Kondisi Fisiologis, Profil Darah dan Status Mineral pada Induk dan Anak Kambing Peranakan Etawah (PE)

KONDISI FISIOLOGIS, PROFIL DARAH DAN STATUS
MINERAL PADA INDUK DAN ANAK KAMBING
PERANAKAN ETAWAH (PE)

ELLA ROSITA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kondisi Fisiologis,
Profil Darah dan Status Mineral pada Induk dan Anak Kambing Peranakan
Etawah (PE) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015

Ella Rosita
NIM D24100078

ABSTRAK
ELLA ROSITA. Kondisi Fisiologis, Profil Darah dan Status Mineral pada Induk
dan Anak Kambing Peranakan Etawah (PE). Dibimbing oleh DESPAL dan IDAT
GALIH PERMANA.
Kambing Peranakan Etawah (PE) adalah salah satu dari jenis kambing
yang dikembangkan di Indonesia dengan baik yang dapat disesuaikan dengan
iklim Indonesia. Ternak bunting dan anak membutuhkan nutrisi yang lebih tinggi
sehingga lebih rentan terhadap gangguan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari status kesehatan ternak bunting dan anak kambing Peranakan Etawah
(PE) yang dipelihara di kandang melalui gambaran status fisiologis, profil darah,
dan status mineral kalsium serta fosfor. Penelitian ini menggunakan 12 ekor
kambing bunting dan 11 ekor kambing anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kandungan kalsium (143.03 dan 0.11 ppm) dan fosfor (161.45 dan 0.24 ppm)
dalam darah kambing bunting lebih rendah dari anak. Kondisi fisiologis ternak
induk dan anak berada pada kisaran normal, namun profil darah anak lebih tinggi
daripada induk. Kesimpulan adalah status kesehatan anak kambing tidak lebih
baik dibandingkan induk bila dilihat dari status fisiologis dan profil darah, tetapi
kandungan mineral anak lebih baik daripada induk.
Key words : growth of livestock, minerals elements Ca and P, physiological
condition.

ABSTRACT
ELLA ROSITA. Physiological Conditions, Blood Profile and Mineral Statues of
Kid and Doe Etawah Crossbred. Supervised by DESPAL and IDAT GALIH
PERMANA.
Peranakan Etawah goat (PE) is one of dairy goats type which are
developed in Indonesia for them well adapted to Indonesian climate. The pregnant
doe and kid goat require higher nutrients making it more susceptible to health
problems. This study aimed to learn the health statues of pregnant doe and kid
goat Etawah Crossbred that rise in farm through the physiological condition,
blood profile, and the minerals calcium and phosphorus statues. This study used
12 pregnant does and 11 kid goat. The results showed that calcium (143.03 and

0.11 ppm) and phosphorus (161.45 and 0.24 ppm) contents in pregnant doe blood
was lower than the kid. Physiological condition in pregnant doe was normal
range, but the blood profile of kid goat was higher than the parent. It is concluded
that kid goat’s health statues was not better than the parent when viewed from the
physiological condition and blood profile, but the mineral content of the kid was
better than its parent.
Key words : growth of livestock, minerals elements Ca and P, physiological
condition.

KONDISI FISIOLOGIS, PROFIL DARAH DAN STATUS
MINERAL PADA INDUK DAN ANAK KAMBING
PERANAKAN ETAWAH (PE)

ELLA ROSITA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan


DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Kondisi Fisiologis, Profil Darah dan Status Mineral pada Induk dan
Anak Kambing Peranakan Etawah (PE)
Nama
: Ella Rosita
NIM
: D24100078

Disetujui oleh

Dr Despal SPt MSc Agr
Pembimbing I

Dr Ir Idat Galih Permana MSc Agr

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subahanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini adalah status kesehatan, dengan judul Kondisi
Fisiologis, Profil Darah dan Status Mineral pada Induk dan Anak Kambing
Peranakan Etawah (PE). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari status
kesehatan ternak bunting dan anak kambing Peranakan Etawah (PE) yang
dipelihara di kandang melalui gambaran status fisiologis, profil darah, dan status
mineral kalsium serta fosfor.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan wawasan bagi seluruh
pembaca, khususnya dibidang peternakan.


Bogor, April 2015
Ella Rosita

DAFTAR ISI
ABSTRAK
PRAKATA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

ii
iii
vi
vi
vi
1

METODE PENELITIAN


2

Lokasi dan Waktu

Error! Bookmark not defined.

