Diplomasi Jepang dan Amerika Serikat dal

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1436 H/2015 M

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

oleh

Mohamad Reza Tri Satriakhan

NIM: 1111113000108

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1436 H/2015 M

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul: DIPLOMASI JEPANG DAN AMERIKA SERIKAT DALAM MERESPON PENINGKATAN ANGGARAN MILITER TIONGKOK PERIODE 2006-2010

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Mei 2015

Mohamad Reza Tri Satriakhan NIM. 1111113000108

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa: Nama

: Mohamad Reza Tri Satriakhan

NIM

Program Studi

: Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul: DIPLOMASI JEPANG DAN AMERIKA SERIKAT DALAM MERESPON PENINGKATAN ANGGARAN MILITER TIONGKOK PERIODE 2006-2010 dan telah memenuhi syarat untuk diuji.

Jakarta, 25 Mei 2015

Mengetahui, Menyetujui, Ketua Program Studi

Pembimbing

Debbie Affianty, M.A. Teguh Santosa, M.A. NIP.

NIP.

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI SKRIPSI DIPLOMASI JEPANG DAN AMERIKA SERIKAT DALAM MERESPON PENINGKATAN ANGGARAN MILITER TIONGKOK PERIODE 2006-2010

oleh: Mohamad Reza Tri Satriakhan 1111113000108

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal

04 Juni 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.

Ketua Sidang,

Debbie Affianty, M.A. NIP.

Penguji I, Penguji II,

Indriana Kartini, M.A. M. Adian Firnas, M.Si. NIP. 198004212002122005

NIP.

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 04 Juni 2015.

Ketua Program Studi FISIP UIN Jakarta

Debbie Affianty, M.A. NIP.

ABSTRAKSI

Skripsi ini menjelaskan diplomasi Jepang dan Amerika Serikat dalam merespon peningkatan anggaran militer Tiongkok periode 2006-2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa kepentingan Jepang meningkatkan diplomasi dengan Amerika Serikat dalam merespon peningkatan anggaran militer Tiongkok periode 2006-2010. Penelitian ini bersifat deskriptif-analitis yang dilakukan melalui wawancara dan studi pustaka.

Kerangka pemikiran yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah konsep kepentingan nasional, diplomasi, balance of power, security dilemma, dan resolusi konflik. Konsep kepentingan nasional dan diplomasi digunakan untuk menganalisa kepentingan Jepang meningkatkan diplomasi dengan Amerika Serikat. Konsep balance of power dan security dilemma digunakan untuk menganalisa kondisi yang terjadi antara Tiongkok, Jepang dan Amerika Serikat. Sedangkan konsep resolusi konflik digunakan untuk menganalisa upaya yang dilakukan Jepang dan Amerika Serikat dalam mencegah terjadinya konflik dengan Tiongkok. Dari hasil analisa penulis menggunakan kerangka pemikiran tersebut, dapat disimpulkan bahwa peningkatan anggaran militer Tiongkok periode 2006- 2010 sangat mengancam Jepang dan Amerika Serikat, sehingga diplomasi Jepang dan Amerika Serikat pada periode tersebut bertujuan untuk mereduksi ancaman dari Tiongkok tersebut.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis menemukan bahwa kepentingan Jepang meningkatkan diplomasi dengan Amerika Serikat antara lain untuk membendung kebangkitan Tiongkok, melindungi kedaulatan negara, meningkatkan keamanan nasional, menjaga stabilitas keamanan regional, dan memperkuat kerjasama pertahanan dengan Amerika Serikat. Dalam sistem internasional yang anarki, peningkatan aliansi dengan negara kuat (superior) sangat dibutuhkan untuk mencegah ancaman eksternal. Peningkatan diplomasi dengan Amerika Serikat sangat dibutuhkan Jepang untuk meminimalisir ancaman dari Tiongkok. Selain itu, peningkatan aliansi dengan Jepang juga dibutuhkan Amerika Serikat untuk mempertahankan hegemoninya dan menjaga perdamaian di kawasan Asia Timur.

Kata Kunci: Anggaran Militer, Kepentingan Nasional, Diplomasi, Resolusi Konflik, Anarki.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan kekuatan, juga segala petunjuk dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya.

Skripsi yang berjudul “Diplomasi Jepang dan Amerika Serikat dalam Merespon Peningkatan Anggaran Militer Tiongkok Periode 2006- 2010” diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos), Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu penulis, Hj. Ira Tisnantini Triasih, dan kedua kakak penulis, Adi Fajar Utama, M.Sc., dan M. Nur Iman Perkasa, A.Md., yang telah mendoakan, memberikan dukungan, memberikan motivasi, dan memberikan bantuan kepada penulis, baik secara moril maupun materil.

2. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Debbie Affianty, M.A., selaku Ketua Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Agus Nilmada Azmi, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Ahmad Alfajri, M.A., selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah memberikan arahan dan masukan mengenai penelitian yang akan penulis lakukan.

6. Bapak Teguh Santosa, M.A., selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmunya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kesabaran dan motivasi yang berharga sehingga menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi penulis.

6. Ibu Indriana Kartini, M.A., selaku Dosen Penguji Skripsi I, yang telah menguji kelayakan skripsi penulis dan memberikan arahan untuk perbaikan skripsi penulis.

7. Bapak M. Adian Firnas, M.Si., selaku Dosen Penguji Skripsi II, yang telah menguji kelayakan skripsi penulis dan memberikan arahan untuk perbaikan skripsi penulis.

8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Nazaruddin Nasution, M.A., Bapak Aiyub Mohsin, M.A., Bapak Ahmad

Fuad Fanani, M.A., Bapak Andar Nubowo, DEA, Ibu Friane Aurora, M.Si., dan lain sebagainya, yang telah mengajarkan berbagai ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

9. Seluruh Bapak/Ibu Staf Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jajang Safrijal, Bapak M. Amaly, S.Kom., dan lain sebagainya, yang telah memberikan bantuan dan pelayanan kepada penulis berhubungan dengan administrasi perkuliahan.

10. Sahabat terbaik penulis, Estri Hardianti dan Naeli Fitria, serta seluruh teman-teman Program Studi Hubungan Internasional angkatan 2011, terima kasih buat kebersamaan, kekompakan dan keceriaan selama masa kuliah. I love you, and good luck for you all.

