Persentase karkas dan karakteristik organ dalam ayam broiler hasil penambahan zeolit dalam ransum dan litternya

ABSTRACT
Carcass Percentage and Internal Organ Characteristics of Broiler Chickens
Supplemented with Zeolite on their Ration and Litter
Wardhani, W., M. Ulfah., P. H. Siagian
Since the demand of the meat has been significantly increasing, therefore
management improvement of broiler chickens farming to improve the meat yield and
quality is important to be done. The purpose of this study was to determine the effect
of Aclinop addition on broiler ration and zeolite sowing on litter and the interaction
between them on live weight, carcass percentage and internal organ characterictics.
This study used 72 chickens that have been maintained for 35 days. The results show
that the Aclinop addition on broiler rations and zeolite sowing on litter didn’t
significantly effect the carcass, proventriculus, gizzard, ileum, liver, kidney and
pancreas percentage and also duodenum, jejunum and ileum length relativity.
Aclinop addition on ration significantly effected the percentage of duodenum,
jejunum and secum. Zeolit sowing on litter significantly effected the percentage of
colon. The treatment of Aclinop addition on the ration and litter gave a better result
(5,54%) of the final weight of broiler chickens and decreased weight and percentage
of duodenum, jejunum and ileum.
Keywords : broiler chicken, zeolite, live weight, carcass, internal organ

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Produksi peternakan ayam broiler dewasa ini berkembang sangat pesat seiring
dengan semakin meningkatnya permintaan pasar terhadap ayam broiler. Permintaan
ayam broiler diperkirakan akan meningkat 31% dari total konsumsi tahun 2009
(1.575.000 ekor) menjadi sebesar 2.064.000 ekor (Ditjen Peternakan, 2008).
Permintaan yang tinggi ini tentunya harus selalu diimbangi dengan perbaikan
manajemen dalam pemeliharaan ayam broiler. Perbaikan kualitas pakan dan upaya
menciptakan lingkungan kandang yang nyaman merupakan salah satu faktor penting
dalam perbaikan manajemen pemeliharaan ayam broiler. Salah satu upaya dalam
memaksimalkan manajemen pemeliharaan adalah melalui penggunaan zeolit. Zeolit
merupakan suatu kelompok mineral yang dihasilkan dari proses hidrotermal pada
batuan beku basa. Mineral ini biasanya dijumpai mengisi celah-celah ataupun
rekahan dari batuan tersebut. Selain itu zeolit juga merupakan endapan dari aktivitas
vulkanik yang banyak mengandung unsur silika. Struktur fisik zeolit yang berongga
menyebabkan zeolit dapat menyerap sesuatu disekitarnya yang berdiameter lebih
kecil. Mineral zeolit jika ditambahkan dalam ransum diduga berfungsi dalam
membantu pengangkutan zat makanan atau memperlambat laju pergerakan digesta
dalam proses pencernaan, sehingga diharapkan akan menghasilkan karkas dan organ
dalam yang baik.
Pemanfaatan mineral zeolit dalam litter juga mulai dirasa perlu terutama

untuk menekan zat-zat yang menyebabkan pencemaran udara, sehingga lingkungan
kandang ayam broiler menjadi lebih sehat yang pada akhirnya ayam dapat
menghasilkan performa yang lebih baik. Sampai saat ini data tentang kombinasi
penambahan zeolit dalam ransum dan litter masih terbatas. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian tentang pengaruh kombinasi penambahan zeolit baik dalam
ransum dan maupun litternya sehingga didapt taraf yang tepat untuk menghasilkan
ayam broiler dengan kualitas organ dalam yang baik.
Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menentukan
taraf penambahan zeolit (Aclinop) dalam ransum dan penaburan zeolit (alam) pada

litter atau interaksi antara keduanya terhadap persentase karkas dan organ
pencernaan serta karakteristik fisik organ pencernaan ayam broiler.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Zeolit
Nama zeolit ini berasal dari bahasa Yunani yaitu “Zeni" dan “Lithos" yang
berarti batu yang mendidih, karena apabila dipanaskan akan membuih dan