Materi
Ternak
Pakan
Metode
Pengukuran Status Fisiologis
Sampling Darah
Tahap Analisis Darah
Analisis Mineral
Peubah yang Diamati
Analisis Data

Error! Bookmark not defined.
2

3
3
3
3
5
5
5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Respon Fisiologis

6

Analisis Profil Darah

7

Kadar Kalsium dan Fosfor

10


SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

100

Saran

101

DAFTAR PUSTAKA

11

LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP


16

DAFTAR TABEL
1 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Penelitian
2 Rataan Fisiologis Induk dan Anak Kambing Peranakan Etawah
3 Analisis Profil Darah PCV dan Hb serta Deferensiasi Leukosit pada
Induk
dan Anak Kambing Peranakan Etawah
4 Kandungan Mineral Kalsium dan Fosfor pada Induk dan Anak Kambing
Peranakan Etawah

2
6

8
9

DAFTAR GAMBAR
1
2

3
4
5
6

Grafik rataan suhu induk
Grafik rataan suhu anak
Grafik rataan respirasi induk
Grafik rataan respirasi anak
Grafik rataan denyut jantung induk
Grafik rataan denyut jantung anak

6
6
Error! Bookmark not defined.
7
7
7

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Hasil uji T-test status fisiologis induk dan anak kambing sebelum makanError! Bookmark not defin
Hasil uji T-test status fisiologis induk dan anak kambing setelah makanError! Bookmark not define
Hasil uji T-test profil darah PCV pada induk dan anakError! Bookmark not defined.4
Hasil uji T-test profil darah Hb pada induk dan anakError! Bookmark not defined.4
Hasil uji T-test diferensiasi leukosit pada induk dan anakError! Bookmark not defined.5
Hasil uji T-test kandungan fosfor pada induk dan anakError! Bookmark not defined.5
Hasil uji T-test kandungan kalsium pada induk dan anakError! Bookmark not defined.5

PENDAHULUAN
Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan salah satu jenis kambing perah
yang banyak dikembangkan di Indonesia karena mampu beradaptasi dengan iklim
di Indonesia. Menurut Atabany (2001), kambing Peranakan Etawah (PE)
merupakan hasil persilangan antara kambing lokal (Kacang) dengan kambing
Etawah yang berasal dari India. Kambing merupakan salah satu penghasil susu
yang sering dianggap sebagai miniatur sapi perah yang memiliki berbagai
keunggulan yaitu ukuran tubuhnya tidak terlalu besar, mudah beradaptasi,
perawatan yang mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak per kelahiran sering
lebih dari satu, calving interval pendek, dan pertumbuhan anak yang cepat
(Dananjaya 2004).
Namun pemberian pakan yang kurang baik atau manajemen tradisional
menyebabkan banyak ternak mengalami gangguan kesehatan diantaranya
defisiensi kalsium dan fosfor. Salah satu cara untuk mengetahui adanya gangguan
kesehatan ternak secara dini adalah dengan mempelajari kondisi fisiologis ternak
sebelum dan setelah makan untuk melihat tingkat efisiensi pemberian pakan yang
selanjutnya menjadi dasar dalam pembuatan ransum pakan yang efektif dan
efisien untuk meningkatkan produksi susu kambing. Profil darah dan status
mineral dijadikan acuan lanjutan untuk menggambarkan kondisi ternak tersebut.
Beberapa gambaran kondisi ternak sehat dapat dilihat dari nafsu makan, kondisi
suhu rektal dan laju respirasi ternak yang tinggi, peningkatan denyut jantung serta
cara berjalan ternak tersebut (Goetsch et al 2011).
Ternak bunting dan anak membutuhkan nutrisi yang lebih tinggi sehingga
lebih rentan terhadap gangguan kesehatan. Pada periode kebuntingan dan laktasi
kebutuhan induk akan kalsium meningkat hingga dua kali lipat (Erlangga 2010).
Peningkatan ini terkait dengan kebutuhan kalsium dan fosfor untuk sistem
enzimatik, perkembangan fetus dan produksi susu pada periode laktasi. Hal ini
disebabkan oleh fungsi kalsium sebagai salah satu mineral yang berhubungan
langsung dengan produksi susu. Kebutuhan kalsium yang meningkat tanpa
disertai intake yang cukup dalam jumlah maupun kualitas menyebabkan
terjadinya gangguan keseimbangan mineral dalam tubuh. Kejadian penyakit
akibat defisiensi kalsium sering terjadi pada hewan dengan produksi yang tinggi
dan berumur tua. Hal ini disebabkan pada hewan tua mengalami penurunan
kapasitas penyerapan kalsium dan fosfor pada saluran pencernaan. Induk sehat
akan melahirkan anak yang sehat. Ketika induk sakit maka tingkat mortalitas pada
kelahiran anak kambing menjadi lebih tinggi dan menyebabkan adanya gangguan
kesehatan pada anak kambing yang akan menghambat pertumbuhan selanjutnya.
Anak kambing yang lahir dari induk yang sakit memiliki sistem imunitas tubuh
yang rendah sehingga rentan terhadap penyakit, apabila anak kambing betina
maka akan berpengaruh pada tingkat produksi susu. Oleh karena itu, tujuan
penelitian ini adalah untuk mempelajari status kesehatan ternak bunting dan anak
kambing Peranakan Etawah (PE) yang dipelihara di kandang melalui gambaran
status fisiologis, profil darah, dan status mineral kalsium serta fosfor.

