Persentase Karkas Ayam Kampung Hasil Penambahan Zeolit dalam Ransum

PERSENTASE KARKAS AYAM KAMPUNG HASIL
PENAMBAHAN ZEOLIT DALAM RANSUM

EDWIN CARDINAL SITUMEANG

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persentase Karkas
Ayam Kampung Hasil Penambahan Zeolit dalam Ransum adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Edwin Cardinal Situmeang
NIM D14100015

ABSTRAK
EDWIN CARDINAL SITUMEANG. Persentase Karkas Ayam Kampung Hasil
Penambahan Zeolit dalam Ransum. Dibimbing oleh MARIA ULFAH dan
POLLUNG H SIAGIAN.
Ayam kampung merupakan salah satu komoditas ternak penyumbang
protein hewani yang paling diminati masyarakat Indonesia. Tingginya permintaan
akan daging ayam kampung harus didukung dengan peningkatan produktivitas
daging yang dihasilkan. Zeolit merupakan jenis mineral yang berasal dari logamlogam alkali dan alkali tanah yang mudah ditemukan di sekitar gunung berapi.
Zeolit dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan dalam ransum ternak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji produktivitas daging ayam kampung yang
dihasilkan dari penambahan zeolit dalam ransum. Sebanyak 64 ekor dipilih
sebagai sampel dari 320 ekor ayam kampung yang dibagi ke dalam 4 perlakuan
ransum dan 4 ulangan (4 ekor per ulangan). R1 ransum tanpa penambahan zeolit,

R2 ransum dengan penambahan 0.5% zeolit, R3 ransum dengan penambahan 1%
zeolit dan R4 ransum dengan penambahan 1.5% zeolit. Peubah yang diamati
adalah bobot potong ayam kampung yang telah dipuasakan selama 8 jam, bobot
karkas ayam kampung, persentase karkas, kadar air litter, dan income over feed,
chick and zeolite cost (IOFCZC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan zeolit di dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap bobot
potong, bobot karkas dan persentase karkas ayam kampung serta kadar air litter
yang digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan, pendapatan tertinggi yang
diperoleh adalah Rp8 873.81 dengan penambahan zeolit sebanyak 1.5 kg per 100
kg ransum (R3).
Kata kunci: ayam kampung, zeolit, karkas, kualitas litter, pendapatan

ABSTRACT
EDWIN CARDINAL SITUMEANG. Carcass Percentage of Kampung Chicken
Supplemented with Zeolite on their Ration. Supervised by MARIA ULFAH and
POLLUNG H SIAGIAN.
Kampung chicken is one of the main animal protein contributor in Indonesia.
The high demand for chicken meat must be supported by an increase in its
productivities. Zeolite is a mineral derived from alkali metals and alkaline soil
that are easily found around the area of the volcano. Zeolites can be used as an

additive in livestock rations. This study aims to determine the productivity of
kampung chicken meat as a result of the addition of zeolite in the ration. A total
of 64 kampung chickens were selected from a population of 320 kampung
chickens used in this study that were divided into 4 treatments and 4 replications
(4 kampung chickens). R1, without the addition of zeolite ration R2, ration with
the addition of 0.5% zeolite R3, ration with the addition of 1% zeolite and R4,
ration with the addition of 1.5% zeolite. Parameters measured were weight of
chicken that had been fasted for 8 hours, carcass weight and carcass percentage of

chicken, litter moisture content, and Income Over Feed, Chick and Zeolite Cost
(IOFCZC). The results showed that addition of zeolite in the diet did not
significantly affect (P>0.05) to slaughter weight, carcass weight and carcass
percentage of chicken, and litter moisture content. The highest income earned the
addition of zeolite of 1.5 kg per 100 kg ration (R3) was Rp8 873.81.
Key words: kampung chicken,zeolite, carcass, income, litter quality

PERSENTASE KARKAS AYAM KAMPUNG HASIL
PENAMBAHAN ZEOLIT DALAM RANSUM

EDWIN CARDINAL SITUMEANG


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Persentase Karkas Ayam Kampung Hasil Penambahan Zeolit
dalam Ransum
Nama
: Edwin Cardinal Situmeang
NIM
: D14100015


Disetujui oleh

Maria Ulfah, SPt MScAgr
Pembimbing I

Prof Dr Ir Pollung H. Siagian, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur kepada Bapak di Surga karena kasih dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Persentase Karkas Ayam Kampung
Hasil Penambahan Zeolit dalam Ransum. Skripsi ini merupakan tugas akhir pada
program Sarjana di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Maria
Ulfah, SPt MScAgr dan Prof Dr Ir Pollung H Siagian, MS selaku dosen
pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, nasehat dan curahan waktu yang
telah diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir
Muladno, MSA selaku pembimbing akademik. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Dr Tuti Suryati SPt Msi selaku dosen penguji sidang yang telah
memberikan masukan dan nasehat untuk perbaikan skripsi. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Rodex Simangunsong rekan satu penelitian,
serta kepada Bapak Edwin Tobing, Jenderal J D Sitorus beserta anak kandang di
Tobing Farm yang membantu selama penelitian.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dari hati yang terdalam kepada
kedua orang tua terkasih, Bapak Drs Mangihut Situmeang, SSos, Ibu Nurmawaty
Nainggolan, kakanda Indah, Reinhard, Adinda Argha atas doa dan kasih
sayangnya. Terima kasih juga disampaikan kepada grup GID, Rony, Markus,
Dito, Samaja, Icha, Novalia, Thasia, Elisabeth, Luthfia, Irine, Alja atas
dukungannya selama ini. Ungkapan terima kasih kepada seluruh dosen Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor, IPTP 47, dan GMKI Cabang Bogor atas
kebersamaan selama menempuh pendidikan di Fakultas Peternakan IPB. Semoga
karya ilmiah ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan Indonesia.