Semoga semua bantuan yang diberikan kepada penulis akan memperoleh imbalan dari Allah SWT. A amiin ya rabbal ‘alamin. Kemudian penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Jakarta, 25 Mei 2015

Mohamad Reza Tri Satriakhan

BAB V KESIMPULAN .............................................................................. 107

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 120

DAFTAR DIAGRAM

BAB IV

Diagram 4.1 Proses Terjadinya Balance of Power .......................................... 85 Diagram 4.2 Model Confidence Building Measures (CBMs) ......................... 99 Diagram 4.3 Model Structural Balance Theory (SBT) ................................. 105

DAFTAR TABEL

BAB II

Tabel 2.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Republik Rakyat Tiongkok dari Tahun 2000 hingga Tahun 2010 .......................................... 39

Tabel 2.2 Anggaran Militer Republik Rakyat Tiongkok dari Tahun 1991 hingga Tahun 2014 (Pasca Perang Dingin) ........................ 45

BAB III

Tabel 3.1

Modernisasi Alutsista Militer Jepang dalam Aliansi Pertahanan Jepang dan Amerika Serikat dari Tahun 2005 hingga Tahun 2009 ...................................................................... 74

BAB IV

Tabel 4.1 Konsep Mutual Assured Destruction (MAD) ............................. 89 Tabel 4.2

Kondisi Security Dilemma .......................................................... 94

DAFTAR GAMBAR

BAB III

Gambar 3.1 Perbandingan Kekuatan Militer Tiongkok dan Amerika Serikat ......................................................................................... 76 Gambar 3.2 Perbandingan Kekuatan Militer Tiongkok dan Jepang .............. 77 Gambar 3.3 Jangkauan Anti-Ship Ballistic Missiles (ASBM) Tiongkok ....... 78 Gambar 3.4 Pangkalan Militer Amerika Serikat di Jepang ............................ 79

DAFTAR GRAFIK

BAB II

Grafik 2.1 Peningkatan PDB Tiongkok Periode 2000-2010 ........................ 40 Grafik 2.2

Peningkatan Anggaran Militer Tiongkok Periode 1991-2014 .... 47

DAFTAR SINGKATAN

ASBM : Anti-Ship Ballistic Missiles BMD

: Ballistic Missile Defense CBMs

: Confidence Building Measures

DPG

: Defense Planning Guidance

JSDF : Japan Self-Defence Forces MAD

: Mutual Assured Destruction

NDPG : National Defense Program Guide NDPO

: National Defense Program Outline PLA

: People’s Liberation Army SBT

: Structural Balance Theory

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Skripsi ini menganalisa diplomasi Jepang dan Amerika Serikat dalam merespon peningkatan anggaran militer Tiongkok periode 2006-2010. Jepang dan Tiongkok merupakan dua negara raksasa Asia Timur yang sering terlibat dalam persengketaan teritorial. Kedua negara ini memiliki karakteristik yang berbeda. Jepang atau yang dikenal sebagai “Negara Matahari Terbit” merupakan negara

kepulauan di Asia Timur yang terletak di antara 30 o LU-47 LU dan 124 BT-

2 146 2 BT. Luas keseluruhan wilayah Jepang sekitar 377.837 km . Jumlah penduduk Jepang tahun 2006 sebanyak 127,8 juta jiwa. 3 PDB Jepang tahun 2006 sebesar 4,35 triliun dolar AS. 4 Sedangkan Tiongkok atau yang dikenal sebagai “Negara Tirai Bambu” merupakan negara terbesar di Asia Timur yang terletak di

antara 18 5 LU-54 LU dan 73 BT-135 BT. Luas keseluruhan wilayah Tiongkok

oo

2 sekitar 9.596.961 km 6 . Jumlah penduduk Tiongkok tahun 2006 sebanyak 1,31

1 Yani, Ahmad. dan Mamat Rahmat. 2007. Geografi: Menyingkap Fenomena Geosfer. Grafindo Media Pratama. Indonesia. hal 182.

2 Ibid. 3 Population Reference Bureau: 2006 World Population Data Sheet. Diakses pada 11 Mei 2015.

Pukul 14.39 WIB. ( http://www.prb.org/pdf06/06worlddatasheet.pdf ). 4 The World Bank Data: GDP (Current US$). Diakses pada 19 Maret 2015. Pukul 17.51 WIB.

( http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD ). 5 Yani, Ahmad. dan Mamat Rahmat. Op.Cit. hal 168-169.

6 Ibid.

miliar jiwa. 8 PDB Tiongkok tahun 2006 sebesar 2,7 triliun dolar AS. Berdasarkan data tersebut maka dapat dikatakan bahwa Jepang memiliki keunggulan dalam hal

PDB atau pertumbuhan ekonomi, sedangkan Tiongkok memiliki keunggulan dalam hal luas wilayah dan jumlah penduduk. Perbedaan ini di satu sisi membuat hubungan kedua negara dapat saling menguntungkan, namun di sisi lain sering memicu terjadinya pergesekan atau konflik kepentingan.

Tiongkok merupakan negara yang mengalami peningkatan anggaran militer yang cepat dalam beberapa dekade belakangan ini. Peningkatan anggaran militer Tiongkok puncaknya terjadi pada periode 2006 hingga 2010. Jika pada periode sebelumnya peningkatan anggaran militer Tiongkok hanya sekitar 1 miliar hingga

3 miliar dolar AS, pada tahun 2006, peningkatan anggaran militer Tiongkok mencapai 5 miliar dolar AS. Kemudian tahun 2007, peningkatan anggaran militer Tiongkok mencapai 10 miliar dolar AS, dari 35 miliar dolar AS (tahun 2006) menjadi 45 miliar dolar AS (tahun 2007). Begitu pula tahun 2008 yang mencapai 12,2 miliar dolar AS, tahun 2009 yang mencapai 12,7 miliar dolar AS, dan tahun

2010 yang mencapai 14 miliar dolar AS. 9 Angka tersebut memperlihatkan suatu peningkatan yang sangat besar terjadi pada suatu negara yang berada dalam

keadaan yang cenderung damai dan tidak sedang terlibat perang. Selain itu, jika kita bandingkan anggaran militer Tiongkok dengan anggaran militer Amerika Serikat sebagai negara dengan anggaran pertahanan terbesar di dunia, maka terdapat hal menarik yang kita temui. Dalam waktu kurang dari 20

7 Population Reference Bureau: 2006 World Population Data Sheet. Op.cit. Pukul 14.43 WIB. 8 The World Bank Data: GDP (Current US$). Op.cit. Pukul 18.02 WIB.