2

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Waktu pelaksanaan penelitian dari bulan April sampai dengan bulan Juni
2014. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium lapang B, Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor. Pengamatan profil dalam darah dilakukan di
Laboratorium Fisiologi Nutrisi.
Materi
Ternak
Penelitian ini menggunakan 23 ekor kambing diantaranya 12 ekor
kambing betina bunting dan 11 ekor anak kambing.
Pakan
Pakan yang diberikan berupa rumput dan konsentrat. Tabel 1 menyajikan
data kandungan nutrisi zat makanan yang diberikan pada induk kambing dan anak
kambing. Konsentrat pada tabel merupakan konsentrat komersil. Kandungan
nutrisi zat makanan penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan nutrisi bahan pakan penelitian
Bahan
Abu
Protein Lemak Serat
Ca
kering
(%)
kasar
kasar
kasar
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
Konsentrat 9
4.9
18
7
7.6
1
Rumput
79.08
12.7
9.3
2.48
33.7
0.46
gajah
Rumput
21.8
11.7
6.7
1.8
34.2
0.41
lapang
Parameter

P
(%)
0.7
0.37
0.23

Sumber: PT Java-Feed Jatim,Indonesia.

Metode
Pengukuran Status Fisiologis dapat dilihat dari
1. Temperatur rektal
Pengukuran pada temperatur rektal dilakukan dengan cara memasukkan
termometer tubuh digital yang sudah dinolkan kedalam rektum kira-kira
sepertiganya dan ditunggu sampai termometer berbunyi kemudian dilakukan
pembacaan angka secara duplo. Penelitian ini diulang sebanyak tiga kali,
dilakukan pada pagi dan siang hari sebelum dan setelah makan.
2. Respirasi
Pengukuran frekuensi respirasi dilakukan dengan mengamati kembang
kempisnya perut atau dengan mendekatkan punggung telapak tangan ke dekat
hidung ternak. Diukur selama satu menit menggunakan stopwatch dan counter,

3
diulang sebanyak tiga kali. Penelitian ini dilakukan pada pagi dan siang hari
sebelum dan setelah makan.
3. Denyut jantung
Pengukuran pada denyut jantung dilakukan dengan meletakkan stetoskop
pada bagian toraks dada sebelah kiri dekat jantung dalam posisi ternak berdiri dan
menghitung detak pulsa atau suara korothkov selama 1 menit secara duplo.
Penelitian ini diulang sebanyak tiga kali, dilakukan pada pagi dan siang hari
sebelum dan setelah makan.
Sampling Darah
Sampling darah dilakukan pada pagi hari sebelum kambing diberi pakan.
Darah diambil dari vena jugularis sebanyak 1 mL menggunakan syringe.
Sebelumnya, daerah vena jugularis dibersihkan dengan alkohol 70 %, bila daerah
tersebut berbulu dihilangkan bulunya terlebih dahulu menggunakan gunting.
Sampel darah dimasukkan dalam tabung heparin. Tabung heparin digunakan
untuk menyimpan darah yang akan diambil plasmanya. Tabung darah tersebut
disimpan dalam termos es yang telah diberi es batu.
Tahap Profil Darah
1. Perhitungan packed cell volum (PCV)
Penentuan packed cell volum (PCV) atau biasa disebut hematokrit
dilakukan dengan mengisi tabung hematokrit dengan darah dan antikoagulan.
Campuran darah kemudian disentrifugasi sampai sel-sel darah mengumpul di
dasar. Pengisian pipa mikrokapiler dilakukan dengan memiringkan tabung yang
berisi sampel darah dengan menempatkan ujung mikrokapiler yang bertanda
merah. Pipa diisikan darah sampai mencapai ⅔ bagian kemudian ujung pipa
disumbat dengan crestoseal, pipa mikrokapiler tersebut disentrifugasi selama 15
menit dengan kecepatan 2.500 - 4.000 rpm. Bagian yang tersumbat diletakkan
menjauhi pusat sentrifuge. Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
presentase volume sel darah merah menggunakan alat baca microcapillary
hematocrit reader (Sastradipraja et al., 1989).
2. Perhitungan kadar hemoglobin (Hb)
Metode yang digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin dalam
penelitian ini adalah metode Sahli. Larutan HCl 0.01 N diteteskan pada tabung
Sahli sampai tanda tera 0.1 atau garis bawah, kemudian sampel darah dihisap
menggunakan pipet hingga mencapai tanda tera atas. Sampel darah segera
dimasukkan ke dalam tabung dan ditunggu selama 3 menit atau hingga berubah
warna menjadi coklat kehitaman akibat reaksi antara HCl dengan hemoglobin
membentuk asam hematin. Larutan ditambah dengan aquadest, diteteskan sedikit
sambil terus diaduk. Larutan aquadest ditambahkan hingga warna larutan sama
dengan warna standar hemoglobinometer. Nilai hemoglobin dapat dilihat di
kolom “gram %” yang tertera pada tabung hemoglobin, yang berarti banyaknya
hemoglobin dalam gram per 100 mL darah (Sastradipraja et al., 1989).
3. Perhitungan leukosit