mengeluarkan air (Lefond, 1983). Zeolit merupakan mineral mikro yang dapat
digunakan dalam ransum sebagai sumber mineral. Kelompok mineral ini merupakan
kelompok mineral yang berasal dari logam-logam alkali dan alkali tanah (terutama
Ca dan Na). Menurut Harjanto (1987) zeolit bersifat sebagai penyaring molekul dan
penukar ion yang dalam penggunaannya dapat meningkatkan efisiensi pakan ternak.
Struktur zeolit yang berpori juga membuat zeolit dapat menyerap senyawa yang
bersifat cairan, menyaring yang berukuran halus, menukar ion serta sebagai
katalisator.
Sifat Kimia dan Fisika
Mineral zeolit adalah kelompok mineral alumunium silikat terhidrasi
LmAlxSiyOz ∙ nH2O, dari logam alkali dan alkali tanah (terutama Ca,dan Na), m, x, y,
dan z merupakan bilangan 2 hingga 10, n koefisiensien dari H2O, serta L adalah
logam. Zeolit secara empiris ditulis x/n Mn+ [(AlO2)x (SiO2)y] · zH2O. Komponen
pertama Mn+ adalah sumber kation yang dapat bergerak bebas dan dapat
dipertukarkan secara sebagian atau secara sempurna oleh kation lain (Ginting et al.,
2007). Beberapa spesimen zeolit berwarna putih, kebiruan, kemerahan, coklat, dan
lain-lain, karena hadirnya oksida besi atau logam lainnya. Densitas zeolit antara 2,0 2,3 g/cm3, dengan bentuk halus dan lunak. Kilap yang dimiliki bermacam-macam.
Struktur zeolit dapat dibedakan dalam tiga komponen yaitu rangka aluminosilikat,
ruang kosong saling berhubungan yang berisi kation logam, dan molekul air dalam
fase occluded (Harben dan Kuzvart, 1996).

Morfologi dan Sistem Kristal
Zeolit berbentuk kristal aluminosilikat terhidrasi yang mengandung muatan
positif dari ion-ion logam alkali dan alkali tanah dalam kerangka kristal tiga dimensi
(Hay, 1966), dengan setiap oksigen membatasi antara dua tetrahedra.
Zeolit pada dasarnya memiliki tiga variasi struktur yang berbeda yaitu: a)
struktur seperti rantai (chain-like structure), dengan bentuk kristal acicular dan

prismatic, contoh: natrolit, b) struktur seperti lembaran (sheet-like structure), dengan
bentuk kristal platy atau tabular biasanya dengan basal cleavage baik, contoh:
heulandit, c) struktur rangka, dimana kristal yang ada memiliki dimensi yang hampir
sama, contoh: kabasit. Zeolit mempunyai kerangka terbuka, sehingga memungkinkan
untuk melakukan adsorpsi Ca bertukar dengan 2(Na,K) atau CaAl dengan (Na,K)Si.
Morfologi dan struktur kristal yang terdiri dari rongga-rongga yang berhubungan ke
segala arah menyebabkan permukaan zeolit menjadi luas. Morfologi ini terbentuk
dari unit dasar pembangunan dasar primer yang membentuk unit dasar pembangunan
sekunder dan begitu seterusnya.
Pemanfaatan Zeolit pada Peternakan Ayam Broiler
Zeolit dewasa ini semakin dimaksimalkan pemanfaatannya di bidang
peternakan. Terutama dalam peternakan ayam broiler, zeolit dapat dimanfaatkan
sebagai penurun kandungan amonia dan H2S yang tidak diinginkan bila ditaburkan

dalam litter (Polat et al., 2004). Selain itu, menurut Kocakuşak et al., (2001) sifat
zeolit yang mempunyai daya serap tinggi sehingga dapat menahan air hingga 60%
dari bobotnya karena mempunyai struktur kristal yang porositasnya tinggi. Molekul
air di pori-pori dapat dengan mudah menguap atau diserap kembali tanpa merusak
struktur zeolit.
Sementara dalam pemanfaatannya untuk ransum, zeolit dapat digunakan
sebagai sumber mineral. Zeolit memiliki sifat menyaring molekul dan penukar ion
sehingga dapat meningkatkan efisiensi pakan ternak. Mekanisme aksi zeolit dalam
pencernaan ternak diperkirakan terpusat pada struktur klinoptilolit yang stabil pada
lingkungan asam dan dapat melakukan pertukaran ion serta penyerapan tanpa terjadi
pencernaan zeolit (Papaioannou et al., 2002). Hasil penelitian Yenita (1993)
menunjukkan bahwa penambahan zeolit pada taraf 0, 3 dan 6% berpengaruh nyata
memperbaiki penambahan bobot potong dan konversi ransum, tetapi tidak
berpengaruh terhadap konsumsi ransum.
Penggunaan dan Peran Zeolit dalam Ransum
Mekanisme aksi zeolit dalam pencernaan ternak menurut hasil penelitian
Cool dan Willard (1982) adalah dengan mengurangi pembentukan NH4+ dalam
saluran pencernaan. Reaksi NH4+ + OH- akan menghasilkan NH3 + H2O. Jika
4