9 China Military and Armed Force: People’s Liberation Army. Diakses pada 12 April 2014. Pukul 15.23 WIB. ( http://www.chinatoday.com/arm/ ).

tahun, berdasarkan data dari World Bank, rata-rata pertumbuhan anggaran militer Tiongkok adalah sebesar 17,92% per tahun, sedangkan Amerika Serikat hanya

sebesar 9,41%. 10 Berdasarkan data tersebut maka rata-rata pertumbuhan anggaran militer Tiongkok hampir dua kali lipat dari pertumbuhan anggaran militer

Amerika Serikat. Pada tahun 2034, diprediksi kekuatan militer Tiongkok akan melampaui kekuatan militer Amerika Serikat. 11 Kawasan yang paling merasakan

ancaman dari peningkatan anggaran militer Tiongkok ini adalah kawasan Asia Timur. Salah satu negara di Asia Timur yang paling merasakan kekhawatiran akan hal ini adalah Jepang.

Jepang merupakan negara di Asia Timur yang memiliki hubungan buruk dengan Tiongkok. Hal ini dapat dilihat dari persengketaan teritorial yang terjadi di antara kedua negara yang tidak kunjung selesai, seperti sengketa Kepulauan Senkaku atau Kepulauan Diaoyutai. Konflik ini sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 1970-an. Namun hingga saat ini, baik Jepang maupun Tiongkok

masih mengklaim kepulauan itu. 12 Jepang dan Tiongkok sebenarnya sudah cukup banyak melakukan perundingan untuk menyelesaikan persengketaan itu, seperti

melalui Perjanjian Pengelolaan Bersama atau Joint Agreement yang disepakati tahun 2008. 13 Akan tetapi perundingan tersebut mengalami jalan buntu dan

sengketa masih terus berlanjut.

10 Wirawan, Hariyadi. dan Akbar Rayyan Subekti. 2012. Peningkatan Kapabilitas Militer China dan Implikasinya terhadap Keamanan Nasional Indonesia. Universitas Indonesia Press. Indonesia.

hal 12-13. 11 Ibid.

12 Millati, Izzato. 2009. China dan Jepang dalam Sengketa Teritorial Kepulauan Senkaku (1970- 2006). Skripsi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. hal 12.

13 Karismaya, Hesti. Manajemen Konflik Jepang-China dalam Mengatasi Sengketa Kepulauan Senkaku. Jurnal Hubungan Internasional Vol. 1/ No. 2/ 2013. hal 8.

Buruknya hubungan Jepang dengan Tiongkok, jika dilihat dalam konteks sejarah, disebabkan sejak pendudukan Jepang di Tiongkok pada tahun 1930-an dan pelanggaran-pelanggaran kemanusiaan yang dilakukan Jepang terhadap

penduduk dan prajurit Tiongkok pada saat itu. 14 Pelanggaran-pelanggaran tersebut seperti pembunuhan terhadap penduduk sipil, penyiksaan para tawanan perang,

dan penjarahan rumah-rumah penduduk. 15 Jumlah korban yang meninggal dari peristiwa ini diperkirakan sebanyak 300.000 orang. 16 Kemudian saat Perang

Dunia II, Jepang juga melakukan agresi ke Tiongkok, Korea Selatan, dan negara- negara Asia Pasifik lainnya. 17

Kekalahan Jepang pada saat Perang Dunia II mengakibatkan Jepang harus membatasi kekuatan militernya dan membentuk aliansi militer dengan Amerika Serikat. Hal ini ditandai dengan The US-Japan Treaty of Mutual Cooperation and

Security tahun 1951. 18 Traktat tersebut memuat aturan tentang pembubaran angkatan bersenjata Jepang dan dimulainya ketergantungan Jepang terhadap

aliansi dengan Amerika Serikat. Sejak saat itu Jepang hanya menggunakan kurang

14 The History Place Genocide in the 20 th Century: The Rape of Nanking 1937-1938. Diakses pada

20.18 WIB. ( http://www.historyplace.com/worldhistory/genocide/nanking.htm ).

15 Ibid. 16 Ibid.

17 Zissis, Carin. 2006. Council on Foreign Relations: Japan’s New Leader Faces Old Problems with China and South Korea. Diakses pada 20 November 2014. Pukul 21.23 WIB.

( http://www.cfr.org/japan/japans-new-leader-faces-old-problems-china-south-korea/p11738 ).

18 Sartini. dan Saring Arianto. Jepang: Habis Gelap Terbitlah Terang. Jurnal Sosio e-Kons Vol. 2/ No. 1/ 2010. hal 7.

dari 1% PDB-nya untuk anggaran militer. 19 Pembatasan kekuatan militer Jepang ini diatur dalam Pasal 9 Konstitusi Jepang. 20

Aturan mengenai pembatasan militer Jepang ini membuat Jepang hanya fokus pada pertumbuhan ekonominya. Jepang menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di Asia dalam waktu kurang dari setengah abad, dimana Jepang menempati posisi teratas dalam hal investasi asing di banyak negara di dunia,

seperti di Indonesia, Thailand dan Vietnam. 21 Namun Jepang menjadi sangat bergantung dengan aliansi militer Amerika Serikat, dan menjadi negara yang tidak

memiliki kekuatan militer sendiri. Di saat negara-negara lain di dunia, seperti Tiongkok, terus meningkatkan kekuatan militernya, Jepang hanya bisa fokus pada pembangunan ekonominya. Oleh karena itu, peningkatan anggaran militer Tiongkok yang besar setiap tahunnya itu akan menimbulkan kekhawatiran dan ancaman pada Jepang. Sehingga Jepang akan melakukan berbagai upaya untuk mencegah terjadinya hal- hal yang dapat mengancam keamanan, kedaulatan dan eksistensi negaranya.