Bogor, Oktober 2014

Edwin Cardinal Situmeang

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Materi
Prosedur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis dan Karakteristik Zeolit
Pengaruh Perlakuan Pemberian Zeolit dalam Ransum terhadap
Bobot Potong Ayam Kampung
Pengaruh Perlakuan Penambahan Zeolit dalam Ransum terhadap

Bobot dan Persentase Karkas Ayam Kampung
Pengaruh Perlakuan Penambahan Zeolit dalam Ransum terhadap
Kadar Air Litter
Income Over Feed, Chick, and Zeolite Cost (IOFCZC)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
1
1
1
2
2
2
2

3
4
4
5
7
8
9
10
10
10
10
12
13

DAFTAR TABEL
1 Kandungan nutrisi ransum penelitian dan hasil analisis mineral zeolit
2 Rataan bobot potong ayam kampung hasil penambahan zeolit dalam
ransum
3 Rataan bobot dan persentase karkas hasil penambahan zeolit dalam
ransum

4 Hasil analisis kadar air litter
5 Income over feed, chick and zeolite cost (IOFCZC) selama 6 minggu
pemeliharaan

3
6
7
8
9

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Analisis ragam bobot badan ayam kampung
Analisis ragam bobot karkas ayam kampung
Analisis ragam persentase karkas ayam kampung

Analisis ragam kadar air litter
Perhitungan income over feed, chick and zeolite cost

12
12
12
12
12

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat akan protein hewani semakin meningkat. Ayam
kampung merupakan salah satu komoditas ternak penyumbang protein hewani
yang diminati masyarakat Indonesia. Populasi ayam lokal pada tahun 2008
mencapai 243.4 juta ekor sedangkan pada akhir tahun 2010 mengalami
peningkatan 7.9% menjadi 264.3 juta ekor (Ditjennak 2010). Ayam kampung
menyumbangkan 16% dari total produksi daging nasional atau sebesar 3.22 juta
kg, sedangkan produksi daging ayam kampung sebesar 31% untuk produksi
daging unggas nasional (Ditjennak 1998).
Peningkatan konsumsi ayam kampung harus didukung dengan peningkatan
produksi daging yang dihasilkan. Beberapa usaha yang dilakukan antara lain
peningkatan mutu genetik karena masih bervariasinya mutu genetik ayam
kampung, perubahan sistem pemeliharaan dari tradisional ke semi intensif ataupun
intensif, dan perbaikan kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan berdasarkan
perkembangan umur ayam kampung.
Biaya ransum mencapai 70%-80% dari total biaya produksi sedangkan ayam
kampung merupakan jenis ayam lokal yang mempunyai kemampuan rendah
dalam mengkonversi ransum menjadi daging. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penambahan bahan aditif yang membantu proses pencernaan dan metabolisme
sehingga penggunaan ransum menjadi lebih efisien dan pembentukan daging akan
lebih maksimal.
Zeolit merupakan jenis mineral yang berasal dari logam-logam alkali dan
alkali tanah yang berasal dari aktivitas vulkanik sehingga banyak ditemukan di
sekitar daerah gunung berapi. Bentuk struktur yang berongga menyebabkan zeolit
bersifat sebagai penyaring molekul sehingga zeolit dapat menyerap sesuatu yang
berada disekitarnya yang berdiameter lebih kecil dari rongga yang dimiliki.
Dengan sifat ini zeolit di dalam pencernaan akan membantu pengangkutan zat
makanan atau memperlambat laju pergerakan digesta dalam proses pencernaan
sehingga penggunaan ransum akan lebih efisien dengan daging yang dihasilkan
akan lebih baik. Penelitian tentang penggunaan zeolit sebagai bahan tambahan
dalam ransum sudah banyak dilakukan (Sutamba 2011, Wardhani 2011, Puspita
2008, Sembiring 2004) karena jumlahnya yang melimpah dan harganya relatif
murah.
Namun sampai saat ini, penggunaan mineral zeolit dalam ransum ayam
kampung belum banyak digunakan. Beberapa penelitian sebelumya masih
terbatas terhadap ransum ayam broiler dan ayam petelur. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian tentang penambahan zeolit ke dalam ransum sehingga
diperoleh taraf yang tepat untuk menghasilkan ayam kampung dengan persentase
karkas yang baik.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji produktivitas daging ayam kampung
yang menggunakan zeolit sebagai bahan tambahan dalam ransum.