4
Penghitungan jumlah leukosit dilakukan menggunakan pipet leukosit
dengan bantuan aspirator hingga batas 0.5 lalu ujung pipet dibersihkan dengan
tisu. Larutan modifikasi Rees & Ecker dihisap hingga tanda 11 pada pipet leukosit
kemudian dihomogenkan dan cairan yang tidak terkocok lalu dibuang. Setelah itu,
sampel darah diteteskan dalam hemacytometer, dibiarkan beberapa saat hingga
cairan mengendap lalu jumlah leukosit dihitung di bawah mikroskop dengan
perbesaran 100 kali (Sastradipraja et al., 1989).
Analisa Mineral
1. Analisa mineral Ca
Analisa kandungan Ca plasma dilakukan dengan memasukkan sampel
plasma dari perlakuan sebanyak 0.25 mL dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan 0.05 mL Cl3La.7H2O dan aquadest hingga 5 mL, lalu dilakukan
proses vortex. Larutan tersebut disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan
3000 rpm, setelah itu filtrat dipisahkan dan larutan dianalisa menggunakan atomic
absorption spectrofotometer (AAS).
2. Analisa mineral P
Analisa kandungan P plasma dilakukan dengan memasukkan sampel
plasma dari perlakuan sebanyak 0.2 mL dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan 2 mL TCA (asam trikhloro acetat) dan 1 mL aquadest, lalu
dilakukan proses vortex. Larutan tersebut disentrifugasi selama 10 menit dengan
kecepatan 2500 rpm, setelah itu filtrat dipisahkan. Filtrat larutan dipipet 3 mL
kedalam tabung, kemudian ditambahkan 2 mL larutan C (dibuat sesaat sebelum
analisis) yaitu 10 mL larutan TCA ditambahkan 5 gram FeSO4.7H2O dan aquadest
hingga 100 mL, setelah itu larutan dianalisa menggunakan spektrofotometer
dengan panjang gelombang 660 nm.
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah status fisiologis (suhu,
respirasi, denyut jantung), komponen darah (jumlah packed cell volum,
hemoglobin, diferensiasi leukosit) dan mineral Ca serta P.
Analisis Data
Data peubah dianalisis dengan T-Test untuk membandingkan kesehatan
induk dan anak sebelum dan setelah makan. Software SPSS (versi 16.0 for
Windows) digunakan untuk uji statistik. Rumus yang digunakan untuk mencari
nilai t dalam uji-t sebagai berikut:

Dimana:

Keterangan
D = Selisih kambing PE induk dan anak sebelum dan setelah makan
n = Jumlah kambing PE induk dan anak
X bar = Rata-rata perlakuan kambing PE
S d = Standar Deviasi dari d.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Respon Fisiologis
Penelitian respon fisiologis menunjukkan adanya perbedaan antara ratarata suhu rektal, respirasi dan denyut jantung kambing induk serta anak kambing
sebelum dengan sesudah pemberian pakan. Selisih rata-rata respon fisiologis
sesudah makan lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum makan. Ketika ternak
makan maka akan menghasilkan energi dan panas, sehingga respon fisiologis
ternak setelah makan lebih tinggi dibandingkan sebelum makan. Rataan
pengukuran respon fisiologis ternak ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Rataan Fisiologis Induk dan Anak Kambing Peranakan Etawah Sebelum
dan Setelah Makan

Grafik Respon Fisiologis Induk dan Anak Kambing Peranakan Etawah

(a) Induk

(a) Anak

6

(a) Induk

(b) Anak

(c) Induk

(c) Anak
Gambar 1, respon fisiologis ternak (a) suhu :(b) respirasi ,(c) denyut jantung
Batas normal
Sebelum makan
Setelah makan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu rektal, respirasi dan denyut
jantung ternak kambing induk dan anak kambing berada pada kondisi normal.
Suhu tubuh normal pada kambing berkisar 38.5 - 40.5 ̊C dan suhu rektal kambing
pada kondisi normal adalah 38.5 - 40 ̊C. Kisaran normal respirasi pada kambing
26 - 54 kali/menit, denyut jantung kambing 70 - 135 kali/menit (Frandson 1996).
Beliau menambahkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi nadi antara lain
jumlah pakan dalam saluran pencernaan yang membuat pulsus meningkat karena

7
kontraksi rumen, umur ternak, jenis kelamin, kondisi ternak, suhu lingkungan,
aktivitas otot dan stres. Respirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu respon
fisiologis akibat perubahan temperatur lingkungan, suhu tubuh, ukuran tubuh dan
keadaan bunting.
Analisis Profil Darah
Analisis profil darah merupakan pengujian yang memiliki tujuan untuk
untuk menentukan kondisi fisiologis ternak seperti penyakit dan kandungan
mineral. Leukosit atau sel darah putih berfungsi untuk membantu tubuh melawan
berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Hasil rataan
pengukuran diferensiasi darah ternak dan diferensiasi leukosit ditampilkan pada
Tabel 3.
Tabel 3 Analisis Profil Darah packed cell volum (PCV) dan hemoglobin (Hb) serta
Diferensiasi Leukosit pada Induk dan Anak Kambing Peranakan Etawah
Parameter
PCV (%)
Hb (g %)
Eosinofil (%)
Limfosit (%)
Basofil (%)
Neutrofil (%)
Monosit (%)

Analisis Profil Darah serta Diferensiasi Leukosit
Induk
Anak
Normal
19.00 ± 4.31
18.22 ± 3.38
24 - 48
6.82 ± 1.41
6.00 ± 1.57
8 - 12
4.48 ± 0.74
4.53 ± 0.85
0- 6
40.14 ± 1.79
40.11 ± 1.73
35 - 80
1.31 ± 0.79
1.82 ± 0.74
0.5 -1.5
40.14 ± 1.77
41.11 ± 1.73
35 - 40
2.09 ± 0.76
2.40 ± 0.70
3- 8

Tidak signifikan.

