sebagai diplomasi publik. Konsep Diplomasi Publik pertama kali dikenalkan oleh Edward

Murrow pada tahun 1963 sebagai salah satu cara untuk menangani pengaruh perilaku publik terhadap proses pengambilan serta pelaksanaan kebijakan luar negeri. 46

Berikut ini beberapa definisi pengertian diplomasi publik, yang pertama menurut Gifford Malone, diplomasi publik adalah komunikasi langsung dengan publik asing dengan tujuan mempengaruhi pemikiran mereka dan pada akhirnya

berpengaruh pula terhadap pemerintah mereka. 47 Sedangkan menurut Hans Tuch, diplomasi publik merupakan proses pemerintah dalam berkomunikasi dengan publik

45 Philip Seib, ed., Toward A New Public Diplomacy; Redirecting US Foreign Policy, (United States of America, New York: Palgrave Macmillan, 2009), hal.233.

46 Nancy Snow dan Phillip M. Taylor, Routledge Handbook of Public Diplomacy, (New York & London: Routledge Taylor & Francis Group, 2009), hal. 19.

47 Gyorgi Szondi, Public Diplomacy and Nation Branding: Conceptual Similiraties and Differences, hal. 13.

asing sebagai bentuk upaya untuk membawa pemahaman atas ide-ide dan cita-cita bangsa, institusi dan budayanya, serta tujuan dan kebijakan nasional. 48

Kemudian Nicholas J. Cull berpendapat, diplomasi publik adalah proses sejak berakhirnya Perang Dingin, dimana aktor-aktor internasional berusaha untuk

mencapai tujuan kebijakan luar negeri mereka dengan melibatkan publik asing. 49 Menurut Howard H. Frederick, diplomasi publik merupakan kegiatan yang diarahkan

langsung ke luar negeri dalam berbagai lingkup informasi, pendidikan maupun budaya, yang bertujuan untuk mempengaruhi pemerintah asing melalui warga

negaranya. 50

Menurut Signitzer dan Coombs, diplomasi publik adalah suatu cara bagi pemerintah, perusahaan maupun kelompok dalam mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung sikap dan opini masyarakat yang berhubungan langsung dengan

keputusan kebijakan luar negeri pemerintah negara lain. 51 Sedangkan menurut Congressional Research Service Report 2009, istilah yang digunakan untuk

mendesripsikan upaya pemerintah untuk melakukan kebijakan luar negeri dan

48 Anna Tiederman, U.S. Public Diplomacy in the Middle East: Lessons Learned from the Charlotte Beers Experience, diambil dari sumber

<http://usc.publicdiplomacy.org/pdfs/Anna_Tiedeman_Beers.pdf>, diakses pada tanggal 5 Desember 2013.

49 Nicholas J. Cull, Public Diplomacy: Taxonomies and Histories, (The Annals of the American Academy of Political and Social Science: Sage, 2008), hal. 31

50 Axel Heck dan Gabi Schlag, Humanitarian by “Pi torial For e , (New York: Visual Representations and the Public Diplomacy Strategy of the European Union in Africa, 2009), Hal. 4

51 Op. cit. Howard.

mempromosikan kepentingan nasionalnya, melalui direct outreach dan pengkomunikasian secara langsung dengan penduduk negara asing. 52

Jika dalam diplomasi publik yang lama atau tradisional lebih menekankan kepada aktor pemerintahan saja. Berbeda dengan konsep diplomasi publik yang baru atau modern, dimana terdapat banyak aktor di luar pemerintahan yang justru lebih berperan besar dalam pembentukan image suatu negara. Pembedaan antara kedua jenis diplomasi tersebut dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:

Tabel 1. Perbedaan Diplomasi

Diplomasi

Karakteristik

Diplomasi modern Struktur

Diplomasi tradisional

Second track diplomacy Proses

First track diplomacy

Terbuka (multi aktor) Agenda

Tertutup (negara)

Isu

tradisional

( high Isu kontemporer ( low

politic ) Sumber: John Baylis, 1998. 53

politic )

Diplomasi publik dapat dikatakan sebagai instrumen dalam soft power yang berusaha untuk menarik perhatian publik melalui berbagai hal dalam bidang yang sangat potensial, baik melalui bidang broadcasting , pertukaran budaya maupun

pertukaran pelajar. 54 Karena diplomasi publik yang efektif ialah yang menggunakan pertukaran informasi secara dua arah. 55 Melalui cara tersebut, tentunya dapat

52 H. Nakamura Kennon dan Matthew C. Weed, U.S. Public Diplomacy: Background and Current Issues, (Washington, D. C.: Congressional Research Service, December 18, 2009), hal.1.