pembentukan NH4+ dapat dihambat maka pembentukan NH3 yang merupakan
senyawa beracun juga dapat dikurangi.
Cool dan Willard (1982) yang melakukan penelitian pada ternak babi
menunjukkan bahwa senyawa NH4+ terikat pada struktur zeolit mulai dari lambung
sampai akhir duodenum, secara bertahap kemudian dilepas di saluran pencernaan
bagian bawah karena pengaruh pH lumen usus. Kenyataan ini dibuktikan dengan
meningkatnya konsentrasi NH4+ sebesar 10 kali pada jejunum dalam saluran
pencernaan babi. Zeolit menukar kation Na+ ketika berada di duodenum sehingga
aliran digesta mulai dari lambung sampai duodenum diperlambat, hal ini
mengakibatkan proses deaminasi protein meningkat.
Penggunaan dan Peran Zeolit pada Litter
Zeolit alam dapat menyerap CO, CO2, SO2, H2S, NH3, HCHO, Ar, O2, N2,
H2O, He, H2, Kr, Xe, CH3OH dan gas lainnya. Zeolit dapat digunakan untuk
mengumpulkan gas-gas tersebut dan berfungsi sebagai pengontrol bau. Zeolit dapat
digunakan dalam kandang pada peternakan intensif karena secara signifikan dapat
menurunkan kandungan amonia dan H2S yang menyebabkan bau yang tidak
diinginkan (Polat et al., 2004). Sifat zeolit lainnya yang menyebabkan zeolit cocok
ditambahkan dalam litter adalah daya serapnya yang tinggi. Zeolit dapat menahan air
hingga 60% dari bobotnya, karena mempunyai struktur kristal yang porositasnya
tinggi. Molekul air di pori-pori dapat dengan mudah menguap atau diserap kembali

tanpa merusak struktur zeolit (Kocakuşak et al., 2001).
Palczar dan Chan (1986) menyatakan bahwa produk ekskresi hewan yang
terbuang ke tanah akan diuraikan oleh mikroba-mikroba yang menguraikan protein
sisa menjadi asam amino. Mikroba pengurai protein dapat hidup dan berkembang
dengan pesat dalam keadaan yang lembab. Asam amino selanjutnya akan mengalami
deaminasi oleh mikroba dan menghasilkan gas-gas amonia (proses amonification).
O’Halloran (1993) menambahkan bahwa penguapan gas amonia dari manur hewan
merupakan mekanisme utama dari proses kehilangan nitrogen dalam manur hewan.
Palczar dan Chan (1986) juga menambahkan asam amino yang memiliki unsur sulfur
(seperti sistin dan metionin) kemudian akan dipecah menjadi komponen yang lebih
sederhana oleh mikroba sehingga sulfur terlepas sebagai gas hidrogen sulfida.
Mikroba yang dapat menghasilkan gas H2S biasanya berupa mikroba yang berasal
5

dari genus Desulfovibrio dan proses pemecahan bahan organik yang mengandung
sulfur ini disebut putrefaction. Gas hidrogen sulfida akan dioksidasi oleh bakteri
sulfur seperti Thiobacillus menjadi bentuk sulfat dan dalam keadaan O2 tinggal
sedikit maka bakteri pereduksi sulfat seperti spirillum mereduksi senyawa sulfat
menjadi hidrogen sulfida kembali. Reaksinya adalah sebagai berikut:
H2SO4 + 4 H2  H2S + 4 H2O

Penambahan zeolit pada litter akan mengurangi kelembaban litter sehingga
menghambat perkembangan dan kerja bakteri pengurai sulfur, hasilnya produksi gas
hidrogen sulfida dapat dikurangi.
Ayam Broiler
Karakteristik ayam broiler modern menurut Pond et al. (1995) adalah
pertumbuhan yang cepat, banyak penimbunan lemak pada bagian dada dan otot-otot
daging, serta aktivitasnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan jenis ayam
petelur. Ayam broiler merupakan ayam muda jantan atau betina yang menghasilkan
daging dan umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan bobot potong antara
1,2-1,9 kg/ekor (Kartasudjana, 2005).
Karkas Ayam
Karkas ayam pedaging menurut BSN (1995) ialah bagian dari ayam pedaging
hidup, setelah dipotong, dibului, dikeluarkan organ dalam dan lemak abdominalnya,
dipotong kepala dan leher serta kedua kakinya (ceker). Karkas unggas biasanya
dijual kepada konsumen dalam bentuk karkas utuh, belahan karkas kiri dan kanan,
seperempat

karkas

atau


potongan-potongan

karkas

yang

lebih

kecil.

Persentase karkas ayam broiler menurut Moreng dan Avens (1985) berkisar
antara 60-70%. Persentase pemotongan pada ayam broiler, ayam lokal dan kalkun
meningkat selama pertumbuhan, peningkatan umur dan kenaikan bobot potong. Pada
itik dan unggas yang lebih kecil misalnya burung puyuh, persentase pemotongan
selama pertumbuhan secara relatif adalah konstan (Soeparno, 1994). Pada umur yang
sama, ayam broiler dan kalkun jantan mempunyai persentase karkas yang lebih
tinggi daripada betina (Moran, 1977).

6


Saluran Pencernaan
Pencernaan dapat didefinisikan sebagai proses perombakan protein, lemak,
dan karbohidrat menjadi bagian yang lebih kecil sehingga mudah diserap. Dalam
prosesnya tentunya terdapat organ-organ penting yang diperlukan untuk menunjang
penyerapan zat-zat makanan yang dimakan sehingga dapat dimanfaatkan dengan
baik (Putnam, 1991).

