Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2015 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ETNOKOREOLOGI MELALUI TARI TOPENG BANJAR
KALIMANTAN SELATAN DI PERGURUAN TINGGI PENDIDIKAN SENI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
terus lebih baik dan agar mereka dapat mengkomunikasikan pesan yang terkandung dalam tarian tersebut kepada para apresiator nantinya.
Ini merupakan hal baru bagi sebagian besar mahasiswa Pendidikan Sendratasik, baik bagi yang berapresiasi maupun yang berekspresi. Mereka
sangat antusias dalam melaksanakan pembelajaran ini. Pengarahan dan bimbingan masih terus dilakukan pada pertemuan ini.
Pada saat mahasiswa menampilkan hasil karya mereka lansung di upacara tersebut, terlihat mereka dapat mengkpresikan tarian topeng yang mereka
bawakan dengan baik dan melakukan gerakan sesuai teks dan konteks tari tersebut, dimana mahasiswa laki-laki mengekspresikan tari dengan Tokoh
Tumenggung yang gagah berani dan mahasiswa perempuan yang membawakan tari dengan tokoh 7 Bidadari yang cantik dan anggun dengan
lemah gemulai. Ini merupakan pencapaian yang diharapkan, dimana merek
a dapat “menari dengan hati”, yakni dengan melakukan gerakan yang baik dan benar sesuai
teks dan konteks gerak, serta mampu menyampaikan pesan dari tari tersebut kepada apresiator.
c. Pertemuan keempat
Pada pertemuan keempat ini terdapat dua tahapan, yakni posttest dan diskusi. Untuk lebih jelas dapat dilihat di tabel di bawah.
Tabel 5.4 Langkah-langkah Pembelajaran berdasarkan Tahapan Kegiatan pada Pertemuan Keempat
Tahapan Kegiatan
Peran Pengajar Respon Mahasiswa
Alokasi Waktu
1. Posttest a.
Membuka pertemuan dan mengajak berdo‟a
bersama demi kelancaran pembelajaran yang akan
dilaksanakan
b. Menyebarkan angket
sebagai posttest kepada mahasiswa
a. berdo‟a bersama dengan
khusuk demi kelancaran proses pembelajaran
b. Mengisi angket sesuai
dengan pengalaman belajar yang telah dilalui
2 menit 13 menit
2. Diskusi a.
Mengajak mahasiswa untuk berdiskusi setelah
mereka melalui proses implementasi
pembelajaran tari Topeng Banjar Kalimantan Selatan
dengan pendekatan a.
Berdiskusi dengan aktif, membahas mengenai
segala sesuatu yang berkaitan dengan
implementasi pembelajaran tari Topeng Banjar
Kalimantan Selatan dengan 35 menit
Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2015 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ETNOKOREOLOGI MELALUI TARI TOPENG BANJAR
KALIMANTAN SELATAN DI PERGURUAN TINGGI PENDIDIKAN SENI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Etnokoreologi b.
Menutup pembelajaran dengan mengucapkan
terimakasih dan permohonan maaf kepada
mahasiswa, serta mengakhiri dengan
berdo‟a bersama, agar proses pembelajaran yang
telah mereka lalui dalam waktu singkat itu dapat
memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak
pendekatan Etnokoreologi b.
Menyampaikan kesan mereka terhadap proses
pembelajaran yang telah mereka dapat, memberikan
ucapan terima kasih, dan permohonan maaf kepada
pengajar, serta mengakhiri
dengan berdo‟a bersama, agar proses pembelajran
yang telah mereka lalui dalam waktu singkat itu
dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua
pihak 40 menit
1 Posttest
Pada pertemuan keempat ini disebarkan angket sebagai posttest, yang terdiri dari delapan pertanyaan, dimana pertanyaan pertama dan kedua sama
dengan pertanyaan pada pretest. Dianalisis dari pertanyaan pertama di pretest, yaitu
“Apakah anda pernah melihatmenonton pertunjukan tari Topeng Banjar?”. Awalnya yang menjawab “YA” hanya sebanyak 7 dan yang
menjawab “TIDAK” sebanyak 25. Setelah posttest semuanya menjawab “YA”. Hal ini menunjukan telah adanya perubahan dari segi apresiasi oleh
para mahasiswa Pendidikan Sendratasik terhadap tari Topeng Banjar, yang merupakan tari etnis mereka sendiri.