Tabel 3 menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata PCV dan Hb antara
indukan dan anakan. Benjamin (1961) menyatakan bahwa rata-rata normal nilai
PCV pada kambing adalah 35 % dengan range antara 24 - 48 %. Kadar
hemoglobin 8 - 12 % dalam darah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur,
jenis kelamin, musim, pola perilaku spesies dan penyakit, kadar Hb dibawah
normal menunjukkan ternak mengalami anemia, defisiensi kalsium dan fosfor (Dukes
1977). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan packed cell volum dan
hemoglobin dibawah normal sehingga kambing induk dan anak kambing tidak
sehat. Hal ini dapat terjadi karena ransum pakan yang diberikan belum mampu
mencukupi kebutuhan kalsium dan fosfor bagi ternak sehingga menyebabkan
terjadinya defisiensi kalsium dan fosfor dengan ditandai menurunnya sel darah
merah (Hb) dan PCV (Soeharsono 2010).
Eosinofil merupakan leukosit yang memiliki dua buah lobus yang
dihubungkan oleh selaput dari materi inti dan terkadang disebut dengan acidofil.
Dalam sistem pertahanan tubuh, eosinofil bertanggung jawab dalam melawan
infeksi dan parasit dengan demikian meningkatnya eosinofil menandakan
banyaknya parasit. Jumlah normal eosinofil bangsa kambing berkisar antara 0 - 6
% dari total leukosit (Cornell University 1996). Hasil penelitian menunjukan
bahwa presentase eosinofil pada kisaran normal yaitu 4.48 ± 0.74 % dan 4.53 ±
0.85 %.

8
Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan yang signifkan kandungan
limfosit antara indukan dan anakan. Indukan memiliki presentase limfosit yang
lebih tinggi dibandingkan anak. Limfosit berukuran 7 - 8 μm, presentase limfosit
menurut Junqueira dan Carneiro (1977) sekitar 35 - 80 % dari total leukosit pada
bangsa kambing. Hasil penelitian menunjukan bahwa presentase limfosit pada
kisaran normal yaitu 40.14 ± 1.79 % dan 40.11 ± 1.73 %. Limfosit sebagian besar
disimpan dalam berbagai area jaringan limfoid kecuali pada sedikit limfosit yang
secara temporer diangkut dalam darah (Guyton 1997). Fungsi utama limfosit
adalah memproduksi antibodi atau sebagai sel efektor khusus dalam menanggapi
antigen yang dibawa oleh makrofag (Tizard 1982), menghasilkan berbagai limfokin,
salah satunya adalah migration inhibitor factor yang mencegah perpindahan
makrofag. Zat lain yang juga dihasilkan dari limfosit yang terstimulasi adalah faktor
kemotaktik untuk makrofag, lymphocyte transforming substance dan faktor penyebab
peradangan (Dellman dan Brown 1992). Jumlah limfosit induk dalam darah lebih
tinggi karena dipengaruhi oleh jumlah produksi, resirkulasi dan proses penghancuran
limfosit (Jain 1993).
Basofil bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen
dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
Basofil merupakan leukosit granulosit dengan jumlah yang paling sedikit, 0.5 1.5 % dari total leukosit. Ukuran basofil 10 - 15 μm dengan inti bergelambir 2 - 3
dan bentuknya tidak teratur, sitoplasma besar dengan inti sel yang tidak begitu
jelas terlihat dan berwarna biru tua sampai ungu (Dellman dan Brown 1992).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase basofil induk pada kisaran
normal yaitu 1.31 ± 0.79 % namun anak kambing berada diatas normal yaitu 1.82
± 0.74 %. Hal ini diakibatkan granula sitoplasmik yang larut dalam air tidak
terwarnai secara sempurna dengan zat warna basa (Maheswari 2008).
Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri
serta proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga yang memberikan
tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri. Jumlah neutrofil pada kambing 35 40 % dari total leukosit. Hasil penelitian menunjukan bahwa presentase neutrofil
berada diatas normal yaitu 40.14 ± 1.77% dan 41.11 ± 1.73 %. Hal ini disebabkan
adanya nucleus atau inti dari masing-masing sel yang terbagi dalam lobus atau
segmen kambing induk dan anak kambing tidak terhubung dengan baik satu
dengan yang lainnya oleh filament sehingga nucleus dalam neutrofil mati dalam
jumlah yang banyak (Soeharsono 2010).
Sel segmen atau monosit dikenal juga sebagai makrofag setelah dia
meninggalkan aliran darah serta masuk kedalam jaringan. Monosit membagi
fungsi “pembersih vakum” (fagositosis) dari neutrofil, tetapi lebih jauh dia hidup
dengan tugas tambahan yaitu memberikan potongan patogen kepada sel T
sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh, atau dapat membuat
tanggapan antibodi untuk menjaga. Monosit merupakan leukosit yang berukuran
paling besar dibandingkan yang lainnya dalam peredaran darah (Haen 1995).
Jumlah monosit 3 – 8 % dari total leukosit pada bangsa kambing (Cornell
University 1996). Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase monosit pada
kisaran normal yaitu 2.09 ± 0.76 % dan 2.40 ± 0.70 %. Hasil penelitian
diferensiasi leukosit, mayoritas presentase eosinofil, basofil, neutrofil, dan
monosit anak lebih tinggi dibandingkan induk sehingga anak kambing dapat
dikatakan kondisi kesehatannya tidak sebaik induk. Hal ini dapat terjadi akibat
adanya infeksi pada jaringan tertentu. Rasio neutrofil limfosit-1 dapat menjadi