Gambar 1. Saluran Pencernaan Ayam Broiler (Sturkie, 2000)
Mulut
Mulut menghasilkan saliva yang mengandung amilase dan maltase saliva,
tetapi pemecahan bahan pakan di mulut ini kecil sekali karena mulut hanya
digunakan untuk lewat sesaat. Saliva mulut, selain mengandung kedua enzim
tersebut juga digunakan untuk membasahi pakan agar mudah ditelan. Produksi saliva
7-30 ml per hari, tergantung jenis pakan. Sekresi saliva dipacu oleh saraf
parasimpatik (Sturkie, 2000).
Oesophagus
Oesophagus merupakan saluran lunak dan elastis yang mudah mengalami
pemekaran apabila ada bolus (pakan) yang masuk. Oesophagus memanjang dari
pharinx hingga proventrikulus melewati tembolok (crop). Organ ini menghasilkan

mukosa yang berfungsi untuk melicinkan pakan menuju tembolok (Sturkie, 2000).
Tembolok (Crop)
Tembolok adalah modifikasi dari oesophagus. Fungsi utama tembolok adalah
untuk menyimpan pakan sementara, terutama pada saat ayam makan dalam jumlah
banyak. Jenis makanan atau benda lain yang mempunyai ukuran besar dapat
menyumbat saluran tembolok. Jika hal ini terjadi maka makanan yang ada dalam
7

saluran tembolok tidak dapat lewat dan akan terjadi fermentasi. Kapasitas tembolok
mampu menampung pakan hingga 250 g (Sturkie, 2000).
Proventrikulus
Proventrikulus disebut juga perut kelenjar atau glandular stomach yang
mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan lemak. Pada
proventrikulus lintasan pakan sangat cepat masuk ke empedal melalui isthmus
proventrikulus sehingga secara nyata belum sempat dicerna.sekresi pepsinogen dan
HCl tergantung pada stimulasi saraf vagus, pakan yang melintas dan aksi cairan
gastrik. Pada keadaan tidak makan, sekresi glandula perut ini 5-20 ml/jam dan
mampu mencapai 40 ml ketika ada pakan (Sturkie, 2000).
Empedal atau Rempela (gizzard)
Empedal atau rempela (gizzard) disebut juga perut muskular yang merupakan
perpanjangan dari proventrikulus. Fungsi utama empedal adalah memecah atau
melumatkan pakan dan mencampurnya dengan air menjadi pasta (chyme). Kekuatan
empedal dipengaruhi dari kebiasaan makan ayam, ayam yang hidup bebas
berkeliaran memiliki empedal yang lebih kuat daripada empedal ayam yang dikurung
dengan pakan yang lebih lunak. Empedal mensekresikan coilin untuk melindungi
permukaan empedal terhadap lerusakan yang disebabkan oleh pakan atau benda lain
yang tertelan (Scanes et al., 2004).
Usus Halus
Usus halus merupakan tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis. Usus
halus terbagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum
adalah bagian paling atas dari usus halus. Duodenum merupakan tempat terjadinya
pencernaan yang paling aktif dengan hidrolisis dari nutrient kasar yang berupa pati
lemak dan protein. Penyerapan hasil pencernaan sebagian besar terjadi di duodenum
ini. Duodenum mensekresikan enzim dari pankreas dan dari getah empedu.
Selanjutnya proses pencernaan terjadi di jejunum. Jejunum adalah kelanjutan
duodenum yang berfungsi seperti duodenum yaitu penyerapan makanan yang belum
selesai saat di duodenum. Lalu proses pencernaan berlanjut ke ileum, dimana ileum
merupakan kelanjutan dari jejunum dengan fungsi yang sama yaitu penyerapan