Pada tanggal 10 Desember 2004, pemerintah Jepang mengeluarkan National Defense Program Guide (NDPG) sebagai kebijakan baru sektor pertahanan

Jepang. Namun kebijakan ini baru mulai diterapkan pada tahun 2005. 22 Pada NDPG 2005, ancaman militer Tiongkok secara resmi diletakkan ke dalam

19 Global Security: Defense Budget. Diakses pada 19 Maret 2014. Pukul 20.16 WIB. ( http://www.globalsecurity.org/military/world/japan/budget.htm ).

20 Roza, Rizki. Implikasi Amandemen Pasal 9 Konstitusi Jepang terhadap Kawasan. Jurnal Hubungan Internasional Vol. 5/ No. 20/ 2013. hal 5.

21 Corben, Ron. 2013. VOA Indonesia: Kunjungan PM Jepang di Asia Tenggara Pererat Hubungan Diplomatik dan Perdagangan. Diakses pada 30 Oktober 2014. Pukul 20.14 WIB.

( http://www.voaindonesia.com/content/kunjungan-pm-jepang-di-asia-tenggara-pererat-hubungan- diplomatik-dan-perdagangan-/1584522.html ).

22 Erwinsyah, Aldrin. 2011. Pengaruh Modernisasi Militer China terhadap Kebijakan Amerika Serikat di Asia Pasifik. Tesis Hubungan Internasional Universitas Indonesia. hal 33.

kebijakan keamanan pemerintah Jepang. 23 Kemudian dalam rencana pertahanan Jepang 2005-2009, disebutkan bahwa Tiongkok merupakan ancaman yang serius

bagi keamanan dan kedaulatan wilayah Jepang. 24 Berdasarkan NDPG tersebut, maka Jepang akan melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir ancaman dari

Tiongkok, terutama ketika terjadinya peningkatan anggaran militer Tiongkok yang besar pada tahun 2006-2010.

Salah satu upaya yang dilakukan Jepang dalam merespon peningkatan anggaran militer Tiongkok pada periode 2006-2010 adalah dengan meningkatkan diplomasi dengan Amerika Serikat. Jepang berdiplomasi dengan Amerika Serikat, selain karena Amerika Serikat merupakan aliansi militer terdekat Jepang sejak tahun 1951, namun juga karena Amerika Serikat merupakan negara yang paling

khawatir terhadap Kebangkitan Tiongkok (The Rise of China). 25 Menurut Bantarto Bandoro, bangkitnya Tiongkok, baik dalam sektor ekonomi maupun

militer, dapat mengancam hegemoni dari Amerika Serikat sebagai hegemoni tunggal dunia pasca Perang Dingin. 26

Pada masa pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe (2006-2007), Jepang melakukan pembelian alutsista militer ke Amerika Serikat, seperti pembelian

rudal patriot tipe PAC-3 dan rudal pencegat SM-3. 27 Rudal tersebut bertujuan untuk menghadapi segala kemungkinan serangan dari luar, khususnya serangan

23 Ibid. 24 Ibid.

25 Bandoro, Bantarto. 2008. Focused Group Discussion (FGD): Hegemoni Global China dan Peluang Kemanfaatan Bagi Indonesia. Laporan Biro Hubungan Internasional Sekretariat Wapres

RI. hal 18-25. 26 Ibid.

27 Erwinsyah, Aldrin. 2011. Op.cit. hal 36.

dari Tiongkok. 28 Selain itu, Perdana Menteri Shinzo Abe juga sering mengemukakan rencananya untuk melakukan amandemen terhadap Pasal 9

Konstitusi Jepang. 29 Ia menyadari pentingnya kekuatan militer, agar Jepang siap menghadapi segala macam tantangan global.

Pada tahun 2006, Jepang dan Amerika Serikat mengadakan pertemuan untuk membahas tentang penempatan dan penataan kembali pasukan Amerika Serikat di

Jepang. 30 Aliansi pertahanan Jepang dan Amerika Serikat ini memainkan peranan penting dalam menghadapi segala macam ancaman dari Tiongkok. Kemudian

pada tahun 2007, Jepang dan Amerika Serikat menyepakati Initial Actions for the Implementation of the Joint Statement, yang merupakan kesepakatan untuk mendorong Tiongkok meningkatkan transparansi dalam anggaran militernya dan menyadarkan Tiongkok untuk lebih berkontribusi dalam menciptakan keamanan

regional dan global. 31 Selain itu kesepakatan ini juga membahas masalah denuklirisasi Korea Utara dan normalisasi hubungan Korea Utara, Amerika

Serikat dan Jepang. Pada tahun 2008, untuk pertama kalinya pemerintah Jepang menyetujui

penempatan kapal induk nuklir Amerika Serikat di wilayahnya. 32 Penempatan kapal induk nuklir ini bertujuan untuk menjaga keamanan di kawasan Asia Timur

dan Pasifik Barat. Kemudian pada awal tahun 2009, Jepang dan Amerika Serikat

28 Ibid. 29 Roza, Rizki. Loc.cit.

30 Ministry of Foreign Affairs of Japan: The Japan-US Security Arrangements. Diakses pada 12 Desember

( http://www.mofa.go.jp/region/n- america/us/security/arrange.html ).

31 Sinaga, Obsatar. 2014. Aliansi Jepang-Amerika Serikat dalam Menghadapi Pembangunan Kapabilitas Militer China dan Korea Utara. Universitas Padjajaran. Indonesia. hal 19-20.

32 Radio Australia: Jepang Izinkan Penempatan Kapal Induk Nuklir Amerika Serikat. Diakses pada 08 Januari 2015. Pukul 18.31 WIB. ( http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2005-10-

28/jepang-ijinkan-penempatan-kapal-induk-nuklir-amerika/844260 ).

menandatangani perjanjian tentang pemindahan Korps Marinir Amerika Serikat dari Okinawa ke Guam, yang disebabkan karena adanya relokasi Pangkalan Udara

Militer. 33 Perjanjian ini merupakan bentuk peningkatan aliansi militer antara Jepang dengan Amerika Serikat.