9
indikator penilaian respon individu terhadap perubahan lingkungan. Semakin
tinggi rasio neutrofil limfosit-1, semakin tinggi tingkat stres kambing (Maheswari
2008).
Kadar Kalsium dan Fosfor
Kambing membutuhkan asupan mineral yang cukup selama masa
pertumbuhan, periode kebuntingan dan laktasi. Unsur mineral merupakan salah
satu komponen yang sangat diperlukan oleh ternak. Kalsium merupakan unsur
mineral yang penting bagi pertumbuhan dan produksi air susu pada kambing
perah. Mineral kalsium dan fosfor diperlukan dalam pembentukan tulang, gigi,
sintesis protein dan sistem enzimatik selain itu, unsur tersebut juga berguna dalam
proses pembekuan darah serta kesiapan otot terhadap rangsangan syaraf (Erlangga
2010). Hasil rataan pengukuran kandungan mineral kalsium dan fosfor ternak
ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Kandungan Mineral Kalsium dan Fosfor pada Induk dan Anak Kambing
Peranakan Etawah
Parameter
Mineral
Induk
Anak
Kalsium (ppm)
143.03 ± 15.55
161.45 ± 19.50
Fosfor (ppm)
0.11 ± 0.04
0.24 ± 0.07
± signifikan.

Kapasitas penyerapan mineral akan menurun bersama dengan peningkatan
umur (Parakkasi 1995). Berdasarkan tabel hasil uji t, nilai p-value lebih kecil dari
alpha 5 % artinya terdapat perbedaan signifikan kandungan kalsium antara
indukan dan anakan. Kalsium darah dipengaruhi oleh jumlah kalsium yang masuk
melalui ransum yang diberikan. Kalsium diserap oleh usus dari permukaan oleh
sel-sel yang terletak secara khusus dari segumpalan mikrovili, kemudian kalsium
memasuki cairan ekstraseluler yang berhubungan dengan kapiler darah (Nurlena
2005). Menurut Linder (1992), kepadatan Ca bevariasi menurut umur, meningkat
selama setengah masa hidup pertama dan menurun secara perlahan pada umur
selanjutnya. Ca berperan dalam pengaturan fungsi sel dan implus syaraf.
Sumber utama fosfor bagi ternak menurut Nurlena (2005) adalah pakan
yang telah mengalami proses pencernaan dan penyerapan. Berdasarakan hasil uji
t-test dihasilkan p-value yang kurang dari 0.05 artinya terdapat perbedaan
signifikan antara kandungan fosfor indukan dengan anakan. Rata-rata kandungan
fosfor anakan lebih besar dibandingkan kandungan fosfor indukan. Fosfor
mempunyai peranan yang sangat vital dalam proses fisiologis tubuh. Nugroho
(1986) menyatakan fosfor bersama kalsium merupakan unsur yang penting untuk
pembentukan jaringan-jaringan kerangka, tulang, dan gigi. Fosfor mempunyai
peranan dalam metabolisme karbohidrat lewat pembentukan hexo-phospat,
endosin-phospat, maupun creatin-phospat. Hasil penelitian menunjukan bahwa
kandungan kalsium induk 143.03 ± 15.55 ppm, kandungan kalsium anak 161.45 ±
19.50 ppm, kandungan fosfor induk 0.11 ± 0.04 ppm dan kandungan fosfor anak
0.24 ± 0.07 ppm. Kandungan kalsium dan fosfor induk lebih rendah karena
penyerapan mineral akan menurun bersama dengan peningkatan umur serta
kondisi fisiologis ternak yang berbeda (Linder 1992).

10

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tidak terdapat perbedaan kondisi fisiologis (suhu rektal, laju respirasi, dan
denyut jantung) antara induk dan anak. Ternak dalam kondisi normal meskipun
denyut jantung setelah makan memperlihatkan nilai yang mendekati ambang batas
atas. Profil darah juga memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara
induk dan anak. Namun beberapa parameter mengindikasikan terjadinya infeksi
pada tubuh ternak terutama pada anak.
Meskipun induk membutuhkan Ca dan P lebih besar ketika laktasi namun
kebutuhan anak untuk pertumbuhan memperlihatkan bahwa Ca dan P yang
dibutuhkan lebih besar.
Saran
Perlu adanya diversifikasi pakan yang mengacu pada penambahan mineral
Ca dan P, terutama pada pakan anak. Selain itu pakan ternak harus palatabel dan
pemberian pakan harus disesuaikan dengan kondisi fisiologis ternak. Perlu adanya
identifikasi awal tentang tingkat stres ternak yang menjadi acuan dalam
manajemen pemeliharaan ternak, terkait dengan kondisi lingkungan, kandungan
pakan, manajemen pakan serta tata cara pemeliharaan ternak.