8

makanan dan pencernaan secara enzimatis. Panjang dari usus halus ini bervariasi
tergantung pada kebiasaan makan dari ayam tersebut (Scanes et al., 2004).
Sekum
Sekum terdiri atas dua seka atau saluran buntu yang berukuran panjang 17-20
cm. Beberapa nutrien yang tidak tercerna mengalami dekomposisi oleh mikrobia
sekum, tetapi jumlah dan penyerapannya kecil sekali. Beberapa jenis penyakit
(misalnya koksidiosis pada ayam dan blackhead pada kalkun) dapat berkembang
dengan baik pada sekum (Scanes et al., 2004).
Usus Besar
Usus besar dinamakan juga intestinum crasum, merupakan tempat terjadinya
perombakan partikel pakan yang tidak tercerna oleh mikroorganisme menjadi feses.
Bagian ini juga merupakan muara ureter dari ginjal, sehingga urin dan feses akan
keluar menjadi satu dan disebut ekskreta. Feses dan urin juga akan mengalami
penyerapan air sekitar 72-75%. Disini juga terdapat muara saluran reproduksi, dan
proses pencernaan akan berakhir di kloaka, dimana kloaka adalah tempat keluarnya
ekskreta dan juga telur pada ayam betina. Pakan dalam saluran pencernaan ayam
kurang lebih empat jam (Scanes et al., 2004).
Organ Dalam Ayam Broiler
Organ dalam ayam broiler yang diamati pada penelitian ini antara lain hati,
ginjal dan pankreas.
Hati
Menurut Tanudimadja (1981), hati terdiri dari dua gelambir yang besar,
berwarna coklat kemerahan, terletak pada lengkungan duodenum dan rempela.
Ressang (1984) menyatakan bahwa salah satu fungsi hati adalah untuk menyaring
racun yang masuk kedalam darah. Hati yang mengalami keracunan akan
memperlihatkan kelainan secara fisik, yaitu adanya perubahan warna hati,
pembengkakan, pengecilan pada salah satu lobi atau tidak adanya kantong empedu.
Nilai kisaran bobot hati menurut Putnam (1991) yaitu antara 1,70-2,80% dari bobot
hidup.

9

Ginjal
Ginjal pada unggas terletak di belakang paru-paru dan berjumlah dua buah.
Saluran ureter menghubungkan antara ginjal dan kloaka (Bell dan Weaver, 2002).
Ginjal berperan dalam mempertahankan keseimbangan susunan darah dengan
mengeluarkan zat-zat seperti air yang berlebih, sisa-sisa metabolisme, garam-garam
organik dan bahan-bahan lain yang terlarut dalam darah (Ressang, 1984).
Ginjal merupakan organ yang menyaring plasma dari darah dan secara
selektif menyerap kembali air serta unsur-unsur berguna dari filtrat, yang pada
akhirnya mengeluarkan kelebihan dan produk buangan plasma. Hampir semua jenis
ternak bentuk ginjalnya seperti kacang (Frandson, 1992). Sturkie (2000) menyatakan
fungsi utama ginjal adalah mereduksi urin melalui filtrasi darah sehingga air dan
limbah metabolisme disekresikan. Proses yang selanjutnya terjadi yaitu reabsorbsi
beberapa nutrien (misalnya glukosa dan elektrolit) yang kemungkinan digunakan
kembali oleh tubuh.
Pankreas
Pankreas adalah organ yang berwarna merah terletak antara lipatan duodenal
loop yang berfungsi untuk mensekresikan enzim amilase, protease dan lipase untuk
membantu pencernaan karbohidrat, potein dan lemak. Bobot pankreas berkisar antara
2,5-4 g pada ayam dewasa (Sturkie, 2000).
Pankreas merupakan salah satu aksesoris organ pencernaan yang mempunyai
peranan penting pada pencernaan unggas, yakni terdapat kelenjar endokrin dan
eksokrin yang secara fisiologis mempunyai peranan yang sangat berbeda. Kelenjar
endokrin berfungsi untuk menghasilkan hormon insulin, glukagon, somatostatin dan
polipeptida. Fungsi kelenjar eksokrin adalah menghasilkan dan mengeluarkan cairan
yang berhubungan pencernaan dan penyerapan yang dibutuhkan dalam usus halus
(Scanes et al., 2004).

10

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2011.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Analisa proksimat pakan dilaksanakan di Pusat Penelitian
Sumberdaya Hayati dan Teknologi, Institut Pertanian Bogor. Pengukuran bobot dan
panjang relatif organ pencernaan dilaksanakan di Laboraturium Biologi dan Nutrisi
Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Materi
Ayam Broiler
Ayam broiler yang digunakan dalam penelitian ini adalah 72 ekor ayam
broiler Strain Cobb CP 707 produksi PT. Charoen Pokphan Jaya Farm yang berasal
dari 360 ekor ayam broiler yang telah dipelihara selama 35 hari.
Kandang
Kandang yang digunakan dalam penelitian adalah kandang dengan sistem
litter dengan luas 36 m2 kemudian dibagi menjadi 36 petak kandang, sehingga tiap
petak kandang berukuran 1 x 1 x 0,8 m2 dan masing-masing diisi dengan 10 ekor
ayam broiler.
Zeolit
Zeolit dalam penelitian ini ditambahkan dalam ransum dan litter. Zeolit yang
digunakan dalam ransum adalah Aclinop dan yang ditambahkan pada litter adalah
zeolit alam yang berasal dari CV. Minatama, Lampung. Penambahan Aclinop dalam
ransum dan penaburan zeolit pada litter disesuaikan berdasarkan taraf yang telah
ditentukan. Aclinop adalah singkatan dari Aquatic Clinoptilolite yaitu zeolit dari
golongan klinoptilolit (Na4K4Al8Si40O9624.H2O) yang diproduksi oleh CV.
Minatama Lampung. Aclinop berwarna abu-abu, berbentuk tepung, berukuran 50
mesh dengan derajar kehalusan (MF) 2,916 yang termasuk dalam kategori halus.
Kandungan nutrien Aclinop dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat Aclinop
Nutrien