Pertanyaan kedua adalah “Apakah anda mengetahui istilah Etnokoreologi?”. Yang awalnya yang menjawab “YA” hanya 2 orang dan
jawaban “TIDAK” diperoleh 30. Setelah posttest yang menjawab “YA” ada
25 orang, dan yang menjawab “TIDAK” ada 7 orang. Hal tersebut menunjukan bahwa sudah adanya perubahan untuk pengetahuan bagi
sebagian besar mahasiswa Prodi Pendidikan Sendratasik mengenai konsep ilmu tari Etnokoreologi.
Pertanyaan ketiga sampai ke delapan berbeda dengan pretest. Pertanyaan yang ketiga adalah “Apakah perkuliahan Teknik Tari menjadi lebih menarik
dengan pendekatan Etnokoreologi ?”. Dari pertanyaan itu diperoleh jawaban
“YA” sebanyak 29 orang dan jawaban ”TIDAK” sebanyak 3 orang. Pada
Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2015 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ETNOKOREOLOGI MELALUI TARI TOPENG BANJAR
KALIMANTAN SELATAN DI PERGURUAN TINGGI PENDIDIKAN SENI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
jawaban tersebut, terlihat kalau dominan mahasiswa tertarik dan menyukai implementasi pembelajaran tersebut.
Pertanyaan keempat adalah “Apakah anda merasa perkuliahan Teknik Tari menjadi lebih berkesan dengan kegiatan yang dilakukan
?”. Semua mahasiswa menj
awab “YA”. Meskipun di pertanyaan ketiga ada 3 orang yang merasa tidak tertarik, tetapi mereka cukup terkesan dengan beberapa tahapan
kegiatan yang dilaksanakan, karena mereka baru pertama kali menjalani proses pembelajaran seperti ini.
P ertanyaan yang kelima adalah “Apakah anda ingin mengetahui lebih
dalam lagi tentang tari Topeng Banjar setelah mengenal pendekatan Etnokoreologi?”. Jawaban “YA” diperoleh sebanyak 32, dan tidak ada yang
menjawab “TIDAK”. Walau tidak semua dari mereka berminat dengan
cabang seni tari, tetapi mereka merupakan calon pengajar pendidikan seni yang sedikit banyaknya memilki pengetahuan mengenai seni budaya,
terutama seni budaya setempat atau seni etnis. Berdasarkan jawaban tersebut menunjukan kalau mereka memiliki keinginan untuk mendapat pengetahuan
yang lebih jauh lagi untuk bekal mereka kelak dalam mengajar. Hal ini sangat membanggakan untuk kemajuan pendidikan seni di Kalimantan Selatan.
Pertanyaan yang keenam adalah “Apakah anda dapat memahami materi
dan tujuan perkuliahan yang disajikan ?”. Jawaban “YA” diperoleh sebanyak
22, dan 5 orang yang menjawab “TIDAK”. Terlihat bahwa secara umum
mahasiswa memahami dengan materi ajar dan tujuan diselenggarakannya pembelajaran ini.
Pertanyaan yang tujuh adalah “Apakah anda mengalami kesulitan dalam melakukan tugas-
tugas yang diberikan?”. Jawaban “YA” diperoleh sebanyak 11, dan 16 orang
yang menjawab “TIDAK”. Perbedaan jumlah jawaban yang tipis lebih b
esar jawaban “TIDAK” ini membuktikan lebih banyak yang mampu mengerjakan tugas yang diberikan. Namun untuk yang menjawab
“YA” itu karena mereka tidak semua yang berminat atau berbakat di bidang seni tari, sehingga agak sulit untuk bekerjasama.