DAFTAR PUSTAKA
Atabany A. 2001. Studi kasus produktivitas kambing peranakan etawah dan
kambing saanen pada peternakan barokah dan pt taurus dairy farm [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Benjamin MM. 1961. Outline of Veterynary Clinical Patology. Iowa (USA): Univ
Iowa Pr.
Cornell University. 1996. Clinical Pathology Section – eosinophil monocyte.
[Internet].
[diunduh
2014
Jun
19].
Tersedia
pada:
http://www.diaglab.vet.cornell.edu/clinpath/modules/heme1/eosinophilmo
nocyte.htm.
Dananjaya YPA. 2004. Profil sel darah putih pada kambing peranakan etawah
(pe) selama periode akhir kebuntingan hingga awal laktasi [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Dellman HD, Brown EM. 1992. Histologi Veteriner. Volume ke-1. Hartono R,
penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Veteriner’s Histology.
Dukes HH. 1977. Dukes Physiology of Domestic Animal. Swenson MJ, editor. 9th
ed. London (GB): Cornell Univ Pr.
Erlangga. 2010. Jenis - Jenis Zat Kalsium yang dibutuhkan Ternak Sapi dan
Kambing. [Internet]. [diunduh 2014 Jun 13]. Tersedia pada:
http://www.infoternak.com/jenis-jenis zat kalsium yang dibutuhkan ternak
sapi dan kambing.

11
Frandson RD. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Ed ke-4. Srigandono B,
Praseno K, penerjemah. Yogyakarta (ID): UGM Pr. Terjemahan dari:
Anatomy Physiology of Farm Animals. hlm 409-418.
Goetsch AL, Zeng SS, Gipson TA. 2011. Factors affecting goat milk production
and quality. Small Rumin Res. 101: 55-63.
Guyton AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Setiawan I,
penerjemah. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Text Book of Medical
physiology.
Haen PJ. 1995. Principles of Hematology. Linda H, Young, penerjemah. Chicago
(USA): Loyola Marymont Univ Pr.
Jain NO. 1993. Essential of Veterinary Hematology. Philadelphia (US): Lea &
Febiger.
Junqueira LC, Carneiro J. 1977. Basic Histology. 10th ed. United State of
America (USA): Mc Graw-Hill.
[Kemenperin] Kementerian Perindustrian (ID). 2013. Konsumsi susu masih 11.9
liter per kapita. [Internet]. [diunduh pada 2014 Jun 19]. Tersedia pada:
http://www.kemenperin.go.id/artikel/8890/Konsumsi-Susu-Masih-11,09Liter-per-Kapita.
Linder MC. 1992. Biokimia Nutrisi Metabolisme. Parakkasi A, editor. Jakarta
(ID): UI Pr.
Nugroho. 1986. Penyakit Kekurangan Mineral pada Sapi. Semarang (ID): Eka
Offset.
Nurlena. 2005. Tampilan kalsium dan fosfor darah, produksi susu, ion kalium, dan
jumlah bakteri susu sapi perah friesian holstein akibat pemberian aras
sauropus androgynus (l) merr (katu) [tesis]. Semarang (ID): Universitas
Diponegoro.
Parakkasi A. 1995. Ilmu Nutrisi Makanan Ternak Ruminan. Jakarta (ID): UI Pr.
Sastradipradja D, Hartini S. 1989. Fisiologi Veteriner. Bogor (ID): IPB Pr.
Soeharsono. 2010. Fisiologi Ternak. Bandung (ID): Widya Padjadjaran.

12

LAMPIRAN
Lampiran 1 Konsumsi pakan pada kambing Peranakan Etawah (PE)
Konsumsi

Konsumsi
Bahan
Segar
Konsumsi
Bahan
Kering

Hijauan
Rata Max
-rata
3,44 4,16

1,43

1,74

2,93

Konsentrat
Rata
Max
–rata
0,45
0,5

1,22

0,41

Min

0,33

Total
Rata Max
-rata
3,89 4,55

0,31

1,85

Min

0,47

2,06

Min
3,43

1,7

Lampiran 2 Hasil uji T-test status fisiologis induk dan anak kambing sebelum makan

Induk
Suhu Rektal sebelum
Suhu Rektal sesudah
Respirasi sebelum
Respirasi sesudah
Denyut Jantung sebelum
Denyut Jantung sesudah

Mean
38.9066
39.4583
28.4259
31.0092
113.0834
127.0092

N
36
36
36
36
36
36

Std.
Std.
Deviation Error Mean
0.32593
0.05432
0.34424
0.05737
0.59953
0.09992
0.78290
0.13048
5.28872
0.88145
0.78290
0.13048