Persentase (%)

Kadar air

8,51

Protein kasar

0,13

Lemak kasar

0,36

Serat kasar

1,52

Abu

85,92

Ca

0,09

P

14,02 ppm

Sumber: Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Teknologi, IPB (2011)

Ransum
Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah ransum komersial CP
511 produksi PT. Charoen Pokphan Jaya Farm (Tabel 1). Aclinop yang ditambahkan
ke dalam ransum terdiri dari empat taraf yaitu 0 kg Aclinop/ 100 kg ransum, 1 kg
Aclinop/ 100 kg ransum, 2 kg Aclinop/ 100 kg ransum dan 3 kg Aclinop/ 100 kg
ransum masing-masing disebut R0, R1, R2 dan R3. Aclinop yang ditambahkan
dalam ransum diberikan sejak hari pertama pemberian ransum.
Tabel 2. Kandungan Nutrien Ransum yang Diberikan pada Ayam Broiler
Nutrien

R0

R1

R2

R3

Standar

Kadar air (%)

13,41

13,361

13,311

13,271

Maks. 132

Protein kasar (%)

20,16

19,961

19,771

19,581

18,0-22,03

Lemak kasar (%)

9,64

9,551

9,461

9,371

Min. 32

Abu (%)

4,66

5,461

6,251

7,031

Maks. 82

Serat kasar (%)

1,80

1,801

1,791

1,791

Maks. 62

Ca (%)

0,93

0,921

0,911

0,911

0,89-953

P (%)

0,51

0,501

0,501

0,501

0,38-0,453

2900-3000

-

-

-

3050-31503

EM (kkal/kg)

Keterangan: Hasil Analisis Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Teknologi, IPB (2011). 1 Hasil
Perhitungan, 2 BSN (2011) 3 Leeson dan Summers (2005), EM: Energi Metabolis.

Litter
Alas kandang atau litter yang digunakan adalah sekam padi yang ditaburkan
pada lantai kandang dengan ketebalan 5 cm dari permukaan lantai. Penambahan
zeolit pada alas sekam ini terdiri dari tiga taraf pemberian yang berbeda yaitu 0 kg
12

zeolit per m2 litter, 2,5 kg zeolit per m2 litter dan 5 kg zeolit per m2 litter masingmasing disebut L0, L1 dan L2. Pemberian zeolit pada litter dalam penelitian ini
dilakukan pada hari ke-21 pemeliharaan. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa
setelah umur pemeliharaan tersebut kotoran ayam semakin banyak sehingga
diharapkan penambahan zeolit pada litter menjadi lebih efisien untuk mengurangi
bau yang ditimbulkan oleh ekskreta ayam.
Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah tempat pakan, tempat minum, ember,
gayung, lampu, koran, sekat seng, tirai plastik, timbangan, meteran dan peralatan
kebersihan kandang. Untuk pengujian karakteristik fisik saluran pencernaan
digunakan alat ukur (penggaris, jangka sorong) dan timbangan digital.
Prosedur
Persiapan Kandang
Persiapan kandang diawali dengan pembersihan dan desinfeksi kandang dan
peralatan yang akan digunakan. Lantai kandang disapu lalu kandang dicuci dengan
cara disikat menggunakan sabun dan air kemudian dikeringkan. Proses selanjutnya
adalah pembersihan menggunakan karbol lalu dibilas dengan air dan dikeringkan.
Kandang yang telah kering sempurna selanjutnya dikapur.
Kandang dibagi menjadi 36 petak kandang. Setiap petak kandang mempunyai
ukuran 1 x 1 x 0,8 m3. Pemetakan kandang dilakukan dengan menyekat kandang
menjadi 36 bagian. Sekat dibuat dari bilah bambu yang telah dipotong dan
dibersihkan. Bagian lantai kandang ditaburi alas berupa sekam dengan ketebalan 5
cm dari lantai kandang. Kandang didesinfeksi menggunakan air dan formalin.
Campuran ini disemprotkan keseluruh bagian kandang untuk membunuh semua
kuman penyakit yang masih terdapat didalam kandang.
Semua peralatan pemeliharaan yang akan digunakan dicuci dan disterilkan
terlebih dahulu. Peralatan dicuci menggunakan air dan deterjen. Peralatan disikat,
dibilas sampai bersih dengan air lalu dikeringkan. Kandang kemudian dikosongkan
sampai anak ayam umur sehari (Day Old Chick/ DOC) tiba.