2
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan ayam kampung berumur 3 minggu yang
dipelihara selama 6 minggu. Total sampel yang digunakan adalah 64 ekor ayam
kampung yang dipilih secara acak dari 320 ekor ayam kampung yang dipelihara
untuk melihat peubah bobot potong, bobot dan persentase karkas, kadar air litter,
dan pendapatan yang diperoleh berdasarkan penambahan zeolit ke dalam ransum.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 6 minggu pada bulan Mei hingga Juni 2014.
Penelitian ini dilakukan di Tobing Farm yang berada di kawasan Kampung Cina,
Parung, Bogor, Jawa Barat. Analisis mineral zeolit dan kadar air litter dilakukan
di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Analisa Proksimat dilakukan di Laboratorium Analisa Pangan,
Pusat Antar Universitas (PAU), Institut Pertanian Bogor.
Materi
Ayam Kampung
Ayam kampung yang digunakan adalah ayam kampung yang diperoleh dari
pembibit PT Ayam Kampung Indonesia (AKI) dari populasi sebanyak 320 ekor
secara acak dipilih 64 ekor ayam kampung di akhir penelitian sebagai sampel.
Pemeliharaan dimulai saat ayam berumur 3 minggu dengan masa pemeliharaan
selama 6 minggu di dalam 16 petak kandang berukuran 1.5 x 1.5 x 1 m dan
masing-masing diisi dengan 20 ekor ayam kampung.
Ransum
Ransum yang digunakan adalah ransum komersial untuk penggemukan
ayam pedaging. Zeolit yang digunakan berasal dari pasar Bogor, Jawa Barat
dengan ukuran 50 mesh yang termasuk dalam kategori halus. Zeolit yang
ditambahkan ke dalam ransum terdiri atas 4 taraf zeolit per 100 kg ransum yaitu 0
kg, 0.5 kg, 1 kg dan 1.5 kg, masing-masing sebagai perlakuan R1, R2, R3 dan R4.
Kandungan nutrisi ransum dan mineral zeolit yang digunakan dalam penelitian ini
tercantum pada Tabel 1.

3
Tabel 1 Kandungan nutrisi ransum penelitian* dan hasil analisis mineral
zeolit**
Nutrien
R1
R2
R3
R4
Protein kasar (%)
21.80
21.26
20.02
21.86
Lemak kasar (%)
7.68
6.76
9.12
7.34
Abu (%)
6.74
7.17
8.50
8.16
Serat kasar (%)
2.02
2.79
2.37
2.34
Persentase (%)
Konsentrasi (ppm)
Mineral Zeolit
Ca
0.14
1 398.15
P
0.01
56.29
NaCl
0.58
Keterangan : *Hasil Analisis Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB (2014)
dalam kondisi 100% bahan kering, **Hasil Analisis Laboratorium Teknologi Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan (2014)

Prosedur
Pemeliharaan
Pemeliharaan sebanyak 320 ekor ayam kampung umur 3 minggu dilakukan
selama 6 minggu. Pemeliharaan dilakukan di dalam kandang koloni dengan
ukuran 1.5 x 1.5 x 1 m yang terlebih dahulu sudah dilakukan sanitasi kandang
sesuai dengan sistem manajemen kandang yang ada. Setiap kandang berisi 20
ekor anak ayam yang diambil melalui proses pengacakan terlebih dahulu.
Ransum perlakuan yang diberikan adalah R1 (ransum tanpa penambahan zeolit),
R2 (0.5 kg zeolit per 100 kg ransum), R3 (1 kg zeolit per 100 kg ransum) dan R4
(1.5 kg zeolit per 100 kg ransum). Pemberian pakan dan minum disediakan ad
libitum sehingga pakan dan air minum selalu tersedia sebelum habis.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak sebanyak 64 ekor ayam
kampung (4 ekor dari setiap ulangan perlakuan yang dilakukan di akhir penelitian).
Sebelum penyembelihan, ayam dipuasakan selama 8 jam, kemudian ditimbang
sebagai bobot potong. Ayam disembelih dengan menggunakan metode Kosher,
yaitu memotong arteri karotis, vena jugularis dan esofagus (Soeparno 2005).
Pencabutan bulu dilakukan dengan terlebih dahulu mencelupkan ayam ke dalam
air panas pada suhu ± 80 oC selama 30 detik, dan dilanjutkan dengan pencabutan
bulu. Ayam yang sudah dibului dikeluarkan jeroan, paru-paru dan jantungnya,
kemudian kepala, leher dan kaki dipotong (Badan Standardisasi Nasional 2009)
lalu ditimbang sebagai bobot karkas.
Peubah
1. Bobot potong (g). Hasil penimbangan bobot ayam kampung setelah dipuasakan selama 8 jam sebelum dipotong.
2. Bobot karkas (g). Bobot ayam setelah dipotong yang telah dikurangi dengan
darah, bulu, kepala, kaki dan alat pencernaan.
3. Persentase karkas (%). Nilai perbandingan antara bobot karkas dengan bobot
potong atau sesaat sebelum ayam kampung dipotong dikali 100%.
4. Kadar air litter (%). Kadar air (%) = {(bobot segar litter – bobot kering
litter)/bobot segar litter)} x 100%