Selain itu pada akhir tahun 2009, Perdana Menteri Jepang Yukio Hatoyama bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama pada pertemuan

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) kedua negara. 34 Pertemuan ini membahas tentang peningkatan aliansi militer antara Jepang dan Amerika Serikat dalam

rangka menjaga keamanan dan perdamaian di kawasan Asia Pasifik. 35 Kemudian pada tahun 2010, Jepang dan Amerika Serikat melakukan latihan militer terbesar

dalam sejarah Jepang. 36 Latihan militer ini melibatkan 44 ribu personil militer, 60 kapal perang dan 400 pesawat udara dari kedua negara. 37 Latihan ini dilakukan

selain untuk memperkuat kesiapan Jepang dalam menghadapi segala bentuk serangan dari luar, juga untuk memperingati 50 tahun aliansi Jepang-Amerika Serikat.

Dengan melihat besarnya peningkatan anggaran militer Tiongkok setiap tahunnya, dan buruknya hubungan Tiongkok dengan Jepang yang ditandai dengan banyaknya sengketa maritim yang terjadi di antara keduanya, seperti sengketa Kepulauan Senkaku atau Kepulauan Diaoyutai, serta adanya pembatasan kekuatan

33 Ministry of Foreign Affairs of Japan: The Japan-US Security Arrangements. Op.cit. Diakses pada 08 Januari 2015. Pukul 18.35 WIB.

34 BBC Indonesia: Amerika Serikat dan Jepang Pererat Hubungan. Diakses pada 08 Januari 2015. Pukul

20.39 WIB. ( http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2009/11/printable/091113_japanus.shtml ).

35 Ibid. 36 Ridwan, Asril (ed). 2010. DW Dunia: Jepang dan AS Mulai Latihan Militer. Diakses pada 08

Januari 2015. Pukul 18.55 WIB. ( http://www.dw.de/jepang-dan-as-mulai-latihan-militer- terbesar/a-6292044 ).

37 Ibid.

militer Jepang dan kedekatan aliansi dengan Amerika Serikat, maka penelitian ini akan berfokus pada analisa tentang diplomasi Jepang dan Amerika Serikat dalam merespon peningkatan anggaran militer Tiongkok periode 2006-2010.

Penelitian ini memilih periode tersebut disebabkan karena pada periode 2006- 2010, Tiongkok mengalami peningkatan anggaran militer yang sangat besar. Selain itu, periode tersebut juga merupakan periode yang diawali dengan pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe (2006-2007) yang menyadari pentingnya amandemen terhadap Pasal 9 Konstitusi Jepang, dan diakhiri dengan masa sebelum terjadinya bencana tsunami di Jepang, yaitu bencana yang sangat memporak-porandakan stabilitas politik, ekonomi dan keamanan Jepang, yang terjadi pada bulan Maret 2011. Berdasarkan alasan itulah, maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Diplomasi Jepang dan Amerika Serikat dalam Merespon Peningkatan Anggaran Militer Tiongkok Periode 2006- 2010”.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pernyataan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Apa kepentingan Jepang meningkatkan diplomasi dengan Amerika Serikat dalam merespon peningkatan anggaran militer Tiongkok periode 2006-2010?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini ditujukan untuk menerapkan konsep kepentingan nasional, diplomasi, balance of power, security dilemma, dan resolusi konflik dalam menganalisa diplomasi Jepang dan Amerika Serikat dalam merespon peningkatan anggaran militer Tiongkok periode 2006-2010.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang diplomasi Jepang dan Amerika Serikat dalam merespon peningkatan anggaran militer Tiongkok periode 2006-2010.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya mengenai diplomasi Jepang dan Amerika Serikat dalam merespon peningkatan anggaran militer Tiongkok periode 2006- 2010.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini melakukan ulasan beberapa sumber penelitian Hubungan Internasional yang berkaitan dengan dinamika hubungan Jepang dengan Tiongkok. Pada sebuah artikel yang ditulis oleh Adi Joko Purwanto pada tahun 2010, dengan judul “Peningkatan Anggaran Militer Cina dan Implikasinya t erhadap Keamanan di Asia Timur”, yang dimuat di Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional Vol. 7/ No. 1/ 2010, menjelaskan faktor internal dan eksternal yang mendorong peningkatan anggaran militer Tiongkok dan bagaimana implikasinya terhadap keamanan di kawasan Asia Timur.

Artikel ini menjelaskan bahwa Tiongkok sebagai negara besar di Asia Timur melakukan peningkatan anggaran militernya karena harus mempertahankan keutuhan integritas wilayahnya. Menurut Adi Joko Purwanto, dengan peningkatan anggaran militer yang tinggi setiap tahunnya, Tiongkok bisa menjadi “The Next Superp ower” setelah Amerika Serikat. Di masa yang akan datang Tiongkok dapat mengambil peranan Amerika Serikat dalam menjaga perdamaian dan keamanan regional dan global. Level analisa dari penelitian ini adalah negara, dengan menggunakan metode kualitatif.

Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah pada penelitian ini fokus analisanya terletak pada analisa tentang dampak peningkatan anggaran militer Tiongkok terhadap keamanan di Asia Timur dengan menggunakan konsep models of military expenditure, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis akan berfokus pada analisa tentang diplomasi Jepang dan Amerika Serikat dalam merespon peningkatan anggaran militer Tiongkok dengan menggunakan konsep kepentingan nasional, diplomasi, balance of power, security dilemma, dan resolusi konflik.

Sedangkan artikel yang ditulis oleh Hesti Karismaya pada tahun 2013, dengan judul “Manajemen Konflik Jepang-China dalam Mengatasi Sengketa Kepulauan Senkaku”, yang dimuat di Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Vol. 1/ No. 2/

2013, menjelaskan bagaimana upaya manajemen konflik antara Jepang dengan Tiongkok terkait penyelesaian sengketa Kepulauan Senkaku.

Artikel ini menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan oleh Jepang dan Tiongkok untuk menyelesaikan konflik Kepulauan Senkaku antara lain melalui Artikel ini menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan oleh Jepang dan Tiongkok untuk menyelesaikan konflik Kepulauan Senkaku antara lain melalui

Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah pada penelitian ini fokus analisanya terletak pada analisa tentang upaya manajemen konflik antara Jepang dan Tiongkok terkait penyelesaian sengketa Kepulauan Senkaku dengan menggunakan teori konflik dan konsep manajemen konflik, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis akan berfokus pada analisa tentang diplomasi Jepang dan Amerika Serikat dalam merespon peningkatan anggaran militer Tiongkok dengan menggunakan konsep kepentingan nasional, diplomasi, balance of power, security dilemma, dan resolusi konflik.