53 John Baylis dan Steve Smith, The Globalization of World Politics; An Introduction to International Relations, (Oxford University Press, 1998), hal. 251-254.

54 Joseph S. Nye Jr, Public Diplomacy and Soft Power, (The Annals of the American Academy of Political and Social Science: Sage, 2008), hal. 94-95.

55 Ibid. Hal. 103.

menciptakan pemahaman lebih baik yang berpengaruh terhadap opini publik serta dapat memberikan negara untuk menyebarkan nilai atau ideologi yang dimiliki ke

negara-negara lainnya. 56 Diplomasi publik sendiri merupakan salah satu cara yang dapat meningkatkan soft power suatu negara dan dapat memberikan proyeksi

terhadap suatu ngera untuk merumuskan kebijakan luar negerinya. 57

Pada diplomasi publik sendiri memiliki 3 dimensi penting dalam penerapannya tersebut. Pertama adalah daily communications atau komunikasi rutin, bagaimana pemerintah mengelola informasi yang ada di dalam negeri, mana yang diperbolehkan dan mana yang tidak diperbolehkan untuk diedarkan ke publik maupun ke luar

negara. 58 Sehingga, dapat dikatakan bahwa hal ini menjelaskan proses bagaimana aktor-aktor negara dalam negeri berperan untuk melihat informasi dari berbagai sisi

guna membuat strategi dalam menginformasikan isu-isu utama mengenai negaranya ke dunia luar. 59

Selanjutnya, dimensi yang kedua yaitu, strategic communications atau komunikasi strategis. Strategic communications sendiri ialah membangun theme caption kebijakan khusus pemerintah untuk diinformasikan ke masyarakat luar

negara. 60 Tujuan strategic communications adalah untuk menanamkan atau

56 Op. cit. Nye, Public Diplomacy and Soft Power. 57 Toshiya Nakamura, Ph. D., Soft Power and Public Diplomacy: How Cool Japan Will Be, (Brisbane:

2011) 58 Op. cit. Nye, hal 101.

59 Mark Leonard, Catherine Stead dan Conrad Smewing, Public Diplomacy, (London: The Foreign Policy Centre, 2002), hal.12.

60 Op. cit. Nye, hal.102.

membentuk nilai-nilai atau pesan yang ingin disampaikan dapat dimaksimalkan dan meminimalisir persepsi pesan negatif yang telah beredar pada target yang dituju. 61

Kemudian dimensi yang terakhir yakni, development of lasting relationships atau pembangunan hubungan yang berkesinambungan. Negara melakukan berbagai macam program dengan elit-elit melalui pertukaran pelajaran, seminar, pelatihan

maupun konferensi, untuk membangun jaringan hubungan secara nyata. 62 Terdapat pernyataan bahwa “ 63 Actions speak louder than words ” , yang menjelaskan bahwa

tanpa aksi yang nyata, negara tidak akan bisa menjalankan diplomasi publiknya. Tentunya jika dikaitkan dengan penelitian ini, aksi Amerika Serikat dilakukan dengan mengakses serta menggerakkan masyarakat Indonesia untuk turut berpartisipasi secara nyata dalam program pertukaran pelajar, yakni program YES yang diadakan oleh Amerika Serikat. Tujuannya tentu saja, agar dapat terus meningkatkan pembangunan hubungan jangka panjang dengan Indonesia, peningkatan nation branding maupun restorasi hubungan dengan umat Muslim Indonesia pasca peristiwa 9/11.

Contoh penggunaan dari ketiga dimensi tersebut, pertama-tama dari daily communications, seperti pada penggunaan aktif media jejaring sosial melalui akun Twitter yang dimiliki oleh Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama. Contoh dari dimensi kedua, yaitu strategic communications ialah „ Shared Values Initiative ‘ yang

61 Stanley A. Renshon, ed., The Political Psychology of The Gulf War: Leaders, Publics, and The Process of Conflict, (Pittsburgh: University of Pittsburgh Press, 1993).