13

Pemeliharaan
Kandang dan peralatan dipastikan sudah dalam keadaan siap sebelum DOC
datang. Persiapan kedatangan DOC meliputi brooder yang telah dinyalakan sekitar
6-8 jam sebelumnya. Brooder yang digunakan berupa lampu pijar 60 watt yang
sekaligus dapat berfungsi sebagai alat penerangan dalam kandang. Koran diletakkan
diatas sekam agar DOC terhindar dari luka akibat tekstur sekam yang tajam dan
menghindari sekam termakan oleh DOC. Segera setelah DOC datang dilakukan
pemeriksaan kesehatan dan penimbangan. Day Old Chick yang telah ditimbang
selanjutnya dipilih secara acak untuk dimasukkan ke dalam tiap petak kandang
sebanyak 10 ekor per kandang dan diberi minum air gula untuk mengembalikan
energi setelah pengangkutan.
Selama minggu pertama pemeliharaan DOC harus diperhatikan secara
intensif. Day Old Chick membutuhkan suhu lingkungan 32-33°C oleh karena itu,
pemanas dipasang 24 jam, tirai tidak boleh dibuka, diberikan obat antistress
(Vitastress). Pemberian ransum dilakukan setiap empat jam sekali untuk merangsang
pertumbuhan ayam. Ransum ditaburkan pada feeder tray untuk memudahkan ayam
dalam mengkonsumsi ransum yang disediakan.
Mulai minggu kedua pemeliharaan, lapisan koran yang menutupi litter tidak
lagi digunakan. Tirai mulai dibuka 1/3 bagian dan penggunaan brooder hanya
diperlukan pada malam hari. Minggu ketiga, tirai sudah dapat dibuka 2/3 bagian.
Lampu hanya berfungsi sebagai penerang kandang sehingga hanya digunakan pada
malam hari. Tempat ransum diganti dengan tempat ransum gantung yang digantung
sesuai ketinggian ayam agar mudah dijangkau.
Tirai dibuka seluruhnya pada minggu keempat kecuali pada saat hujan dan
cuaca dingin. Ayam dipanen pada minggu kelima. Penimbangan sebelum pemanenan
harus dilakukan untuk mengetahui bobot akhir ayam broiler saat panen.
Kegiatan-kegiatan umum yang dilakukan setiap hari selama pemeliharaan
adalah pemberian pakan dan air minum disediakan ad libitum sehingga harus selalu
diisi sebelum habis. Ayam yang mati segera dibawa ke Laboratorium Patologi
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor agar penyebab kematian ayam
dapat diketahui. Setiap akhir minggu pemeliharaan dilakukan penimbangan ayam

14

dan penimbangan sisa pakan sehingga konsumsi dan perkembangan bobot potong
ayam broiler dapat diketahui.
Metode Pemotongan
Untuk memperoleh hasil pemotongan yang baik, ayam yang akan dipotong
dipuasakan terlebih dahulu agar saluran pencernaan bersih sehingga mempermudah
penanganan dan pengamatan. Cara pemotongan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah dengan metode Kosher, yaitu memotong arteri karotis, vena jugularis dan
oesofagus. Pada saat penyembelihan, darah harus keluar sebanyak mungkin. Jika
darah dapat keluar secara sempurna, maka beratnya sekitar 4% dari bobot tubuh.
Setelah proses penyembelihan, dilakukan pencabutan dan pembersihan bulu. Proses
pembersihan bulu ini dapat dipermudah dengan sebelumnya mencelupkan ayam ke
dalam air panas dengan suhu 50-54°C selama 30 detik. Proses selanjutnya adalah
pemotongan bagian kepala dan kaki serta pengeluaran organ dalam. Proses
pengeluaran organ dalam dimulai dari pemisahan tembolok dan trakhea serta
kelenjar minyak bagian ekor. Kemudian pembukaan rongga badan dengan membuat
irisan dari kloaka ke arah tulang dada. Kloaka dan organ dalam lalu dikeluarkan,
kemudian dilakukan pemisahan tiap-tiap organ (Soeparno,1994).
Pengujian Karasteristik Fisik
Pengujian karakteristik fisik alat pencernaan broiler dilakukan pada hari ke
35 pemeliharaan. Pengujian dilakukan dengan mengambil ayam secara acak dari tiap
sekat sebanyak dua ekor atau 20%. Setelah ayam dipotong kemudian segera diukur
bobot saluran pencernaannya (proventrikulus, rempela, duodenum, jejunum, ileum,
sekum, kolon, hati, ginjal dan pankreas). Selain pengukuran bobot saluran
pencernaan diukur pula panjang usus halusnya (duodenum, jejunum dan ileum).
Peubah yang Diamati
Pada akhir penelitian ini dilakukan pemotongan sebanyak 20% dari jumlah
ayam penelitian yang diamati dari masing-masing petak. Peubah yang diukur pada
penelitian ini antara lain :
1.

Bobot potong, diperoleh dengan cara menimbang ayam broiler yang telah
dipuasakan selama ±12 jam terlebih dahulu.

15

2.