Kemudian buku yang ditulis oleh Anthony H. Cordesman dan Nicholas S. Yarosh pada tahun 2012, dengan judul “Chinese Military Modernization and Force Development”, menjelaskan bagaimana doktrin militer Tiongkok, organisasi militer Tiongkok, alutsista dan kekuatan militer Tiongkok di darat, laut dan udara, serta bagaimana proses modernisasi militer Tiongkok.

Buku ini menjelaskan bahwa doktrin-doktrin militer Tiongkok pasca Perang Dunia II, seperti doktrin militer Mao Zedong, sangat berkontribusi terhadap kemajuan dan perkembangan teknologi militer Tiongkok. Hal ini pula yang mendorong terjadinya proses modernisasi militer di Tiongkok, hingga terjadinya Buku ini menjelaskan bahwa doktrin-doktrin militer Tiongkok pasca Perang Dunia II, seperti doktrin militer Mao Zedong, sangat berkontribusi terhadap kemajuan dan perkembangan teknologi militer Tiongkok. Hal ini pula yang mendorong terjadinya proses modernisasi militer di Tiongkok, hingga terjadinya

Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah pada penelitian ini fokus analisanya terletak pada analisa tentang modernisasi dan pengembangan kekuatan militer Tiongkok dengan menggunakan teori militer dan konsep modernisasi militer, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis akan berfokus pada analisa tentang diplomasi Jepang dan Amerika Serikat dalam merespon peningkatan anggaran militer Tiongkok dengan menggunakan konsep kepentingan nasional, diplomasi, balance of power, security dilemma, dan resolusi konflik.

Selain itu skripsi yang ditulis oleh Izzato Millati dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2009, dengan judul “China dan Jepang dalam Sengketa Teritorial Kepulauan Senkaku (1970- 2006)”, menjelaskan bagaimana latar belakang lahirnya sengketa Kepulauan Senkaku antara Tiongkok dengan Jepang.

Skripsi ini menjelaskan bahwa kedua negara sampai saat ini masih mengklaim kepulauan ini. Tiongkok beranggapan bahwa Kepulauan Senkaku merupakan bagian dari wilayah teritorial Tiongkok sejak zaman kepemimpinan Dinasti Ming dan Qing. Sedangkan Jepang beranggapan bahwa Kepulauan Senkaku sudah diambil alih oleh Jepang sejak tahun 1985. Oleh karena itu, skripsi ini menganalisa alasan mengapa kedua negara masih sangat memperjuangkan kepemilikan dari Kepulauan Senkaku ini. Level analisa dari penelitian ini adalah negara, dengan menggunakan metode kualitatif.

Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah pada penelitian ini fokus analisanya terletak pada analisa tentang latar belakang lahirnya sengketa Kepulauan Senkaku antara Jepang dan Tiongkok dengan menggunakan teori geopolitik dan konsep kepentingan nasional, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis akan berfokus pada analisa tentang diplomasi Jepang dan Amerika Serikat dalam merespon peningkatan anggaran militer Tiongkok dengan menggunakan konsep kepentingan nasional, diplomasi, balance of power, security dilemma, dan resolusi konflik.

Skripsi yang ditulis oleh Satria Satya Nugraha dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 , dengan judul “Dampak Nasionalisasi Kepulauan Senkaku terhadap Hubungan Jepang-Cina (2012-2013) ”, menjelaskan bagaimana latar belakang dikeluarkannya kebijakan nasionalisasi Kepulauan Senkaku oleh pemerintah Jepang pada tahun 2012 dan apa dampaknya terhadap hubungan Jepang dengan Tiongkok.

Skripsi ini menjelaskan bahwa latar belakang dikeluarkannya kebijakan nasionalisasi Kepulauan Senkaku oleh pemerintah Jepang pada tahun 2012 adalah karena Jepang ingin menguasai hasil kekayaan alam yang banyak terdapat di kepulauan ini, seperti gas alam dan minyak bumi. Hal ini disebabkan karena dalam beberapa tahun belakangan ini, Jepang mengalami ketergantungan impor yang cukup besar. Oleh karena itu, dengan menasionalisasi Kepulauan Senkaku diharapkan produktivitas dalam negeri Jepang dapat meningkat. Sedangkan dampak dari kebijakan ini adalah terjadinya ketegangan politik antara Jepang Skripsi ini menjelaskan bahwa latar belakang dikeluarkannya kebijakan nasionalisasi Kepulauan Senkaku oleh pemerintah Jepang pada tahun 2012 adalah karena Jepang ingin menguasai hasil kekayaan alam yang banyak terdapat di kepulauan ini, seperti gas alam dan minyak bumi. Hal ini disebabkan karena dalam beberapa tahun belakangan ini, Jepang mengalami ketergantungan impor yang cukup besar. Oleh karena itu, dengan menasionalisasi Kepulauan Senkaku diharapkan produktivitas dalam negeri Jepang dapat meningkat. Sedangkan dampak dari kebijakan ini adalah terjadinya ketegangan politik antara Jepang

Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah pada penelitian ini fokus analisanya terletak pada analisa tentang latar belakang dikeluarkannya kebijakan nasionalisasi Kepulauan Senkaku oleh pemerintah Jepang pada tahun 2012 dan dampaknya terhadap hubungan Jepang- Tiongkok dengan menggunakan konsep kepentingan nasional, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis akan berfokus pada analisa tentang diplomasi Jepang dan Amerika Serikat dalam merespon peningkatan anggaran militer Tiongkok dengan menggunakan konsep kepentingan nasional, diplomasi, balance of power, security dilemma, dan resolusi konflik.

E. Kerangka Pemikiran

Untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka penelitian ini akan menggunakan konsep kepentingan nasional, diplomasi, balance of power, security dilemma, dan resolusi konflik.