Sig
0.000
0.000
0.000

Lampiran 3 Hasil uji T-test status fisiologis induk dan anak kambing setelah makan

Anak
Suhu Rektal sebelum
Suhu Rektal sesudah
Respirasi sebelum
Respirasi sesudah
Denyut Jantung sebelum
Denyut Jantung sesudah

Mean
38.7182
39.3747
27.6869
31.0606
112.4747
126.8586

N
33
33
33
33
33
33

Std.
Deviation
0.33251
0.19437
1.07024
0.54298
4.87413
0.97193

Std.
Error Mean
0.05788
0.03384
0.18630
0.09452
0.84848
0.16919

Sig
0.000
0.000
0.000

Lampiran 4 Hasil uji T-test profil darah packed cell volum (PCV)
Profil
Darah
PCV

Jenis
Induk
Anakan

N
11
9

Mean
19.0000
18.2222

Std.
Deviation
4.31277
3.38296

Std. Error
Mean
1.30035
1.12765

Sig.
0.213

13
Lampiran 5 Hasil uji T-test profil darah hemoglobin (Hb)
Profil
Darah
Hb

Jenis
Induk
Anakan

N
11
9

Mean
6.8182
6.0000

Std.
Deviation
1.41267
1.56844

Std. Error
Mean
0.42594
0.52281

Sig.
0.816

Lampiran 6 Hasil uji T-test diferensiasi leukosit pada induk dan anak
Diferensiasi
Leukosit
jenis
Eosinofil
indukan
anakan
Limfosit
indukan
anakan
Basofil
indukan
anakan
Neutrofil
indukan
anakan
Monosit
indukan
anakan

N
11
9
11
9
11
9
11
9
11
9

Mean
4.4800
4.5344
40.1418
41.1111
1.3073
1.8233
40.1418
41.1111
2.0900
2.4033

Std.
Std.
Deviation Error Mean
0.73961
0.22300
0.84698
0.28233
1.78602
0.53850
1.73149
0.57716
0.79072
0.23841
0.73931
0.24644
1.78602
0.53850
1.73149
0.57716
0.76544
0.23079
0.70562
0.23521

Sig
0.691
0.777
0.489
0.874
0.621

Lampiran 7 Hasil uji T-test kandungan fosfor pada induk dan anak
Mineral
Jenis
Fosfor indukan
anakan

N
11
9

Std.
Mean Deviation
0.1114 0.04007
0.2421 0.06707

Std.
Error Mean
0.01208
0.02236

Sig.
0.481

Lampiran 8 Hasil uji T-test kandungan kalsium pada induk dan anak
Mineral
Jenis
Kalsium indukan
anakan

N
11
9

Std.
Mean Deviation
143.0321 15.5491
161.4543 19.5542

Std.
Error Mean
2.18500
3.24199

Sig.
0.623

14
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mojokerto pada tanggal 22 Desember 1991 dan
diberi nama Ella Rosita. Penulis adalah anak kedua dari Drs Edi Triono dan Sisilia
Dwiyuningtyas SPd. Penulis merupakan bungsu dari dua bersaudara, Fajar Arif
Wisantoro SPt. Penulis menyelesaikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri
1 Mojokerto pada tahun 2004 sampai dengan 2007 kemudian melanjutkan sekolah
menengah atas di SMA Negeri 1 Puri pada tahun 2007 sampai dengan 2010.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi UTM (Ujian
Talenta Mandiri) pada bulan Juni 2010, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa
kegiatan dan organisasi kemahasiswaan, antara lain organisasi mahasiswa daerah
Himasurya Plus (Surabaya, Mojokerto, Gresik, Sidoarjo) periode 2010 sampai
2013, UKM Gentra Kaheman periode 2010 sampai 2012, Dekan Cup Fakultas
Peternakan periode 2011 sampai 2013, IDEA, IPB Mengajar, dan LES
(Leadership and Enterpreneurship School).
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 sampai Juni 2014 adalah
Kondisi Fisiologis, Profil Darah dan Status Mineral pada Induk dan Anak
Kambing Peranakan Etawah (PE).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Despal SPt MSc Agr selaku
dosen pembimbing utama sekaligus pembimbing akademis, Bapak Dr Ir Idat
Galih Permana MSc Agr selaku dosen pembimbing anggota, Ibu Dr Tuti Suryati
SPt Msi dan Ibu Ir Anita S. Tjakradidjaja MRur Sc selaku dosen penguji serta
Bapak Prof Dr Ir Toto Toharmat MSc Agr yang telah banyak memberi saran.
Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Wawan, Bapak
Udin, Ibu Dian, Harts Muhasibi, Any, Aulia Kirana, Merry, Daniel Frans,
Rumawati, Amalia, Rama, Dewi, Adis, Kusuma Hani yang telah membantu
selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
kedua orang tua (Drs Edi Triono dan Sisilia Dwiyuningtyas SPd) serta kakak
tercinta Fajar Arif Wisantoro SPt atas segala bentuk dukungan, doa dan motivasi
baik moril maupun material yang diberikan kepada penulis serta seluruh teman teman INTP 47 dan Pondok Mona atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga
karya ilmiah ini bermanfaat.