Bobot karkas, diperoleh dengan cara menimbang ayam broiler yang telah
dipotong dan tanpa kepala, kaki serta organ dalamnya.

3.

Persentase karkas terhadap bobot potong, dihitung dengan rumus:
% bobot karkas

4.

=

x 100%

Persentase bobot saluran pencernaan terhadap bobot potong meliputi:
Persentase bobot rempela terhadap bobot potong, dihitung dengan rumus:
% bobot rempela

x 100%

=

Persentase bobot usus halus terhadap bobot potong, dihitung dengan
rumus:
a.

% bobot duodenum =

b.

% bobot jejunum

=

c.

% bobot ileum

=

x 100%
x 100%
x 100%

Persentase bobot sekum terhadap bobot potong, dihitung dengan rumus:
x 100%

% bobot sekum

Persentase bobot kolon terhadap bobot potong, dihitung dengan rumus:
x 100%

% bobot kolon
5.

Persentase bobot organ dalam terhadap bobot potong meliputi:
Persentase bobot hati terhadap bobot potong, dihitung dengan rumus:
x 100%

% bobot hati =

Persentase ginjal terhadap bobot potong, dihitung dengan rumus:
% bobot ginjal =

x 100%

Persentase bobot pankreas terhadap bobot potong, dihitung dengan rumus:
% bobot pankreas =
6.

x 100%

Panjang relatif usus halus terhadap bobot potong, dihitung dengan rumus:
Panjang relatif duodenum =
Panjang relatif jejunum

=

16

Panjang relatif ileum

=

Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial 4 x 3.
Faktor pertama berupa taraf Aclinop yang ditambahkan pada ransum (0, 1, 2, dan 3
kg Aclinop/ 100 kg ransum). Faktor kedua ialah zeolit yang ditaburkan pada litter (0,
2,5, dan 5 kg/m2 litter), dengan demikian terdapat 12 perlakuan dan masing-masing
dengan tiga ulangan sehingga terdapat 36 satuan unit percobaan. Pada akhir
pemeliharaan (35 hari) tiap petak kandang percobaan diambil dua ekor ayam secara
acak sehingga ada 72 ekor ayam yang dipotong. Dua belas perlakuan tersebut asingmasing adalah R0L0, R0L1, R0L2, R1L0, R1L1, R1L2, R2L0, R2L1,R2L2, R3L0, R3L1, dan
R3L2 selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 3. Perlakuan dengan Penambahan Aclinop dalam ransum dan Penaburan Zeolit
pada Litter Ayam Broiler
Taraf Zeolit dalam
Litter (kg/m2)

Taraf Aclinop dalam Ransum (kg/100 kg)

Total

0,0 (R0)

1,0 (R1)

2,0 (R2)

3,0 (R3)

0,0 (L0)

R0L0 (3)

R0L1 (3)

R0L2 (3)

R0L3 (3)

12

2,5 (L1)

R1L0 (3)

R1L1 (3)

R1L2 (3)

R1L3 (3)

12

5,0 (L2)

R2L0 (3)

R2L1 (3)

R2L2 (3)

R2L3 (3)

12

Total

9

9

9

9

36

Model matematika rancangan percobaan mengikuti Gasperz (1995) yaitu,
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Keterangan :
Yijk

= nilai pengamatan karkas dan organ dalam ayam broiler pada taraf
penambahan Aclinop dalam ransum dan zeolit pada litter yang berbeda

µ

= nilai tengah pengaruh kombinasi pemberian taraf Aclinop dalam ransum
dan zeolit pada litter

αi

= pengaruh faktor perlakuan penambahan Aclinop dalam ransum pada taraf
ke-i ( i = 0,0 ; 1,0 ; 2,0 dan 3,0 kg Aclinop per 100 kg ransum)

βj

= pengaruh faktor perlakuan penaburan zeolit dalam litter pada taraf ke-j
(j = 0,0 ; 2,5 dan 5,0 kg per m2 litter)
17

(αβ)ij = pengaruh interaksi penambahan Aclinop dalam ransum pada taraf ke-i dan
penaburan zeolit pada litter pada taraf ke-j.
εijk

= pengaruh galat percobaan yang berasal dari faktor perlakuan penambahan
Aclinop dalam ransum taraf ke-i dan faktor perlakuan penambahan zeolit
dalam litter taraf ke-j pada ulangan ke-k ; k=1,2 dan 3.

Analisis Data
Data yang didapat terlebih dahulu diuji syarat validitas prosedur parametrik
(keaditifan, kehomogenan, kenormalan data serta kebebasan galat). Sesudah
memenuhi syarat maka dilakukan uji parametrik dengan analisis ragam atau analysis
of variance (ANOVA). Analisis ragam dilakukan untuk melihat pengaruh tiap faktor
perlakuan dan interaksinya. Pengujian ini dilakukan menggunakan software Minitab
14. Jika hasil analisis ragam menunjukkan nyata (P