1. Kepentingan Nasional

Kepentingan nasional merupakan seperangkat tujuan yang ingin dicapai oleh negara sehubungan dengan kebutuhan atau kepentingan negara tersebut. 38

Kepentingan nasional juga dapat diartikan sebagai pedoman atau pijakan bagi

38 Simbolon, Ria Rosianna. Penundaan Ratifikasi Konvensi 1951 dan Protokol 1967 tentang Status Pengungsi oleh Pemerintah Indonesia. Jurnal Hubungan Internasional Vol. 2/ No. 2/ 2014.

hal 4.

negara untuk merumuskan kebijakan luar negerinya. 39 Pemerintah akan memproyeksikan kepentingan nasionalnya dalam setiap kebijakan luar negeri

yang dibuatnya. Tujuan utama dari kepentingan nasional adalah agar negara dapat survive dan exist dalam sistem internasional yang anarki, yaitu suatu kondisi dimana interaksi antar negara terjadi tanpa adanya otoritas yang menaungi. Sedangkan fungsi dari kepentingan nasional adalah untuk menentukan arah dalam politik luar negeri, dan

sebagai ukuran keberhasilan negara dalam menjalankan politik luar negerinya. 40 Menurut Hans J. Morgenthau, kepentingan nasional setiap negara relatif sama,

yaitu untuk menciptakan keamanan (security) dan untuk mewujudkan kesejahteraan (prosperity). 41 Kemudian menurut P. Stuart Robinson, terdapat

empat hal yang memotivasi negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya (motivation of decision makers), yaitu individu, ideologi, organisasi

dan strategi. 42 Individu merupakan self interest dari para pembuat kebijakan negara, seperti Adolf Hitler yang menumpas Yahudi di Jerman. Sedangkan

ideologi merupakan tujuan-tujuan ideologis, seperti penyebaran pengaruh pada masa Perang Dingin antara Amerika Serikat (liberalisme) dengan Uni Soviet (komunisme). Organisasi merupakan dorongan dari kepentingan-kepentingan

39 Ibid. 40 Rudy, Teuku May. 2012. Studi Strategis dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin. Refika Aditama. Indonesia. hal 116.

41 Morgenthau, Hans J. 1948. Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace. McGraw-Hill Humanities. United States. hal 13.

42 Robinson, P. Stuart. 1996. The Politics of International Crisis Escalation: Decision-Making Under Pressure. Tauris Academic Studies. United States. hal 18-19.

organisasi tertentu, seperti kepentingan dari partai politik. Sedangkan strategi merupakan tujuan-tujuan strategis, seperti invasi Amerika Serikat ke Irak. 43

Berdasarkan jenisnya, menurut Michael G. Roskin, kepentingan nasional dapat dibedakan menjadi empat, yaitu berdasarkan tingkat kepentingannya (importance), berdasarkan durasinya (duration), berdasarkan pelaksanaanya

(compatibility), dan berdasarkan kekhususannya (specificity). 44 Berdasarkan tingkat kepentingannya (importance), kepentingan nasional dapat dibedakan

menjadi vital dan secondary. Vital merupakan kepentingan nasional yang tidak bisa dikompromikan, seperti masalah kedaulatan dan keamanan. Sedangkan secondary merupakan kepentingan nasional yang masih bisa dikompromikan, seperti dalam aspek sosial dan budaya. Kemudian berdasarkan durasinya (duration), kepentingan nasional dapat dibedakan menjadi permanent dan temporary. Permanent merupakan kepentingan nasional untuk jangka waktu yang panjang, seperti keanggotaan menjadi Dewan Keamanan PBB. Sedangkan temporary merupakan kepentingan nasional untuk jangka waktu yang pendek, seperti hubungan bilateral antar negara (karena bisa putus akibat perang). 45

Kemudian berdasarkan pelaksanaannya (compatibility), kepentingan nasional dapat dibedakan menjadi complementary dan conflicting. Complementary merupakan kepentingan nasional yang dicapai melalui kerjasama. Sedangkan conflicting merupakan kepentingan nasional yang dicapai melalui konflik atau perang. Sedangkan berdasarkan tingkat kekhususannya (specificity), kepentingan

43 Ibid. 44 Roskin, Michael G. 1994. National Interest: From Abstraction to Strategy. Strategic Studies

Institute. United States. hal 6. 45 Ibid.

nasional dibedakan menjadi specific dan general. Specific merupakan kepentingan nasional yang khusus, seperti memberantas kelompok terorisme Al Qaeda. Sedangkan general merupakan kepentingan nasional yang umum, seperti

menciptakan keamanan negara. 46 Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian yang berjudul “Diplomasi

Jepang dan Amerika Serikat dalam Merespon Peningkatan Anggaran Militer Tiongkok Periode 2006- 2010” dapat dianalisa menggunakan konsep kepentingan nasional. Hal ini disebabkan karena peningkatan anggaran militer Tiongkok, sebagai negara yang memiliki kedekatan geografis dan pengalaman historis yang buruk dengan Jepang, dapat mengancam kedaulatan dari Jepang. Kedaulatan merupakan kepentingan nasional yang bersifat vital bagi Jepang. Sehingga, untuk mengamankan kedaulatannya, Jepang akan mengerahkan seluruh power yang dimilikinya, baik berupa soft power (diplomasi) maupun hard power (militer). Penelitian ini tidak hanya fokus pada soft power, namun juga pada hard power.

2. Diplomasi

Diplomasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Diploum” yang berarti “Melipat”. Menurut Sumaryo Suryokusumo, dalam bukunya yang berjudul “Praktik Diplomasi”, diplomasi merupakan segala cara yang diambil untuk

membina hubungan baik satu sama lain dan melaksanakan tindakan politik atau hukum melalui wakil-wakil yang dipercaya. 47 Sedangkan menurut Quincy Wright,

dalam bukunya yang berjudul “The Study of International Relations”, diplomasi

46 Ibid. 47 Suryokusumo, Sumaryo. 2004. Praktik Diplomasi. Badan Penerbit Iblam. Indonesia. hal 11.

adalah suatu seni negosiasi untuk mencapai keuntungan yang maksimum dalam kondisi dimana perang mungkin saja terjadi. 48 Berdasarkan hal itu maka dapat

dikatakan bahwa diplomasi merupakan suatu cara yang ditempuh oleh negara untuk mengamankan kepentingan nasionalnya di negara lain dengan jalan yang damai, yaitu melalui perundingan dan negosiasi.