4
5. Income over feed, chick, and zeolite cost (IOFCZC). Nilai IOFCZC dihitung
berdasarkan biaya ransum, harga anak ayam dan harga zeolit.
IOFCZC = (bobot karkas x harga jual per kg) – (biaya ransum + DOC + Zeolit
+ biaya pemotongan)
Rancangan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan masing-masing 4 ulangan
dengan unit percobaan 4 ekor. Model matematika dari rancangan penelitian ini
adalah sebagai berikut (Matjik dan Sumertajaya 2000).
Yij = μ + βi + εij
Keterangan
Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ
= nilai rataan umum
βi
= pengaruh perlakuan ke-i
εij
= error perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
i
= perlakuan taraf penggunaan zeolit; 0; 0.5; 1.0 dan 1.5%
j
= ulangan perlakuan taraf penggunaan zeolit; 1; 2; 3 dan 4

Analisis Data
Data yang diperoleh diuji asumsi terlebih dahulu kemudian dianalisis
dengan ANOVA (analysis of variance) dan jika perlakuan berbeda nyata maka
dilanjutkan dengan Uji Tukey (Steel dan Torrie 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis dan Karakteristik Zeolit
Zeolit yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari pasar Bogor, Jawa
Barat. Ukuran zeolit yang digunakan adalah 50 mesh yang termasuk dalam
kategori halus. Hasil analisis mineral zeolit (Tabel 1) menunjukkan kandungan
mineral secara berturut-turut adalah kalsium (Ca) dan NaCl adalah 0.14% dan
0.58%, sedangkan kandungan posphor (P) yang terkandung adalah 0.01% dengan
konsentrasi 56.29 ppm. Hasil analisis ini lebih tinggi jika dibandingkan Wardhani
(2011) dimana untuk kandungan kalsium (Ca) 0.09% dan konsentrasi phospor (P)
14.02 ppm dengan jenis zeolit yang digunakan adalah aclinop. Perbedaan hasil
analisis yang diperoleh pada penelitian ini diduga jenis zeolit yang digunakan
dalam penelitian ini belum diketahui. Dari hasil yang diperoleh, kemungkinan
zeolit yang digunakan pada penelitian ini bukan jenis aclinop seperti yang
digunakan oleh Wardhani (2011).
Nama zeolit berasal dari bahasa Yunani zein yang berarti mendidih dan
lithos yang berarti batuan. Zeolit dapat diartikan sebagai batuan yang seakan
mendidih ketika mengalami proses pemanasan (Polat et al. 2004). Zeolit
merupakan mineral kristalin dari kelompok alumino silikat terhidrasi dengan
kation logam alkali dan alkali tanah yang memiliki struktur tiga dimensi. Zeolit

5
dengan struktur kristal (Si,Al)O4 tetrahedral memiliki pori yang berisi molekul air
dengan kation yang dipertukarkan (Tominaga 1987). Zeolit dicirikan oleh
kemampuannya dalam menyerap dan mengeluarkan air serta menukarkan
kationnya tanpa merubah struktur umumnya. Menurut Gottardi (1978) rumus
umum zeolit sebagai berikut.
(Mx+,M2+y)(Al(x + 2y) Si n – (x + 2y) O2n) . mH2O
Keterangan
M+
= kation monovalen
M2+
= kation divalen
x dan y = bilangan tertentu
m
= jumlah molekul air kristal
n
= muatan ion logam

Perbandingan antara unsur Si dan Al yang bervariasi dalam zeolit menyebabkan
banyaknya jenis zeolit.
Zeolit alam dapat ditemukan di sekitar kawasan gunung berapi. Zeolit
tersebar di seluruh kawasan Indonesia dan paling banyak ditemukan di pulau Jawa
dan Sumatera. Beberapa lokasi penambangan zeolit di Indonesia terdapat di
Lampung, Sukabumi, Bogor, Bandung, Tasikmalaya, dan Malang (Suwardi 2005).
Suwardi (2005) menyatakan total deposit zeolit di Indonesia mencapai 250 juta
ton dan kemungkinan akan bertambah karena belum terhitung secara detil.
Zeolit yang berasal dari gabungan beberapa mineral memiliki sifat fisik dan
kimia yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Penyaring dan penukar
ion merupakan sifat fisik zeolit yang dalam pemanfaatannya dapat meningkatkan
efisiensi dalam penggunaan ransum ayam kampung. Menurut Cool dan Willard
(1982) aktivitas awal zeolit di dalam saluran pencernaan adalah mengurangi
pembentukan NH4+.
Berkurangnya pembentukan NH4+ akan mengurangi
pembentukan NH3 (yang merupakan racun) hasil reaksi NH4+ + OH- yang
menghasilkan NH3 + H2O.
Pengaruh Perlakuan Pemberian Zeolit dalam Ransum terhadap Bobot
Potong Ayam Kampung
Bobot potong ayam kampung diperoleh setelah dilakukan pemuasaan
selama 8 jam sebelum pemotongan. Rataan bobot potong ayam kampung setelah
dipuasakan selama 8 jam sebelum pemotongan berdasarkan perlakuan (Tabel 2)
adalah 910.16 ± 29.03 g.