Adapun pert anyaan yang terakhir adalah ”Apakah implementasi
penerapan tari Topeng ke dalam Teknik Tari dengan menggunakan
Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2015 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ETNOKOREOLOGI MELALUI TARI TOPENG BANJAR
KALIMANTAN SELATAN DI PERGURUAN TINGGI PENDIDIKAN SENI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
pendekatan Etnokoreologi ini dapat memotivasi anda untuk mengenal lebih jauh tenteng seni budaya yang lainnya?”. Pada pertanyaan yang terakhir ini
hanya 1 orang yang menjawab “TIDAK” dengan alasan ingin mempelajari
yang ada dulu. Kemungkinan mahasiswa ini belum ingin menambah pengetahuannya lebih banyak lagi.
Jawaban “YA” diperoleh sebanyak 31, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ini dapat memotivasi
mereka untuk lebih maju dan berkembang.
2 Diskusi
Kemudian, pada saat diskusi juga dapat dilihat mahasiswa dapat memahami materi yang diberikan setelah semua tahapan-tahapan kegiatan
dalam proses pembelajaran mereka lalui. Diskusi aktif berlangsung di dalam kelas, mahasiswa berani melontarkan pendapat dari awal pembelajaran,
hingga progress yang mereka rasakan dari pertemuan ke pertemuan. Pemahaman secara teks dan konteks mengenai tari Topeng Banjar ini
dirasa bermanfaat bagi mahasiswa, baik bagi para mahasiswa yang memang memiliki minat dan bakat dalam bidang tari dalam hal mengkomunikasikan
tarian dengan baik dan benar, maupun bagi keseluruhan mahasiswa yang mendapat bekal untuk metode dalam mengajar tari etnis kelak.
3 Refleksi pertemuan keempat
Kegiatan posttest dan diskusi yang dilakukan ini adalah untuk melihat kesesuaian pemahaman keilmuan mereka yang bersifat teori dengan praktik
yang telah mereka lakukan pada pertemuan sebelumnya. Posttest dilakukan untuk melihat apakah ada perubahan yang lebih baik dalam pemahaman
materi Etnokoreologi melalui tari Topeng Banjar ini setelah melewati proses pembelajaran. Dibandingkan dengan pretest yang mereka sebagian besar
tidak mengetahui mengenai Etnokoreologi maupun tari Topeng Banjar, berbeda halnya setelah posttest yang mereka kerjakan menyatakan sebagian
besar dari mereka memahami mengenai etnokoreologi dan pentingnya memahami sebuah tari etnis dengan teks dan konteksnya.
Pada diskusi yang dilakukan pun terlihat kalau mahasiswa memahami dengan materi yang disampaikan, terlihat dari pendapat dan masukan yang
mereka lontarkan mengenai kegiatan pembelajaran pada pertemuan ketiga,
Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2015 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ETNOKOREOLOGI MELALUI TARI TOPENG BANJAR
KALIMANTAN SELATAN DI PERGURUAN TINGGI PENDIDIKAN SENI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
dimana mereka mendapatkan pengalaman langsung, sehingga lebih bermakna dan berkesan bagi mahasiswa, sehingga materi lebih melekat di benak
mahasiswa. Berdasarkan hal tersebut, tujuan pembelajaran yang diharapkan mendapat
ketercapaian yang sesuai. Namun sesungguhnya sistem pembelajaran ini harus dilaksanakan secara berkesinambungan untuk memberikan pembiasaan
dan perubahan mindset kepada mahasiswa mengenai pemahaman teks dan konteks tari etnis ini.
3. Hasil Implementasi Pembelajaran Etnokoreologi melalui Tari Topeng