Metode Penelitian Definisi Oprasional

Agung Praseptiana Putra, 2014 PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR DAN INDEX MASSA TUBUH PADA SISWA TUNAGRAHITA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk mengungkap permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen, pada metode eksperimen terdapat kelompok kontrol sebagai pembanding terhadap kelompok yang diberikan perlakuan treatment. Arikunto, 2010, hlm. 4 menjelaskan bahwa ”Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari sebab akibat hubungan kausal antara dua faktor yang disengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminir atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa menggangu ”. Dan menurut yang di kemukakan Riduwan, 2008, hlm. 50 menyatak an bahwa, “Penelitian dengan pendekatan eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.” Berdasarkan yang di kemukakan, dapat digambarkan bahwa metode eksperimen digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari perlakuan atau treatment. Selain itu juga metode penelitian eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan dengan tujuan untuk menyelidiki sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh hasil dari hipotesis yang diajukan. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka metode penelitian eksperimen adalah pendekatan yang cocok dalam penelitian penulisan.

D. Definisi Oprasional

a. Pendekatan Bermain Pendekatan bermain adalah suatu pendekatan yang disesain untuk menarik minat peserta didik dalam kegiatan pembelajaran agar tercapai secara maksimal. Menurut Tarigan, 2001, hlm. 17 adalah sebagai berikut, “Pengajaran melalui pendekatan bermain adalah meningkatkan kesadaran siswa tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan sesungguhnya”. Agung Praseptiana Putra, 2014 PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR DAN INDEX MASSA TUBUH PADA SISWA TUNAGRAHITA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Keterampilan Gerak Dasar manipulatif dan Lokomotor Pada dasarnya anak-anak harus kita bekali dengan keterampilan gerak agar mereka antusias dengan bermain, karena bermain bisa menimbulkan unsur afektif, psikomotor, dan kognitif. Dan kemampuan gerak harus dibiasakan kepada anak- anak guna menningkatkan kualitas hidupnya. Seperti yang dikemukakan Saputra dan Mamun, 1999, hlm. 20 kemampuan gerak dasar di bagi 3 yaitu lokomotor, non lokomotor, manipulatif. 1. Kemampuan lokomotor : digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain, atau untuk mengangkat tubuh ke atas seperti, lompat dan loncat, untuk kemampuan yang lain, sperti berjalan, berlari, meloncat, skipping, meluncur, dan berlari seperti kuda gallop 2. Kemampuan non lokomotor : kemampuan non lokomotor dilakukan dittempat tanpa ada ruang gerak yang memadai. Kemampuan non lokomotor terdiri dari menekuk dan menegang, mendorong dan menarik melipat, dan memutar, mengocok dan melingkar, mealmbungkan dll 3. Kemampuan manipulatif : dikembangkan ketika anak-anak tengah menguasai macam-macam objek. Kemampuan manioulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian tubuh lain juga kita dapat gunakan, amnipulasi objek lebih unggul dari pada koordinasi mata, kaki dan tangan, mata yang mana cukup penting untuk item: berjalan, gerakan langkah dalam ruang. c. Index Massa Tubuh IMT merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan indeks quatelet {berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter kgm2}. Interpretasi IMT tergantung pada umur dan jenis kelamin anak, karena anak lelaki dan perempuan memiliki kadar lemak tubuh yang berbeda. dan IMT juga merupakan ukuran dari komposisi tubuh yang diukur menggunakan Skinfold dengan subkutan otot yang ditentukan. Agung Praseptiana Putra, 2014 PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR DAN INDEX MASSA TUBUH PADA SISWA TUNAGRAHITA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d. Siswa Tunagrahita Tuangrahita adalah siswa yang memiliki penyimpangan sedemikian rupa dari segi fisik, iQ, mental, social. Sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan secara khusus. Ada 3 katagori untuk anak tunagrahita antara lain: 1. Tunagrahita Ringan Disebut juga moron atau debil. Menurut Skala Binet, kelompok ini memiliki IQ antara 68-52, sedangkan menurut skala Weschler WISC memiliki IQ 69-55 Kosasih, 2012, hlm. 143. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung secara sederhana dengan bimbingan dari guru dan pendidikan yang baik. Anak tunagrahita ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. Anak tunagrahita ringan jika dibimbing dengan baik dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan. Namun demikian, mereka tidak mampu melakukan penyesuaian sosial secara independen. Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita ringan menurut Efendi, 2008, hlm. 90 antara lain : “1 membaca, menulis, mengeja, dan berhitung; 2 menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain; 3 keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari. ” Anak tunagrahita ringan bahkan sering berbuat kesalahan. Pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan fisik. Secara fisik mereka tampak seperti anak normal pada umumnya. Oleh karena itu agak sulit membedakan secara fisik antara anak tunagrahita ringan dengan ank yang normal. Bila dikehendaki mereka ini masih dapat bersekolah, maka mereka akan dilayani pada kelas khusus dengan guru dari pendidikan luar biasa. 2. Tunagrahita Sedang Imbisil atau disebut juga anak tunagrahita ringan . Kelompok ini memiliki IQ 51-36 berdasarkan skala binnet sedangkan menurut skala wischler WISC memiliki IQ 54-40. Anak Tunagrahita sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca dan berhitung. Walaupun mereka dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung, mengurus diri seperti makan, minum, Agung Praseptiana Putra, 2014 PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR DAN INDEX MASSA TUBUH PADA SISWA TUNAGRAHITA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu berpakaian dan mandi dalam kehidupan sehari-hari masih membutuhkan pengawasan yang terus menerus agar selalu dibimbing karena dalam melakukan kegiataannya terkadang sesuai dan terkadang tidak sesuai. Oleh karena itu, ada beberapa kemampuan anak tunagrahita yang perlu diberdayakan, hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Efendi 2008:90 yaitu : 1 belajar mengurus diri sendiri, misalnya :makan, berpakaian, tidur atau mandi sendiri, 2 belajar menyesuaikan di lingkungan rumah atau sekitarnya, 3 mempelajari kegunaan ekonomi di rumah, di bengkel kerja sheltered workshop, atau lembaga khusus. 3. Tunagrahita Berat Idiot atau sering disebut juga tunagrahita berat. Kelompok dapat dibedakan lagi antara anak tunagrahita berat severe dan sangat berat profound. Hal ini seperti dijelaskan oleh Kosasih 2012:143 seperti yang tertera pada halaman 23. Untuk tunagrahita berat severe memiliki IQ antara 32-20 menurut skala Binet dan antara 39-52 menurut skala Weschler WISC. Tunagrahita sangat berat profound memiliki IQ di bawah 19 menurut skala Binet dan IQ di bawah 24 menurut skala Weschler WISC. Anak tunagrahita berat memerlukan bantuan secara total dalam hal berpakaian, mandi, dan makan. Bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahaya sampai sepanjang hidupnya. Untuk mengurus keperluan hidupnya sendiri sangat membutuhkan orang lain.

E. Instrumen Penelitian