6
Tabel 2 Rataan bobot potong ayam kampung hasil penambahan zeolit dalam
ransum
Perlakuan
Ulangan
Rataan
R1
R2
R3
R4
g
1
953.00
841.50
974.00
980.50
2
839.50
893.50
886.25
932.75
3
927.25
902.25
944.00
916.75
4
883.75
857.75
952.00
877.75
Rataan
900.88
873.75
939.06
926.94
910.16 ± 29.03
% peningkatan
0.0
-3.0
4.2
2.9
bobot potong
Keterangan : R1 (tanpa penambahan zeolit), R2 (0.5 kg zeolit per 100 kg ransum), R3 (1 kg zeolit
per 100 kg ransum), R4 (1.5 kg zeolit per 100 kg ransum).

Hasil analisis ragam menunjukkan penambahan zeolit dalam ransum tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap bobot potong. Bobot potong ayam
kampung yang diberikan 1 kg dan 1.5 kg zeolit per 100 kg ransum mengalami
kenaikan jika dibandingkan dengan kontrol (R1) dengan bobot potong ayam
tertinggi terdapat pada R3 (939.06 g per ekor). Pada perlakuan R2 bobot potong
ayam mengalami penurunan -3.0% dan merupakan bobot potong ayam terendah
pada penelitian ini (873.75 g per ekor). Hal ini mungkin dikarenakan sampel yang
diambil tidak homogen pada saat pengacakan. Kandungan lemak kasar pada
ransum R2 paling rendah (6.76%) jika dibandingkan dengan ransum perlakuan
lainnya, sehingga lemak kasar sebagai sumber energi menjadi lebih rendah dan
diduga kebutuhan energi ayam kampung tidak terpenuhi.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini dengan total umur ayam kampung 9
minggu lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penelitian Arief (2000), yang
memperoleh bobot potong ayam kampung pada umur 12 minggu berkisar antara
773.33–831.67 g per ekor yang diberi ransum kombinasi pollard dan duckweed.
Kurniawan (2011) juga memperoleh bobot potong ayam kampung umur 10
minggu hanya 651.32-821.71 g per ekor. Penambahan zeolit ke dalam ransum
dengan taraf 1 kg per 100 kg ransum meningkatkan bobot potong hingga 4.2%
lebih tinggi daripada bobot potong ayam kampung tanpa penambahan zeolit.
Wardhani (2011) melaporkan adanya peningkatan bobot ayam broiler hingga
5.5% dengan taraf pemberian zeolit (jenis aclinop) 2 kg per 100 kg ransum.
Peningkatan bobot potong ayam kampung dan ayam broiler yang berbeda diduga
karena kemampuan ayam kampung dalam mengkonversi ransum menjadi daging
lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam broiler. Adanya penambahan zeolit
ke dalam ransum akan memaksimalkan penyerapan nutrisi di dalam ransum
sehingga pembentukan daging akan lebih baik.
Zeolit memiliki sifat yang mampu menjerat molekul yang ada di sekitarnya
dalam bentuk larutan ataupun gas. Molekul NH4+ yang terikat pada struktur zeolit
dari lambung sampai akhir duodenum kemudian dilepas secara bertahap di saluran
pencernaan bagian bawah karena pangaruh pH lumen usus. Aktivitas ini
mengakibatkan terjadinya pertukaran ion Na+ ketika berada di duodenum
sehingga aliran digesta mulai dari lambung sampai duodenum diperlambat
sehingga proses deaminasi protein meningkat (Cool dan Willard 1982).

7
Papaioannou (2002) menambahkan aktivitas zeolit di dalam saluran pencernaan
ternak diperkirakan terpusat kepada struktur zeolit yang stabil pada lingkungan
asam dan dapat melakukan pertukaran ion serta penyerapan tanpa terjadi
pencernaan zeolit. Penyerapan zat makanan yang maksimal akan sejalan dengan
pembentukan daging sehingga bobot potong ayam kampung dengan penambahan
zeolit dalam ransum lebih tinggi daripada bobot potong ayam kampung tanpa
penambahan zeolit.
Pengaruh Perlakuan Penambahan Zeolit dalam Ransum terhadap Bobot dan
Persentase Karkas Ayam Kampung
Data rataan bobot karkas dan persentase karkas ayam kampung hasil
penambahan zeolit dalam ransum dicantumkan pada Tabel 3. Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa penambahan zeolit pada ransum tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap bobot karkas dan persentase karkas. Rataan bobot dan persentase
karkas ayam kampung masing-masing adalah 537.63±19.16 g per ekor dan
62.96±0.15%.
Tabel 3 Rataan bobot dan persentase karkas hasil penambahan zeolit dalam
ransum
Perlakuan
Ulangan
Rataan
R1
R2
R3
R4
Bobot Karkas (g)
1
597.50
532.25
618.00
615.50
2
526.00
565.25
573.75
585.75
3
596.75
557.50
591.00
581.00
4
546.50
545.50
590.25
555.50
Rataan
566.69
550.13
593.25
584.44 573.63±19.16
Persentase Karkas (%)
1
62.73
63.21
63.47
62.74
2
62.59
63.20
64.66
62.38
3
64.17
61.69
62.36
63.46
4
61.72
63.57
62.18
63.30
Rataan
62.80
62.91
63.17
62.97
62.96 ± 0.15
Bobot karkas ayam kampung dengan penambahan zeolit menunjukkan hasil
tertinggi pada perlakuan R3 dengan bobot 593.25 g per ekor (Tabel 3) bahwa
terjadi peningkatan bobot karkas ayam kampung pada perlakuan dengan
penambahan zeolit pada R3 dan R4, penurunan bobot karkas dengan persentase
karkas terendah pada penelitian ini adalah (550.13 g per ekor atau 62.91%). Hasil
ini sejalan dengan Wardhani (2011), yaitu penambahan zeolit ke dalam ransum
mampu meningkatkan bobot karkas ayam broiler. Kisaran bobot karkas ayam
kampung hasil penelitian ini (550.13-593.25 g per ekor) lebih tinggi daripada hasil
penelitian Kurniawan (2011) yang menyatakan bahwa bobot karkas ayam
kampung umur 10 minggu 397.67-512.17 g per ekor.