Berdasarkan bentuknya, menurut Aiyub Mohsin, diplomasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu diplomasi berdasarkan jumlah peserta yang terlibat dan

diplomasi berdasarkan wilayah atau kawasan. 49 Diplomasi berdasarkan jumlah peserta yang terlibat dapat dibedakan menjadi diplomasi bilateral dan diplomasi

multilateral. Diplomasi bilateral adalah diplomasi yang hanya dilakukan oleh dua negara. Sedangkan diplomasi multilateral adalah diplomasi yang dilakukan oleh banyak negara. Kemudian diplomasi berdasarkan wilayah atau kawasan dapat dibedakan menjadi diplomasi sub regional (seperti ASEAN, GCC, SAARC), diplomasi regional (seperti EU, OAS, AU), dan diplomasi global (seperti PBB,

LBB, GNB). 50 Berdasarkan jenisnya, menurut Aiyub Mohsin, diplomasi dapat dibedakan

menjadi diplomasi komersial, diplomasi budaya, diplomasi konferensi, diplomasi puncak, diplomasi preventif, diplomasi publik dan diplomasi sumber daya alam. 51

Diplomasi komersial merupakan diplomasi dalam bidang ekonomi atau finansial. Diplomasi budaya merupakan diplomasi dalam bidang budaya. Diplomasi konferensi merupakan diplomasi yang melibatkan banyak negara. Diplomasi

48 Wright, Quincy. 1955. The Study of International Relations. Appleton Century Crofts. United States. 1955. hal 158.

49 Mohsin, Aiyub. 2010. Diplomasi. Diktat. Indonesia. hal 43. 50 Ibid. 51 Ibid. hal 44-54.

puncak merupakan diplomasi yang dilakukan oleh kepala negara atau kepala pemerintahan. Diplomasi preventif merupakan diplomasi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya atau melebarnya suatu konflik. Diplomasi publik merupakan diplomasi yang dilakukan oleh LSM atau NGO. Sedangkan diplomasi sumber daya alam merupakan diplomasi yang memanfaatkan sumber daya alam sebagai

alat tawarnya (bargaining power). 52 Menurut Ranny Emilia, terdapat tiga metode utama dalam diplomasi, yaitu

first track diplomacy, second track diplomacy dan multi-track diplomacy. 53 First track diplomacy merupakan diplomasi yang melibatkan pemerintah dengan

pemerintah (government to government). Second track diplomacy merupakan diplomasi yang melibatkan pemerintah dengan rakyat (government to people) atau rakyat dengan rakyat (people to people). Sedangkan multi-track diplomacy merupakan diplomasi yang melibatkan banyak aktor, baik pemerintah,

profesional, sektor swasta, maupun masyarakat sipil. 54 Kemudian menurut Aiyub Mohsin, terdapat tiga instrumen atau alat utama dalam diplomasi, yaitu

cooperation, accommodation, dan opposition. 55 Cooperation dan accommodation dapat terjadi apabila negosiasi berjalan dengan lancar, sedangkan opposition akan

terjadi apabila negosiasi yang dilakukan mengalami jalan buntu. 56 Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian yang berjudul “Diplomasi

Jepang dan Amerika Serikat dalam Merespon Peningkatan Anggaran Militer Tiongkok Periode 2006- 2010” dapat dianalisa menggunakan konsep diplomasi.

52 Ibid. 53 Emilia, Ranny. 2013. Praktek Diplomasi. Baduose Media. Indonesia. hal 86-89. 54 Ibid. 55 Mohsin, Aiyub. Op.cit. hal 7-8. 56 Ibid.

Salah satu strategi Jepang dalam meminimalisir ancaman dari Tiongkok adalah dengan melakukan diplomasi. Negara yang dapat membantu Jepang meminimalisir ancaman tersebut adalah Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena Amerika Serikat merupakan negara superpower yang menjadi aliansi terdekat Jepang sejak tahun 1951, dan merupakan negara yang memiliki kepentingan yang besar di kawasan ini. Dengan melakukan diplomasi dengan Amerika Serikat, maka Jepang dapat meningkatkan keamanan negaranya dan melindungi kedaulatan wilayahnya, serta dapat membendung kebangkitan Tiongkok.

3. Balance of Power

Perimbangan kekuatan (balance of power) merupakan suatu kondisi ketika suatu negara meningkatkan power-nya, maka akan menimbulkan ancaman pada negara lain, sehingga negara lain juga akan meningkatkan power-nya untuk

mengimbangi power dari negara yang mengancamnya itu. 57 Negara yang berupaya mengimbangi kekuatan negara lain yang telah mengancamnya itu

biasanya akan membangun suatu aliansi yang berbasis geo-strategis. 58 Hal ini bertujuan untuk mempertahankan wilayahnya dari ancaman ekspansi negara lain.

Upaya membangun aliansi ini dikenal dengan istilah containment policy. 59 Pada masa Perang Dingin, containment policy dilakukan oleh Amerika Serikat dan Uni

Soviet untuk membendung pengaruh dari ideologi lainnya, seperti Amerika

57 Griffiths, Martin. dan Terry O’Callaghan. 2002. International Relations: The Key Concepts. Routledge. United Kingdom. hal 12-15.

58 Ibid. 59 Ibid.

Serikat yang membentuk aliansi dengan negara-negara Eropa Barat dalam NATO untuk membendung pengaruh dari ideologi komunisme.

Konsep balance of power beranggapan bahwa perubahan status dan kekuatan suatu negara akan menimbulkan aksi counter-balancing dari negara lain untuk

mencegah ekspansi yang dilakukan oleh negara tersebut. 60 Proses perimbangan kekuatan ini dapat mendorong terciptanya stabilitas hubungan antar negara yang

saling merasa terancam. Upaya counter-balancing ini dapat dilihat pada masa Perang Dunia I, ketika munculnya kekuatan baru Jerman dalam perpolitikan internasional, memicu terjadinya suatu counter-balancing berupa aliansi antara

Uni Soviet, Inggris, Perancis, Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya. 61 Upaya tersebut dilakukan untuk menjaga stabilitas hubungan antar negara dan

mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh Jerman. Terdapat dua jenis dari balance of power. Pertama, balance of power yang

dilakukan dengan membentuk aliansi. 62 Balance of power jenis ini dapat dilihat dari peristiwa Perang Dingin dimana masing-masing poros dunia (Blok Barat dan