8
Persentase karkas ayam kampung pada penelitian ini berkisar antara
62.80%-63.17%. Persentase karkas tertinggi dan terendah diperoleh masingmasing pada perlakuan R3 (63.17%) dan R1 (62.80%). Menurut Santosa (2004)
persentase karkas ayam kampung yang berumur 9 minggu adalah 58.05%-59.67%
sedangkan menurut Kurniawan (2011) persentase ayam kampung pada umur 12
minggu adalah 66.49%-69.35%. Persentase karkas yang diperoleh pada penelitian
ini berada pada kisaran persentase karkas umur 12 minggu hasil penelitian
Santosa (2004) dan Kurniawan (2011). Pemeliharaan yang dilakukan selama
penelitian ini lebih efisien dalam menghasilkan persentase karkas yang lebih
tinggi. Hal ini diduga zeolit dapat membantu proses penyerapan zat-zat nutrisi
ransum ayam kampung sehingga proses pembentukan karkas menjadi lebih baik.
Pengaruh Perlakuan Penambahan Zeolit dalam Ransum terhadap Kadar Air
Litter
Kandungan kadar air yang terdapat pada litter pada dua minggu sebelum
pemotongan terdapat pada Tabel 4.
Hasil analisis ragam menunjukkan
penambahan zeolit dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air yang
berada di dalam litter.

Ulangan

Tabel 4 Hasil analisis kadar air litter
Perlakuan
R1
R2
R3
R4

Rataan

%

1
2
3
4
Rataan

19.15
20.87
19.42
20.83

16.80
17.06
18.24
22.92

19.93
19.92
22.61
22.08

18.57
19.64
21.46
19.77

20.07

18.75

21.14

19.86

19.95 ± 0.98

Zeolit merupakan mineral yang mampu mengikat air dan gas yang ada di
sekitarnya. Zeolit yang mampu berperan sebagai absorben pada pakan tidak akan
tercena di dalam proses pencernaan sehingga akan terbawa keluar tubuh ayam
kampung dan bercampur dengan ekskreta. Pada proses ini zeolit berperan dalam
mengikat kadar air yang ada di ekskreta sehingga manur yang dikeluarkan akan
lebih kering. Kadar air litter yang diperoleh pada penelitian ini berkisar 18.75% 21.14% bahwa kadar air terendah terdapat pada perlakuan R2 dengan kadar air
litter 18.75%. Hasil ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kadar litter yang
berasal dari sekam padi yang telah digunakan tanpa penambahan zeolit di dalam
ransum ataupun di litter adalah 49.38% (Setyawati 2004). Rendahnya kadar air
pada perlakuan R2 diduga juga karena cara pengambilan sampel pada saat
penelitian, yang mana posisi pengambilan sampel untuk semua perlakuan tidak
sama. Pengambilan sampel dilakukan pada bagian terluar dan dalam dari seluruh
kandang untuk setiap unit perlakuan. Hal ini memungkinkan sampel tidak
bercampur dengan ekskreta secara merata. Pattisellano dan Randa (2005)
menyatakan bahwa penambahan zeolit ke dalam ransum membuat kondisi litter

9
lebih kering tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kelembaban kandang.
Katouli et al. (2010) melaporkan bahwa semakin tinggi taraf penggunaan zeolit
dalam ransum akan menurunkan kadar air 6.13% di dalam ekskreta ayam broiler.
Income Over Feed, Chick, and Zeolite Cost (IOFCZC)
Hasil perhitungan pendapatan berdasarkan selisih antara penjualan dengan
biaya pakan, bakalan ayam (umur 3 minggu) dan zeolit atau income over feed,
chick and zeolite cost (IOFCZC) dicantumkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Income Over Feed, Chick, and Zeolite Cost (IOFCZC) selama 6 minggu
pemeliharaan
Kenaikan
Perlakuan
Keuntungan (Rp) Kerugian (Rp)
Keuntungan (%)
R1
7 815.03
0.00
R2
7 150.82
-8.49
R3
8 873.81
13.54
R4
8 519.60
8.27
Tabel 5 menunjukkan penambahan zeolit di dalam ransum ayam kampung
memberikan peningkatan pendapatan (income) yang berbanding lurus dengan
penambahan zeolit ke dalam ransum. Peningkatan pendapatan yang cukup tinggi
terlihat pada ransum perlakuan R3 dengan keuntungan Rp8 873.81 dengan bobot
karkas 593.25 g per ekor. Hasil ini hampir sama dengan hasil penelitian Banong
dan Hakim (2011) dengan pendapatan tertinggi yang diperoleh adalah Rp8 895.6
per ekor namun tanpa adanya penambahan zeolit dalam ransum. Pada perlakuan
R2 menunjukkan adanya penurunan keuntungan -8.49% (Rp7 150.82) jika dibandingkan dengan kontrol (R1). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh bobot
karkas ayam kampung perlakuan R2 merupakan bobot karkas terendah pada
penelitian ini (550.13 g per ekor) sehingga berpengaruh terhadap besarnya
pendapatan yang diperoleh ketika dilakukan penjualan.
Penambahan zeolit ke dalam ransum dapat mengefektifkan penyerapan
nutrisi sehingga pembentukan karkas lebih maksimal dan dapat menambah
keuntungan. Selain itu, pendapatan yang tinggi dipengaruhi harga jual daging
ayam kampung di pasar cukup tinggi dan relatif stabil jika dibandingkan dengan
ayam broiler. Sutamba (2011) mengemukakan dengan penambahan zeolit ke
dalam ransum akan menambah keuntungan secara ekonomi dikarenakan semakin
singkatnya masa pemeliharaan dan mengurangi resiko kematian pada ayam broiler.

10

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penambahan zeolit ke dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap
bobot potong, bobot karkas, persentase karkas ayam kampung dan kadar air litter
dengan penambahan zeolit di dalam ransum. Penambahan zeolit dalalam ransum
meningkatkan nilai income over feed, chick and zeolite cost (IOFCZC).
Penambahan zeolit pada taraf 1 kg zeolit per 100 kg ransum menunjukkan respon
yang positif terhadap bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas ayam
kampung serta pendapatan hingga Rp8 873.81 dengan kenaikan keuntungan
13.54%.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan seperti ini dengan meningkatkan dosis
penambahan zeolit dan masa pemeliharaan yang lebih panjang untuk mengetahui
pengaruh penambahan zeolit di dalam ransum. Rate of passage perlu diteliti lebih
lanjut untuk mengetahui efektivitas penambahan zeolit dalam ransum.

DAFTAR PUSTAKA
Arief A. 2000. Evaluasi ransum yang menggunakan kombinasi pollard dan
duckweed terhadap persentase berat karkas, bulu, organ dalam, abdominal,
panjang usus dan sekum [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[BSN]. 2009. SNI 02-3924-2009 : Mutu Karkas dan Daging Ayam. Jakarta (ID):
Badan Standardisasi Nasional.
Banong S, Hakim MR. 2011. Pengaruh umur dan lama pemuasaan terhadap
peformans dan karakteristik karkas ayam pedaging. J I Teknol Petern. 1(2):
98-106.
Cool WM, Willard JM. 1982. Effect of clinoptilolite on swine nutrition. J Nutr
Rep Int. 26: 759-766
[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan. 1998. Buku Statistik Peternakan.
Jakarta (ID): Departemen Pertanian.
[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan. 2010. Populasi Ternak dan Produksi
Daging, Telur dan Susu Per Provinsi Tahun 2000-2010. Jakarta (ID):
Departemen Pertanian.
Gottardi G. 1978. Mineralogy and crystal chemistry of zeolites. Di dalam: Sand
LB, Mumpton FA, editor. In natural zeolites: occurreance, properties, use.
1978; New York. New York (US): Pergamon press.
Katouli MSF, Boldaji B, Dastar B, Hassani S. 2010. Effect of different levels of
kaolin, bentonite and zeolite on broilers performance. J Biol Sci. 10 (1):5862.

11
Kurniawan H. 2011. Karkas dan potongan karkas ayam kampung umur 10
minggu yang diberi ransum mengandung bungkil biji jarak pagar (Jatropha
curcas L) terfermentasi Rhizopus oligosporus [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Matjik AA, IM Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab. Ed ke-2. Bogor (ID): IPB Pr.
Papaioannou DS, Kyriakis SC, Papastreiadis N, Roumbies A, Yannakopoulus C,
Alexopoulus. 2002. Effect of in-feed inclusion of a natural zeolite
(clinoptilolite) on certain vitamin, macro and trace element concentrations in
the blood, liver and kidney tissues of sows. Res Vet Sci. (72): 61-68.
Pattiselano F, Randa SY. 2005. Efek frekuensi penaburan zeolit pada alas litter
terhadap kualitas lingkungan kandang ayam pedaging. Animal Production.
7(2) : 88-94.
Polat E, Karaca M, Demir H, Onus N. 2004. Use of natural zeolite (clinoptilolite)
in agriculture. J Fruit Plant Res 12: 183-189.
Puspita. 2008. Peforma ayam ras petelur periode produksi yang diberi ransum
rendah kalsium dengan penambahan zeolit [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Santosa DH. 2004. Persentase karkas dan potongan komersial karkas ayam
kampung dengan pemberian pakan mengandung bungkil inti sawit dan
enzim [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sembiring R. 2004. Kualitas daging babi dengan pemberian zeolit dan tepung
darah sebagai sumber protein dalam ransum [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Setyawati SJA. 2004. Pengaruh penggunaan berbagai macam bahan litter untuk
pemeliharaan ayam broiler terhadap performans dan kaitannya dengan status
darah dan kondisi litter [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID): Universitas
Gajah Mada.
Steel R, D Torrie, JH Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu
Pendekatan Geometrik. M Syah, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia
Pustaka Utama.
Sutamba CF. 2011. Peforma ayam broiler yang diberi aclinop dalam ransum dan
zeolit pada litternya [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Suwardi. 2005. Zeolit alam: deposit dan penggunaan di bidang pertanian.
Ketahanan dan Keamanan Pangan pada Era Otonomi dan Globalisasi,
Simposium Nasional ISSAAS; 2005 November 22; Bogor, Indonesia.
Bogor (ID): ISBN 979-964671-5. hlm 10-20.
Tominaga H. 1987. Chemistry and application of zeolites. Japan (JP): Kodansha
Sci.
Wardhani W. 2011. Persentase karkas dan karakteristik organ dalam ayam
broiler hasil penambahan zeolit dalam ransum dan litternya [skripsi]. Bogor
(ID) : Institut Pertanian Bogor.

12

LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis ragam bobot potong ayam kampung.
SK
Db
JK
KT
F-hitung
Perlakuan
3
10 115
3 372
2.06
Galat
12
19 599
1 633
Total
15
29 714

P
0.159

Keterangan : SK = sumber keragaman, JK = jumlah kuadrat, KT = kuadrat tengah

Lampiran 2 Analisis ragam bobot karkas ayam kampung.
SK
Db
JK
KT
F-hitung
Perlakuan
3
4 409.7
1 469.9
2.40
Galat
12
7 362.9
613.6
Total
15
11 772.6

P
0.119

Lampiran 3 Analisis ragam persentase karkas ayam kampung
SK
Db
JK
KT
F-hitung
Perlakuan
3
0.2784
0.0928
1.21
Galat
12
9.8876
0.8240
Total
15
10.1660

P
0.342

Lampiran 4 Analisis ragam kadar air litter
SK
Db
JK
Perlakuan
3
11.416
Galat
12
37.071
Total
15
48.488

P
0.341

KT
3.805
3.089

F-hitung
1.23

Lampiran 5 Perhitungan income over feed, chick and Zeolite Cost
Keterangan
Harga ayam umur 3 minggu (Rp
ekor-1)
Kebutuhan Ransum (kg ekor-1)
Harga Ransum (Rp kg-1)
Biaya Ransum (Rp kg-1)
Kebutuhan Zeolit (kg ekor-1)
Harga Zeolit (Rp kg-1)
Biaya Zeolit (Rp kg-1)
Biaya Pemotongan (Rp ekor-1)
Total Biaya Produksi (Rp ekor-1)
Bobot Karkas (kg ekor-1)
Harga Jual (Rp kg-1)
Harga Karkas (Rp ekor-1)
Keuntungan

R1

R2

R3

R4

11 000.00
0.24
5 600.00
1 352.56
0.00
1 500.00
0.00
2 500.00
14 852.57
0.57
40 000.00
22 667.60
7 815.03

11 000.00
0.24
5 600.00
1 352.56
0.001
1 500.00
1.81
2 500.00
14 854.37
0.55
40 000.00
22 005.20
7 150.82

11 000.00
0.24
5 600.00
1 352.56
0.002
1 500.00
3.62
2 500.00
14 856.19
0.59
40 000.00
23 730.00
8 873.81

11 000.00
0.24
5 600.00
1 352.56
0.003
1 500.00
5.43
2 500.00
14 858.00
0.58
40 000.00
23 377.60
8 519.60

13

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Juni 1992 di Pangururan, Kabupaten
Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Penulis merupakan anak ketiga dari 4
bersaudara pasangan Bapak Drs Mangihut Situmeang SSos dan Nurmawaty
Nainggolan. Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1999 di Sekolah Dasar
Prabudhy PWKI, Medan dan selesai pada tahun 2004 kemudian melanjutkan ke
SMP Negeri 1 Pangururan, Kabupaten Samosir dan lulus tahun 2007.
Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikannya ke SMA Negeri 1 Pangururan
dan lulus pada tahun 2010. Tahun 2010 penulis diterima di Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor).
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi Gerakan
Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Bogor sebagai kordinator
Departemen Kewirausahaan periode 2011/2012. Selain itu, penulis pernah
menjabat sebagai kordinator Persekutuan Oikumene Protestan Katolik (POPK)
Fakultas Peternakan periode 2013/2014 dan aktif pada berbagai kepanitiaan di
tingkat universitas maupun nasional. Penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan
magang dan pengabdian masyarakat seperti kegiatan magang di Balai Besar
Pembibitan Ternak Unggul (BBPTU) Sapi Perah Unggul Purwokerto, 2011.
Pengabdian Masyarakat IPB Goes to Field 2013 di Kabupaten Bondowoso,
Jawa Timur.